The Influence of Public SectorAudit And Independence Auditor of
Accountability Public
(Survey Of Bandung Government Office)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
NAMA : REVY SEPTHIAN HUDANA
NIM : 21107039
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
ii
Audit kinerja adalah audit yang dilakukan secara objectif dan sistematis terhadap berbagai macam bukti untuk menilai kinerja entitas yang diaudit, untuk menunjang agar audit berjalan dengan baik, seorang auditor perlu mempunyai sikap independensi yang artinya tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, bila audit sektor publik dan independensi berjalan baik maka akan menunjang perbaikan akuntabilitas publik . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh audit kinerja sektor publik dan independensi auditor terhadap akuntabilitas publik pada Dinas Pemerintah Kota Bandung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran variabel audit kinerja sektor publik, independensi auditor dan variabel akuntabilitas publik, sedangkan verifikatif untuk mengetahui hubungan antara audit kinerja sektor publik terhadap akuntabilitas publik dan independensi auditor terhadap akuntabilitas publik.,Untuk mengetahui pengaruh audit kinerja sektor publik dan independensi auditor terhadap akuntabilitas publik. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan uji asumsi klasik, korelasi Person Product Moment, koefisien determinasi, uji hipotesis dengan menggunakan softwareSPSS14.0for windows.
Hasil dari penelitian secara simultan menunjukkan bahwa audit kinerja sektor publik dan independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas publik pada Dinas Pemerintah Kota Bandung sebesar 68,3% tingkat keterkaitannya, dan penelitian secara parsial antara audit kinerja sektor publik terhadap akuntabilitas publik sebesar 24.2% sedangkan pengaruh independensi auditor terhadap akuntabilitas publik sebesar 37.6%
i
Performance audit is an audit conducted by objective and systematic attack against a wide range of evidence to assess the performance of the audited entity, to support that the audit went well, an auditor needs to have an attitude of independence means not having a personal interest in the performance of its duties, if the public sector audit and independence goes well it will support the improvement of public accountability.
The purpose of this study to determine the effect of public sector performance auditing and auditor independence of public accountability at the Department of Government of Bandung.
The method used in this research is descriptive method and verifikatif. Descriptive method used to determine the variable picture of public sector performance audits, auditor independence and public accountability variables, whereas verifikatif to determine the relationship between public sector performance audits of public accountability and independence of the auditors of public accountability., To know the effect of public sector performance auditing and auditor independence of public accountability. The test statistic used is the calculation of the classical assumption test, Person Product Moment correlation, coefficient of determination, hypothesis test using the software SPSS 14.0 for windows.
The results of simultaneous research shows that public sector performance auditing and auditor independence significant effect on public accountability at the Department of Government of Bandung at 68.3% level of association, and research is partially between public sector performance audits of public accountability for 24.2% while the influence of the independence auditors of public accountability for 37.6%
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan,
kemampuan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Skripsi ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
dalam menempuh program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana judul
yang diambil yaitu: “PENGARUH AUDIT KINERJA SEKTOR PUBLIK
DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP AKUNTABILITAS
PUBLIK SURVEY PADA DINAS PEMERINTAH KOTA BANDUNG”.
Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun Skripsi ini, penulis
menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan Ibu Ony
Widilestariningtyas, SE., M.Si., Selaku Dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk
yang sangat berharga demi selesainya penyusunan skripsi ini, akhirnya dengan
doa, semangat penulis mampu melewatinya.
Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak/Ibu:
1. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas
5. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis
dengan pengetahuan.
6. Ibu Erna selaku Kepala Sub bagia Umum Inspektorat Kota Bandung yang
telah memberikan ijin penelitian di Inspektorat Kota Bandung.
7. Seluruh Staff Kantor Inspektorat Kota Bandung yang telah bersedia
menyediakan waktu dan tempat kepada penulis untuk melakukan
pengumpulan data guna penyusunan skripsi.
8. Staff Kesekretariatan Program Studi Akuntansi ibu Senny,ibu puji dan ibu
Dona.
9. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang,
keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan
selalu memberi semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat ku : Wahyono, Aditya Sunarya, Alfin Frediansyah, Refli Akbar, I
Gusti Ketut Wisnu,Vita Noviani, Dadan Hermawan, Irvan Permana dan Yudi
Kristanto, Dini Nurendah, I Komang Deni , Facrozi Yusuf, Dina Mardiana
yang selalu membantu penulis dan memberi semangat untuk mengerjakan
skripsi.
11. Arima Anjarhati yang selalu mensuport penulis baik dalam hal moril maupun
materilil.
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dalam penulisan ke depannya. Akhir kata, penulis berharap agar
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Bandung, Juli 2011 Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Dalam menjalankan roda pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah, masing-masing telah menyelenggarakan manajemen
pemerintahan melalui fungsi organik menajemen yang meliputi fungsi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi yang dalam pelaksanaanya
harus dilakukan secara profesional sebagai bagian dari upaya untuk mencapai
tujuan organisasi secara efisien dan efektif.(inspektorat 2010)
Dalam konteks ini, pemerintahan daerah sebagai sub sistem dari pemerintahan
nasional dan secara implisit masalah pembinaan serta pengawasan terhadap pemerintahan daerah merupakan bagian integral dari sistem penyelengaraan
pemerintahan, maka pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah oleh
Pemerintahan, Walikota merupakan suatu proses kegiatan yang ditujukan untuk
menjamin agar penyelenggaraan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
dapat berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan perundang-undangan.
Memahami dan menyadari bahwa tugas pengawasan menanggung beban yang
cukup berat, maka sebagai konsekuensinya tentu saja dalam implementasinya
dibutuhkan sinergitas semua aspek pelaksanaan tugas pengawasan baik hal itu
menyangkut sisi landasan hukum, kesisteman yang menyangkut kejelasan tentang
kewenangan dan tanggung jawab institusi organisasi dan tata laksanyanya maupun
ini secara keseluruhan semua prasyarat ini harus didukung oleh aparat
pengawasan yang memiliki tingkat profesionalisme dan dedikasi berikut moral
yang tinggi disamping selalu menjujung tinggi kode etik yang menjadi acuannya.
Mengetengahkan tentang landasan formal maupun sistem yang menjadi
acuan dalam penyelengaraan pengawasan ini, bedasarkan keputusan Walikota
Kota Bandung Nomor 70 Tahun 2002 tentang Pedoman Operasional
Pemeriksaaan Inspektorat Kota Bandung, telah ditetapkan suatu acuan dasar yang
digunakan sebagai pegangan para pemeriksa dilingkungan Inspektorat Kota
Bandung didalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan.(inspektorat 2010)
Dalam hal ini, atas pertimbangan bahwa dalam kurun waktu lima tahun terkhir
ini peraturan perundangan-undangan yang mengatur tentang manajemen
pemerintahan telah mengalami beberapa kali perubahan dan khusunya di bidang
pengawasan terkahir diatur dengan Peraturan Pemerintah No.79 Tahun 2005
tentang Pedoman, Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah Pasal 208 yang dalam aplikasinya secara mendasar memiliki dampak yang
di mensional disamping faktor lain seperti berkembangnya dinamika masyarakat
dalam menyikapi berbagai permaslahan yang timbul, semua realita ini perlu
disikapi pula secara rasional yakni melalui peninjauan kembali tentang
mekanisme pengawasan termasuk kedalamnya tentang acuan dasar yang
digunakan oleh aparat dilingkungan Inspektorat Kota Bandung didalam
Langkah ini perlu diambil sebagai bagian dari kepedulian dan upaya yang
bersifat inovatif terhadap setiap perkembangan dan dinamika yang timbul agar
tujuan pengawasan dapat berjalan sesuai dengan tujuan pemberian otonomi luas
kepada daerah sebagaimana diamanatkan undang-undang yakni mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, serta
pemberdayaan masyarakat.(Inspekrorat 2010)
Organisasi sektor publik pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan
roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat, Oleh
karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara
pemerintahan haruslah diimbangi dengan adanya pemerintahan yang bersih,
Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik
mempertahankan kualitas, dalam menjalankan aktivitasnya serta untuk menjamin
dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh organisasi sektor publik.(achmad
badjuri,2004)
Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan
pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu pengawasan yang cukup andal
guna menjamin pendistribusian dana yang merata pada semua sektor publik
sehingga efektivitas dan efisiensi penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan,
Hal ini tertuang dalam ketetapan Standar Audit – Aparat Pengawasan Fungsional
Pemerintah(SA–SAFP)Tahun 1996oleh BPKP dengan keputusan Kepala BPKP
NOMOR: KEP- 911/K/JF/2005 secara garis besar mengacu pada Standar
Profesional Akuntan Publik(SPAP) yang berlaku di Indonesia.(Arie
Agar pelaksanaan pengelolaan dana masyarakat yang diamanatkan tersebut
transparan dengan memperhatikan value for money, yaitu menjamin dikelolanya uang rakyat tersebut secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, akuntabel dan
berorientasi pada kepentingan publik, Pelaksanaan audit ini juga bertujuan untuk
menjamin dilakukannya pertanggung jawaban publik oleh pemerintah, baik
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, namun pada kenyataanya tidak
sesuai yang direncanakan terbukti pada kurangnya transparansi dilihat dari
laporan akuntabilitas dan kinerjainstansi pemerintah (LAKIP) hanya ditunjukan
secara internal kepada atasan saja.(Firmanzah,Ph.D, harian Seputar Indonesia, Selasa 07 Juli 2009 ).
Audit kinerja merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara
independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil
yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang
berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada
pihak-pihak pengguna laporan tersebut (Ihayul Ulum,2009:55)
Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika organisasi yang bersangkutan mampu
melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
pada standar yang tinggi dengan biaya yang rendah, Kinerja yang baik bagi suatu
organisasi dicapai ketika administrasi dan penyediaan jasa oleh organisasi yang
bersangkutan dilakukan pada tingkat yang ekonomis, efisien dan efektif, Konsep
dapat diartikan secara terpisah, Konsep ekonomi memastikan bahwa biaya input
yang digunakan dalam operasional organisasi dapat diminimalkan, Konsep efisien
memastikan bahwa output yang maksimal dapat dicapai dengan sumber daya yang
tersedia, Sedangkan konsep efektif berarti bahwa jasa yang disediakan/dihasilkan
oleh organisasi dapat melayani kebutuhan pengguna jasa dengan tepat.
Harus disadari bahwa saat ini masih terdapat beberapa kelemahan dalam
melakukan audit pemerintah di Indonesia. Kelemahan pertama bersifat intherent
sedangkan kelemahan kedua bersifat struktural.Kelemahan pertama adalah tidak
tersedianya indikator kinerja yang memadai sebagai dasar mengukur kinerja
pemerintah. Kelemahan kedua adalah masalah kelembagaan audit Pemerintah
Pusat dan Daerah yang overlapping satu dengan lainnya, sehingga pelaksanaan
pengauditan tidak efisien dan tidak efektif.(Sumber Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan:2010 menyebutkan).
Masalah utama dalam audit kinerja sektor publik adalah menetapkan standar
audit atau kriteria yang legitimate. Idealnya pemerintah lah yang menetapkan
kriteria kinerja yang dapat di terima umum.namun kenyataanya auditorlah yang
harus mengembangkan dan menetapkan standar atau kriteria kinerja sehingga
kompetensi (knowledge,skill, ability dan experience) auditor menjadi faktor penentu dalam penetapan kriteria atau standar audit yang layak dan jujur untuk
menilai kinerja suatu entitas sektor publik.(bushing dan belk : 2000)
Sementara permasalahan yang utama yang terdapat di Inspektorat kota
Bandung mengenai audit kinerja yaitu pengumpulan dakumen-dokumen
karena hambatan tersebut.(Erna;kasubag evaluasi dan pelaporan;Inspektorat
2011).
Untuk menjalankan audit kinerja dengan baik maka harus di dorong juga
dengan independensi auditor yang baik, Independensi berarti bahwa auditor harus
jujur, tidak mudah dipengaruhi dan tidak memihak kepentingan siapapun, karena
ia melakukan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor berkewajiban
untuk jujur tidak hanya pada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga
kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan pada pekerjaan
auditor tersebut. Sikap mental independen tersebut meliputi independen dalam
fakta (in fact) maupun independen dalam penampilan (in appearance).Independen dalam fakta adalah independen dalam diri auditor, yaitu kemampuan auditor untuk
bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam melakukan penugasan audit. Hal ini
berarti bahwa auditor harus memiliki kejujuran yang tidak memihak dalam
menyatakan pendapatnya dan dalam mempertimbangkan fakta-fakta yang dipakai
sebagai dasar pemberian independen dalam fakta atauindependen dalam
kenyataan harus memelihara kebebasan sikap dan senantiasa jujur menggunakan
ilmunya.(Munawir:2001:35)
Sedangkan independen dalam penampilan adalah independen yang dipandang
dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang di audit yang
mengetahui hubungan antara auditor dengan kliennya. Auditor akan dianggap
tidak independen apabila auditor tersebut mempunyai hubungan tertentu
(misalnya hubungan keluarga, hubungan keuangan) dengan kliennya yang dapat
tidak independen. Oleh karena itu, auditor tidak hanya harus bersikap bebas
menurut faktanya, tapi juga harus menghindari keadaan-keadaan yang membuat
orang lain meragukan kebebasannya (Munawir:2001:35).
Tidak semua auditor bersikap bebas, jujur, dan objektif/ sikap independensi
dalam melakukan penugasan audit terdapat beberapa kendala yang terjadi seperti
kasus Jakarta - Sekda Kota Bekasi, Tjandra Utama Effendi, diancam hukuman 5
tahun penjara. Tjandra didakwa Jaksa Penuntut Umum (JPU) ikut terlibat dalam
aksi suap bersama Walikota Bekasi, Muchtar Muhammad. Atas dakwaan ini, ia
tidak mengajukan eksepsi.
"Bahwa terdakwa secara sendiri-sendiri, maupun secara bersama-sama dengan
walikota Bekasi, memberi atau menjanjikan sesuatu, uang sebesar Rp 400 juta,"
ujar JPU, Risma Ansari, dalam sidang di Pengadilan Tipikor, Jl HR Rasuna Said,
Jakarta, Selasa, (28/9/2010). Rismamengatakan, Tjandra melakukan suap kepada
dua pegawai negeri sub auditor Inspektorat dan BPK Jabar, Suharto dan Enang
Ernawan. Uang Rp 400 juta diberikan secara bertahap agar laporan keuangan
Bekasi tahun 2009 jadi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Atas perbuatan itu, Tjandra didakwa telah melanggar Pasal 5 Ayat 1 Huruf a,
UU Pemberantasan Tipikor dengan ancaman maksimal 5 tahun penjara.
Sementara itu, Pengacara Tjandra, Sira Prayuna mengatakan jika pihaknya tidak
mengajukan eksepsi karena hanya akan membuang-buang waktu saja.
"Kita tidak mengajukan eksepsi karena materi dakwaan dari JPU menurut saya
pengadilan Tipikor, sehingga buang waktu saja. Mending kita langsung ke
pembuktian perkara," jelasnya (Irham,detikNews.com)
Dalam konteks skandal suap di atas, memunculkan pertanyaan apakah auditor
memakai sikap indepedensianya dalam menjalankan tugas Negara.
Maka inti permasalahannya adalah independensi auditor tersebut. Terkait
dengan konteks inilah, muncul pertanyaan seberapa tinggi tingkat kompetensi dan
independensi auditor saat ini dan apakah kompetensi dan independensi auditor
tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan.
Apabila audit kinerja dan sikap independen / independensi auditor dijalankan
dengan baik maka akan tercipta akuntabilitas pemerintah yang berdampak pada
upaya terciptanya good governance. Perbaikan akuntabilitas pemerintah juga berdampak luas pada bidang ekonomi dan politik , Dalam bidang ekonomi,
perbaikan akuntabilitas pemerintah mendorong pada perbaikan iklim
investasi,sedangkan dalam bidang politk akuntabilitas pemerintah akan
mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.(Agus
Dwiyanto,2002)
Akuntabilitas_merupakan_kewajiban_untuk_menyampaikan_pertanggungjaw
aban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan
seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif atau organisasi kepada pihak yang
memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban.
Akuntabilitas (accountability) secara harfiah dapat diartikan sebagai
mengaburkan arti kata accountability itu sendiri bila dikaitkan dengan pengertian akuntansi dan manajemen. Governmental AccountingStandard Board (GASB) di Amerika Serikat mendefinisikan istilah accountability sebagai “the requirement for government to answer to the citizenry – to justify the raising of publik resources and the purposes for which they used.
Dalam akuntabilitas publik kegiatan pemerintah tidak hanya berjalan dengan
baik, tapi terdapat kendala-kendala dan permasalahan yang sangat kompleks yang
harus diselesaikan oleh pemerintah antara lain, Akuntabilitas Pemerintah yang
mengemuka hanya terdapat upaya meningkatkan kualitas pelayanan melalui
aturan-aturan, tetapi lemah dalam peningkatan kemampuan aparat (birokrat)
dalam memberikan pelayanan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan
Universitas Gajah Mada pada 2002 tentang kualitas pelayanan publik sejak
otonomi daerah, efisiensi dan keefektifan, renposiviias, kesamaan perlakuan, dan
besar kecilnya rente birokrasi masih jauh dari harapan.
Permasalahan lain pun timbul seperti PEMERIKSAAN BPK RILKDP Prov
Jabar 2009 "Wajar Dengan Pengecualian"
Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Provinsi Jabar Tahun Anggaran 2009, masih terdapat sejumlah
permasalahan yang mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan,
sehingga BPK RI memberikan opini wajar dengan pengecualian (WDP).
Selain itu, permasalahan lainnya, badan atau organisasi penerima bantuan
subsidi. Belum menyampaikan pertanggungjawaban penggunaan bantuan sebesar
Rp300 juta belum bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat Jabar serta Rp780
juta dikelola secara tidak tertib dan tidak transparan sehingga belum dapat
diyakini kebenaran penggunaannya dan berindikasi tidak digunakan sebagaimana
mestinya seperti yang direncanakan dalam proposal.(Ruli Adrian,
pikiran-rakyat,JUMAT, 13/08/2010 - 01:37)
Melihat fenomena yang terjadi pada audit kinerja dan independensi auditor
terhadap akuntabilitas pemerintah yang selalu terjadi dan saling berkaitan satu
sama lain terhadap pengawasan, maka penulis memberi judul penelitian ini “
Pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik Dan Independensi Auditor Terhadap Akuntabilitas Publik ”
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifiksasi Masalah
Untuk menyelesaikan masalah yang akan dibahas pada bab-bab
selanjutnya, perlu adanya pengidentifikasian masalah sehingga hasil analisa
selanjutnya dapat terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan uraian
latar belakang penelitian yang dikemukakan diatas, maka penulis mencoba
mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, adalah sebagai
berikut:
1. pengumpulan dokumen pengauditan yang lambat sehingga menghambat
2. Penyuapan kepada 2 auditor Inspektorat dan BPK Jabar oleh Walikota
Bekasi agar mengeluarkan laporan keuangan bekasi wajar tanpa
pengecualian (WTP) di tahun 2009.
3. Permasalahana yang pertama adalah laporan keuangan Pemda Provinsi
Jawabarat tahun anggaran 2009 wajar dengan pengecualian,Masalah yang
kedua BPK menemukan, bansos sebesar Rp300 juta belum bermanfaat
bagi kesejahteraan masyarakat Jabar serta Rp780 juta dikelola secara tidak
tertib dan tidak transparan sesuai dengan proposal yang direncanakan
1.2.2 Rumusan Masalah
Sebagaimana yang diuraikan diatas penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana audit kinerja sektor publik pada Dinas Pemerintah Kota
Bandung.
2. Bagaimana independensi auditor pada Dinas Pemerintah Kota Bandung.
3. Bagaimana akuntabilitas publik pada Dinas Pemerintah Kota Bandung.
4. Seberapa besar Pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik Dan Indepedensi
Auditor_Terhadap_Akuntabilitas_Publik_Baik_Secara_Parsial_maupun_
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian ini dimaksud untuk
mendapatkan bukti-bukti empiris dilapangan mengenai Pengaruh Audit Kinerja
Sektor Publik Dan Indepedensi Auditor Terhadap Akuntabilitas Publik.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Sedangkan tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah untuk
mempelajari:
1. Untuk mengetahui audit kinerja sektor public pada Dinas Pemerintah Kota
Bandung
2. Untuk mengetahui indepedensi auditor pada Dinas Pemerintah Kota
Bandung
3. Untuk mengetahui akuntabilitas public pada Dinas Pemerintah Kota
Bandung.
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh audit kinerja sektor publik dan
indepedensi auditor terhadap akuntabilitas publik secara parsial maupun
simultan pada Dinas Pemerintah Kota Bandung.
1.4Kegunaan penelitian
Kegunaan penelitian menerangkan manfaat penulisan karya ilmiah ini yang
untuk dipergunakan dengan tujuan penulisan dari segi berbagai bidang dan
1.4.1Kegunaan Praktis
Sedangkan kegunaan praktis yang ingin diperoleh dalam penelitian ini
adalah untuk mempelajari:
1. Sebagai tambahan informasi mengenai Pengaruh Audit Kinerja Sektor
Publik dan Indepedensi Auditor Terhadap Akuntabilitas Publik pada
Dinas Pemerintah Kota Bandung.
2. Dalam hal pengembangan ilmu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pengayaan atas teori-teori yang telah ada
3. Bagi dunia pendidikan, diharapkan dapat menjadi acuan dan sumbangan
pemikiran pengembangan pendidikan akuntansi dimasa yang akandatang.
4. Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini dapat menjadi tambahan literatur
yang dapat menjadi rujukan dalam pengambilan keputusan, untuk
menganalisisAudit Kinerja Sektor Publik dan Indepedensi Auditor
terhadap Akuntabilitas Publik.
5. Bagi divisi yang terkait dengan penelitian ini dapat memberikan
pandangan bagi instansi tentang Pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik
dan Indepedensi Auditor Terhadap Akuntabilitas Publik pada Dinas
Pemerintah Kota Bandung.
1.4.2 Kegunaan Akademik
Penelitian atas pengaruh audit kinerja sektor publik dan independensi
auditor terhadap akuntabilitas publik dapat berguna bagi semua pihak yang
berkepentingan, dan disamping itu, penelitian tersebut dapat memberikan manfaat
1. Bagi pengembangan ilmu akuntansi penelitian ini diharapkan dapat
memberikan referensi pengaruh audit kinerja sektor publik dan
independensi auditor terhadap akuntabilitas publik.
2. Bagi peneliti sendiri diharapkan menjadi sarana untuk menambah
pengetahuan tentang pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik dan
Indepedensi Auditor terhadap Akuntabilitas Publik . Kedepannya
diharapkan menjadi acuan bagi peneliti berikutnya, dalam rangka
pengembangan ilmu mengenai topik ini.
3. Bagi peneliti selanjutnya, Sebagai bahan referensi bagi peneitian
selanjutnya yang tertarik melakukan penelitian yang sama dan juga dapat
dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam
penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Audit Kinerja
Sektor Publik danIndepedensi Auditor terhadap Akuntabilitas Publik.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berencana melaksanakan penelitian pada 14
Dinas Pemerintah Kota Bandung melalui survey oleh Insepktorat
1.5.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu dan pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada bulan
Maret 2011 sampai dengan September 2011.
Tabel 1.1
Pelaksanaan Penelitian
Mar-11 Apr-11 May-11 Jun-11 Jul-11 Aug-11 Sep-11 I
1 pangambilan data dan pengolahan data
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS
2.1Kajian Pustaka
Pada Bagian ini penulis akan membahas mengenai pengertian dan pemahaman
audit kinerja sektor publik, independensi auditor dan akuntabilitas publik dengan
menganalisa data-data maupun teori yang telah dikumpulkan oleh penulis yang
berhubungan dengan audit kinerja sektor publik, independensi auditor,
akuntabilitas publik.
2.1.1 Audit Kinerja Sektor Publik
Audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta menilai kewajaran laporan
keuangan sektor publik, tetapi juga menilai ketaatan aparatur pemerintahan
terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku, Disamping itu, auditor
sektor publik juga memeriksa dan menilai sifat-sifat hemat (ekonomis), efisien
serta keefektifan dari semua pekerjaan, pelayanan atau program yang dilakukan
pemerintah, Dengan demikian, bila kualitas audit sektor publik rendah, akan
mengakibatkan risiko tuntutan hukum (legitimasi) terhadap pejabat pemerintah
dan akan muncul kecurangan, korupsi, kolusi serta berbagai ketidakberesan.
Menurut Abdul Halim(2005:7) mengenai makna audit sektor publik adalah
sebagai berikut:
“Auditing sektor publik adalah suatu kontrol atas organisasi pemerintah yang
memberikan jasanya kepada masyarakat, seperti pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, Audit dapat mencakup audit laporan keuangan, audit
Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010:14) mengenai pemahaman
Audit pemerintah adalah sebagai berikut:
“Auditor yang berasal dari lembaga pemeriksa pemerintah, di indonesia
lembaga yang bertangung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan negara adalah badan pemeriksa keuangan (BPK) sebagai lembaga pada tingkat tertinggi, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jendral (Itjen) yang ada pada departemen-departemen pemerintah”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa audit sektor publik merupakan
Audit yang mengarah pada pemeriksaaan pemerintah, meliputi audit laporan
keuangan, audit atas hal-hal yang berkaitan dengan keuangan, audit ekonomi dan
efisiensi operasi organisasi, audit atas program pemerintah dan BUMN dimana
hasil audit itu sendiri dapat dipengaruhi oleh pelayanan yang dirasakan oleh
masyarakat.
2.1.1.1 Jenis Audit Sektor Publik
Ditinjau dari prespektif audit sektor publik sesuai dengan pekembangan dan
tuntunan kebutuhannya, serta sifat, tujuan, dan ruang lingkungnya, menurut I
Gusti Agung Rai(2008) dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis, yaitu:
(1). Audit keuangan
(2). Audit Kinerja
(3). Audit Investigasi
Adapun penjelasan masing-masing pada point diatas tersebut sebagai berikut : 1. Audit keuangan adalah secara tradisional, Pemeriksaan keuangan dan
2. Audit Kinerja adalah Sebagai sebuah pengujian secara sistematis,
terorganisasi dan objektif atas sesuatu entitas untuk menilai pemanfaatan
sumber daya dalam memberikan pelayanan publik secara efisien dan efektif
dalam memenuhi harapan stakeholder dan memberikan rekomendasi guna
peningkatan kerja.
3. Audit Investigasi adalah audit dengan tujuan khusus, yaitu untuk
membuktikan dugaan penyimpangan dalam bentuk: kecurangan (Fraud), Ketidakteraturan (irregularities), pengeluaran illegal (illegal expenditures) atau penyalahgunaan kewenagan (abuse of power) di bidang pengelolaan keuangan Negara.
Dari penjelasan Audit Sektor Publik diatas penelitian lebih ditekankan pada audit
Kinerja sektor publik yang akan dijelaskan sebagai berikut.
2.1.1.2 Audit Kinerja Sektor Publik
Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan
kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang
diaudit. Audit kinerja merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara
independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil
yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang
berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada
publik sebagai berikut :
Menurut I Gusti Agung Rai (2008:24)menjelaskan definisi audit kinerja sektor publikadalah :
“audit yang dilakuakan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai macam
bukti untuk menilai kinerjaentitas yang di audit dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja dan entitas yang diaudit dan
meningkatkan akuntabilitas publik “ .
Menurut Ihyaul Ulum (2009:55) menjelaskan definisi Audit Kinerja Sektor Publik adalah:
“Pengujian sistematis, Teorganisasi, dan objektif atas suatu entitas untuk menilai pemanfaatan sumber daya dalam memberikan pelayanan publik secara efisien dan efektif dalam memenuhi harapan stakeholder dan memberikan rekomendasi guna
peningkatan kinerja”
Beberapa hal yang terdapat dalam audit kinerja sektor publik meliputi : 1. Penelitian awal informasi kinerja
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kinerja 3. Fokus Pada Ukuran-Ukuran Penting
4. Perencanaan dan pelaksanaan audit kinerja sektor publik 5. Pengendalian kinerja audit sektor publik
Peneliti menyimpulkan dari pengertian diatas bahwa audit kinerja sektor
publik adalah suatu audit yang dilakukan di intansi sektor publik dengan tujuan
menilai kinerja dalam hal ekonomi,efisiensi dan efektivitas untuk memperbaiki
kinerja dan memberikan pelayanan publik secara efisien dan efektif dalam
memenuhi harapan stakeholder dan memberikan rekomendasi guna peningkatan
kinerja.
Berikut beberapa penjelasan mengenai hal-hal yang terdapat di dalam audit
kinerja sektor publik:
1. Penelitian awal informasi kinerja
sumber informasi kinerja (baik kinerja keuangan maupun non keuangan) untuk
memastikan adanya konsistensi antara pengetahuan auditor dengan lingkungan
operasional dan struktur instansi pemerintah, khususnya yang terkait dengan
sistem perencanaan dari instansi pemerintah yang diaudit.
Seperti yang dikemukakan Ihayul Ulum mengenai Tujuan penelitian awal
informasi kinerja sektor publik, sebagai berikut:
a. Memberikan pemahaman yang memadai bagi auditor terhadap arti
penting dan substansi dari berbagai dokumen yang menjadi sumber
informasi kinerja.
b. Membantu auditor dalam hal :
1. Analisis terhadap konteks kinerja yang diaudit, khususnya yang berkaitan dengan sistem pengukuran kinerja.
2. Memehami arti penting capaian kinerja sampai dengan periode yang diaudit, termasuk implementasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan instansi pemerintah.
3. Merumuskan pernyataan sasaran-sasaran audit (statement of audit objectives), yaitu apa yang direncanakan sebagai outcome atau pengaruh dari penugasan audit tersebut.
4. Merumuskan pertanyaan-pertanyaan audit yang harus didapat jawabannya sesuai dengan pernyataan-pernyataan sasaran audit.
c. Melalui penelitian awal terhadap dokumen yang menjadi sumber
informasi kinerja, maka auditor dapat memperoleh gambaran penting
tentang:
1. Jenis dan jumlah indikator kinerja yang digunakan oleh instansi pemerintah.
2. Sumber data kinerja. 3. Struktur organisasi.
4. Saat pengumpulan dan pelaporan informasi 5. Bagaiman cara-cara yang digunakan.
Landasan dasar Indikator yang digunakan oleh penulis dari kinerja audit
sektor publik yaitu penelitian awal informasi kinerja, adalah maksud dan
ruang lingkup:
Maksud dan ruang lingkup menurut ihyaul Ulum M.D adalah maksud dan
ruang lingkup adalah dokumen sumber informasi atau laporan kinerja harus
dinyatakan dengan jelas, pernyataan ruang lingkup meliputi informasi tentang
kelengkapan cakupan laporan atas pelayanan dan program-program
utama/penting dari entitas auditan, maksud dari kriteia ini adalah (1) untuk
menginformasikan kepada pemakai tentang maksud dari dokumen/laporan
tersebut, dan (2) untuk mengenditifikasi program-program dan pelayanan yang
tercakup dalam laporan kinerja tersebut.
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kinerja
Laporan harus berisikan pembahasan tentang faktor-faktor internal dan
eksternal yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja dan akan
membantu memberikan suatu konteks guna memahami kinerja organisasi
maksud dari kriteria ini adalah untuk membantu pengguna memahami
faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja, termasuk kondisi-kondisi
relevan yang berkaitan dengan keadaan negara, regional masyarakat, atau
lingkungan operasi organisasi.
Indikator penelitian yang digunakan dalam tahap ini adalah:
a. Kesesuian dengan standar profesi
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
b. Pengetahuan dan kecakapan
Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan
sifat, saat dan lingkup pengujian serta pelaporan yang direncakan atas hal
yang akan dilakukan pemeriksaan, kepada manajemen entitas yang
diperiksa dan atau pihak yang meminta pemeriksaan.
c. Pendidikan berkelanjutan
Audit internal harus megikuti pelatihan-pelatihan dan pendidikan untuk
meningkatkan kualitas profesionalisme kinerja audit.
d. Ketelitian profesionalisme
Dalam pelaksanaan audit dan penyusuanan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahirannya profesionalnya dengan cermat dan seksama.
3. Fokus pada ukuran-ukuran penting
Laporan harus berfokus pada ukuran-ukuran kinerja penting yang
memberikan dasar untuk menilai hasil dari program-program dan pelayanan
utama, serta tujuan dan sasaran pokok organisasi, laporan kinerja eksternal
haruslah ringkas namum komprehensif dalam cangkupan terhadap kinerja
yang dilaporkan, maksud dari kriteria ini adalah untuk memastikan bahwa
laporan kinerja memberi para pengguna informasi yang memadai untuk
mengambil kesimpulan tentang aspek-aspek penting dari kinerja suatu
organisasi, tanpa memberikan informasi yang melebihi dari kebutuhan para
pengguna.
Indikator yang digunakan dalam penelitian pada tahap ini:
Audit kinerja sektor publik mengadakan pemeriksaan khusus untuk
kasus-kasus yang merugikan banyak pihak pada umunya bersifat keuangan.
b. Perlindungan sumber daya secara ekonomis dan efisien
Informasi kinerja yang dilaporkan harus meliputi informasi tentang
sumber-sumber daya atau biaya-biaya dari program dan pelayanan, dapat
juga dilaporkan informasi kinerja yang berkaitan dengan biaya dari output
atau outcome (ukuran efisien dan efektivitas biaya), maksud dari kriteria
ini adalah untuk membantu penilaian atas sumber-sumber daya yang
digunakan, efisiensi, efektivitas biaya, dan ekonomi dari program-program
dan pelayanan.
4. Perencanaan dan Pelaksanaan Audit Kinerja Sektor Publik
Perencanaan audit kinerja perlu disusun secara matang untung menunjang
kesuksesan audit kinerja, perencanaan audit yang baik merupakan faktor
penting untuk dapat diperolehnya bukti audit (evidence) yang cukup dan kompeten guna mendukung isi laporan audit.
Rencana audit pada umunya berisi uraian mengenai area yang akan
diaudit, jangka waktu pelaksanaan audit, personel yang dibutuhkan, dan
sumber daya lain yang diperlukan untuk pelaksanaan audit.
Indikator yang digunakan dalam penelitian pada tahap ini:
a. Perencanaan pemeriksaan
Informasi kinerja yang dilaporkan harus meliputi informasi komparatif
untuk menilai kinerja, seperti periode lainnya, target yang ditetapkan atau
untuk memberikan perbandingan yang jelas guna menilai kineja organisasi,
program, dan pelayanannya.
b. Pengujian dan pengevaluasian
Ketersediaan laporan kinerja eksternal dan bagaimana mendapatkan laporan
tersebut harus dikomunikasikan secara luas melalui saluran-saluran yang
tepat kepada organisasi dan pengguna yang ditujukan, informasi kinerja
harus dikomunikasikan melalui berbagai medium dan metode yang sesuai
dengan para pengguna yang ditunjukan, maksud dari kriteria ini adalah (1)
memastikan bahwa sekelompok besar dari pengguna potensial menyadari
bahwa laporan kinerja tersedia, dan (2) memberi informasi kinerja dalam
suatu bentuk sehingga berbagai pengguna yang berbeda dapat mengakses,
memahami, dan menggunakan untuk mencapai kesimpulan terhadap
hasil-hasil organisasi.
c. Penyampaian hasil pemeriksaan
Informasi kinerja yang dilaporkan harus diagregasikan atau dipilah-pilah
bedasarkan kebutuhan dan kepentingan dari pengguna yang ditunjukan
maksud dari kriteria ini adalah untuk memberi informasi kinerja yang (1)
tidak menyesatkan sebab kurang jelas atau tidak merepresentasikan kinerja
yang sebenarnya, dan (2) relevan kepada para pengguna dengan
kepentingan dan kebutuhan yang berbeda-beda.
d. Tindak lanjut hasil pemeriksaan
Identifikasikan bidang-bidang atau kegiatan-kegiatan yang kemungkinan
mengakibatkan tujuan entitas auditan tidak tercapai, hasil indentifikasi ini
dapat dipergunakan sebagai dasar sementara dalam penentuan tujuan audit,
ruang lingkup audit, sasaran audit, penentuan kriteria dan bukti-bukti audit
yang diperlukan.
5. Pengendalian Kinerja Audit Sektor Publik
Mencangkup kebijakan dan prosedur dalam rangka pengendalian untuk
memberikan keyakinan bahwa pentujuk yang dibuat oleh pemerintah dan
manajemen telah dilaksanakan.
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Kebijaksanaan dan prosedur
Program audit yang dibuat, agar diperoleh ketetapan penentuan
prosedur-prosedur audit sehingga terhindar dari pelaksanaan prosedur-prosedur-prosedur-prosedur
audit sehingga terhindar dari pelaksanaan prosedur yang sebenarnya tidak
diperlukan.
b. Pengembangan SDM Audit Internal
Teknik yang digunakan untuk menetukan kekuatan dan kelemahan
pengendalian organisasi sektor publik adalah dengan melakukan survei
terhadap sejumlah pegawai organisasi sektor publik yang bersangkutan
penelaahan dokumen, pengamatan lapangan, dan wawancara, survey
dapat dilakukan dengan menggunakan instrument kuesioner yang
2.1.1.3 Standar Pelaksanaan Audit Kinerja
1. Pekerjaan harus direncanakan secara memadai.
2. Staf harus disupervisi dengan baik.
3. Bukti yang cukup kompeten dan relevan harus diperoleh untuk
menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi.
4. Membuat simpulan hasil audit dan memberikan rekomendasi untuk
perbaikan kepada pengelola entitas yang di audit.
2.1.2 Independensi Auditor
2.1.2.1Pengertian Independensi Auditor
Independensi auditor diperlukan karena auditor sering disebut sebagai
pihak pertama dan memegang peran utama dalam pelaksanaan audit kinerja,
karena auditor dapat mengakses informasi keuangan dan informasi manajemen
dari organisasi yang diaudit, memiliki kemampuan profesional dan bersifat
independen. Walaupun pada kenyataannya prinsip independen ini sulit untuk
benar-benar dilaksanakan secara mutlak, antara auditor dan auditee harus
berusaha untuk menjaga independensi tersebut sehingga tujuan audit dapat
tercapai. Independensi auditor merupakan salah satu dasar dalam konsep teori
auditing. Dalam hal ini ada dua aspek independensi, yaitu independensi yang
dan pentingnya istilah yang berkaitan dengan opini auditor atas laporan keuangan.
Aspek independensi yang kedua adalah independensi yang
muncul/tampak (independence in appearance) dari para auditor sebagai kelompok profesi yang biasa disebut "profession independence".adapun pengertian independensi auditor sebagai berikut :
Menurut Moller dan Witt (2000:31) menjelaskan Indepedensi adalah:
“sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai
kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan
dengan prinsip integritas dan objektivitas.”
Menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (2007:21) , Indepedensi
Auditor adalah:
“pemeriksa bertanggung jawab untk mempertahnakan sikap indepedensi
dalam sikap mental (independent in fact) dan indepedensi dalm
penampilan prilaku (independent in appearance) pada saat melaksanakan
pemeriksaan. Bersikap objective merupakan cara berpikir yang jelas tidak
memihak, jujur secara intelektual dan bebas dari kepentingan.”
Peneliti menyimpulkan dari kedua pengertian diatas bahwa indepedensi
auditor adalah sikap yang dimiliki seorang auditor yang harus mempunyai sikap
2.1.2.2Tiga Aspek indepedensi Seorang Auditor
Menurut Abdul Halim (2001:21) tiga aspek indepedensi seorang auditor
adalah :
(1) Independence in fact (indepedensi dalam kenyataan), yakni auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi.
(2) Independence in apprance (indepedensi dalam penampilan), yang merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan
pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa
sehingga pihak lain akan mempercayai sikap indepedensi dan objektivitas.
(3) Indepdence in competence(indepedensi dari sudut keahlian), yang berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.
2.1.2.3Kode Etik Indepedensi Auditor
Adapun penjelasan tentang kode etik independensi auditor yang di dapat
dari inspektorat Kota Bandung sebagai berikut :
Menurut Inspektorat Kota Bandung (2011) bahwa terdapat kode etik
Indepedensi Auditor Yaitu:
1. menghindari upaya meminta dan/ atau mencari informasi diluar konteks pelaksanaan
2. tidak mengkomunikasikan aspek temuan dan/atau hasil audit kepada pihak lain yang tidak ada hubunganya dengan pelaksanaan tuga,
3. menghindari permintaan pelayanan dan fasilitas kepada auditanbaik kepentingan kolektif maupun bersifat pribadi.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa kode etik auditor mencakup hal
aspek temuan dan menghindarri permintaan pelayanan dari pihak luar yang ada
atau tida ada hubungannya dalam hal pemeriksaan.
2.1.3 Akuntabilitas Publik
Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik dewasa
ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh
organisasi sektor publik termasuk pemerintah.Tuntutan akuntabilitas sektor publik
terkait dengan perlu dilakukannya transparansi dan pemberian informasi kepada
publik dalam rangka pemenuhan hak-hak publik.
2.1.3.1Pengertian Akuntabilitas Publik
Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya
kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan
untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. adapun pengertian lain akuntabilitas
publik sebagai berikut :
Menurut Ihyaul Ulum. MD (2004:40) pengertian akuntabilitas publik adalah sebagai berikut:
“Suatu pertanggungjawaban oleh pihak-pihak yang diberi kepercayaan oleh masyarakat atau individu dimana nantinya terdapat keberhasilan atau kegagalan di dalam pelaksanaan tugasnya tersebut dalam mencapai tujuan
Sedangkan menurut Mahmudi (2007:9) pengertian akuntabilitas publik dalam konteks organisasi pemerintah adalah sebagai berikut:
“Akuntabilitas publik adalah pemberian informasi atas aktivitas dan kinerja pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”
peneliti menyimpulkan dari kedua pengertian diatas bahwa akuntabilitas publik adalah pertanggung jawaban yang di berikan oleh pemerintah kepada setiap pihak yang di beri amanah untuk pelaksanaan tugasnya.
2.1.3.2Jenis-jenis Akuntabilitas Publik
Adapun penjelasan jenis-jenis akuntabilitas publik sebagai berikut :
Menurut Mardiasmo(2004:21)akuntabilitas publik terdiri atas dua macam,
yaitu:
1. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability)
2. Akuntabilitas horisontal (horizontal accountability).
Lebih lanjut jenis-jenis akuntabilitas publik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Akuntabilitas vertikal (vertical accountability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi. Misalnya
pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah,
pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan
pemerintah pusat kepada MPR. Berlaku bagi setiap tingkatan dalam organisasi
internal penyelenggaraan negara termasuk pemerintah.Dimana setiap pejabat
atau petugas publik baik individu atau kelompok secara hirarki berkewajiban
perkembangan kinerja atau hasil pelaksanaan kegiatannya secara periodik
maupun sewaktu-waktu bila dipandang perlu.
(2)Akuntabilitas horisontal (horizontal accountability) adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Melekat pada setiap lembaga
negara sebagai satu organisasi untuk mempertanggungjawabkan semua
amanat yang telah diterima dan dilaksanakan ataupun perkembangannya untuk
dikomunikasikan kepada pihak eksternal dan lingkungannya.
2.1.3.3Dimensi Akuntabilitas Publik
Adapun penjelasan dimensi yang peneliti dapatakan mengenai dimensi
akuntabilitas publik sebagai berikut :
Menurut Mahmudi (2007:9) dimensi akuntabilitas publik yang harus dipenuhi
oleh organisasi sektor publik antara lain:
1. Akuntabilitas hukum dan kejujuran (accountability for probity and legality),
2. Akuntabilitas manajerial (manajerial accountability), 3. Akuntabilitas program (programe accountability), 4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability),dan 5. Akuntabilitas finansial (financial accountability).
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa akuntabilitas publik
hendaknya dipahami bukan sekedar akuntabilitas finansial saja, akan tetapi
akuntabilitas lainnya yaitu akuntabilitas kejujuran dan hukum, akuntabilitas
manajerial, akuntabilitas program, dan akuntabilitas kebijakan. Lebih lanjut
(1) Akuntabilitas hukum dan kejujuran
Akuntabilitas hukum dan kejujuran adalah akuntabilitas lembaga-lembaga
publik untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan mentaati ketentuan hukum
yang berlaku. Akuntabilitas hukum berkaitan dengan kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam menjalankan organisasi,
sedangkan akuntabilitas kejujuran berkaitan dengan penghindaran
penyalahgunaan jabatan (abuse of power), korupsi, dan kolusi. (2)Akuntabilitas manajerial
Akuntabilitas manajerial adalah pertanggungjawaban lembaga publik untuk
melakukan pengelolaan organisasi secara efisien dan efektif. Akuntabilitas
manajerial juga dapat diartikan sebagai akuntabilitas kinerja (performance accountability) dan berkaitan pula dengan akuntabilitas proses (process accountability).
(3)Akuntabilitas program
Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah
mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal
dengan biaya yang minimal. Lembaga-lembaga publik harus
mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada
pelaksanaan program.
(4)Akuntabilitas kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban lembaga publik
dipertimbangkan apa tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu diambil,
siapa sasarannya, pemangku kepentingan (stakeholder) mana yang akan terpengaruh dan memperoleh manfaat dan dampak (negatif) atas kebijakan
tersebut.
(5)Akuntabilitas finansial
Akuntabilitas finansial adalah pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik
untuk menggunakan uang publik (publik money) secara ekonomi, efisien, dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana serta korupsi. Akuntabilitas
finansial mengharuskan lembaga-lembaga publik untuk membuat laporan
keuangan untuk menggambarkan kinerja finansial organisasi kepada pihak luar.
2.1.4 Keterkaitan antara Variabel Penlitian
2.1.4.1 Hubungan Audit Kinerja Sektor Publik Dengan Akuntabilitas Publik
Adapun peneliti mendapatkan teori yang menghubungkan antara audit
kinerja sektor publikterhadap akuntabilitas publik sebagai berikut:
Menurut I Gusti Agung Rai (2008) menjelaskan bahwa terdapat hubungan
antara audit kinerja sektor publik dan akuntabilitas publikyaitu :
“audit yang dilakuakan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai
macam bukti untuk menilai kinerja entitas yang di audit dalam hal ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja dan entitas
2.1.4.2Hubungan Audit Kinerja Terhadap Akuntabilitas Publik.
Menurut Indra Bastian (2007:48) menjelaskan bahwa terdapat hubungan
antara audit kinerja,indepedensi auditor terhadap akuntabilitas Publik yaitu :
“Sektor publik mengenal yang nama audit kinerja (perfomance audit) yang merupakan pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap berbagai macam bukti untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas atau program/kegiatan Pemerintah yang diaudit. Audit kinerja dimaksudkan untuk dapat meningkatkan tingkat akuntabilitas pemerintah dan memudahkan pengambilan keputusan oleh pihak yang bertanggung jawab
untuk mengawasi dan memprakarsai tindakan koreksi.”
2.1.4.3Hubungan Indepedensi Auditor Terhadap Akuntabilitas Publik
Menurut Willopo (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan antar
indepedensi auditor dan akuntabilitas Publik yaitu :
“Kemampuan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) dari sektor publik pemerintah sangat tergantung pada Kualitas auditor sektor publik salah satunya yaitu kapabilitas teknikal auditor serta independensi auditor baik secara pribadi maupun kelembagaan.”
Dari kedua teori penghubung audit kinerja sektor publik terhadap
akuntabilitas publik dan independensi auditor terhadap akuntabilitas publik dapat
ditarik kesimpulan menurut peneliti bahwa terdapat keterkaitan audit kinerja
sektor publik dan independensi auditor berpengaruht terhadap akuntabilitas publik
dan di dorong dengan jurnal – jurnal sebelumnya yang menyatakan bahwa strategi
audit kinerja sektor publik antara lain untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas publik, dan independensi auditor terhadap akuntabilitas publik yang
2.2 Kerangka Pemikiran
Naratif
Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi,
kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara.Keluhan "birokrat
tidak mampu berbisnis" ditujukan untuk mengkritik buruknya kinerja
perusahaan-perusahaan sektor publik.Pemerintah sebagai salah satu organisasi sektor publik
pun tidak luput dari tudingan ini.Organisasi sektor publik pemerintah merupakan
lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal
dari masyarakat.Oleh karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat
kepada penyelenggara pemerintahan haruslah diimbangi dengan adanya
pemerintahan yang bersih.
Pemerintahan yang bersih atau good governance ditandai dengan tiga pilar utama yang merupakan elemen dasar yang saling berkaitan.Ketiga elemen dasar
tersebut adalah partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Suatu pemerintahan
yang baik harus membuka pintu yang seluas-luasnya agar semua pihak yang
terkait dalam pemerintahan tersebut dapat berperan serta atau berpartisipasi secara
aktif, jalannya
pemerintahan harus diselenggarakan secara transparan dan pelaksanaan
pemerintahan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan. Dalam bahasa
akuntansi, akuntabilitas (kemampuan memberikan pertanggungjawaban)
tersebut memegang peran yang penting agar dapat memenuhi tugas pemerintahan
yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dalam suatu masyarakat
yang demokratis.(Wilopo, 2001)
Hasil kerja intansi pemerintah yang telah dicapai, dalam rangka implementasi
urusan pemerintah sesuia bidang pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya,
dapat diketahui melalui informasi tentang akuntabilitas masing-masing intansi
pemerintah tersebut,informasi tentang akuntabilitas Publik dibutuhkan oleh
pemerintah berdasarkan informasi tersebut, pemerintah bahan pengambilan
keputusan untuk melakukan perbaikan-perbaikan manajemen dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang lebih baik. Informasi tersebut juga
diperlukan sebagai dasar penyusunan laporan pertanggungjawaban kepala
pemerintah sebagai penyelenggara pemerintah kepada masyarakat melalui DPR/D
di setiap akhir tahun anggaran dan diakhir jabatan kepala pemerintah.
Akuntabilitas Publik merupakan salah satu bagian isu kebijakan yang strategis
di Indonesia saat ini karena perbaikan akuntabilitas Publik berdampak pada upaya
terciptanya good governance. Perbaikan akuntabilitas Publik juga berdampak luas pada bidang ekonomi dan politik (Agus Dwiyanto,2006) .
Dalam bidang ekonomi, perbaikan akuntabilitas Publik mendorong pada
perbaikan iklim investasi,sedangkan dalam bidang politk akuntabilitas Publik
akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk menyampaikan
seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif atau organisasi kepada pihak yang
memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban.
Dalam akuntabilitas publik memilik 4 dimensi yang harus dipenuhi oleh
organisasi sektor publik antara lain akuntabilitas hukum dan kejujuran,
akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program, akuntabilitas kebijakan, dan
akuntabilitas financial. (Mahmudi; 2007; 9)
Untuk menjawab dan menerangkan kinerja badan hukum/ seseorang /
pimpinan pemerintah memiliki keputusan Walikota Kota Bandung Nomor 70
Tahun 2002 tentang Pedoman Operasional Pemeriksaaan Inspektorat Kota
Bandung, telah ditetapkan suatu acuan dasar yang digunakan sebagai pegangan
para pemeriksa dilingkungan Inspektorat Kota Bandung didalam melaksanakan
tugas dan fungsi pengawasan.
Pengawasan yang dilakukan oleh inspektorat tidak hanya berpengawasan
terhadap keuangan tetapi terhadap kinerja instansi pemerinta yang dilakukan oleh
inspektorat dengan cara audit kinerja, Audit Kinerja ditetapkan untuk menjamin
mutu hasil audit, setiap tahap mempunyai prosedur yang harus diikuti auditor agar
hasil yang dicapai sesuai dengan hasil yang direncanakan.
Salah satunya tahap standarpelaksanaan audit kinerja sector publikyang harus
dijalankan yaitu :
2. Staf harus disupervisi dengan baik.
3. Bukti yang cukup kompeten dan relevan harus diperoleh untuk menjadi
dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi.
4. Membuat simpulan hasil audit dan memberikan rekomendasi untuk
perbaikan kepada pengelola entitas yang di audit.(I Gusti Agung Rai: 2008)
Audit kinerja merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara
independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil
yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang
berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada
pihak-pihak pengguna laporan tersebut.
Agar audit kinerja berjalan dengan baik tanpa ada habatan dari pihak luar
auditor kinerja harus memiliki indepedensi yang baik, Menurut Arens, Elder dan
Beasley dalam “Auditing and Assurance Service An Integrated Approach Tenth Edision”, independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan
laporan audit. Menurut Standar Audit Pemerintahan 1995, independensi
merupakan suatu pendapat, kesimpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil
audit yang dilaksanakan secara tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh
pihak ketiga yang memiliki pengetahuan mengenai hal itu. Dalam Standar
14 Pernyataan standar umum kedua: “Dalam semua hal yang berkaitan dengan
pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam
sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang
dapat mempengaruhi independensinya”.
Untuk memperkuat sikap indepedensi (Inspektorat:2011), auditor harus
memiliki kode etik yaitu:
1. menghindari upaya meminta dan/ atau mencari informasi diluar
konteks pelaksanaan.
2. tidak mengkomunikasikan aspek temuan dan/atau hasil audit kepada
pihak lain yang tidak ada hubunganya dengan pelaksanaan tuga,
3. menghindari permintaan pelayanan dan fasilitas kepada auditanbaik
kepentingan kolektif maupun bersifat pribadi.
audit kinerja sektor publik memberikan dampak pengaruh dalam menciptakan
akuntabilitas publik yang penulis dapatkan dalam jurnal yang berjudul
akuntabilitas publik dan pentingnya audit kinerja sektor publik dalam era otonomi
daerah, menjelaskan bahwa strategis audit kinerja sektor publik yaitu :
1. untuk menilai memperbaiki dan meningkatkan kinerja ekonomi.
2. Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik.
3. Mendorong terciptanya clean government, good governance accountable government baik pada pemerintah pusat dan daerah.(Anna Sumaryati & Andreas Lako 2003)
Ini menandakan dan memperkuat bahwa terdapat pengaruh antara audit
akuntabiltas publik tidak hanya sebatas audit kinerja saja yang harus baik tetapi
orang yang melaksanakan pengauditan pun harus memiliki sikap independensi
yang kuat agar tercipata semuanya dengan baik.
Independensi auditor diperlukan karena auditor sering disebut sebagai pihak
pertama dan memegang peran utama dalam pelaksanaan audit kinerja, karena
auditor dapat mengakses informasi keuangan dan informasi manajemen dari
organisasi yang diaudit, memiliki kemampuan profesional dan bersifat
independen. Walaupun pada kenyataannya prinsip independen ini sulit untuk
benar-benar dilaksanakan secara mutlak, antara auditor dan auditee harus
berusaha untuk menjaga independensi tersebut sehingga tujuan audit dapat
tercapai.Independensi auditor merupakan salah satu dasar dalam konsep teori
auditing.Dalam hal ini ada dua aspek independensi, yaitu independensi yang
sesungguhnya (real independence) dari para auditor secara individual dalam menyelesaikan pekerjaannya, yang biasa disebut dengan "practitioner independence". Real independence dari para auditor secara individual mengandung dua arti, yaitu kepercayaan diri (self reliance) dari setiap personalia dan pentingnya istilah yang berkaitan dengan opini auditor atas laporan
keuangan.Aspek independensi yang kedua adalah independensi yang
muncul/tampak (independence in appearance) dari para auditor sebagai kelompok profesi yang biasa disebut "profession independence".
Independensi auditor pun memberikan dampak pengaruh terhadap
akuntabilitas publik yaitu seperti yang peneliti dapatakana dalam jurnal yang
dalam jurnal ini menjelaskan bahwa independensi auditor memiliki
dampak signifikan pada disposisi akuntabilitas perusahaan publik Nigeria, hal ini
memperkuat bahwa terdapat hubungan atau pengaruh antara independensi auditor
untuk menciptakan akuntabilitas publik.
Apabila audit kinerja dan indepedensi auditor dijalankan dengan baik maka
akuntabilitas publik akan terlaksana sesuai yang diharapkan dan apabila
akuntabilitas Publik telah terlaksana dengan aturan yang sesuai harapan maka
pemerintah sudah bisa terbilang sukses dalam melaksanakan pemerintahan yang
Gambar : 2.1
1. Pekerjaan harus direncanakan dengan baik. 2. Staf harus di supervise dengan baik.
3. Bukti yang cukup kompeten dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi. 4. Membuat simpulan hasil audit dan
memberikan rekomendasi untuk perbaikan kepada pengelola entitas yang di audit
1. Menghindari upaya meminta dan/ atau mencari informasi diluar konteks pelaksanaan.
2. Tidak mengkomunikasikan aspek temuan dan/atau hasil audit kepada pihak lain yang tidak ada hubunganya dengan pelaksanaan tugas.
3. Menghindari permintaan pelayanan dan fasilitas kepada auditan baik kepentingan kolektif maupun bersifat pribadi.
Pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik Dan Indepedensi Auditor Terhadap
Gambar : 2.2 Paradigma Penelitian
2.3 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2009:93) mengungkapkan bahwa pengertian hipotesis
adalah sebagai berikut:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun
dalam bentuk kalimat pertanyaan.”
Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat
sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran
diatas, maka yang dapat disajikan oleh penulis adalah berhipotesis bahwa : X1
Audit Kinerja Sektor Publik
X2
Independensi Auditor
Y
Audit Kinerja Sektor Publik dan Indepedensi Auditor berpengaruh