LAMPIRAN A
1. SKALA PRE-TEST BRAND IMAGE
1. SKALA PRE-TEST BRAND IMAGE
NO
PERNYATAAN
SS
S
N
TS
STS
1
Saya akan membeli iPhone meskipun
harganya mahal
SS
S
N
TS
STS
2
Saya akan membeli
iPhone karena
aplikasinya banyak
SS
S
N
TS
STS
3
Saya tidak akan membeli
iPhone
karena harganya murah apabila dijual
kembali
SS
S
N
TS
STS
4
Saya akan membeli iPhone karena
tampilannya mewah
SS
S
N
TS
STS
5
Saya akan membeli
iPhone karena
memakai touch-id
SS
S
N
TS
STS
6
Saya tidak akan membeli iPhone
karena kapasitas baterainya kecil
SS
S
N
TS
STS
7
Saya tidak akan membeli iPhone
karena harganya mahal
SS
S
N
TS
STS
8
Saya akan membeli
iPhone karena
memiliki beberapa pilihan warna
SS
S
N
TS
STS
9
Saya tidak akan membeli iPhone
karena baterainya tidak dapat dilepas
SS
S
N
TS
STS
10
Saya tidak akan membeli iPhone
karena tidak memiliki tombol utama
SS
S
N
TS
STS
11
Saya akan membeli iPhone karena
kualitas kameranya baik
SS
S
N
TS
STS
12
Saya akan membeli iPhone karena
logo iPhone unik sehingga mudah
untuk diingat
SS
S
N
TS
STS
13
Saya akan membeli
iPhone karena
mempunyai aplikasi
iMessage yang
memungkinkan penggunanya berkirim
pesan kepada sesama pemakai iPhone
SS
S
N
TS
STS
14
Saya tidak akan membeli
iPhone
karena tidak mudah dalam perawatan
maupun perbaikan
SS
S
N
TS
STS
15
Saya tidak akan membeli iPhone
karena tidak dapat menyimpan file
bahan sekolah
16
Saya akan membeli iPhone karena
memiliki design yang simple
SS
S
N
TS
STS
17
Saya akan membeli iPhone karena
seluruh seri iPhone akan selalu bisa
diupdate ke sistem operasi terbaru
SS
S
N
TS
STS
18
Saya tidak akan membeli
iPhone
karena design nya tidak menarik
SS
S
N
TS
STS
19
Saya tidak akan membeli iPhone
karena tidak menyediakan slot
microSD
SS
S
N
TS
STS
20
Saya akan membeli iPhone karena
merek iPhone mudah dikenali
SS
S
N
TS
STS
21
Saya tidak akan membeli iPhone
karena merek iPhone tidak mendunia
SS
S
N
TS
STS
22
Saya tidak akan membeli iPhone
karena mereknya tidak terkenal seperti
merek lain
SS
S
N
TS
STS
23
Saya tidak akan membeli iPhone
karena tidak pakai koneksi USB
standar
SS
S
N
TS
STS
24
Saya akan membeli iPhone karena
Merek
iPhone mudah diucapkan
pelanggan
SS
S
N
TS
STS
25
Saya tidak akan membeli
iPhone
karena merek
iPhone tidak mudah
dikenali
SS
S
N
TS
STS
26
Saya akan membeli iPhone karena
memiliki kualitas model dan tipe
bermacam-macam/variatif
SS
S
N
TS
STS
27
Saya akan membeli iPhone karena
Merek iPhone sudah mendunia
SS
S
N
TS
STS
28
Saya tidak akan membeli iPhone
karena merek
iPhone
tidak mudah
diucapkan pelanggan
2. SKALA PRE-TEST INTENSI MEMBELI
NO
PERNYATAAN
SS
S
N
TS
STS
1
Saya membeli iPhone karena
mengikuti teman-teman saya
SS
S
N
TS
STS
2
Saya
membeli
iPhone
karena
kebutuhan saya
SS
S
N
TS
STS
3
Saya tidak akan membeli iPhone
meskipun tren masa kini
SS
S
N
TS
STS
4
Saya akan membeli iPhone untuk
mengganti handphone saya yang
sudah rusak
SS
S
N
TS
STS
5
Saya akan membeli
iPhone
karena
banyak orang yang memakainya
SS
S
N
TS
STS
6
Saya tidak akan membeli
iPhone
karena bukan kebutuhan saya
SS
S
N
TS
STS
7
Saya tidak akan membeli iPhone
meskipun akan dijauhi oleh
teman-teman saya
SS
S
N
TS
STS
8
Saya akan mencari informasi tentang
iPhone kepada keluarga saya
SS
S
N
TS
STS
9
Saya akan bertanya kepada
teman-teman dekat saya mengenai fasilitas
iPhone
SS
S
N
TS
STS
10
Informasi yang saya dapatkan akan
menjadi bahan pertimbangan untuk
membeli iPhone
SS
S
N
TS
STS
11
Saya tidak akan bertanya kepada
orang sekitar saya mengenai iPhone
SS
S
N
TS
STS
12
Saya tidak akan mencari informasi
tentang iPhone
SS
S
N
TS
STS
13
Saya akan dibelikan
iPhone apabila
berprestasi di sekolah
SS
S
N
TS
STS
14
Saya akan dibelikan
iPhone ketika
berulang tahun
SS
S
N
TS
STS
meskipun ada diskon
16
Saya akan dibelikan
iPhone setelah
masuk kuliah
SS
S
N
TS
STS
17
Saya tidak akan membeli
iPhone
meskipun ada promo yang ditawarkan
SS
S
N
TS
STS
18
Saya akan membeli
iPhone ketika
uang saya sudah cukup
SS
S
N
TS
STS
19
Saya akan membeli iPhone kapan saja
saya mau
SS
S
N
TS
STS
20
Saya tidak akan menabung untuk
membeli iPhone
SS
S
N
TS
STS
21
Dalam waktu dekat saya berencana
membeli iPhone
SS
S
N
TS
STS
22
Saya tidak akan membeli
iPhone
walaupun saya punya uang yang
cukup
LAMPIRAN B
1. Reliabilitas & Daya Beda Aitem Skala Brand Image
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 50 100.0
Excludeda 0 .0
Total 50 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 87.3800 155.955 .595 . .891
VAR00002 87.0600 152.221 .661 . .889
VAR00003 86.5000 176.990 -.233 . .906
VAR00004 86.7400 153.951 .665 . .889
VAR00005 86.9200 155.381 .709 . .889
VAR00006 86.8200 169.702 .077 . .901
VAR00007 87.3400 160.025 .505 . .893
VAR00008 86.8800 158.149 .600 . .891
VAR00009 86.8800 160.924 .487 . .893
VAR00010 86.6400 158.602 .566 . .892
VAR00011 86.0200 157.000 .557 . .892
VAR00012 87.1200 160.475 .489 . .893
VAR00013 86.9600 157.304 .700 . .889
VAR00014 87.2400 162.268 .472 . .894
VAR00015 86.9200 163.177 .348 . .896
VAR00016 86.5600 156.537 .617 . .890
VAR00017 86.5000 162.949 .456 . .894
VAR00018 86.3600 157.582 .673 . .890
VAR00019 86.9200 159.912 .490 . .893
VAR00020 87.0000 163.796 .290 . .898
VAR00021 86.1000 163.439 .383 . .895
VAR00022 86.0000 162.490 .476 . .894
VAR00023 86.8200 159.987 .449 . .894
VAR00024 87.1000 168.459 .126 . .901
VAR00025 86.2400 163.900 .389 . .895
VAR00026 86.5800 160.044 .508 . .893
VAR00027 86.5000 157.153 .601 . .891
2. Reliabilitas & Daya Beda Aitem Skala Intensi Membeli
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.886 .887 22
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 50 100.0
Excludeda 0 .0
Total 50 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 64.4000 117.592 .413 .687 .883
VAR00002 63.1000 112.908 .566 .671 .879
VAR00003 63.7400 114.196 .602 .722 .879
VAR00004 63.1800 110.844 .630 .712 .877
VAR00005 63.8800 112.802 .596 .774 .878
VAR00006 63.8600 113.960 .570 .759 .879
VAR00007 63.7400 120.115 .221 .520 .889
VAR00008 63.8200 119.783 .243 .685 .888
VAR00009 63.3600 118.847 .335 .746 .885
VAR00010 62.9200 117.422 .404 .752 .884
VAR00011 63.5000 117.357 .376 .786 .885
VAR00012 63.4000 114.816 .554 .727 .880
VAR00013 63.2200 113.155 .548 .785 .880
VAR00014 63.6200 115.465 .473 .676 .882
VAR00015 63.3800 112.730 .687 .890 .876
VAR00016 63.4600 115.886 .429 .496 .883
VAR00017 63.4000 113.347 .618 .895 .878
VAR00018 62.9800 113.653 .506 .756 .881
VAR00019 63.9200 121.381 .178 .609 .890
VAR00020 63.8200 114.518 .479 .701 .882
VAR00021 63.6600 114.556 .523 .556 .880
LAMPIRAN C
1. SKALA POST-TEST BRAND IMAGE
1. SKALA POST-TEST BRAND IMAGE
NO
PERNYATAAN
SS
S
N
TS
STS
1
Saya akan membeli
iPhone meskipun
harganya mahal
SS
S
N
TS
STS
2
Saya akan membeli
iPhone karena
aplikasinya banyak
SS
S
N
TS
STS
3
Saya akan membeli
iPhone karena
tampilannya mewah
SS
S
N
TS
STS
4
Saya akan membeli
iPhone karena
memakai touch-id
SS
S
N
TS
STS
5
Saya tidak akan membeli
iPhone
karena harganya mahal
SS
S
N
TS
STS
6
Saya tidak akan membeli
iPhone
karena baterainya tidak dapat dilepas
SS
S
N
TS
STS
7
Saya tidak akan membeli
iPhone
karena tidak memiliki tombol utama
SS
S
N
TS
STS
8
Saya akan membeli
iPhone karena
kualitas kameranya baik
SS
S
N
TS
STS
9
Saya akan membeli
iPhone karena
logo
iPhone unik sehingga mudah
untuk diingat
SS
S
N
TS
STS
10
Saya akan membeli
iPhone karena
mempunyai aplikasi
iMessage yang
memungkinkan penggunanya berkirim
pesan kepada sesama pemakai iPhone
SS
S
N
TS
STS
11
Saya tidak akan membeli
iPhone
karena tidak mudah dalam perawatan
maupun perbaikan
SS
S
N
TS
STS
12
Saya tidak akan membeli
iPhone
karena tidak dapat menyimpan file
bahan sekolah
13
Saya akan membeli
iPhone karena
memiliki design yang simple
SS
S
N
TS
STS
14
Saya akan membeli
iPhone karena
seluruh seri
iPhone akan selalu bisa
diupdate ke sistem operasi terbaru
SS
S
N
TS
STS
15
Saya tidak akan membeli
iPhone
karena
tidak
menyediakan
slot
microSD
SS
S
N
TS
STS
16
Saya tidak akan membeli
iPhone
karena merek iPhone tidak mendunia
SS
S
N
TS
STS
17
Saya tidak akan membeli
iPhone
karena mereknya tidak terkenal seperti
merek lain
SS
S
N
TS
STS
18
Saya tidak akan membeli
iPhone
karena tidak pakai koneksi USB
standar
SS
S
N
TS
STS
19
Saya tidak akan membeli
iPhone
karena merek
iPhone tidak mudah
dikenali
SS
S
N
TS
STS
20
Saya akan membeli
iPhone karena
memiliki kualitas model dan tipe
bermacam-macam/variatif
SS
S
N
TS
STS
21
Saya akan membeli
iPhone karena
Merek iPhone sudah mendunia
2. SKALA POST TEST INTENSI MEMBELI
NO
PERNYATAAN
SS
S
N
TS
STS
1
Saya
membeli
iPhone
karena
mengikuti teman-teman saya
SS
S
N
TS
STS
2
Saya
membeli
iPhone
karena
kebutuhan saya
SS
S
N
TS
STS
3
Saya tidak akan membeli
iPhone
meskipun tren masa kini
SS
S
N
TS
STS
4
Saya akan membeli
iPhone untuk
mengganti handphone saya yang
sudah rusak
SS
S
N
TS
STS
5
Saya akan membeli
iPhone
karena
banyak orang yang memakainya
SS
S
N
TS
STS
6
Saya tidak akan membeli
iPhone
karena bukan kebutuhan saya
SS
S
N
TS
STS
7
Saya akan bertanya kepada
teman-teman dekat saya mengenai fasilitas
iPhone
SS
S
N
TS
STS
8
Informasi yang saya dapatkan akan
menjadi bahan pertimbangan untuk
membeli iPhone
SS
S
N
TS
STS
9
Saya tidak akan bertanya kepada
orang sekitar saya mengenai iPhone
SS
S
N
TS
STS
10
Saya tidak akan mencari informasi
tentang iPhone
SS
S
N
TS
STS
11
Saya akan dibelikan
iPhone apabila
berprestasi di sekolah
SS
S
N
TS
STS
12
Saya akan dibelikan
iPhone ketika
berulang tahun
SS
S
N
TS
STS
13
Saya tidak akan membeli
iPhone
meskipun ada diskon
SS
S
N
TS
STS
masuk kuliah
15
Saya tidak akan membeli
iPhone
meskipun ada promo yang ditawarkan
SS
S
N
TS
STS
16
Saya akan membeli
iPhone ketika
uang saya sudah cukup
SS
S
N
TS
STS
17
Saya tidak akan menabung untuk
membeli iPhone
SS
S
N
TS
STS
18
Dalam waktu dekat saya berencana
membeli iPhone
SS
S
N
TS
STS
19
Saya tidak akan membeli
iPhone
walaupun saya punya uang yang
cukup
LAMPIRAN D
1. Data Mentah Subjek Penelitian Pada Skala Brand Image
LAMPIRAN E
UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 180
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 7.22048413
Most Extreme Differences Absolute .046
Positive .040
Negative -.046
Kolmogorov-Smirnov Z .616
Asymp. Sig. (2-tailed) .842
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
HASIL ANALISIS REGRESI SEDERHANA
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9065.765 1 9065.765 172.917 .000a
Residual 9332.235 178 52.428
Total 18398.000 179
a. Predictors: (Constant), brandimage
UJI LINEARITAS
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
intensi * brandimage Between Groups (Combined) 10774.548 48 224.470 3.857 .000
Linearity 9065.765 1 9065.765 155.784 .000
Deviation from
Linearity
1708.783 47 36.357 .625 .967
Within Groups 7623.452 131 58.194
Total 18398.000 179
HASIL ANALISIS KORELASI
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .702a .493 .490 7.24074
a. Predictors: (Constant), brandimage
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. (1991). The theory of planned behaviour. In: organizational behaviour and human decision process. Amherst, MA: Elsevier. Ajzen, I. (2005). Attitudes, personality, and behavior: second edition.
England: Open university press.
Ajzen, I. (2006). The theory of planned behavior. Tersedia pada: http://people.umass.edu/aizen/index.html. Tanggal akses 12 Juni 2015.
Ali, M. (2006). Psikologi remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
Antara. (2015). Dua tahun terakhir, pengguna smartphone semakin banyak. Tersedia pada: http://www.antaranews.com/berita/478494/dua-tahun-terakhir-pengguna-smartphone-semakin-banyak. Tanggal akses 11 Juni 2015.
Apple. (2014). Iphone. Tersedia pada:
http://www.apple.com/iphone/specs.html. Tanggal akses 16 Februari 2016
Auda, R. (2009). Pengaruh citra merek terhadap intensi membeli. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Azwar, S. (2010). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Azwar. (2012). Sikap manusia: teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Cahyadi, H. (2014). Generasi z dan guru melek IT. Tersedia pada: m.kompasiana.com/cahyadiheru/generasi-z-dan-guru-melek-it. Tanggal akses 17 Februari 2016
Elcom. (2010). Google android. Bandung: Andi Publisher.
Engel, Blackweel, & Miniard. (1995). Consumer behavior 8th edition. Forth Worth, Texas: The Dry and Press.
Fishbein, M.,& Ajzen. I. (1975). Belief, attitude, intentions and behavior:
An introduction to theory and research, Reading, MA; Addison-Wesley, Boston, Massachusetts
Hadi, S. (2010). Metodologi research. Yogyakarta: Andi Offset.
Haryanthi, R. (2015). Fenomena kebutuhan pengguna iphone di universitas katolik parahyangan bandung. Skripsi. Bandung: Universitas Pasundan.
Hawkins, M. B. (2007). Consumer behaviour. New York: Mc Graw Hill. Horton. R. L. (1984). Buyer behavior: a decision making approach. Ohio: A
Bell & Howell Company.
Hurlock, E. B. (1981). Developmental psychology life span approach. Fifth Edition. New Delhi: Tata Mc. Graw Hill.
IDC Press Release. (2011). Through 2014 public IT cloud services will grow at more than five times the rate of traditional IT products, new
IDC research finds. Tersedia pada
http://www.idc.com/getdoc.jsp?containerId=prUS22393210. Tanggal akses 15 Mei 2015.
Iswadi, H. (2014). Disain pembelajaran matematika untuk generasi z.
Tersedia pada:
http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/43/Pembelajara n-Matematika-Untuk-Generasi-Z.html. Tanggal akses 16 Februari 2016.
J.D.Power and Associates. (2012). 2012 wireless consumer smartphone customer satisfaction study. Tersedia pada: http://www.jdpower.com/consumer-ratings/ratings.html. Tanggal akses 23 Mei 2015.
Kotler, P. (1998). Manajemen pemasaran: analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian, (alih bahasa: Hendro Teguh dan Ronny A Rusli) Jilid 2. Jakarta: Prenhalindo.
Kotler, P. (2007). Manajemen pemasaran (Edisi 12 Jilid 1). Jakarta: Indeks. Kotler, Phillip, & Keller. (2008). Manajemen pemasaran (Edisi 13 Jilid I).
Jakarta: Erlangga.
Kotler, P. (2009). Manajemen pemasaran (Edisi ke 13 Jilid I). Jakarta: Erlangga.
Landry, C. C. (2003). Self efficacy, motivation, and outcome expectation correlates of college. Tersedia pada:
http://etd.Isu.edu/docs/available/etd-0409103084327/unrestricted/CHAPTER2.pdf. Tanggal akses 13 Mei 2015.
Macrumors. (2014). 500 million iphones sold. Tersedia pada: http://www.macrumors.com/2014/03/25/apple-500-million-iphones-sold/ Tanggal akses 16 Februari 2016.
Makemac. (2013). Apa kata mereka tentang iphone 5s dan iphone 5c. Tersedia pada: http://www.makemac.com/apa-kata-mereka-soal-Iphone-5s-dan-Iphone-5c/ Tanggal akses 11 Juni 2015.
Makemac. (2013). 1001 alasan orang menggunakan iphone. Tersedia pada: http://www.makemac.com/1001-alasan-orang-menggunakan-iphone. Tanggal akses 17 Februari 2016.
Mangkunegara, A. (2002). Perilaku konsumen (edisi revisi). Bandung: Refika Aditama.
Monks, FJ, Knoers, AMP dan Haditono. (2004). Psikologi perkembangan: pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Newsletter, N. (2011). Pertumbuhan pengguna ponsel di indonesia paling
tinggi. Tersedia pada:
http://www.agbnielsen.net/Uploads/Indonesia/Nielsen_Newsletter_ Mei_2011-Ind.pdf. Tanggal akses 21 Mei 2015
Papalia, Diane, Old, S.W. (2008). Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Santrock, John W. (2003). Adolescence. Jakarta: Erlangga.
Schiffman, L. & Kanuk. (1983). Consumer behavior 2nd edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Schiffman, L. & Kanuk. (2004). Consumer behavior (8th edition). New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Seock. (2003). Analysis of clothing websites for young customer retention based on a model of customer relationship management via the
internet. Tersedia pada:
Sitinjak, T. T. (2005). Pengaruh citra merek dan sikap merek terhadap ekuitas merek. Jurnal Ekonomi Perusahaan Volume 12 No 2, 166-180.
Siwi, M. (2002). Intensi membeli kosmetika pemutih kulit ditinjau dari kelengkapan informasi produk pada label kemasan. Jurnal Psikologi No. 2, 61-72.
Sudarsono. (1993). Kamus filsafat dan psikologi. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2007). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif,
kualitatif, dan r&d. Bandung: Alfabeta.
Surachman, S. A. (2008). Dasar-dasar manajemen merek. Malang: Bayumedia Publishing.
Teknokompas. (2014). Ini tanggapan apple tentang iphone melengkung.
Tersedia pada:
http://tekno.kompas.com/read/2014/09/26/08330057/Ini.Tanggapan. Apple.Tentang.iPhone.Melengkung. Tanggal akses 11 Juni 2015. Teknokompas. (2015). Rekor baru apple, jual 10 iphone per detik. Tersedia
pada:
http://tekno.kompas.com/read/2015/01/28/10031357/rekor.baru.appl e.jual.10.iphone.per.detik. Tanggal akses 17 Juni 2015.
Tjiptono, F. (2008). Manajemen strategi. Yogyakarta: BPFE.
Tjiptono, F. (2011). Service, quality & satisfaction edisi 3. Jakarta: Andi. Toucharcade. (2008). Under the hood the iphones gaming mettle. Tersedia
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terlibat didalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas : brand image
2. Variabel tergantung : intensi membeli produk iPhone
B. Defenisi Operasional 1. Brand Image
Brand image adalah gambaran positif atau negatif konsumen pada suatu merek. Brand Image akan diukur dengan skala brand image yang disusun berdasarkan faktor-faktor terbentuknya brand image yaitu keunggulan asosiasi merek, kekuatan asosiasi merek, dan keunikan asosiasi merek (Kotler & Keller, 2008). Hasil dari skala tersebut akan menunjukkan kesimpulan apakah subjek memiliki brand image yang positif atau negatif terhadap produk iPhone. Dengan demikian, semakin tinggi skor skala yang diperoleh, maka semakin positif pula brand image
2. Intensi Membeli Produk IPhone
Intensi membeli adalah rencana individu atau kelompok untuk membeli dimana rencana ini dipengaruhi oleh evaluasi individu atas perilakunya dan potensi untuk mewujudkan perilakunya. Dimana untuk mengukurnya akan digunakan skala intensi membeli yang dibuat berdasarkan faktor intensi membeli, yaitu target, action, context dan time
(Ajzen, 2005). Hasil dari skala tersebut akan menunjukkan kesimpulan apakah subjek memiliki intensi yang tinggi atau rendah untuk membeli produk iPhone. Dengan demikian, semakin tinggi skor skala yang diperoleh, maka semakin tinggi pula intensi subjek untuk membeli produk iPhone. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor skala yang diperoleh, maka intensi subjek untuk membeli produk iPhone semakin rendah.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi subjek dalam penelitian adalah siswa-siswi SMA (berusia 15-18 tahun)
2. Teknik Sampling
Teknik sampling yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
pemilihan sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
incidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Azwar, 2010).
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pengambilan data dengan menggunakan skala. Menurut (Azwar, 2010) metode skala dapat menggambarkan aspek kepribadian individu, dapat mereflesikan diri yang biasanya tidak disadari responden yang bersangkutan. Skala yang diberikan didalam penelitian ini merupakan skala
Likert. Pada model penskalaan ini terdapat dua jenis pernyataan, yaitu
favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable merupakan pernyataan positif yang mendukung objek sikap yang diungkap sedangkan pernyataan
unfavorable merupakan pernyataan negatif yang tidak mendukung objek sikap yang hendak diungkap (Azwar, 2010)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua skala psikologis yaitu skala Brand Image dan Skala Intensi Membeli.
1. Skala Brand Image
atribut yang diukur (favorable). Skala brand image terdiri dari keunggulan asosiasi merek, kekuatan asosiasi merek, dan keunikan asosiasi merek (Kotler & Keller, 2008). Berikut ini merupakan tabel blue print dari skala brand image.
Tabel 1. Blue print skala Brand Image
Variabel Aspek Aitem Jumlah %
Favorable Unfavorable
Brand Image
Kekuatan asosiasi
merek 1,2,4,5,8,11 3,6,7,9,10 11 39,3% Keunikan asosiasi
merek 12,13,16,17 14,15,18,19,23 9 32,1 % Keunggulan asosiasi
merek 20,24,26,27 21,22,25,28 8 28,6 %
Total 28 100%
2. Skala Intensi Membeli
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala skala intensi membeli yang dibuat berdasarkan faktor intensi membeli, yaitu target,
action, context dan time (Ajzen, 2005). Penyusunan skala intensi membeli terdiri dari 22 buah aitem. Metode skala yang digunakan adalah metode
pernyataan negatif yang tidak mendukung objek sikap yang hendak diungkap (Azwar, 2010)
Tabel 2. Blue print skala Intensi Membeli
Variabel Aspek Aitem Jumlah %
Favorable Unfavorable
Intensi Membeli
Target 1,2,4,5 3,6,7 7 31,9%
Action 8,9,10 11,12 5 22,7%
Context 13,14,16 15,17 5 22,7%
Time 18,19,21 20,22 5 22,7%
Total 22 100%
E. Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur 1. Validitas Alat Ukur
Azwar (2010) mendefenisikan validitas sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes akan dikatakan valid jika hasil pengukurannya sesuai dengan tujuan dilakukannya pengukuran tersebut. Adapun validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi (content validity) yaitu sejauh mana alat tes yang digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Hadi, 2010). Validitas isi dalam penelitian ini dapat diperoleh dengan bertanya kepada ahli
2. Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas alat ukur merupakan konsep sejauh mana alat ukur dapat dipercaya dan konsisten (Azwar, 2010). Reliabilitas juga merujuk pada sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2010). Pada penelitian ini, pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan konsistensi internal berupa koesfisian cronbach alpha. Yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar aitem atau antar bagian dalam skala.
F. Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian dan tahap pengolahan data
1. Tahap Persiapan Penelitian
booklet yang diprint dengan respon jawaban terdiri dari 5 alternatif jawaban.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini, peneliti akan mengambil data penelitian yang sebenarnya. Alat ukur akan diberikan kepada siswa-siswi SMA dengan menjelaskan tujuan dari pengisian skala. Diakhir pengisian skala, peneliti akan memberikan reward kepada responden sebagai bentuk terima kasih telah berpartisipasi didalam penelitian.
3. Tahap Pengolahan Data
Setelah memperoleh data dari subjek, peneliti akan melakukan pengolahan data dengan komputasi dan dibantu oleh program SPSS versi 17.
G. Metode Analisis Data
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh brand image
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian bahwa sampel yang dihadapi adalah berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji one sample kolmogrov-smirnov yang mana signifikansi harus lebih besar dari 0,05 agar sampel dianggap berasal populasi yang terdistribusi normal.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data distribusi penelitian yaitu variabel bebas (brand image) dan variabel tergantung (intensi membeli) memiliki hubungan linier. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan tekhnik uji F. Uji linearitas dianggap terpenuhi apabila signifikansinya berada dibawah 0,05.
H. Hasil Uji Coba Alat Ukur
1. Hasil Uji Coba Skala Brand Image
[image:32.595.84.513.353.483.2]Skala brand image yang diuji cobakan terdiri dari 28 aitem. Setelah dilakukan analisis aitem, diperoleh 21 aitem yang memiliki nilai diskriminasi diatas 0,3 sehingga terdapat 7 aitem yang gugur. Hasil uji coba terhadap skala brand image menunjukkan nilai diskriminasi yang bergerak dari 0,348 sampai dengan 0,709. Dari hasil uji coba diperoleh nilai reliabilitas alat ukur brand image adalah 0,897.
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Brand Image Setelah Uji Coba
Variabel Aspek Aitem Jumlah %
Favorable Unfavorable
Brand Image
Kekuatan asosiasi
merek 1,2,4,5,8 7,9,10 8 38.1%
Keunikan asosiasi
merek 12,13,16,17 14,15,18,19 8 38.1% Keunggulan
asosiasi merek 26,27 21,22,25 5 23.8%
Total 21 100%
2. Hasil Uji Coba Skala Intensi Membeli
Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Intensi Membeli Setelah Uji Coba
Variabel Aspek Aitem Jumlah %
Favorable Unfavorable
Intensi Membeli
Target 1,2,4,5 3,6 6 31,6%
Action 9,10 11,12 4 21%
Context 13,14,16 15,17 5 26,4%
Time 18,21 20,22 4 21%
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan mengenai hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran subjek penelitian, kemudian dilanjutkan dengan analisa pada hasil penelitian.
A. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian ini secara keseluruhan melibatkan 180 orang subjek yang merupakan siswa-siswi SMA. Awalnya peneliti menyebarkan 200 skala, akan tetapi peneliti hanya mengolah data dari 180 responden dikarenakan 17 responden tidak mengembalikan skala, dan 3 responden tidak mengisi skala dengan lengkap.
1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase
Laki-Laki 51 28,3%
Perempuan 129 71,7%
Total 180 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa subjek penelitian terbanyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 129 orang (71,7%), sedangkan laki-laki sebanyak 51 orang (28,3%).
2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Smartphone yang digunakan
[image:35.595.122.520.536.749.2]Penyebaran subjek penelitian berdasarkan jenis smartphone yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Smartphone Jenis Smartphone Jumlah (N) Persentase
iPhone 32 17,8%
Android 111 61,7%
Blackberry 14 7,8%
Nokia 12 6,7%
Dan lain-lain 11 6%
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa kebanyakan siswa-siswi menggunakan android yaitu sebanyak 111 orang (61,7%),
iPhone sebanyak 32 orang (17,8%), Blackberry sebanyak 14 orang (7,8%),
Nokia sebanyak 12 orang (6,7%), dan menggunakan smartphone bermerk lain sebanyak 11 orang (6%). Ini berarti siswa-siswi SMA di kota Medan dan Binjai menggunakan android sebagai smartphone nya.
B. Hasil Penelitian
Berikut ini akan dipaparkan hasil penelitian yang meliputi uji asumsi normalitas, linearitas, dan hasil utama yang telah diolah menggunakan aplikasi SPSS 17.0 for windows.
1. Hasil Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Tabel 7. Uji Kolmogorov Smirnov
Unstandardized Residual
N 180
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 7.22048413
Most Extreme Differences Absolute .046
Positive .040
Negative -.046
Kolmogorov-Smirnov Z .616
Asymp. Sig. (2-tailed) .842
Berdasarkan tabel di atas, bahwa nilai yang didapat melalui uji normalitas dengan kolmogorov smirnov sebesar 0,842. Dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal yang dapat dilihat dari hasil
kolmogorov smirnov memiliki nilai signifikan >0.05.
b. Uji Linearitas
memiliki hubungan yang linear secara signifikan. Hasil dari pengujian linearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 8. Uji Linearitas Variabel Intensi Membeli dan Brand Image
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
intensi * brandimage
Between Groups
(Combined) 10774.548 48 224.470 3.857 .000
Linearity 9065.765 1 9065.765 155.784 .000
Deviation from Linearity
1708.783 47 36.357 .625 .967
Within Groups 7623.452 131 58.194
Total 18398.000 179
2. Hasil Utama Penelitian
a. Pengaruh Brand Image terhadap Intensi Membeli produk iPhone pada Siswa-siswi SMA
[image:39.595.120.541.465.650.2]Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel, yaitu variabel intensi membeli dan brand image pada siswa-siswi SMA dan juga seberapa besar pengaruh brand image terhadap intensi membeli iPhone pada siswa-siswi SMA. Oleh sebab itu, pengujian dilakukan dengan menggunakan teknik analisa regresi sederhana dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 17 for windows dan Microsoft Office Excel 2007.
Tabel 9. Hasil Analisis Regresi Sederhana
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9065.765 1 9065.765 172.917 .000a
Residual 9332.235 178 52.428
Total 18398.000 179
a. Predictors: (Constant), brandimage
b. Dependent Variable: intensi
dapat disimpulkan bahwa variabel brand image berpengaruh terhadap intensi membeli produk iPhone. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis utama dalam penelitian ini dapat diterima yaitu brand image
[image:40.595.140.459.308.427.2]berpengaruh terhadap intensi membeli produk iPhone. Didapatkan perhitungan koefisien korelasi seperti pada tabel berikut:
Tabel 10. Hasil Analisis Korelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .702a .493 .490 7.24074
a. Predictors: (Constant), brandimage
b. Dependent Variable: intensi
Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel brand image dan intensi membeli berkorelasi kuat sebesar 0.702 terhadap intensi membeli produk
iPhone. Hasil dari analisis regresi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi determinasi 0.490 atau 49%. Hal ini berarti variabel
brand image memberi pengaruh yang sedang terhadap intensi membeli produk iPhone.
b. Nilai Empirik dan Hipotetik
1) Nilai Empirik dan Hipotetik Brand Image
[image:41.595.104.491.542.628.2]Setelah dilakukan uji coba, terdapat 21 aitem yang digunakan di dalam penelitian. Respon yang diberikan terdiri dari 5 buah rentang (sangat tidak sesuai, tidak sesuai, netral, sesuai, dan sangat sesuai). Nilai untuk respon sangat tidak sesuai adalah 1, nilai untuk respon tidak sesuai adalah 2, nilai untuk respon netral adalah 3, nilai untuk respon sesuai adalah 4, dan nilai untuk respon sangat sesuai adalah 5. Dengan demikian, skor minimum yang dapat diperoleh untuk skala brand image adalah 21, sedangkan nilai maksimum yang dapat diperoleh adalah 105.
Tabel 11. Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Brand Image
Variabel brand image
Nilai Hipotetik Empirik
Min 21 30
Maks 105 94
Mean 63 65.29
SD 14 11.375
2) Nilai Empirik dan Hipotetik Intensi Membeli
Nilai untuk respon sangat tidak sesuai adalah 1, nilai untuk respon tidak sesuai adalah 2, nilai untuk respon netral adalah 3, nilai untuk respon sesuai adalah 4, dan nilai untuk respon sangat sesuai adalah 5. Dengan demikian, skor minimum yang dapat diperoleh untuk skala intensi membeli adalah 19 dan skor maksimumnya adalah 95.
Tabel 12. Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Intensi Membeli
Variabel Intensi Membeli
Nilai Hipotetik Empirik
Min 19 26
Maks 95 93
Mean 57 62.00
SD 12.6 10.138
3. Kategorisasi Data Penelitian
a. Kategorisasi Brand Image
Norma kategorisasi yang digunakan pada brand image adalah sebagai berikut (Azwar, 2012):
Tabel 13. Norma Kategorisasi brand image
Rentang Nilai Kategori
X ≤ (μ - 1.0 SD) Rendah
(μ - 1.0 SD) <X ≤ (μ + 1.0 SD) Sedang
X > (μ + 1.0 SD) Tinggi
[image:42.595.119.491.607.669.2]Tabel 14. Norma Kategorisasi Brand Image
Rentang Nilai Kategori Jumlah Persentase
X ≤ 49 Rendah 14 7,8%
49 < X ≤ 77 Sedang 140 77,8%
X > 77 Tinggi 26 14,4%
Total 180 100%
Berdasarkan tabel 14, dapat diketahui bahwa terdapat 14 orang subjek penelitian (7,8%) yang memiliki brand image yang rendah, sebanyak 140 orang (77,8%) memiliki brand image yang sedang dan 26 orang (14,4%) memiliki brand image yang tinggi.
b. Kategorisasi Intensi Membeli
Norma kategorisasi yang digunakan pada intensi membeli adalah sebagai berikut (Azwar, 2012):
Tabel 15. Norma Kategorisasi Intensi Membeli
Rentang Nilai Kategori
X ≤ (μ - 1.0 SD) Rendah
(μ - 1.0 SD) <X ≤ (μ + 1.0 SD) Sedang
X > (μ + 1.0 SD) Tinggi
[image:43.595.107.490.500.561.2]Tabel 16. Norma Kategorisasi Intensi Membeli
Rentang Nilai Kategori Jumlah Persentase
X ≤ 54.4 Rendah 34 18.9%
54.4 <X ≤ 69.6 Sedang 104 57.8%
X > 54.4 Tinggi 42 23.3%
Total 180 100%
Berdasarkan tabel 16 diatas, dapat dilihat bahwa 34 orang subjek penelitian (18,9%) memiliki intensi membeli produk iPhone yang rendah, 104 orang (57.8%) memiliki intensi membeli produk iPhone yang sedang, dan sebanyak 42 orang (23.3%) yang memiliki intensi membeli produk
iPhone yang tinggi.
C. Pembahasan
Kemudian hasil penelitian ini juga sejalan dengan siswa-siswi SMA sekarang yang merupakan generasi Z. Generasi Z (Cahyadi, 2014) adalah mereka yang lahir dibesarkan di era digital, dengan aneka teknologi yang komplit dan canggih. Salah satu perbedaan yang mencolok adalah ketertarikan mereka kepada perangkat gadget di saat usia mereka masih sangat muda. Karakteristik dan kepribadian mereka berbeda dengan generasi sebelumnya karena dibentuk oleh limpahan dan akses informasi tanpa batas yang difasilitasi oleh jaringan internet, mereka menjadi lebih cepat dalam memproses informasi. Dalam hal pembelajaran di sekolah, generasi Z lebih menyenangi alat bantu atau metode pembelajaran yang menekankan sisi interaksi dan visualisasi sehingga begitu pentingnya teknologi pada generasi Z. Inilah yang ditawarkan dari produk iPhone. Produk iPhone memiliki komponen yang dibutuhkan oleh siswa-siswi SMA sehingga siswa-siswi SMA memunculkan intensi membeli produk iPhone.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besaran pengaruh brand image
terhadap intensi membeli produk iPhone sebesar 49% yang berada dalam kategori sedang (Sugiyono, 2007). Sedangkan sisanya 61% dipengaruhi oleh faktor lain seperti kepribadian, nilai, emosi, jenis kelamin, pendapatan (Kotler & Keller, 2012), pengalaman, pengetahuan (Engel, Blackweel, & Miniard, 1995), dan paparan media (Ajzen, 2005).
Ini berarti brand image produk iPhone pada siswa-siswi SMA positif. Berdasarkan hasil data, ditemukan bahwa siswa-siswi SMA menyukai hasil kamera yang dimiliki produk iPhone, dan kebanyakan menyatakan aplikasi nya begitu banyak dan berbeda dari smartphone lain sehingga begitu diminati.
Data lainnya menunjukkan bahwa tampilan yang elegan, memiliki
iMessage, design yang simpel, dan brand produk iPhone yang mudah dikenal oleh masyarakat juga mendukung dalam intensi membeli produk
iPhone tersebut.
Selanjutnya jika ditinjau dari intensi membeli, sebanyak 18.9% siswa-siswi SMA memiliki intensi membeli produk iPhone yang rendah, 57.8% memiliki intensi membeli produk iPhone sedang dan sebanyak 23.3% memiliki intensi membeli yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa intensi membeli produk iPhone berada dikategori sedang meskipun hasil data menyatakan bahwa iPhone tergolong produk yang mahal. Hal ini juga dapat dilihat dari perbandingan smartphone yang digunakan siswa-siswi SMA. Sebanyak 61.7% siswa-siswi menggunakan produk android, 17.8% menggunakan produk iPhone, 7.8% menggunakan produk blackberry, 6.7% menggunakan produk nokia dan 6% menggunakan produk smartphone
lainnya. Dimana siswa-siswi SMA di kota Medan dan Binjai kebanyakan adalah pengguna android tetapi mereka memiliki intensi membeli produk
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada akhir bab, peneliti akan mengemukakan beberapa saran terkait dengan hasil penelitian maupun penelitian yang akan dilakukan di masa mendatang.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang telah diperoleh, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Brand Image terbukti memiliki pengaruh positif terhadap intensi membeli produk iPhone pada siswa-siswi SMA. Hal ini menunjukkan bahwa semakin positif brand image produk iPhone
maka akan semakin tinggi intensi membeli produk iPhone terjadi, begitu juga sebaliknya.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa brand image memiliki pengaruh sebesar 49% terhadap intensi membeli produk iPhone pada siswa-siswi SMA.
3. Norma kategorisasi variabel brand image menunjukkan bahwa subjek memiliki brand image positif pada produk iPhone dalam kategori sedang.
B. Saran
Adapun saran-saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
1. Saran Metodologis
Sumbangan efektif brand image terhadap intensi membeli produk
iPhone pada siswa-siswi SMA adalah sebesar 49%, artinya masih ada 61% lagi yang dapat dijelaskan oleh variabel kepribadian, nilai, emosi, jenis kelamin, pendapatan, pengalaman, pengetahuan dan paparan media.
2. Saran Praktis
Perusahaan iPhone harus mempertahankan, dan juga meningkatkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Intensi Membeli
I. Definisi Intensi Membeli
Intensi merupakan suatu indikasi dari kesiapan seseorang untuk menunjukkan perilaku, dan hal ini merupakan anteseden dari perilaku (Ajzen, 2006). Hal ini diperjelas oleh Warshaw dan Davis (dalam Landry, 2003) yang menyatakan bahwa intensi adalah tingkatan dimana seseorang memformulasikan rencana untuk menunjukkan suatu tujuan masa depan yang spesifik atau tidak, secara sadar. Menurut Sudarsono (1993) intensi adalah niat, tujuan, keinginan untuk melakukan sesuatu, mempunyai tujuan. Selain itu Horton (1984) mengatakan bahwa dalam istilah intensi terkait 2 hal berbeda yang saling berhubungan yaitu kecenderungan untuk membeli dan rencana dari keputusan membeli. Jadi intensi berhubungan dengan perilaku. Individu melakukan perilaku tersebut, apabila ia benar-benar ingin melakukannya untuk membentuk intensi.
perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari sesuatu, membeli, menggunakan, mengevaluasi, membuang produk, jasa, dan pemikiran dimana mereka berharap kebutuhan mereka akan terpuaskan.
Intensi membeli adalah suatu rangkaian aktivitas yang melibatkan perhatian individu sebelum sampai pada keputusan membeli. Intensi membeli merupakan suatu awal dari terbentuknya perilaku membeli yang diawali dengan suatu perhatian terhadap produk, proses psikologis yang melibatkan kepercayaan, sikap terhadap produk yang kemudian menjadi pertimbangan untuk melakukan evaluasi alternatif dan selanjutnya mengambil keputusan untuk memilih produk tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa intensi membeli adalah rencana individu atau kelompok untuk membeli dimana rencana ini dipengaruhi oleh evaluasi individu atas perilakunya dan potensi untuk mewujudkan perilakunya. Oleh karena itu intensi membeli ini dapat digunakan sebagai prediktor dari perilaku membeli.
II. Aspek-aspek Intensi
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) intensi memiliki empat aspek, yaitu:
1. Sasaran (Target), yaitu sasaran yang ingin dicapai jika menampilkan suatu perilaku.
3. Context mengacu pada situasi yang akan memunculkan perilaku.
4. Time (waktu) , yaitu waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu tertentu, dalam satu periode atau jangka waktu yang tidak terbatas.
III. Faktor-Faktor Intensi
Menurut Ajzen (2005), terdapat 3 faktor yang dapat membentuk intensi, yaitu :
a. Attitude
Adanya kecenderungan seseorang untuk berperilaku tertentu. Kecenderungan berperilaku melakukan atau tidak melakukan tindakan tersebut didasarkan atas keyakinan dan kepercayaan dirinya mengenai boleh atau tidaknya dilakukan jika seseorang dalam kondisi atau dihadapkan pada situasi tertentu (Fishbein & Ajzen, 1975).
produk dan evaluasi pribadinya terhadap konsekuensi dari membeli produk tersebut. Pada intinya, sikap terhadap membeli suatu produk merupakan interelasi dari dua komponen, yaitu belief (keyakinan seseorang terhadap hasil yang akan dimunculkan) dan evaluation (evaluasi terhadap hasil).
Menurut Ajzen (2005) penentuan sikap didasarkan pada belief
berupa pemahaman. Pemahaman tersebut dapat langsung atau otomatis muncul tanpa melalui proses konstruksi. Jadi, ketika individu diminta untuk mengemukakan sikapnya terhadap sesuatu, maka orang tersebut tidak memerlukan review terhadap beliefnya. Sebelumnya belief individu tentang konsep dari suatu perilaku telah terpikirkan, maka pemahaman terhadap konsep perilaku tersebut secara otomatis akan muncul..
b. Subjective norm
Menurut Ajzen (1991) norma subjektif dalam penelitian ini adalah persepsi individu terhadap harapan yang diinginkan significant other atau lingkungan yang signifikan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku membeli. Significant other ini disebut sebagai referen. Referen ini dibagi menjadi dua, basic dan specific. Basic referent yang dianggap penting meliputi agama, peraturan, norma, budaya, dan nilai-nilai yang dianut.
Specific referent meliputi orang tua, pasangan, saudara, dosen, guru, teman dekat, dan teman kerja. Norma subjektif dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tekanan sosial yang telah dipersepsi oleh individu, berasal dari basic
membeli dan keyakinan apa yang diharapkan oleh significant other (normative belief).
Dalam menentukan keinginan seseorang untuk mematuhi norma tersebut, akan melibatkan pertimbangan individu terhadap dua komponen, yaitu : 1.) keyakinan pribadi mengenai apa yang perlu dilakukan; dan 2.) keyakinan individu mengenai apa yang diharapkan oleh masyarakat atau orang-orang yang penting baginya (Fishbein & Ajzen, 1975). Namun dalam kenyataannya, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap intensi seseorang akan tergantung pada faktor situasional (Fishbein & Ajzen, 1975).
c. Perceived behavioral control
perilaku dan seberapa tinggi tingkat kepercayaan diri mereka dapat menunjukkan perilaku. Controllability dapat diukur dengan pertanyaan apakah memunculkan perilaku membeli berdasarkan keinginan mereka sendiri dan faktor lain dibawah kontrol mereka.
B. Brand Image
I. Definisi Brand Image
Image menurut Kotler & Keller (2008) adalah sejumlah keyakinan, ide, dan kesan yang dipegang oleh seseorang tentang sebuah objek. Mengembangkan citra yang kuat membutuhkan kreatifitas dan kerja keras.
Image tidak dapat ditanamkan dalam pikiran manusia dalam semalam atau disebarkan melalui media masa. Sebaliknya, image itu harus disampaikan melalui tiap sarana komunikasi yang tersedia dan disebarkan secara terus-menerus. Sedangkan brand adalah sebuah nama, tanda, istilah, simbol, atau desain dengan tujuan untuk mengidentifikasi sebuah produk atau jasa dari seorang penjual untuk membedakannya dari produk atau jasa competitor lainnya (Kotler, 2009).
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
Brand tentunya juga mempunyai image, baik yang bersifat positif maupun negatif, tergantung kepada upaya perusahaan dalam menciptakan
image akan produknya. Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan brand
sebagai “nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari
semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa
pesaing”. Dengan demikian sebuah brand adalah produk atau jasa
penambah dimensi yang dengan cara tertentu mendiferensiasikan dari produk dan jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional, atau berwujud yang dikaitkan dengan kinerja produk dari brand (Kotler, 2009).
Brand image adalah persepsi dan keyakinan yang dipegang oleh konsumen, seperti yang dicerminkan asosiasi yang tertanam dalam ingatan konsumen (Kotler & Keller, 2008). Sedangkan Hawkins (2007) mengatakan bahwa brand image adalah memori skematik dari sebuah merek. Ini berisi interpretasi target pasar atribut produk, manfaat, situasi penggunaan, pengguna, dan karakteristik produsen/pemasar dan merupakan apa yang orang pikirkan dan rasakan ketika mereka mendengar atau melihat nama merek. Sitinjak (2005) menambahkan bahwa brand image merupakan aspek yang penting dalam merek, citra dapat didasarkan kepada kenyataan atau fiksi tergantung bagaimana konsumen mempersepsikan. Untuk mengukur
brand image itu sendiri dapat dikaitkan dengan dimensi kualitas pelayanan.
dan kualitatif telah dikembangkan untuk membantuk mengungkap presepsi dan asosiasi konsumen terhadap sebuah brand tertentu, diantaranya
multidimensional scaling, projection techniques, dan sebagainya (Tjiptono, 2011).
Sedangkan menurut Kotler (2009), brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat di benak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image. Brand image ialah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen.
Brand image kadang-kadang dapat berubah, ketika dibutuhkan suatu perubahan citra merek maka model peran yang harus ditemukan. Sebagai bagian dari identifikasi merek, model peran tersebut seyogianya dapat mewakili elemen identitas inti sebuah merek (Surachman, 2008).
Jadi, brand image dapat diartikan sebagai apa yang menjadi persepsi konsumen ketika melihat suatu produk yang didasarkan pada kenyataan dan biasanya merek diartikan dengan bagaimana kualitas pelayanan.
II. Faktor-Faktor Terbentuknya Brand Image
a. Kekuatan (Strengthness)
Dalam hal ini adalah keunggulan yang dimiliki oleh merek yang bersifat fisik dan tidak ditemukan pada merek lainnya. Keunggulan merek ini mengacu pada atribut-atribut fisik atas merek tersebut sehingga bisa dianggap sebagai sebuah kelebihan dibanding dengan merek lainnya. Yang termasuk pada sekelompok kekuatan (strength) adalah keberfungsian semua fasilitas produk, penampilan fisik, harga produk, maupun penampilan fasilitas pendukung dari produk tersebut dan memiliki cakupan pasar yang luas.
b. Keunikan (Uniqueness)
Keunikan merupakan kemampuan untuk membedakan sebuah merek diantara merek lainnya. Kesan ini muncul dari atribut produk tersebut yang menjadi bahan pembeda atau diferensiasi dengan produk-produk lainnya. Yang termasuk dalam kelompok unik ini adalah variasi penampilan atau nama dari sebuah merek yang mudah diingat dan diucapkan, dan fisik produk itu sendiri.
c. Keunggulan (Favorable)
C. Produk IPhone
IPhone dirancang dan dipasarkan oleh Apple Inc (Apple, 2014), perusahaan yang pernah di komandoi oleh Steve Jobs. IPhone pertama kali diluncurkan pada tahun 2007 sesaat setelah kemunculan iPad, dengan senjata sistem operasi telepone genggam iOS Apple yang dikenal dengan nama “iPhone OS” ponsel pintar ini langsung digemari para pengguna
smartphone dan bersaing dengan BlackBerry. IPhone seri pertama ini aplikasinya belum bisa ditambah dari pihak ketiga yang dikembangkan oleh para developer sehingga tidak bisa digunakan untuk mendownload aplikasi-aplikasi terbaru. Namun demikian Apple sukses menjual iPhone seri pertama ini sebanyak 700.000 di minggu pertama setelah launching.
Pada 29 Juli 2007 Apple merilis iPhone generasi pertama yang bernama iPhone 2G, dengan kapasitas memori 4Gb dan 8Gb ponsel ini memiliki layar 3,5 inci dengan resolusi 320 x 480 pixel dan dilengkapi dengan kamera 2MP. Pada awal kemunculannya sudah laku terjual sebanyak 700.000 unit suatu pencaian yang cukup bagus bagi Apple. Sampai dengan tahun 2009 Apple merilis dua produk barunya yaitu iPhone 3G pada 2008 dan iPhone 3Gs pada 2009, dengan demikian tiap tahun
pada generasi ke dua yang telah di berhentikan pembuatanya pada 8 Juni 2009. IPhone 4 mulai di rilis pada 24 juni 2010 dengan perubahan dari segi kamera yang sebelumnya 3,2Mp menjadi 5Mp tidak hanya itu saja Apple
juga memproduksi model CDMA dan model GSM dalam selang waktu 24 jam dari pemeberitahuan akan dirilisnya iPhone 4 sebanyak 600.000 sudah melakukan pre–order. Pada tahun 2011 iPhone muncul generasi berikutnya yang bernama iPhone 4s yang dilengkapi kamera 8mp , kemampuan merekam video 1080 HD. Dalam waktu 3 hari (14 – 17 Oktober 2011) iPhone 4s berhasil terjual sebanyak 4 juta unit.
Pada tahun berikutnya munculah iPhone 5. Ini adalah produk
smartphone pertama yang diluncurkan Apple tanpa campur tangan Steve Jobs yang meninggal beberapa waktu setelah peluncuran 4S. Ketika diluncurkan, perusahaan mengklaim iPhone 5 adalah produk ponsel tercepat, paling tipis dan paling ringan yang pernah mereka buat. Lagi lagi
Apple membuat kejutan dengan merilis produk mereka pada tahun 2013 yang bernama iPhone 5c dan 5s. Untuk 5C, banyak orang menganggap ponsel ini tidak berbeda dengan 5. Namun yang membuatnya istimewa adalah karena dia adalah ponsel warna-warni pertama yang dijual oleh
barunya. IPhone 6 dan iPhone 6 plus merupakan generasi terbaru yang dirilis pada bulan september 2014. Di mana iPhone 6 berukuran 4,7 inci 1334×1750 pixel dan 6 Plus sebesar 5,5 inci 1920×1080 pixel. Keduanya masing-masing memiliki layar kaca Retina HD dengan penutup belakang dari bahan aluminum serta didesain lebih tipis dari pendahulunya.
Untuk masalah ukuran, iPhone 6 memiliki dimensi tebal 6,8 mm sementara 6 Plus 7,1 mm. Kedua produk baru ini juga menjalankan sistem operasi iOS 8 dan mengusung prosesor A8 1,4GHz yang diklaim 25 persen lebih kencang dan tampilan grafis 50 persen lebih baik.
Selain itu smartphone ini juga memiliki perangkat lunak yang dapat mengunggah foto. IPhone dapat memainkan video, sehingga pengguna dapat menonton televisi atau film (Toucharcade, 2008). IPhone memiliki hampir 100.000 aplikasi yang dijual di iTunes di computer, maupun di Apps Store langsung di iPhone (Macrumors, 2014). Para pengguna iPhone
bahkan dapat langsung membeli dan mengunduh aplikasi yang dijual di
Apps Store, asalkan tidak melebihi 10 MB. Sistem operasi iPhone adalah versi ringan Mac OS X tanpa berbagai komponen yang tidak diperlukan. Sistem operasi ini memakan ruang kurang lebih sebanyak 250MB. Sistem operasi dapat di update berkala melalui iTunes secara gratis.
D. Siswa-Siswi SMA
dewasa atau yang lebih sering kita kenal dengan istilah masa remaja. Masa remaja merupakan suatu tahap transisi menuju ke status yang lebih tinggi yaitu status sebagai orang dewasa. Berdasarkan teori perkembangan, masa remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Sedangkan Monks, dkk (2004) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Santrock, (2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usia remaja berkisar 12-23 tahun.
Menurut Ali (2006) usia remaja cenderung berkarakteristik berikut: 1. Secara fisik:
a) umumnya individu telah mempunyai kematangan yang lengkap; b) individu-individu ini kian menyerupai orang dewasa: tulang-tulang
tumbuh kian lengkap, dan sosoknya kian tinggi; serta c) meningkatnya energi gerak pada setiap individu. 2. Secara mental:
a) individu dilanda kerisauan untuk menemukan jati diri dan tujuan hidup mereka;
c) dalam melepaskan ketergantungan dari orang dewasa, pelbagai individu ini kerap memperlihatkan perubahan mood yang ekstrem, dari yang kooperatif hingga yang suka memberontak;
d) kendali untuk dapat diterima lingkungan masih kuat, dan individu-individu itu sangat memperhatikan popularitas, terutama bagi kalangan yang berbeda kelamin; serta
e) berbagai individu kerap mengalami beberapa masalah dengan membuat penilaian sendiri.
E. Dinamika Pengaruh Brand Image Terhadap Intensi Membeli Pada Produk Iphone Dikalangan Siswa-Siswi SMA
Kekuatan asosiasi merek merupakan keunggulan yang dimiliki oleh merek yang bersifat fasilitas produk, penampilan produk, harga produk, maupun penampilan fasilitas pendukung dari produk tersebut. Seperti harga
iPhone yang sangat mahal (Makemac, 2013), perangkatnya terbuat dari bahan metal dan kaca sehingga memberikan kesan premium dan juga berkelas (Teknokompas, 2014) dan memiliki hasil kamera yang jernih. Hal ini sejalan dengan time yang merupakan waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu tertentu, dalam satu periode atau jangka waktu yang tidak terbatas. Seperti membeli iPhone ketika uang nya sudah cukup atau pun sudah berencana ingin membeli iPhone dikarenakan harga iPhone yang terkesan mahal.
Keunggulan asosiasi merek merupakan kesan merek di benak pelanggan yang membuat produk terkenal. Di Amerika Serikat, iPhone
diketahui sebagai smartphone dengan tingkat kepuasan tertinggi dari para penggunanya, dibanding smartphone lainnya (J.D.Power, 2012) dan juga sudah dipercaya oleh konsumen beberapa tahun belakangan ini (Teknokompas, 2015). Ini menunjukkan pengguna iPhone memiliki brand image yang positif, dan pengguna akan berbicara atau memberikan
review/suggest yang positif tentang brand iPhone.
teman-teman di dalam lingkungannya menggunakan brand yang sama, siswa-siswi SMA akan memunculkan intensi membeli produk iPhone agar diterima oleh lingkungannya. Sedangkan dalam context, ini akan semakin memunculkan intensi membeli produk iPhone ketika ada promo, diskon, maupun berprestasi di sekolah.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa brand image
memiliki peran dalam intensi individu dalam melakukan suatu perilaku. Dimana dalam penelitian ini akan melihat intensi siswa-siswi SMA membeli produk iPhone. Semakin positif brand image, maka semakin tinggi intensi membeli produk iPhone.
F. Hipotesa Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Untuk mencapai kesuksesan perusahaan harus memenuhi syarat yang harus dipenuhi agar dapat mencapai sukses dalam persaingan. Misalnya seperti mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Agar tujuan tersebut tercapai, maka setiap perusahaan harus berupaya menghasilkan dan menyampaikan barang dan jasa yang di inginkan konsumen dengan harga yang sesuai. Dengan demikian, setiap perusahaan harus mampu memahami perilaku konsumen pada pasar sasarannya, karena kelangsungan hidup perusahaan tersebut sebagai organisasi yang berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2008).
Intensi merupakan suatu indikasi dari kesiapan seseorang untuk menunjukkan perilaku, dan hal ini merupakan anteseden dari perilaku (Ajzen, 2006). Howard dan Sheth (dalam Mangkunegara, 2002) mengatakan bahwa intensi membeli adalah prediksi yang meliputi kapan, dimana, dan bagaimana konsumen bertindak terhadap suatu merek. Dimana hasil akhir dari intensi membeli ini adalah merencanakan membeli merek tersebut atau tidak.
Ajzen