KEMAMPUAN BERPIKIR ELABORASI PADA LARUTAN ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT
Oleh
ARIF IRMAN SETYO WIBOWO
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan pembelajaranproblem solving
dalam meningkatkan kemampuan berpikir elaborasi siswa pada materi larutan elektrolit non-elektrolit. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan design penelitianNon Equivalent Control Group Design.Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014 yang terdiri dari 8 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
purposive samplingkemudian didapatkan sampel, kelas X7sebagai kelas eksperi-men dan X2sebagai kelas kontrol. Efektivitas pembelajaranproblem solving
diukur berdasarkan perbedaann-Gainyang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain kemam-puan berpikir elaborasi siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,66 dan 0,51 . Berdasarkan pengujian hipotesis tersebut, disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakanproblem solvingefektif dalam meningkatkan
kemampuan berpikir elaborasi siswa pada materi larutan elektrolit non-elektrolit.
Skripsi
Oleh
ARIF IRMAN SETYO WIBOWO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 7
B. Model Pembelajaran Problem Solving ... 8
C. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 12
D. Kerangka Pemikiran... 15
E. Anggapan Dasar... 17
F. Hipotesis Penelitian ... 18
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 19
E. Instrumen Penelitian dan Validitas ... 21
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 22
G. Hipotesis Kerja... 24
H. Hipotesis Statistik ... 25
I. Analisis Data ... 26
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dan Analisis Data... 33
B. Pembahasan... 39
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
LAMPIRAN 1. Silabus... 55
2. RPP ... 68
3. Lembar Kerja Siswa I ... 81
Lembar Kerja Siswa II ... 89
4. Kisi-kisi Soal Pretes dan Posttes... 101
5. Soal Pretes dan Posttes... 107
6. Rubrik Soal Pretes dan Posttes ... 110
10. Lembar Observasi Guru ... 129
11. Kisi-kisi Angket Siswa ... 131
12. Lembar Penilaian Angket Siswa... 134
Tabel
Halaman
1. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif ... 13
2. Indikator kemampuan berpikir kreatif... 14
3. Desain penelitian ... 20
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya .
(Qs. Al Alaq : 3-5)
Jangan pernah malu untuk maju,
karena malu menjadikan kita takkan pernah mengetahui
dan memahami segala sesuatu hal akan hidup ini.
(Penulis)
.
Success is a journey, not a destination .
(Ben Sweetland)
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan .
(Qs. Al Mujaadilah : 11)
Ku persembahkan karya sederhana ini sebagai wujud ungkapan rasa syukur
dan cinta kasih sepenuh hati teruntuk orang-orang yang berarti dalam
hidupku :
Baginda Rasulullah Muhammad SAW
Papaku dan Mamaku tercinta di dalam membesarkan dan mendidikku,
Kakakku Tersayang Doni Irman Setyawan, S.Si.,
Keluarga Besarku atas doa dan dukungannya
Seseorang yang disiapkan Allah menjadi penyempurna setengah bagian
Dien-ku dan InsyaAllah akan menjadi istri sholeha-ku kelak, amiiin..,
Ikhwatifillah Fii Sabilillah
Para Pendidikku
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala amal dan perbuatan
yang telah diberikan sehingga kita dapat dipertemukan dalam Jannah-Nya
Serta
Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 2 November 1991, anak kedua dari dua bersaudara, yang merupakan buah hati dari pasangan Bapak Sudirman, S.Pd. dan Ibu Sutatik. Penulis bertempat tinggal di Dusun Menur, Desa Banjarrejo RT/RW 019/005, Kecamatan Batanghari, Kabupaten
Lampung Timur. Dengan nomor telepon 085768537459.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di T.K. PGRI Metro pada tahun 1996. Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Metro pada tahun 1998, dan Sekolah Menegah Pertama di SMP Negeri 2 Metro pada tahun 2004. Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 Metro pada tahun 2007.
SANWACANA
Alhamdulillahi rabbil’alamin. Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, Dzat yang senantiasa menganugrahkan ilmu pengetahuan kepada manusia dengan perantara kalam, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR ELABORASI PADA LARUTAN ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT”.
Bersamaan dengan selesainya skripsi ini, dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung; 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;
3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia;
4. Ibu Dr. Ratu Beta Rudibyani, M. Si., selaku pembimbing I, Ibu Dra. Nina Kadaritna, M. Si., selaku pembahas, dan Dosen Pembimbing Akademik sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II, Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.Si., terima kasih atas kesediaannya memberi bimbingan, motivasi yang berharga, dan selalu sudi menjadi tempat mencurahkan segala keluh kesah;
6. Bapak Drs Maisani Liswan, S.Pd., selaku kepala sekolah, dan Ibu Dewi Kurniati, S.Pd., sebagai Guru Mitra SMAN 4 Metro, atas izin dan waktu yang diberikan untuk melaksanakan penelitian;
7. Papaku Sudirman, S.Pd., dan Mamaku Sutatik, yang telah memberikan cinta dan kasih sayang abadi yang takkan lekang oleh waktu, perhatian, motivasi, pengorbanan, dan dukungan sepenuh hati baik materi maupun spiritual serta
do’a tulusikhlas yang tak henti-hentinya demi kelancaran dan kesuksesan penulis dalam menuntut ilmu;
8. Kakakku Doni Irman Setyawan, S.Si., dan keluarga besarku yang tercinta dan tersayang, kalian adalah inspirasi dan semangat hidupku;
9. Seseorang yang spesial di dalam hidupku Eva Ristiani, yang telah
memberikan kasih sayang, semangat dan dukungan yang sangat berharga dalam proses penyelesaian skripsi ini;
10. Sahabatku: Annisa, Yuwanti, Debie, Revi, Fuah, Eva, Titin, Yudha, Ali, Heri, Eko, Saiful, dan seluruh rekan Pendidikan Kimia 2010, terima kasih atas senyum, ceria, dukungan dan kepercayaan yang selalu kalian beri;
11. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, sedikit harapan penulis semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 22 Juli 2014 Penulis
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupa-kan suatu proses penemuan. Pendidimerupa-kan IPA diharapmerupa-kan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006).
dari kurikulum 2013 yaitu, untuk mempersiapkan manusia indonesia agar memili-ki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Pada umumnya, pembelajaran ilmu kimia yang ada di SMA cenderung hanya menghadirkan produk yang diperoleh siswa tanpa menyuguhkan bagaimana pro-ses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut, sehingga tidak tumbuh sikap kreatif dalam diri siswa. Hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 4 Metro, proses pembelajaran yang dilakukan guru hanya melibatkan siswa sebagai pendengar dan pencatat penjelasan guru karena pembelajaran didominasi oleh ce-ramah guru dan pembelajaran cenderung hanya berpusat pada guru sehingga sis-wa pasif tidak memiliki kesempatan untuk mengajukan gagasan atau memperinci detail jawaban untuk memecahkan masalah, artinya selama ini siswa kurang mempunyai kemampuan berpikir memperinci (elaborasi). Oleh karena
kemampuan berpikir elaborasi adalah bagian dari keterampilan berpikir kreatif dengan demikian siswa selama ini keterampilan berpikir kreatifnya masih kurang.
mem-perinci jawaban dari masalah secara mendalam. Oleh karena pembelajaran se-lama ini siswa cenderung pasif maka perlu upaya untuk memperbaiki model pem-belajaran agar siswa aktif dan mampu memperkaya gagasan dari masalah yang ditimbulkan, mengembangkan ide dan dapat memperinci jawaban dari masalah secara mendalam.
Beberapa penelitian tentang model pembelajaran yang telah banyak dilakukan dan dikembangkan diantaranya yaitu modelproblem solving. Penelitian yang dilaku-kan oleh Syafriany (2013) yang berjudul “Upaya Meningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model PembelajaranProblem SolvingPada Materi Pokok Himpunan Di Kelas VII SMP N 5 Tebing Tinggi” menunjukkan bahwa modelproblem solvingdapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa sebesar 69,2%.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rini (2013) yangberjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Pokok Larutan Elektrolit
non-elektrolit dalam Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan Menyimpulkan” menunjukkanbahwa terjadi peningkatan keterampilan mengelompokkan sebesar 41,52% dan keterampilan menyimpulkan sebesar 40,91%. Dengan demikian modelProblem Solvingdiharapkan dapat meningkat-kan keterampilan berpikir kreatif khususnya berpikir elaborasi siswa.
Salah satu materi pada pembelajaran kimia adalah materi larutan elektrolit elektrolit. Salah satu Kompetensi Dasar (KD) pada materi larutan elektrolit non-elektrolit adalah mengidentifikasi sifat larutan non-elektrolit non-non-elektrolit
berdasarkan data hasil percobaan, sehingga diharapkan siswa dapat menemukan sendiri konsep pembelajaran kimia melalui analisis hasil praktikum yang siswa lakukan dan dapat memunculkan keterampilan berpikir kreatif siswa.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul:“PembelajaranProblem Solvinguntuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Elaborasi pada Larutan Elektrolit Non-Elektrolit”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
Apakah pembelajaranproblem solvingefektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir elaborasi pada materi larutan elektrolit non-elektrolit?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar bermanfaat bagi: 1. Siswa
Melalui penerapan pembelajaran problem solving siswa diharapkan lebih mudah untuk memahami materi larutan elektrolit non-elektrolit sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir elaborasi.
2. Guru
Menambah informasi dan wawasan tentang penerapan pembelajaranproblem solvingdalam usaha mengembangkan kemampuan berpikir elaborasi siswa. 3. Sekolah
Penerapan pembelajaran problem solving dalam pembelajaran merupakan alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran ilmu kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaranproblem solvingmerupakan suatu model pembelajaran yang memiliki 5 tahap dalam pelaksanaannya, (menurut Djamarah dan Zain, 2006) yaitu (1) Mengorientasi siswa kepada masalah, (2) Mencari data atau
2. Keterampilan berpikir kreatif yang akan diteliti adalah kemampuan berpikir memperinci(elaborasi)dan indikator kemampuan yang diteliti meliputi men-gembangkan, menambah dan memperkaya suatu gagasan.
3. Materi kimia dalam penelitian ini adalah materi larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit meliputi : (1) Daya hantar listrik larutan, (2) Sifat dan jenis larutan elektrolit.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bah-wa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diper-luas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bu-kanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Trianto, 2010).
Menurut Von Glaserfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001) menyatakan bahwa:
“Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentu-kan) kita sendiri”.
Konstruktivisme memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia mem-bangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara memberi makna pada penge-tahuan sesuai pengalamannya (Baharuddin, 2008).
mereka sebelumnya (Lobach dan Tobin dalam Suparno, 2006). Pengalaman ini tidak harus berupa pengalaman fisik semata namun termasuk juga pengalaman kognitif dan pengalaman mental. Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya memperlihatkan bahwa pengetahuan memang tidak dapat dipindahkan begitu saja. Siswa masih harus menkonstruksi atau minimal menginterpretasi pengetahuan tersebut dalam dirinya.
Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan men-transformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan-aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini ber-kembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Nur dalam Trianto, 2010).
Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pema-duan data baru dengan stuktur kognitif yang ada. Akomodasi ialah penyesuaian stuktur kognitif terhadap situasi baru, dan equilibrasi ialah penyesuaian kembali yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994).
B. Model PembelajaranProblem Solving
pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan sistematis. Ini berarti, pemecahan su-atu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri individu yang hendak meme-cahkan masalah tersebut.
Pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemu-kan suatu masalah dan memecahmenemu-kannya berdasarmenemu-kan data dan informasi yang aku-rat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut kemam-puan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu (Hidayati, 2005).
Retman mengemukakan bahwa kegiatan belajar perlu mengutamakan pemecahan masalah karena dengan menghadapi masalah peserta didik akan didorong untuk menggunakan pikiran secara kreatif dan bekerja secara intensif untuk memecah-kan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya (Sudjana, 2005). Model pem-belajaranproblem solvingadalah suatu cara mengajar dengan menghadapkan sis-wa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan. Metode ini menun-tut kemampuan untuk melihat sebab akibat, mengobservasi masalah, mencari hu-bungan antara berbagai data yang terkumpul kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan masalah (Sriyono, 1992).
suatu kesimpulan dari sekumpulan data yang diperoleh anak-anak dari pelajaran sains itu, juga segi-segi lainnya yang terdapat pada sains.
Djamarah dan Zain (2006) mengemukakan bahwa salah satu model mengajar ada-lah model pembelajaranproblem solving. Namun model pembelajaranproblem solvingbukan hanya sekedar model mengajar, tetapi juga merupakan suatu meto-de berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metometo-de-metometo-de lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Langkah-langkah dalam penggunaan model pembelajaranproblem solvingyaitu sebagai berikut:
1. Mengorientasi siswa kepada masalah. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2. Mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan cara membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dengan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawa-ban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawajawa-ban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.
5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terak-hir tentang jawaban dari masalah tadi.
Model pembelajaranproblem solvingdapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari model pembelajaranproblem solving
yaitu sebagai berikut:
1. Model pembelajaranproblem solvingmerupakan rangkaian aktivitas pembe-lajaran, artinya dalam implementasiproblem solvingada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Model pem-belajaran ini menempatkan masalah sebagai kunci dari proses pempem-belajaran. 3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaranproblem solvingmenurut Djamarah dan Zain (2006) adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan model pembelajaranproblem solving
a. Model ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.
b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. c. Model ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara
kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.
2. Kekurangan model pembelajaranproblem solving
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan ting-kat berfikir siswa, tingting-kat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pe-ngalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru
b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlu-kan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pe-lajaran lain
3. Cara Mengatasi Kelemahan-Kelemahan Model PembejaranProblem Solving
a. Masalah yang diajukan untuk diselesaikan, carilah masalah yang aktual, sering terjadi. Untuk itu juga perlu kiranya memperoleh input dari peserta diklat terlebih dahulu. Bagaimana menurut pendapat mereka tentang ma-salah itu. Apakah kemampuan dan pengetahuan peserta diklat diperkirakan masih sanggup untuk menyelesaikannya.
b. Diusahakan agar melihat sesuatu masalah dari sudut lain, dalam arti masa-lah itu harus diomasa-lah sedemikian rupa sehingga sesuai dengan prior know-ledge dan kemampuan peserta diklat. Misalnya masalah perselingkuhan, tidak bisa hidup bersama mertua, memilihkan pendidikan bagi anak-anak. c. Uraikanlah suatu masalah menjadi unsur-unsur sebab akibat, dan pilihlah
mana yang betul-betul relevan serta cocok dengan keadaan peserta diklat. Jangan sampai terjadi kekaburan bagi peserta diklat tentang dari mana mereka harus memulai tugasnya.
d. Cara menyelesaikan masalah, peserta didik bisa dibantu dengan membuat model pohon masalah, atau memetakan masalah (problem mapping) dan masing-masing dicarikan alternatif penyelesaiannya.
C. Keterampilan Berpikir Kreatif
Menurut model struktur intelek oleh Guilford (dalam Munandar, 2008), “Berpikir divergen (disebut juga berpikir kreatif) ialah memberikan macam-macam ke-mungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian”.
Pemikiran kreatif akan membantu seseorang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan pemecahan masalah dan hasil pengambilan keputusan yang dibuat (Evans, 1991). Definisi kemampuan berpikir secara kreatif (Arifin, 2000)
dilakukan dengan menggunakan pemikiran dalam mendapatkan ide-ide yang baru, kemungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam penghasilannya.
Tabel 1.Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif
Perilaku Arti
1) Berpikir Lancar (fluency)
a. Menghasilkan banyak
gagasan/jawaban yang relevan; b. Arus pemikiran lancar.
2) Berpikir Luwes (fleksibel)
a. Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam;
b. Mampu mengubah cara atau pendekatan;
c. Arah pemikiran yang berbeda. 3) Berpikir Orisinil
(originality)
Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang.
4) Berpikir Terperinci (elaborasi) a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan; b. Memperinci detail-detail; c. Memperluas suatu gagasan
Terdapat lima indikator-indikator berpikir kreatif, yaitu:
1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, mengenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah. 2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan.
3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan ber-macam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang.
5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata.
Tabel 2.Indikator kemampuan berpikir kreatif
Pengertian Perilaku
Berpikir Lancar (Fluency)
1) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban.
2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.
3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
a. Mengajukan banyak pertanyaan. b. Menjawab dengan sejumlah
jawaban jika ada.
c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.
d. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.
e. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain. f. Dapat dengan cepat melihat
kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi.
Berpikir Luwes (Flexibility)
1) Menghasilkan gagasan, jawab-an, atau pertanyaan yang berva-riasi.
2) Dapat melihat suatu masalah da-ri sudut pandang yang berbeda. 3) Mencari banyak alternatif atau
arah yang berbeda.
4) Mampu mengubah cara pende-katan atau pemikiran.
a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.
b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda. c. Jika diberikan suatu masalah
biasanya memikirkan bermacam-macam cara untuk
menyelesaikannya.
Berpikir Orisinil (Originality) 1. Mampu melahirkan ungkapan
yang baru dan unik.
2. Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri. 3. Mampu membuat
kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
a. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain.
b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.
c. Memilih cara berpikir lain dari pada yang lain.
Berpikir Elaboratif (Elaboration) 1. Mampu memperkaya dan
me-ngembangkan suatu gagasan atau produk.
2. Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan lang-kah-langkah yang terperinci.
b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.
Lanjutan Tabel 2
Berpikir Evaluatif (Evaluation)
1. Menentukan kebenaran suatu per-tanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah.
2. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi terbuka.
3. Tidak hanya mencetuskan gagas-an tetapi juga melaksgagas-anakgagas-annya.
a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.
b. Mencetuskan pandangan sendiri mengenai suatu hal.
c. Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
d. Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.
Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir elaborasi.
D. Kerangka Pemikiran
Kimia memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Salah satunya yaitu manusia yang mampu berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif merupakan sesuatu yang perlu dilatih secara bertahap. Kemampuan dalam berpikir kreatif memberi-kan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentu-kan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya secara lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kreatif sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah atau pencarian solusi, dan pengelolaan proyek.
dalam masalah yang dihadapi sehingga dari masalah tersebut dapat mengembang-kan keterampilan berpikir kreatif siswa.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah, guru berperan mengajukan permasa-lahan nyata, memberikan dorongan, memotivasi dan menyediakan bahan ajar dan fasilitas yang diperlukan peserta didik untuk memecahkan masalah. Siswa men-cari informasi, memperkaya wawasan dan kemampuannya melalui berbagai upaya aktif dan mandiri untuk dapat memecahkan masalah sehingga proses belajar indi-vidu terjadi secara langsung. Pembelajaran problem solving diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa karena kesesuaian sintaks dari model pembelajaran berdasarkan masalah memberikan kesempatan untuk men-gembangkan kemampuan berpikir kreatif. Aspek kemampuan berpikir kreatif yang akan ditingkatkan yaitu berpikir elaborasi.
kebenaran dari jawaban sementara, siswa akan terpacu untuk melakukan men dalam rangka untuk memecahkan masalah berdasarkan fakta dalam eksperi-men tersebut. Dengan eksperieksperi-men ini, maka siswa akan dapat memberikan alasan terhadap jawaban yang dibuat. Pada tahap kelima yakni menarik kesimpulan, ketika siswa telah mendapatkan kesimpulan dari permasalahan diharapkan siswa dapat mengkomunikasikan hasilnya dengan yang lain dan memberikan penjelasan sederhana dari data yang didapat untuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, diharapkan pembelajaran prob-lem solving dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa.
Proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan problem solving ini diharap-kan dapat mengembangdiharap-kan pemikiran siswa secara individu khususnya berpikir elaborasi karena adanya berpikir, maka kualitas juga dapat meningkat Dengan berpikir apabila pembelajaran dengan penerapan pembelajaran problem solving pada pembelajaran kimia pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit dikelas diharapkan siswa dapat melatihkan kemampuan berpikir elaborasi sehingga kete-rampilan berpikir kreatif siswa akan tinggi sebanding dengan semakin tingginya kemampuan kognitif siswa. Tingkat kemampuan kognitif siswa dipengaruhi den-gan perencanaan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan. Siswa dengan kemampuan kognitif tinggi akan memperoleh hasil yang tinggi pula.
E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
2. Faktor-faktor lain diluar pembelajaran pada kedua kelas diabaikan.
F. Hipotesis Umum
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014 yang berjumlah 256 siswa dan tersebar dalam delapan kelas. Selanjutnya dari populasi tersebut diambil sebanyak dua kelas untuk dijadi-kan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang adijadi-kan diberi per-lakuan dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekun-der. Data primer berupa data hasil pretes dan posttes, lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotor dan lembar observasi kinerja guru. Sedangkan data sekunder berupa angket pendapat siswa terhadap pembelajaran materi elektrolit non-elektrolit Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh siswa kelas kontrol.
C. Metode dan Desain Penelitian
[image:36.595.119.419.457.510.2]Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desainNon Equivalence Control Group Design(Creswell, 1997). Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian, yaitu:
Tabel 3. Desain penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Kelas eksperimen O1 X O2
Kelas kontrol O1 - O2
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai va-riabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelaja-ran problem solving dan pembelajapembelaja-ran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah kemampuan berpikir elaborasi siswa pada materi larutan elektrolit non-elektrolit siswa kelas X SMAN 4 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014.
E. Instrumen Penelitian dan Validitas
Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instru-men pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data un-tuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Pada peneliti-an ini, instrumen ypeneliti-ang digunakpeneliti-an peneliti-antara lain adalah silabus, rencpeneliti-ana pelakspeneliti-anapeneliti-an pembelajaran (RPP), LKS kimia yang menggunakan model pembelajaranproblem solvingpada materi larutan elektolit non-elektrolit sejumlah 2 LKS, soal pretes dan soal posttes yang berupa soal uraian yang mewakili kemampuan berpikir elaborasi,lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotor, lembar observasi kinerja guru dan angket pendapat siswa terhadap pembelajaran materi larutan elektrolit non-elektrolit
pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan carajudgment. Dalam hal ini peng-ujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan pe-nelitian, tujuan pengukuran, indikator keterampilan, dan butir-butir pertanyaan-nya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai ke-pentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukanjudgment
diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk mela-kukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si.dan bapak Tasviri Efkar, M.Si sebagai dosen pembimbing untuk mengujinya.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Pendahuluan
Tujuan observasi pendahuluan, yaitu:
a. Meminta izin kepada Kepala SMAN 4 Metro untuk melaksanakan peneli-tian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan informasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pen-dukung pelaksanaan penelitian.
c. Menentukan populasi dan sampel penelitian. 2. Pelaksanaan Penelitian
a. Tahap persiapan meliputi : (1) Peneliti menyusun analisis Kompetensi Inti-Kompetensi Dasar-indikator, analisis konsep, silabus, Rencana Pelaksana-an PembelajarPelaksana-an (RPP), kisi-kisi soal pretest dPelaksana-an postest, soal pretes dPelaksana-an postes, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar penilaian afektif, lembar peni-laian psikomotor, lembar kinerja guru, kisi-kisi angket pendapat siswa ter-hadap pembelajaran materi larutan elektrolit non-elektrolit, dan angket pendapat siswa terhadap pembelajaran materi larutan elektrolit non-elektrolit, (2) Melakukan validasi perangkat pembelajaran dan instrumen yang dilakukan oleh dosen pembimbing
b. Tahap pelaksanaan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah (1) melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eks-perimen dan kelas kontrol; (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi larutan elektrolit non-elektrolit sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas, pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem solving diterapkan di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontol; (3) melakukan posttes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Tahap Analisis data
a. Menganalisis hasil kuesioner siswa dan jawaban tes tertulis siswa. b. Melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian.
Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan prosedur pelaksanaan penelitian
G. Hipotesis Kerja
Hipotesis kerja pada penelitian ini adalah rata-ratan-Gainkemampuan berpikir elaborasi siswa pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang
diterapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaranproblem solvinglebih tinggi daripada rata-ratan-Gainkemampuan berpikir elaborasi siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.
Membuat Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Tes
Kelas Eksperimen Pretes Kelas Kontrol
Posttes Pembelajaran konvensional Pembelajaran model
problem solving
Analisis Data
Pembahasan dan simpulan Observasi Pendahuluan
Menentukan Populasi dan Sampel
Validasi Perangkat Pembelajara dan Instrumen Tes
Observasi Pendahuluan
Pelaksanaan Penelitian
H. Hipotesis Statistik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : Rata-ratan-Gainkemampuan berpikir elaborasi siswa pada materi laru-tan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran
problem solvinglebih rendah atau sama dengan rata-ratan-Gain kemam-puan berpikir elaborasi siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.
H0 : µ1x≤ µ2x
H1 : Rata-ratan-Gainkemampuan berpikir elaborasi siswa pada materi laru-tan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran
problem solvinglebih tinggi daripada rata-rata n-Gainkemampuan ber-pikir elaborasi siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konven-sional.
H1 : µ1x> µ2x Keterangan:
µ1 : Rata-ratan-Gain(x) pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaranproblem solving.
µ2 : Rata-ratan-Gain(x) pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.
I. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis Data
Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
a. Perhitungan Nilai Siswa
Nilai pretes dan postes pada penilaian kemampuan berpikir elaborasi secara operasional dirumuskan sebagai berikut:
100 x maksimal
skor Jumlah
diperoleh yang
jawaban skor
Jumlah siswa
Nilai
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitungn-Gain, yang selanjutnya digunakan pengujian hipotesis.
b. Perhitungann-Gain
Untuk mengetahui kemampuan berpikir elaborasi siswa pada materi larutan elektrolit non-elektrolit antara pembelajaran menggunakan model problem solvingdengan pembelajaran konvensional, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas. Menurut Meltzer besarnya perolehan dihitung dengan rumusnormalized gain, yaitu:
pretest skor
-maksimum skor
pretest skor
-postest skor
Gain
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Hipotesis untuk uji nor-malitas :
Ho= data penelitian berdistribusi normal H1= data penelitian berdistribusi tidak normal
Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :
(Rumus : Sudjana, 2005)
Keterangan :
χ2 = uji Chi-kuadrat Ei = frekuensi harapan Oi = frekuensi observasi
Data akan berdistribusi normal jika χ2hitung≤ χ2tabel dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan dk = k–3.
b. Uji Homogenitas
homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak.
Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut: H0: 2 2
1 2
σ σ (data penelitian mempunyai variansi yang homogen)
H1: 2 2
1 2
σ σ (data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen)
Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :
kecil Varian ter
terbesar Varians F
Keterangan :
F = Kesamaan dua varians
Kriteria : Tolak H0jika atau dengan didapat dari distribusi F dengan peluang½α, derajat kebebasan
dan . α = taraf nyata. Dalam hal lainnya H0 diterima.
c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah kedua sam-pel penelitian memiliki kemampuan dasar pada materi larutan elektrolit non-elektrolit yang sama atau berbeda secara signifikan.
Uji persamaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan analisis sta-tistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).
Rumusan Hipotesis:
H0: µ1x= µ2x : Rata-rata nilai pretes kemampuan berpikir elaborasi siswa pada materi larutan elektrolit non-elektrolit sama secara signifikan antara pembelajaran menggunakan model prob-lem solvingdengan pembelajaran konvensional.
H1: µ1x≠ µ2x : Rata-rata nilai pretes kemampuan berpikir elaborasi siswa pada materi larutan elektrolit non-elektrolit yang berbeda secara signifikan antara pembelajaran menggunakan model
problem solvingdengan pembelajaran konvensional. Keterangan:
µ1 : Rata-rata nilai pretes (x) pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan modelproblem
solving
µ2 : Rata-rata nilai pretes (x) pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.
x : kemampuan berpikir elaborasi.
Jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dalam Sudjana (2005) dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
thitung = Kesamaan dua rata-rata.
= Rata-rata nilai pretes kemampuan berpikir elaborasi siswa pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan
problem solving.
= Rata-rata nilai pretes kemampuan berpikir elaborasi siswa pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.
= Simpangan baku gabungan.
= Jumlah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaranproblem solving.
= Jumlah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.
= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaranproblem solving.
= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konven-sional.
Dengan kriteria uji : Terima H0jika–t1-1/2α< thitung< t1-1/2αdengan derajat
kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-1/2α ).
d. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan analisis statis-tik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).
Rumusan Hipotesis:
H0: µ1x≤ µ2x : Rata-ratan-Gainkemampuan berpikir elaborasi siswa pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaranproblem solvinglebih rendah atau sama dengan rata-ratan-Gainkemampuan berpikir elaborasi siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional. H1: µ1x> µ2x : Rata-ratan-Gainkemampuan berpikir elaborasi siswa pada
materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaranproblem solving lebih tinggi dari-pada rata-ratan-Gainkemampuan berpikir elaborasi siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.
Keterangan:
µ1: Rata-ratan-Gain(x) pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaranproblem solving
µ2: Rata-ratan-Gain(x) pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.
Jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka
pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dalam Sudjana (2005) dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
thitung= Perbedaan dua rata-rata.
= Rata-ratan-Gainkemampuan berpikir elaborasi siswa pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan
pembelajaranproblem solving.
= Rata-ratan-Gainkemampuan berpikir elaborasi siswa pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan
pembelajaran konvensional. = Simpangan baku gabungan.
= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaranproblem solving.
= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaranproblem
solving.
= Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran konvensional.
Dengan kriteria uji : Terima H0jika thitung< t (1-α)dengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α ).
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaranproblem solvingpada materi larutan elektrolit non-elektrolit efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir elaborasi siswa.
2. Rata-rata nilain-Gainkemampuan berpikir elaborasi siswa pada materi larutan elektrolit non-elektrolit yang diterapkan pembelajaranproblem solvinglebih tinggi dari pada rata-rata nilain-Gainkemampuan berpikir elaborasi siswa yang diterapkan pembelajaran konvensional di SMA Negeri 4 Metro.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. Pembelajaranproblem solvinghendaknya diterapkan dalam pembelajaran ki-mia, terutama pada materi larutan elektrolit non-elektrolit karena terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir elaborasi siswa.
2. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian pembelajaran pro-blem solvinghendaknya lebih menguasai materi dan langkah-langkah pembe-lajaran, serta harus memiliki kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
3. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih mem-perhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembe-lajaran lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 1992.Strategi Penelitian Pendidikan.Angkasa. Bandung.
Arikunto. 1997. Penilaian Program Pendidikan(Edisi Ketiga). Bina Aksara. Jakarta.
Arifin. 2000.Strategi Belajar Mengajar.Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA. BSNP. Jakarta
Baharuddin. 2008. TeoriBelajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media. Jogjakarta.
Bell, G.M.E. 1994.Belajar dan Membelajarkan.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Craswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. Thousand Oaks-London-New. Sage Publications. New Delhi.
Djamarah, S.B dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Evans, J. R. 1991. Berpikir Kreatif, dalam Pengambilan Keputusan dan Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta.
Hidayati. 2005.Analisis Buku Biologi SMA Kelas X Semester 1 Berdasarkan Kurikulum 2004 yang Banyak digunakan di SMA Negeri Kabupaten Batang.Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Killen, R. 2009.Effective Teaching Strategies. Social Science Press. Australia. Munandar, S.C.U. 2008.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka
Cipta. Jakarta.
Nuraeni, N. dkk. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (Skripsi). UPI-Bandung. Bandung.
Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.
Rini, N. M. U. 2013.Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Pokok Larutan Non Elektrolit dan Elektrolit dalam Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan Menyimpulkan (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sriyono. 1992.Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA.Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suparno, P. 2006.Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Syafriany, S. 2013. Upaya Meningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa
Menggunakan Model Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Pokok Himpunan Di Kelas VII SMP Negeri 5 Tebing Tinggi (Skripsi).Universitas Sumatera Utara. Medan.
Tim Penyusun. 2013. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatnif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Bandung.
______. 2013. Rasional Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta. ______. 2013. Standar Kompetensi Lulusan(SKL),Kompetensi Inti(KI),
55
SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 4 Metro Kelas/ Semester : X / 2 (dua)
Kompetensi Inti :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
ra
56 Kompetensi Dasar :
1.1 Menyadari adanya keteraturan struktur partikel materi sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang struktur partikel materi sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif ) dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
3.8 Menganalisis sifat larutan non elektrolit dan larutan elektrolit berdasarkan daya hantar listriknya.
5
7
keteraturan struktur partikel materi sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang struktur partikel materi sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif. elektrolit non-elektrolit keteraturan partikel dalam larutan elektrolit sehingga dapat
menghantarkan arus listrik sebagai wujud kebesaran Tuhan YME
larutan elektrolit di alam dan di dalam tubuh manusia bahwa keteraturan partikel dalam larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik yang mengungkapkan kebesaran Tuhan YME berdasarkan fenomena tersebut.
Melalui kegiatan demonstrasi, melakukan percobaan, diskusi dalam kelompok, mengamati video, siswa menunjukkan antusiasme sebagai wujud rasa ingin tahu dalam mempelajari larutan elektrolit.
Melalui kegiatan praktikum dan demonstrasi, siswa
menunjukkan sikap teliti dalam mengamati dan menuliskan hasil pengamatan sesuai dengan
kelompok • Merancang percobaan • Berdiskusi mengidenti fikasi gambar Observasi • Sikap ilmiah saat merancang dan melakukan percobaan serta saat presentasi dengan lembar pengamata n Portofolio • Laporan menit kimia • Literatur lainnya • http://gede-prad.blogsp ot.com/201 2_09_01_ar chive.html • Lembar kerja
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif ) dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang
2.1.1 Menunjukkan rasa ingin tahu dengan antusias dalam mengikuti pembelajaran tentang larutan elektrolit dan non-elektrolit
5
8
sikap sehari-hari.
2.1.3 Menunjukan
perilaku jujur dalam menuliskan data hasil percobaan
Melalui kegiatan praktikum, siswa menunjukkan sikap jujur dalam menuliskan hasil
pengamatan sesuai dengan percobaan larutan elektrolit.
Melalui kegiatan praktikum, siswa dapat menjelaskan gejala hantaran arus listrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil pengamatan sesuai dengan percobaan larutan elektrolit.
Siswa menjelaskan pengertian larutan elektrolit dan non elektrolit menggunakan gagasan dirinya sendiri berdasarkan hasil pengamatan sesuai dengan percobaan
• Laporan hasil diskusi kelompok Tes
• Tes pilihan ganda dan essay • Non-tes hasil dari rubik pengamata n
3.8 Menganalisis sifat larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit berdasarkan daya hantar listriknya.
3.8.1 Menjelaskan gejala hantaran arus listrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil pengamatan
5
9
3.8.3 Menyebutkan contoh-contoh zat yang termasuk larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit
3.8.4 Menjelaskan pengertian larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah
3.8.5 Menyebutkankan contoh-contoh zat yang termasuk larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah
Siswa menyebutkan contoh-contoh zat yang termasuk larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan hasil pengamatan sesuai dengan percobaan larutan elektrolit.
Siswa menjelaskan pengertian larutan elektrolit dan non elektrolit menggunakan gagasan dirinya sendiri berdasarkan hasil pengamatan sesuai dengan percobaan larutan elektrolit.
6
0
3.8.6 Menjelaskan sifat-sifat larutan elektrolit dan non elektrolit
berdasarkan percobaan
3.8.7 Mengelompokkan larutan kedalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non elektrolit
berdasarkan sifat hantaran listriknya
3.8.8 Menjelaskan penyebab larutan memiliki sifat yang berbeda-beda dalam menghantarkan arus listrik
Berdasarkan hasil pengamatan sesuai dengan percobaan larutan elektrolit, siswa dapat menjelaskan sifat-sifat larutan elektrolit dan non elektrolit.
Melalui hasil pengamatan sesuai dengan percobaan larutan elektrolit, siswa dapat mengelompokkan larutan elektrolit kuat,elektrolit lemah dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listrik.
6
1
3.8.9 Menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar
Melalui hasil pengamatan sesuai dengan percobaan larutan elektrolit, siswa dapat menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
Merancang percobaan uji daya hantar listrik pada berbagai larutan menggunakan
rancangan guru untuk menguji perubahan apa yang terjadi pada larutan tersebut.
Merangkai alat uji daya hantar listrik yang akan digunakan sesuai pada gambar yang diberikan oleh guru.
Peralatan yang sudah dirangkai oleh siswa, siswa dapat
menguji setiap larutan dengan 4.8 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk mengetahui sifat larutan elektrolit dan larutan non- elektrolit .
4.8.1 Merancang percobaan larutan elektrolit dan non elektrolit
4.8.2 Merangkai alat yang akan digunakan sesuai pada gambar yang diberikan
4.8.3 Melakukan
6 larutan
4.8.4 Menguji daya hantar listrik larutan yang tersedia
4.8.5 Mengamati perubahan yang terjadi selama percobaan larutan elektrolit dan non elektrolit
[image:61.842.40.789.108.519.2]4.8.6 Menuliskan data hasil percobaan pada tabel pengamatan
dalam larutan untuk mengamati gejala yang terlihat
Peralatan yang sudah dirangkai oleh siswa, siswa dapat
menguji setiap larutan dengan memasukkan elektroda ke dalam larutan untuk mengamati gejala yang terlihat
Melalui kegiatan mengamati perubahan yang terjadi selama percobaan, siswa dapat
menuliskan data hasil percobaan pada tabel pengamatan
Melalui kegiatan mengamati perubahan yang terjadi selama percobaan, siswa dapat
6
✁
4.8.7 Mengidentifikasi perubahan nyala lampu dan
gelembung gas pada elektroda dalam larutan dari zat-zat yang diuji
4.8.8 Mengelompokan zat-zat berdasarkan ciri-ciri yang diamati termasuk dalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah atau non elektrolit.
4.8.9 Menyimpulkan zat-zat berdasarkan ciri-ciri yang diamati termasuk dalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah atau non elektrolit.
Melalui pengamatan gejala yang timbul pada uji daya hantar listrik. Siswa dapat mengidentifikasikan perubahan nyala lampu dan gelembung gas pada elektroda dalam larutan yang diuji
Melalui pengamatan siswa dapat mengelompokan zat-zat berdasarkan ciri-ciri yang diamati termasuk dalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah atau non elektrolit.
6
✂
4.8.10 Menyimpulkan pengertian larutan elektrolit dan non elektrolit
berdasarkan data hasil percobaan.
[image:63.842.38.808.106.520.2]4.8.11 Mengamati gambar makroskopis dari larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non-elektrolit 4.8.12 Mengidentifikasi
gambar makroskopis yang diberikan
4.8.13 Menghubungkan gejala yang ditimbulkan pada larutan yang diuji dengan gambar
Berdasarkan data hasil pengamatan, siswa dapat menyimpulkan pengertian larutan elektrolit dan non elektrolit
Melalui gambar makrokopis siswa dapat mengamati larutan elektrolit non-elektrolit untuk mengidentifikasi gambar tersebut
Melalui gambar makrokopis siswa dapat mengamati larutan elektrolit non-elektrolit untuk mengidentifikasi gambar tersebut
65 molekulnya
4.8.14 Mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah menggunakan data hasil percobaan berdasarkan kekuatan daya hantarnya.
4.8.15 Menyimpulkan pengertian larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah berdasarkan kekuatan daya hantarnya.
4.8.16 Menganalisis penyebab larutan elektrolit kuat dan
Melalui kegiatan menghubungkan hasil pengamatan gambar makrokopis dan hasil percobaan siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah berdasarkan kekuatan daya hantarnya.
Melalui hasil pengamatan percobaan dan gambar
66 dapat
menghantarkan arus listrik.
4.8.17 Menyimpulkan penyebab larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah dapat
menghantarkan arus listrik.
4.8.18 Mengidentifikasi bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa
kovalen polar. 4.8.19 Mengelompokan
larutan elektrolit berdasarkan jenis senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
menghantarkan listrik
Dari kegiatan menganalisis penyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik siswa dapat menyimpulkan mengapa larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik
Melalui gambar makrokopis senyawa ion dan kovalen siswa dapat mengidentifikasi
bagaimana senyawa tersebut dapat menghantarkan listrik atau tidak
6
7
bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa
kovalen polar.
siswa dapat menyimpulkan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar
Bandar Lampung, Januari 2014
Guru Bidang Studi Mahasiswa Peneliti
Dewi Kurniati, S.Pd. Arif Irman Setyo Wibowo
NIP 19770720 200212 2 005 NPM 1013023067
Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 4 Metro
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 4 Metro Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : X / Genap Alokasi waktu : 3 x 45 menit
Materi Pembelajaran : Larutan Elektrolit Non-elektrolit
A. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator KD dari KI 1 :
1.1 Menyadari adanya keteraturan struktur partikel materi sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang struktur partikel materi sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif.
Indikator :
1.1.1 Mensyukuri adanya keteraturan partikel dalam larutan elektrolit sehingga dapat menghantarkan arus listrik sebagai wujud kebesaran Tuhan YME 1.1.2 Menyadari keteraturan yang ditetapkan oleh Tuhan YME sebagai hasil
pemikiran kreatif manusia yang bersifat tentatif.
KD dari KI 2 :
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti,
bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif ) dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
Indikator :
2.1.1 Menunjukkan rasa ingin tahu dengan antusias dalam mengikuti pembelajaran tentang larutan elektrolit non-elektrolit
2.1.3 Menunjukan prilaku jujur dalam menuliskan data hasil percobaan
KD dari KI 3 :
3.8 Menganalisis sifat larutan non elektrolit dan larutan elektrolit berdasarkan daya hantar listriknya.
Indikator :
3.8.1 Menjelaskan pengertian larutan elektrolit non-elektrolit
3.8.2 Menyebutkan ciri-ciri dari larutan non elektrolit dan larutan elektrolit 3.8.3 Menyebutkan jenis-jenis larutan elektrolit
3.8.4 Menyebutkankan ciri-ciri dari jenis-jenis larutan elektrolit
3.8.5 Mengelompokkan larutan kedalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non- elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya
3.8.6 Menjelaskan penyebab larutan memiliki sifat yang berbeda-beda dalam menghantarkan arus listrik.
3.8.7 Menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar
3.8.8 Mengelompokan larutan elektrolit berdasarkan jenis senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
KD dari KI 4 :
4.8 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk mengetahui sifat larutan non elektrolit dan larutan elektrolit .
Indikator :
4.8.1 Mencari literatur tentang larutan non elektrolit dan elektrolit
4.8.2 Menentukan variabel-variabel (kontrol, terikat, & bebas) berdasarkan literatur yang di temukan
4.8.3 Membuat prosedur percobaan uji daya hantar listrik
4.8.4 Menentukan alat dan bahan dalam percobaan uji daya hantar listrik 4.8.5 Membuat tabel pengamatan hasil percobaan uji daya hantar listrik 4.8.6 Melakukan percobaan mengenai uji daya hantar listrik pada berbagai
4.8.8 Merangkai alat yang akan digunakan sesuai pada gambar 4.8.9 Menguji daya hantar listrik larutan yang tersedia
4.8.10 Mengamati gejala yang ditimbulkan pada pengujian daya hantar pada masing-masing larutan
4.8.11 Mengidentifikasi gejala yang ditimbulkan
4.8.12 Menuliskan data hasil percobaan pada tabel pengamatan 4.8.13 Mengelompokan larutan yang memiliki gejala yang sama
4.8.14 Mengamati gambar makroskopis molekul dari larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non-elektrolit
4.8.15 Mengidentifikasi gambar makroskopis molekul yang diberikan
4.8.16 Menghubungkan gejala yang ditimbulkan pada larutan yang diuji dengan gambar makroskopis molekulnya
4.8.17 Menyimpulkan penyebab gejala pada larutan hasil uji daya hantar listrik 4.8.18 Menyimpulkan pengertian larutan elektrolit non-elektrolit berdasarkan
data hasil percobaan
4.8.19 Mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah menggunakan data hasil percobaan berdasarkan kekuatan daya hantarnya. 4.8.20 Menyimpulkan pengertian larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah
berdasarkan kekuatan daya hantarnya.
4.8.21 Mempresentasikan hasil percobaan menggunakan bahasa yang benar 4.8.22 Menganalisis penyebab larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah dapat
menghantarkan arus listrik.
4.8.23 Menyimpulkan penyebab larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah dapat menghantarkan arus listrik.
4.8.24 Mengidentifikasi bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
4.8.25 Menganalisis jenis ikatan yang terdapat pada larutan elektrolit.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat merancang dan melakukan percobaan uji daya hantar listrik pada beberapa larutan
2. Siswa dapat memiliki rasa ingin tahu, jujur dan teliti dalam melakukan percobaan uji daya hantar listrik
3. Siswa dapat membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan daya hantar listriknya.
4. Siswa dapat mengelompokkan larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan daya hantar listriknya.
5. Siswa dapat membedakan larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah berdasarkan daya hantar listriknya .
6. Siswa dapat mengelompokkan larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah berdasarkan daya hantaran listriknya.
7. Siswa dapat menjelaskan perbedaan penyebab kemampuan larutan elektrolit kuat, dan elektrolit lemah dalam menghantarkan arus listrik.
8. Siswa dapat menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
9. Siswa dapat mengelompokkan larutan elektrolit berdasarkan jenis senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
10. Siswa dapat bersyukur kepada Tuhan YME atas keteraturan partikel pada larutan elektrolit sehingga dapat menghantarkan arus listrik
C. Materi Pembelajaran :
Larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan elektrolit dapat mengalirkan arus listrik karena adanya ion-ion yang bebas bergerak. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik karena tidak mengandung ion-ion bebas. Hantaran listrik dapat terjadi karena adanya interaksi antara elektron dalam konduktor dan elektron dalam aliran listrik.
tentang hantaran listrik pada larutn elektrolit. Menurut Arrhenius, adanya ion-ion yang bergerak bebas dalam larutan elektrolit menyebabkan larutan tersebut dapat menghantarkan listrik.
Berdasarkan kekuatannya menghantarkan arus listrik, larutan elektrolit dibagi menjadi elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Larutan elektrolit yang memiliki daya hantar yang lemah disebut larutan elektrolit lemah. Larutan elektrolit yang
memiliki daya hantar yang kuat disebut larutan elektrolit kuat. Contoh elektrolit lemah dalah asam cuka dan larutan amonia, sedangkan contoh dari larutan
elektrolit kuat adalah larutan garam dapur, larutan asam sulfat dan larutan natrium hidroksida, sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Contoh larutan non elektrolit yaitu larutan gula, larutan urea, larutan alkohol, dan larutan glukosa.
Pada larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion atau senyawa kovalen polar. Senyawa ion terdiri atas ion-ion. Jika senyawa ini dilarutkan, ion-ion dapat bergerak bebas sehingga larutan dapat menghantarkan listrik. Namun, Kristal senyawa ion tidak dapat menghantarkan listrik sebab dalam bentuk kristal ion-ion tidak dapat bergerak bebas karena terikat sangat kuat.
NaCl adalah senyawa ion, jika dalam keadaan kristal sudah sebagai ion-ion, tetapi ion-ion itu terikat satu sama lain dengan rapat dan kuat, sehingga tidak bebas bergerak. Jadi dalam keadaan kristal (padatan) senyawa ion tidak dapat menghantarkan listrik, tetapi jika garam yang berikatan ion tersebut dalam keadaan lelehan atau larutan, maka ion-ionnya akan bergerak bebas, sehingga dapat menghantarkan listrik.
Pada saat senyawa NaCl dilarutkan dalam air, ion-ion yang tersusun rapat dan terikat akan tertarik oleh molekul-molekul air dan air akan menyusup di sela-sela butir-butir ion tersebut (proses hidasi) yang akhirnya akan terlepas satu sama lain dan bergerak bebas dalam larutan.
NaCl(s)+ air(l) Na+(aq)+ Cl-(aq)
yang terjadi tarik menarik sangat kuat sehingga dapat memutuskan salah satu ikatan dan membentuk ion. Asam yang termasuk elektrolit jenis ini, contohnya asam klorida (HCl).
D. Model Pembelajaran Model :Problem Solving
Metode : Diskusi kelompok dan eksperimen
E. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke - 1
Kegiatan Deskripsi Pembelajaran
Penilaian oleh pengamat
1 2
Pendahuluan a. Guru mengawali pertemuan dengan mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa.
b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai c. Guru menjelaskan langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran.
d. Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok secara heterogen untuk melakukan
praktikum di laboratorium dan setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa. e. Guru mengkondisikan siswa untuk duduk
berkelompok. Kemudian guru membagikan LKS 1 tentang larutan elektrolit dan nonelektrolit.
Inti Fase 1 (Mengorientasikan siswa kepada masalah)
a. Guru mengajukan fenomena untuk memunculkan masalah dan
mengembangkan rasa ingin tahu siswa dalam rangka memotivasi belajar siswa sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan cara menayakan fenomena yang terjadi Contoh :inti
Pernahkah kalian melihat orang
terjadi?
b. Siswa menunjukkan rasa ingin tahu nya dengan bertanya :
• “benarkah air sungai dapat
menghantarkan arus listrik ?”atau
• “Mengapalarutan tersebut dapat menghantarkan arus listrik?”
• Larutan apa saja yang dapat menghantarkan arus listrik ?
Fase 2 (Mengorganisasikan siswa mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah)
a. Siswa dengan bimbingan guru mencari solusi untuk masalah yang disajikan. b. Siswa mencari materi-materi yang relevan
dengan masalah yang disajikan. Materi-materi tersebut kemudian dipelajari dan dipahami.
c. Guru memberikan alamat web tentang literatur uji daya hantar listrik kepada siswa http://www.scribd.com
d. Informasi yang mereka peroleh digunakan untuk menemukan solusi dari masalah yang disajikan.
Fase 3 (Menetapkan jawaban sementara dari masalah)
Siswa dengan bimbingan guru menuliskan jawaban sementara untuk masalah yang disajikan yang diperoleh dari buku,internet, dan referensi lainnya
Fase 4 (Menguji kebenaran jawaban sementara)
Siswa dengan bimbingan guru dan rasa ingin tahu akan pengetahuan baru dalam kegiatan praktikum melakukan :
1. Merancang percobaan uji daya hantar listrik pada beberapa larutan (mewakili larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non-elektrolit) serta
mempresentasikan hasilnya untuk menyamakan persepsi.