• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Performansi Mesin Genset Otto Dengan Bahan Bakar Premium Dan Biogas Dari Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Performansi Mesin Genset Otto Dengan Bahan Bakar Premium Dan Biogas Dari Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PERFORMANSI MESIN GENSET OTTO DENGAN

BAHAN BAKAR PREMIUM DAN BIOGAS DARI LIMBAH

CAIR PABRIK KELAPA SAWIT

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

AGUSTINUS SITIO NIM : 090401087

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

Abstrak

Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flamable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob yang berasal dari limbah rumah tangga kotoran hewan (sapi, babi, ayam) dan sampah organik termasuk POME. POME merupakan kondensat dari proses sterilisasi cairan yang berasal dari pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui performasi bahan bakar biogas dan kemudian membandingkannya dengan bahan bakar premium. Performansi yang dimaksud meliputi daya, torsi, konsumsi bahan bakar spesifik, efisiensi termal, rasio udara- bahan bakar, emisi gas buang dan hasil pembakaran pada busi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan variasi beban lampu 100W, 200W, 300W, 400W, dan 500W. Penelitian ini memanfaatkan biogas yang diproduksi dari limbah cair kelapa sawit untuk digunakan sebagai bahan bakar pada mesin genset otto4-langkah STARKE tipe GFH1900LX dengan daya puncak 1,3 kW, daya rata- rata 1,0 kW, bore 55 mm, stroke 40 mm, Vd 95 × 10−6 m3, Vc 10 × 10−6 m3, rasio kompresi 10,5 : 1, dan jumlah silinder 1 silinder.

Dari hasil pengujian didapat pada penggunaan bahan bakar biogas terjadi

penurunan daya, torsi, efisiensi termal brake, AFR, kadar emisi gas CO dan O2. Sementara itu terjadi peningkatan nilai sfc, kadar

emisi gas HC dan gas CO2.

(3)

Abstract

Biogas is flammable gas produced from the fermentation of organic matter by anaerobic bacteria derived from household waste manure ( cow , pig , chicken ) and organic waste including POME . POME is a condensate of the sterilization process liquid derived from palm oil processing into crude palm oil . The purpose of this study to determine performasi biogas fuel and then compare it with premium fuel . Performance may include power , torque , specific fuel consumption , thermal efficiency , air-fuel ratio , exhaust emissions and combustion in spark plugs . Testing is done by using a variation of the lamp load 100W , 200W , 300W , 400W , and 500W . This study utilizes the biogas produced from palm oil wastewater to be used as fuel in the generator engine 4-stroke otto Starke GFH1900LX type with 1.3 kW peak power , average power 1.0 kW , bore 55 mm , stroke 40 mm , Vd 95 × 10−6 �3, Vc 10 × 10−6 �3, the ratio of

compression 10.5 : 1 , and just 1 cylinder . From the test resultshowed the value of power, torque, brake thermal efficiency, AFR, emission levels of CO and O2 decreases. Meanwhile an increase in the value

of sfc, emissions of HC and CO2.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan berkat kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Skripsi berjudul“Kajian Performansi Mesin Genset Otto Dengan Bahan Bakar Biogas dan Premium”,

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih setinggi-tingginya dan tak terhingga kepada yang terhormat :

disusun untuk memperoleh gelar SarjanaTeknik di Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

1. Bapak Dr.Ing.Ir.Ikwansyah Isranuri, selaku Ketua Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. M. Syahril Gultom, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Tulus Burhanuddin Sitorus ST. MT sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr.Eng. IrvanMSi. dan Bapak Ir. Bambang Trisakti MT selaku dosen yang bertanggung jawab di LP3M USU tempat dimana penulis melaksanakan penelitian.

5. Bapak/Ibu Staff Pengajar dan Pegawai di Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara.

6. Abangda Suprihatin dan Abangda Andryan selaku Laboran Laboratorium Prestasi Mesin Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan arahan kepada penulis selama pengujian di laboratorium.

(5)

8. Kedua orang tua penulis, Ayahanda J. Sitio dan Ibunda O.Sihombing, serta saudara penulis Christianto, Maruli, dan Nelly atas kasih sayang, doa dan dukungan yang tidak berkesudahan kepada penulis.

9. Seluruh teman-teman penulis, baik teman satu angkatan 2009 juga teman- teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah menemani dan memberikan masukan serta semangat kepada penulis.”Solidarity Forever”

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin, namun penulis menyadari masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2014 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

2.5 Manfaat Premium dan Biogas dalam Kehidupan ... 18

2.5.1 Manfaat Premium dalam Kehidupan ... 18

(7)

2.6 Permasalahan Premium dan Biogas Sebagai Bahan

Bakar Mesin ... 19

2.6.1 Permasalahan Premium Sebagai Bahan Bakar Mesin ... 19

2.6.2 Permasalahan Biogas Sebagai Bahan Bakar Mesin ... 19

2.7 POME (Palm Oil Milf Effluent) ... 20

2.8 Pengelolaan POME menjadi Biogas di LP3M USU ... 22

2.9 Mesin Otto Empat Langkah ... 25

2.10 Performansi Motor Bakar ... 26

2.10.1 Torsi dan Daya ... 27

2.10.2 Konsumsi Bahan Bakar (sfc) ... 27

2.10.3 Efisiensi Thermal ... 28

2.10.4 Rasio Udara - Bahan Bakar (AFR) ... 28

2.11 Pembakaran pada Mesin Otto ... 29

2.11.1 Karburator... 30

2.11.2 Penyalaan dengan Bunga Api ... 31

2.11.3 Saat Penyalaan dan Pembakaran ... 33

2.12 Generator Set ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat ... 41

3.5 Pengamatan Dan Tahap Pengujian ... 56

3.6 Prosedur Pengujian Performansi Mesin Otto Generator Set ... 57

(8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Daya ... 63 4.1.1 Analisa Perhitungan Daya Menggunakan Bahan Bakar

Premium ... 63 4.1.2 Analisa Perhitungan Daya Menggunakan Bahan Bakar

Biogas... 64 4.1.3 Perbandingan Daya yang dihasilkan Premium dan

Biogas ... 65 4.2 Torsi ... 67

4.2.1 Analisa Perhitungan Torsi Menggunakan Bahan Bakar Premium ... 67 4.2.2 Analisa Perhitungan Torsi Menggunakan Bahan Bakar

Biogas... 69 4.2.3 Perbandingan Torsi yang dihasilkan Premium dan

Biogas ... 70 4.3 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (sfc) ... 71

4.3.1 Analisa Perhitungan Bahan Bakar Spesifik

Menggunakan Bahan Bakar Premium ... 72 4.3.2 Analisa Perhitungan Bahan Bakar Spesifik

Menggunakan Bahan Bakar Biogas ... 74 4.3.3 Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar Spesifik

Menggunakan Bahan Bakar Premium dan

Biogas... 77 4.4 Efisiensi Thermal ... 78

4.4.1 Analisa Perhitungan Efisiensi Thermal

Menggunakan Bahan Bakar Premium ... 78 4.4.2 Analisa Perhitungan Efisiensi Thermal

Menggunakan Bahan Bakar Biogas ... 80 4.4.3 Perbandingan Efisiensi Thermal Brake Premium dan

Biogas... 82 4.5 Rasio Udara-Bahan Bakar (AFR) ... 83

(9)

Premium ... 83

4.5.2 Analisa Perhitungan AFR Menggunakan Bahan Bakar Biogas... 88

4.5.3 Perbandingan AFR Menggunakan Bahan Bakar Premium dan Biogas ... 92

4.6 Analisa Ekonomi ... 93

4.7 Hasil Pembakaran ... 94

4.8 Pengujian Emisi Gas Buang ... 96

4.8.1 Emisi Gas Buang Bahan Bakar Premium ... 96

4.8.2 Emisi Gas Buang Bahan Bakar Biogas ... 96

4.9 Analisa Perbandingan Kadar Gas Buang ... 96

4.9.1 Analisa Perbandingan Kadar CO Pada Gas Buang ... 96

4.9.2 Analisa Perbandingan Kadar HC Pada Gas Buang ... 98

4.9.3 Analisa Perbandingan Kadar CO2 Pada Gas Buang ... 99

4.9.4 Analisa Perbandingan Kadar O2 Pada Gas Buang ... 100

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 102

5.2 Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... xvi

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Perbandingan produksi dan konsumsi minyak Indonesia ... 1

Gambar 2.1 Stage anaerobic digestion ... 18

Gambar 2.2 Flowsheet Produksi Biogas ... 24

Gambar 2.3 Langkah-langkah mesin otto 4 tak ... 25

Gambar 2.4 Diagram P-v dan T-s Siklus Otto Ideal ... 25

Gambar 2.6 Dampak dari pendahulu kontak ... 34

Gambar 2.6 Diagram jika pengapian terlalu cepat atau lambat ... 35

Gambar 2.7 Generator Set ... 36

Gambar 3.1 Tangki Umpan ... 41

Gambar 3.2 Bioreaktor ... 43

Gambar 3.3 Tangki Pengendapan ... 45

Gambar 3.4 Tangki Penampungan Biogas ... 47

Gambar 3.5 Kompresor ... 49

Gambar 3.6 Control Panel ... 49

Gambar 3.7 Genset STARKE Tipe GFH1900LX... 50

Gambar 3.8 Alat uji emisi Sukyong SY-GA 401 ... 51

Gambar 3.9 Tachometer ... 52

Gambar 3.10 Multimeter ... 53

Gambar 3.11 Botol bahan bakar... 54

Gambar 3.12 Modifikasi Karburator ... 54

Gambar 3.13 Manometer ... 54

(11)

Mesin Otto Generator Set ... 59 Gambar 3.16 Diagram Alir Pengujian Performansi Biogas

Mesin Otto Generator Set ... 60 Gambar 3.17 Diagram Alir Prosedur Pengujian Emisi Gas Buang ... 62 Gambar 4.1 Grafik Putaran Keluaran (rpm) vs Jumlah beban lampu

tiap bahan bakar ... 65 Gambar 4.2 Grafik Daya Keluaran (W) vs Jumlah beban lampu tiap

bahan bakar ... 66 Gambar 4.3 Grafik Torsi (N.m) vs Jumlah beban lampu tiap bahan bakar ... 70 Gambar 4.4 Grafik Sfc (g/kW.h) vs Jumlah beban lampu tiap bahan bakar .... 77 Gambar 4.5 Grafik Efisiensi Termal (%) vs Jumlah beban lampu

tiap bahan bakar ... 82 Gambar 4.6 Grafik AFR vs Putaran (rpm) tiap bahan bakar ... 93 Gambar 4.7 Busi yang telah digunakan dalam pengujian menggunakan bahan bakar premium ... 95 Gambar 4.8 Busi yang telah digunakan dalam pengujian menggunakan bahan

bakar biogas ... 96 Gambar 4.9 Grafik Kadar CO(%) vs Jumlah beban lampu tiap bahan

bakar ... 97 Gambar 4.10 Grafik Kadar HC(ppm) vs Jumlah beban lampu tiap bahan

bakar ... 98 Gambar 4.11 Grafik Kadar CO2(%) vs Jumlah beban lampu tiap bahan

(12)
(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persentasi dari penyusun biogas yang dihasilkan digester... 8

Tabel 2.2 Sifat-sifat umum biogas ... 9

Tabel 2.3 Nilai LHV biogas tiap %CH4 yang dikandungnya ... 12

Tabel 2.4 Komposisi Kimia Limbah Cair POME ... 20

Tabel 2.5 Karakteristrik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ... 22

Tabel 3.1 Spesifikasi Tangki Umpan dan Aksesorisnya ... 43

Tabel 3.2 Spesifikasi Fermentor dan Aksesorisnya ... 44

Tabel 3.3 Spesifikasi Tangki Pengendapan ... 46

Tabel 3.4 Spesifikasi Tangki Penampung Biogas ... 47

Tabel 3.5 Spesifikasi Kompresor dan Tangki Bertekanan ... 48

Tabel 4.1 Daya hasil pengujian dengan bahan bakar Premium ... 64

Tabel 4.2 Daya hasil pengujian dengan bahan bakar Biogas ... 65

Tabel 4.3 Perbandingan daya yang dihasilkanbahan bakar biogas terhadap premium ... 67

Tabel 4.4 Torsi hasil pengujian dengan bahan bakar Premium ... 68

Tabel 4.5 Torsi hasil pengujian dengan bahan bakar Biogas ... 70

Tabel 4.6 Perbandigan torsi yang dihasilkan bahan bakar biogas terhadap premium ... 71

Tabel 4.7 Sfc hasil pengujian dengan bahan bakar Premium ... 74

(14)

Tabel 4.9 Peningkatan sfc yang dihasilkan bahan bakar premium terhadap biogas ... 78 Tabel 4.10 Efisiensi thermal hasil pengujian dengan bahan bakar Premium .... 80 Tabel 4.11 Efisiensi thermal hasil pengujian dengan bahan bakar Biogas ... 81 Tabel 4.12 Penurunan efisiensi thermal yang dihasilkan bahan bakar

biogas terhadap premium ... 82 Tabel 4.13 AFR hasil pengujian dengan bahan bakar Premium ... 88 Tabel 4.14 AFR hasil pengujian dengan bahan bakar Biogas ... 92 Tabel 4.15 Perbandingan AFR yang dihasilkan bahan bakar biogas terhadap premium ... 94 Tabel 4.16 Emisi bahan bakar Premium ... 96 Tabel 4.17 Emisi bahan bakar Biogas ... 97 Tabel 4.18 Penurunan kadar CO yang dihasilkan bahan bakar biogas

terhadap premium ... 98 Tabel 4.19 Penurunan kadar HC yang dihasilkan bahan bakar biogas terhadap premium ... 99 Tabel 4.20 Peningkatan kadar CO2 yang dihasilkan bahan bakar biogas

(15)

DAFTAR NOTASI

SIMBOL KETERANGAN

AFR Rasio massa udara-bahan bakar

SATUAN

HHV Nilai kalor atas kJ/kg

LHV Nilai kalor bawah kJ/kg

ma Massa udara kg

ṁa Laju aliran massa udara kg/s

mf Massa bahan bakar kg

f Laju aliran bahan bakar kg/jam

n Putaran mesin rpm

ηb Effisiensi termal brake %

P Daya Watt

Sfc Konsumsi bahan bakar spesifik g/kW.h

tf Waktu untuk menghabiskan bahan bakar s

T Torsi keluaran mesin N.m

Pa Tekanan udara Pa

Ta Temperatur udara K

Vd Volume langkah torak m3

Vc Volume clearance m3

R Konstanta gas J/kg.K

(16)

Abstrak

Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flamable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob yang berasal dari limbah rumah tangga kotoran hewan (sapi, babi, ayam) dan sampah organik termasuk POME. POME merupakan kondensat dari proses sterilisasi cairan yang berasal dari pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui performasi bahan bakar biogas dan kemudian membandingkannya dengan bahan bakar premium. Performansi yang dimaksud meliputi daya, torsi, konsumsi bahan bakar spesifik, efisiensi termal, rasio udara- bahan bakar, emisi gas buang dan hasil pembakaran pada busi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan variasi beban lampu 100W, 200W, 300W, 400W, dan 500W. Penelitian ini memanfaatkan biogas yang diproduksi dari limbah cair kelapa sawit untuk digunakan sebagai bahan bakar pada mesin genset otto4-langkah STARKE tipe GFH1900LX dengan daya puncak 1,3 kW, daya rata- rata 1,0 kW, bore 55 mm, stroke 40 mm, Vd 95 × 10−6 m3, Vc 10 × 10−6 m3, rasio kompresi 10,5 : 1, dan jumlah silinder 1 silinder.

Dari hasil pengujian didapat pada penggunaan bahan bakar biogas terjadi

penurunan daya, torsi, efisiensi termal brake, AFR, kadar emisi gas CO dan O2. Sementara itu terjadi peningkatan nilai sfc, kadar

emisi gas HC dan gas CO2.

(17)

Abstract

Biogas is flammable gas produced from the fermentation of organic matter by anaerobic bacteria derived from household waste manure ( cow , pig , chicken ) and organic waste including POME . POME is a condensate of the sterilization process liquid derived from palm oil processing into crude palm oil . The purpose of this study to determine performasi biogas fuel and then compare it with premium fuel . Performance may include power , torque , specific fuel consumption , thermal efficiency , air-fuel ratio , exhaust emissions and combustion in spark plugs . Testing is done by using a variation of the lamp load 100W , 200W , 300W , 400W , and 500W . This study utilizes the biogas produced from palm oil wastewater to be used as fuel in the generator engine 4-stroke otto Starke GFH1900LX type with 1.3 kW peak power , average power 1.0 kW , bore 55 mm , stroke 40 mm , Vd 95 × 10−6 �3, Vc 10 × 10−6 �3, the ratio of

compression 10.5 : 1 , and just 1 cylinder . From the test resultshowed the value of power, torque, brake thermal efficiency, AFR, emission levels of CO and O2 decreases. Meanwhile an increase in the value

of sfc, emissions of HC and CO2.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Besarnya konsumsi energi dalam negeri Indonesia telah menambah daftar masalah nasional. Sementara itu energi fosil yakni minyak bumi dan batu bara merupakan energi yang tidak terbarukan sehingga bergantung pada ladang-ladang baru yang membutuhkan eksplorasi secara berkala.

Gambar 1.1 Perbandingan produksi dan konsumsi minyak Indonesia

Konsumsi BBM bersubsidi di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 41,7 juta kiloliter (kl), dan tahun 2012 mencapai 45 juta kl. Nilai impor bahan bakar minyak mencapai 150 juta dollar AS per hari atau setara Rp 1,7 triliun per hari.

(19)

Khusus pada bahan bakar alternatif biogas, Indonesia memiliki bahan baku yang berlimpah untuk memproduksi biogas dalam jumlah besar. Luas kebun sawit Indonesia sekitar 13,5 juta hektar. Setiap proses produksi buah sawit yang menghasilkan 1 ton CPO maka akan menghasilkan 5 ton Palm Oil Mill Effluent

(POME) yang masih mengandung banyak zat-zat organik. Jika sebuah pabrik kelapa sawit memiliki kapasitas 35 ton/jam akan mengasilkan biogas sekitar 600 m3/jam setara dengan 5.044 MJ/jam yang berpotensi menghasilkan listrik sekitar 1 MW ( ESDM, 2012 ).

Selain jumlahnya yang besar dan mudah didapat, pemanfaatan POME menjadi sumber bahan baku biogas juga akan meningkatkan nilai tambah penanganan limbah pabrik kelapa sawit dan meningkatkan kelestarian lingkungan. Produk samping hasil pengolahan POME menjadi biogas berupa zat cair dan padat masih dapat digunakan sebagai pupuk organik. Pembakaran metana dinilai lebih baik daripada membiarkan gas metana bercampur ke atmosfer, karena metana juga merupakan salah satu gas penghasil efek rumah kaca.

Lembaga Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) USU telah mengadakan penelitian pembuatan, pegembangan dan peningkatan produsi biogas dari limbah cair kelapa sawit atau POME (PalmOill Mill Effluent) sejak awal 2009. LP3M juga pernah menguji biogas sebagai bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna 4 silinder di modifikasi, dijadikan sebagai penggerak generator dan berhasil membangkitkan daya sekitar 315 Watt. Hasil ini menjadi motivasi untuk diadakannya penelitian lebih lanjut pada bahan bakar biogas yang diproduksi oleh LP3M USU. Biogas diharapkan dapat menggantikan bahan bakar pada mesin generator set dan mesin kendaraan publik di masa mendatang.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui performansi (daya, torsi, SFC, efisiensi termal, rasio udara – bahan bakar) pada mesin genset otto menggunakan bahan bakar premium dan bahan bakar biogas yang berasal dari Palm Oill Mill Effluent

(20)

2. Untuk mengetahui hasil pembakaran yang terjadi pada elektroda busi mesin genset otto dengan bahan bakar premium dan bahan bakar biogas yang berasal dari Palm Oill Mill Effluent (POME).

3. Untuk memperoleh komposisi emisi gas buang mesin otto dengan bahan bakar premium dan bahan bakar bahan bakar biogas yang berasal dari

Palm Oill Mill Effluent (POME).

1.3 Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui modifikasi yang tepat pada karburator mesin genset otto dalam penggunaan biogas sebagai bahan bakar.

2. Sebagai pertimbangan terhadap pemerintah untuk megembangkan dan memanfaatkan biogas sebagai energi alternatif dan dapat mengurangi pengeluaran pemerintah terhadap subsidi bahan bakar migas.

3. Untuk memberikan dukungan terhadap pemerintah dalam mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil khususnya premium.

4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing bahan bakar yang diuji yaitu premium, dan biogas.

1.4 Batasan Masalah

1. Penelitian di lakukan di LP3M Universitas Sumatera Utara.

2. Bahan bakar yang digunakan dalam percobaan adalah premium dari PERTAMINA, dan biogas produk LP3M USU.

3. POME yang diproses menjadi biogas berasal dari PTPN IV Adolina. 4. Mesin otto yang digunakan adalah Mesin Genset Otto 4-langkah merk

STARKE Tipe GFH1900LX

5. Performansi mesin yang diteliti berupa: Daya, Torsi, SFC, Efisiensi Termal, Rasio Udara – Bahan Bakar (AFR) dan Emisi gas buang

(21)

7. Senyawa gas buang yang dikaji berupa karbon monoksida (CO) karbondioksida (CO2), hidrokarbon (HC) dan oksigen (O2).

8. Pembebanan dilakukan kepada beban linear berupa modul rangkaian lampu pijar dan diukur dengan voltmeter, dan amperemeter.

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi penulisan yang digunakan pada penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Studi literatur, dengan melakukan kajian dari buku-buku atau browsing internet berupa artikel-artikel, gambar-gambar dan buku eletronik serta data lain yang berhubungan.

b. Studi lapangan dan eksperimen, yang dilakukan dengan observasi lansung kelapangan untuk melakukan pengujian performansi mesin generator dan emisi gas buang.

c. Analis data, yaitu menganalisis data dan pengambilan kesimpulan yang mengacu pada hasil percobaan pada tiap parameter.

d. Diskusi, berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing yang ditunjuk oleh Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara.

1.6 Sistematika Penulisan

(22)
(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Bahan Bakar Premium dan Biogas

2.1.1 Sejarah Premium

Premium atau bensin adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih yang diperoleh melalui penyulingan minyak bumi dan berada pada rentang rantai karbon C6 sampai C11, titik didih 50 sampai 85oC (www.wikipedia.org)

Penemuan minyak bumi diperkirakan pertama kali sekitar 5000 tahun sebelum masehi oleh bangsa Sumeria, Asyiria, dan Babilonia kuno. Namun mereka tidak menambang sebagaimana zaman sekarang. Mereka mengambil dari rembesan minyak bumi di permukaan tanah. Fungsi minyak bumi waktu itu sebagai obat luka, pencahar, atau pembasmi kutu. Seiring perkembangan peradaban, minyak bumi kemudian dipakai untuk perang. Abad pertama masehi, Bangsa Arab dan Persia berhasil menemukan teknologi destilasi sederhana minyak bumi. Destilasi ini menghasilkan minyak yang mudah terbakar. Minyak kini dipakai untuk tujuan militer. Ekspansi Bangsa Arab ke Spanyol merupakan awal lahirnya teknologi destilasi di kalangan masyarakat Eropa Barat pada abad ke-12. Tapi sampai di sini minyak bumi belum merupakan bahan bakar utama. Saat itu belum ada teknologi mesin yang bisa menggerakkan motor. Beberapa abad kemudian, bangsa Spanyol melakukan eksplorasi minyak bumi di tempat yang sekarang kita kenal dengan Kuba, Meksiko, Bolivia, dan Peru. Pertengahan abad ke-19, masyarakat Eropa dan Amerika Utara mulai menggunakan minyak tanah atau minyak batu-bara untuk penerangan.

(24)

Dengan semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor, jenis bahan bakar minyak pun semakin beragam.Minyak mentah (crude oil) hasil penambangan didestilasi menjadi beberapa fraksi bahan bakar seperti minyak tanah, solar, dan bensin. Bahan bakar ini berisi rantai hidrokarbon (hidrogen dan karbon). Ketika dibakar dengan oksigen, rantai hidrokarbon ini menghasilkan energi dan karbon dioksida

2.1.2 Sejarah Biogas

Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flamable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob yang berasal dari limbah rumah tangga, kotoran hewan (sapi, babi, ayam) dan sampah organik. Biogas merupakan salah satu turunan dari bahan bakar biomassa dan dapat digunakan sebagai bahan bakar pada mesin pembakaran dalam. Biogas memiliki kelebihanyaitu kemampuannya untuk bercampur dengan udara dan hasil pembakarannya lebih bersih daripada bahan bakar lain (Mohanty dkk. 2013).

(25)

dengan bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan bahan baku dan pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (slurry) dan pipa penyaluran gas bio yang terbentuk (Nandiyanto, 2007).

Terdapat dua tipe proses digester yang telah dikembangkan, yakni: tipe

batch dan tipe aliran kontiniu. Digester dapat meningkatkan sanitasi dari pengolahan zat organik solid, mengurangi aroma tidak sedap yang ditimbulkan oleh limbah, dan menghasilkan pupuk dengan kualitas yang sangat baik (Marchaim, 1992).

Biogas yang dihasilkan oleh biodigester sebagian besar terdiri dari metana (CH4), karbondioksida (CO2), nitrogen (N2), hidrogen (H2), karbon monoksida (CO), oksigen (O2) dan sedikit hidrogen sulfida (H2S). Berikut persentasi dari setiap gas yang terdapat dalam biogas.

Tabel 2.1 Persentasi dari penyusun biogas yang dihasilkan digester (Omid dkk, 2011).

Jenis gas Formula Satuan

(26)

2.2 Sifat-Sifat Premium dan Biogas

2.2.1 Sifat-Sifat Premium

Semua bahan bakar yang disebut dengan premium umumnya terdiri

dari disebut C4 sampai C12). Namum premium juga masih mengandung sedikit belerang yang dapat menyebabkan korosi pada elemen mesin. Penyimpanan yang cukup lama pada premium menimbulkan degradasi kualitas energi potensial akibat oksidasi dan pertumbuhan mikroorganisme.

Berikut adalah sifat-sifat umum dari bahan bakar premium:

• Mudah menguap pada temperatur normal. • Tidak berwarna, tembus pandang, dan berbau.

• Mempunyai titik nyala rendah (-10 sampai -15 derajat Celcius). • Mempunyai berat jenis yg rendah (0,71 sampai 0,77 kg/l). • Dapat melarutkan oli dan karet.

• Menghasilkan jumlah panas yang besar (9,500 sampai 10,500 kcal/kg). • Sedikit meninggalkan jelaga setelah dibakar.

2.2.2 Sifat-Sifat Biogas

Kandungan biogas sebagian besar adalah metana dan karbon dioksida maka sifat biogas di fokuskan dari kedua sifat gas tersebut. Namun kandungan biogas lain seperti nitrogen, hidrogen sulfida yang relatif kecil tidak dapat diabaikan. Contohnya hidrogen sulfida memiliki pengaruh sangat besar untuk menyebabkan korosi jika bereaksi dengan air.

Tabel 2.2 Sifat-Sifat Umum Biogas (Barik dkk, 2012)

Komposisi 55-70% metana, 30-45% karbon dioksida

(27)

Igition temperature 650-750 oC

Tekanan kritis 75-89 bar

Temperatur kritis -82,5 oC

Densitas 1,2 kg/m3

Laju bakar 25 cm/s

Bau

Telur busuk

(oleh karena hidrogen sulfida yang terkandung didalam nya)

2.3 Nilai Kalor Premium dan Biogas

Nilai kalor bahan bakar adalah besarnya panas yang dihasilkan oleh bahan bakar secara sempurna pada volume konstan yang diuji dalam Kalorimeter dan dinyatakan dalam kal/kg atau Btu/lb. Panas pembakaran dari bahan bakar bisa dinyatakan dalam High Heating Value (HHV) dan Lower Heating Value (LHV).

Heating Value (HHV) dan Lower Heating Value (LHV). High Heating Value

merupakan panas pembakaran dari bahan bakar yang di dalamnya masih termasuk

latent heat dari uap air hasil pembakaran. Low Heating Value merupakan panas pembakaran dari bahan bakar setelah dikurangi latent heat dari uap air hasil pembakaran (http://digilib.petra.ac.id, 2003).

2.3.1 Nilai Kalor Bahan Bakar Premium

Reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen dari udara

menghasilkan panas. Besarnya panas yang ditimbulkan jika satu satuan

bahan bakar dibakar sempurna disebut nilai kalor bahan bakar (Calorific

Value, CV). Bedasarkan asumsi ikut tidaknya panas laten pengembunan

uap air dihitung sebagai bagian dari nilai kalor suatu bahan bakar, maka

nilai kalor bahan bakar dapat dibedakan menjadi nilai kalor atas dan nilai

kalor bawah.

Nilai kalor atas (High Heating Value,HHV), merupakan nilai kalor

yang diperoleh secara eksperimen dengan menggunakan kalorimeter

dimana hasil pembakaran bahan bakar didinginkan sampai suhu kamar

(28)

hidrogen mengembun dan melepaskan panas latennya. Secara teoritis,

besarnya nilai kalor atas (HHV) dapat dihitung bila diketahui komposisi

bahan bakarnya dengan menggunakan persamaan Dulong :

HHV = 33950 + 144200 (H2-�2

8) + 9400 S ... (2.9) [Lit. 11 hal 56]

Dimana: HHV = Nilai kalor atas (kJ/kg)

C = Persentase karbon dalam bahan bakar

H2 = Persentase hidrogen dalam bahan bakar

O2 = Persentase oksigen dalam bahan bakar

S = Persentase sulfur dalam bahan bakar

Nilai kalor bawah (low Heating Value, LHV), merupakan nilai kalor

bahan bakar tanpa panas laten yang berasal dari pengembunan uap air.

Umumnya kandungan hidrogen dalam bahan bakar cair berkisar 15 %

yang berarti setiap satu satuan bahan bakar, 0,15 bagian merupakan

hidrogen. Pada proses pembakaran sempurna, air yang dihasilkan dari

pembakaran bahan bakar adalah setengah dari jumlah mol hidrogennya.

Selain berasal dari pembakaran hidrogen, uap air yang terbentuk

pada proses pembakaran dapat pula berasal dari kandungan air yang

memang sudah ada didalam bahan bakar (moisture). Panas laten

pengkondensasian uap air pada tekanan parsial 20 kN/m2 (tekanan yang

umum timbul pada gas buang) adalah sebesar 2400 kJ/kg, sehingga

besarnya nilai kalor bawah (LHV) dapat dihitung berdasarkan persamaan

berikut :

LHV = HHV – 2400 (M + 9 H2) ... (2.10) [Lit. 11 hal 56]

Dimana: LHV = Nilai Kalor Bawah (kJ/kg)

M = Persentase kandungan air dalam bahan bakar

(moisture)

Dalam perhitungan efisiensi panas dari motor bakar, dapat

(29)

saat gas buang meninggalkan mesin tidak terjadi pengembunan uap

air.Namun dapat juga menggunakan nilai kalor atas (HHV) karena nilai

tersebut umumnya lebih cepat tersedia.Peraturan pengujian berdasarkan

ASME (American of Mechanical Enggineers) menentukan penggunaan nilai

kalor atas (HHV), sedangkan peraturan SAE (Society of Automotive

Engineers) menentukan penggunaan nilai kalor bawah (LHV).

2.3.2 Nilai Kalor Bahan Bakar Biogas

Dengan menggunakan rumus pembakaran, berat dari uap air yang dihasilkan dapat dihitung.

CH

4 + O2 >>> CO2 + 2H2O

16.042 + 64 >>> 44.011 + 36.032 36.032/16.042 = 2.246 lb H

2O/lb CH4

Dengan mengasumsikan panas kondensasi air sebesar 1040 Btu/lb, maka panas kondensasi pembakaran metana sekitar 2336 Btu per pound metana yang dibakar. HHV dan LHV untuk pembakaran metana dapat kita lihat sebagai berikut.

HHV = 23,890 Btu/lb or 994.7 Btu/ft 3

*

LHV = 21,518 Btu/lb or 896.0 Btu/ft 3

* * At 68 °F and 14.7 psia.

Berikut ini adalah table sifat-sifat biogas tiap %CH4 yang dikandungnya Tabel 2.3 Nilai LHV Biogas tiap %CH4 yang dikandungnya

(30)

52% 29,5 28,30% 0,0822 12,16 501

2.4 Proses Produksi Premium dan Biogas

2.4.1 Proses Produksi Premium

Proses produksi premium adalah sebagai berikut: a. Distilasi

Distilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalamfurnace (tanur) sampai dengan suhu ± 370°C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi).

(31)

komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya sehingga komponen yang mencapai puncak adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas).

Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu.Residu minyak bumi meliputi parafin, lilin, dan aspal.Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah lebih dari 20. Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya antara lain sebagai berikut :

1. Gas Rentang rantai karbon : C1 sampai C5. Trayek didih : 0 sampai 50°C

2. Gasolin (Bensin) Rentang rantai karbon : C6 sampai C11.Trayek didih : 50 sampai 85°C

3. Kerosin (Minyak Tanah) Rentang rantai karbon : C12 sampai C20 Trayek didih: 85 sampai 105°C

4. Solar Rentang rantai karbon : C21 sampai C30. Trayek didih : 105 sampai 135°C

5. Minyak Berat Rentang rantai karbon : C31 sampai C40. Trayek didih : 135 sampai 300°C

6. Residu Rentang rantai karbon : di atas C40 Trayek didih : di atas 300°C Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu pengolahan lebih lanjut yang meliputi proses cracking, reforming, polimerisasi, treating, dan blending.

b. Cracking

(32)

Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan perolehan fraksi gasolin (bensin). Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti knock (ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100 diberikan pada isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat anti knocking yang istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana yang mempunyai sifat anti knock yang buruk. Gasolin yang diuji akan dibandingkan dengan campuran isooktana dan n-heptana. Bilangan oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur molekul hidrokarbon.

Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu :

1. Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan penggunaan suhu tinggi dan tekanan yang rendah.

2. Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan penggunaan katalis. Katalis yang digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari perengkahan katalitik melalui mekanisme perengkahan ion karbonium. Mula-mula katalis karena bersifat asam menambahkan proton ke molekul olevin atau menarik ion hidrida dari alkana sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium.

3. Hidrocracking, merupakan kombinasi antara perengkahan dan hidrogenasi untuk menghasilkan senyawa yang jenuh. Reaksi tersebut dilakukan pada tekanan tinggi. Keuntungan lain dari Hidrocracking ini adalah bahwa belerang yang terkandung dalam minyak diubah menjadi hidrogen sulfida yang kemudian dipisahkan.

c. Reforming

Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon bercabang). Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul yang sama bentuk strukturnya yang berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut

(33)

parafin menjadi senyawa aromatik dengan bilangan oktan tinggi. Pada proses ini digunakan katalis molibdenum oksida dalam Al2O3 atau platina dalam lempung.

d. Alkilasi

Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini menggunakan katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat Lewis).

Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul besar.

e. Treating

Treating adalah pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan pengotor-pengotornya.

f. Blending

Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi minyak bumi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut. Bensin yang memiliki berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil minyak bumi yang paling banyak digunakan di barbagai negara dengan berbagai variasi cuaca. Untuk memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat sekitar 22 bahan pencampur yang dapat ditambanhkan pada proses pengolahannya.

2.4.2 Proses Produksi Biogas

Menurut Simamora, S et al (2006), menyatakan bahwa dalam pembuatan biogas

ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yakni;

• Ada bahan pengisi yang berupa bahan organik, terutama limbah pertanian dan peternakan.

• Ada intalasi biogas yang memenuhi beberapa persyaratan seperti, lubang pemasukan dan pengeluaran, tempat penampungan gas, dan penampungan

(34)

• Terpenuhinya faktor pendukung yakni faktor dalam (dari digester) yang meliputi imbangan C/n, pH, dan struktur bahan isian (kehomogenan) dan faktor luar yang meliputi fluktasi suhu.

Ada tiga kelompok bakteri yang berperan dalam proses pembentukan biogas:

1. Kelompok bakteri fermentatif, yaitu: Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobactericeae,

2. Kelompok bakteri asetogenik, yaitu Desulfovibrio,

3. Kelompok bakteri metana, yaitu Mathanobacterium, Mathanobacillus,

Methanosacaria, dan Methanococcus.

Sedangkan terkait dengan temperatur, secara umum ada 3 rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu:

1. Psicrophilic (suhu 40– 200C), biasanya untuk negara-negara subtropics atau beriklim dingin,

2. Mesophilic (suhu 200 – 400 C),

3. Thermophilic (suhu 400– 600C), hanya untuk men-digesti material, bukan untuk menghasilkan biogas.

Dengan demikian, untuk negara tropis seperti Indonesia, digunakan

unheated digester (digester tanpa pemanasan) pada kondisi kondisi temperatur tanah 200C – 300C. (http://desakuhijau.org.2007)

Secara garis besar proses pembentukan biogas dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Tahap Hidrolisis (Hydrolysis)

Pada tahap ini, bakteri memutuskan rantai panjang karbohidrat kompleks; protein dan lipida menjadi senyawa rantai pendek. Contohnya polisakarida diubah menjadi monosakarida, sedangkan protein diubah menjadi peptide dan asam amino.

2. Tahap Asidifikasi (Acidogenesis dan Acetogenesis)

Pada tahap ini, bakteri (Acetobacter aceti) menghasilkan asam untuk mengubah senyawa rantai pendek hasil proses hidrolisis menjadi asam asetat, hidrogen, dan karbon dioksida. Bakteri tersebut merupakan bakteri

(35)

Bakteri memerlukan oksigen dan karbondioksida yang diperoleh dari oksigen yang terlarut untuk menghasilkan asam asetat. Pembentukan asam pada kondisi anaerobik tersebut penting untuk pembentukan gas metana oleh mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain itu bakteri tersebut juga mengubah senyawa berantai pendek menjadi alkohol, asam organik, asam amino, karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan sedikit gas metana.Tahap ini termasuk reaksi eksotermis yang menghasilkan energi. C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (-118 kJ per mol).

3. Tahap Pembentukan Gas Metana (Methanogenesis)

Pada tahap ini, bakteri Methanobacterium omelianski mengubah senyawa hasil proses asidifikasi menjadi metana dan CO2 dalam kondisi anaerob. Proses pembentukan gas metana ini termasuk reaksi eksotermis.CH3COO- + H+ CH4 + CO2 (-36 Kj per mol)

Gambar 2.1 Stage anaerobic Digestion (Marchaim, 1992)

2.5. Manfaat Premium dan Biogas dalam Kehidupan

2.5.1 Manfaat Premium dalam Kehidupan

(36)

Indonesia. Premium juga digunakan sebagai bahan bakar pada beberapa alat pertanian, industri kecil maupun besar. Premium berbentuk cairan sehingga sangat mudah untuk dipasarkan.

2.5.2 Manfaat Biogas dalam Kehidupan

Manfaat biogas dari limbah antara lain sebagai berikut:

• Gas yang dihasilkan dapat mengganti fuel seperti LPG atau natural gas. Pupuk sapi yangdihasilkan dari satu sapi dalam satu tahun dapat dikonversi menjadi gas metana yangsetara dengan lebih dari 200 liter

gasoline (http://www.sciencedirect.com, 2007).

• Gas yang dihasilkan dapat digunakan untuk sumber energi menyalakan lampu, dimana 1m3 biogas dapat digunakan untuk menyalakan lampu 60 Watt selama 7 jam. Hal iniberarti bahwa 1m3 biogas menghasilkan energi = 60 W x 7 jam = 420 Wh = 0,42 kWh(http://digilib.petra.ac.id, 2003).

• Limbah digester biogas, baik yang padat maupun cair dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik (http://digilib.petra.ac.id, 2003).

2.6 Permasalahan Premium dan Biogas Sebagai Bahan Bakar Mesin

2.6.1 Permasalahan Premium Sebagai Bahan Bakar Mesin

Bila dibandingkan dengan bahan bakar lainnya, premium dianggap lebih boros. Emisi yang dihasilkan lebih banyak dan kemampuannya untuk membersihkan jalurnya ke ruang bakar dinilai masih kurang. Pengunaan premium juga kadang menimbulkan knocking pada mesin. Emisi dan knocking yang ditimbulkan membuat premium dipasarkan lebih bervariasi dengan berbagai campuran dan bilangan oktan tertentu. Premium tidak cocok digunakan pada mesin yang menghasilkan torsi besar. Produksi premium belakangan ini berkurang dan harganya cenderung naik.

2.6.2 Permasalahan Biogas Sebagai Bahan Bakar Mesin

(37)

• Kadar CO2 yang tinggi mengurangi daya yang dikeluarkan dan memperbesar biaya transportasi serta penyimpanannya.

• Adanya H2S senyawa acid yang merupakan salah satu penyebab korosi yang paling dihindari pada instrument logam.

• Kelembapan yang tinggi.

• Kualitas yang dapat berubah-ubah.

2.7 POME (Palm Oil Mill Effluent )

POME merupakan kondensat dari proses sterilisasi cairan yang berasal dari pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil. POME masih mengandung banyak senyawa organik dan bersifat tidak toksik.

Komposisi kimia limbah cair POME dan komposisi asam amino limbah cair segar disajikan pada tabel berikut (Siregar, 2009):

Tabel 2.4 Komposisi Kimia Limbah Cair POME

Komponen % Berat

Kering

Ekstrak dengan ether 31,6 Protein (N x 6,25) 8,2

(38)

BOD ) yang tinggi. Karakteristik limbah berdasarkan sifat fisik meliputi suhu, kekeruhan, bau, dan rasa, berdasarkan sifak kimia meliputi kandungan bahan organik, protein, BOD, Chemical Oxygen Demand (COD), sedangkan berdasakan sifat biologi meliputi kandungan bakteri patogen dalam air limbah (Siregar, 2009). Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup ada 6 (enam) parameter utama yang dijadikan acuan baku mutu limbah meliputi:

a. Tingkat keasaman (pH), ditetapkannya parameter pH bertujuan agar mikroorganisme dan biota yang terdapat pada penerima tidak terganggu, bahkan diharapkan dengan pH yang alkalis dapat menaikkan pH badan penerima.

b. BOD, kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organik. Semakin tinggi nilai BOD air limbah, maka daya saingnya dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada badan penerima akan semakin tinggi.

c. COD, kelarutan oksigen kimiawi adalah oksigen yang diperlukan untuk merombak bahan organik dan anorganik, oleh sebab itu nilai COD lebih besar dari BOD.

d. Total Suspended Solid (TSS), menggambarkan padatan melayang dalam cairan limbah. Pengaruh TSS lebih nyata pada kehidupan biota dibandingkan dengan Total Solid. Semakin tinggi TSS, maka bahan organik membutuhkan oksigen untuk perombakan yang lebih tinggi. e. Kandungan total nitrogen, semakin tinggi kandungan total nitrogen

(39)

f. Kandungan Oil and Grease, dapat mempengaruhi aktifitas mikroba dan merupakan pelapis permukaan cairan limbah sehingga menghambat proses oksidasi pada saat kondisi aerobik.

Adapun karakteristik dari limbah POME yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Yoshimassa, 2008):

Tabel 2.5 Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

No. Parameter Satuan Kisaran

1 BOD (Biological Oxygen

Demand) mg/l 20.000-30.000

2 COD (Chemical Oxygen

Demand) mg/l 40.000-60.000

3 TSS (Total Suspended Solid) mg/l 15.000-40.000 4 TS (Total Solid) mg/l 30.000-70.000

5 Minyak dan Lemak mg/l 5000-7000

6 NH3-N mg/l 30-40

7 Total N mg/l 500-800

8 Suhu 0C 90 - 140

9 pH - 4–5

2.8 Pengolahan POME menjadi Biogas di LP3M USU

1. POME segar yang berasal dari PKS adolina PTPN 4 dimasukkan ke

dalam tangki umpan 1000 liter (Tangki umpan, V-21).

2. Kemudian metal solution dimasukkan ke dalam tangki umpan

sebanyak 300 mliter (V-21).

3. Kemudian POME dipompakan ke dalam tangki fermentor dengan

waktu dan jumlah yang telah ditentukan dengan menggunakan

(40)

4. Ketika umpan dipompakan ke dalam fermentor maka cairan di

dalam fermentor akan keluar sebanyak umpan yang dimasukkan

(over flow) yang kemudian ditampung dengan tangki 1000 L (V-51).

5. Biogas hasil reaksi POME dalam tangki fermentor akan melewati

gas meter.

6. Kemudian gas akan masuk ke dalam tangki penangkap gas (Biogas

Tank), V-41).

7. Setelah itu gas dimasukkan ke dalam kompresor (CP-41) dengan

(41)
(42)

2.9Mesin Otto Empat Langkah

Mesin otto ditemukan ole

dirancang untuk menggunakan bahan bakar bensin atau yang sejenis. Mesin ini terbagi 2 yakni, motor bakar 2 langkah dan 4 langkah. Pada motor bensin 2- langkah, siklus terjadi dalam dua gerakan torak atau dalam satu putaran poros engkol. Sedangkan motor bensin langkah, pada satu siklus tejadi dalam 4-langkah. Berikut adalah gambar siklus otto ideal 4 langkah :

Gambar 2.3. Langkah-langkah mesin otto 4 tak

Gambar 2.4 Diagram P-v dan T-s Siklus Otto Ideal Proses yang terjadi pada siklus otto adalah sebagai berikut:

(43)

Katup hisap terbuka disertai dengan gerakan torak kearah

bawah.Saat torak bergerak dari titik mati atas (TMA) ke

titik mati bawah (TMB), tekanan pada ruang silinder

menjadi vakum sehingga campuran udara dan bahan bakar

terhisap ke dalam silinder.

Proses 1-2 : kompresi isentropic

Katup hisap dan katup buang tertutup. Saat torak bergerak naik dari titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas (TMA), campuran udara dan bahan bakar dikompresikan,sehingga tekanan dan temperaturnya akan naik, hal ini bertujuan mempermudah pembakaran.

Proses 2-3 : Pembakaran (volume konstan)

Katup hisap dan katup buang masih tertutup, kemudian

busi menyalakan percikan api yang membuat campuran

udara dan bahan bakar terbakar.

Proses 3-4 : Langkah kerja isentropik

Terbakarnya campuran udara dan bahan bakar, menghasilkan energi dorong terhadap torak. Torak bergerak kearah TMB dan memutar poros engkol.

Proses 4-1 : Proses pelepasan kalor pada volume konstan piston

Proses 1-0 : Langkah buang pada tekanan konstan

Katup buang terbuka disertai gerakan torak bergerak ke TMA , sehingga udara panas hasil pembakaran terdorong keluar silinder. Demikianlah prinsip kerja motor bakar 4 langkah , proses tersebut terjadi berulang-ulang mengubah energi kimia pada bahan bakar menjadi energy gerak pada torak.

2.10 Performansi Motor Bakar

Performansi mesin otto dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya,

(44)

bahan bakar dengan udara, angka oktan pada bensin, dan tekanan udara

masuk ruang bakar. Semakin besar rasio kompresi akan meningkatkan

performa mesin tetapi dapat menimbulkan knocking dan menurunkan

daya motor. Maka rasio kompresi juga harus disesuaikan dengan bahan

bakar yang dipakai. Jika rasio kompresi bertambah maka bilangan oktan

pada mesin juga harus ditingkatkan. Campuran bahan bakar dan udara

dicampur di karburator pada mesin otto. Aliran turbulen sangat cocok

saat mengalirkan campuran udara dan bahan bakar ke ruang bakar.

Aliran turbulen membuat campuran bahan bakar menjadi homogen.

Parameter mesin diukur untuk menentukan karakteristik

pengoperasian pada motor bakar. Parameter dan performansi mesin

dapat dilihat dari rumus- rumus dibawah ini. (Pulkrabek,2004 dan

Heywood,1998)

2.10.1 Torsi dan Daya

Alat yang digunakan untuk mengukur torsi

dinamakandynamometer, alat ini di kopel dengan poros output mesin. Cara

kerja dynamometer mirip dengan kerja sebuah rem yang dilekatkan ke

poros mesin, maka daya yang diukur dinamakan dengan daya rem

(brake power).

�� =2×60�×�� ... (2.1) [Lit.7 hal 46]

Dimana :� = Daya keluaran (Watt) N = putaran mesin (rpm) T = Torsi (N.m)

(45)

Nilai ekonomis sebuah mesin ditunjukkan dengan seberapa besar jumlah bahan bakar yang dipakai untuk menghasilkan sejumlah daya selang waktu tertentu. Satuan untuk sfcadalah kg/jam, maka

���= �×103

�� ... (2.2) [Lit.11 hal 56]

dimana : Sfc = konsumsi bahan bakar spesifik (g/kW.h). �̇f = laju aliran bahan bakar (kg/jam)

Besarnya laju aliran massa bahan bakar (�̇f) dihitung dengan persamaan berikut :

� =��������� 10−3× 3600 ... (2.3) [Lit.11 hal 56]

Dimana : sgf = spesific gravity

�� = volume bahan bakar yang diuji

�� = waktu untuk menghabiskan bahan bakar (detik)

2.10.3 Effisiensi Thermal

Energi yang dibangkitkan oleh piston akan lebih besar dari bekerja

yang terpakai. Hal ini dikarenakan adanya rugi-rugi mekanis yang

terdapat pada mesin itu sendiri. Maka perlu dicari kerja maksimum yang

dapat dihasilkan dari pembakaran sejumlah bahan bakar. Efisiensi ini

dipanggil dengan nama efisiensi termal brake.

�� = ������������������������������������ ... (2.4) [Lit.7 hal 59]

Laju panas yang masuk Q, dapat dihitung dengan rumus berikut : � =ṁ�×��� ... (2.5) [Lit.7 hal 59]

Dimana, LHV = nilai kalor bawah bahan bakar (kj/kg)

Jika daya keluaran (�) dalam satuan kW, laju aliran bahan bakar �

dalam satuan kg/jam dan ηc = efisiensi pembakaran, maka:

�� = �̇ ��

(46)

2.10.4 Rasio Udara - Bahan Bakar (AFR)

Energi yang masuk kedalam sebuah mesin ��� berasal dari

pembakaran bahan bakar hidrokarbon. Udara digunakan untuk

menyuplai oksigen yang dibutuhkan untuk mendapatkan reaksi kimia

didalam ruang bakar. Agar terjadinya reaksi pembakaran, jumlah oksigen

dan bahan bakar harus tepat. Yang dirumuskan sebagai berikut:

���=��

�� =

ṁ�

ṁ� ... (2.7) [Lit.11 hal 56]

�� =��(��.+��) ... (2.8) [Lit.11 hal 56]

Dimana: � = massa udara di dalam silinder per siklus

�� = massa bahan bakar di dalam silinder per siklus

ṁ� = laju aliran udara didalam mesin

ṁ� = laju aliran bahan bakar di dalam mesin

�� = tekanan udara masuk silinder

�� = temperatur udara masuk silinder

� = konstanta udara

�� = volume langkah (displacement)

�� = volume sisa

2.11 Pembakaran pada Mesin Otto

(47)

Jika kondisi ini tidak terpenuhi, maka dikatakanproses pembakaran tidak sempurna.

Nitrogen tidak berpartisipasi pada proses pembakaran dan disebut sebagai gas lembam. Selama proses pembakaran, butiran minyak bahan bakar dipisahkan menjadi elemen komponennya yaitu hidrogen dan karbon dan masing-masing bergabung dengan oksigen dari udara secarah terpisah. Hidrogen akan bergabung dengan oksigen dan menghasilkan air. Karbon akan bergabung dengan oksigen menjadi karbon dioksida. Jika jumlah oksigen tidak cukup maka sebagian karbon akan bereaksi dengan carbon dan menghasilkan karbon monoksida. Pembentukan karbon monoksida hanya menghasilkan 30% panas yang dihasilkan oleh pembentukan karbon dioksida

2.11.1 Karburator

Karburator memiliki fungsi sebagai pencampur antara bahan bakar dan udara dan menghasilkan aliran turbulen campuran bahan bakar dan udara ke ruang bakar sehingga campuran bahan bakar dan udara homogen.

Perbandingan campuran udara dan bahan bakar bila diperlukan tenaga maksimum adalah berkisar antara (12-13) : 1. Jadi lebih gemuk dari campuran teoritis yang dibutuhkan untuk dapat terjadinya suatu pembakaran yang sempurna yaitu 15 : 1. Sekalipun perbandingan campuran sudah bagus, bila sebagian bahan bakar tidak dapat menguap, maka akan mengakibatkan campuran menjadi kurus, sehingga tidak dapat terbakar dengan baik. Selain campuran harus baik dan rata, juga diperlukan posisi atau letak dari busi yang tepat agar terjadi loncatan api yang sempurna.

(48)

Sesaat setelah motor dihidupkan, suhu motor masih dingin, dan hanya sekitar (10-20%) dari bensin yang menguap. Pada saat ini kita menggerakkan katup choke untuk mengurangi jumlah aliran udara sehingga tekanan negatif menjadi besar dan campuran menjadi cukup gemuk. Karena itu sekalipun bensin menguap hanya 10% dan campuran cukup gemuk tapi masih dapat menyala. Setelah itu kita harus segera membuka kembali katup choke bila motor sudah berjalan stabil. Pada beban rendah dan pembukaan katup throttle yang kecil, campuran cenderung menjadi kurus, sebab :

i) Penguapan bahan bakar rendah karena suhu tempat yang dilalui bahan bakar rendah.

(49)

lambat dan tidak stabil, sehingga memungkinkan kenaikan pemakaian bahan bakar.

2.11.2 Penyalaan dengan Bunga Api

Busi dipasang pada suatu tempat dalam ruang bakar untuk memberikan bunga api. Bunga api diberikan dalam waktu yang sangat singkat dan menyalakan campuran udara bahan bakar dalam ruang bakar.

Berbeda dengan mesin diesel yang penyalaannya terjadi sendiri akibat udara panas yang dikompresikan dalam ruang bakar. Sekalipun loncatan bunga api listrik sangat singkat dan total energinya kecil, tapi dengan tegangan 10.000 Volt antara elektroda busi yang mempunyai suhu ribuan derajat Celcius, akan mampu menimbulkan aliran arus listrik pada molekul-molekul dari campuran udara bahan bakar yang kerapatannya cukup tinggi. Karena pembakaran dari campuran udara bahan bakar adalah berupa reaksi ion, maka sistem penyalaan listrik sangat sesuai untuk mendapatkan suhu yang tinggi, dan dapat berlangsungnya proses ionisasi.

1) Busi

(50)

Pada motor yang cenderung untuk mudah terjadinya overheating (panas yang berlebihan) karena pengaruh sistem pendingin, kita harus menggunakan busi panas, sedangkan pada motor yang cenderung akan terjadi endapan karbon digunakan busi dingin.

2) Alat pembangkit tegangan tinggi

Untuk menghasilkan pembakaran yang baik maka dibutuhkan percikan api yang baik juga. Maka dibutuhkan energy tegangan potensial yang besar juga. Tegangan antara 5000 sampai lebih dari 10.000 volt harus diberikan pada elektroda tengah agar dapat terjadi loncatan bunga api antara celah atau elektroda busi. Baterai terlalu berat dan harus diisi bila lama tidak dipakai, maka umumnya pada motor-motor kecil dipakai magnet. Magnet permanen dipasang pada poros engkol dan inti besi ditempatkan sebagai stator. Magnet berputar bersama-sama dengan roda penerus, dan antara inti besi dengan magnet terdapat suatu celah kecil. Medan magnet berubah-ubah karena perputaran magnet sehingga menimbulkan listrik dalam lilitan primer pada inti besi. Akibat gerakan cam titik kontak terbuka maka akan terjadi arus tegangan tinggi yang memungkinkan terjadinya loncatan bunga api pada busi. Kenaikan tegangan pada transformator yang terdiri dari lilitan primer dan lilitan sekunder, dan tegangan tinggi yang terjadi pada lilitan sekunder inilah yang dibutuhkan oleh busi. Kapasitor yang disisipkan dalam sirkuit akan menghindari terjadinya loncatan bunga api pada titik kontrol akibat tegangan tinggi yang timbul dalam lilitan sekunder.

(51)

dalam coil sensor dengan menggunakan pintu G dari SCR (Silicon Controlled Rectifier) untuk mengalirkan arus dari A ke K. Kemudian listrik yang dikumpulkan dalam kapasitor disalurkan pada suatu saat melalui SCR dalam lilitan primer dari coil. Arus ini membangkitkan tegangan yang lebih tinggi dalam lilitan sekunder, yang menyebabkan terjadinya loncatan bunga api pada busi.

2.11.3 Saat Penyalaan dan Pembakaran

(52)

Gambar 2.5 Dampak dari pendahulu kontak

(53)

Gambar 2.6 Diagram jika pengapian terlalu cepat atau terlalu lambat

Gambar 2.7 memperlihatkan keadaan ini secara visual. Grafik 1-2-A-B-C adalah penyalaan yang terlambat dan grafik 1-A-B-B’-B-C adalah penyalaan yang terlalu cepat. Dalam hal terakhir tekanan dan suu menjadi tinggi antara B dan B’, jadi kehilangan panas dan gesekan menjadi lebih besar dari biasanya.

2.12 Generator Set

Generatorset atau sering disebut genset adalah sebuah perangkat yang berfungsi menghasilkan daya listrik. Disebut sebagai generator set dengan pengertian adalah satu set peralatan gabungan dari dua perangkat berbeda yaitu mesin dan generator atau alternator. Mesin sebagai perangkat pemutar sedangkan generator atau alternator sebagai perangkat pembangkit listrik.

(54)

Gambar 2.7 Generator Set

Dalam ilmu fisika yang sederhana dapat dijelaskan bahwa mesin memutar rotor pada generator sehingga timbul medan magnet pada kumparan stator generator, medan magnit yang timbul pada stator dan berinteraksi dengan rotor yang berputar akan menghasilkan arus listrik sesuai hukum Lorentz.

Arus listrik yang dihasilkan oleh generator akan memiliki perbedaan tegangan di antara kedua kutub generatornya sehingga apabila dihubungkan dengan beban akan menghasilkan daya listrik, atau dalam rumusan fisika sebagai P dapat diperoleh dengan:

P = V x I ... (2.11) [Lit 16] Dimana: P = daya (Watt)

V= Tegangan (Volt) I = Arus ( Ampere) 2.12.1 Tipe Generator Set

(55)

Di pasaran, genset dengan mesin non diesel atau berbahan bakar premium biasa diaplikasikan pada genset berkapasitas kecil atau dalam kapasitas maksimum 10.000 VA atau 10 kVA, sedangkan genset diesel berbahan bakar solar diaplikasikan pada genset berkapasitas > 10 kVA. Hal terkait dengan tenaga yang dihasilkan oleh diesel lebih besar daripada mesin non diesel, dimana cara kerja pembakaran diesel yang lebih sederhana yaitu tanpa busi, lebih hemat dalam pemeliharaan, lebih responsif dan bertenaga. Selain itu untuk aplikasi industri dimana bahan bakar diesel (solar) lebih murah daripada bensin (gasoline).

Dalam aplikasi dijumpai bahwa genset terdiri dari genset 1 phasa atau 3 phasa.Pengertian 1 phasa atau 3 phasa adalah merujuk pada kapasitas tegangan yang dihasilkan oleh genset tersebut.Tegangan 1 phasa artinya tegangan yang dibentuk dari kutub L yang mengandung arus dengan kutub N yang tidak berarus, atau berarus No.l atau sering dikenal sebagai Arde atau Ground. Sedangkan tegangan 3 phase dibentuk dari dua kutub yang bertegangan. Genset tiga phase menghasilkan tiga kali kapasitas genset 1 phase. Pada sistem kelistrikan PLN, kapasitas 3 phase yang dihasilkan untuk aplikasi rumah tangga adalah 380 Volt, sedangkan kapasitas 1 phase adalah 220 Volt.

Daya listrik dalam ilmu fisika merupakan besaran vektor, artinya besaran yang memiliki besar dan arah, tegangan dan arus yang dihasilkan merupakan gelombang sinusoidal dengan frekuensi tertentu. Di Indonesia, frekuensi tegangan dan arus ditetapkan sebesar 50 Hz, dimana hal ini mengikuti standar frekuensi di Belanda atau negara-negara Eropa, sedangkan di negara Amerika Serikat dan Kanada menggunakan frekuensi 60 Hz.

2.14. Emisi Gas Buang

(56)

2.14.1. Sumber

Polutan dibedakan menjadi polutan primer atau sekunder. Polutan primer seperti nitrogen oksida (NOx) dan hidrokarbon (HC) langsung dibuangkan ke udara bebas dan mempertahankan bentuknya seperti pada saat pembuangan. Polutan sekunder seperti ozon (O3) dan peroksiasetil nitrat (PAN) adalah polutan yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi fotokimia, hidrolisis atau oksidasi.

2.14.2 Komposisi Kimia

Polutan dibedakan menjadi organik dan inorganik. Polutan organik mengandung karbon dan hidrogen, juga beberapa elemen seperti oksigen, nitrogen, sulfur atau fosfor, contohnya : hidrokarbon, keton, alkohol, ester dan lain-lain. Polutan inorganik seperti : karbon monoksida (CO), karbonat, nitrogen oksida, ozon dan lainnya.

2.14.3. Bahan Penyusun

Polutan dibedakan menjadi partikulat atau gas. Partikulat dibagi menjadi padatan dan cairan seperti : debu, asap, abu, kabut dan spray, partikulat dapat bertahan di atmosfer. Sedangkan polutan berupa gas tidak bertahan di atmosfer dan bercampur dengan udara bebas.

a.) Partikulat

Polutan partikulat yang berasal dari kendaraan bermotor umumnya merupakan fasa padat yang terdispersi dalam udara dan membentuk asap. Fasa padatan tersebut berasal dari pembakaran tak sempurna bahan bakar dengan udara, sehingga terjadi tingkat ketebalan asap yang tinggi. Selain itu partikulat juga mengandung timbal yang merupakan bahan aditif untuk meningkatkan kinerja pembakaran bahan bakar pada mesin kendaraan.

(57)

dalam silinder tidak dapat berlangsung sempurna, terutama pada saat–saat dimana terlalu banyak bahan bakar disemprotkan yaitu pada waktu daya motor akan diperbesar, misalnya untuk akselerasi, maka terjadinya angus itu tidak dapat dihindarkan. Jika angus yang terjadi itu terlalu banyak, maka gas buang yang keluar dari gas buang motor akan bewarna hitam.

b.) Unburned Hidrocarbon (UHC)

Hidrokarbon yang tidak terbakar dapat terbentuk tidak hanya karena campuran udara bahan bakar yang gemuk, tetapi bisa saja pada campuran kurus bila suhu pembakarannya rendah dan lambat serta bagian dari dinding ruang pembakarannya yang dingin dan agak besar. Motor memancarkan banyak hidrokarbon kalau baru saja dihidupkan atau berputar bebas (idle) atau waktu pemanasan.

Pemanasan dari udara yang masuk dengan menggunakan gas buang meningkatkan penguapan dari bahan bakar dan mencegah pemancaran hidrokarbon. Jumlah hidrokarbon tertentu selalu ada dalam penguapan bahan bakar, di tangki bahan bakar dan dari kebocoran gas yang melalui celah antara silinder dari torak masuk kedalam poros engkol, yang disebut dengan blow by gasses (gas lalu). Pembakaran tak sempurna pada kendaraan juga menghasilkan gas buang yang mengandung hidrokarbon. Hal ini pada motor diesel terutama disebabkan oleh campuran lokal udara bahan bakar tidak dapat mencapai batas mampu bakar.

c.) Karbon Monoksida (CO)

(58)

selama idling pada beban rendah atau pada output maksimum. Karbon monoksida tidak dapat dihilangkan jika campuran udara bahan bakar gemuk.Bila campuran kurus karbon monoksida tidak terbentuk.

d.) Oksigen (O2)

Oksigen (O2) sangat berperan dalam proses pembakaran, dimana oksigen tersebut akan diinjeksikan ke ruang bakar. Dengan tekanan yang sesuai akan mengakibatkan terjadinya pembakaran bahan bakar.Nitrogen monoksida (NO) merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida (NO2) berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. NO merupakan gas yang berbahaya karena mengganggu saraf pusat. NO terjadi karena adanya reaksi antara N2 dan O2 pada temperature tinggi di atas 1210oC. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:

O2 → 2O

(59)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Pengujian dilakukan di Lembaga Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dan bengkel Toyota Auto 2000 SM Raja selama kurang lebih 1 bulan.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Tangki Umpan

(60)

Tangki umpan berfungsi sebagai tempat untuk preparasi umpan.

Tabel 3.1 Spesifikasi Tangki Umpan dan Aksesorisnya

Tangki

• Diameter 85 cm

• Tinggi total 204 cm

• Tinggi baffle 170 cm

Motor Listrik

• Daya 1 HP (745,7 watt)

• Phase 1 phase (AC)

• ω 1500 rpm

• Merek Powerfull

Pengaduk

• Jumlah bilah 2

• Posisi Bilah 1 28.4 cm dari dasar tangki

• Posisi Bilah 2 85 cm di atas bilah 1

• Jenis Bilah 1 Paddle

• Jenis Bilah 2 Turbin

• Diameter Bilah 1 42.5 cm

Gear Box

• Nisbah 60:1

(61)

2. Tangki Fermentor

Fermentor merupakan salah satu peralatan utama di dalam rangkaian peralatan yang ada pada unit pengolahan. Bioreaktor adalah tempat dimana biogas diproduksi melalui proses fermentasi. Fermentor adalah reaktor semikontinu berpengaduk, dimana umpan dan keluaran akan masuk dan keluar pada selang waktu tertentu (contohnya: 12 kali sehari dengan selang waktu 2 jam untuk sekali pengumpanan)

(62)

Tabel 3.2 Spesifikasi Fermentor dan Aksesorisnya

Tangki

• Diameter 142.0 cm

• Tinggi total 213.0 cm

• Tinggi baffle 106.5 cm

Motor Listrik

• Daya 3 HP (2237,1 watt)

• Phase 3 phase

• ω 1500 rpm

• Merek Teco

Pengaduk

• Jumlah bilah 2

• Posisi Bilah 1 47.3 cm dari dasar tangki

• Posisi Bilah 2 106.5 cm di atas bilah 1

• Jenis Bilah 1 Paddle

• Jenis Bilah 2 Turbin

• Diameter Bilah

1 65 cm

Gear Box

• Nisbah 40:1

• Merek Sinoria (made in China)

Heater

• Diameter 2 inci

• Panjang 60 cm

• Daya Heater 1 3000 watt

• Daya Heater 2 1500 watt

• Posisi Heater 1 15 cm dari dasar tangki

(63)

3. Tangki Pengendapan

Tangki pengendapan adalah tempat dimana sludge yang masih kaya akan padatan diendapkan selama beberapa jam yakni dengan HRT 10 jam sehingga diharapkan sludge yang kaya akan padatan terendapkan dan akan diumpankan ke dalam tangki pencampuran sedangkan yang miskin akan padatan dibuang dengan cara overflow.

Gambar 2.4 Tangki Pengendapan

(64)

Tabel 3.3 Spesifikasi Tangki Pengendapan

Tangki

• Diameter 44.6 cm

• Tinggi total 230.0 cm

• Tinggi baffle 140.0 cm

Motor Listrik

• Daya 1 HP (745,7 watt)

• Phase 1 phase

• ω 1500 rpm

• Merek Powerfull

Pengaduk

• Jumlah bilah 2

• Posisi Bilah 1 20 cm dari dasar tangki

• Posisi Bilah 2 50 cm di atas bilah 1

• Jenis Bilah 1 Paddle

• Jenis Bilah 2 Turbin

• Diameter Bilah 1 38 cm

Gear Box

• Nisbah 30:1

• Merek Sinoria (made in China)

4. Tangki Penampung Biogas

(65)

dan selanjutnya dialirkan ke flare system. Tangki dilengkapi dengan pintu sehingga operator dapat masuk ke dalamnya untuk menginstal balon plastik.

Gambar 3.4 Tangki Penampung Biogas

Tabel 3.4 Spesifikasi Tangki Penampung Biogas

Tangki

• Diameter 115.0 cm

• Tinggi total 242.0 cm

Pintu Manhole

• Tinggi 80.0 cm

• Lebar 60.0 cm

(66)

5. Kompresor dan Tangki Bertekanan Tinggi

Kompresor dan tangki bertekanan tinggi yang digunakan merupakan satu kesatuan sehingga seolah-olah adalah satu unit tersendiri. Fungsi kompresor adalah memindahkan biogas dari tangki penangkap biogas dan memampatkannya ke dalam tangki bertekanan tinggi.

Tabel 3.5 Spesifikasi Kompresor dan Tangki Bertekanan

Kompresor

• Merek Fetch

• Model V Type

0.5 hp

• Jumlah piston 2

• Diameter pulley 17.0 cm

Motor Listrik

• Merek Fetch

• Type AEEF

• Daya 1 hp (745,7 W)

• Phase 1 phase

• Voltase 220 V

• ω 1440 rpm

• Diameter pulley 10.0 cm

Tangki Bertekanan

(67)

Gambar 3.5 Kompresor

6. Peralatan Kontrol (Control Panel)

Control Panel dirancang untuk mampu melayani kebutuhan listrik 1 atau dan 3 fasa karena aksesoris yang digunakan ada yang beroperasi menggunakan listrik 1 fasa dan ada yang menggunakan listrik 3 fasa.

(68)

7. Genset STARKE Tipe GFH1900LX

Mesin genset ini bekerja dengan cara menyesuaikan jumlah putaran sesuai dengan daya yang dibebankan kepada genset. Hal ini terjadi karena terintegrasinya mesin dengan generator sehingga putaran otomatis naik dan turun sesuai dengan daya yang dibebankan.

Gambar 3.7 Genset STARKE Tipe GFH1900LX Spesifikasi :

 Capacity : 900 Watts/ 220V/ 50Hz

 Tank Capacity : 6 L

 DC Current : 12V/ 8.3A

 Starter : Manual

 Peak Power : 1,3 KW

 Rate Power : 1,0 KW

 Power Faktor : 1,0

 Noise Level 7 m distance : 63 dB

 Mesin : 3.0 Hp air Cooled OHV/ 3600 rpm

 Bore: 55 mm

 Stroke: 40 mm

 Vd: 95 × 10−6 �3

 Vc: 10 × 10−6 �3

 Rasio kompresi:10,5 : 1

(69)

 Operation Time : 7 Hours

 Weight : 26 Kg

 Dimensions : 370 x 400 x 460 mm

8. Alat uji emisi Sukyong SY-GA 401

Alat ini dipakai untuk mengetahui kadar CO, CO2, HC, dan O2 yang keluar dari knalpot mesin genset otto.

Gambar 3.8 Alat uji emisi Sukyong SY-GA 401

Spesifikasi:

• Model No : SY-GA401

• Measuring Range : CO : 0.00 – 9.99% HC : 0-9999 ppm CO2 : 0.0- 20.0 % O2 : 0.0- 25.0 % λ : 0- 2.000 AFR: 0.0 – 99.0

• Operating Temp : 0- 40 oC

Gambar

Tabel 2.4 Komposisi Kimia Limbah Cair POME
Tabel 2.5 Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Gambar 2.5 Dampak dari pendahulu kontak
Gambar 2.6  Diagram jika pengapian terlalu cepat atau terlalu lambat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan laju pembebanan substrat LCPKS dan kotoran sapi yang optimal dengan melakukan kajian terhadap proses produksi biogas

Hasil pengujian performansi yang didapat kemudian dibandingkan dengan mesin genset diesel yang sama yang menggunakan bahan bakar solar murni, sehingga dapat diketahui

pencampuran bahan bakar dengan udara yang ada di dalam silinder tidak. dapat berlangsung sempurna, terutama pada saat–saat

Hasil pengujian performansi yang didapat kemudian dibandingkan dengan mesin genset diesel yang sama yang menggunakan bahan bakar solar murni, sehingga dapat diketahui

Untuk mengetahui performansi (daya, torsi, SFC, efisiensi termal, rasio udara –bahan bakar) pada mesin otto menggunakan turbocharger-catalytic converter berbahan bakar premium

Tujuan penelitian ini ialah analisa potensi energi listrik yang dapat dibangkitkan oleh PLTBS dengan menggunakan bahan bakar POME pada proses pengolahan TBS di pabrik kelapa

Tujuan umum dari penelitian ini adalah memanfaatkan biogas yang dihasilkan oleh pilot plant konversi LCPKS menjadi biogas sebagai bahan bakar enjin premium..

[11] Pranata Anggakara, Sudarno, Irawan Wisnu (2013) “Pengaruh Pengenceran dan Pengadukan Terhadap Produksi Biogas pada Limbah Industri Kecil Pengasapan Ikan dengan