Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
PROYEKSI PRODUKSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA
PADA TAHUN 2006-2010
TUGAS AKHIR
CHRISTINE NATALIA MANURUNG
062407080
PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROYEKSI PRODUKSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA
PADA TAHUN 2006-2010
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
CHRISTINE NATALIA MANURUNG
062407080
PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
PROYEKSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA PADA TAHUN 2006-2010
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2009
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. PENGHARGAAN
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia- Nya, penulis diberi kekuatan dan kesehatan dapat menyelesaikan Tugas Akhir tersebut.
DAFTAR ISI
2.2.2 Faktor-faktor Produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) 9
2.2.3 Upaya Peningkatan Produktivitas TBS 10
2.3 Metode Analisa Data 10
Bab 3 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) 12
3.1 Sejarah BPS di Indonesia 12
3.1.1 Masa Pemerintahan Hindia Belanda 12
3.1.2 Masa Pemerintahan Jepang 13
3.1.3 Masa Kemerdekaan Republik 13
3.1.4 Masa Orde Baru sampai Sekarang 14
3.1.5 Program Pengembangan Statistik 15
3.2 Kegiatan BPS 16
3.2.1 Kedudukan, Tugas dan Fungsi BPS 16
3.2.2 Tata Kerja BPS 17
3.3 Struktur Organisasi 17
Bab 4 Analisa dan Pembahasan 21
4.1 Pengumpulan Data 21
4.1.1 Produksi Perkebunan Rakyat (PR) 22
4.1.2 Produksi Perkebunan Besar Negara (PBN) 25
4.1.3 Produksi Perkebunan Besar Swasta (PBS) 28
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
4.2.1 Luas Area Perkebunan Rakyat (PR) 33
4.2.2 Luas Area Perkebunan Besar Negara (PBN) 34
4.2.3 Luas Area Perkebunan Besar Swasta (PBS) 35
4.3 Perkebunan Rakyat 36
4.4 Perkebunan Besar Negara (PBN) 38
4.5 Perkebunan Besar Swasta (PBS) 39
Bab 5 Implementasi Sistem 41
5.1 Tahap Implementasi 41
5.2 Pengaktifan Excel 41
5.3 Jendela Lembar Kerja Excel 42
5.4 Pengisian Data 43
5.5 Pembuatan Grafik 44
Bab 6 Kesimpulan dan Saran 45
6.1 Kesimpulan 45
6.2 Saran 46
6.2.1 Pemerintah 46
6.2.2 Pengusaha 46
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Produksi Kelapa Sawit Indonesia Pada Tahun 1999-2005 (Ton) 21
Tabel 4.2 Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Pada Perkebunan Rakyat 24
Pada Periode 2006-2010
Tabel 4.3 Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Pada Perkebunan Negara 27
Pada Periode 2006-2010
Tabel 4.4 Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Pada Perkebunan Swasta 31
Pada Periode 2006-2010
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat 25
Gambar 4.2 Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan 28
Besar Negara
Gambar 4.3 Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan 32
Besar Swasta
Gambar 5.1 Tampilan Cara Pengaktifan Excel 42
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan
perekonomian di Indonesia. Salah satu sub sektor yang cukup besar potensinya adalah
sub sektor perkebunan. Produksi hasil perkebunan merupakan salah satu komoditas
ekspor non migas yang dapat meningkatkan devisa negara. Salah satunya kelapa sawit
menjadi komoditas primadona karena merupakan tanaman dengan nilai ekonomis
yang cukup tinggi yang dapat menghasilkan minyak nabati. Sub sektor ini juga
mampu bertindak sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri sekaligus sebagai
penyerap tenaga kerja.
Oleh sebab itu, penulis ingin mengetahui seberapa besar pertambahan dan
peningkatan produksi kelapa sawit di Indonesia baik dari skala perkebunan rakyat,
perkebunan besar negara ataupun perkebunan besar swasta setiap tahunnya. Untuk
melihat berapa besar peningkatan produksi kelapa sawit tersebut diperlukan teknik
peramalan dan analisa yang lengkap. Dalam hal ini, penulis menggunakan Teknik
Proyeksi. Teknik tersebut menghasilkan perkiraan-perkiraan hasil produksi berapa
tahun ke depan. Tujuannya adalah sebagai indikator atau bahan pertimbangan bagi
pemerintah khususnya juga pengambilan keputusan bagi manajemen perkebunan skala
kecil atau besar untuk meningkatkan penambahan luas lahan kelapa sawit. Sehingga
keputusan yang diambil sebagai kebijakan lebih profesional lagi demi menjaga
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
beberapa tahun ke depan akan menjadi produsen Minyak Kelapa Sawit (MKS)
terbesar di dunia dan mengungguli Malaysia. Maka dari itu, penulis merasa terdorong
untuk menganalisa dan melakukan proyeksi terhadap produksi kelapa sawit yang
merupakan objek penelitian yang berjudul : “PROYEKSI PRODUKSI KELAPA
SAWIT DI INDONESIA PADA TAHUN 2006-2010”.
1.2Identifikasi Masalah
Sektor perkebunan merupakan sub sektor pertanian yang menjadi salah satu faktor
yang dapat mendukung kegiatan perekonomian. Dan kelapa sawit menjadi komoditas
perkebunan yang terbaik. Namun, yang menjadi bahan analisis adalah apakah dari
Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) atau Perkebunan Besar
Swasta (PBS) yang memberikan sumbangsi terbesar dari hasil produksinya. Untuk
menentukan berapa besar produksi kelapa sawit dari masing-masing skala perkebunan
tersebut dan perkebunan mana yang menghasilkan kelapa sawit terbesar diperlukan
data dasar yang menggambarkan hasil produksi kelapa sawit beberapa tahun terakhir.
Dari masalah diatas, penulis ingin mengetahui berapa besar kenaikan produksi
kelapa sawit ketiga perkebunan tersebut untuk beberapa tahun ke depan dengan
menggunakan rata-rata geometri berdasarkan data produksi kelapa sawit Indonesia
tahun 1999-2005. Sehingga pemerintah khususnya pihak manajemen perkebunan
skala kecil dan besar dapat mengambil langkah-langkah yang bijaksana dalam
merencanakan.
Adapun tujuan penelitian tersebut adalah :
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program D-3
Statistika FMIPA USU Medan.
2. Untuk mengetahui besarnya produksi kelapa sawit dari tiga skala perkebunan
yang ada di Indonesia, yaitu : Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar
Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan perkebunan yang
mana yang menghasilkan produksi kelapa sawit terbesar.
3. Penulis ingin mengetahui seberapa pentingnya ilmu Statistika dan
kegunaannya berkaitan dengan perkembangan produksi kelapa sawit di
Indonesia.
4. Dengan adanya penelitian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi
pemerintah Indonesia ataupun pihak manajemen perkebunan skala besar dan
kecil sebagai bahan pertimbangan ataupun perbandingan dalam mengambil
tindakan yang diarahkan untuk tahun yang akan datang.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tersebut adalah :
1. Untuk mengetahui tingkat produksi kelapa sawit di Indonesia.
2. Untuk mengetahui informasi yang sangat diperlukan, terutama dalam
hubungan dengan perencanaan baik pemerintah, perkebunan rakyat,
perkebunan besar swasta, dan perkebunan besar negara.
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian langsung ke BPS (Badan Pusat
Statistik) dengan melihat data yang dibutuhkan dalam mengerjakan Tugas Akhir
ini.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi dengan bantuan
bermacam-macam material yang didapat seperti : buku-buku, tulisan ilmiah,
internet dan catatan selama perkuliahan yang berhubungan dengan Judul Tugas
Akhir ini.
Untuk mengetahui perkembangan produksi kelapa sawit untuk beberapa tahun
ke depan, maka metode yang digunakan ialah rumus Pertumbuhan Geometri, yaitu :
Pn = Po (1 + r)n
Dimana :
Pn = jumlah produksi pada tahun n
Po = jumlah produksi pada tahun awal
r = tingkat pertumbuhan produksi
n = jangka waktu antara Po dan Pn
Adapun sistematika penulisan penyelesaian tugas akhir ini adalah :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang, identifikasi masalah,
maksud dan tujuan penulisan, manfaat penelitian, metodologi penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB 2 : TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang proyeksi dan produksi.
BAB 3 : SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS)
Bagian tersebut menguraikan secara ringkas mengenai sejarah BPS yang
meliputi sejarah BPS masa pemerintahan Hindia Belanda, Jepang, masa
kemerdekaan Republik, masa Orde Baru sampai sekarang, tata kerja,
kegiatan, program pengembangan dan struktur organisasi BPS.
BAB 4 : ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis menguraikan analisa perkembangan produksi dan
analisa produksi perkebunan rakyat, perkebunan besar negara, dan
produksi besar swasta.
BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM
Pada bab ini dijelaskan cara penggunaan program aplikasi excel.
BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Proyeksi
Proyeksi secara umum adalah untuk mengetahui perkembangan di masa yang akan
datang berdasarkan data yang telah ada. Proyeksi pada dasarnya merupakan suatu
perkiraan atau taksiran mengenai terjadinya suatu kejadian (nilai dari suatu variabel)
untuk waktu yang akan datang seperti proyeksi bibit kelapa sawit untuk lima tahun
yang akan datang.
Hasil proyeksi menggambarkan tingkat kemampuan untuk masa yang akan
datang, untuk menghindari atau mengurangi tingkat resiko dari kesalahan. Maka
diperlukan asumsi-asumsi yang dibuat oleh pihak pengambil keputusan, yang
didukung oleh proyeksi tentang tingkat kemampuan perkebunan di masa depan secara
objektif.
Proyeksi yang baik adalah proyeksi yang menghasilkan penyimpangan antara
hasil ramalan dan kenyataan sekecil mungkin. Dirumuskan :
error = hasil ramalan – kenyataan
Jadi, bila errornya kecil bisa mendekati nol, maka ramalan ini dapat dikatakan ramalan
yang baik.
Jika dikaitkan dengan masalah manajemen, maka proyeksi dapat digunakan sebagai
berikut :
1. Dasar evaluasi, agar realisasi hasil kerja di lapangan sesuai dengan proyeksi yang
telah ditetapkan.
2. Alat pengendalian terhadap pelaksanaan atau implementasi tersebut agar bisa
diketahui seluruh kesalahan atau penyimpangan yang terjadi untuk dapat
dilakukan perbaikan atau koreksi.
3. Dasar suatu perencanaan, agar suatu perencanaan sesuai dengan kemampuan yang
ada sehingga dapat dicegah terjadi suatu perencanaan yang ambisius dan sulit
untuk dilaksanakan. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan personil,
kemampuan pembiayaan (keuangan) serta kemampuan material.
2.2 Produksi
Produktivitas kelapa sawit akan meningkat secara tajam dari umur 3-7 tahun (periode
tanaman muda, young), mencapai tingkat produksi maksimal pada umur sekitar 15
tahun (periode tanaman remaja, prime) dan mulai menurun pada periode tanaman tua
sampai menjelang masa peremajaan pada umur > 16 tahun.
2.2.1 Tandan Buah Segar (TBS)
Tandan Buah Segar (TBS) adalah suatu bagian dari produksi kelapa sawit yang
merupakan produk awal yang kelak akan diolah menjadi minyak kasar CPO (Crude
Palm Oil) dan inti sawit (karnel) sebagai produk utama disamping produk-produk
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
Lamanya proses pembentukan Tandan Buah Segar (TBS), dari saat ini
terjadinya penyerbukan sampai dengan matangnya tergantung pada keadaan iklim dan
faktor-faktro yang mempengaruhi pertumbuhan. Lamanya proses pemasakan buah di
beberapa daerah berbeda-beda.
Masaknya buah dalam satu tandan tidak sekaligus tetapi berangsur-angsur
dimulai dari bagian atas dan bagian samping yang terkena sinar matahari menuju ke
arah pangkal. Buah kelapa sawit pada saat waktu mudah berwarna hitam, kemudian
setelah berumur lebih dari 5 bulan berangsur-angsur menjadi merah
kekuning-kuningan. Tandan buah dinyatakan matang jika brondolannya telah lepas dan jatuh
secara alami dari tandannya.
Proses pembentukan minyak pada daging buah (mesocarp) berlangsung
selama 3-4 minggu, yaitu sampai tingkat matang morfologis. Yang dimaksud matang
morfologis adalah buah telah matang dan kandungan minyaknya sudah optimal.
Buah kelapa sawit terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1. Lapisan luar (Epicarpium) disebut kulit luar.
2. Lapisan tengah (Mesocarpium) disebut daging luar mengandung minyak sawit.
3. Lapisan dalam (Endocarpium) disebut inti mengandung minyak inti.
Diantara inti dan daging buah terdapat lapisan tempurung (cangkang) yang keras.
Tinggi rendahnya produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) per hektar suatu kebun
tergantung dari komposisi umur tanaman yang ada dikebun tersebut semakin luas dan
komposisi tanaman remaja dan tua semakin rendah produktivitas per hektarnya.
Semakin banyak tanaman dewasa dan teruna semakin tinggi pula produktivitas per
hektarnya. Komposisi umur tanaman ini setiap tahun berupa sehingga juga
berpengaruh terhadap pencapaian produktivitas per hektarnya per tahun.
Kelapa sawit umur ekonominya 25 tahun, setelah umur 26 tahun sebaiknya
diremajakan kembali karena pohon sudah tua dan terlalu tinggi atau lebih dari 13
meter sehingga menyulitkan untuk dipanen.
Untuk mempertahankan produktivitas per hektar yang tinggi sebaiknya tidak
menunda-nunda peremajaan. Dasar pertimbangan yang umum dilakukan untuk
peremajaan tanaman kelapa sawit antara lain adalah :
- Kerapatan pohon per hektar
- Umur tanaman
- Jenis persilangan
- Produksi per tahun
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas
Tandan Buah Segar (TBS) dapat dikelompokkan ke dalam tiga faktor, yaitu :
- Faktor lingkungan : iklim, tanah, kemampuan lahan
- Faktor bahan tanaman : botani dan perbanyakan bahan tanaman
- Faktor kultur jaringan
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
Pn Pn
Pn
Upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan produktivitas TBS, yaitu :
- Mengupayakan sistem pengolahan tanah yang efektif
- Pada musim kering sebelum datang hujan, tidak melakukan pemupukan
- Melakukan sistem pemeliharaan antara lain dengan melukakan penyiraman di
dalam atau antar polybag, pemupukan secara intensif, pengendalian hama atau
penyakit dengan penggunaan insektisida.
- Mengawasi pembakaran pada areal pembukaan lahan baru agar tidak
merambat keluar.
2.3Metode Analisa Data
Data akan diproyeksikan untuk beberapa tahun kedepan dengan menggunakan Metode
Matematika, yaitu Metode Geometri (Prathama, Dasar-dasar Demografi, 2004)
n log ( 1 + r ) =
Dimana :
Pn = jumlah produksi pada tahun n
Po = jumlah produksi pada tahun awal
r = tingkat pertumbuhan produksi
n = jangka waktu antara Po dan Pn r =
n
Pn
Po antilog
n
antilog Pn Po
( 1 + r ) =
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. BAB 3
SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS)
3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia
Badan Pusat Statisik (BPS) merupakan badan milik pemerintah yang berfungsi
sebagai sumber informasi baik perkembangan kegiatan perekonomian Indonesia
ataupun aspek kesejahteraan sosial. Sebelum perkembangan berdirinya Badan Pusat
Statistik, BPS terlebih dahulu melalui empat masa pemerintahan di Indonesia antara
lain :
3.1.1 Masa Pemerintahan Hindia Belanda
Pada masa Hindia Belanda tahun 1920, Kantor Statistik pertama didirikan oleh
direktur Pertanian, Kerajinan, dan Perdagangan (Directur Van Landbouw Nijeverheid
en Handle), dan berkedudukan di Bogor. Kantor ini diserahi tugas untuk mengolah
dan mempublikasikan data statistik.
Pada bulan Maret tahun 1923, dibentuk suatu komisi untuk statistik yang
merupakan anggotanya tiap-tiap wakil departemen. Komisi tersebut diberi tugas
merencanakan tindakan yang mengarah sejauh mungkin untuk mencapai kesatuan
dalam kegiatan dibidang statistik di Indonesia.
Pada tanggal 24 September 1924, nama lembaga tersebut diganti dengan nama
Jakarta. Bersama dengan itu beralih juga pekerjaan Mekanisme Statistik perdagangan
yang semula dilakukan oleh Kantor Invoer Uitvoer en Accijnsen (IUA) yang disebut
sekarang Kantor Bea dan Cukai.
3.1.2 Masa Pemerintahan Jepang
Pada Bulan Juni 1944, pemerintahan Jepang baru mengaktifkan kembali kegiatan
statistik yang utamanya untuk memenuhi kebutuhan perang atau militer. Pada masa
ini, CKS juga diganti namanya menjadi Shomubu Chosasitsu Gunseikanbu.
3.1.3 Masa Kemerdekaan Republik
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, kegiatan
statistik ditangani oleh lembaga atau instansi baru sesuai dengan suasana kemerdekaan
yaitu KPPURI (Kantor Penyelidikan Perangkatan Umum Republik Indonesia). Tahun
1946, kantor KPPURI dipindahkan ke Yogyakarta sebagai sekuens dari perjanjian
Linggarjati. Sementara ini pemerintahan Belanda (NICA) di Jakarta mengaktifkan
kembali : CKS.
Berdasarkan edaran kementrian kemakmuran, tanggal 12 Juni 1950 No.
219/S.C, KPPURI dan CKS dilebur menjadi Kantor Pusat Statistik (KPS) berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada menteri kemakmuran. Dengan surat menteri
perekonomian tanggal 1 Maret 1952 No. P/44, lembaga KPS dibawah dan
bertanggung jawab kepada menteri perekonomian, selanjutnya keputusan menteri
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
bagian, yaitu bagian research yang disebut Afdeling A dan bagian penyelenggaraan
tata usaha yang disebut Afdeling B.
Dengan keputusan presiden RI No. 131 tahun 1957, kementrian perekonomian
dipecah menjadi kementrian perdagangan dan kementrian perindustrian. Untuk
selanjutnya keputusan presiden RI No. 172 tahun 1957, terhitung mulai tanggal 1 Juni
1957 KPS diubah menjadi Biro Pusat Statistik dan Urusan Statistik yang semula
menjadi tanggung jawab dan wewenang berada dibawah perdana menteri.
3.1.4 Masa Orde Baru Sampai Sekarang
Pada Pemerintahan orde baru, khususnya untuk memenuhi kebutuhan dalam
perencanaan dan evaluasi pembangunan, maka untuk mendapatkan statistik yang
handal, lengkap, tepat, akurat, dan terpercaya mulai diadakan pembenahan Organisasi
Biro Pusat Statistik.
Dalam masa orde baru ini BPS telah mengalami empat kali perubahan Struktur
Organisasi :
1. Peraturan Pemerintahan No. 16 tahun 1968 tentang Organisasi BPS.
2. Peraturan Pemerintahan No. 6 tahun 1980 tentang Organisasi BPS.
3. Peraturan Pemerintahan No. 2 tahun 1992 tentang kedudukan, tugas, fungsi,
suasana dan tata kerja Biro Pusat Statistik.
4. Undang-Undang No. 16 tahun 1997 tentang statistik.
5. Keputusan Presiden RI No. 86 tahun 1998 tentang BPS.
6. Keputusan Kepala BPS No. 100 tahun 1998 tentang organisasi dan tata kerja BPS.
Tahun 1968, ditetapkan peraturan pemerintahan No. 16 tahun 1968 yaitu yang
mengatur organisasi dan tata kerja di pusat dan di daerah. Tahun 1980, peraturan
pemerintahan No. 6 tahun 1980 tentang organisasi sebagai pengganti peraturan
pemerintahan No. 6 tahun 1968, berdasarkan peraturan pemerintahan No. 6 tahun
1980 ditiap provinsi terdapat perwakilan BPS dengan nama kantor statistik kabupaten
atau kotamadya. Pada tanggal 19 Mei 1997 menetapkan tentang statistik sebagai
pengganti UU No. 6 dan 7 tentang sensus dan statistik. Pada tanggal 17 Juli 1998
dengan keputusan presiden Republik Indonesia No. 86 tahun 1998 ditetapkan Badan
Pusat Statistik sekaligus mengatur tata kerja dan struktur organisasi BPS yang baru.
3.1.5 Program Pengembangan Statistik
Untuk mewujudkan pembangunan statistik, Badan Pusat Statistik dibagi dalam 4
(empat) program yaitu :
a. Program Penyempurnaan dan Pengembangan Statistik.
b. Program Penyempurnaan Sistem Informasi.
c. Program Pendidikan dan Aparatur Negara.
d. Program Peningkatan Saran dan Prasarana Aparatur Negara.
Adapun visi dari Badan Pusat Statistik adalah menjadi informasi statistik
sebagai tulang punggung informasi pembangunan nasional dan regional, didukung
sumber daya manusia yang berkualitas, ilmu pengetahuan dan teknologi informasi
yang mutakhir. Sedangkan misi Badan Pusat Statistik adalah untuk menjunjung
pembangunan nasional Badan Pusat Statistik mengembangkan misi mengarahkan
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
dan efisien, peningkatan kesadaran masyarakat akan arti dan kegunaan statistik dan
pembangunan ilmu pengetahuan statistik.
3.2 Kegiatan Badan Pusat Statistik
3.2.1 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik sebagai lembaga pemerintahan non departemen yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada presiden (Kepres No. 86 tahun 1998), dalam
melaksanakan tugas berdasarkan beberapa ketentuan perundangan :
1. UU No. 16 tentang Statistik
2. Keputusan Presiden No. 86 tahun 1998 tentang Badan Pusat Statistik
3. Peraturan Pemerintahan No. 15 1999 tentang penyelenggaraan Statistik
Berdasarkan keputusan presiden No. 86 tahun 1998, dalam menyelenggarakan
statistik dasar melaksanakan koordinasi dan kerjasama, serta mengembangkan dan
membina statistik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Fungsi
yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik yaitu :
1. Perumusan kebijakan nasional di bidang statistik.
2. Menyusun rencana dan program nasional di bidang statistik.
3. Penyelenggaraan statistik dasar.
4. Koordinasi dan kerjasama statistik dengan instansi pemerintahan lembaga,
organisasi, perseorangan, dan unsur masyarakat lainnya.
5. Penyusunan dan pengembangan pembakuan konsep defenisi, klasifikasi dan
ukuran-ukuran serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
6. Pelayanan data dan Informasi serta hasil Statistik kepada pemerintah dan
masyarakat secara berkala dan sewaktu-waktu baik dari hasil penyelenggaraan
sendiri maupun hasil kompilasi produk administrasi.
7. Penyebarluasan statistik melalui berbagai cara, baik langsung maupun tidak
langsunng serta pelaksanaan upaya peningkatan dasar statistik bagi masyarakat.
8. Pembinaan penyelenggaraan statistik, responden dan penggunaan statistik.
9. Pembinaan sumber daya manusia di lingkungan BPS, pembinaan pengendalian
dan pengawasan administrasi di lingkungan BPS.
3.2.2 Tata Kerja Badan Pusat Statistik
Para deputi wajib melaksanakan koordinasi dan kerjasama teknis statistik didalam dan
di luar negeri sesuai dengan bidang masing-masing dan harus melaporkan kepada
Kepala BPS. Dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi, sibronisasi dan sinlifikasi baik dalam lingkungan masing-masing antara
satuan unit organisasi di lingkungan BPS. Maupun dengan Instansi lainnya di luar
BPS sesuai dengan bidang masing-masing.
Struktur Organisasi Badan Pusat Statistik
Sebagaimana dibuat dalam lampiran struktur organisasi kantor BPS Provinsi Sumatera
Utara, dipimpin oleh seorang kepala dibantu oleh bagian tata usaha. Bagian tata usaha
terdiri dari :
1. Sub bagian urusan dalam
2. Sub bagian perlengkapan dan perbekalan
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
Uraian tugas bagian Tata Usaha :
1. Menyusun program kerja tahunan bagian.
2. Mengatur dan melaksanakan perhimpunan dan penyusunan program kerja
tahunan, baik rutin maupun proyek kantor BPS propinsi dan menyimpannya ke
BPS.
3. Mengatur dan melaksanakan urusan dalam yang meliputi surat menyurat,
pengadaan atau percetakan ke arsip, rumah tangga, pemeliharaan gedung,
keamanan dan ketertiban lingkungan serta perjalanan dinas dalam dan luar negeri.
4. Mengatur dan melaksanakan urusan perlengkapan dan perbekalan yang meliputi
penyusunan rencana kebutuhan, penyaluran dan pengemasan penyimpanan
pergudangan, inventaris, penghapusan serta pemeliharaan peralatan dan
perlengkapan.
5. Mengatur dan melaksanakan urusan keuangan yang meliputi tata usaha keuangan,
pembendaharaan, vertifikasi dan pembukuan.
Sedang bidang penunjang BPS ada 3 (tiga) bidang yaitu :
1. Bidang Statistik Produksi
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan BPS pertanian, industri serta BPS
kontraksi pertambangan dan energi.
Uraian tugas Bidang Statistik Produksi :
a. Menyusun program tahunan bidang.
b. Yang termasuk ruang lingkup tugas bidang BPS Produksi adalah meliputi
pelaksanaan kegiatan statistik pertanian, industri, kontruksi, pertambangan,
c. Mengatur keikutsertaan program latihan yang diselenggarakan oleh pusat di
bidang statistik produksi.
d. Membantu Kepala kantor BPS atau pimpinan proyek atau bagian proyek untuk
menyiapkan program petugas bagian lapangan.
e. Mengatur dan mengkoordinasi penyelenggaraan pelatihan petugas lapangan di
pusat pelatihan serta mengatur penjatahan pelatihan.
f. Mengatur dan melaksanakan penjatahan dokumen yang diperlukan untuk
pelaksanaan lapangan.
2. Bidang Statistik Distribusi
Bidang Statistik distribusi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan BPS harga
konsumen, dan perdagangan besar, BPS keuangan dan harga produsen serta BPS
niaga dan jasa.
Uraian tugas Bidang Statistik Distribusi :
a. Menyusun program kerja tahunan bidang.
b. Yang termasuk ruang lingkup tugas bidang BPS distribusi adalah meliputi
harga konsumen dan perdagangan besar, keuangan harga produsen, niaga dan
jasa, serta statistik distribusi lainnya.
c. Mengatur keikutsertaan program pelatihan yang diselenggarakan oleh pusat di
bidang statistik distribusi.
d. Membantu Kepala kantor BPS provinsi atau pimpinan proyek untuk
menyiapkan program tugas lapangan.
e. Mengatur dan mengkoordinasi penyelenggaraan pelatihan petugas lapangan di
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
f. Mengatur dan melaksanakan penjatahan dokumen yang diperlukan untuk
pelaksanaan lapangan.
3. Bidang Statistik Kependudukan
Bidang BPS kependudukan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan BPS
Demografi, dan rumah tangga, BPS tenaga kerja, serta BPS kesejahteraan.
Uraian tugas Bidang Statistik Kependudukan :
a. Menyusun program tahunan bidang
b. Yang termasuk ruang lingkup bidang BPS Statistik Kependudukan adalah
meliputi pelaksanaan kegiatan statistik demografi dan rumah tangga, ketenaga
kerjaan, kesejahteraan rakyat dan statistik kependudukan
c. Mengatur keikutsertaan program pelatihan yang diselenggarakan oleh pusat
dibidang statistik kependudukan
d. Membantu kepala kantor BPS provinsi atau pimpinan proyeksi atau pimpinan
bagian proyek untuk menyiapkan program petugas lapangan
e. Mengatur dan mengkoordinasi penyelenggaraan pelatihan petugas lapangan di
pusat serta mengatur penjatahan pelatihnya
BAB 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Badan
Statistik (BPS) dan bukan melalui survei pusat.
Tabel 4.1 Produksi Kelapa Sawit Indonesia Pada Tahun 1999-2005 (Ton)
Sumber : Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2005 (BPS)
Pertumbuhan produksi kelapa sawit terus mengalami peningkatan yang
mengakibatkan adanya penambahan lahan di masing-masing perkebunan baik
Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) maupun Perkebunan Besar
Swasta (PBS). Jumlah produksi kelapa sawit tersebut dari tahun 1999-2005 pada
masing-masing perkebunan itu dapat terlihat pada tabel 3.1 meningkat jumlahnya.
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. 4.1.1. Produksi Perkebunan Rakyat (PR)
Jumlah produksi kelapa sawit dari segi Perkebunan Rakyat (PR) pada tahun 1999
sebesar 1.547.811 ton, dan pada tahun 2005 meningkat sebesar 3.873.677 ton. Maka
dapat dihitung besarnya laju peningkatan produksi kelapa sawit tersebut periode
1999-2005, dengan menggunakan metode geometri.
Maka, hasil produksi kelapa sawit tahun 2006-2010 adalah :
a. P2006 = P2005(1+r)
= 3.873.677 (1+0.1652)
= 3.873.677 (1.1652)
= 4.513.608 ton
b. P2007 = P2005 (1+r)2
= 3.873.677 (1+0.1652)2
= 3.873.677 (1.3577)
= 5.259.291 ton
c. P2008 = P2005 (1+r)3
= 3.873.677 (1+0.1652)3
= 3.873.677 (1.5820)
= 6.128.157 ton
d. P2009 = P2005 (1+r)4
= 3.873.677 (1+0.1652)4
= 3.873.677 (1.8433)
= 7.140.349 ton
e. P2010 = P2005 (1+r)5
= 3.873.677.(1+0.1652)5
= 3.873.677 (2.1478)
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. Keterangan : * adalah hasil proyeksi produksi kelapa sawit Tabel 4.2 Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Pada Perkebunan Rakyat Pada Periode 2006-20010
Dengan menggunakan tabel pada proyeksi produksi kelapa sawit tersebut dapat dibuat
dalam suatu diagram batang dari tahun 1999-2010, dimana diagram tersebut akan
memberikan suatu gambaran tentang peningkatan produksi kelapa sawit pada
tahun-tahun yang akan datang.
Tahun Perkebunan Rakyat
1999 1.547.811
2000 1.905.653
2001 2.798.032
2002 3.426.739
2003 3.517.324
2004 3.745.264
2005 3.873.677
2006* 4.513.608
2007* 5.259.291
2008* 6.128.157
2009* 7.140.349
Laju Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit Pada Tahun
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006* 2007* 2008* 2009* 2010*
Tahun
Gambar 4.1 Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat
Gambar grafik diatas memperlihatkan bahwa Perkebunan Rakyat (PR) setiap
tahunnya mengalami peningkatan sebesar 16,52%.
4.1.2. Produksi Perkebunan Besar Negara (PBN)
Jumlah produksi kelapa sawit dari segi Perkebunan Besar Negara (PBN) pada tahun
1999 sebesar 1.468.949 ton pada tahun 2005 meningkat sebesar 2.158.684 ton. Maka dapat dihitung besarnya laju peningkatan produksi kelapa sawit tersebut periode
1999-2005, dengan menggunakan metode geometri.
Pn = Po (1 + r)n
Po = P1999 = 1.468.949
Pn = P2005 = 2.158.684
n = 6
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
Maka, hasil produksi kelapa sawit tahun 2006-2010 adalah :
d. P2009 = P2005 (1+r)4
Tabel 4.3 Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Pada Perkebunan Negara Pada Periode 2006 -2010
Keterangan : * adalah hasil proyeksi produksi kelapa sawit Tahun Perkebunan Besar Negara
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006* 2007* 2008* 2009* 2010*
Tahun
Gambar 4.2 Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara
Laju pertumbuhan produksi kelapa sawit untuk Perkebunan Besar Negara (PBN) tidak
begitu besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan produksi kelapa sawit pada
Perkebunan Rakyat (PR) hanya mengalami peningkatan sebesar 6,64% atau sedikit
lebih rendah dari tingkat produksi Perkebunan Rakyat.
4.1.3 Produksi Perkebunan Besar Swasta (PBS)
Jumlah produksi kelapa sawit dari segi Perkebunan Besar Swasta (PBS) pada tahun
1999 sebesar 3.438.830 ton pada tahun 2005 meningkat sebesar 7.079.579 ton. Maka dapat dihitung besarnya laju peningkatan produksi kelapa sawit tersebut periode
1999-2005, dengan menggunakan metode geometri.
Pn = Po (1 + r)n
Po = P1999 = 3.438.830
n = 6
Maka, hasil produksi kelapa sawit tahun 2006-2010 adalah :
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
c. P2008 = P2005 (1+r)3
= 7.079.579 (1+0.1280)3
= 7.079.579 (1.4352)
= 10.160.611 ton
d. P2009 = P2005 (1+r)4
= 7.079.579 (1+0.1280) 4
= 7.079.579 (1.6190)
= 11.461.838 ton
e. P2010 = P2005 (1+r)5
= 7.079.579 (1+0.1280)5
= 7.079.579 (1.8262)
Keterangan : * adalah hasil proyeksi produksi kelapa sawit Tabel 4.4 Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Pada Perkebunan Swasta Pada Periode 2006-2010
Dari tabel 3.3 dapat dilihat laju pertumbuhannya dalam diagram batang mulai dari
1999-2010 dimana dengan adanya diagram tersebut dapat memberikan suatu
gambaran tentang pertumbuhan produksi kelapa sawit pada tahun-tahun yang akan
datang.
Tahun Perkebunan Besar Swasta
1999 3.438.830
2000 3.633.901
2001 4.079.151
2002 4.587.871
2003 5.172.859
2004 6.466.132
2005 7.079.579
2006* 7.985.765
2007* 7.985.765
2008* 10.160.611
2009* 11.461.838
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006* 2007* 2008* 2009* 2010*
Tahun
Gambar 4.3 Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta
Dari grafik diatas terlihat bahwa laju peningkatan produksi yang dicapai oleh
Perkebunan Besar Swasta (PBS) jauh lebih besar dibandingkan dengan lainnya.
Peningkatan tersebut tiap tahunnya sebesar 12,80% sedikit lebih rendah dari tingkat
produksi Perkebunan Rakyat dan lebih tinggi daripadaPerkebunan Besar Negara.
Namun secara garis besarnya, dapat dilihat bahwa produksi kelapa sawit dari
ketiga perkebunan tersebut mengalami peningkatan tiap tahunnya. Dengan demikian,
pemasukan dari sektor pertanian akan menambah jumlah kas negara. Dan seiring
dengan peningkatan terhadap jumlah produksinya, maka luas lahan kelapa sawit juga
Sumber : Ditjenbun, 2008
Luas area untuk tahun 2008-2010 dapat diketahui dengan mencari tingkat
penambahan areanya per tahunnya (r).
4.2.1. Luas Area Perkebunan Rakyat (PR)
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
Maka, luas area tahun 2008-2010 adalah sebagai berikut :
a. P2008 = P2007 (1+r)
4.2.2 Luas AreaPerkebunan Besar Negara (PBN)
Maka, luas area tahun 2008-2010 adalah sebagai berikut :
4.2.3 Luas AreaPerkebunan Besar Swasta (PBS)
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
Maka, luas area tahun 2008-2010 adalah sebagai berikut :
a. P2008 = P2007 (1+r)
Dengan melihat luas area dari tiga perkebunan diatas bahwa tampak yang memiliki
luas area yang besar menunjuk pada Perkebunan Besar Swasta sampai mencapai
perkiraan 5.027.200 ha pada tahun 2010. Berarti untuk peningkatan terhadap
penanaman kelapa sawit juga mengalami penambahan. Ini berakibat bahwa
pemasukan terbesar pembangunan negara lebih banyak berasal dari Perkebunan Besar
Swasta. Di perkirakan akan banyak lahan Indonesia dimiliki oleh pihak swasta.
Perkebunan Rakyat
Perkebunan Rakyat terdiri dari kebun-kebun yang berstatuskan milik petani dan
umumnya diusahakan oleh pemilik beserta keluarganya. Di Pulau Jawa lahan telah
menjadi sangat langka, luas tiap kebun sering berkurang 0,5 ha. Bila petani pemilik
menjadi berkurang.Ukuran kebun yang sangat kecil tersebut berada jauh di bawah
skala ekonomi sehingga menghambat pencapaian keberhasilan usaha tani.
Di kebun yang berukuran kecil ini, petani memilih sendiri jenis komoditas
yang ingin mereka usahakan. Dengan demikian, di suatu hamparan yang luasnya agak
besar, misalnya 1.000 ha, di samping pemiliknya banyak, hamparan tersebut ditanami
dengan berbagai jenis komoditas. Untuk tiap jenis komoditas dalam areal tersebut,
lokasi tanamannya berpencaran, kebijakan pengolahannya, cara pemeliharaannya, dan
pengelolaan hasilnya dapat berbeda-beda. Dalam kondisi seperti ini, sulit sekali
mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dalam upaya-upaya penyediaan sarana
produksi, pemeliharaan, pengumpulan hasil, pengolahan hasil, maupun pemasarannya.
Dalam memilih jenis komoditas, petani cenderung menjatuhkan pilihan pada
jenis-jenis yang harganya sedang naik/tinggi pada saat mereka memulai usahanya
tanpa menelaah prospek harga di masa mendatang. Kecenderungan ini berlaku umum
bagi jenis apapun, termasuk usaha-usaha industri. Tetapi, karena kebanyakan tanaman
perkebunan adalah tanaman yang menghasilkan setelah 2 sampai 5 tahun, petani baru
memulai untuk memungut hasil kebunnya harganya sudah turun kembali. Hal tersebut
disebabkan karena kurangnya faktor-faktor pendukung antara lain penyediaan
informasi dan bimbingan.
Tingkat pendidikan rata-rata petani kebun Indonesia masih sanngat rendah.
Kondisi tersebut menyulitkan usaha-usaha untuk memajukan petani karena rendahnya
kemampuan untuk menyerap jenis-jenis teknologi yang lebih maju, tidak mudah
memahami dan memanfaatkan berbagai bantuan maupun kemudahan yang disediakan
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
keterampilan dan kemampuan pengelolaan yang dimiliki petani Perkebunan Rakyat
tersebut masih rendah.
Sebagian besar petani pekebun tersebut sangat lemah di bidang permodalan.
Pendapatan yang mereka peroleh masih rendah dan tidak memungkinkan untuk
digunakan sebagian pendapatan mereka sebagai sumber modal untuk upaya
pengembangan usaha. Dengan demikian, mereka meminjam dana yang berbentuk
kredit perbankan.
Dengan berbagai kelemahan di atas, dapat dijelaskan bahwa tingkat
produktivitas maupun mutu hasil yang dicapai petani sangat rendah dan petani sulit
diharapkan untuk mampu mengembangkan usahanya dengan cepat. Oleh karena itu,
diperlukan uluran tangan pemerintah maupun pihak lain.
Perkebunan Besar Negara (PBN)
Di antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang pertanian yang terbanyak
adalah yang bergerak di bidang perkebunan. Perkebunan Besar Negara tersebut
memiliki prestasi yang lebih baik daripada PBS, karena PBN tersebut memiliki
keunggulan dalam banyak hal, seperti pada pengembangan teknologi, lembaga
pendidikan dan pelatihan. Di sisi lain juga, PBN yang merupakan milik negara,
pemerintah dapat memilih sumber daya manusia yang memiliki potensial yang baik.
Dalam rangka penciptaan teknologi baru, termasuk penciptaan varietas unggul,
PBN memiliki sejumlah lembaga penelitian. Di samping itu juga, terdapat beberapa
baru yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga tersebut diupayakan agar dapat
dimanfaatkan oleh seluruh lingkup perkebunan, baik PBN maupun PR serta PBS.
Dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, PBN mempunyai
lembaga pendidikan dan latihan yanng terutama memperhatikan bidang manajemen,
yaitu Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) dengan dua kampus utama di
Yogyakarta dan Medan dan sejumlah pusat latihan yang tersebar di beberapa tempat.
Secara periodik pimpinan dan staff PBN diharuskan mengikuti kursus-kursus
keterampilan, baik dalam bidang manajemen maupun bidang teknis. Sekarang LPP
dimanfaatkan juga oleh pimpinan dan staff PBS. Selain itu juga, mereka dapat
mengikuti kursus-kursus yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan di
luar lingkup PBN baik dalam ataupun luar negeri.
Areal tanam PBN umumnya berskala besar. Upaya perluasan areal tanaman
dalam rangka pengembangan perusahaan diadakan di provinsi-provinsi . Hal tersebut
dalam rangka upaya pemerataan pembangunan di daerah-daerah.
Dalam hal kegiatan pemasaran, PBN membuka kantor-kantor Pemasaran
Bersama (KPB) di Medan, Jakarta dan Surabaya. Sekarang KPB dipusatkan di
Jakarta. Dengan adanya KPB diharapkan bahwa pemasaran produk PBN di dalam dan
luar negeri dapat terlaksana secara efisien.
Perkebunan Besar Swasta (PBS)
Perkebunan Besar Swasta sudah merupakan perusahaan yang berbadan hukum. Lahan
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
fasilitas Hak Guna Usaha (HGU). Luas lahannya mulai dari puluhan hektar
(sekurang-kurangnya 25 ha) sampai puluhan ribu ha.
Karena berbentuk badan hukum, maka PBS mempunyai peluang yang lebih
besar dari pada PR untuk memperoleh kredit dalam jumlah yang lebih besar dengna
syarat-syarat yang relatif ringan. Salah satu manfaat dari peluang tersebut adalah PBS
dapat membangun sarana pengolahan (pabrik), baik untuk pengolahan-pengolahan
tahap awal maupun pengolahan tahap lanjutan (industri hilir), sampai mencapai
bentuk barang jadi. Dengan demikian, PBS sudah merupakan perusahaan agroindustri.
Perkebunan Besar Swasta lebih mengarah kepada penanaman monokultur
dalam skala besar, sehingga pekerjaan lapangan maupun pemasaran dapat
dilaksanakan secara efisien. Dalam menghindari bahaya yang mengancam usaha tani
monokultur, tiap PBS mengusahakan lebih dari satu jenis komoditas perkebunan,
dengan penanaman secara terpisah sehingga luas tanam tiap jenis komoditas tetap
berskala besar.
Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki dan kemudian yang dapat
diperoleh, secara umum PBS menunjukkan prestasi yang jauh lebih baik daripada PR,
baik dalam produktivitas, mutu produk maupun tingkat keuntungan yang diraihnya.
Pada gilirannya, hal ini memberi peluang bagi PBS untuk mengembangkan dirinya
BAB 5
IMPLEMENTASI SISTEM
5.1. Tahap Implementasi
Tahap implementasi adalah tahapan penerapan hasil desain yang tertulis ke dalam
programming. Pada tahapan inilah, seluruh hasil desain dituangkan ke dalam bahasa
pemrograman tertentu untuk menghasilkan sebuah sistem informasi yang sesuai
dengan hasil desain tertulis.
Tahapan implementasi harus dapat menentukan basis apa yang akan
diterapkan dalam menuangkan hasil desain tertulis sehingga sistem yang dibentuk
memiliki kelebihan-kelebihan tersendiri (contoh dalam efisien, baik itu efisien si
pemakai memori maupun dalam waktu proses mengakses data). Implementasi yang
sudah selesai harus diuji coba kehandalannya sehingga dapat diketahui kehandalan
dari sistem yang ada dan telah sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam pengolahan
data proyeksi kelapa sawit pada tahun 1999-2005, implementasi yang digunakan
penulis adalah dengan menggunakan software excel.
5.2 Pengaktifan Excel
Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengaktifkan windows, pastikan
microsofot excel berada pada jaringan microsoft windows, lalu lanjutkan dengan
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
1. Dari windows klik start pada taskbar lalu pilih program. Tampil item menu
program aplikasi yang telah diinstal.
2. Klik microsoft excel, secara otomatis akan tampil lembar kerja excel dan
selanjutnya dapat digunakan langsung dengan memasukkan data angka atau data
lainnya.
Gambar 5.1 Tampilan Cara Pengaktifan Excel
5.3 Jendela Lembar Kerja Excel
Setelah pengaktifan, akan tampil lembar kerja excel yang siasp digunakan. Lembar
excel adalah berupa kolom dan baris. Lembar kerja excel memiliki 256 kolom dan
Pada setiap kolom dan baris terdapat sel. Sel ini diidentifikasi dengan alamat
yang berupa kombinasi antara abjad untuk kolom dan angka untuk baris. Pada lembar
kerja excel terdapat banyak elemen yang memiliki fungsi tersendiri.
Gambar 5.2 Tampilan Jendela Microsoft Excel
5.4Pengisian Data
Melakukan pengisian data ke dalam lembar kerja excel adalah sama dengan
pemasukan atau pengetikan data ke dalam lembar kerjanya. Ada 2 alternatif pengisian
data, yakni dengan menggunakan keyboard atau melalui sub menu yang terdapat pada
menu excel.
Dalam mengisi data ke dalam lembar kerja dengan keyboard, diperlukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Letakkan pointer pada sel yang ingin diisi data.
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.
3. Tekan enter atau klik tombol mouse pada sel yang lain untuk konfirmasi atau
mengakhirinya.
Alternatif lain untuk mengisi data adalah dengan cara menggunakan sub menu
pada menu edit pada excel. Dengan alternatif ini maka memiliki banyak pilihan yakni:
down, up, right, left, dan series (autofill).
5.5Pembuatan Grafik
Grafik pada excel menjadi satu dengan data terpisah pada lembar grafik tersendiri,
tetapi masih berada di file yang sama. Untuk membuat grafik pada lembar kerja excel,
biasanya menggunakan icon chart wizard yang terdapat pada toolbar.
Adapun langkah-langkah yang diperlukan adalah :
1. Sorot sel atau range sel yang ingin dibuat grafik.
2. Klik icon chart wizard, maka tampil kotak dialog chart type.
3. Klik tipe grafik yang diinginkan, lalu klik next. Maka akan tampil kotak dialog
chart source data.
4. Pada tampilan akan terlihat range data yang disorot dan klik radio button rows
atau coloums yang diinginkan, lalu klik next. Maka akan tampil kotak dialog chart
option.
5. Pada chart option, ketik judul grafik. Lalu klik next, maka akan tampil kotak
dialog chart location.
6. Lalu Anda bisa memilih tempat untuk meletakkan grafik, kemudian klik finish.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Produksi kelapa sawit di Indonesia tiap tahunnya mengalami peningkatan baik
dari segi Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan
Perkebunan Besar Swasta (PBS), yaitu sebesar 16,52% untuk Perkebunan
Rakyat (PR), dan 6,64% untuk Perkebunan Besar Negara (PBN) serta 12,80%
untuk Perkebunan Besar Swasta (PBS).
2. Peningkatan produksi terbesar dikaitkan dengan luas area menunjuk pada
Perkebunan Besar Swasta (PBS) dimana pertambahan luas area yang
dimaksud tiap tahunnya adalah 4,33% untuk Perkebunan Rakyat dan 13,92%
untuk Perkebunan Besar Negara serta 14,39% untuk Perkebunan Besar
Swasta.
3. Terjadinya peningkatan produksi kelapa sawit di tiga perkebunan baik
Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan
Besar Swasta (PBS) secara umum diikuti juga dengan adanya penambahan
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. 6.2Saran
6.2.1 Pemerintah
1. Pemerintah harus lebih lagi memperhatikan Perkebunan Rakyat dan Negara
dengan memberikan dukungan baik modal dan infrastruktur yang modern
ataupun bimbingan serta penyuluhan.
2. Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan yang dapat menghindarkan adanya
sistem yang mendominasi kepada pihak swasta atau ekonomi komando.
6.2.2 Pengusaha
1. Pelaksanaan kebijakan harus diupayakan pada pengembangan pemerataan
pembangunan negara agar memiliki potensial negara yang maju.
2. Pengusaha swasta harus membuka lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja
lebih banyak lagi, seiring dengan pemasukan produksi terbesar dari
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Mustafa. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta : Adicita.
Mangoensoekarjo, Soepadiyo. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swadaya.
Rahardja, Prathama. 2004. Dasar-dasar Demografi. Jakarta : Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Risza, Suyatno. 1994. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Yogyakarta :
Kanisius.
Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. Tabel 4.1 Produksi Kelapa Sawit Indonesia Pada Tahun 1999-2005 (Ton)