• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Hidup Pasien Kanker Payudara Selama Kemoterapi di RSUP H Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pola Hidup Pasien Kanker Payudara Selama Kemoterapi di RSUP H Adam Malik Medan"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

Pola Hidup Pasien Kanker Payudara Selama Kemoterapi di

RSUP H Adam Malik Medan

SKRIPSI

oleh

Rita Novi Yanti

111101031

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya,

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pola Hidup Pasien

Kanker Payudara Selama kemoterapi di RSUP H Adam Malik Medan.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah

mendukung dan membimbing penulis dalam bentuk tenaga, ide-ide, maupun

pemikiran. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku

Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Erniyati, S. Kp, MNS

sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Setiawan, S. Kp., MNS., Ph. D selaku dosen pembimbing yang sudah

memberikan pengetahuan, bimbingan dorongan secara moral, masukan dan

arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

Ellyta Aizar, S.Kp., M.Biomed selaku dosen penguji I. Asrizal, S.Kep., Ns.,

RN.,WOC(ET)N,CHt,N selaku dosen penguji II. Achmad Fathi, S.Kep., Ns.,

MNS selaku dosen pembimbing akademik. Seluruh dosen dan staf pengajar serta

civitas akademika Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan bimbingan selama perkuliahan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa

(4)

Saya juga berterimakasih kepada RSUP H Adam Malik Medan yang dimana

memberikan saya izin untuk meneliti di rumah sakit tersebut guna memenuhi hasil

skripsi. Saya juga berterimakasih kepada Kepala Ruangan Kemoterapi yaitu Ibu

Apollorida yang memberikan saya kesempatan untuk melakukan penelitian. Saya

berterimakasih kepada semua kakak perawat di ruangan kemoterapi yang juga

membantu saya berjumpa dengan partisipan. Saya juga berterimakasih kepada

seluruh partisipan yang memberikan saya kesempatan untuk melakukan

wawancara untuk pemenuhan skripsi saya.

Teristimewa kepada orang tua saya, Serka R.E Barus dan M. Tarigan, Sp.d

yang telah memberikan dukungannya secara moril maupun material. Kakak dan

abang tersayang saya Nancy, Nita dan Joni yang telah membantu dan memotivasi

dalam penyusunan skripsi ini. Teman-teman terdekat saya yang telah memberikan

dukungan dan semangat kepada saya. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011

yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini terdapat banyak

kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Medan, Agustus 2015

(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……….. …….. i

Persetujuan ……… ii

Prakarta ……… iii

Daftar Isi ……… iv

Daftar Tabel ……… v

Abstrak ……… vi

Bab 1. Pendahuluan 1. Latar Belakang ……… 1

2. Perumusan Masalah ……… 4

3. Tujuan Penelitian ……… 4

4. Manfaat Penelitian ……… 4

4.1. Bagi Praktik Keperawatan ……… 4

4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan ………. 4

4.3. Bagi Riset Penelitian ……… 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka 1. Kanker Payudara ………. 6

1.1Defenisi Kanker Payudara ……… 6

1.2Faktor resiko kanker payudara ……….. 6

1.3Pengobatan kanker payudara ……….. 8

2. Kemoterapi ………. 9

2.1Efek Kemoterapi ………. 11

(6)

3.1 Defenisi Pola Hidup ……… 13

3.2 Pola Hidup yang Mempengaruhi Kesehatan ……… 13

4. Fenomenologi Penelitian ………. 17

Bab 3. Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian ...……….... 19

2. Partisipan ………. 19

3. Tempat Penelitian ...………... 20

4. Waktu Penelitian .…..………... 20

5. Etika Penelitian ………. 20

6. Alat Pengumpulan Data ……….. 21

7. Prosedur Pengumpulan Data ……….. 21

8. Analisa Data ……….. …….. 23

9. Tingkat Keabsahan Data ……… 24

Bab 4. Hasil Dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian ……….. 26

2. Karakteristik Penelitian ………. 26

3. Pola Hidup Pasien Kanker Payudara Selama Kemoterapi ………. 26

4. Pola Hidup Pasien Kanker Payudara Selama Kemoterapi ………. 29

4.1.1 Pola Makan Berubah ………. 29

4.1.2 Pola Aktivitas Menurun ………. 32

4.1.3 Upaya Menjaga Kesehatan ……… 34

(7)

4.1.5 Pengobatan Alternatif ……… 36

5. Pembahasan ………. 39

Bab 5. Kesimpulan Dan Saran 1. Kesimpulan ……….. 44

2. Saran ………... 44

2.1Rekomendasi Penelitian ………... 44

2.2Praktek Pelaksanaan Keperawatan ……… 45

Daftar Pustaka ………... 46

Lampiran

1. Informed Consent

2. Lembar Persetujuan menjadi Partisipan

3. Lembar Persetujuan menjadi Pertisipan

4. Jadwal Tentatif

5. Taksasi Dana

6. Kuesioner Penelitian

7. Panduan Wawancara

8. Ethical Clerance

9. Surat Izin Penelitian di RSUP H Adam Malik Medan

10.Surat Balasan dari RSUP H Adam Malik Medan

11.Riwayat Hidup

Daftar Tabel Tabel 2.1

(8)

ABSTRAK

Judul : Pola Hidup Pasien Kanker Payudara Selama Kemoterapi

di RSUP H Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Rita Novi Yanti

NIM : 111101031

Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan USU

Tahun Akademik : 20014 / 2015

Kanker payudara merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita. Penatalaksanaan kanker payudara meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon dan terapi radiasi. Pengobatan dengan kemoterapi mampu menjangkau sel-sel kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh manusia. Pemberian kemoterapi pada pasien kanker payudara telah memberi dampak pada pola hidup. Pola hidup merupakan sekumpulan prilaku yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pola hidup meliputi nutrisi / pola diet, aktivitas fisik / olahraga dan pengguna zat. Peneliti ini menggunakan desain fenomenologi yang bertujuan pada pasien kanker payudara di RSUP H Adam Malik medan untuk mengetahui pola hidup pada pasien tersebut. Teknik pengambilan sample yang di gunakan adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan sebanyak delapan partisipan. Penelitian ini di laksanakan di RSUP H Adam Malik Medan pada 11 Maret sampai dengan 20 April 2015 dan menggunakan metode Collaizi. Penelitian ini menemukan ada 5 tema yang meliputi ; 1. Perubahan Pola Makan, 2. Perubahan Pola Aktivitas, 3. Upaya dalam menjaga kesehatan terhadap lingkungan, 4. Kendala dalam menjaga kesehatan yang lebih baik 5. Pengobatan Alternatif. Hasil analisa menemukan bahwa perubahan pola hidup pasien yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian ini di harapkan perawat dapat menjadi motivator bagi pasien yang menjalani kemoterapi dan memberikan pengetahuan yang lebih baik.

(9)
(10)

ABSTRAK

Judul : Pola Hidup Pasien Kanker Payudara Selama Kemoterapi

di RSUP H Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Rita Novi Yanti

NIM : 111101031

Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan USU

Tahun Akademik : 20014 / 2015

Kanker payudara merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita. Penatalaksanaan kanker payudara meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon dan terapi radiasi. Pengobatan dengan kemoterapi mampu menjangkau sel-sel kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh manusia. Pemberian kemoterapi pada pasien kanker payudara telah memberi dampak pada pola hidup. Pola hidup merupakan sekumpulan prilaku yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pola hidup meliputi nutrisi / pola diet, aktivitas fisik / olahraga dan pengguna zat. Peneliti ini menggunakan desain fenomenologi yang bertujuan pada pasien kanker payudara di RSUP H Adam Malik medan untuk mengetahui pola hidup pada pasien tersebut. Teknik pengambilan sample yang di gunakan adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan sebanyak delapan partisipan. Penelitian ini di laksanakan di RSUP H Adam Malik Medan pada 11 Maret sampai dengan 20 April 2015 dan menggunakan metode Collaizi. Penelitian ini menemukan ada 5 tema yang meliputi ; 1. Perubahan Pola Makan, 2. Perubahan Pola Aktivitas, 3. Upaya dalam menjaga kesehatan terhadap lingkungan, 4. Kendala dalam menjaga kesehatan yang lebih baik 5. Pengobatan Alternatif. Hasil analisa menemukan bahwa perubahan pola hidup pasien yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian ini di harapkan perawat dapat menjadi motivator bagi pasien yang menjalani kemoterapi dan memberikan pengetahuan yang lebih baik.

(11)
(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Kesehatan merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya bagi setiap

orang. Ketika seseorang menderita sakit, maka orang tersebut pasti merasa banyak

kehilangan pada dirinya baik bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya,

dengan keluarga bahkan dapat kehilangan kesempatan untuk bekerja. Bukan itu

saja beberapa penyakit juga bisa mengakibatkan kematian bagi penderitanya jika

tidak segera di obati, salah satunya adalah kanker payudara (Mardiana, 2010).

Kanker payudara merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita.

Meskipun demikian, berdasarkan penemuan terakhir, kaum pria bisa juga terkena

kanker payudara (Mardiana, 2010). Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel

telah mengalami kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga

mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali (LeMone,

2008).

Mulyani (2013) kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang

jaringan payudara. Jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu (kelenjar

pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu) dan jaringan penunjang

payudara tidak termasuk kulit payudara. The American Cancer Society

menyatakan bahwa sebanyak 212.600ribu kasus kanker payudara dan angka

kematian mencapai 40.200 ribu jiwa (Panno, 2005). Sementara itu, WHO (2008)

(13)

payudara pada tahun 2004 dan diperkirakan 83,2 juta jiwa meninggal pada tahun

2015 diseluruh dunia. Tidak hanya di dunia, pada negara Indonesia, kanker

payudara merupakan kanker kedua paling banyak diderita kaum wanita setelah

kanker mulutrahim. Kanker payudara umumnya menyerang wanita yang telah

berumur lebih dari 40 tahun. Namun demikian, wanita muda pun bisa terserang

kanker payudara (Dewi, 2009).

Setiap manusia berpotensi terkena kanker. Sel dalam tubuh manusia bisa

tumbuh menjadi sel kanker jika terkontaminasi oleh zat tertentu. Zat yang bisa

memicu perkembangan sel kanker bisa ditemukan dalam makan yang dikonsumsi

sehari-hari (Indah, 2014). Tingginya angka kanker payudara dapat disebabkan

gaya hidup yang tidak sehat dan jauh berbeda, seperti makanan yang mengandung

bahan pengawet, pola makan, polusi lingkungan, penggunaan insektisida, zat-zat

pengawet,pewarna, penyedap makananserta stess yang berkepanjangan. Pola

hidup merupakan wilayah yang paling dapatdi kontrol oleh individu itu sendiri

dan pola hidup sangat mungkin dapat di ubah (Ayers, Bruno dan Langford, 1999).

Semua ini turut berperan serta dalam proses terjadinya kanker dan masalah kanker

dihubungkan dengan berbagai faktor yang meliputi faktor kimia, radiasi, virus,

hormonal, keadaan imun tertentu dan mutasi yang diturunkan (Sukardja, 2000).

Pola hidup manusia sangat berpengaruh terhadap kanker payudara. Pola hidup

seperti mengkonsumsi makanan siap saji, mengkonsumsi banyak pengawet dan

pemanis buatan dapat memberi dampak negatif pada tubuh dan dapat memicu

(14)

Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan

meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon dan terapi radiasi. Pengobatan

ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan penyakit

serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini

mengharuskan terapi dilakukan secara individual (Mulyani, 2013).

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dapat secara oral

dan dengan cara diinfus (Greenberg, 2004). Pengobatan dengan kemoterapi

mampu menjangkau sel-sel kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh manusia

(Noormindhawati, 2014). Kemoterapi juga mempunyai efek samping seperti

gangguan sistem saraf, diare, tekanan darah rendah, dehidrasi, rambut rontok,

anemia, penurunan jumlah sel darah hingga mual muntah (Tagliaferri, 2007).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek kemoterapi dapat memperburuk

status fungsional (mencakup ketidakmampuan dalam menjalankan perannya)

setelah pemberian kemoterapi pada periode kedua (Ogce & Ozkan, 2008). Dalam

penelitian Tsao & Stewart dalam Yeung (2009) gejala kemoterapi yang paling

berat dirasakan adalah kelemahan seperti tubuh seperti mual dan muntah gejala

tersebut dapat mengakibatkan perubahan pada fungsi fisik dan psikologis.

Berdasarkan hal tersebut, sebagian besar penderita akan mengalami penurunan

energi dan kesulitan dalam mengatur aktivitas sehari-harinya yang merupakan

integrasi dari status fungsional.

Dari latar belakang masalah diatas, peneliti melakukan penelitian mengenai

(15)

menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena dari pola hidup para

penderita kanker payudara dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah :

1. Bagaimanakah pola hidup pasien kanker payudara selama kemoterapi?

2. Apa saja kendala dalam menjalani pola hidup selama kemoterapi?

3. Apa upaya yang dilakukan untuk menjaga pola hidup terhadap

lingkungan?

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pola Hidup Pasien Kanker Payudara

Selama Kemoterapi di RSUP H Adam Malik Medan.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada

mahasiswa mengenai pengetahuan tentang pola hidup pasien kanker payudara

selama kemoterapi.

4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi Praktisi

Keperawatan mengenai bahan acuan yang efektif yang dapat digunakan oleh

(16)

4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pedoman dalam bidang

penelitian agar dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan, khususnya pada

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUTAKA

1. Kanker payudara

1.1 Defenisi kanker payudara

Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan

pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang

tidak normal, cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan payudara (

Mulyani, 2013).

1.2 Faktor resiko kanker payudara

Hampir seluruh faktor resiko kanker payudara berhubungan langsung

maupun tidak langsung dengan estrogen yang tidak terpakai dan tersisa dalam

tubuh ataupun estrogen yang tidak diimbangi dengan progesterone (Prabontini,

2007).

Faktor resiko kanker payudara meliputi :

a. Usia

Resiko terkena kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia. Pada

wanita yang mengalama menopause terlambat, setelah umur 55 tahun dapat

meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Secara umum, resiko terkena

(18)

b. Riwayat keluarga kanker payudara

Seorang wanita yang pernah memiliki kanker disalah satu payudaranya, akan

beresiko lebih tinggi untuk payudara lainya juga akan terkena. Riwayat keluarga

juga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan

dilaksanakan skrinning untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan resiko

keganasan pada wanita yang keluarganya menderika kanker payudara (Nugroho,

2014)

c. Usia saat melahirkan anak pertama

Semakin tua usia memiliki anak pertama, semakin besar resiko untuk terkena

kanker payudara. Pada usia 30 tahun atau lebih dan belum pernah melahirkan

anak resiko terkena kanker payudara juga akan meningkat. Karakteristik

reproduksi yang berhubungan dengan resiko terjadinya kanker payudara adalah

multipara, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua dan

kehamilan pertama pada umur tua (Nugroho, 2014)

d. Mengkonsumsi alkohol

Wanita yang sering mengkonsumsi alkohol akan beresiko terkena kanker

payudara karena alkohol menyebabkan perlemahan hati, sehingga hati bekerja

lebih keras dan lebih sulit memproses estrogen agar keluar dari tubuh (Mulyani,

2013).

e. Mengkonsumsi makanan siap saji (Junk Food)

Mengkonsumi makanan junk food saat usia dini dapat menyebabkan

kegemukan tubuh, sehingga peningkatkan resiko terkena kanker payudara. Lemak

(19)

resistensi insulin sehingga keinginan untuk mengkonsumsi lebih banyak

karbohidrat meningkat. Lemak pada tubuh yang lebih banyak akan berlanjut lebih

banyak pula kadar estrogen sehingga pertumbuhan payudara dan mestruasi lebih

cepat (Utama, 2014).

f. Penggunaan pil KB

Penggunaan pil KB pada waktu lama dapat menyebabkan wanita terkena

resiko kanker payudara karena sel-sel sensitif terhadap rangsangan hormonal

mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas dan resiko ini akan

menurun secara otomatis bila penggunaan pil KB berhenti (Mulyani, 2013).

1. 3 Pengobatan Kanker Payudara

Pengobatan kanker payudara tergantung tipe dan stadium yang dialami

penderita. Seseorang mengetahui telah menderita kanker payudara setelah stadium

lanjut. Hal ini karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan deteksi dini.

Pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium

klinik penyakit (Nugroho, 2014).

Beberapa pengobatan kanker payudara adalah :

a. Pembedahan

Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan yang dilakukan pada

pasien kanker payudara tergantung pada tahap penyakit, jenis tumor, umur dan

kondisi kesehatan pasien secara umum.

Tujuan dari pembedahan adalah untuk meningkatkan harapan hidup dan

pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau

(20)

dirumah sakit. Anastesi umum biasanya diberikan untuk mastektomi atau

pengangkatan kelenjar getah bening.

Setelah pembedahan dilakukan, hal yang perlu diperhatikan oleh pasien adalah

cara merawat dan menutup luka, mengetahui tanda infeksi dan kapan saja bisa

mulai menggerakan lengan untuk mencegah kekakuan serta beraktifitas (Mulyani,

2013).

b. Terapi Radiasi

Terapi ini dilakukan dengan sinar-x dan gamma dengan intensitas tinggi untuk

membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan. Terapi ini bertujuan

untuk membunuh atau mengecilkan sel kanker pada stadium dini, dilakukan juga

pada stadium lanjut dan mencegah untuk tidak muncul diarea lain (Dewi, 2009).

c. Kemoterapi

Pemberian obat anti kanker yang dapat diberikan dengan cara oral dan

diinfuskan ke pasien. Tujuan dari kemoterapi untuk membunuh sel kanker.

Kemoterapi adjuvant diberikan setelah operasi pembedahan untuk jenis kanker

payudara yang belum meyebar dengan tujuan untuk mengurangi resiko timbulnya

kembali kanker payudara. Kemoterapi neoadjuvant diberikan sebelum operasi.

Manfaat utamanya untuk mengecilkan kanker yang berukuran besar sehingga

cukup kecil untuk operasi pengangkatan.

2. Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil

cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker pada

(21)

cara pengobatan dengan menggunakan suatu obat yang fungsinya adalah untuk

membunuh sel kanker (Dewi, 2009). Obat anti-kanker bersifat toksis,sehingga

penggunaanya harus sangat hati-hati dan atas indikasi obat yang tepat.

Tjokronegoro (2006) menjelaskan bahwa pemberian kemoterapi tidak hanya

diberikan sekali saja, namun diberikan secara berulang (berseri) artinya pasien

menjalani kemoterapi setiap dua seri, tiga seri, ataupun empat seri dimana setiap

seri terdapat proses pengobatan dengan kemoterapi diselingi dengan periode

pemulihan kemudian dilanjutkan dengan periode pengobatan kembali dan begitu

seterusnya sesuai dengan obat kemoterapi yang diberikan. Ogce & Ozkan (2008)

menyatakan gejala fisik dan psikologis yang ditimbulkan akibat pemberian

frekuensi kemoterapi terkait dengan penurunan kemampuan dalam status

fungsional selama menjalani kemoterapi.

Kemoterapi adjuvan untuk kanker payudara melibatkan obat multiple yang

lebih efektif daripada terapi dosis tunggal. Kombinasi yang paling sering

dianjurkan adalah CMF dan meliputi siklofosfamid (Cytoxan), metotrexat,

fluorasil (5-FU) dengan atau tanpa temoksifen. Kombinasi kemoterapi dan

hormon-hormon seperti temoksifen dapat meningkatkan laju respons tetapi belum

menunjukkan secara bermakna paningkatan bertahan hidup. Pemberian bersama

kemoterapi dengan iradiasi pada payudara dapat mengakibatkan efek samping dan

toksisitas yang lebih menonjol. Pada tumor yang lebih membesar, kemoterapi

dapat diberikan pada praoperasi untuk mengecilkan tumor, membuatnya lebih

(22)

Efek samping kemoterapi pada pasien akan mengalami mual muntah, rambut

rontok, perubahan nafsu makan, perubahan siklus menstruasi, menjadi mudah

lelah karena rendahnya jumlah sel darah merah, terasa ngilu pada tulang serta

kuku dan kulit menghitam serta kadang kulit terasa kering. Perubahan siklus

menstruasi merupakan salah satu efek samping kemoterapi. Efek samping

permanen dapat mencakup perubahan menopause lebih awal dan tidak dapat

hamil dan beberapa obat yang dipakai untuk kemoterapi dapat merusak saraf

(Panno, 2005).

2.1Efek Kemoterapi

efek dari kemoterapi adalah :

a. Kelelahan

Kelelahan adalah keluhan subjektif umum yang terkait dengan terapi adjuvant,

dan gejala seperti kelelahan tubuh total , pelupa, dan ingin meningkatkan istirahat

dari waktu ke waktu di seluruh terapi. Pasien di saran kan untuk istirahat secara

teratur sepanjang hari dan mencoba merencanakan kegiatan semaksimal

mungkin.

b. Mual dan Muntah

Mual dan muntah yang di rasakan akibat efek dari kemoterapi. mual dan

muntah dapat terjadi karena tubuh mengenali agens kemoterapi sebagai zak toksik

dan mengakibatkan terjadinya peningkatan asam lambung. Mual yang di sebabkan

oleh karena kemoterapi dapat di kurangi dengan makan sedikit tetapi sering

(23)

Mual dan muntah yang berhubungan dengan kemoterapi kanker dapat di

klasifikasikan sebagai akut maupun tertunda. Mual muntah akut terjadi pada

sekitar 25% pasien dan terjadi sebelum kemoterapi di berikan. Pemicu mual dan

muntah antipasti termasuk kontrol gagal sebelumnya emesis, bau, melihat perawat

kemoterapi dan rumah sakit ( Panno, 2005). Mual dan muntah terjadi beberapa

menit untuk 1 – 2 jam setelah perawatan, biasanya menyelesaikan 72 jam setelah

pemberian kemoterapi.

c. Kerontokan Rambut

Efek dari kemoterapi yang sering terjadi dan di takuti wanita adalah

kerontokan pada rambut atau alopecia. Meskipun tidak mengancam jiwa,

kehilangan rambut memiliki dampak sosial dan psikologis yang mendalam pada

individu dan pada penerimaan pengobatan. Obat kemoterapi dapat mempengaruhi

tumbuh aktif rambut dengan rata – rata 85% dari folikel kulit kepala rambut di

fase pertumbuhan aktif pada satu waktu dan lokasi yang paling umum untuk

rontok adalah kulit kepala (Panno, 2005).

Tidak seperti rambut rontok alami, kerontokan rambut terjadi cepat dan

biasanya mulai dari 1 – 3 minggu setelah dosis kemoterapi di berikan. Hal ini

tampak jelas setelah 1 – 2 bulan. Alopecia bersifat reversible. Setelah perhentian

(24)

3. Pola Hidup

3.1 Defenisi Pola Hidup

Pola hidup merupakan sekumpulan perilaku yang berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari di mana didalamnya termasuk nutrisi, istirahat, olahraga,

rekreasi dan kerja. Perilaku tersebut dapat menjadi faktor yang secara signifikan

menyebabkan seseorang menjadi sakit atau terluka (Ayers, Bruno dan Langford,

1999)

Pola hidup merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi

kesehatan seseorang. Perilaku untuk meningkatkan kesehatan dapat di kontrol dan

dipilih. Pilihan seseorang terhadap sehat tidaknya aktivitas yang dilakukan

dipengaruhi oleh faktor sosial kultural karakteristik individu. Perilaku yang

bersifat negatif terhadap kesehatan dikenal sebagai faktor resiko (Kozier, 2004).

3.2 Pola Hidup yang Mempengaruhi Kesehatan

Potter dan Perry (2005) mengemukakan bahwa ada kegiatan dan perilaku

yang dapat memberikan efek pada kesehatan. Cara pelaksanaan kegiatan yang

berpotensi memberikan efek negatif antara lain makan berlebihan atau nutrisi

yang buruk, kurang tidur atau istirahat dan kebersihan pribadi yang buruk.

Kebiasaan lain yang menyebabkan efek negatif adalah kebiasaan merokok atau

minum-minuman beralkohol, penyalahgunaan obat dan kegiatan berbahaya seperti

skydiving serta mendaki gunung

Potter dan Perry (2005) mengemukakan berbagai stress akibat krisis

(25)

bersifat berat, terjadi dalam waktu yang lama, atau jika seseorang tidak

mempunyai koping yang adekuat dapat meningkatkan peluang terjadinya sakit.

Ayers, Bruno dan Langford (1999) menyatakan bahwa pola hidup merupakan

wilayah yang paling dapat dikontrol oleh seorang dan memiliki beberapa aturan

agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan. Perilaku yang termasuk

dalam pola hidup sangat mungkin diubah. Faktor -faktor yang tergolong dalam

wilayah pola hidup diantaranya

a. Nutrisi/Pola Diet

Penyakit kanker sangat berkaitan dengan gaya hidup. Dengan menjalankan

gaya hidup sehat maka resiko atau penyebaran kanker payudara dapat di

minimalisir. Gaya hidup sehat yang bisa menghambat pertumbuhan sekaligus

menghancurkan sel-sel kanker yaitu nutrisi yang adekuat akan menyediakan

tenaga untuk menggerakkan tubuh dan mempertahankan berat badan. Seseorang

yang tidak memiliki komposisi nutrisi yang baik sehingga mengalami kelebihan

berat badanberesiko terhadap penyakit diabetes bahkan menjadi faktor resiko

penyakit.

Menjaga berat badan, memilih diet dengan mengkonsumsi sayuran,buah serta

kacang-kacangan, mengurangi makanan yang bersifat junk food,menghentikan

mengkonsumsi minuman beralkohol dan pemberian ASI dapat memberi dampak

positif dalam menjaga gaya hidup. Menerapkan pola hidup sehat dan

mengkonsumsi makanan yang tepat dapat menghentikan perkembangan kanker.

(26)

hijau, brokoli, kembang kol, bawang putih, bayam, buah delima, rumput laut dan

kenari dapat mempengaruhi gaya hidup yang lebih baik

Makanan yang dapat memicu karsinogen seperti dibakar atau dipanggang,

diasinkan,fast food, di awetkan, diasamkan dan diasap sangat di larang

dikonsumsi pada penderita kanker payudara.Penelitian yang dilakukan Eden

Tereke dari Universitas Stockholm Swedia yang berjudul Analysis of Arcylamide,

a Carcinogen Formed in Heated Foodtuffs menunjukan bahwa makanan yang

kaya karbohidrat bila digoreng akan memicu pembentukan akrilamida, senyawa

yang bersifat karsinogen. Penelitian tersebut menunjukan juga bahwa akrilamida

tidak ditemukan pada makanan mentah, dikukus atau direbus. Pada proses

penggorengan dengan suhu tinggi, sebagian karbohidrat dalam makanan akan

terurai dan berikatan dengan asam amino dan kemudian membentuk akrilamida.

b. Aktivitas Olahraga/Fisik

Menfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur

telah banyak dilaporkan. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur selama 30

menit setiap hari minimal 3 kali dalam seminggu akan membantu memperpanjang

umur harapan hidup dan menurunkan angka kesakitan dan kematian karena

penyakit (Ramadhan, 2008).

Ayers, Bruno dan Langford (1999) menyatakan bahwa pola hidup yang

cenderung meningkatkan resiko menderita penyakit dapat dilihat dari aktifitas

fisik adalah individu yang lebih banyak duduk, tidak berolahraga atau melakukan

aktifitas fisik dengan teratur atau frekuensi latihan tidak mencapai 30menit

(27)

Penelitian terbaru dari Women’s Health Initiative menemukan bahwa aktivitas

fisik pada wanita menopause yang berjalan sekitar 30menit perhari dikaitkan

dengan penurunan 20% resiko kanker payudara.

Menciptakan lingkungan yang memiliki kadar oksigen tinggi juga mampu

menghancurkan sel kanker, sehingga penderita kanker harus tinggal dilingkungan

yang sehat dan bebas polusi, baik polusi tanah, air dan udara. Berolahraga secara

teratur mampu meningkatkan asupan oksigen ke dalam tubuh penderita kanker.

c. Penggunaan Zat

Ayers, Bruno dan Langford (1999) bahwa pola hidup yang tidak baik dapat

dilihat dari penggunaan zat adalah perilaku beresiko seperti merokok,

menggunakan obat-obatan yang tidak sesuai dengan aturan yang telah diberikan,

penggunaan zat yang membahayakan bagi tubuh dan sebagainya. Perilaku ini bila

dilakukan dalam jangka panjang,dapat beresiko terkena penyakit serius seperti

kanker payudara.

Studi dari California Department of Health Service menemukan tingkat

kanker payudara dikalangan perempuan merokok 30% lebih tinggi dibandingkan

perempuan yang tidak pernah merokok. Efek dari merokok bersifat kumulatif

yang mana resiko meningkat seiring dengan berapa tahun merokok, sehingga

segera berhenti merokok bisa membantu mengurangi resiko terkena segala

(28)

4. Penelitian Fenomenologi

Menurut Saryono (2010) fokus utama fenomenologi adalah pengalaman nyata.

Dalam pandangan fenomenologis, Peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan

kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Hal yang akan dikaji

adalah deskripsi mengenai pengalaman orang lain dan apa maknanya bagi mereka.

Fenomena yang dialami dapat berupa emosi, hubungan, perkawinan, pekerjaan,

dan sebagainya. .

Tujuan penelitian fenomenologi sepenuhnya adalah untuk menggambarkan

pengalaman hidup dan persepsi yang muncul (Dempsey, 2001). Perbincangan

yang cukup dalam (in-depth interview) antara peneliti dan partisipan dimana

peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidupnya tanpa

adanya suatu diskusi (Polit, Beck, & Hungler, 2012). Melalui perbincangan yang

cukup dalam peneliti berusaha untuk menggali informasi sebanyak mungkin dari

partisipan.

Dalam studi fenomenologi, jumlah partisipan yang terlibat tidaklah banyak.

Jumlah partisipan dari penelitian ini adalah 10 orang atau lebih sedikit ( Polit,

Beck, & Hungler, 2004). Partisipan yang terlibat dalam penelitian akan dipilih

dengan menggunakan teknik purposive sampling (Polit, Beck, & Hungler, 2012).

Dalam hal ini, partisipan harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan

oleh peneliti. Hasil penelitian dalam studi fenomenologi diperoleh melalui proses

analisis data.

Fenomenologi merupakan suatu metode penelitian kritis dan menggali

(29)

segala kompleksitasnya sebagai makhluk subyekti. Melihat manusia sebagai

sistem yang berpola dan berkembang pada pendekatan fenomenologi, yang diteliti

adalah pengalaman manusia melalui deskripsi dari orang yang menjadi partisipan

(30)

BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

1. Desain penelitian

Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pola

hidup pasien yang menderita kanker payudara. Maka desain penelitian yang

peneliti gunakan adalah desain fenomenologi, yaitu menjelaskan dan atau

mengungkapkan makna konsep atau fenomena pola hidup yang didasari oleh

kesadaran yang terjadi pada beberapa individu, dan tujuan untuk mendapatkan

pemahaman tentang arti peristiwa dan kaitan-kaitan terhadap orang-orang dalam

situasi tertentu.

2. Partisipan

Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah delapan partisipan. Pemilihan

partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.

Partisipan yang dipilih harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan berdasarkan

kriteria dan tujuan penelitian, dimana partisipan tersebut dianggap dapat

memberikan informasi kepada partisipan. Karakter partisipan yang telah di teliti

adalah pasien kanker payudara yang telah melakukan kemoterapi pada siklus 2,

bersedia di wawancarai terkait pengalaman pasien dalam pola hidup selama

kemoterapi.

Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(31)

2. Hanya khusus kanker payudara

3. Berjenis kelamin perempuan

4. Mampu berkomunikasi dengan baik dan bersedia di wawancarai

5. Bersedia menjadi responden tanpa paksaan

6. Bersedia menandatangani surat perjanjian penelitian

3. Tempat penelitian

Penelitian di lakukan di RSUP H Adam Malik Medan. Rumah sakit tersebut

terdapat pasien yang menderita kanker payudara dan memiliki catatan rekam

medis serta memenuhi kriteria.

4. Waktu Penelitian

Pengumpulan data ini dilakukan dari 11 Maret 2015 sampai dengan 20 April

2015, yaitu mulai pengumpulan data sampai hasil pengumpulan data.

5. Etika Penelitian

Mendapat rekomendasi dari bagian pendidikan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan memperoleh ethical clearance dari Komisi Etik

Penelitian Kesehatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah

memperoleh persetujuan, selanjutnya mencari partisipan yang sesuai dengan

kriteria. Membina hubungan antara partisipan dan peneliti dan peneliti member

informed concent. Partisipan menandatangani lembar persetujuandengan tidak

(32)

untuk menjaga kerahasiaan.Selain itu, identitas partisipan juga dirahasiakan

(confidentiality), hanya informasi yang diperlukan yang akan dilaporkan sebagai

hasil penelitian.

6. Alat Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua bagian. Pertama

merupakan Kuesioner Data Demografi (KDD) yang berisi pernyataan mengenai

data umum partisipan meliputi inisial, usia, jenis kelamin, alamat, agama, suku

bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan dan pendapatan. (lihat lampiran 5).

Instrumen kedua merupakan panduan wawancara. Panduan wawancara ini

berisi pertanyaan yang diajukan kepada partisipan, dimana pertanyaan tersebut

dibuat sendiri oleh peneliti. Panduan wawancara ini berisi enam pertanyaan yang

akan diajukan kepada pasien kanker payudara terkait pola hidup yang dijalani

selama kemoterapi. (lihat lampiran 6). Instrumen panduan wawancara ini telah

divalidasi oleh salah satu dosen Fakultas Keperawatan USU. Hasil dari validasi

pertanyaan tersebut didapatkan enam pertanyaan yang dibuat peneliti telah clear,

credible, dan relevant dengan judul penelitian yang akan dilakukan (lihat lampiran

7).

7. Prosedur Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan izin dari bagian pendidikan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan memperoleh ethical clearance dari Komisi Etik

Penelitian Kesehatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,

(33)

penelitian. Selanjutnya peneliti mengambil data pasien yang dirawat di ruangan

kemoterapi di RSUP H Adam Malik Medan. Setelah data diperoleh, peneliti

menghubungi calon partisipan untuk membuat janji pertemuan dan untuk

mendapat persetujuan sebagai partisipan penelitian. Sebelum memulai

wawancara, peneliti melakukan pendekatan dengan teknik prolonged engagement

kepada partisipan dengan pertemuan 1-2 kali yang bertujuan untuk menumbuhkan

hubungan saling percaya dan mendapatkan persetujuan oleh partisipan. Peneliti

memperkenalkan diri serta maksud dan tujuan dari penelitian. Setelah

memperoleh persetujuan dari partisipan untuk melakukan wawancara kemudian

partisipan menandatangani informed concert dan mengisi kuesioner data

demografi. Selanjutnya peneliti memulai melakukan wawancara mendalam atau

in-depth interview dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Wawancara

dilakukan selama 60 menit dalam 1-2 kali pertemuan dan merekam hasil

wawancara dengan menggunakan handphone.

Kemudian peneliti melakukan pilot study atau uji coba instrumen penelitian

dilakukan pada pengumpulan data partisipan pertama. Maksudnya untuk

mengetahui apakah instrumenttersebut cukup handal atau tidak, komunikatif,

dapat dipahami, dan sebagainya.Langkah selanjutnya adalah peneliti membuat

transkrip hasil wawancara dan menganalisis hasil wawancara setiap setelah

melakukan wawancara, dan jika ada hal-hal yang kurang jelas akan dilakukan

wawancara ulang.

Sesudah peneliti melakukan pilot study kepada partisipan pertama, maka

(34)

transkip dan di analisa oleh dosen pembimbing. Peneliti menganalisa data yang

ditemukan dan mengelompokkan data lalu menguraikan data ke dalam bentuk

narasi dari semua tema, kelompok tema, dan kategori tema. Setelah di periksa,

maka diperbolehkan melnjutkan wawancara sampai saturasi data, dalam arti

bahwa dengan dilakukan wawancara dengan partisipan yang lain tidak ditemukan

lagi hal-hal yang baru.

8. Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti langsung setelah

mengumpulkan data dari masing-masing partisipan. Setelah melakukan

wawancara dengan seluruh partisipan dan dianggap sudah menjawab semua

tujuan penelitian, maka peneliti membuat transkrip hasil rekaman untuk

selanjutnya dianalisa. Setelah semua data hasil wawancara di transkrip, kemudian

peneliti membuat significan statement yaitu proses mencari, mengidentifikasi dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori atau tema.

Langkah – langkah analisis data pada studi fenomenologi menurut metode

Collaizi ( dalam Polit and Back, 2010 )

a. Membaca semua transkip wawancara untuk mendapatkan perasaan mereka

b. Meninjau setiap transkip dan menarik pernyataan yang signifikan

c. Menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan

d. Mengelompokan makna – makna tersebut ke dalam kelompok – kelompok

(35)

e. Mengintegrasikan hasil ke dalam bentuk deskripsi

f. Memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang di teliti sebagai

identifikasi pernyataan setegas mungkin

g. Memvalidasi apa yang telah di tentukan kepada partisipan sebagai tahap

validasi akhir.

9. Tingkat Keabsahan Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data divalidasi

dengan beberapa kriteria, yaitu credibility, transferability, dependability, dan

confirmability (Lincoln & Guba, 1985). Kredibilitas merupakan kriteria untuk

memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Peneliti

melakukan teknik prolonged engagement yaitu mengadakan pertemuan dengan

partisipan 1-2 kali di RSUP H Adam Malik Medan. Dengan demikian, informasi

yang diperoleh akan lebih lengkap. Peneliti juga melakukan member checking

yaitu peneliti melakukan pemeriksaan tema yang peneliti peroleh kepada

partisipan sehingga hasil dari wawancara yang berbentuk transkip yang

ditunjukkan kepada partisipan untuk melihat kebenarannya.

Langkah selanjutnya adalah confirmability yang dilakukan dengan

memperlihatkan seluruh transkip dan catatan lapangan, tabel analisa tema kepada

pembimbing lalu berdiskusi bersama untuk menentukan tema dari hasil penelitian

yang disusun dalam bentuk skema tema. Dependability digunakan untuk menilai

kualitas dari proses peneliti. Hal ini dilaksanakan dengan cara peneliti melibatkan

(36)

dari penentuan masalah, pengambilan data penelitian, analisa data dan uji

keabsahan data sampai dengan pembuatan kesimpulan. Transferability dilakukan

dengan cara peneliti menulis laporan penelitian yang diuraikan dengan rinci, jelas,

sistematis dan mudah dimengerti oleh pembaca sehingga pembaca dapat

memperoleh gambaran yang jelas tentang pola hidup pasien kanker payudara

(37)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang

pengalaman pasien kanker payudara terhadap pola hidup selama kemoterapi pada

kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian yang dibahas adalah karakteristik

partisipan dan tema hasil analisa data penelitian.

2. Karakteristik Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang. Kedelapan partisipan dalam

penelitian ini telah memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai. Para

partisipan adalah pasien kanker payudara yang telah menjalani kemoterapi siklus

2 di RSUP H Adam Malik Medan. Karakteristik partisipan pada penelitian ini

meliputi usia, jenis kelamin, agama dan suku. Dari kedelapan partisipan mayoritas

partisipan berusia antara 41-50 tahun (n=6, 75%), beragama Islam (n=7, 87,5%),

berasal dari suku Jawa (n=5, 62.5%) dan semua partisipan berjenis kelamin

perempuan. Data demografi partisipan dapat dilihat pada tabel 2.1.

Hasil dari analisa data, peneliti menemukan 4 tema terkait pola hidup pasien

kanker payudara selama kemoterapi di RSUP H Adam Malik Medan, meliputi :

(1) pola makan berubah selama kemoterapi, (2) pola aktivitas menurun drastis, (3)

upaya dalam menjaga kesehatan terhadap lingkungan (4) kendala dalam menjaga

(38)

Tabel 2.1.

Karakteristik Partisipan

Tabel 2.2 Matriks Tema

(39)

3. Kesulitan untuk meminum susu

Tema 2 : Perubahan Pola Aktivitas

2. Sub Tema

(40)

2. Mengatur sirkulasi udara

dengan cara membuka jendela

kamar

b. Ke kamar agar tidak kena

asap rokok

Tema 4 : kendala dalam menjaga Pola hidup

4. Sub Tema

(41)

Hasil penelitian ini mendapatkan 5 tema terkait pola hidup pasien kanker

payudara selama kemoterapi di RSUP H Adam Malik Medan, meliputi :

3.1 Perubahan pola makan

Berdasarkan hasil analisa data, terdapat perubahan pola makan partisipan

selama kemoterapi. sebelum melakukan kemoterapi, partisipan selalu

mengkonsumsi makanan siap saji seperti KFC, bakso, mie instan dan lain

sebagainya. Perubahan pola makan selama kemoterapi dapat bertujuan untuk

memperbaiki pola hidup partisipan yang lebih baik. Pola makan yang di anjurkan

oleh tenaga medis meliputi ; 1. Mengkonsumsi sayuran hijau dan tanpa penyedap,

2.Mengkonsumsi buah setiap hari, 3. Susahnya minum susu walau sudah di

anjurkan. Pola makan yang di anjurkan tersebut bertujuan untuk hidup sehat dan

memperkecil pertumbuhan sel-sel kanker dalam tubuh partisipan.

3.1.1 Mengkonsumsi sayuran hijau dan tanpa penyedap

Hampir semua partisipan mengatakan bahwa pola makan partisipan lebih

sering mengkonsumsi makanan cepat saji, sepertiKFC, bakso, makanan yang

mengandung penyedap, dan makanan lain yang mengandung bahan kimia lainnya.

Tenaga medis menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan sehat dan makanan

serba alami yang di masak sendiri. Hal ini bertujuan untuk memperbaharui hidup

partisipan untuk hidup lebih baik dan lebih sehat. Hal ini sejalan dengan

pernyataan partisipan di bawah ini :

(42)

“ …… kalo bisa di pantangkan sama yang penyedap, jangan lagi makan di luaran sana seperti kfc, bakso, indomie. Untuk mengganti nya, makan makanan yang serba alami, sayur juga harus alami dan di masakan hanya pakai garam aja. Itu pesan dokter ke saya. “

( partisipan 5 )

“ setelah kemoterapi ya kembali ke alami dek. di pantangkan makan yang mengandung pengawet lagi. Pola makan saya ya ga bisa lagi makan yang berhubungan dengan penyedap. Itu lah yang di suruh dokter dan suster ini disini. ( partisipan 7 )

“ makanan saya dek? sekarang setelah di kemoterapi ini, makanan saya hanya sayuran hijau gitu. Dimasakan juga tidak pakai apa-apa.Hanya garam aja.Harus benar-benar tidak menggunakan peyedap makanan lagi la dek. “

( partisipan 8 )

3.1.2 Mengkonsumsi buah setiap hari

Selain mengkonsumsi sayuran hijau dan tanpa penyedap, partisipan juga di

anjurkan untuk sering mengkonsumsi buah. Mengkonsumsi buah tidak hanya

untuk kesehatan tetapi juga berfungsi agar kulit tidak terlalu kering. Segala jenis

buah dapat di konsumsi partisipan, baik di jus dan di makan begitu saja. Hal ini

sejalan dengan pernyataan partisipan di bawah ini :

“ ….. semua jenis buah dapat di makan atau di jus. Di sarankan dokter atau suster sini untuk setiap hari makan buah nya. Buah yang sering saya makan itu semangka, pisang. Yang penting ada aja lah di makan. Kalo seperti anggur gitu, ga sanggup tiap hari di makan dek. mahal. “

( partisipan 1 )

(43)

( partisipan 4 )

“ …… semua jenis buah bisa di makan. Memang itu di anjurkan dokter dan suster sini. Kalo bisa, setiap hari makan buah atau di jus, yang penting adalah buah itu masuk setiap hari “

( partisipan 5 )

“ …… dokter bilang sering – sering makan buah atau jus. Biar kulit ga kering dan sehat. Semua jenis buah bisa di makan. Jus juga gitu kalo bisa di jus jangan pake gula, tapi lebih baik di makan gitu aja, lebih sehat. ( partisipan 8 )

1.1.3 Mengalami kesulitan untuk meminum susu

Walau merupakan salah satu pola makan yang di anjurkan untuk di

konsumsi, partisipan tetap tidak dapat melakukannya. Hal ini di sebabkan tidak

biasanya partisipan mengkonsumsi susu dari kecil. Hal ini sejalan dengan

pernyataan di bawah ini :

“ ….. memang sih, suster sini anjurkan untuk minum susu juga. Tapi ibu ga suka

minum susu. Ibu ga suka minum susu karena ga terbiasa dari ibu kecil. Jadi ibu

perbanyak lah makan buah “

( partisipan 3 )

“ …… kalo susu juga di anjurkan oleh dokter dan suster di sini. Tapi saya

yang ga bisa minum susu. Jadi kalo susu ga bisa di minum, jus lah yang

diperbanyak “

(44)

“ ……. Susu juga ada di suruh minum, tapi saya yang tidak mau. Karena

ga terbiasa juga dari kecil. Suster sini justru saran kan minum susu

kambing. Susah bagi saya untuk minum susu karena ga terbiasa itu dek. “

( partisipan 7 )

3.2 Perubahan pola aktivitas

Berdasarkan hasil dari analisa data, efek dari kemoterapi menyebabkan para

partisipan tidak dapat melakukan aktivitas dalam sehari – hari. Para partisipan

tidak dapat beraktivitas seperti sedia kala setelah di kemoterapi, dan hanya

beraktivitas ringan di dalam ruangan. Hal tersebut di karenakan rasa cemas yang

di rasakan keluarga partisipan dan mempunyai rasa takut ketika partisipan

beraktivitas terlalu berat. Hal ini sejalan dengan pernyataan partisipan di bawah

ini :

“ …… saya selama sakit ini, saya sama sekali tidak beraktifitas. Sama sekali tidak berbuat apa-apa. Tidak di izinkan suami dan anak – anak. Takut mereka karena saya beraktivitas, efek dari kemoterapi nya bisa tambah parah dek. “ (partisipan 1 )

“ ….. Jadi dirumah pun ibu ga bisa lagi beraktivitas karena selain efek dari kemoterapi ini, ibu ga bisa jalan kaki kirinya. Takut juga bapak kalo saya jatuh dan stroke. Karena itu saya hanya di suruh duduk atau tidur aja setelah pulang kemoterapi “ ( partisipan 3 )

“ ….. saya udah ga beraktivitas apa-apa lagi dek, sejak kemoterapi. aktivitas yang saya lakukan pun hanya sapu rumah aja. Itu juga tidak bisa terlalu capek. Kalo sudah keringatan, saya di suruh anak – anak untuk berhenti. Hampir semua kegiatan saya dulu sudah di lakukan anak –anak. “

(45)

“ ….. sejak di kemoterapi ini, saya sudah tidak melakukan aktivitas apapun dek. sama sekali hanya duduk, nonton tv. takut anak – anak nanti saya bisa stroke, karena saya pernah jatuh di kamar mandi RS ini. Bahkan kebanyakan di bantu anak-anak untuk ibu makan dan mandi. ( partisipan 6 )

“ ……… untuk aktivitas, saya tidak melakukan lagi. Terkadang untuk urusan mandi dan mandi di bantu bapak di rumah. “

( partisipan 8 )

3.3 Upaya menjaga kesehatan berkaitan dengan lingkungan

Berdasarkan hasil analisa data, di temukan bahwa masih seringnya para

partisipan terpapar dengan asap rokok. Hal itu di sebabkan oleh keluarga

partisipan masih merokok di sekitar partisipan. Akan tetapi, para partisipan

mempunyai usaha agar partisipan tidak terkena paparan asap rokok tersebut, yaitu

dengan cara ; 1. Menghindari asap rokok dengan cara masuk ke kamar, dan 2.

Membuka jendela agar sirkulasi udara berlangsung dengan baik.

3.3.1 Menghindari asap rokok dengan cara masuk kekamar

Hal ini di lakukan partisipan untuk menghindari asap rokok atau orang

yang merokok di sekitar lingkungan partisipan. Hal ini sejalan dengan pernyataan

partisipan di bawah ini :

“ ….. kalo masih kena asap rokok, saya masih kena asap rokok sampai sekarang walau sudah kemoterapi dek. Tapi agar tidak terus kena atau tidak kena, saya ke kamar lah saat mertua merokok “

(46)

“ ….. kalo di bilang asap rokok, sampai saat ini masih kena asap rokok karena keluarga merokok. Palingan nanti agar saya tidak kena asap rokok, saya kekamar aja lah. Itu yang baik menurut saya. “ ( partisipan 6 )

“ ….. sampai saat ini, bapak masih merokok. Biasa lah udah bawaan dari muda. Jadi kalo bapak merokok, saya ke kamar, saya usahakan bagaimana caranya agar tidak kena asap rokok.“

( partisipan 8 )

3.3.2 Membuka jendela agar sirkulasi udara berlangsung dengan baik

Tidak hanya masuk ke kamar saat keluarga merokok, upaya dalam

menjaga kesehatan terhadap lingkungan juga dilakukan partisipan, yaitu membuka

jendela agar terjadi sirkulasi udara dengan baik. Partisipan melakukan cara

demikian untuk terhindar dari asap rokok. Hal ini sejalan dengan pernyataan di

bawah ini :

“ ….. sekarang masih kena asap rokok. Kalo misal nya nanti bapak mau ke

kamar, saya suruh ganti baju dan jendela kamar saya buka dek, agar udaranya

keluar masuk dan zat –zat rokok yang tertempel di baju bapak bisa hilang “.

( partisipan 4 )

“ …… saya berada di lingkungan keluarga yang merokok hampir semuanya. Jadi

agar udara di ruangan itu bisa keluar, saya buka nanti jendela lebar-lebar.

(47)

( partisipan 7 )

3.4 Kendala dalam melakukan perubahan pola hidup

Berdasarkan hasil dari analisa data, partisipan menghadapi hambatan dalam

menjalankan pola hidup setelah kemoterapi. hambatan terjadi bisa dikarenakan

bebarapa faktor. Hal ini meliputi ; 1. Susahnya menghindari asap rokok. Hal ini

sejalan dengan pernyataan berikut :

Wah , jangan di tanya.. bahkan ini udah ke tiga kalinya saya kemoterapi, tetap

aja saya kena asap rokok. Gimana lagi mau dibuat dek? mertua saya merokok,

sampai saat ini saya tinggal sama mertua. Jadi udah diingatkan anaknya pun,

tetap saja mertua merokok. Jadi terap kena asap rokok saya”

(partisipan 3)

Masih kena asap rokok dek.. walau udah ga sesering dulu. Suami dan anak-anak

saya itu merokok semua dek. tapi mereka bisa tau kapan-kapan saja merokok

agar saya tidak kena. Kalo dibilang, saya pun terkadang masih merokok”

(partisipan 4)

Masih kena asap rokok lah dek.. apa lagi suami saya dari mudanya merokok.

Kalo dilarang merokok itu susah. Istilahnya sudah menjadi darah daging gitu.

Masih kena lah dek”

(48)

3.5 Melakukan pengobatan alternative

Menurut hasil analisa data, peneliti menjelaskan bahwa hampir semua

partisipan masih menggunakan pengobatan alterntif. Hal ini di karenakan adanya

kepercayaan partisipan bahwa efek dari pengobatan alternative tidak seperti

pengobatan medis, karena bersifat alami. Masih sering dilakukan pengobatan

alternatif, dikarenakan pengobatan tradisional dan juga pemberian saran dari

orang tua. Dalam pengobatan alternative, sering sekali partisipan tidak melihat

dari aturan pengobatan atau dosis yang di berikan. Semua partisipan mempercayai

pengobatan alternative lebih baik daripada kemoterapi tanpa memikirkan efek

samping yang lain dari pengobatan alternative tersebut. Hal ini sejalan dengan

pernyataan partisipan di bawah ini :

“ ….. kalo berobat alternative sih ada sampe sekarang. Tapi berobatnya itu

bukan kedukun. kalau kedukun ga ada, hanya berobat alternative seperti sirsak

itu. Pengobatan yang alami. “

( partisipan 3 )

“ ….. berobat alternative palingan berobat kampung gitu. Bukan berobat ke

dukun atau ke tempat yang lain, hanya menggunakan bahan – bahan alaimi.

sampe sekarang ibu masih minum perasan air kunyit campur air dan gula merah

(49)

“kalo tentang dosis, saya tidak begitu memperhatikan. Karena saya fikir ini obat

dari alami, pasti dosisnya banyak minum juga ga masalah. Dulu sebelum

kemoterapi, sayan menggunakannya bahkan sampai sekarang pun saya

gunakan.”

(partisipan 6)

“ …… adalah dek, masih menggunakan obat alternative saya. Jadi di rumah itu

masih ada ramuan gitu, seperti daun sirsak, terus ada pil-pil gitu. Masih ibu

makan itu. Kalo obat kampung, saya masih percaya, karena bahanya alami

semua. “

( partisipan 8 )

4. Pembahasan

Pada bagian ini akan di uraikan tentang pembahasan hasil penelitian dengan

literatur yang berhubungan dengan pola hidup pasien kanker payudara selama

kemoterapi di RSUP H Adam Malik Medan. Dalam bagian ini akan di bahas tema

yang sudah di temukan terhadap pola hidup pasien kanker payudara, meliputi ; (1)

perubahan pola makan, (2) perubahan pola aktivitas, (3) upaya dalam menjaga

kesehatan berkaitan dengan lingkungan, (4) kendala dalam pola hidup, (5)

pengobatan alternatif

Tema – tema tersebut akan di uraikan sebagai berikut :

(50)

Pola hidup merupakan sekumpulan perilaku yang berhubungan dengan

kehidupan sehari – hari di mana di dalamnya termasuk nutrisi. Nutrisi baik yang

masuk ke dalam tubuh, akan membuat gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat yang

bisa menghambat pertumbuhan sekaligus menghancurkan sel – sel kanker yaitu

nutrisi yang adekuat untuk menyediakan tenaga untuk menggerakkan tubuh dan

mempertahankan berat (kozier, 2004).

Menerapkan pola hidup yang sehat dengan mengkonsumsi sayuran hijau dan

serba alami dapat membunuh sel – sel kanker.Menerapkan gaya hidup sehat,

antara lain menerapkan pola makan yang seimbang, menghindari alkohol,

menghindari merokok, memperbanyak mengkonsumsi air putih, serta sayuran dan

buah segar yang bebas dari peptisida (Noormindhawati, 2013).

Sayuran dan buah- buahan segar masih mengandung enzim- enzim hidup

(aktif) yang diperlukan tubuh. Enzim – enzim ini akan rusak bila sayuran tersebut

mendapatkan pemanasan sewaktu proses pemasakan dengan suhu 40 derajat

celcius atau lebih. Oleh karena itu, penderita kanker payudara dianjurkan

mengonsumsi sayuran dan buah – buahan serta jus sayuran dan buah – buahan

yang masih segar dan tanpa pengawet dan perasa tambahan sebanyak dua atau

tiga kali perhari atau sekitar 400 – 500 gram perhari. (Noormindhawati, 2013).

Aneka jenis sayur yang di anjurkan bagi penderita kanker payudara antara lain,

sayuran hijau seperti pakis, bayam, kangkung dan jenis buang yang di konsumsi

seperti kiwi, apel, sirsak, semangka dan jeruk(Herring, 2006).

Para penderita kanker payudara dapat mengusahakan 80% asupan nutrisi yang

(51)

serta sari patinya. Bila mengkonsumsi sayuran dan buah – buahan yang segar

dalam bentuk jus, maka di perlukan 15menit saja untuk menyerap sari- sarinya

(Rippe, 2013).

Selain itu, mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan segar juga mampu

mempercepat pertumbuhan sel-sel sehat karena mengandung sejumlah zat penting

seperti, vitamin C, vitamin D, vitamin E, asam folat, senyawa bioaktif yang

bersifat antioksidan dan anti kanker. Keberadaan zat-zat penting tersebut mampu

mencegah kerusakan dan mutasi sel-sel DNA sehingga bisa menghalangi

pertumbuhan sel-sel kanker (Noormindhawati, 2013).

Pada analisa data di dapat semua partisipan merubah pola makan. Pola makan

sebelumnya merupakan makanan yang mengandung peptisida, pengawet makanan

dan perwarna makanan, KFC, bakso dan indomie. Hal ini di ketahui setelah

mendapatkan informasi dari partisipan. Setelah di kemoterapi, maka pola makan

pasien berubah. Partisipan melakukan pola makan yang lebih baik dan bersih. Hal

ini di dapat dari data yang menunjukan bahwa partisipan sekarang banyak

mengkonsumsi sayuran hijau dan tanpa menggunakan pengawet makanan. Selain

sehat, mengkonsumsi makanan alami tanpa pengawet juga dapat menyehatkan

tubuh setelah efek dari kemoterapi.

Berdasarkan hasil analisa data yang telah di lakukan, peneliti menemukan

adanya hambatan dalam menjalankan pola hidup selama di kemoterapi, seperti

susahnya minum susu walau sudah di anjurkan, dan tetap melakukan pengobatan

alternatif walau sudah di larang. Para partisipan merasakan susah untuk minum

(52)

analisa data, di temukan bahwa para partisipan lebih banyak mengonsumsi jus

daripada susu. Susu yang di anjurkan dokter merupakan susu yang alami, karena

susu buatan merupakan salah satu gejala kanker payudara (Noormindhawati,

2013).

5.2 perubahan pola aktivitas

Dampak dari efek kemoterapi dapat mengakibatkan penderita kanker

payudara tidak dapat lagi melakukan aktivitas seperti semula.Hal ini di sebabkan

oleh menurunkan daya tahan tubuh akibat kemoterapi. Efek dari kemoterapi juga

dapat menyebabkan status fungsional menurun.Status fungsional merupakan suatu

kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari yang termasuk dalam pekerjaan,

perawatan diri, dan pemeliharaan keluarga atau peran sosial.Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa efek kemoterapi dapat memperburuk status fungsional

(mencakup ketidakmampuan dalam menjalankan perannya) setelah pemberian

kemoterapi pada periode kedua (Lee, 2005 dalam Ogce & Ozkan, 2008).

Menurunnya status fungsional pada penderita kanker payudara,

menyebabkan penderita kanker payudara tidak dapat beraktivitas sehari-hari atau

tidak mampu lagi menjalankan perannya (Rippe, 2013). Pada beberapa kondisi

gejala-gejala yang berhubungan dengan pemberian kemoterapi dapat menurunkan

aktivitas sehari-hari pasien kanker payudara dan menyebabkan mereka hanya bisa

terbaring ditempat tidur dan tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka dalam

(53)

Penurunan fungsi fisik lebih dirasakan pada wanita dengan usia lebih muda

yaitu usia 31-64 tahun dibandingkan wanita berusia lebih tua yaitu usia 65-80

tahun dan pasien yang berusia lebih tua memiliki kemampuan emosional yang

lebih stabil dibandingkan pasien yang lebih muda. Dalam hal didapatkan bahwa

pada wanita yang berusia lebih muda memiliki harapan yang besar terhadap

kesehatan dan kemampuan aktivitasnya, sehingga perubahan akan status

kesehatannya sangat dirasakan daripada pasien yang berusia lebiih tua (Lee, 2005

dalam Ogce & Ozkan, 2008).

Pada hasil pengumpulan data, terdapat sebanyak 75% wanita berusia 41 -50

tahun tidak dapat lagi beraktivitas sepenuhnya setelah di kemoterapi. penurunan

fungsi fisik ini di sebabkan karena perubahan fungsi tubuh dan perubahan

berbagai fungsi genetik akibat paparan kemoterapi. Seringkali suatu sel harus

melalui beberapa tahap pembelahan sebelum kemudian akhirnya mati. Oleh

karena hanya sebagian sel yang mati akibat obat yang diberikan pada frekuensi

tertentu, dosis kemoterapi yang berulang harus terus diberikan untuk mengurangi

jumlah sel kanker yang mengakibatnya fungsi genetik dan perubahan fungsional

tubuh berubah secara signifikan yang dapat di rasakan pada partisipan berusia

41-50 tahun. Gejala fisik dan psikologis yang ditimbulkan akibat pemberian frekuensi

kemoterapi terkait dengan penurunan kemampuan dalam status fungsional selama

menjalani kemoterapi, seperti alopecia, kelelahan, mual muntah dan berbagai efek

(54)

5.3 Upaya menjaga kesehatan berkaitan dengan lingkungan

Berbagai usaha di lakukan oleh para penderita kanker payudara untuk bisa

melakukan pola hidup yang baik dan sehat, termasuk menjaga lingkungan agar

terhindar dari asap rokok. Meskipun sudah di diagnosa kanker payudara dan

sudah menjalani kemoterapi, tidak sedikit para penderita kanker payudara masih

tinggal di lingkungan perokok.Menciptakan lingkungan yang memiliki kadar

oksigen tinggi mampu menghancurkan sel – sel kanker. Oleh karena itu, penderita

kanker harus tinggal di lingkungan yang sehat dan bebas dari polusi, baik polusi

air, tanah, udara dan terbebas juga dari asap rokok (Noormindhawati, 2013).

Pada hasil analisa data, di temukan 75% partisipan melakukan usaha agar

tetap bisa terhindar dari paparan zat yang berbahaya, seperti asap rokok.

Lingkungan partisipan yang masih kurang menyadari bahwa bahaya asap rokok

itu berbahya. Bahkan tempat tinggal partisipan juga tetap merokok walau keluarga

partisipan mengetahui bahaya dari merokok.Tidak hanya asap rokok,hal-hal lain

juga dapat menjadi pemicu terjadinya kanker payudara. Dalam hal ini seperti

polusi air, polusi udara, zat pengawet buatan, zat pewarna buatan dan zat-zat

karsinogenik lainnya, dapat menjadi pemicu terjadinya kanker payudara. Tetapi

peneliti hanya terfokus mengenai upaya dalam menghindari asap rokok, dan tidak

menggali lebih dalam tentang yang lainnya.

5.4 Kendala dalam melakukan pola hidup

Merokok merupakan salah satu penyebab dari timbulnya kanker payudara.

(55)

yang berbahaya. Dari hasil analisa data, ditemukan bahwa beberapa kendala

dalam melakukan pola hidup, seperti kesulitan dalam menghindari asap rokok.

Hal ini diketahui dari 50% partisipan mengatakan bahwa keluarga tetap saja

merokok meskipun sudah mengetahui bahwa anggota keluarga yang lain sedang

sakit. Kurangnya kesadaran keluarga dan kebiasaan dari dahulu, menjadikan

alasan keluarga sehingga tetap saja merokok meskipun menghetahui bahwa

anggota keluarga sedang sakit.

5.5 Kendala lain dalam proses pengobatan kemoterapi

Selain dari rokok, kendala yang lain adalah pengaplikasian BPJS yang tidak

sesuai. Hal ini membuat partisipan merasa di bohongi oleh pihak rumah sakit yang

memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan BPJS yang di bayarkan.

Walaupun demikian, 50% partisipan tidak melaporkan hal ini kepada pihak yang

bertanggung jawab karena merasa tidak berdaya akan yg dialami pertisipan

dilapangan. Jarak tempuh antara rumah sakit dengan rumah partisipan juga

menjadi kendala . Hal ini karena semua partipan berasal dari daerah yang jauh

dari rumah sakit. Sehingga ketika partipan menjalankan kemoterapi, kondisi

partisipan mengalami kelelahan untuk sampai di rumah sakit. Tidak hanya itu,

ketika selesai di kemoterapi, sekitar 25% partisipan langsung kembali ke daerah

asal partisipan. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan partisipan dan

Gambar

Tabel 2.2

Referensi

Dokumen terkait

Kant or Pusat Tat a Usaha Universit as Gadjah M ada, Bulaksumur Universit as Gadjah M ada mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/ Jasa Dana DIPA unt uk pelaksanaan kegiat an t

Berdasarkan tahapan dan jadwal lelang yang telah ditetapkan serta memperhatikan hasil evaluasi kualifikasi terhadap peserta yang lulus evaluasi dokumen penawaran,

Harapan peneliti selanjutnya adalah dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca baik itu pengetahuan tentang adat dan kebudayaan yang ada di Kecamatan Paloh

Model-Model Pengajaran dan Pem belajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigm atis, J ogjakarta: Pustaka Pelajar.. Ibrahim dan Nana

Peran perawat dibutuhkan dalam menentukan pelayanan kesehatan yang optimal bagi penderita skizofrenia.Salah satu pelayanan keperawatan adalah perilaku caring perawat. Perilaku

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Modul ini dibuat dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang telah disediakan oleh Macromedia Authorware, adapun Fasilitas yang di sediakan Knowledge Objects, Icon Palete,

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen