KAJIAN PENGEMBANGAN PUSAT-PUSAT PELAYANAN DI
WILAYAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TESIS
Oleh
TEGUH ACHMAD PANE
107003018 / PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KAJIAN PENGEMBANGAN PUSAT-PUSAT PELAYANAN DI
WILAYAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Perdesaan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
TEGUH ACHMAD PANE
107003018 / PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji pada
Tanggal 29 Juli 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA
Anggota : 1. Dr. H.B. Tarmizi, SU
2. Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D
3. Dr. Agus Purwoko, S. Hut. M.Si
Judul Tesis
: KAJIAN PENGEMBANGAN
PUSAT-PUSAT PELAYANAN DI WILAYAH
KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
Nama Mahasiswa
: Teguh Achmad Pane
Nomor Pokok
: 107003018
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah
dan Perdesaan
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(
Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA)Ketua Anggota
(Dr. H. B. Tarmizi, SU)
Ketua Program Studi,
Direktur,
(Prof. Dr. Lic. Rer. reg. Sirojuzilam, S.E) (Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc)
PERNYATAAN
Judul Tesis
KAJIAN PENGEMBANGAN PUSAT-PUSAT PELAYANAN DI
WILAYAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
Dengan penuh kesadaran penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, 29 Juli 2013 Penulis,
KAJIAN PENGEMBANGAN PUSAT-PUSAT PELAYANAN DI
WILAYAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
ABSTRAK
Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi sosial ekonomi, budaya, geografis yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Pada dasarnya pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan permasalahan wilayah bersangkutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan pusat-pusat pelayanan terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai, mengetahui peranan pusat-pusat pelayananan terhadap pemanfaatan ruang di Kabupaten Serdang Bedagai dan mengetahui peranan pusat-pusat pelayanan terhadap penciptaan lapangan pekerjaan di Kabupaten Serdang Bedagai. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana dengan variabel independen yaitu pusat-pusat pelayanan dan variabel dependen yaitu pengembangan wilayah, pemanfaatan ruang dan penciptaan lapangan pekerjaan. Data primer dilakukan melalui kegiatan observasi lapangan dan pengisian quesioner terhadap responden dengan menggunakan skala likert. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2012 dan Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa persepsi masyarakat terkait dengan adanya pengembangan pusat-pusat pelayanan, berperan positif terhadap pengembangan wilayah, pemanfaatan ruang dan penciptaan lapangan pekerjaan. Pengembangan pusat-pusat pelayanan juga secara simultan dan parsial memiliki peran yang signifikan terhadap pengembangan wilayah, pemanfaatan ruang dan penciptaan lapangan pekerjaan.
THE STUDY ON THE DEVELOPMENT OF SERVICE CENTERS
IN THE AREA OF SERDANG BEDAGAI DISTRICT
ABSTRACT
Regional development is an attempt to stimulate the socio-economic development , to minimize inter-regional disparities, and to preserve the living environment in a region. Regional development is very much needed because the socio-economic condition, culture, and geograpy of one region are very much different from the others. Basically, regional development must be adjusted to the condition, potential, and problems of the region concerned. The purpose of this study was to find out the role of service centers in the regional development, land use, and job opportunity in Serdang Bedagai District. The independent variables of this study are the service centers and the dependent variables were regional development, land use and job creation. The primary data for this study were obtained through field observation and feeling out the distributed questionnaires using Likert scale while the secondary data were obtained through the documents issued by Serdang Bedagai District Planning and Development Board and the book of Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2012 (Serdang Bedagai in Figures 2012). The data obtained were analyzed through simple linear regression analysis. The result of this study showed that according to public perception the service center development played a positive role in regional development, land use, and job creation. Simultaneously
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul Kajian Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan di Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Tesis ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian tesis ini, Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan yang tak ternilai kepada yang terhormat Bapak
Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak
Dr. H. B. Tarmizi, SU selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi arahan, saran, kritikan serta dukungan yang menjadi motivasi kepada Penulis untuk menyelesaikan penelitian ini sejak proposal penelitian ini dibuat hingga menjadi tesis.
Pada kesempatan ini, Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Lic. Rer. reg. Sirojuzilam, S.E, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD), Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Bapak Dr. Agus Purwoko, S. Hut. M.Si
4. Seluruh dosen pengajar, yang telah banyak memberikan ilmu dan juga beserta Staf Administrasi yang telah banyak memberikan bantuan sejak awal perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini.
5. Teman-teman satu angkatan yang sudah banyak memberikan motivasi dan kenangan yang baik bagi penulis.
6. Secara khusus penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Moch. Arie Pane dan Ibunda Aisyah OK yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik dan selalu mendoakan Penulis.
7. Kepada adik-adik tercinta Agung Solihin Pane, SH, Cicie Syahfitri Pane, AMKeb dan Aji Guswanda Pane atas doa dan selalu memberikan motivasi serta dukungan kepada Penulis hingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Tak lupa juga untuk Rizki Ayunda, SKG atas senyuman, semangat, dan doa selama masa kuliah dan penelitian.
8. Kepada segenap pimpinan dan staf Dinas Tarukim, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Serdang Bedagai terimakasih atas dukungan dan motivasinya serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan Penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Allah SWT memberkati kita semua, Amin.
Medan, Juli 2013 Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Teguh Achmad Pane lahir di Desa Medang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara pada tanggal 10 Januari 1982. Lahir dari pasangan Bapak Moch. Arie Pane dan Aisyah OK, yang merupakan anak pertama dari lima bersaudara.
Penulis menjalankan pendidikan dasar di SD Negeri 010249 Desa Lalang hingga tahun 1994. Pada tahun 1997, Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada SMP Karya Bhakti Desa Pematang Cengkering dan pada tahun 1997 Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMK Negeri 2 Medan, Jurusan Bangunan Gedung. Kemudian pada tahun 2000 Penulis melanjutkan pendidikan Strata Satu di Universitas Pasundan Bandung, Jurusan Teknik Lingkungan pada Fakultas Teknik.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Wilayah dan Teori Pengembangan Wilayah.... 7
2.1.1 Pengertian Wilayah ... 7
2.1.2 Pengembangan Wilayah ... 9
2.1.3 Teori – teori dalam Pengembangan Wilayah ... 12
2.2 Pusat Pelayanan ... 19
2.2.1 Pengertian Pusat Pelayanan ... 19
2.2.2 Dasar Pemikiran Perlunya Pusat Pelayanan ... 21
2.2.3 Tinjauan Sistem Pusat-pusat Pelayanan ... 24
2.2.4 Kriteria Pemilihan Lokasi Pusat pelayanan ... 27
2.2.5 Hirarki Pusat Pelayanan ... 29
2.3. Pengertian Fasilitas Kota ... 34
2.4 Konsep Aksesibilitas ... 37
2.5 Penelitian Terdahulu ... 38
2.6 Kerangka Penelitian ... 39
2.7 Hipotesis ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 42
3.2 Populasi dan Sampel ... 42
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 44
3.4 Teknik Observasi yang Dilakukan ... 45
3.5 Variabel Penelitian ... 50
3.6 Uji Kualitas Data ... 50
3.6.1 Uji Validitas ... 50
3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 51
3.7.1 Uji Normalitas ... 52
3.7.2 Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser) ... 52
3.8 Metode Analisis Data ... 53
3.9 Uji Hipotesis ... 54
3.9.1 Uji Koefisien Determinasi (R2 3.9.2 Uji Simultan (Uji F) ... 54
) ... 54
3.9.3 Uji Parsial (t-test) ... 55
3.10 Defenisi Operasional ... 55
BAB 4.1 Kebijakan... 57
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Undang-Undang No.36 Tahun 2003 Tentang Pembentukkan Kabupaten Serdang Bedagai ... 57
4.1.2 Kedudukan dan Peran Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dalam Lingkup Nasional ... 57
4.1.3 Kedudukan dan Peran Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai dalam Lingkup Provinsi Sumatera Utara ... 58
4.1.4. Kebijakan Pengembangan Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai ... 60
4.2 4.2.1 Aspek Fisik Dasar dan Pemanfaatan Ruang ... 64
4.2.2 Kemiringan Lereng ... 65
Batasan Wilayah ... 64
4.2.3 Ketinggian Lahan ... 68
4.2.4 Curah Hujan ... 68
4.2.5 Jenis Tanah ... 69
4.2.6 Penggunaan Lahan ... 70
4.3 Sosial dan Kependudukan ... 70
4.3.1 Jumlah dan Persebaran Penduduk ... 70
4.3.2 4.4 Kondisi Transportasi ... 72
Distribusi dan Kepadatan Penduduk ... 71
4.5 Kondisi Sarana ... 74
4.5.1 Sarana Pendidikan ... 74
4.5.2 Sarana Perekonomian ... 76
4.5.4 Sarana Peribadatan ... 79
4.5.3 Sarana Kesehatan ... 78
4.6 Kondisi Prasarana ... 81
4.6.1 Air Bersih ... 81
4.6.2 Listrik ... 82
4.6.3 Persampahan ... 84
4.6.4 Terminal ... 85
4.6.5 Stasiun ... 87
4.7 Kajian Strategi Pengembangan Pusat – Pusat Pelayanan Di Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai ... 89
4.7.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 90
4.7.3.Karakteristik Responden Berdasarkan Suku ... 91
4.7.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan .... 92
4.7.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 93
4.8. Uji Kualitas Data ... 94
4.8.1. Uji Validitas ... 94
4.8.2. Uji Reliabilitas ... 95
4. 9. Strategi Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan ... 97
4.9.1 Penjelasan Responden Atas V. Pusat Pelayanan ... 97
4.10 Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan Terhadap Pengembangan Wilayah ... 99
4.10.1.Penjelasan Responden Atas V. Peng. Wilayah ... 99
4.10.2.Uji Asumsi Klasik V. Peng. Wilayah ... 100
4.10.3.Analisis Variabel Pengembangan Wilayah ... 105
4.11 Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Ruang ... 110
4.11.1.Penjelasan Responden Atas V. Peman. Ruang ... 110
4.11.2.Uji Asumsi Klasik V. Pemanfaatan Ruang ... 111
4.11.3.Analisis Variabel Pemanfaatan Ruang ... 115
4.12 Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan Terhadap Penciptaan Lapangan Pekerjaan ... 121
4.12.1.Penj. Responden Atas V. Pen. Lap. Pekerjaan ... 121
4.12.2.Uji Asumsi Klasik V. Pen. Lap. Pekerjaan ... 122
4.12.3.Analisis Variabel Pemanfaatan Ruang ... 123
4.13. Pembahasan ... 132
BAB 5.1 Kesimpulan IV KESIMPULAN DAN SARAN ……… .... 133
5.2 Saran ……… 134
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ……… ... 136
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Standar Jarak Dalam Kota ... 18
Tabel 2.2 Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan ... 31
Tabel 2.3 Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan Menurut Jangkauan Pelayanan dan Jumlah Penduduk ... 34
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk 3 Kecamatan Kab.Serdang Bedagai ... 44
Tabel 4.1 Tabel 4.2 Luas Wilayah Per Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai ... ... ... 65
Hirarki di Kabupaten Serdang Bedagai ... 63
Tabel 4.3 Penggunaan Lahan dan Sudut Lereng Yang Optimum ... 66
Tabel 4.4 Luas Kemiringan Lahan di Kabupaten Serdang Bedagai ... 67
Tabel 4.5 Luas Ketinggian Lahan di Kabupaten Serdang Bedagai ... 68
Tabel 4.6 Sebaran Curah Hujan di Kabupaten Serdang Bedagai ... 69
Tabel 4.7 Sebaran Jenis Tanah di Kabupaten Serdang Bedagai ... 70
Tabel 4.8 Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012 ... 70
Tabel 4.9 Jumlah dan Persebaran Penduduk per Kecamatan Tabel 4.10 Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012 ... 72
di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008-2011 ... 71
Tabel 4.11 Tabel 4.12 Panjang Jalan (Km2) Berdasarkan Status ... 74
Tabel 4.13 Sarana Pendidikan per Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012 ... 75
Panjang Jalan Berdasarkan Fungsi di Kabupaten Serdang Bedagai ... 74
Tabel 4.14 Jumlah Sarana Perekonomian Dirinci per Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012 ... 77
Tabel 4.15 Jumlah Sarana Kesehatan dirinci Per Kecamataan Tabel 4.16 Jumlah Sarana Peribadatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012 ... 80
Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012 ... 78
Tabel 4.17 Jumlah Fasilitas Sarana Air Minum Menurut Jenis di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012 ... 82
Tabel 4.18 Jumlah Sumber Penerangan Rumah Tangga Menurut Jenis di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012 ... 83
Tabel 4.19 Jumlah Pelayanan Persampahan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012 ... 85
Tabel 4.20 Jumlah Terminal di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012 ... 86
Tabel 4.21 Jumlah Stasiun Kereta Api di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012 ... 88
Tabel 4.22 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 90
Tabel 4.24 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku ... 92
Tabel 4.25 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 92
Tabel 4.26 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 93
Tabel 4.27 Hasil Pengujian Validitas Variabel Penelitian ... 95
Tabel 4.28 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitian ... 96
Tabel 4.29 Penjelasan Atas Variabel Pengembangan Pusat Pelayanan ... 97
Tabel 4.30 Penjelasan Atas Variabel Pengembangan Wilayah ... 99
Tabel 4.31 Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 101
Tabel 4.32 Uji Gleijser .. ... 103
Tabel 4.33 Hasil Uji Regresi Hipotesis Pertama ... 105
Tabel 4.34 Nilai Koefisien Determinasi ... 106
Tabel 4.35 Hasil Uji Simultan F (F-Test) ... 107
Tabel 4.36 Hasil Uji Parsial (T-Test) ... 109
Tabel 4.37 Penjelasan Atas Variabel Pemanfaatan Ruang ... 110
Tabel 4.38 Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 112
Tabel 4.39 Uji Gleijser ... 114
Tabel 4.40 Hasil Uji Regresi Hipotesis Kedua ... 116
Tabel 4.41 Nilai Koefisien Determinasi Hipotesis Kedua ... 117
Tabel 4.42 Hasil Uji Simultan F (F-Test) ... 118
Tabel 4.43 Hasil Pengujian Hipotesis Kedua Secara Parsial ... 119
Tabel 4.44 Penjelasan Atas Variabel Penciptaan Lap.Pekerjaan ... 121
Tabel 4.45 Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 123
Tabel 4.46 Uji Gleijser ... 125
Tabel 4.47 Hasil Uji Regresi Hipotesis Keriga ... 127
Tabel 4.48 Nilai Koefisien Determinasi Hipotesis Ketiga ... 128
Tabel 4.49 Hasil Uji Simultan F(F-Test) ... 129
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian ... 40
Gambar 4.1 Diagram Pembagian Umur Responden ... 90
Gambar 4.2 Diagram Pembagian Agama Responden ... 91
Gambar 4.3 Diagram Pembagian Suku Responden ... 92
Gambar 4.4 Diagram Pembagian Tingkat Pekerjaan Responden ... 93
Gambar 4.5 Diagram Pembagian Tingkat Pendidikan Responden ... 94
Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas Variabel Pengembangan Pusat-Pusat Pelayanan Dengan Pengembangan Wilayah ... 102
Gambar 4.7 Hasil Scatter Plot Uji Heterokedastisitas Hipotesis Pertama ... 104
Gambar 4.8 Hasil Uji Normalitas Variabel Pengembangan Pusat-Pusat Pelayanan Dengan Pemanfaatan Ruang ... 113
Gambar 4.9 Hasil Scatter Plot Uji Heterokedastisitas Hipotesis Kedua. ... 115
Gambar 4.10 Hasil Uji Normalitas Variabel Pengembangan Pusat-Pusat Pelayanan Dengan Penciptaan Lapangan Pekerjaan ... 124
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 138
2. Data Kabupaten Serdang Bedagai ... 143
3. Regresi Penelitian ... 155
4. Frequency Table ... 162
5. Reliability dan Validitas ... 171
KAJIAN PENGEMBANGAN PUSAT-PUSAT PELAYANAN DI
WILAYAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
ABSTRAK
Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi sosial ekonomi, budaya, geografis yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Pada dasarnya pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan permasalahan wilayah bersangkutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan pusat-pusat pelayanan terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai, mengetahui peranan pusat-pusat pelayananan terhadap pemanfaatan ruang di Kabupaten Serdang Bedagai dan mengetahui peranan pusat-pusat pelayanan terhadap penciptaan lapangan pekerjaan di Kabupaten Serdang Bedagai. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana dengan variabel independen yaitu pusat-pusat pelayanan dan variabel dependen yaitu pengembangan wilayah, pemanfaatan ruang dan penciptaan lapangan pekerjaan. Data primer dilakukan melalui kegiatan observasi lapangan dan pengisian quesioner terhadap responden dengan menggunakan skala likert. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2012 dan Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa persepsi masyarakat terkait dengan adanya pengembangan pusat-pusat pelayanan, berperan positif terhadap pengembangan wilayah, pemanfaatan ruang dan penciptaan lapangan pekerjaan. Pengembangan pusat-pusat pelayanan juga secara simultan dan parsial memiliki peran yang signifikan terhadap pengembangan wilayah, pemanfaatan ruang dan penciptaan lapangan pekerjaan.
THE STUDY ON THE DEVELOPMENT OF SERVICE CENTERS
IN THE AREA OF SERDANG BEDAGAI DISTRICT
ABSTRACT
Regional development is an attempt to stimulate the socio-economic development , to minimize inter-regional disparities, and to preserve the living environment in a region. Regional development is very much needed because the socio-economic condition, culture, and geograpy of one region are very much different from the others. Basically, regional development must be adjusted to the condition, potential, and problems of the region concerned. The purpose of this study was to find out the role of service centers in the regional development, land use, and job opportunity in Serdang Bedagai District. The independent variables of this study are the service centers and the dependent variables were regional development, land use and job creation. The primary data for this study were obtained through field observation and feeling out the distributed questionnaires using Likert scale while the secondary data were obtained through the documents issued by Serdang Bedagai District Planning and Development Board and the book of Serdang Bedagai Dalam Angka Tahun 2012 (Serdang Bedagai in Figures 2012). The data obtained were analyzed through simple linear regression analysis. The result of this study showed that according to public perception the service center development played a positive role in regional development, land use, and job creation. Simultaneously
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan
sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah, dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah sangat diperlukan
karena kondisi sosial ekonomi, budaya, geografis yang sangat berbeda antara
suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Pada dasarnya pengembangan wilayah
harus disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan permasalahan wilayah
bersangkutan.
Perencanaan pengembangan wilayah adalah perencanaan yang
merumuskan atau menyusun strategi pengembangan/pembangunan wilayah untuk
masa yang akan datang (Pacione, 1988: 1).
Suatu wilayah dipengaruhi oleh berbagai aspek kehidupan yang terdapat
pada wilayah tersebut. Adapun aspek-aspek yang mempengaruhi perkembangan
suatu wilayah terdiri atas aspek fisik, sosial, ekonomi, sarana dan prasarana yang
terdapat di wilayah tersebut, selain itu perkembangan suatu wilayah dapat dilihat
dari pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Berdasarkan beberapa penjelasan
tersebut maka perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut agar dapat diketahui potensi
yang terdapat di Wilayah tersebut yang dapat dimanfaatkan dengan efisien dan
mengurangi kesenjangan yang terjadi antara bagian wilayah yang satu dengan
yang lainnya.
Konsep perkembangan wilayah di Indonesia dikembangkan pula oleh
Poernomosidi Hadjisarosa melalui pendekatan satuan-satuan Wilayah
Pengembangan (SWP). Setiap SWP didukung oleh kota-kota yang berhirarki pada
satuan wilayah maupun secara keseluruhan pada ruang nasional. Pendekatan ini
pada akhirnya sangat mewarnai penentuan orde kota dan hirarki jalan dalam
wilayah nasional (Riyadi, 2002: 55).
Kecenderungan perkembangan wilayah di Indonesia pada umumnya
secara keseluruhan dapat dilihat bahwa pertumbuhan wilayah Bagian Barat lebih
berkembang dibandingkan dengan perkembangan wilayah Bagian Timur
Indonesia, hal tersebut dapat dilihat dari kelengkapan sarana dan prasarana di
bagian wilayah Barat lebih memadai dibandingkan Bagian Timur sehingga lebih
menunjang terhadap perkembangan wilayah Bagian Barat, dimana aktivitas
perekonomian lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah Timur, sehingga dapat
dikatakan perkembangan wilayah Indonesia secara keseluruhan terdapat
kesejangan antara wilayah Bagian Barat dengan wilayah Bagian Timur.
Salah satu wilayah Bagian Barat Indonesia adalah Provinsi Sumatera
Utara, berdasarkan kebijakan ruang Provinsi Sumatera Utara tujuan strategi
pengembangan yang akan dicapai adalah pemerataan pembangunan antar daerah,
yaitu di arahkan untuk memperbaiki kondisi daerah yang belum berkembang serta
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan kabupaten baru hasil pemekaran
dari Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, Berdasarkan Undang
-Undang No. 36 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Serdang Bedagai
bahwa pembentukan Kabupaten Serdang Bedagai diharapkan akan dapat
mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi
daerah. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu wilayah yang memiliki
potensi yang besar dari sektor pertanian, perikanan dan perkebunan, serta
akomodasi periwisata dengan Ibukota di Kecamatan Sei Rampah.
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki luas 1.900,22 km2
Berdasarkan hal tersebut Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai sadar
bahwa untuk meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi yang
ada maka sudah tentu dibutuhkan pengembangan pusat-pusat pelayanan yang
lebih baik lagi yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat banyak baik secara
internal maupun eksternal atau interaksi dengan wilayah sekitarnya yang
diharapkan mampu meningkatkan pengembangan dari berbagai sektor di yang terdiri dari
17 kecamatan yang tersebar diseluruh wilayah dimana sistem pusat-pusat
perkotaan dan perdesaan tidak terlepas dari kelengkapan dan kualitas fasilitas
pelayanan yang dimiliki termasuk juga potensi strategis dan aksesibilitas potensi
yang dimiliki sebagaimana yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten
Kabupaten Serdang Bedagai itu sendiri sesuai dengan tujuan terbentuknya
Kabupaten Serdang Bedagai.
Pembangunan pusat-pusat pelayanan ini tentu mempunyai tujuan selain
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak juga diharapkan mampu
mendukung pengembangan wilayah, pemanfaatan ruang bahkan penciptaan
lapangan pekerjaan.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut maka sangat dibutuhkan Kajian
Pengembangan Pusat-pusat Pelayanan dengan peran dan fungsi berdasarkan
potensi dan permasalahan yang dimiliki, yang diharapkan mampu menjadi
pedoman pengembangan wilayah, pemanfaatan ruang dan mampu menciptakan
lapangan pekerjaan yang mestinya terjadi berdasarkan tujuan terbentuknya
Kabupaten Serdang Bedagai.
Maka berdasarkan pemikiran diatas penelitian ini mengambil judul
“Kajian Pengembangan Pusat-Pusat Pelayanan Di Wilayah Kabupaten Serdang
Bedagai”.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana peranan pusat-pusat pelayanan terhadap pengembangan wilayah di
Kabupaten Serdang Bedagai?
2. Bagaimana peranan pusat-pusat pelayanan terhadap pemanfaatan ruang di
3. Bagaimana peranan pusat-pusat pelayanan terhadap penciptaan lapangan
pekerjaan di Kabupaten Serdang Bedagai?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan
sebelumnya, penelitian ini memiliki tujuan untuk :
1. Mengetahui peranan pusat-pusat pelayanan terhadap pengembangan wilayah
di Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Mengetahui peranan pusat-pusat pelayananan terhadap pemanfaatan ruang di
Kabupaten Serdang Bedagai.
3. Mengetahui peranan pusat-pusat pelayanan terhadap penciptaan lapangan
pekerjaan di Kabupaten Serdang Bedagai.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Kabupaten
Serdang Bedagai dalam pengembangan wilayah yang lebih baik di masa
mendatang.
2. Bagi instansi terkait, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan rujukan/informasi dalam pemanfaatan ruang di Kabupaten Serdang
3. Sebagai sumbangsih ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang
pengembangan wilayah. Penelitian ini juga bermanfaat bagi para peneliti lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Wilayah dan Teori Pengembangan Wilayah
2.1.1 Pengertian Wilayah
Pengertian wilayah sangat beragam, hal ini ditentukan dari mana sudut
pandang orang yang mengartikannya. Ada beberapa pengertian wilayah yang
diartikan dalam bidang perencanaan yang diungkapkan para ahli. Ada pun
pengertian wilayah yang diungkapkan (Jayadinata dan Paramandika 2006:168)
adalah :
“Bahwa wilayah dalam pengertian geografi merupakan kesatuan alam,
yaitu alam yang serba lama, homogen atau seragam, dan kesatuan manusia yaitu
masyarakat serta kebudayaan yang serba sama, homogen atau seragam, yang
mempunyai ciri (kekhususan) yang khas, sehingga wilayah tersebut dapat
dibedakan dari wilayah lainnya”.
Dalam pengertian di atas ada 2 (dua) macam pengertian wilayah, yaitu
(Jayadinata dan Paramandika, 2006 : 168):
1. Pengertian Internasional : wilayah dapat meliputi beberapa negara yang
mempunyai kesatuan alam dan kesatuan manusia, misalnya Asia Tenggara,
Wilayah Asia Barat Daya, Wilayah Eropa Barat, Wilayah Amerika Latin,
2. Pengertian Nasional : wilayah merupakan sebagian dari negara, tetapi bagian
tersebut mempunyai kesatuan alam dan kesatuan manusia, misalnya pantai
timur Sumatera, pantai selatan Jawa, dan sebagainya.
Pengertian Wilayah menurut Nugroho dan Dahuri (2004: 9), Wilayah
adalah suatu area geografis yang memiliki ciri tertentu dan merupakan media bagi
segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi.
Menurut kamus tata ruang pengertian wilayah adalah ruang merupakan
kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi dan atau aspek fungsional.
Sedangkan pengertian wilayah menurut G.P. Holuer (1994 : 2). Pengertian
wilayah dapat dibagi menjadi dua konsep yaitu konsep homogenitas dan konsep
nodalitas / sentralitas.
Wilayah Homogen adalah suatu wilayah yang mempunyai ciri-ciri khas yang kurang lebih sama dan dengan segera dapat dibedakan dari wilayah-wilayah
lainnya bagi keperluan perencanaan dan kebijakan.
Wilayah Nodal adalah suatu wilayah yang mempunyai organisasi tata ruang yang ditunjukkan / ditekankan pada hubungan antara pusat-pusat (nodal) atau
sentra-sentra kegiatan dan sumberdaya-sumberdaya dalam tata ruang tersebar.
Setiap nodal atau sentra mempunyai daerah belakang atau lingkupan wilayah
pengaruh yang sesuai dengan hirarki didalam dan diluar wilayah tersebut.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan penegertian wilayah
adalah daerah yang memiliki karakteristik yang sama baik secara alam maupun
manusia yang memiliki karakteristik yang sama baik secara alam maupun
manusia yang memiliki batas administratif yang jelas sesuai dengan aturan yang
telah ditetapkan dalam undang-undang yang berlaku.
2.1.2 Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah merupakan strategi memanfaatkan dan
mengkombinasikan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal
(peluang dan tantangan) yang ada sebagai potensi dan peluang yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi wilayah akan barang dan jasa yang
merupakan fungsi dari kebutuhan baik secara internal maupun eksternal wilayah.
Faktor internal ini berupa sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber
daya teknologi, sedangkan faktor eksternal dapat berupa peluang dan ancaman
yang muncul sering dengan interaksinya dengan wilayah lain.
Menurut Saefulhakim, dkk (2002) Wilayah Pengembangan adalah
perwilayahan untuk tujuan pengembangan / pembangunan / development.
Tujuan-tujuan pembangunan terkait dengan lima (5) kata kunci, yaitu :
1. Pertumbuhan;
2. Penguatan Keterkaitan;
3. Keberimbangan;
4. Kemandirian;
Sedangkan konsep wilayah perencanaan adalah wilayah yang dibatasi
berdasarkan kenyataan sifat-sifat tertentu pada wilayah tersebut yang bisa bersifat
alamiah maupun non alamiah yang sedemikian rupa sehingga perlu direncanakan
dalam kesatuan wilayah perencanaan.
Alkadri (2001) mendifinisikan pengembangan wilayah sebagai program
yang menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan dengan memperhitungkan
sumber daya yang ada dan kontribusinya pada pembangunan suatu wilayah.
Pendapat lain menyebutkan pengembangan wilayah adalah upaya untuk memacu
perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan
menjaga kelestarian hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah sangat
diperlukan karena kondisi sosial ekonomi, budaya dan geografis yang berbeda
antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Pada dasarnya pengembangan
wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan wilayah
yang bersangkutan (Ryadi, 2002).
Tujuan pengembangan wilayah mengandung 2 (dua) sisi yang saling
berkaitan yaitu sosial dan ekonomis. Dengan kata lain pengembangan wilayah
adalah merupakan upaya memberikan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat, misalnya menciptakan pusat-pusat produksi, memberikan
kemudahan prasarana dan pelayanan logistik dan sebagainya (Triutomo, 2001).
Pengembangan wilayah dalam jangka panjang lebih ditekankan pada
pengenalan potensi sumber daya alam dan potensi pengembangan lokal wilayah
yang mampu mendukung (menghasilkan) pertumbuhan ekonomi, dan
mengatasi kendala pembangunan yang ada di daerah dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam rencana
pembangunan nasional, pengembangan wilayah lebih ditekankan pada
penyusunan paket pengembangan wilayah terpadu dengan mengenali sektor
strategis (potensial) yang perlu dikembangkan di suatu wilayah (Friedmann &
Allonso, 1964).
Menurut Budiharsono (2005) pengembangan wilayah setidak-tidaknya
perlu ditopang oleh 6 pilar / aspek yaitu :
1. Aspek Biogeofisik;
Aspek Biogeofisik meliputi kandungan sumber daya hayati, sumber daya non
hayati, jasa-jasa maupun sarana dan prasarana yang ada pada wilayah tersebut.
2. Aspek Ekonomi;
Aspek ekonomi meliputi kegiatan ekonomi yang terjadi disekitar wilayah.
3. Aspek Sosial;
Aspek sosial meliputi budaya, politik dan hankam yang merupakan pembinaan
kualitas sumber daya manusia, posisi tawar (dalam bidang politik), budaya
masyarakat serta pertahanan dan keamanan.
4. Aspek Kelembagaan;
Aspek kelembagaan meliputi kelembagaan masyarakat yang ada dalam
pengelolaan suatu wilayah apakah kondusif atau tidak. Kelembagaan juga
meliputi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku baik dari
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah maupun lembaga-lembaga sosial
5. Aspek Lokasi;
Aspek lokasi menunjukkan kerterkaitan antara wilayah yang satu dengan
wilayah lainnya yang berhubungan dengan sarana produksi, pengelolaan
maupun pemasaran.
6. Aspek Lingkungan;
Aspek lingkungan meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi
mengambil input apakah merusak atau tidak.
2.1.3 Teori – teori dalam Pengembangan Wilayah
a. Teori Tempat Pusat (Central Place Theory)
Teori tempat pusat atau central place theory pertama kali dikembangkan oleh Walter Christaller pada tahun1993. Christaller (1933) dalam Djojodipuro
(1992: 134), mendefisikan Pusat Pelayanan atau lebih dikenal dengan central
place merupakan kota-kota yang menyajikan barang dan jasa bagi masyarakat di wilayah sekelilingnya dengan membentuk suatu hirarki berdasarkan jarak dan
ambang batas penduduk. Pembagian hirarki pelayanan tersebut, mengakibatkan
suatu kota (dengan hirarki pelayanan paling tinggi) secara alami memiliki potensi
daya tarik yang besar dan berpengaruh besar bagi daerah-daerah yang
kekuatannya lebih kecil, dimana kota tersebut mempunyai kemampuan menarik
potensi, sumber daya dari daerah lain dan kota di bawahnya.
Walter Christaller pada tahun 1933 melakukan studi di Jerman Selatan
mengenai hirarki pusat pelayanan kegiatan jasa pada tujuh tingkat hirarki pusat
pelayanan, mulai dari desa kecil di pinggir jalan hingga kota. Setiap pusat
pelayanan tertentu, seperti jasa kesehatan, jasa pemenuhan kebutuhan (toko, pasar
berkala, dan pasar harian), serta jasa pemerintahan. Hasil studinya ini merupakan
sumbangan sekaligus juga kemajuan yang berarti bagi teori lokasi secara umum,
dan secara khusus adalah bagi teori penyediaan pusat pelayanan penduduk
tersebut diartikan sebagai pusat kota (maupun sub pusat kota), yang merupakan
suatu titik / tempat / daerah pada suatu kota yang memiliki peran sebagai pusat
dari segala kegiatan kota antara lain politik, sosial, budaya, ekonomi dan
teknologi (Yunus, 1999 : 9). Dalam teori ini ada 4 (empat) asumsi yang
mendasari, yaitu :
Wilayah tersebut merupakan wilayah yang datar, dan juga memiliki sumberdaya alam yang merata.
Pergerakan dimungkinkan dapat dilakukan ke segala arah.
Penduduk tersebar secara merata diseluruh wilayah, dan semuanya memiliki daya beli yang sama.
Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimasi jarak atau biaya.
Berdasarkan asumsi dan fenomena tersebut diatas, Christaller menjelaskan
juga bahwa suatu tempat pusat memiliki 3 (tiga) karakteristik khusus. Ketiganya
dikatakan sejalan karena ketiga karakteristik tersebut merupakan faktor – faktor
utama yang mempengaruhi terbentuknya pola geometris wilayah pelayanan suatu
1. Memiliki ambang penduduk (threshold population)
Ambang penduduk adalah jumlah penduduk minimum untuk dapat
mendukung suatu penawaran akan jasa. Dalam hal ini, jasa yang ditawarkan
adalah jasa pelayanan yang diberikan oleh fasilitas-fasilitas yang ada ditempat
pusat tersebut. Bila jumlah penduduk yang dilayani berada dibawah ambang,
maka pelayanan tersebut akan menjadi kurang baik dan kurang efektif.
2. Memiliki jangkauan pasar / wilayah cakupan layanan (markete range)
Jangkauan pasar suatu aktifitas jasa adalah jarak yang seseorang bersedia
untuk menempuhnya untuk mendapatkan jasa yang bersangkutan. Lebih jauh dari
jarak ini, orang yang bersangkutan akan mencari tempat lain yang lebih dekat
untuk memenuhi kebutuhan akan jasa yang sama. Jangkauan pasar setiap kegiatan
pelayanan jasa akan saling berbeda-beda, tergantung pada arti pentingnya suatu
tempat pusat / pelayanan jasa tersebut.
3. Memiliki struktur hirarki pelayanan
Struktur hirarki pelayanan adalah tingkat pelayanan kegiatan jasa dari
mulai tingkatan yang paling tinggi seperti pada tingkatan kota, sampai pada
tingkatan yang paling rendah seperti pada tingkatan desa.
b. Teori Daerah / Wilayah Inti
Friedmann (1964) menganalisis aspek-aspek tata ruang, lokasi serta
persoalan-persoalan kebijakan dan perencanaan pengembangan wilayah dalam
ruang lingkup yang lebih general.
Pusat-pusat besar pada umumnya berbentuk kota-kota besar, metropolis
statis sisanya merupakan subsistem-subsistem yang kemajuan pembangunannya
ditentukan oleh lembaga-lembaga daerah inti dalam arti bahwa daerah-daerah
pinggiran berada dalam suatu hubungan ketergantungan yang substansial. Daerah
inti dan wilayah pinggiran bersama-sama membentuk sistem spasial yang
lengkap.
Pada umumnya daerah-daerah inti melaksanakan fungsi pelayanan
terhadap daerah-daerah sekitarnya. Beberapa daerah inti memperlihatkan fungsi
yang khusus, misalnya sebagai pusat perdagangan atau pusat industri, ibukota
pemerintah dan sebagainya.
Hubungan dengan peranan daerah inti dalam pembangunan spasial,
friedmann mengemukakan 5 (lima) buah preposisi utama, yaitu sebagai berikut
(N.M Hansen: 1972,96 – 99 dalam Adisasmita: 119) :
1. Daerah inti mengatur keterhubungan dan ketergantungan daerah-daerah
disekitarnya melalui sistem suplay, pasar dan daerah administrasi.
2. Daerah inti meneruskan secara sistematis dorongan-dorongan inovasi ke
daerah-daerah disekitarnya yang terletak dalam wilayah pengaruhnya.
3. Sampai pada suatu titik tertentu pertumbuhan daerah inti cenderung
mempunyai pengaruh positif dalam proses pembangunan sistem spasial, akan
tetapi mungkin pula mempunyai pengaruh negatif jika penyebaran
pembangunan wilayah inti kepada daerah-daerah disekitarnya tidak berhasil
ditingkatkan, sehingga keterhubungan dan ketergantungan daerah-daerah
4. Dalam sistem spasial, hirarki daerah-daerah inti ditetapkan berdasarkan pada
kedudukan fungsionalnya masing-masing meliputi
karakteristik-karakteristiknya secara terperinci dan prestasinya.
5. Kemungkinan inovasi akan ditingkatkan keseluruh daerah sistem spasial
dengan cara mengembangkan pertukaran informasi.
Teori ini memiliki kelemahan yaitu :
1. Teori ini tidak membahas masalah pemilihan lokasi optimum industri dan
tidak pula menentukan jenis investasi apa yang sebaiknya ditetapkan di
pusat-pusat urban, oleh karena itu mereka di klasifikasikan sebagai tanpa tata ruang.
2. Dominannya pusat-pusat urban dapat menimbulkan dampak negatif yaitu
munculnya susunan-susunan ketergantungan dualistik menimbulkan
akibat-akibat yang mendalam bagi pembangunan Nasional.
c. Model Gravitasi Sebagai Faktor Penting Penentu Lokasi
Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk
melihat besarnya daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi.
Model ini sering di gunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan
besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Dalam perencanaan wilayah,
model ini sering dijadikan alat untuk melihat apakah lokasi berbagai fasilitas
kepentingan umum telah berada pada tempat yang benar. Selain itu, apabila kita
ingin membangun suatu fasilitas yang baru maka model ini dapat digunakan untuk
menentukan lokasi yang optimal. Artinya, fasilitas itu akan digunakan sesuai
dengan kapasitasnya. Model gravitasi berfungsi ganda, yaitu sebagai teori lokasi
Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order)
kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari
sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap
keberadaan berbagai macam usaha / kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial
(Tarigan, 2006:77).
Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah
suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas.
Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi
ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006:73). Menurut Tarigan, tingkat
aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan
berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta
kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.
Dalam analisis kota yang telah ada atau rencana kota, dikenal standar
lokasi (standard for location requirement) atau standar jarak (Jayadinata,
Tabel 2.1
Standar Jarak Dalam Kota
No Prasarana Jarak dari tempat tinggal (berjalan
k ki)
1 Pusat tempat kerjaPusat kota (dengan pasar, dan sebagainya)Pasar lokal
20 sampai 30 menit30 sampai 45 Menit ¾ km atau 10 menit
2 Sekolah Dasar ¾ km atau 10 menit
3 Sekolah Menengah Pertama 1 ½ km atau 20 menit 4 Sekolah Lanjutan Atas 20 atau 30 menit 5 Tempat bermain anak-anak dan ¾ km atau 20 menit 6 Tempat olah raga dan pusat lalita 1 ½ km atau 20 menit 7 Taman untuk umum atau cagar
(seperti kebun binatang, dan sebagainya
30 sampai 60 menit
Sumber: Chapin dalam Jayadinata (1999:161)
d. Teori Penempatan Lokasi Pusat Pelayanan
Penempatan lokasi suatu pusat pelayanan pada prinsipnya harus
mempertimbangkan aspek keruangan dengan cermat Hal tersebut berlaku bagi
semua hirarki struktur pusat pelayanan, mulai dari tingkat pusat kota, sub pusat
kota atau pusat bagian wilayah kota, tingkat perdesaan sampai kepada pusat
lingkungan, penempatan lokasi yang tepat akan dapat mewujudkan sistem
pelayanan wilayah yang baik dan efisien. Secara umum, pusat pelayanan tersebut
harus ditempatkan pada lokasi yang sentral. Terdapat beberapa teori yang
berkaitan dengan lokasi pusat pelayanan, yaitu:
1. Pendapat Christaller (1933) Dalam Teori Tempat Pusat
Konsumen (penduduk pengguna fasilitas) akan berusaha mencari pusat
pelayanan yang terdekat. Hal ini berarti bahwa pusat pelayanan tersebut harus
pelayanan akan saling terhubung oleh suatu jaringan heksagonal. Dalam konteks
dunia modern saat ini, pendapat Christaller ini dapat diartikan bahwa lokasi pusat
pelayanan harus sedekat mungkin dengan daerah kosentrasi permukiman
penduduk. Sementara itu, jaringan heksagonal dapat diartikan sebagai jaringan
pergerakan yang menghubungkan antara bagian wilayah yang satu dengan yang
lainnya. Jadi, pusat pelayanan harus berlokasi di simpul-simpul pertemuan
jaringan pergerakan yang satu dengan yang lainnya. Sehingga pusat pelayanan
tersebut dapat dengan mudah dicapai penduduk.
2. Kaidah most accesible, Rushton (1979)
Lokasi yang paling optimum untuk sebuah pusat pelayanan adalah lokasi
yang paling mudah diakses/dicapai oleh penduduk. Terdapat beberapa kriteria
yang dapat mendefiisikan kaidah most accecible ini, seperti kriteria minimasi jarak total, kriteria minimasi jarak rata-rata, kriteria minimasi jarak terjauh,
kriteria pembebanan merata, kriteria batas ambang, serta kriteria batas kapasitas.
2.2 Pusat Pelayanan
2.2.1 Pengertian Pusat Pelayanan
Pusat pelayanan merupakan titik-titik pertumbuhan yang terjadi di
beberapa tempat tertentu saja karena adanya kekuatan penggerak pembangunan,
dimana kekuatan tersebut dapat merangsang kegiatan-kegiatan lainnya untuk
tumbuh dan berkembang. Kegiatan-kegiatan tersebut mempunyai kecendrungan
untuk mengelompok membentuk suatu kesatuan yang pada akhirnya menjadi
pelayanan merupakan suatu aglomerasi dari berbagai kegiatan atau aktivitas serta
aglomerasi dari berbagai prasarana dan sarana yang dapat menunjang
pertumbuhan dan perkembangan wilayah.
Suatu ciri umum dari daerah-daerah nodal adalah bahwa penduduk kota
tidaklah tersebar secara merata diantara pusat-pusat yang sama besarnya tetapi
tersebar diantara pusat-pusat yang besarnya berbeda-beda yang secara
keseluruhan membentuk suatu hirarki perkotaan (Harry W 1991, 72).
Struktur dan hirarki pusat pelayanan pada dasarnya adalah suatu arahan
mengenai jenjang atau hirarki pusat pelayanan yang ditentukan berdasarkan
fungsi dan skala / lingkup pelayanan yang dikembangkan pada masing-masing
pusat pelayanan. Pembentukan atau pengadaan pola pelayanan kota yang baik dan
efisien adalah mempertimbangkan pola pendistribusian pusat-pusat pelayanan
yang mencakup penghirarkian dan mengatur penempatannya secara ruang
(Sujarto 1977, 170).
Konsep pola pendistribusian pusat-pusat pelayanan menurut Sujarto
adalah dengan menempatkan pusat kota sebagai pusat pelayanan tertinggi, baik
dilihat dari kelengkapan fasilitas, daya layanan maupun skala pelayanannya.
Disamping itu, pusat kota berfungsi dan berperan melayani kebutuhan penduduk
seluruh kota atau bahkan dari daerah sekitarnya. Dibawah pusat kota adalah sub
pusat kota yang mempunyai hirarki yang lebih rendah dari pusat kota tetapi lebih
tinggi dari pusat lingkungan. Sub pusat ini mempunyai fungsi melayani kebutuhan
Hirarki berikutnya adalah pusat lingkungan yang berfungsi melayani
kebutuhan penduduk dari lingkungan kecil dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Jadi, hirarki dari pusat-pusat pelayanan tersebut adalah hirarki pertama pusat
kota, hirarki kedua adalah sub pusat kota, dan yang terakhir adalah pusat
lingkungan.
Secara garis besar ada 2 faktor yang sangat berpengaruh didalam
penentuan dan pendistribusian pusat pelayanan yaitu faktor manusia yang akan
mempergunakan pusat-pusat pelayanan tersebut dan faktor lingkungan tempat
manusia tersebut melaksanakan kegiatan hidupnya.
Faktor manusia terutama menyangkut pertimbangan-pertimbangan
mengenai jumlah penduduk yang akan mempergunakan pelayanan tersebut,
kepadatan penduduk, perkembangan penduduk, keadaan sosial ekonomi
masyarakat, potensi masyarakat dan sebagainya. Faktor lingkungan terutama
menyangkut pertimbangan mengenai skala lingkungan dalam arti fungsi dan
peranan sosial ekonominya, jaringan pergerakan, letak geografis lingkungan dan
sifat keterpusatan lingkungan.
2.2.2 Dasar Pemikiran Perlunya Pusat Pelayanan
Perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah sangat banyak di
pengaruhi dan ditentukan oleh berbagai macam faktor-faktor perubahan yang
menyangkut segi-segi sosial, ekonomi, kultural dan politik. Manifestasi dan
perubahan-perubahan yang terjadi pada segi-segi tersebut diatas adalah
perubahan-perubahan struktur fisik suatu wilayah. Pertambahan jumlah
terjadinya perpindahan penduduk dan perdesaan ke kota telah meningkatkan
tuntutan akan pelayanan kebutuhan seperti pusat Komersial (Sujarto, 2006). Pada
hakekatnya pusat-pusat pelayanan berkaitan juga dengan tujuan sosial. Pengertian
sosial itu sendiri didalam usaha pembangunan selalu dihubungkan dengan
segi-segi kesejahteraan masyarakat. Jadi dalam hubungan ini tersangkut usaha
peningkatan taraf kehidupan penduduk serta usaha-usaha pendistribusian yang
merata dari kebutuhan baik materil maupun spiritual yang akan menyertai usaha
peningkatan produksi yang dihasilkan oleh suatu usaha pembangunan
perekonomian (Sujarto, 1977).
Secara naluriah selalu akan terjadi suatu proses bahwa didalam rangka
memenuhi kebutuhannya manusia akan mencari suatu pusat pemenuhan
kebutuhan yang paling dekat, mudah dan murah dicapai serta yang sesuai dan
dapat memenuhi selera kebutuhannya. Demikian pula dari pihak penyedia akan
selalu dipertimbangkan bahwa penempatan kegiatan usaha pemenuhan kebutuhan
sebagai tempat melayani kebutuhan ingin memenuhi persyaratan-persyaratan
mudah dicapai strategis dalam arti dapat dicapai dari semua arah secara merata
dan dapat memperoleh keuntungan sebesar-besarnya (Sujarto, 1977).
Antara masyarakat sebagai pihak yang membutuhkan pusat pelayanan
dengan pihak penyedia akan terdapat sifat hubungan yang saling ketergantungan
satu sama lain. Masyarakat ingin terlayani segala kebutuhannya dan penyedia juga
membutuhkan masyarakat untuk dapat menjamin eksistensinya mengenai kategori
masyarakat yang membutuhkan fasilitas pelayanan adalah seluruh lapisan
Keadaan ini pada dasarnya juga merupakan suatu akibat dari proses
pertumbuhan kota dimana secara keseluruhan kota akan mengalami 4 proses
perubahan yaitu (Ratcliff, 398-405 dalam TA Riri S, 2002):
1. Perluasan fisik yaitu pengisian dan perluasan areal kearah pinggir kota yang
pada umumnya disepanjang jalur utama regional dan juga pembentukan
wilayah-wilayah baru di kawasan pinggir kota.
2. Pergeseran yaitu perubahan struktur kota akibat pergeseran penggunaan yang
disebabkan karena adanya penyesuaian penggunaan terhadap kebutuhan
pelayanan baru.
3. Pergerakan wilayah perumahan yaitu perpindahan atau pergeseran wilayah
perumahan karena motif ekonomi dan kebutuhan sosial penduduk.
4. Pergeseran ekonomi yaitu pergantian fungsi ekonomi akibat adanya
peningkatan nilai tanah.
Demikian bahwa proses perubahan diatas terjadi terus selama kota itu
tumbuh dan berkembang dari masalah-masalah nyata yang timbul sebagai akibat
perubahan tadi secara keseluruhan antara lain adalah :
1. Penggunaan tanah yang tidak teratur, salah satu diantaranya disebabkan karena
terkonsentrasinya aktifitas dan fasilitas dipusat kota yang menyebabkan pula
timbulnya masalah-masalah lalu lintas dipusat kota.
2. Kepadatan yang tinggi pada kawasan-kawasan tertentu khususnya dipusat kota
sehingga menyebabkan penurunan standar lingkungan dan kebutuhan sosial
3. Desakan-desakan yang terjadi dipusat kota (terjadinya Proses Invasi dan
Suksesi) menyebabkan terjadinya perkembangan fisik dikawasan pinggir kota
yang menjalar mengikuti jaringan jalan dimana akibat-akibat yang dapat terjadi
dari pola perkembangan semacam ini adalah (Ditjen Cipta Karya, 1973):
Pengaturan pengadaan prasarana yang mahal dan sulit.
Timbulnya kepadatan lalu lintas di jalur-jalur jaringan urat nadi lalu lintas, yang dapat menimbulkan masalah-masalah yang menghambat kegiatan
pembangunan.
Pola perkembangan kota yang menjalar akan menghilangkan dasar-dasar kesatuan hidup kota yang amat diperlukan dalam membina kehidupan kota
yang sehat.
Sebagian besar kegiatan produktif di suatu wilayah terjadi atau berada
pada gedung-gedung dan antar gedung. Gedung-gedung tersebut dapat merupakan
kantor-kantor, pabrik, toko, pasar, sekolah, rumah sakit, terminal, gedung
pertemuan, bioskop, masjid, dan lain sebagainya. Pembangunan gedung - gedung
tersebut berkembang cepat, bahkan sebagian tidak terarah atau tidak terkontrol
dengan baik. Dalam hubungan ini pemerintah daerah harus berusaha menciptakan
lingkungan fisik perkotaan (urban setting) yang serasi dan harmonis.
2.2.3 Tinjauan Sistem Pusat-pusat Pelayanan
Proses perkembangan suatu wilayah akan dipengaruhi oleh peran dan
fungsi wilayah lain. Implikasi yang terjadi dari adanya pengaruh tersebut adalah
menguntungkan atau ketergantungan antara suatu wilayah dengan wilayah lain.
Suatu wilayah yang telah berkembang menjadi kota akan membentuk suatu sistem
dengan wilayah lainnya yang mencakup keseluruhan dari sistem sosial, sistem
mekanik, serta sistem ekonomi yang merupakan sistem yang kompleks dan
menghasilkan suatu pola hubungan yang sitematis. Perwujudan dari pola
hubungan yang sistematis tersebut adalah berupa hubungan wilayah (desa) yang
akan membentuk sistem, dimana setiap wilayah mempunyai hubungan dengan
wilayah yang lebih tinggi dan lebih rendah, area pelayanan berdasarkan sistem
yang terbentuk dan terjadi interaksi antar area pelayanan.
Hubungan keruangan tersebut dapat diinterpretasikan melalui
pengorganisasian ruang yang meliputi ukuran (jumlah), bentuk, pola keruangan
dan fungsi fasilitas. Komponen-komponen fasilitas tersebut digunakan untuk
rnenentukan hirarki fungsi permukiman serta keterkaitannya dengan wilayah
belakangnya (Pushkar K.Pradhan dalam Andry Andreas N, 2006:14)
Walter Christaller, seorang ahli geografi Jerman dalam bukunya "Central Place in Southern Germany", menjelaskan konsep yang menekankan pada
tingkatan skala dan perkiraan ambang, dimana ia mengasumsikan pada wilayah
homogen dan dengan distribusi penduduk yang merata. Penduduk pada wilayah
homogen tersebut memerlukan pelayanann barang dan jasa yang memiliki dua
1. Skala
Skala dari barang adalah suatu keadaaan yang telah dilampaui seseorang
untuk siap membeli barang tertentu yang dibutuhkannya, misalnya seseorang akan
lebih mampu membeli makan / minum dari pada perhiasan.
2. Ambang
Ambang adalah suatu jumlah penduduk minimum yang dapat mendukung
kegiatan tersebut untuk dapat berjalan sebagaimana mestinya. Misalnya, toko
kecil (warung rokok) dan super market. Warung rokok hanya memerlukan jumlah
penduduk yang relatif kecil untuk melangsungkan kegiatannya dibandingkan
jumlah penduduk minimum yang dibutuhkan super market. Jadi dapat dikatakan
bahwa warung rokok memiliki tingkat ambang yang kecil dan super market
memiliki tingkat ambang yang besar.
Kunci keberhasilan pertumbuhan ekonomi adalah terciptanya hubungan
timbal balik antara daerah perkotaan dan pedesaan. Hubungan ini akan timbul dari
interaksi antar hirarki tempat-tempat pemusatan yang akan menciptakan sistem
pertukaraan yang saling berhubungan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas
dan prasarana pelayanan. Dengan demikian, penggambaran dari hirarki fungsional
yang terintegrasi antar pusat-pusat permukiman merupakan masalah utama dalam
pertumbuhan ekonomi.
Sehingga dengan beberapa pertimbangan mengenai pusat-pusat pelayanan
seperti yang disebutkan di atas, adapun kegunaan teori tempat - tempat pemusatan
1. Dapat digunakan untuk memahami struktur ruang perwilayahan.
2. Pada dasarnya teori tempat-tempat pemusatan berlaku umum, dimana pun akan
tetap sama, yang mungkin berbeda adalah jarak tiap kota dengan jumlah
penduduknya ataupun kualitas jasa-jasa yang ada.
3. Dapat digunakan untuk model perencanaan dengan salah satu alasan adalah
adanya jaringan yang kuat yang mempunyai arti bahwa perencanana suatu
daerah harus memperhatikan implikasinya terhadap daerah sekitar.
4. Dapat digunakan untuk mendeflnisikan konsep-konsep yang sangat penting
bagi perencanaan regional. Seperti hirarki fungsi pusat, lingkup pasar dan
penduduk ambang.
2.2.4 Kriteria Pemilihan Lokasi Pusat pelayanan
Konsep penentuan pusat pelayanan didasarkan atas range dan threshold yaitu (Jayadinata dan Pramandika : 141):
1. Jarak yang ditempuh orang untuk mendapatkan barang kebutuhannya.
2. Jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan
keseimbangan supply barang.
Penentuan pusat pelayanan dalam skala kota dan wilayah perlu memenuhi
kriteria pengukuran tingkat perkembangan daerah sebagai berikut:
1. Ukuran Sumber daya manusia
Tingkat perkembangan daerah yang dipengaruhi oleh aktivitas penduduk.
Penduduk merupakan faktor utama dalam merencanakan suatu kota atau wilayah.
Faktor utama penduduk yaitu lapangan pekerjaan, penyebaran dan kepadatan
pusat pelayanan ini ditujukan untuk menjadikan penduduk sebagai indikator
dalam pertimbangan penentuan pusat pelayanan.
2. Sumber daya alam
Sumber daya alam yang telah digarap dan mempunyai peranan dalam
perkembangan suatu daerah. Kelayakan suatu lahan yang merupakan daya
tampung dan daya dukung suatu lahan dapat mempengaruhi perkembangan fisik
pembangunan suatu pusat pelayanan. Sumber daya alam yang dipertimbangkan
dalam hal ini yaitu sumber daya tanah yang berupa lahan, lahan yang ada akan
dijadikan sebagai daerah limitasi.
3. Ukuran aktivitas ekonomi
Berkaitan dengan tingkat tenaga kerja dalam lapangan pekerjaan yaitu
menggambarkan seberapa besar usaha yang dilakukan oleh penduduk dalam
pemanfaatan sumber daya wilayah tersebut.
4. Ukuran Kelengkapan fasilitas
Ukuran kelengkapan fasilitas berkaitan dengan kemampuan suatu fasilitas
dalam melayani aktivitas penduduknya. Apabila suatu daerah mempunyai fasilitas
yang lengkap maka daerah tersebut dapat berperan sebagai pusat pelayanan.
5. Ukuran Akses
Merupakan keterkaitan antara pusat-pusat lingkungan dalam menampung
pola pergerakan penduduk.
Pembagian wilayah pelayanan untuk mendorong perkembangan dan
pertumbuhan kawasan atau kota secara optimal maka harus dimulai dari sub
didasarkan pada aspek-aspek perkembangan kawasan. Karakteristik fisik dasar,
jumlah penduduk dan tingkat kemudahan pencapaian. Atas dasar pertimbangan
diatas maka pembagian wilayah pelayanan harus memperhatikan faktor-faktor di
wilayah tersebut yaitu:
1. Adanya dominasi kegiatan tertentu, dimana pengelompokan kegiatan-kegiatan
tersebut dalam suatu wilayah akan lebih menguntungkan baik dalam segi
pengadaan prasarana dan sarana, interaksi antara kegiatan sejenis.
2. Batasan kemampuan jangkaun pelayanan (radius pelayanan) fasilitas-fasilitas
sosial ekonomi, jaringan jalan (transportasi) dan pertimbangan prospek lahan
yang akses terhadap wilayah.
3. Daya tampung penduduk di masa yang akan datang di masing-masing
kelurahan atau desa.
2.2.5 Hirarki Pusat Pelayanan
Pemakaian analisis skalogram, indeks bobot sentral, dan distribusi
frekuensi secara bersamaan, membuat para perencanan tata permukiman mampu
membedakan empat level permukiman dalam suatu kawasan. Keempat level
tersebut ditentukan berdasarkan kriterianya masing-masing, (Rondinelli; 1985:
127-130) yaitu:
1. Level I : semua pusat mempunyai minimal 60 dari 64 fasilitas dan pelayanan
yang digunakan dalam skalogram, pemusatan, dan analisa distribusi fungsional
dan minimal setengahnya harus tersebar merata.
2. Level II : semua pusat mempunyai minimal 30 dari 64 fasilitas dan pelayanan
3. Level III : semua pemukiman mempunyai minimal 10 dari 64 fasilitas dan
pelayanan dan minimal dua harus tersebar merata.
4. Level IV : semua pemukiman mempunyai kurang dari 10 fasilitas dan
pelayanan.
Hirarki pusat-pusat pelayanan yang terdiri dari batas ambang jumlah
penduduk, kelengkapan fasilitas, batas ambang jarak pelayanan, serta aktivitas
Tabel 2.2 Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan
Tipe Radius
Pelayanan (km) Jumlah Penduduk Contoh Fasilitas Pelayanan Contoh Aktivitas
Kota Besar 100-500 800.000-20.000.000
• Universitas • Rumah Sakit
Umum • Pusat Perdagangan Internasional •Pusat Kementerian • Perindustrian besar • Perdagangan Nasional/ Internasional • Pusat Pemerintahan Nasional, Dsb Kota Sedang
50-100
200.000-800.000
• SMU • Rumah Sakit
Daerah • Supermarket. • Dsb • Agroindustri • Pusat Pemerintahan Regional
Kota Kecil 15-50 2.500-25.000
• SMP • Puskesmas • Pasar Permanen,
Dsb
• Industri Kecil • Pusat Pemerintahan Daerah Pusat lokal/desa Besar
7,5-15 1000-2.500 • SD
• Apotik/Klinik • Pasar Mingguan,Dsb •Industri Kerajinan • Pertanian • Pusat Pemerintahan Desa
Desa Kecil 2,5-7,5 100-1.000 •SD Inpres Bidan • Warung, Dsb
• Pertanian
(Sumber: United Nation, 1979)
Sistem hirarki pelayanan yang terbentuk dalam menjalankan fungsinya
sebagai fungsi pelayanan, memiliki batas skala dan ambang seperti yang
dijelaskan. Secara konkret batas tersebut tercermin melalui jangkauan pelayanan
pusat-pusat pelayanan menurut besar jangkauan pelayanan dapat dibedakan ke dalam
empat (4) bagian yaitu (ESCAP dalam Andry Andreas: 17) :
1. Pusat Regional
Pusat ini merupakan simpul dengan sarana dan prasarana yang
menghubungkan dengan perekonomian nasional, juga merupakan pusat yang
berperan sebagai mata rantai yang menghubungkan ekonomi nasional dengan
ekonomi pedesaan. Jumlah penduduk yang dilayani pusat tersebut berjumlah
maksimum 800.000 jiwa, dan lebih dari itu dapat dikatakan kota unggul. Radius
pelayanan pusat antara 50-100 km dengan luas pelayanan antara 7.500-30.000
km2
2. Pusat Distrik
, penduduk pada pusat maksimum berjumlah 100.000 jiwa dan jarang yang
melebihi dari itu.
Merupakan pusat yang lebih rendah tingkat hirarkinya dari pusat regional.
Jumlah penduduk yang dilayani antara 20.000-200.000 jiwa, rata-rata sebesar
50.000 jiwa, dengan radius jangkauan pelayanan sebesar 15-50 km dan dengan
luas pelayanan antara 700-1.500 km2
3. Pusat Sub Distrik
, pusat ini merupakan pusat pedesaan
terbesar, penduduknya hidup dari sejumlah pelayanan dan jasa yang dimanfaatkan
oleh penduduk yang tinggal di wilayah pengaruhnya. Pusat distrik merupakan
mata rantai antara daerah sekitarnya dengan pusat (kota) regional.
Merupakan pusat yang lebih rendah tingkat hirarkinya dari pusat distrik.
jiwa, dengan radius jangkauan pelayanan sebesar 7,5-15 km dan dengan luas
pelayanan antara 200-700 km2
4. Pusat Lokal
.
Merupakan pusat yang lebih rendah tingkat hirarkinya dari pusat sub
distrik. Jumlah penduduk yang dilayani antara 500-5.000 jiwa, rata-rata sebesar
2.000 jiwa, dengan radius jangkauan pelayanan sebesar 2,5-7,5 km dan dengan
luas pelayanan antara 25-200 km2
, pusat pelayanan lokal merupakan pusat
pelayanan paling kecil yang melayani batas administrasi desa masing-masing.
Melalui standar radius pelayanan, maka pembagian empat kategori
jangkauan pelayanan tersebut, dapat didistribusikan berdasarkan karakter wilayah
masing-masing. Selanjutnya, untuk mendapatkan kategori kependudukan, maka
setiap radius wilayah yang dilayani oleh pusat pelayanan merupakan kategori
kependudukan dan sebagai parameter. Untuk lebih lengkapnya, kategori yang
ditawarkan oleh ESCAP dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini (United Nation,
Tabel 2.3
Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan Menurut Jangkauan Pelayanan
dan Jumlah Penduduk
Ran-king
Tipe Level Radius
Pelayanan (km)
Luas Pelayanan
(km2)
Jumlah Penduduk yang dilayani Penduduk Pada Pusat pelayanan
Kota Kabupaten Pusat Regio-nal 100 - 50 30.000 - 7.500 800.000 - 200.000 100.000 50.000 25.000
Desa Kota
Kecamatan Pusat Distrik 50 25 15 7.500 2.000 700 200.000 50.000 20.000 25.000 1.000 500
Desa Kota Lokal Pusat Sub Distrik 15 10 7.5 700 300 200 20.000 8.000 5.000 2.500 1.000 500
Desa Pelayanan Desa Pusat Lokal 7.5 5 2.5 200 75 25 5.000 2.000 500 1.000 500 100
Sumber :ESCAP, 1979
2.3. Pengertian Fasilitas Kota
Fasilitas adalah salah satu unsur atau elemen dari ruang kota yang
keberadaannya sangat penting dalam melayani kehidupan masyarakat kota dalam
melakukan kegiatan sosial ekonominya Fasilitas kota dapat diartikan sebagai
suatu aktifitas atau pun materi yang berfungsi melayani kebutuhan individu atau
kelompok individu didalam suatu lingkungan kehidupan. Secara sistematis
aktivitas maupun materi tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
fasilitas sosial dan fasilitas fisik. Fasilitas sosial dapat diartikan sebagai aktivitas
bersifat dapat memberikan kepuasan sosial, mental dan spiritual diantaranya
adalah fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan, fasilitas kesehatan, fasilitas
kemasyarakatan, fasilitas rekreasi olah raga serta pemakaman umum. Sementara
fasilitas fisik adalah aktifitas yang dapat melayani masyarakat akan kebutuhan
fisik yaitu utilitas umum yaitu air minum, sanitasi lingkungan, sistem drainase,
gas, listrik, jalan raya, terminal, serta fasilitas rumah.
1. Pendistribusian Fasilitas Kota
Dalam pengembangan kota salah satu pendekatannya adalah dengan
penyediaan fasilitas pelayanan kotanya. Pendekatan pengembangan fasilitas dapat
dilihat dari dua sisi yaitu :
- Sisi Penyediaan :
Sisi penyediaan yaitu pengembangan dan pengarahan penyediaan sumber
daya. Dari sumber daya yang perlu diketahui informasi, jenis pelayanan,
karakteristik, tingkat pelayanan, opini, aksesibilitas, alokasi lahan
pengembangan.
- Sisi Permintaan :
Sisi permintaan yaitu pengembangan dan pengarahan perm