• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Karakteristik, Status Gizi, dan Imunisasi Pada Pasien Tuberkulosis Anak di Puskesmas Wilayah Kota Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Karakteristik, Status Gizi, dan Imunisasi Pada Pasien Tuberkulosis Anak di Puskesmas Wilayah Kota Tangerang Selatan"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

i

GAMBARAN KARAKTERISTIK, STATUS GIZI, DAN IMUNISASI PADA PASIEN TUBERKULOSIS ANAK

DI PUSKESMAS WILAYAH KOTA TANGERANG SELATAN

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH : Rezki Mulyadi NIM : 1111103000064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu‘alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat-Nya dan segala kemudahan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi dengan judul "Gambaran Karakteristik, Status Gizi, dan Imunisasi Pada Pasien Tuberkulosis Anak di Puskesmas Wilayah Kota Tangerang Selatan". Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan para sahabat serta keluarganya. Skripsi ini merupakan persyaratan untuk menyelesaikan program studi pendidikan dokter di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ucapan tersebut ditujukan kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Prof. Dr. dr. Sardjana, SpOG, Maftuhah, Ph.D, Fase Badriah, Ph.D, selaku Dekan dan Wakil Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggungjawab modul Riset.

5. dr. Yanti Susianti, SpA selaku Pembimbing I dalam penulisan penyusunan skripsi, yang telah memberikan masukan, waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing saya dalam penelitian ini.

6. dr. Mukhtar Ikhsan, SpP(K), MARS selaku Pembimbing II dalam penulisan penyusunan skripsi, yang telah memberikan masukan, waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing saya dalam penelitian ini.

7. dr. Riva Auda, SpA selaku Penguji I sidang skripsi 8. dr. Nida Farida, SpM selaku Penguji II sidang skripsi

(6)

vi

10.Seluruh Kepala Puskesmas di wilayah Kota Tangerang Selatan yang telah membantu dan memberikan ijin dalam melakukan penelitian

11.Seluruh petugas pemegang program TB Paru di Puskesmas Wilayah Kota Tangerang Selatan, terima kasih banyak atas bantuannya

12.Seluruh staf Tata Usaha Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu.

13.Sahabat mahasiswa Kesehatan Masyarakat khususnya Cory Selviana Devi mahasiswa Kesehatan Masyarakat 2012 dan rekan sejawat Pendidikan Dokter yang selalu memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini sebagai saksi selama peneliti melakukan penelitian.

(7)

vii ABSTRAK

Rezki Mulyadi. Pendidikan Dokter. Gambaran Karakteristik, Status Gizi, dan Imunisasi Pada Pasien Tuberkulosis Anak di Puskesmas Wilayah Kota Tangerang Selatan. 2015

Tuberkulosis anak masih merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Proporsi TB anak di Indonesia mencapai 11,2%. TB pada anak erat kaitannya dengan TB dewasa. Selain itu, TB anak juga berkaitan dengan kondisi status gizi dan riwayat imunisasi BCG. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik, status gizi, dan imunisasi BCG pada pasien tuberkulosis anak di Puskesmas Wilayah Kota Tangerang Selatan tahun. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 96 sampel yang diambil secara total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 96 anak, 46 anak (47,9%) memiliki status gizi kurang dan 53 anak (55,2%) tidak diimunisasi BCG.

Kata kunci : status gizi, imunisasi BCG, tuberkulosis pada anak.

ABSTRACT

Rezki Mulyadi. Medical Education. The Describe of Nutritional Status and Immunization of Tuberculosis Patient in Children at Health Center Ciputat in South Tangerang City. 2015

Tuberculosis children are still a major health problem in Indonesia. TB proportion of children in Indonesia reached 11,2 %. TB in children is closely related to adult TB. In addition, TB children is also associated with nutritional status and BCG immunization history. This study aims to know of describe the characteristics, nutritional status and immunization of BCG of tuberculosis in children in South Tangerang City Regional Health Center.

This is a descriptive study with cross sectional approach. The samples used were 96 samples taken by total sampling. The results showed that of the 96 children, 46 children (47.9%) have less nutritional status and 53 children (55.2%) were not immunized BCG.

(8)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 4

1.4.1 Bagi Peneliti ... 4

1.4.2 Bagi Institusi ... 4

1.4.3 Bagi Dinas Kesehatan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Epidemiologi Tuberkulosis ... 5

2.2 Etiologi dan Cara penularan Tuberkulosis ... 7

2.3 Patogenesis Tuberkulosis ... 8

2.3.1 Tuberkulosis primer ... 8

2.3.2 Tuberkulosis pasca primer (tuberkulosis sekunder) ✁ ✂ 2.4 Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis ... 11

(9)

ix

2.6 Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis ... 14

2.6.1. Status Gizi ... 14

2.6.2. Imunisasi BCG...16

2.6.3. Umur...18

2.6.4. Jenis Kelamin...18

2.7 Penegakan Diagnosis Tuberkulosis ... 15

2.8 Kerangka Teori ... 22

2.9 Kerangka Konsep ... 22

2.10 Definisi Operasional ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

3.1 Desain Penelitian ... 24

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

3.4 Besar sampel ... 24

3.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi ... 25

3.6 Alur Penelitian... 25

3.7 Cara Kerja Penelitian ... 25

3.8 Variabel Penelitian ... 26

3.9 Manajemen Data ... 26

3.9.1 Pengumpulan data... 26

3.9.2 Pengolahan data ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Hasil Penelitian ... 27

4.1.1 Karakteristik Pasien TB Anak di beberapa Puskesmas di Wilayah Kota Tangerang Selatan ... 27

4.1.2 Distribusi Umur ... 27

4.1.3 Distribusi Jenis Kelamin ... 28

4.1.4 Gambaran Status Gizi Saat Pengukuran ... 29

4.1.5 Gambaran Status Imunisasi BCG ... 30

4.2 Keterbatasan Penelitian ... 32

4.2.1 Desain Penelitian ... 32

4.2.2 Asal populasi ... 32

(10)

x

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

5.1 Kesimpulan... 33

5.2 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kategori Status Gizi Berdasarkan Zscore ... 17

Tabel 2.2 Sistem Skor Diagnosis Tuberkulosis Anak ... 22

Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden... 29

Tabel 4.2 Distribusi Berat Badan Responden ... 30

Tabel 4.3 Distribusi Jenis Kelamin Responden ... 30

Tabel 4.4 Gambaran Status Tuberkulosis Paru Anak ... 31

Tabel 4.5 Gambaran Status Gizi Saat Pengukuran ... 31

Tabel 4.6 Gambaran Status Gizi Berdasarkan Umur ... 32

Tabel 4.7 Gambaran Status Imunisasi BCG ... 32

Tabel 4.8 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Tuberkulosis ... 33

(12)

xii

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1 Case Notification Rate (CNR) Tuberkulosis ... 7

Grafik 2 Distribusi Jenis Kelamin... 52

Grafik 3 Gambaran Status TB Anak ... 52

Grafik 4 Gambaran Status Gizi ... 53

(13)

xiii

DAFTAR SINGKATAN

ARTI = Annual Risk of Tuberculosis Infection BCG = Bacillus Calmette-Guerin

BTA = Basil Tahan Asam CNR = Case Notification Rate CDR = Case Detection Rate

FKIK = Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

HIV/AIDS = Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency Syndrome

IDAI = Ikatan Dokter Anak Indonesia MDR = Multidrug Resistant

OAT = Obat Anti Tuberkulosis

PA = Patologi Anatomi

SPS = Sewaktu Pagi Sewaktu

SPSS = Statistic Product Service Solution

TB = Tuberkulosis

UIN = Universitas Islam Negeri UKK = Unit Kerja Koordinasi

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Puskesmas Ciputat ... 43

Lampiran 2 Form TB.01 ... 44

Lampiran 3 Hasil Analisis SPSS... 45

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis¸ yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di

paru atau berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial

oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang

tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan

terhadap asam dan pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat.

Bakteri ini tidak tahan terhadap sinar ultraviolet, karena itu penularannya

terutama terjadi pada malam hari.1

Menurut estimasi WHO (World Health Organization) tahun 1989 setiap

tahun terjadi 1,3 juta kasus baru TB muncul dan menimbulkan kematian pada

450.000 anak di bawah umur 15 tahun. Risiko penularan TB di Indonesia

diukur dengan ARTI (Annual Risk Tuberculosis Infection) berarti jumlah yang

bervariasi sekitar 1-3% yang berarti 10-30 orang dalam 1000 penduduk

berisiko tertular TB. Seorang penderita TB dewasa dengan BTA (Basil Tahan

Asam) positif akan menularkan kepada 10 orang di lingkungannya terutama

anak-anak. Bila prevalensi TB dewasa tinggi, tentu prevalensi TB anak pun

akan tinggi, oleh karena itu sangat penting mendeteksi TB dewasa, sehingga

setiap anak yang mempunyai risiko tertular dapat diberikan pencegahan.2

(16)

2

dapat menimbulkan penyakit TB pada anak adalah status gizi, imunisasi BCG

(Bacillus Calmette-Guerin), genetik, dan lingkungan rumah. Kondisi status

gizi buruk atau malnutrisi akan menurunkan daya tahan tubuh, oleh karena

itu dengan penurunan daya tahan tubuh akan memudahkan anak untuk

terkena penyakit infeksi termasuk penyakit tuberkulosis. Imunisasi yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit TB adalah imunisasi BCG.

Pemberian imunisasi BCG akan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

infeksi oleh basil tuberkulosis yang virulen, sehingga jika anak tidak

mendapatkan imunisasi BCG maka kemungkinan anak terinfeksi kuman

TB.2

Jumlah seluruh kasus TB anak dari 7 rumah sakit pusat pendidikan di

Indonesia selama 5 tahun (1998-2002) adalah 1086 penderita TB dengan

angka kematian yang bervariasi dari 0%-14,1%. Kelompok usia terbanyak

adalah 12-60 bulan (42,9%) sedangkan untuk bayi kurang dari 12 bulan

didapatkan 16,5%. Proporsi pasien TB anak di antara seluruh kasus TB tahun

2011 per provinsi mempunyai range antara 1,7%-17,2% dengan provinsi

terendah Sulawesi Tengah dan tertinggi Jawa Barat. 3 Data Riskesdas tahun 2010, di Provinsi Banten diperoleh jumlah penderita TB Paru sebesar 13.877

kasus, dengan BTA positif sebesar 8.018 kasus. Angka penemuan kasus/case

detection rate (CDR) TB paru di Provinsi Banten sebesar 75,2%, sedangkan

data dari Dinas Kesehatan Tangerang Selatan (2012) Proporsi BTA positif

diantara suspek (5-15%) di Tangerang Selatan tahun 2011 sebesar 10%,

(17)

3

Berdasarkan data dan dikaitkan dengan konsep-konsep mengenai TB,

maka peneliti tertarik untuk meneliti gambaran karakteristik, status gizi,

dan imunisasi pada pasien TB anak di Puskesmas Wilayah Kota Tangerang

Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis merumuskan

pertanyaan, yaitu :

1. Bagaimana gambaran karakteristik pasien TB anak di Puskesmas

Wilayah Kota Tangerang Selatan.

2. Bagaimana gambaran status gizi pasien TB anak di Puskesmas Wilayah

Kota Tangerang Selatan.

3. Bagaimana gambaran status imunisasi pasien TB anak di Puskesmas

Wilayah Kota Tangerang Selatan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran karakteristik, status gizi, dan

imunisasi pada pasien TB anak di Puskesmas Wilayah Kota Tangerang

Selatan.

1.3.2 Tujuan Khusus :

1. Mengetahui gambaran karakteristik pasien TB anak di Puskesmas

Wilayah Kota Tangerang Selatan.

2. Mengetahui gambaran status gizi pasien TB anak di Puskesmas

(18)

4

3. Mengetahui gambaran status imunisasi pasien TB anak di

Puskesmas Wilayah Kota Tangerang Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan mengenai epidemiologi TB anak dan

dapat digunakan sebagai rujukan penelitian selanjutnya.

1.4.2 Bagi Institusi

Dapat dijadikan referensi bagi praktisi yang tertarik mempelajari

tuberkulosis anak.

1.4.3 Bagi Dinas Kesehatan

Dapat dijadikan sebagai informasi yang tepat dan aktual terkait

dengan faktor risiko terjadinya TB anak sehingga dapat direncanakan

(19)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi Tuberkulosis

Tuberkulosis masih merupakan penyakit yang sangat luas didapatkan di

negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, baik pada anak maupun

pada orang dewasa yang juga dapat menjadi sumber infeksi. Menurut

penelitian WHO dan UNICEF (United Nations International Children’s

Emergency Fund) di daerah Yogyakarta tahun 2000, didapatkan 0,6 %

penduduk menderita tuberkulosis dengan basil tuberkulosis positif dalam

dahaknya dengan perbedaan prevalensi antara di kota dengan di desa

masing-masing 0,5 – 0,85 % dan 0,3 – 0,4 %. Uji tuberkulin (uji Mantoux ) pada 50

% penduduk menunjukan hasil positif dengan hasil terbanyak pada umur 15

tahun ke atas.5

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kematian akibat

TB lebih banyak daripada kematian akibat malaria dan AIDS (Acquired

Immuno Deficiency Syndrome). Pada wanita kematian akibat TB lebih

banyak daripada kematian karena kehamilan, persalinan, nifas.6 Menurut perkiraan antara tahun 2000-2020 kematian karena TB meningkat sampai 35

juta orang. Setiap hari ditemukan 23.000 kasus TB aktif dan TB

menyebabkan hampir 5000 kematian. Total insidens TB selama 10 tahun,

dari tahun 1990-1999 diperkirakan 88,2 juta dan 8 juta di antaranya

berhubungan dengan infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). Pada

tahun 2000, terdapat 1,8 juta kematian akibat TB 226.000 diantaranya

(20)

6

karena peningkatan kasus penyakit HIV/AIDS, juga karena meningkatnya

kasus multidrug resistence TB (MDR-TB), hasil penelitian di Jakarta

mendapatkan >4% dari kasus baru.7

Pada orang dewasa, dua pertiga kasus terjadi pada laki – laki, tetapi ada

sedikit dominasi tuberkulosis pada perempuan di masa anak. Frekuensi

tuberkulosis tertinggi pada populasi orang tua kulit putih di Amerika Serikat

yang terinfeksi beberapa dekade yang lalu. Sebaliknya pada populasi kulit

berwarna tuberkulosis paling sering pada orang dewasa muda dan anak umur

kurang dari 5 tahun.8

Grafik 1.

CASE NOTIFICATION RATE (CNR) TUBERKULOSIS PER

100.000 PENDUDUK DI INDONESIA

Case Notification Rate TB semua kasus di Indonesia sampai dengan triwulan 3 tahun 2013 sebesar 96 per 100.000 penduduk. Provinsi Papua menempati posisi teratas yaitu sebesar 442 dan untuk DI Yogyakarta menempati posisi paling bawah sebesar 55 per 100.000 penduduk

(21)

7

2.2 Etiologi dan Cara penularan Tuberkulosis

Agen tuberkulosis, Mycobacterium bovis dan Mycobacterium africanum,

merupakan anggota ordo Actinomisetales dan famili Mikobakteriaseae.

Biasanya yang sering menyerang manusia adalah Mycobacterium

tuberculosis. Ciri-ciri kuman berbentuk batang lengkung, gram positif lemah,

pleiomorfik, tidak bergerak, dengan ukuran panjang 1-4 μm dan tebal 0,3-0,6

μm, tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar

matahari dan ultra violet. Mikobakterium ini tumbuh paling baik pada suhu

37 – 41 ºC, menghasilkan niasin dan tidak ada pigmentasi. Dinding sel kaya

lipid menimbulkan resistensi terhadap daya bakterisid antibodi dan

komplemen.7

Tanda khas mikobakterium adalah ketahanan asamnya, kapasitas

membentuk kompleks mikolat stabil dengan pewarnaan arilmetan seperti

kristal violet, karbolfukhsin, auramin, dan rodamin. Sifatnya aerob obligat,

hal ini menunjukan kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi

kandungan oksigen. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak,

sehingga membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan merupakan faktor

penyebab terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. 5, 8

Cara penularan TB:

- Sumber penularan adalah pasien TB dengan BTA positif.

- Pada waktu bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk

dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

(22)

8

- Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada

dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan dan

sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.

- Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil

pemeriksaan dahak, pasien tersebut makin mudah menularkan ke orang

lain.

- Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh

konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut9. Risiko penularan :

- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.

Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko

penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.

- Risiko penularan ditunjukkan dengan ARTI yaitu proporsi penduduk yang

berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1% menunjukkan

10 orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.

- ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.

- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi

positif. 9

2.3 Patogenesis Tuberkulosis

2.3.1 Tuberkulosis primer

Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman keluar menjadi

droplet nuclei dalam udara sekitar saat penderita batuk atau bersin.

(23)

9

jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk

dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab, kuman dapat

bertahan berhari-hari bahkan hingga berbulan-bulan. Bila partikel ini

terhirup oleh orang sehat maka ia akan menempel pada saluran napas

atau jaringan paru. 6

Kuman yang bersarang di jaringan paru akan membentuk sarang

tuberkulosis kecil yang disebut sarang primer atau fokus Ghon. Sarang

ini dapat terbentuk di setiap bagian jaringan paru dan sering menyerang

pada daerah apeks paru. Dari sarang primer akan timbul peradangan

saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal) dan juga diikuti

pembesaran KBG hilus (limfadenitis regional).6

Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer

ini selanjutnya dapat menjadi :

- Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.

- Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis

fibrotik, kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi

pneumonia yang luasnya >5mm dan ±10% di antaranya dapat terjadi

reaktivasi lagi karena kuman yang dorman.

- Berkomplikasi dan menyebar secara :

1. Perkontinuitatum, yaitu menyebar ke sekitarnya.

2. Bronkogen, yaitu menyebar ke paru yang bersangkutan maupun

paru di sebelahnya.

3. Limfogen dan hematogen, yaitu menyebar ke organ-organ

(24)

10

Reaksi jaringan dalam parenkim paru dan limfonodi intensif pada 2

sampai 12 minggu berikutnya terjadi karena hipersensitivitas jaringan.

Bagian parenkim kompleks primer sering menyembuh secara sempurna

dengan fibrosis atau kalsifikasi sesudah mengalami nekrosis perkijuan dan

pembentukan kapsul. Kadang-kadang bagian ini terus membesar,

menimbulkan pneumonitis dan pleuritis setempat. Jika perkijuan besar,

pusat lesi mencair dan mengosongkan daerah bronkus terkait maka akan

meninggalkan rongga sisa (kaverna).6

2.3.2 Tuberkulosis pasca primer (tuberkulosis sekunder)

Kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan muncul

bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (TB

sekunder). Mayoritas reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder

terjadi karena imunitas menurun, seperti malnutrisi, alkohol, neoplasma,

AIDS dan gagal ginjal. Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang

dini yang berlokasi di regio atas paru. Invasinya adalah ke daerah

parenkim paru dan tidak ke nodus hiler paru.6

Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang, yakni:

1. Sarang yang sudah sembuh. Sarang bentuk ini tidak memerlukan

terapi lagi.

2. Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang

lengkap dan sempurna.

3. Sarang yang berada antara aktif dan sembuh. Sarang bentuk ini dapat

sembuh spontan, tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi

(25)

11 2.4 Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis

Klasifikasi dan tipe pasien tuberkulosis :

a. Pembagian berdasarkan organ tubuh yang terkena

- Tuberkulosis paru

Tuberkulosis yang menyerang parenkim paru. Tidak termasuk pleura

dan kelenjar pada hilus.

- Tuberkulosis ekstra paru

Tuberkulosis yang menyerang organ selain paru, seperti selaput

otak, tulang, persendian, kelenjar limfe, dan lain-lain. Pasien dengan

TB paru dan TB ekstra paru diklasifikasikan sebagai TB paru.

b. Pembagian berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, ditujukan

terutama pada TB paru.

- Tuberkulosis paru BTA positif

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi

Sewaktu) hasilnya BTA positif.

 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB

positif.

 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada

menunjukkan gambaran tuberkulosis.

 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen

dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif

dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT

(Obat Anti Tuberkulosis).

(26)

12

Kriteria TB paru negatif harus meliputi :

 Paling tidak 3 spesimen dahak SPS dengan hasil BTA negatif

 Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT, bagi

pasien dengan HIV negatif foto toraks abnormal sesuai dengan

gambaran tuberkulosis

 Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan

Catatan : pasien TB paru tanpa hasil pemeriksaan dahak tidak

dapat diklasifikasikan sebagai BTA negatif, lebih baik dicatat

sebagai “pemeriksaan dahak tidak dilakukan”.

c. Pembagian berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

- Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah

pernah menelan OAT kurang dari 4 minggu. Pemeriksaan BTA bisa

positif atau negatif.

- Kasus yang sebelumnya diobati

 Kasus kambuh : pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat

pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan

lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (kultur atau

apusan).

 Kasus setelah putus berobat (default) : pasien TB yang putus

berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif .

 Kasus setelah gagal : pasien TB yang hasil pemeriksaan

dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan

(27)

13 - Kasus pindahan

Adalah pasien yang dipindahkan ke register lain untuk melanjutkan

pengobatannya.

- Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas,

seperti : tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya, pernah

diobati tetapi tidak diketahui hasil pengobatannya, kembali diobati

dengan BTA negatif.9

2.5 Gejala Klinis Tuberkulosis

Gejala umum pada TB anak adalah sebagai berikut :

a. Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas

(bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain),

yang dapat disertai dengan keringat malam. Demam umumnya tidak

tinggi.

b. Batuk lama > 3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan.

c. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau tidak naik dalam 1

bulan dengan penanganan gizi yang adekuat.

d. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan BB tidak

naik dengan adekuat.

e. Lesu atau malaise.

(28)

14 2.6 Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis

2.6.1. Status Gizi

Untuk mengetahui pertumbuhan anak dilakukan pengukuran berat

badan dan tinggi badan secara teratur. Cara menilai status gizi pada

anak di bawah umur lima tahun (balita) dapat dilakukan secara

langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung

terdiri dari empat penilaian yaitu penilaian antropometri, penilaian

klinis, penilaian biokimia dan penilaian biofisik, sedangkan penilaian

secara tidak langsung meliputi survei konsumsi makanan, statistika

vital dan faktor ekologi. Indeks yang digunakan dalam antropometri

adalah berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur dan

berat badan menurut tinggi badan.11 a. Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan

gambaran massa tubuh. Massa tubuh itu sangat sensitif terhadap

perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit

infeksi, menurunnya nafsu makan atau jumlah makanan yang

dikonsumsi. Berat badan merupakan parameter yang sangat labil.

Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan

keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,

maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.

Sebaliknya dalam keadaan abnormal terdapat 2 kemungkinan

perkembangan berat badan yaitu berkembang cepat atau lebih

(29)

15

ini, maka indeks BB/U digunakan sebagai salah satu cara

pengukuran status gizi.

b. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan

keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan

tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi

badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap

masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.

Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian ini menggunakan

indeks antropometri BB/U karena didalam data rekam medis hanya

terdapat Berat Badan dan Umur sedangkan untuk Tinggi Badan

(30)

16

Tabel 2.1 Kategori Status Gizi Bedasarkan Z score

Z score Indikator Pertumbuhan

TB/U BB/U BB/TB IMT/U

Sumber : Ditjen PPPL, Kemkes RI: Laporan Kinerja Triwulan III

Tahun 201310 2.6.2 Imunisasi BCG

BCG adalah vaksin hidup yang dibuat dari M. bovis yang dibiak

berulang selama 1-3 tahun, sehingga didapatkan kuman yang tidak

virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas. BCG sebaiknya

diberikan di regio lengan kanan-atas pada daerah insersio M.

(31)

17

mudah terdeteksi. Vaksinasi tidak perlu diulang sebagai booster,

demikian juga bila tidak terbentuk parut. Tidak ada bukti bahwa

vaksinasi ulangan BCG memberikan proteksi tambahan.11

Satgas Imunisasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)

merekomendasikan pemberian BCG pada bayi ≤ 2 bulan. Pemberian

BCG setelah usia 1 bulan lebih baik. Tuberkel yang terbentuk oleh

TB primer akan terlindungi oleh respons imun tubuh yang didapat

dari imunisasi tersebut, sehingga akan menyebabkan infeksi menjadi

tenang dan mencegah terjadinya penyebaran. Imunitas timbul 6 - 8

minggu setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah

lengkap sehingga masih mungkin terjadi superinfeksi meskipun

biasanya tidak progresif dan menimbulkan komplikasi yang berat.11

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa imunisasi BCG tidak

mencegah infeksi TB tetapi mengurangi risiko TB berat seperti

meningitis TB atau TB miliar. Efek proteksi atau efektivitas BCG

bervariasi dari 0-80% dari berbagai populasi dari berbagai dunia.

Temuan yang berbeda-beda dari berbagai penelitian mengenai

efektivitas BCG dari berbagai negara disebabkan oleh banyak faktor,

antara lain sebagai berikut : Bias metodologi, yaitu perbedaan desain

dan pelaksanaan studi.

1. Strain dan dosis vaksin, yaitu perbedaaan jenis vaksin, perbedaan

cara penyuntikan, dan bentuk vaksin.

(32)

18

3. Tinggi/rendahnya prevalensi bakteri lingkungan (M. atipik).

4. Virulensi strain kuman TB.

Faktor lain : reinfeksi eksogen vs infeksi endogen, faktor genetik,

faktor pejamu (status imun dan nutrisi), paparan, dan lain-lain. 12

2.6.3 Umur

Penyakit TB paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia

produktif (15-50) tahun. Dewasa ini dengan terjadinya transisi demografi

menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia

lanjut, lebih dari 55 tahun sistem biologis menurun, sehingga sangat

rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk TB Paru.13

2.6.4 Jenis Kelamin

Penyakit TB paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki –

laki dibandingkan perempuan. Menurut WHO, sedikitnya dalam periode

setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal akibat TB Paru,

dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi

kematian yang disebabkan TB paru dibandingkan dengan proses

kehamilan dan persalinan. Pada jenis kelamin laki – laki, penyakit ini

lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol sehingga

dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah terpapar

dengan agent penyebab TB Paru.13

2.7 Penegakkan Diagnosis Tuberkulosis

Diagnosis kerja TB anak dibuat berdasarkan adanya kontak terutama

(33)

19

tuberkulin, dan gambaran sugestif pada foto toraks. Diagnosis pasti dapat

ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB pada pemeriksaan apusan

langsung (direct smear), dan/atau biakan yang merupakan pemeriksaan baku

emas (gold standard), gambaran PA (Patologi Anatomi) TB. Diagnosis pasti

pada anak sulit didapatkan karena jumlah kuman yang sedikit pada TB anak

(paucibacillary), dan lokasi kuman di daerah parenkim yang jauh dari

bronkus, sehingga hanya 10-15% pasien TB anak yang hasil pemeriksaan

mikrobiologiknya positif/ditemukan kuman TB. Diagnosis TB tidak dapat

ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis saja, atau

pemeriksaan penunjang tunggal misalnya hanya dari pemeriksaan radiologis.

Oleh karena itu, analisis kritis perlu dilakukan terhadap sebanyak mungkin

fakta untuk menegakkan diagnosis. 6

Petunjuk WHO untuk diagnosis TB anak :

a. Dicurigai tuberkulosis

1. Anak sakit dengan riwayat kontak pasien tuberkulosis dengan

diagnosis pasti

2. Anak dengan :

- Keadaan klinis tidak membaik setelah menderita campak atau

rejan

- Berat badan menurun, batuk dan mengi yang tidak membaik

dengan pengobatan antibiotika untuk penyakit pernapasan

- Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit

b. Mungkin tuberkulosis

(34)

20

- Uji tuberkulin positif ( 10 mm atau lebih )

- Foto rontgen paru sugestif tuberkulosis

- Pemeriksaan histologis biopsi sugestif tuberkulosis

- Respons yang baik pada pengobatan dengan OAT

c. Pasti tuberkulosis

- Ditemukan basil tuberkulosis pada pemeriksaan langsung atau biakan

- Identifikai Mycobacterium tuberculosis pada karakteristik biakan.

Diagnosis TB anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis baik

overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak batuk bukan merupakan

gejala utama. Pengambilan dahak pada anak biasanya sulit, maka

diagnosis tuberkulosis anak perlu kriteria lain dengan menggunakan

sistem skor. 6

Sistem skor ini adalah hasil revisi dari sistem skoring diagnosis

TB anak setelah sebelumnya WHO sudah membuat kriteria untuk

membuat diagnosis TB anak serta alur diagnosis TB anak yang dibuat

oleh UKK Respirologi PP IDAI dalam buku Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis yang diterbitkan oleh Departemen

(35)

21

Tabel 2.2 Sistem Skor Diagnosis Tuberkulosis Anak

Parameter 0 1 2 3

(36)

22 2.8 Kerangka Teori

*yang diteliti Enabling factors :

- Petugas kesehatan

Predisposing factors :

- Pengetahuan keluarga tentang TB paru

Reinforcing factors :

- Sikap dan perilaku anggota keluarga yang menderita TB paru

Perilaku :

(37)

23 2.10 Definisi Operasional

Tabel 2.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat

Ukur

Hasil Pengukuran Skala

Ukur

parut BCG di kartu

pengobatan TB

Angka yang didapat

dari BB anak dibagi

BB ideal dikali 100

Anak umur 0-15

1 : terdiagnosis TB

paru

Nominal

Ordinal

(38)

24

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain

cross-sectional yang meneliti variabel terikat (dependen) dan variabel bebas

(independen) secara bersamaan. Variabel terikat pada penelitian ini adalah

kejadian TB anak dan variabel bebas pada penelitian ini adalah umur, jenis

kelamin, status gizi dan status imunisasi anak di Puskesmas Wilayah Kota

Tangerang Selatan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 14 Maret 2014 hingga 15 Februari 2015.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciputat, Puskesmas Ciputat

Timur, Puskesmas Pamulang, Puskesmas Serpong, Puskesmas Pondok Aren,

Puskesmas Pondok Ranji, Puskesmas Keranggan, Puskesmas Setu, dan

Puskesmas Benda Baru yang berada di Kota Tangerang Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh pengunjung yang datang ke Puskesmas

Wilayah Kota Tangerang Selatan tahun 2011 - 2014. Sedangkan sampel

penelitian adalah anak berusia 0 - 15 tahun yang berkunjung ke beberapa

Puskesmas Wilayah di Kota Tangerang tahun 2011-2014.

3.4 Besar sampel

Penelitian deskriptif kategorik dengan prevalensi yang sudah diketahui :

(39)

25 3.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

Kriteria Inklusi :

- Pasien anak umur 0-15 tahun yang berkunjung ke poli anak tahun

2011-2014.

- Anak yang terdiagnosis TB Paru berdasarkan data rekam medik.

Kriteria Eksklusi :

- Data pasien anak dengan TB ekstra paru.

- Data pasien anak yang tidak dilengkapi keterangan umur dan berat badan.

3.6 Alur Penelitian

3.7 Cara Kerja Penelitian

1. Melakukan persiapan penelitian di FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Mengurus perizinan ke Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan untuk

perizinan pengambilan data di Puskesmas Wilayah Kota Tangerang

(40)

26

3. Pengambilan data pasien anak di Poli Anak Puskesmas Wilayah Kota

Tangerang Selatan.

4. Pengambilan rekam medik pasien TB anak.

5. Penyeleksian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

6. Melakukan pengolahan dan analisis data.

7. Menarik kesimpulan dan pelaporan penelitian.

3.8 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : umur, jenis kelamin, status gizi, dan status imunisasi

pasien TB anak.

2. Variabel terikat : kejadian TB anak.

3.9 Manajemen Data

3.9.1 Pengumpulan data

Data yang diambil berupa data pasien anak yang berkunjung ke

Puskesmas Wilayah Kota Tangerang Selatan tahun 2011 - 2014 yang

dipilih secara total sampling.

3.9.2 Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program aplikasi

pengolah data. Data disajikan dalam bentuk narasi, teks, dan tabel.

(41)

27 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik Pasien TB Anak di beberapa Puskesmas di wilayah

Kota Tangerang Selatan.

Jumlah pasien TB anak yang datang ke poliklinik paru selama

periode penelitian sebanyak 96 anak. Jumlah ini tergolong sedikit jika

dibandingkan dengan penelitian Naufal (2013) yang berjumlah 107

anak. Diperkirakan jumlah yang sedikit ini dipengaruhi oleh kebiasaan

berobat pasien anak yang pergi berobat di luar puskesmas seperti ke

dokter spesialis anak atau pelayanan kesehatan lainnya yang pada saat

pengumpulan data tidak bisa diketahui jumlahnya.

Dari 96 anak tersebut, tersebar pada beberapa puskesmas yang ada

di wilayah Kota Tangerang Selatan. Diantaranya, di Puskesmas Ciputat

18 anak, Puskesmas Ciputat Timur 18 anak, Puskesmas Serpong 13

anak, Puskesmas Pondok Aren 12 anak, Puskesmas Pondok Ranji 10

anak, Puskesmas Pamulang 9 anak, Puskesmas Setu 6 anak, Puskesmas

Pondok Betung 4 anak, Puskesmas Benda Baru 4 anak, dan Puskesmas

Keranggan 2 anak.

4.1.2 Distribusi Umur

Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden di Puskesmas Wilayah Kota

(42)

28

Umur (tahun) Jumlah Mean (bulan) SD

0-3 33 21,42 8,216

3-5 13 55,08 7,433

5-15 50 118,96 33,214

Berdasarkan tabel 4.1, diketahui paling banyak anak umur

5-15 tahun dengan jumlah 50 orang dengan rata-rata 118,96 bulan

(9,9 tahun). Sedangkan anak umur 3-5 tahun berjumlah 13 orang

dengan rata-rata umur 55,08 bulan (4,6 tahun), dan rata-rata anak

umur 0-3 tahun yang berjumlah 33 orang adalah 21,4 bulan (1,8

tahun).

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan Weismuller

(2002) dan Talay (2008) dimana kejadian TB lebih banyak terjadi

pada kelompok usia <5 tahun. Sedangkan penelitian ini sejalan

dengan Anna (2004), kelompok usia terbanyak diatas 5 tahun

dengan rata-rata umur 6 tahun.

4.1.3 Distribusi Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Distribusi Jenis Kelamin Responden di Puskesmas

Wilayah Kota Tangerang Selatan

Status TB Frekuensi Persentase

Laki-Laki 50 52,1

Perempuan 46 47,9

(43)

29

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui distribusi jenis kelamin

laki-laki lebih besar daripada perempuan, yakni laki-laki 50 orang

(52,1%) dan perempuan 46 orang (47,9%). Penelitian ini sejalan

dengan penelitian Faris (2014), jumlah pasien laki-laki lebih besar

(58,3%) dibandingkan perempuan (41,7%).

4.1.4 Gambaran Status Gizi Saat Pengukuran

Tabel 4.3 Gambaran Status Gizi Anak Saat Pengukuran di

Puskesmas Wilayah Kota Tangerang Selatan

Status gizi saat pengukuran Frekuensi Persentase

Gizi buruk 7 7,3

Gizi kurang 46 47,9

Gizi baik 42 42,7

Gizi lebih 1 2,1

Total 96 100

Berdasarkan tabel 4.3, diketahui paling banyak responden

memiliki status gizi kurang yaitu sebanyak 46 orang (47,9%).

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang

dilakukan Rakhmawati (2009), dari 74 responden sebanyak 58 anak

(44)

30

Tabel 4.4 Gambaran Status Gizi Anak Berdasarkan Kategori

Umur di Puskesmas Wilayah Kota Tangerang Selatan

Umur (tahun) Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih

0-3 0 12 21 0

3-5 1 7 5 0

5-15 6 27 16 1

Jumlah 7 46 42 1

Berdasarkan tabel 4.4, diketahui paling banyak anak yang

mengalami gizi buruk berjumlah 6 orang berada pada kelompok umur

5-15 tahun sedangkan 1 orang pada kelompok umur 3-5 tahun. Anak

dengan gizi kurang, 12 orang berada pada kelompok umur 0-3 tahun,

7 orang berada pada kelompok umur 3-5 tahun, dan 27 orang berada

pada kelompok umur 5-15 tahun. Penelitian lain yang sejenis tidak

ditemukan dikarenakan jenis penelitian ini dilakukan terlalu spesifik.

4.1.5 Gambaran Status Imunisasi BCG

Tabel 4.5 Gambaran Status Imunisasi BCG di Puskesmas

Wilayah Kota Tangerang Selatan

Status Imunisasi BCG Frekuensi Persentase

Tidak 53 55,2

Ya 43 44,8

(45)

31

Berdasarkan tabel 4.5, diketahui paling banyak responden

tidak diimunisasi BCG yaitu sebanyak 53 orang (55,2%).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Rakhmawati

(2009), hampir seluruh responden yaitu 73 orang (96,1%) sudah

(46)

32 4.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :

4.2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang meneliti

variabel terikat dan variabel bebas pada waktu yang sama sehingga tidak

bisa memberikan penjelasan yang pasti tentang adanya hubungan sebab

akibat.

4.2.2 Asal populasi

Penelitian ini tidak dilakukan di seluruh puskesmas wilayah yang

berada di Kota Tangerang Selatan. Sehingga tidak bisa dilakukan dianalisis

mencari hubungan tapi hanya bisa dilakukan penelitian deskriptif karena

tidak mewakili jumlah tiap puskesmas yang ada di wilayah Kota Tangerang

Selatan.

Serta sampel yang tidak bisa mewakili puskesmas-puskesmas yang ada

karena ketidakseimbangan jumlah kasus dari setiap puskesmas.

4.2.3 Administrasi

Sulitnya prosedural pengajuan izin penelitian sehingga membutuhkan

waktu yang cukup lama serta pencatatan di puskesmas yang tidak lengkap

(47)

33

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Distribusi umur anak paling banyak adalah anak umur 5-15 tahun dengan

jumlah 50 orang (33,2%).

b. Perbandingan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, yakni laki-laki 50

orang (52,1%) dan perempuan 46 orang (47,9%).

c. Status gizi anak menunjukkan status gizi kurang (47,9%), status gizi baik

(42,7%), status gizi buruk (7,3%) dan status gizi lebih (2,1%).

d. Anak yang sudah mendapatkan imunisasi BCG (55,2%) dan anak yang

belum mendapat imunisasi BCG (44,8%).

5.2 Saran

a. Melakukan pencatatan Rekam Medik pasien TB dengan lengkap dan

akurat baik di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan maupun di tingkat

Puskesmas Wilayah.

b. Berikan anak makanan yang mengandung gizi yang cukup dan seimbang

setiap hari.

(48)

34

DAFTAR PUSTAKA

1. Tabrani R. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Trans Info Media. 2010. h 157.

2. Windy Rakhmawati, Sari Fatimah, dan Ikeu Nurhidayah. Faktor-faktor

yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis pada Anak di

Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat. Fakultas Keperawatan

Universitas Padjajaran : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat. 2009.

3. Depkes RI, Ditjen PP dan PL. Strategi Nasional Pengendalian TB di

Indonesia 2010-2014. 2010.

4. Wahyuni DS. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Karakteristik Individu

dengan Kejadian Tuberkulosis Paru BTA Positif di Puskesmas Ciputat

Kota Tangerang Selatan. Volume 1 Nomor 1. Jakarta : FKK UMJ. 2012. h

1-8.

5. Alatas, Dr. Husein et al. Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta :

FK UI. 2007.

6. Nastiti N Rahajoe, Bambang Supriyatno, Darmawan Budi Setyanto. Buku

Ajar Respirologi Anak. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008. hal.

162-6.

7. Kartasasmita CB. Epidemiologi Tuberkulosis. Diambil dari Buku Sari

Pediatri, Vol. 11. No.2. Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK

(49)

35

8. Behrman, Kliegman, Behrman K Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik

Wahab, SpA(K) et al : Nelson. Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2,

EGC. 2000. hal 1028 – 42.

9. Mansjoer A . Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta : Medica

Aesculapius FKUI. 2000.

10.Putra S. Hubungan Fase Pengobatan dengan Status Tuberkulosis pada

Anak. 2010. [Cited 25 Januari 2015] at http://digilib.unimus.ac.id

11.Windy Rakhmawati, Sari Fatimah, dan Ikeu Nurhidayah. Hubungan Status

Gizi, Imunisasi, & Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosis pada

Anak di Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Fakultas Keperawatan

Universitas Padjajaran : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat. 2008.

12.Nastiti N Rahajoe, Bambang Supriyatno, Darmawan Budi Setyanto.

Pedoman Nasional Penanggulangan Tubekulosis Anak. Edisi ke-2. UKK

Respirologi PP IDAI. 2008.

13.Hiswani. Tuberkulosis merupakan Penyakit Infeksi yang Masih Menjadi

Masalah Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara. 2008.

14.Dahlan, MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam

Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika. 2013.

15.Ariawan I. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. FKM

(50)

36

(51)
(52)

38 Lampiran Uji Statistik

1. Distribusi Umur Pasien Anak

Statistics

umur_0-3 tahun

N Valid 33

Missing 0

Mean 21,42

Std. Deviation 8,216

Statistics

Umur_3-5 tahun

N Valid 13

Missing 0

Mean 55,08

Std. Deviation 7,433

Statistics

Umur_5-15 tahun

N Valid 50

Missing 0

Mean 118,96

Std. Deviation 33,214

(53)

39

2. Distribusi Jenis Kelamin

jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid L 50 52,1 52,1 52,1

P 46 47,9 47,9 100,0

Total 96 100,0 100,0

3. Gambaran Status Gizi Saat Pengukuran

status_gizi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid baik 41 42,7 42,7 42,7

buruk 7 7,3 7,3 50,0

kurang 46 47,9 47,9 97,9

lebih 2 2,1 2,1 100,0

Total 96 100,0 100,0

4. Gambaran Status Gizi berdasarkan Umur Pasien

(54)

40 status_gizi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid baik 21 63,6 63,6 63,6

kurang 12 36,4 36,4 100,0

Total 33 100,0 100,0

Status gizi dan umur pasien (3-5 tahun)

status_gizi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid baik 5 38,5 38,5 38,5

buruk 1 7,7 7,7 46,2

kurang 7 53,8 53,8 100,0

Total 13 100,0 100,0

Status gizi dan umur pasien (5-15 tahun)

status_gizi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 16 32,0 32,0 32,0

(55)

41

Kurang 27 54,0 54,0 98,0

Lebih 1 2,0 2,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

5. Gambaran Status Imunisasi BCG

Imunisasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak ada 53 55,2 55,2 55,2

ya 43 44,8 44,8 100,0

(56)
(57)
(58)
(59)

45

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Biodata :

- Nama : Rezki Mulyadi

- NIM : 1111103000064

- Tempat Tanggal Lahir : Pariaman, 9 November 1992

- Jenis Kelamin : Laki-laki

- Agama : Islam

- Email : mrezki83@yahoo.com

2. Pendidikan :

- 1999-2005 : SDN 27 VII Koto Sungai Sarik, Kab.

Padang Pariaman

- 2005-2008 : MTsN Pariaman Selatan

- 2008-2011 : SMAN 1 Pariaman

- 2011-Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter FKIK

Gambar

Tabel 2.1 Kategori Status Gizi Berdasarkan Z score ............................................
Grafik 1 Case Notification Rate (CNR) Tuberkulosis ............................................
CASE NOTIFICATION RATE (CNR) Grafik 1.  TUBERKULOSIS PER
gambaran tuberkulosis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan antara karakteristik penderita (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, status imunisasi BCG, status gizi,

Tuberculosis pada anak agak sulit untuk dideteksi namun ada faktor-faktor yang beresiko untuk terjadinya tuberkulosa pada anak, yaitu status gizi, imunisasi dan

dengan Morbiditas dan Status Gizi Anak Di SD Negeri Serua 3 Tangerang Selatan dan SD Negeri Parakan 1 Tangerang Selatan. Di bawah bimbingan SRI ANNA MARLIYATI. Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungn dengan pasien TB paru terhadap perilaku pencegahan penularan TB di Puskesmas Wilayah Tangerang

Distribusi Frekuensi Status Imunisasi Anak Balita Distribusi status imunisasi anak balita di wilayah kerja Puskesmas Batipuh I Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar Tahun

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dan status imunisasi dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Klego

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa adanya perbedaan status gizi pasien TB yang dirawat di instalasi rawat inap anak dengan pasien TB yang dirawat di poliklinik

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa adanya perbedaan status gizi pasien TB yang dirawat di instalasi rawat inap anak dengan pasien TB yang dirawat di poliklinik