• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Campuran Bahan Bakar Premium, Hidrogen dan Etanol 99% terhadap Performansi dan Emisi Gas Buang Mesin Genset Otto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Campuran Bahan Bakar Premium, Hidrogen dan Etanol 99% terhadap Performansi dan Emisi Gas Buang Mesin Genset Otto"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM,

HIDROGEN DAN ETANOL 99% TERHADAP PERFORMANSI

DAN EMISI GAS BUANG MESIN GENSET OTTO

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

ALGRIS HOPIAR MOR S NIM : 090401034

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kelangkaan minyak yang terus-menerus terjadi, yang dimana manusia disadarkan bahwa cadangan minyak bumi dunia semakin menipis, sementara itu pemakaiannya terus meningkat. Untuk itulah diperlukan energi alternatif yang sumbernya tidak akan pernah mengalami kelangkaan. Adalah etanol dan hidrogen yang merupakan bahan bakar yang berasal dari sumber yang tak terbatas. Selama lahan masih ada etanol akan terus dapat diproduksi dan selama lautan masih menutupi dunia ini selama itu hidrogen juga dapat diproduksi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan performansi dan emisi gas buang dari mesin genset Otto 4-langkah merk STARKE Tipe GFH1900LX dengan menggunakan bahan bakar premium, etanol, campuran premium-etanol dan campuran premium-etanol-hidrogen. Penelitian ini dilakukan dengan cara menimbang bahan bakar kemudian, memberikan beban pada mesin genset yang telah dihidupkan, tegangan dan kuat arus diukur dengan multimeter, putaran diukur dengan tachometer dan waktu habis bahan bakar dihitung dengan stopwatch, kemudian data dianalisa. Adapun hasil penelitian ini terlihat bahwa hasil performansi dari mesin genset terlihat cukup baik. Seperti daya yang dihasilkan dapat terpenuhi hingga beban 1000 watt kecuali pada etanol hanya sebatas 600 watt saja. Torsi meningkat bila dibandingkan dengan premium, efisiensi termal meningkat, namun terlihat lebih boros pada campuran premium-etanol dan sangat boros pada bahan bakar premium-etanol. Sementara itu campuran premium-etanol dan hidrogen dapat meminimalisasi keborosan tersebut.

(3)

ABSTRACT

This research backed by the scarcity of fuel that ongoing continue, that is where people aware that fuel reserves will be empty, in the meantime fuel consumtion continues to increase. For that, alternative energy needs the source wont scarce. Ethanol and hydrogen are fuels from infinite sources. As long as the land is still there, ethanol can be continue to be produced and as long as the ocean is still covered the earth, hydrogen can be produced too. purpose of this study are to find out comparison of performance and exhaust emission from genset engine Otto 4-step merk STARKE Type GFH1900LX with used premium, ethanol, mixture premium-etanol and mixture premium-etanol-hidrogen. This research done by weighing the fuel, then provide a load to genset engine that has been turned on, voltage and current measured by multymeter, circle measured by tachometer and time measured by stopwatch, and then the data were analyzed. As for results of this research seen that performance results by the genset engine looks good. The power generated can be fulfilled until load 1000 watt, except ethanol generated 600 waat only. Torsion was increased if comparison with premium, the thermal efficiency was increased, but looks more lavishly on mixture etanol and very wasteful on etanol. In the meantime mixture premium-ethanol and hidrogen can minimize that wastefulness.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat yang diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan untuk mencapai gelar sarjana di Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul skripsi ini yaitu “Pengaruh Campuran Bahan Bakar Premium, Hidrogen dan Etanol 99% terhadap Performansi dan Emisi Gas Buang Mesin Genset Otto”

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Tulus Burhanuddin Sitorus ST. MT sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr.Ing.Ir.Ikwansyah Isranuri, selaku Ketua Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU.

3. Ir. M. Syahril Gultom, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak/Ibu Staff Pengajar dan Pegawai di Departemen Teknik Mesin USU. 4. Laboran Laboratorium Prestasi Mesin Departemen Teknik Mesin Fakultas

Teknik

5. Kedua orang tua penulis, Ayahanda B. Nababan dan Ibunda N.P.br Bako, yang telah memberikan dukungan doa, dana dan semangat.

6. Segenap kerabat keluarga yang telah memberikan semangat dan doanya kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan S-1.

(5)

Penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan di dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.Terima kasih.

Medan, Maret 2014

Penulis,

Algris Hopiar Mor S

NIM. 090401034

(6)
(7)

2.8 Generator Set ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat ... 32

3.2 Alat Dan Bahan ... 32

3.2.1 Alat ... 32

3.2.1.1 Alat elektroliser ... 32

3.2.1.2 Mesin uji ... 34

3.2.1.3 Alat pendukung dalam penyimpanan hidrogen ... 38

3.2.1.4 Alat pendukung dalam penyaluran hidrogen ... 39

3.2.2 Bahan ... 41

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.4 Metode Pengolahan Data ... 42

3.5 Pengamatan Dan Tahap Pengujian ... 42

3.6 Prosedur Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar ... 43

3.7 Prosedur Pengujian Performansi Mesin Otto Generator Set ... 45

3.8 Prosedur Pengujian Emisi Gas Buang ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Daya ... 50

4.1.1 Daya yang dihasilkan menggunakan bahan bakar “P” ... 50

4.1.2 Daya yang dihasilkan menggunakan bahan bakar “Et” ... 51

4.1.3 Daya yang dihasilkan menggunakan bahan bakar “E25” ... 51

4.1.4 Daya yang dihasilkan menggunakan bahan bakar “H2,5” ... 52

(8)

4.2.1 Torsi yang dihasilkan menggunakan bahan bakar

“P” ... 55

4.2.2 Torsi yang dihasilkan menggunakan bahan bakar “Et” ... 56

4.2.3 Torsi yang dihasilkan menggunakan bahan bakar “E25” ... 56

4.2.4 Torsi yang dihasilkan menggunakan bahan bakar “H2,5” ... 57

4.3.3 Sfc yang dihasilkan menggunakan bahan bakar “E25” ... 62

4.3.4 Sfc yang dihasilkan menggunakan bahan bakar “H2,5” ... 63

4.5.1 Efisiensi termal yang dihasilkan bahan bakar “P” ... 74

4.5.2 Efisiensi termal yang dihasilkan bahan bakar “Et” ... 75

4.5.3 Efisiensi termal yang dihasilkan bahan bakar “E25” ... 76

4.5.4 Efisiensi termal yang dihasilkan bahan bakar “H2,5” ... 77

4.6 Hasil Pembakaran ... 80

4.7 Pengujian Emisi Gas Buang ... 83

(9)

4.7.2 Emisi Gas Buang Bahan Bakar “Et”...84

4.7.3 Emisi Gas Buang Bahan Bakar “E25”...84

4.7.4 Emisi Gas Buang Bahan Bakar “H2,5”...84

4.8 Analisa Perbandingan Kadar Gas Buang ... 85

4.8.1 Analisa Perbandingan Kadar Karbon Monoksida (CO) Dalam Gas Buang ... 85

4.8.2 Analisa Perbandingan Kadar Karbon Dioksida (CO2) dalam Gas Buang ... 86

4.8.2 Analisa Perbandingan Kadar Hidrokarbon (HC) dalam Gas Buang ... 88

4.8.2 Analisa Perbandingan Kadar Oksigen (O2) dalam Gas Buang ... 89

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... xv

LAMPIRAN ... xvi

(10)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kelangkaan minyak yang terus-menerus terjadi, yang dimana manusia disadarkan bahwa cadangan minyak bumi dunia semakin menipis, sementara itu pemakaiannya terus meningkat. Untuk itulah diperlukan energi alternatif yang sumbernya tidak akan pernah mengalami kelangkaan. Adalah etanol dan hidrogen yang merupakan bahan bakar yang berasal dari sumber yang tak terbatas. Selama lahan masih ada etanol akan terus dapat diproduksi dan selama lautan masih menutupi dunia ini selama itu hidrogen juga dapat diproduksi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan performansi dan emisi gas buang dari mesin genset Otto 4-langkah merk STARKE Tipe GFH1900LX dengan menggunakan bahan bakar premium, etanol, campuran premium-etanol dan campuran premium-etanol-hidrogen. Penelitian ini dilakukan dengan cara menimbang bahan bakar kemudian, memberikan beban pada mesin genset yang telah dihidupkan, tegangan dan kuat arus diukur dengan multimeter, putaran diukur dengan tachometer dan waktu habis bahan bakar dihitung dengan stopwatch, kemudian data dianalisa. Adapun hasil penelitian ini terlihat bahwa hasil performansi dari mesin genset terlihat cukup baik. Seperti daya yang dihasilkan dapat terpenuhi hingga beban 1000 watt kecuali pada etanol hanya sebatas 600 watt saja. Torsi meningkat bila dibandingkan dengan premium, efisiensi termal meningkat, namun terlihat lebih boros pada campuran premium-etanol dan sangat boros pada bahan bakar premium-etanol. Sementara itu campuran premium-etanol dan hidrogen dapat meminimalisasi keborosan tersebut.

(11)

ABSTRACT

This research backed by the scarcity of fuel that ongoing continue, that is where people aware that fuel reserves will be empty, in the meantime fuel consumtion continues to increase. For that, alternative energy needs the source wont scarce. Ethanol and hydrogen are fuels from infinite sources. As long as the land is still there, ethanol can be continue to be produced and as long as the ocean is still covered the earth, hydrogen can be produced too. purpose of this study are to find out comparison of performance and exhaust emission from genset engine Otto 4-step merk STARKE Type GFH1900LX with used premium, ethanol, mixture premium-etanol and mixture premium-etanol-hidrogen. This research done by weighing the fuel, then provide a load to genset engine that has been turned on, voltage and current measured by multymeter, circle measured by tachometer and time measured by stopwatch, and then the data were analyzed. As for results of this research seen that performance results by the genset engine looks good. The power generated can be fulfilled until load 1000 watt, except ethanol generated 600 waat only. Torsion was increased if comparison with premium, the thermal efficiency was increased, but looks more lavishly on mixture etanol and very wasteful on etanol. In the meantime mixture premium-ethanol and hidrogen can minimize that wastefulness.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dijaman yang serba moderen ini kelangkaan bahan bakar minyak adalah persoalan yang mendunia. Semua aspek kehidupan merasakan dampak kelangkaan ini mulai dari kehidupan rumah tangga hingga perusahaan-perusahaan besar merasakaannya. Suplai dan harga minyak bumi yang seharusnya membuat kita sadar bahwa jumlah cadangan minyak yang ada di bumi semakin menipis.

Peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai U$ 100 per barel juga menjadi alasan yang serius yang menimpa banyak negara di dunia terutama Indonesia. Lonjakan harga minyak dunia akan memeberikan dampak yang besar bagi pembangunan bangsa Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta barel tidak seimbang dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 juta barel sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui impor.

Menurut data ESDM (2006) cadangan minyak Indonesia hanya tersisa 9 miliar barel. Apabila terus dikonsumsi tanpa ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak ini aka habis dalam dua dekade mendatang.

Dalam mengatasi permasalahan yang sangat mendunia ini, seluruh ilmuan dunia bekerja keras untuk menemukan energi terbarukan yang dapat mengganti posisi minyak bumi dan tidak akan pernah langka didunia. Contoh bentuk dari keberhasilan dari bentuk kerja keras mereka adalah etanol dan hidrogen.

(13)

Dan begitu juga dengan hidrogen, hidrogen merupakan unsur gas ringan yang mudah bereaksi oksidasi dengan oksigen atau mudah terbakar. Hidrogen juga adalah unsur palin massa unsur alam semesta. Unsur ini merupakan unsur yang membentuk senyawa hidrocarbon dan air. Dalam keadaan murni senyawa hidrogen relatif langka dan jarang dijumpai di senyaw

Kedua inovasi ini dinilai sangat membantu dunia dalam mengatasi krisis bahan bakar didunia, tidak jarang kita mendengar mesin yang menggunakan bahan bakar etanol dan hidrogen yang kadang disebut-sebut sebagai mobil berbahan bakar air.

1.2 Tujuan Pengujian

1. Untuk mengetahui perbandingan performansi mesin genset otto menggunakan bahan bakar bensin, etanol 99%, campuran bahan bakar premium-etanol 99% dan campuran bahan bakar premium-etanol 99%-gas hidrogen.

2. Untuk memperoleh perbandingan komposisi emisi gas buang mesin otto dengan bahan bensin, etanol 99%, campuran bahan bakar premium-etanol 99% dan campuran bahan bakar premium-etanol 99%-gas hidrogen.

1.3Batasan Masalah

1. Bahan bakar yang digunakan dalam percobaan adalah premium 100%, Etanol 99%, premium 75% + Etanol (99%) 25%, (premium 75% + Etanol (99%) 25%) 97,5% + hidrogen 2,5%.

2. Mesin otto yang digunakan adalah Mesin Genset Otto 4-langkah merk STARKE Tipe GFH1900LX

3. Performansi mesin yang diteliti berupa: Daya, Torsi, SFC, Efesiensi Termal, dan Emisi gas buang

(14)

5. Senyawa gas buang yang dikaji adalah karbon monoksida (CO) karbondioksida (CO2), hidrokarbon (HC) dan oksigen (O2).

1.4 Metodologi Penulisan

Metodologi penulisan yang digunakan pada penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Studi literatur, berupa studi kepustakaan, kajian dari buku-buku dan tulisan-tulisan yang terkait.

b. Browsing internet, berupa studi artikel-artikel, gambar-gambar dan buku elektronik (e-book) serta data-data lain yang berhubungan.

c. Metode studi lapangan, yaitu dengan mengambil data dari hasil pengujian yang dilakukan di laboratorium fakultas teknik.

d. Diskusi, berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing yang ditunjuk oleh Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara.

1.5 Sistematika Penulisan

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Bakar Hidrogen

Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air,

genes: membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang sangat mudah terbakar. Dengan massa atom 1,00794 amu, hidrogen adalah unsur teringan di dunia.

Hidrogen adalah unsur paling melimpah dengan persentase kira-kira 75% dari total massa unsur alam. Kebanyakan bintang dibentuk oleh hidrogen dalam keadaan plasma. Di bumi sebanyak 70% ditutupi oleh air, yang dibentuk oleh 2 atom hidrogen dan oksigen (Ranjit, saxena, 2012). Senyawa hidrogen relatif langka dan jarang dijumpai secara alami di bumi, dan biasanya dihasilkan secara industri dari berbagai senyawa hidrokarbon seperti metana. Hidrogen juga dapat dihasilkan dari air melalui proses elektrolisis, namun proses ini secara komersial lebih mahal daripada produksi hidrogen dari gas alam.

(16)

Tabel 2.1 Sifat Hidrogen dengan bahan bakar lain (Lit 8)

Description Hidrogen Gasoline Methana Etanol LPG Biogas

Density kg/m3 0.081 4.4 0.6512 789 2.24 1.1

Buoyancy: Gas or vapor density relative to air

0.07 2-4% 0.6 1.51 1.51 0.863

Carbon Constituent NA 85-88 75 50-52 82

Hydrogen Constituent 100 12-15% 25 13-15 18

Lower heat of combustion (MJ/kg)

119.93 44.5 50.02 26.9 46

Burning Velocity in air (m/sec)

2.65-3.25 0.37 NA

Specific Heat Ratio of NTP gas

1.383 1.05 1.308 1.303

Diffusion coefficient in NTP air (cm2 /sec)

0.61 0.005 0.16 0.11

Gas hidrogen sangat mudah terbakar dan akan terbakar pada konsentrasi serendah 4% H2 di udara bebas. Entalpi pembakaran hidrogen adalah -286 kJ/mol.

(17)

Ketika dicampur dengan oksigen dalam berbagai perbandingan, hidrogen meledak seketika disulut dengan api dan akan meledak sendiri pada temperatur 560 °C. Lidah api hasil pembakaran hidrogen-oksigen murni memancarkan gelombang ultraviolet dan hampir tidak terlihat dengan mata telanjang (Ranjit, Saxena, 2012). Oleh karena itu, sangatlah sulit mendeteksi terjadinya kebocoran hidrogen secara visual. Kasus meledaknya pesawat Hindenburg adalah salah satu contoh terkenal dari pembakaran hidrogen.

Karakteristik lainnya dari api hidrogen adalah nyala api cenderung menghilang dengan cepat di udara, sehingga kerusakan akibat ledakan hidrogen lebih ringan dari ledakan hidrokarbon. Dalam kasus kecelakaan Hidenburg, dua pertiga dari penumpang pesawat selamat dan kebanyakan kasus meninggal disebabkan oleh terbakarnya bahan bakar diesel yang bocor.

H2 bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur oksidator lainnya. Ia

bereaksi dengan spontan dan hebat pada suhu kamar dengan klorin dan fluorin, menghasilkan hidrogen halida berupa hidrogen klorida dan hidrogen fluorida.

Di seluruh alam semesta ini, hidrogen kebanyakan ditemukan dalam keadaan atomik dan plasma yang sifatnya berbeda dengan molekul hidrogen. Sebagai plasma, elektron hidrogen dan proton terikat bersama, dan menghasilkan konduktivitas elektrik yang sangat tinggi dan daya pancar yang tinggi (menghasilkan cahaya dari matahari dan bintang lain). Partikel yang bermuatan dipengaruhi oleh medan magnet dan medan listrik. Sebagai contoh, dalam angin surya, partikel-partikel ini berinteraksi dengan magnetosfer bumi dan mengakibatkan arus Birkeland dan fenomena Aurora. Hidrogen ditemukan dalam keadaan atom netral di medium antar bintang. Sejumlah besar atom hidrogen netral yang ditemukan di sistem Lymanalpha teredam diperkirakan mendominasi rapatan barionik alam semesta sampai dengan pergeseran merah z=4.

Dalam keadaan normal di bumi, unsur hidrogen berada dalam keadaan gas diatomik H2. Namun, gas hidrogen sangatlah langka di atmosfer bumi (1 ppm

(18)

bumi berada dalam keadaan bersenyawa dengan unsur lain seperti hidrokarbon dan air. Adapun gas hidrogen dapat dihasilkan dengan cara (Putra, 2010):

1. Mengalirkan uap air melalui karbon panas C(s) + H2O CO(g) + H2 (g)

H2 yang dihasilkan dengan cara ini tidak murni sebab sukar memisahkan CO.

campuran H2 dan CO disebut gas air. Gas air termasuk bahan bakar penting dan

mempunyai kalor pembakaran besar. 2. Mengalirkan uap air melalui besi panas

3 Fe(s) + 4 H2O Fe3O4 + 4 H2(g)

3. Pada kilang minyak bumi, hidrogen merupakan hasil samping dari cracking

hidrokarbon. Gas hidrokarbon dialirkan melalui katalis panas dan terurai menjadi hidrogen dan hidrokarbon lain. Hidrokarbon yang lebih ringan seperti

metana (metana dapat juga berasal dari gas alam), dipanaskan dengan suhu 750oC dan tekanan 10 atm,

CH4(g) + H2O(g) CO(g) + 3H2(g)

4. Hidrogen yang sangat murni (99,9%), tetapi mahal, diperoleh dengan cara elektrolisis air.

2 H2O 2 H2 (g) + O2(g)

(Jumlah hidrogen yang cukup banyak diperoleh juga dari hasil samping industri klor-alkali, dimana diperoleh Cl2 dan NaOH dari elektrolisis larutan NaCl).

5. Di laboratorium hidrogen murni diperoleh dari reduksi ion hidrogen dengan

logam seng (pada prinsipnya dengan logam yang potensial elektodanya negatif)

Zn(s) + 2 H+ Zn2+ + H2(g)

(19)

2 Al(s) + 2 OH- + 6 H2O 2 Al(OH)4- + 3 H2(g) Atau CaH2 dengan air

CaH2(s) + 2 H2O Ca2+ + 2 OH- + 2 H2(g

2.2. Elektrolisis Air

Elektrolisis air adalah peristiwa penguraian senyaw2O) menjadi

2) da2) dengan menggunaka

melalui air tersebut. Pada katode, dua molekul air bereaksi dengan menangkap

dua2 dan ion hidrokida (OH-). Sementara itu

pada anode, dua molekul air lain terurai menjadi gas2), melepaskan 4

ion H+ serta mengalirkan elektron ke katode. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan menjadi 2H2O(l) 2H2(g) + O2(g)

Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung pada dimanfaatkan untuk menghasilkan hidrogen dan hidrogen peroksida (H2O2) yang

dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan hidrogen. Pada elektrolisis larutan elektrolit akan dihasilkan zat-zat hasil reaksi yang tergantung pada harga potensial reduksi ion-ion yang ada dalam larutan dan elektrode yang digunakan. Jumlah zat hasil elektrolisis bergantung besarnya jumlah listrik yang digunakan, untuk menghasilkan gas Hidrogen dan gas Oksigen dapat digunakan larutan elektolit dari Kalium Hidroksida (KOH) atau menggunakan garam sulfat atau karbonat dari unsur-unsur golongan IA seperti Natrium Sulfat (Na2SO4), Natrium

Karbonat (Na2CO3), Natrium Hidroksida (NaOH) atau garam lain yang mudah

(20)

Gambar 2.1 Proses Elektrolisis air (lit 14)

Reaksi : Elektrolisis larutan KOH dalam air : Katoda : [2H2O(l) + 2e → 2OH-(aq) + H2(g)] x 2

Anoda : 4OH-(aq) → 2H2O(l) + O2(g) + 4e +

2H2O(l) → 2 H2(g) + O2(g)

Reaksi : Elektrolisis larutan Na2CO3 dalam air :

Katoda : [2H2O(l) + 2e → 2OH-(aq) + H2(g)] x 2

Anoda : 2H2O(l) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e +

2H2O(l) → 2 H2(g) + O2(g)

Pada elektrolisis larutan yang mengandung ion-ion golongan IA (Na+, K+), ion-ion tersebut tidak tereduksi pada katode tetapi air yang mengalami reduksi karena potensial reduksi air lebih besar dari potensial reduksi ion Natrium atau ion Kalium (Eo H2O/H2 = - 0,83 volt dan Eo Na+/Na = - 2,71 volt)14.

2.3. Bahan Bakar Etanol

Etanol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupaka rekreasi yang paling tua.

(21)

singkatan dari gugus etil (C2H5).

paling awal yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk kegunaan industri dihasilkan dari produk sampingan pengilangan minyak bumi.

Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.

Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma yang khas. Ia terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa. Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus Gugus membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama.

Campuran etanol-air memiliki volume yang lebih kecil daripada jumlah kedua cairan tersebut secara terpisah. Campuran etanol dan air dengan volume yang sama akan menghasilkan campuran yang volumenya hanya 1,92 kali jumlah volume awal. Pencampuran etanol dan air bersifat sekitar 777 J/mol dibebaskan pada 298 K.

Campuran etanol dan air akan membent kira-kira 89 mol% etanol dan 11 mol% air. Perbandingan ini juga dapat dinyatakan sebagai 96% volume etanol dan 4% volume air pada tekanan normal dan T = 351 K. Komposisi azeotropik ini sangat tergantung pada suhu dan tekanan. Ia akan menghilang pada temperatur di bawah 303 K.

(22)

hidroksida, akan menurunka dengan air yang lebih dari 50% etanol bersifat mudah terbakar dan mudah menyala. Campuran yang kurang dari 50% etanol juga dapat menyala apabila larutan tersebut dipanaskan terlebih dahulu. Yang mengartikan semakin banyak air dalam etanol, larutan akan semakin suslit terbakar, dan sebaliknya.

Etanol dapat dimurnikan dengan memisahkannya dari air dengan cara destilasi dan dehidrasi. Proses ini menjadikan etanol 96% menjadi etanol 99% dengan kadar air hanya 1% atau sekitar 91,78% mol etanol dan 2,75% mol air. Hal ini membuat nilai kalor dari campuran etanol akan naik dikarenakan air yang sudah dikurangi.

rumus:

C2H5OH(g) + 3 O2(g) → 2 CO2(g) + 3 H2O(l);(ΔHr = −1409 kJ/mol

2.4. Proses Fermentasi

Proses Fermentasi adalah proses biologi dimana gula seperti

(23)

hidrosilat bahan yang telah di netralkan. Pembuatan etanol dilakukan dengan cara fermentasi. Pada fermentasi etanol, bahan yang mengandung monosakarida langsung difermentasi tetapi disakarida, pati ataupun karbohidrat komplek harus dihidrolisa terlebih dahulu menjadi komponen gula sederhana. Proses fermentasi memerlukan bantuan enzim yang diletakkan pada ragi agar dapat bekerja pada suhu optimum sehingga akan menghasilkan etanol dan CO2.

Fermentasi etanol meliputi dua tahap yaitu :

1. Pemecahan rantai karbon dari glukosa dan pelepasan paling sedikit duapasa ng atom hidrogen melalui jalur EMP (Embden-Meyerhoff-Parnas), menghasilkan senyawa karbon lainnya yang lebih teroksidasi dari pada glukosa.

2. Senyawa yang teroksidasi tersebut direduksi kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama, membentuk senyawa-senyawa hasil fermentasi yaitu etanol dengan reaksi sebagai berikut :

Gambar 2.2 Reaksi Sederhana Proses Fermentasi Etanol

Persamaan reaksi sederhana proses fermentasi alkohol berdasarkan teori Gay lussac adalah:

C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2

Glukosa Fermenasi Etanol Karbondioksida

Sesuai dengan persamaan di atas, hasil fermentasi etanol yang ideal adalah 51,1%

Glukosa (C6H12O6) 2CH3COOH

Asam piruvat

2 NAD+ 2 NADH + H+

2 CH3CH2OH asetaldehid 2 CH3CHO

Etanol

(24)

etanol dan 48,9% karbondioksida. Pada umumnya fermentasi etanol menggunakan khamir Saccharomyces cereviceae. Produksi etanol dari substrat gula oleh khamir Saccharomyces cereviceae merupakan proses fermentasi dengan kinetika sangat sederhana. Disebut sederhana karena hanya melibatkan satu fase pertumbuhan dan produksi, pada fase tersebut glukosa diubah secara simultan menjadi biomassa, etanol dan CO2. Fermentasi etanol oleh Saccharomyces cereviceae dapat dilakukan pada pH 4-5 dengan temperatur 27-35oC, proses ini dapat berlangsung 35-60 jam. Untuk mempertahankan hidup, Saccharomyces cereviceae memerlukan energi diantaranya ATP (Adenosin Triphospat) dan untuk mendapatkannya maka mengkonsumsi gula yang dapat berupa glukosa dan fruktosa. Apabila Shaccaromyces cereviceae memiliki oksigen dalam jumlah banyak, gula- gula tersebut diurai tahap demi tahap menjadi molekul yang lebih kecil. Akan tetapi, jika oksigen dalam jumlah sedikit atau tidak ada maka degradasi kimia tidak berjalan dengan sempurna sehingga gula diuraikan menjadi etanol.

2.5. Proses distilasi dan dehidrasi

(25)

2.6. Motor Bensin

Motor bensin atau mesin Otto dari dirancang untuk menggunakan bahan bakar bensin. Motor bensin dilengkapi dengan busi dan karburator. Busi berfungsi sebagai penghasil loncatan api yang akan menyalakan campuran udara dengan bahan bakar, karena hal ini maka motor bensin disebut juga sebagai Spark Ignition Mesin. Sedangkan karburator merupakan tempat pencampuran udara dan bahan bakar.

Pada motor bensin, campuran udara dan bahan bakar yang dihisap ke dalam silinder dimampatkan dengan torak kemudian dibakar untuk memperoleh tenaga panas. Gas-gas hasil pembakaran dari bahan bakar akan meningkatkan suhu dan tekanan di dalam silinder, sehingga torak yang berada di dalam silinder akan bergerak turun-naik (bertranslasi) akibat menerima tekanan yang tinggi.

2.6.1. Cara Kerja Motor Bensin 4 Langkah

Motor bensin dapat dibedakan atas 2 jenis yaitu motor bensin 2-langkah dan motor bensin 4-langkah. Pada motor bensin 2-langkah, siklus terjadi dalam dua gerakan torak atau dalam satu putaran poros engkol. Sedangkan motor bensin 4-langkah, pada satu siklus tejadi dalam 4-langkah. Langkah langkah yang terjadi pada motor bensin 4 langkah dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini :

T Gambar 2.3. P-V dan T-S diagram Siklus Otto Ideal [lit. 1]

(26)

Langkah-langkah yang terjadi pada motor bensin 4 langkah adalah :

Pada motor bensin 4-langkah, poros engkol berputar sebanyak dua putaran penuh dalam satu siklus dan telah menghasilkan satu tenaga. Cara kerja motor bensin 4 langkah ini dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut:

Gambar 2.4 Cara kerja motor bensin 4 langkah (Lit 17)

1. Langkah isap

Pada langkah isap (0–1), campuran udara yang telah bercampur pada karburator diisap ke dalam silinder (ruang bakar). Torak bergerak turun dari titik mati atas (TMA) ke titik mati bawah (TMB) yang akan menyebabkan kehampaan (vacum) di dalam silinder, maka dengan demikian campuran udara dan bahan bakar (bensin) akan diisap ke dalam silinder. Selama langkah torak ini, katup isap akan terbuka dan katup buang akan menutup.

(27)

2. Langkah Kompresi

Pada langkah kompresi (1–2), campuran udara dan bahan bakar yang berada di dalam silinder dimampatkan oleh torak, dimana torak akan bergerak dari TMB ke TMA dan kedua katup isap dan buang akan tertutup, sedangkan busi akan memercikan bunga api dan bahan bakar mulai terbakar akibatnya terjadi proses pemasukan panas pada langkah 2-3. Gambar 2.6 Langkah Kompresi

3. Langkah Ekspansi

Pada langkah ekspansi (3–4), campuran udara dan bahan bakar yang diisap telah terbakar.Selama pembakaran, sejumlah energi dibebaskan, sehingga suhu dan tekanan dalam silinder naik dengan cepat. Setelah mencapai TMA, piston akan didorong oleh bahan bakar bertekanan tinggi menuju TMB. Tenaga mekanis ini diteruskan ke poros engkol.Saat sebelum mencapai TMB, katup buang terbuka, hasil pembakaran mengalir keluar dan tekanan dalam silinder turun dengan cepat.

Gambar 2.7 Langkah Ekspansi

4. Langkah Pembuangan

(28)

Gambar 2.8 Langkah Pembuangan

2.6.2. Performansi Motor Bensin

Mesin Otto atau Beau de Roches, merupakan mesin pengonversi energi tak langsung, yaitu dari energi bahan bakar menjadi energi panas dan kemudian baru menjadi energi mekanis. Jadi energi kimia bahan bakar tidak dikonversikan langsung menjadi energi mekanis. Bahan bakar standar motor bensin adalah iso-oktan (C8H18). Efisiensi pengkonversian energinya berkisar 30% (ηt = ±30%). Hal

ini karena rugi-rugi 50% rugi panas, gesek/mekanis dan pembakaran tak sempurna. Sistem kerja mesin otto dibedakan atas mesin otto dua langkah (two stroke) dan empat langkah (four stroke).

Motor otto mempergunakan beberapa siliinder yang didalamnya terdapat torak yang bergerak translasi (bolak-balik). Didalam silinder itulah terjadi pembakaran antara bahan bakar dengan oksigen dari udara. Gas pembakaran yang dihasilkan oleh proses tersebut mampu menggerakan torak yang oleh batang penghubung (batang penggerak) dihubungkan dengan poros engkol. Gerak translasi torak tersebut menyebabkan gerak rotasi pada poros engkol dan sebaliknya gerak rotasi poros engkol menimbulkan gerak translasi pada torak.

(29)

2.6.2.1. Torsi dan Daya

Besarnya torsi yang dihasilkan oleh suatu mesin dapat diukur menggunakan dynamometer yang dikopel dengan poros output mesin. Oleh karena itu, sifat dynamometer bertindak seolah-olah seperti sebuah rem dalam sebuah mesin, maka daya yang dihasilkan poros output ini sering disebut sebagai daya rem (Brake Power).

�� =2 . 60� . � .�... (2.1) [���. 3 ℎ�� 46]

dimana:

PB = Daya keluaran (Watt)

N = Putaran mesin (rpm)

� = Torsi (N.m)

2.7.2.2. Konsumsi bahan bakar spesifik

Konsumsi bahan bakar spesifik (specific fuel consumption,sfc) adalah parameter unjuk kerja mesin yang berhubungan langsung dengan nilai ekonomis sebuah mesin, karena dengan mengetahui hal ini dapat dihitung jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah daya dalam selang waktu tertentu.

Bila daya rem dinyatakan dalam satuan kW dan laju aliran massa bahan bakar (�)dalam satuan kg/jam, maka :

���= �� . 103

�� ... (2.2)

dimana:

Sfc = Konsumsi bahan bakar spesifik (g/kW.h). mf = Laju aliran massa bahan bakar (kg/jam)

Besarnya laju aliran massa bahan bakar (mf) dihitung dengan persamaan berikut: .

.

(30)

mf = �

. �� . 10−3

�� x 3600... (2.3)

dimana:

γ = Spesific gravity bahan bakar V = Volume bahan bakar yang diuji

�� = Waktu untuk menghabiskan bahan bakar sebanyak volume uji (detik).

2.6.2.3. Rasio Udara - Bahan Bakar (AFR)

Energi yang masuk kedalam sebuah mesin ��� berasal dari pembakaran bahan bakar hidrokarbon. Udara digunakan untuk

menyuplai oksigen yang dibutuhkan untuk mendapatkan reaksi kimia

didalam ruang bakar. Agar terjadinya reaksi pembakaran, jumlah oksigen

dan bahan bakar harus tepat. Yang dirumuskan sebagai berikut :

��� =�� �� =

ṁ�

ṁ�... (2.4)

�� = ��(��.+��)... (2.5)

Dimana:

�� = massa udara di dalam silinder per siklus �� = massa bahan bakar di dalam silinder per siklus ṁ� = laju aliran udara didalam mesin

ṁ� = laju aliran bahan bakar di dalam mesin �� = tekanan udara masuk silinder

�� = temperatur udara masuk silinder � = konstanta udara

(31)

2.6.2.4. Efisiensi Thermal Brake

Kerja berguna yang dihasilkan selalu lebih kecil dari pada energi yang di bangkitkan piston karena sejumlah energi hilang akibat adanya kerugian mekanis (mechanical losses). Dengan alasan ekonomis perlu dicari kerja maksimum yang dapat dihasilkan dari pembakaran sejumlah bahan bakar. Efisiensi ini sering disebut sebagai efisiensi termal brake (brake thermal efficiency,

η

b).

�� = �� ... (2.6) [���. 6 ℎ�� 59]

Laju panas yang masuk Q, dapat dihitung dengan rumus berikut:

��� = �̇������... (2.7)

dimana:

�̇� = laju aliran bahan bakar (kg/h) QHV = Nilai kalor bahan bakar (kJ/kg)

ηc = efisiensi pembakaran (dalam pengujian diambil 0,97)

2.6.3. Pembakaran pada Mesin Otto

Pembakaran didefinisikan sebagai reaksi kimia yang mana oksidan bereaksi cepat dengan bahan bakar untuk melepaskan energi panas. Pada aplikasinya, oksidan pada pembakaran adalah oksigen pada udara. Tiga unsur kimia utama dalam elemen mampu bakar (combustible) pada bahan bakar adalah karbon (C) dan hidrogen( H ), elemen mampu bakar yang lain namun umumnya hanya sedikit terkandung dalam bahan bakar adalah sulfur (S). Proses pembakaran dikatakan sempurna apabila semua karbon dibahan bakar terbakar menjadi karbon dioksida, hidrogen terbakar menjadi sulfur dioksida, jika kondisi teori pembakaran tidak memenuhi maka pembakaran tidak sempurna.

(32)

untuk membentuk air dan karbon bergabung dengan oksigen menjadi karbon dioksida. Jika oksigen yang tersedia tidak cukup, maka sebagian dari karbon akan bergabung dengan oksigen dalam bentuk karbon monoksida. Pembentukan karbon monoksida hanya menghasilkan 30% panas yang dibandingkan panas yang timbul oleh pembentukan karbon dioksida.

Karburator

Motor otto adalah motor pembakaran yang menggunakan bahan bakar bensin. Dari hasil pembakaran bensin akan diperoleh energi panas.

Bensin adalah suatu cairan yang mudah disimpan, dipindahkan dan alirannya mudah dikontrol. Selain itu bensin mempunyai sifat mudah menguap, mudah menyala dan terbakar. Dalam pemakaiannya pada motor pembakaran, bensin cair ini terlebih dahulu harus diubah menjadi bentuk uap atau kabut agar mudah dibakar.

Bensin terdiri dari molekul-molekul hidrokarbon. Bensin yang mengandung molekul-molekul hidrokarbon dengan titik didih rendah akan memudahkan motor dihidupkan pada suhu sekeliling yang rendah. Disamping itu kendaraan dapat dijalankan tanpa pemanasan yang agak lama pada beban yang rendah. Bila suhu sekeliling cukup tinggi akan mengkibatkan bensin dapat mendidih dalam pipa yang terletak antara tangki dan karburator, sehingga pompa bahan bakar tidak dapat berfungsi dengan baik karena bensin mengandung gelembung-gelembung (kantong uap). Karena itu dianjurkan untuk menggunakan bensin dengan karakteristik yang sesuai dengan spesifikasi dan kondisi kerja dari motor pembakaran.

(33)

Sekalipun perbandingan campuran sudah bagus, bila sebagian bahan bakar tidak dapat menguap, maka akan mengakibatkan campuran menjadi kurus, sehingga tidak dapat terbakar dengan baik. Selain campuran harus baik dan rata, juga diperlukan posisi atau letak dari busi yang tepat agar terjadi loncatan api yang sempurna.

Untuk mencampur udara dengan bahan bakar secara otomatis dengan suatu perbandingan tertentu pada suatu saat dan kondisi tertentu diperlukan karburator. Jelasnya karburator menyediakan suatu campuran udara bahan bakar dengan perbandingan yang tetap. Karburator bekerja sangat tepat untuk setiap kondisi yang berbeda-beda dalam menghasilkan suatu perbandingan campuran yang baik.

Sesaat setelah motor dihidupkan, suhu motor masih dingin, dan hanya sekitar (10-20%) dari bensin yang menguap. Pada saat ini kita menggerakkan katup choke untuk mengurangi jumlah aliran udara sehingga tekanan negatif menjadi besar dan campuran menjadi cukup gemuk. Karena itu sekalipun bensin menguap hanya 10% dan campuran cukup gemuk tapi masih dapat menyala. Setelah itu kita harus segera membuka kembali katup choke bila motor sudah berjalan stabil. Pada beban rendah dan pembukaan katup throttle yang kecil, campuran cenderung menjadi kurus, sebab :Penguapan bahan bakar rendah karena suhu tempat yang dilalui bahan bakar rendah.

(34)

15 : 1 akan menghasilkan efisiensi yang rendah dan mengurangi pemakaian bahan bakar jika pembakarannnya stabil. Atau dengan kata lain bahwa suhu gas bekas rendah karena akibat kelebihan udara, sehingga memungkinkan sebagian kecil panas terbuang. Alasan lain adalah panas spesifik yang kecil dari gas memungkinkan suhu dan tekanan dari gas untuk naik dengan mudah. Sekalipun demikian jika campuran terlalu kurus maka proses pembakarannya akan berjalan lambat dan tidak stabil, sehingga memungkinkan kenaikan pemakaian bahan bakar.

2.6.4. Penyalaan dengan Bunga Api

Karburator berfungsi untuk mencampur udara dan bahan bakar dengan perbandingan tertentu dan busi dipasang pada suatu tempat dalam ruang bakar untuk memberikan bunga api. Bunga api diberikan dalam waktu yang sangat singkat dan menyalakan campuran udara bahan bakar dalam ruang bakar.

Hal ini berbeda dengan mesin diesel yang penyalaannya terjadi sendiri akibat udara panas yang dikompresikan dalam ruang bakar. Sekalipun loncatan bunga api listrik sangat singkat dan total energinya kecil, tapi dengan tegangan 10.000 Volt antara elektroda busi yang mempunyai suhu ribuan derajat Celcius, akan mampu menimbulkan aliran arus listrik pada molekul-molekul dari campuran udara bahan bakar yang kerapatannya cukup tinggi. Karena pembakaran dari campuran udara bahan bakar adalah berupa reaksi ion, maka sistem penyalaan listrik sangat sesuai untuk mendapatkan suhu yang tinggi, dan dapat berlangsungnya proses ionisasi.

a. Busi

(35)

Bunga api menyalakan campuran yang berada disekitarnya kemudian menyebar ke seluruh arah dalam ruang bakar. Pembakaran tidak terjadi serentak, tapi bergerak secara progresif melintasi campuran yang belum terbakar, dan dimulai di tempat yang paling panas yaitu di dekat busi. Busi tidak boleh terlalu panas, karena akan memudahkan terbentuknya endapan karbon pada permukaan isolatornya dan dapat menimbulkan hubungan singkat. Untuk menghindari kejadian ini suhu isolatornya harus mencapai 700-800 oC agar karbon dapat terbakar. Tapi bila suhu tinggi isolatornya dapat rusak atau preignition akan terjadi yaitu penyalaan sebelum terjadi loncatan bunga api pada busi. Jika hal ini terjadi akan memperpendek umur motor.

Pada motor yang cenderung untuk mudah terjadinya overheating (panas yang berlebihan) karena pengaruh sistem pendingin, kita harus menggunakan busi panas, sedangkan pada motor yang cenderung akan terjadi endapan karbon digunakan busi dingin.

b. Alat pembangkit tegangan tinggi

(36)

Dewasa ini hubungan magnet tidak dipergunakan secara luas, dengan penggunaan solid state sebagai transistor untuk mengganti alat penahan arus secara mekanik. Sistem penyalaan solid state mempunyai keuntungan bila dibandingkan dengan sistem mekanik. Salah satu sistem penyalaan yang tidak mekanik adalah sistem CDI (Capasitor Discharge Ignition). Magnet CDI prinsip kerjanya sama dengan magnet roda penerus. Bila magnet berputar bersama-sama dengan roda penerus yang merupakan satu kesatuan, aus diinduksikan dalam coil yang stasioner dan kemudian mengisi kapasitor. Bila kapasitor telah diisi, sebuah isyarat tegangan untuk mengontrol timbulnya penyalaan dalam coil sensor dengan menggunakan pintu G dari SCR (Silicon Controlled Rectifier) untuk mengalirkan arus dari A ke K. Kemudian listrik yang dikumpulkan dalam kapasitor disalurkan pada suatu saat melalui SCR dalam lilitan primer dari coil. Arus ini membangkitkan tegangan yang lebih tinggi dalam lilitan sekunder, yang menyebabkan terjadinya loncatan bunga api pada busi.

2.7. Nilai Kalor Bahan Bakar

Reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen dari udara

menghasilkan panas. Besarnya panas yang ditimbulkan jika satu satuan

bahan bakar dibakar sempurna disebut nilai kalor bahan bakar (Calorific

Value, CV). Bedasarkan asumsi ikut tidaknya panas laten pengembunan

uap air dihitung sebagai bagian dari nilai kalor suatu bahan bakar, maka

nilai kalor bahan bakar dapat dibedakan menjadi nilai kalor atas dan nili

kalor bawah.

Nilai kalor atas (High Heating Value,HHV), merupakan nilai kalor

yang diperoleh secara eksperimen dengan menggunakan kalorimeter

dimana hasil pembakaran bahan bakar didinginkan sampai suhu kamar

sehingga sebagian besar uap air yang terbentuk dari pembakaran

hidrogen mengembun dan melepaskan panas latennya. Secara teoritis,

besarnya nilai kalor atas (HHV) dapat dihitung bila diketahui komposisi

bahan bakarnya dengan menggunakan persamaan Dulong :

HHV = 33950 + 144200 (H2-�2

(37)

Dimana:

HHV = Nilai kalor atas (kJ/kg)

C = Persentase karbon dalam bahan bakar

H2 = Persentase hidrogen dalam bahan bakar

O2 = Persentase oksigen dalam bahan bakar

S = Persentase sulfur dalam bahan bakar

Nilai kalor bawah (low Heating Value, LHV), merupakan nilai kalor

bahan bakar tanpa panas laten yang berasal dari pengembunan uap air.

Umumnya kandungan hidrogen dalam bahan bakar cair berkisar 15 %

yang berarti setiap satu satuan bahan bakar, 0,15 bagian merupakan

hidrogen. Pada proses pembakaran sempurna, air yang dihasilkan dari

pembakaran bahan bakar adalah setengah dari jumlah mol hidrogennya.

Selain berasal dari pembakaran hidrogen, uap air yang terbentuk

pada proses pembakaran dapat pula berasal dari kandungan air yang

memang sudah ada didalam bahan bakar (moisture). Panas laten

pengkondensasian uap air pada tekanan parsial 20 kN/m2 (tekanan yang

umum timbul pada gas buang) adalah sebesar 2400 kJ/kg, sehingga

besarnya nilai kalor bawah (LHV) dapat dihitung berdasarkan persamaan

berikut :

LHV = HHV – 2400 (M + 9 H2)………(2.9)[Lit. 1]

Dimana:

LHV = Nilai Kalor Bawah (kJ/kg)

M = Persentase kandungan air dalam bahan bakar (moisture)

Dalam perhitungan efisiensi panas dari motor bakar, dapat menggunakan

nilai kalor bawah (LHV) dengan asumsi pada suhu tinggi saat gas buang

(38)

juga menggunakan nilai kalor atas (HHV) karena nilai tersebut umumnya

lebih cepat tersedia. Peraturan pengujian berdasarkan ASME (American of

Mechanical Enggineers) menentukan penggunaan nilai kalor atas (HHV),

sedangkan peraturan SAE (Society of Automotive Engineers) menentukan

penggunaan nilai kalor bawah (LHV).

2.8. Generator Set

Generator set atau sering disebut genset adalah sebuah perangkat yang berfungsi menghasilkan daya listrik. Disebut sebagai generator set dengan pengertian adalah satu set peralatan gabungan dari dua perangkat berbeda yaitu mesin dan generator atau alternator. Mesin sebagai perangkat pemutar sedangkan generator atau alternator sebagai perangkat pembangkit listrik.

Mesin dapat berupa perangkat mesin diesel berbahan bakar solar atau mesin berbahan bakar bensin, sedangkan generator atau alternator merupakan kumparan atau gulungan tembaga yang terdiri dari stator (kumparan statis ) dan rotor (kumparan berputar).

Gambar 2.9 Generator Set

(39)

stator generator, medan magnit yang timbul pada stator dan berinteraksi dengan rotor yang berputar akan menghasilkan arus listrik sesuai hukum Lorentz.

Arus listrik yang dihasilkan oleh generator akan memiliki perbedaan tegangan di antara kedua kutub generatornya sehingga apabila dihubungkan dengan beban akan menghasilkan daya listrik, atau dalam rumusan fisika sebagai P dapat diperoleh dengan:

P = V x I (2.10)

2.9. Tipe Generator Set

Genset dapat dibedakan dari jenis mesin penggeraknya, dimana dikenal tipe-tipe mesin yaitu mesin diesel dan mesin non diesel /bensin. Mesin diesel dikenali dari bahan bakarnya berupa solar, sedangkan mesin non diesel berbahan bakar bensin premium.

Di pasaran, genset dengan mesin non diesel atau berbahan bakar premium biasa diaplikasikan pada genset berkapasitas kecil atau dalam kapasitas maksimum 10.000 VA atau 10 kVA, sedangkan genset diesel berbahan bakar solar diaplikasikan pada genset berkapasitas > 10 kVA. Hal terkait dengan tenaga yang dihasilkan oleh diesel lebih besar daripada mesin non diesel, dimana cara kerja pembakaran diesel yang lebih sederhana yaitu tanpa busi, lebih hemat dalam pemeliharaan, lebih responsif dan bertenaga. Selain itu untuk aplikasi industri dimana bahan bakar diesel (solar) lebih murah daripada bensin (gasoline).

(40)

Daya listrik dalam ilmu fisika merupakan besaran vektor, artinya besaran yang memiliki besar dan arah, tegangan dan arus yang dihasilkan merupakan gelombang sinusoidal dengan frekuensi tertentu. Di Indonesia, frekuensi tegangan dan arus ditetapkan sebesar 50 Hz, dimana hal ini mengikuti standar frekuensi di Belanda atau negara-negara Eropa, sedangkan di negara Amerika Serikat dan Kanada menggunakan frekuensi 60 Hz.

2.10. Emisi Gas Buang

Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di

dalam

dikeluarkan melalu

2.10.1. Sumber

Polutan dibedakan menjadi polutan primer atau sekunder.Polutan

primer seperti nitrogen oksida (NOx) dan hidrokarbon (HC) langsung

dibuangkan ke udara bebas dan mempertahankan bentuknya seperti pada

saat pembuangan. Polutan sekunder seperti ozon (O3) dan peroksiasetil

nitrat (PAN) adalah polutan yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi

fotokimia, hidrolisis atau oksidasi.

2.10.2. Komposisi Kimia

Polutan dibedakan menjadi organik dan inorganik. Polutan organik

mengandung karbon dan hidrogen, juga beberapa elemen seperti oksigen,

nitrogen, sulfur atau fosfor, contohnya : hidrokarbon, keton, alkohol, ester

dan lain-lain. Polutan inorganik seperti : karbon monoksida (CO),

karbonat, nitrogen oksida, ozon dan lainnya.

(41)

Polutan dibedakan menjadi partikulat atau gas. Partikulat dibagi

menjadi padatan dan cairan seperti : debu, asap, abu, kabut dan spray,

partikulat dapat bertahan di atmosfer. Sedangkan polutan berupa gas

tidak bertahan di atmosfer dan bercampur dengan udara bebas.

a.) Partikulat

Polutan partikulat yang berasal dari kendaraan bermotor

umumnya merupakan fasa padat yang terdispersi dalam udara dan

membentuk asap. Fasa padatan tersebut berasal dari pembakaran tak

sempurna bahan bakar dengan udara, sehingga terjadi tingkat ketebalan

asap yang tinggi. Selain itu partikulat juga mengandung timbal yang

merupakan bahan aditif untuk meningkatkan kinerja pembakaran bahan

bakar pada mesin kendaraan.

Apabila butir-butir bahan bakar yang terjadi pada penyemprotan

kedalam silinder motor terlalu besar atau apabila butir–butir berkumpul

menjadi satu, maka akan terjadi dekomposisi yang menyebabkan

terbentuknya karbon–karbon padat atau angus. Hal ini disebabkan karena

pemanasan udara yang bertemperatur tinggi, tetapi penguapan dan

pencampuran bahan bakar dengan udara yang ada di dalam silinder tidak

dapat berlangsung sempurna, terutama pada saat–saat dimana terlalu

banyak bahan bakar disemprotkan yaitu pada waktu daya motor akan

diperbesar, misalnya untuk akselerasi, maka terjadinya angus itu tidak

dapat dihindarkan. Jika angus yang terjadi itu terlalu banyak, maka gas

buang yang keluar dari gas buang motor akan bewarna hitam.

b.) Unburned Hidrocarbon (UHC)

Hidrokarbon yang tidak terbakar dapat terbentuk tidak hanya

karena campuran udara bahan bakar yang gemuk, tetapi bisa saja pada

campuran kurus bila suhu pembakarannya rendah dan lambat serta

(42)

Motor memancarkan banyak hidrokarbon kalau baru saja dihidupkan

atau berputar bebas (idle) atau waktu pemanasan.

Pemanasan dari udara yang masuk dengan menggunakan gas

buang meningkatkan penguapan dari bahan bakar dan mencegah

pemancaran hidrokarbon. Jumlah hidrokarbon tertentu selalu ada dalam

penguapan bahan bakar, di tangki bahan bakar dan dari kebocoran gas

yang melalui celah antara silinder dari torak masuk kedalam poros

engkol, yang disebut dengan blow by gasses (gas lalu).Pembakaran tak

sempurna pada kendaraan juga menghasilkan gas buang yang

mengandung hidrokarbon. Hal ini pada motor diesel terutama

disebabkan oleh campuran lokal udara bahan bakar tidak dapat mencapai

batas mampu bakar.

c.) Karbon Monoksida (CO)

Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa

karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna

dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon

monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada

suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Gas ini akan

dihasilkan bila karbon yang terdapat dalam bahan bakar (kira–kira 85 %

dari berat dan sisanya hidrogen) terbakar tidak sempurna karena

kekurangan oksigen. Hal ini terjadi bila campuran udara bahan bakar

lebih gemuk dari pada campuran stoikiometris, dan terjadi selama idling

pada beban rendah atau pada output maksimum. Karbon monoksida

tidak dapat dihilangkan jika campuran udara bahan bakar gemuk. Bila

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Pengujian dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Departemen

Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dan bengkel

Toyota Auto2000 SM Raja selama kurang lebih 3 bulan.

3.2Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang dipakai dalam pengujian ini terdiri dari :

3.2.1.1 Alat elektroliser

Tabung elekroliser sebagai penghasil gas hidrogen dapat dibuat sendiri dengan menggunakan toples yang cocok.

Gambar 3.1 Alat elektroliser penghasil gas hidrogen

Bahan dan alat yang digunakan untuk membuat sebuah elektroliser adalah:

3.2.1.1.1 Bahan

(44)

Toples yang digunakan adalah toples khusus yang tahan akan panas dan tekanan.

2) Elektroda

Elektroda terdiri dari dua bagian, yaitu elektroda negatif (katoda) dan elektroda positif (anoda). Elektroda dibuat menggunakan bahan dari stainless steel sebab lebih tahan terhadap korosi.

3) Mur, baut dan ring isolator.

Berfungsi sebagai terminal listrik elektroda. 4) Plat Stainless steel

Berfungsi untuk memecah senyawa air menjadi gas hidrogen dan oksigen. Gas hidrogen nantinya akan digunakan sebagai campuran bahan bakar.

5) Selang

Diletakan pada tutup tabung yang berfungsi sebagai penyalur botol tempat penampungan.

6) Katup (Pengatur udara)

Katup udara diletakan pada tutup elektroliser dan berfungsi sebagai fentilator udara yang dapat meningkatkan dan mengurangi tingkat kevakuman dalam tabung.

7) Air

Sebagai larutan elektrolit yang akan dicampur dengan natrium bikarbonat atau NaHCO3. Banyak dan sedikitnya air tergantung besarnya tabung.

8) Soda kue (Natrium Bikarbonat)

Merupakan senyawa elektrolit, sehingga mempercepat proses produksi gas hidrogen. Perbandingan ideal natrium bikarbonat dengan air suling adalah 1,5 sendok teh : 0,9 – 1 liter air.

11) Kabel listrik, terminal atau sekum dan isolasi. 12) Baterai charger

Sebagai sumber arus yang akan mengalir pada alat elektrolisa. 14) Klem dan kabeltis.

3.2.1.1.2 Alat

(45)

3) Pengaris 5) Obeng. 6) Tang

Setelah bahan dan alat dipersiapkan, langkah selanjutnya pembuatan elektroliser:

1) Plat stainless steel dipotong sesuai ukuran yang telah ditentukan. Kemudian dilubangi sesuai ukuran baut, agar baut dapat menjadi pengikat plat stainless steel tersebut.

2) Plat stainless steel disusun sesuai dengan fungsinya, bertindak sebagai katoda atau anoda.

4) Tutup tabung (toples) dilubangi sesuai ukuran plat stainless steel agar kabel dapat melewatinya dan penyaluran hidrogen dapat berlangsung dengan baik. 5) Kabel dimasukkan melalui tutup tabung dan dihubungkan kepada plat

stainless steel dengan melilitkan kabel.

6) Ketinggian plat stainless steel diatur melalui panjangnya kabel listrik. Kemudian kabel di lem super pada tutup tabung agar tidak ada perpindahan pada plat stainless steel agar tidak terjadi kebocoran.

7) Elbow dipasang berfungsi sebagai penyearah gas hidrogen yang dihasilkan nantinya.

8) Selang plastik dihubungkan pada elbow untuk menyalurkan hidrogen ke tempat penampungan (botol ukuran 150 ml dengan tekanan 1 bar)

9) Selang plastik diikat dengan kleman atau kabel tis untuk mencegah terjadinya kebocoran dalam penyaluran gas hidrogen.

10) Masukan larutan Air kira-kira 800 ml dan tambahkan zat tambahan sebagai katalis (natrium bikarbonat) kira-kira 1 sendok makan.

Setelah selesai perakitan elektroliser tersebut dapat digunakan pada parameter uji.

3.2.1.2 Mesin Uji

1. Genset STARKE Tipe GFH1900LX

(46)

terintegrasi mesin dengan generator sehingga mesin akan menaikkan putaran secara otomatis jika beban pada generator ditambah

Gambar 3.2 Genset STARKE Tipe GFH1900LX

Spesifikasi :

• Capacity : 900 Watts/ 220V/ 50Hz

• Tank Capacity : 6 L

• DC Current : 12V/ 8.3A

• Starter : Manual

• Peak Power : 1,3 KW

• Rate Power : 1,0 KW

• Power Faktor : 1,0

• Noise Level 7 m distance : 63 dB

• Mesin : 3.0 Hp air Cooled OHV/ 3600 rpm

• Bore: 55 mm

• Stroke: 40 mm

• Vd : 95 × 10−6 �3

• Vc : 10 × 10−6 �3

• Rasio kompresi: 10,5 : 1

• Jumlah Silinder: 1 Silinder

(47)

• Weight : 26 Kg

• Dimensions : 370 x 400 x 460 mm

2. Alat uji emisi Sukyong SY-GA 401

Gambar 3.3 Alat uji emisi Sukyong SY-GA 401 Spesifikasi:

• Model No : SY-GA401

• Measuring Range : CO : 0.00 – 9.99% HC : 0-9999 ppm

CO2 : 0.0- 20.0 %

O2 : 0.0- 25.0 % λ : 0- 2.000 AFR: 0.0 – 99.0

• Operating Temp : 0- 40 oC

• Power Source : AC 220 V ± 10% 50/60 Hz

(48)

Gambar 3.4 Tachometer

Spesifikasi:

• Display Counts : 99.999 counts LCD

• Range rpm : 5 to 99.999

• Ft/min : 0.2 to 6560

• M/min : 0.05 to 1999.9

• Basic Accuracy : ±0.05% ±1d

• Max RPM Resolution (rpm) : 0.1

4. Multi meter untuk mengetahui tegangan dan kuat arus dari genset

Gambar 3.5 Multi meter

Spesifikasi:

• Power Supply : 2 x AA 1.5V Battery

• Dimension : 180 x 89 x 51.1mm

AC Volts : 400mV / 4V / 40V / 400V / 1000V, +/-3.0+3, 0.1Mv to 1,000V

(49)

• AC Current : 400uA / 4000uA / 40mA / 400mA / 4A / 10A, +/-1.5%+3 ,0.1UA to 10A

• DC Current : 400uA / 4000uA / 40mA / 400mA / 4A / 10A, +/-1.5%+3 0.1UA to 10A

• Capacitance : 50nF/ 200Nf / 2Uf / 20Uf / 200Uf / 20Mf ,+/-2%+5, 0.01nF

• Resistance :400 / 4K / 40K / 400K / 4M / 40M Ohm, +/-0.5%+3, 0.1 ohm

5. Botol minuman yang digunakan untuk menentukan jumlah bahan bakar yang dipakai

6. Timbangan Digital untuk mengukur massa bahan bakar sebelum digunakan.

7. Gelas ukur sebagai wadah dalam menimbang bahan bakar.

8. Alat bantu perbengkelan, seperti : kunci pas, kunci ring, kunci busi, obeng, tang, dan palu.

9. Stop watch untuk menentukan waktu yang dibutuhkan mesin untuk menghabiskan bahan bakar.

10.Bola lampu pijar 100 watt sebanyak 12 buah lampu yang digunakan sebagai beban

3.2.1.3. Alat pendukung dalam penyimpanan hidrogen

Hidrogen yang telah dihasilkan ditampung terlebih dahulu. Dalam pengujian ini, hidrogen yang ditampung dalam tekanan 1 bar. Hidrogen ditampung agar saat pengujian dapat langsung digunakan dengan cepat. Karena untuk menghasilkan hidrogen dibutuhkan waktu yang cukup lama. Penampungan hidrogen didukung oleh beberapa alat pendukung, diantaranya sebagai berikut :

a. Botol penampung hidrogen 150 ml

(50)

Gambar 3.6 Media penampung hidrogen

b. Katup

Katup digunakan untuk membuka/menutup aliran hidrogen yang telah dihasilkan pada proses elektrolisis. Jika wadah penampungan telah terisi penuh dengan hidrogen hingga tekanan 1 bar, maka katup dapat menutup aliran hidrogen tersebut.

Gambar 3.7 Katup

3.2.1.4 Alat pendukung dalam menyalurkan hidrogen

(51)

Penyaluran hidrogen ini juga harus dilengkapi oleh alat-alat pendukung agar dapat berlangsung dengan baik. Alat-alat pendukung yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Regulator

Regulator berfungsi untuk mengatur tekanan keluaran hidrogen dari tempat penampungan menuju intake manifold.

Gambar 3.8 Regulator

Spesifikasi :

• Tipe : AR20-02 Steins fluida gas

• Ukuran maksimum : 150 psi

• Ukuran minimum pengukuran : 0 psi

b. Manometer

(52)

Gambar 3.9 manometer

c. Selang plastik

Selang plastik digunakan sebagai media penyaluran hidrogen dari tempat penampungan.

d. Saluran Hawa

Saluran hawa dari mesin genset ini perlu dilakukan modifikasi agar hawa dan gas hidrogen masuk melalui aliran yang sama.

Gambar 3.10 Modifikasi saluran hawa

3.2.2 Bahan

Bahan yang menjadi objek pengujian ini adalah bahan bakar

(53)

3. Campuran bahan bakar premium 75% + etanol (99%) 25% yang selanjutnya disimbolkan E25

4. Campuran bahan bakar (premium 75% + etanol (99%) 25%) 97,5% + hidrogen 2,5% ( E25 97,5% + hidrogen 2,5%) yang selanjutnya disimbolkan H2,5.

3.3.Prosedur Elektrolisa untuk Menghasilkan Bahan Bakar Hidrogen

Bahan bakar hidrogen dihasilkan dengan elektrolisa air, adapun prosedurnya adalah :

a. Masukkan air pada bejana elektrolisa sebanyak 800 ml dan tambahkan sekitar 1,5 sedok teh soda kue sebagai katalis.

b. Tutup tabung elektrolisa dan hubungkan selang tabung dengan tempat penampungan yang sebelumnya juga sudah dihubungkan dengan manometer dan katup.

c. Hubungkan tabung elektrolisa dengan sumber arus (power suplay).

d. Nyalakan power suplay pada tegangan 12 volt, dan akan terjadi reaksi pemecahan atom.

e. Tunggu hingga manometer menunjuk angka 1 bar, kemudian tutup katup yang sebelumnya sudah dihubungkan pada penampung.

(54)

Diagram alir proses elektrolisa dapat dilihat dibawah ini :

Gambar 3.11 Diagram alir prosedur elektolisa menghasilkan hidrogen

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan dalam pengujian ini meliputi:

a. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari pengukuran dan pembacaan pada unit instrumentasi dan alat ukur pada masing-masing pengujian.

b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian karakteristik bahan bakar premium, etanol dan gas hidrogen yang diperoleh dari berbagai sumber yang ada.

• Mengulang langkah tuk hasil yang lebih banyak.

Selesai

• Menghubungkan manometer

• Menghubungkan katup

• Menghubungkan tempat penampungan

• Menghubungkan power suplay (12 volt)

• Menunggu hingga tekanan 1 bar Mulai

•Volume air: 800 ml

(55)

3.5 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari data primer dan data sekunder diolah ke dalam rumus empiris, kemudian data dari perhitungan disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik

3.6 Pengamatan dan Tahap Pengujian

Parameter yang akan ditinjau dalam pengujian ini adalah :

1. Daya ( P ) 2. Torsi ( T )

3. Konsumsi bahan bakar spesifik ( sfc ) 4. Rasio udara- bahan bakar (AFR) 5. Efisiensi thermal (�)

6. Emisi gas buang

Prosedur pengujian dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :

1. Pengujian nilai kalor bahan bakar

2. Pengujian mesin otto menggunakan bahan bakar “P” 3. Pengujian mesin otto menggunakan bahan bakar “Et” 4. Pengujian mesin otto menggunakan bahan bakar “E25

5. Pengujian mesin otto menggunakan bahan bakar campuran “H2,5

3.7 Prosedur Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar

Alat yang digunakan dalam pengukuran nilai kalor bahan bakar ini adalah alat uji “Bom Kalorimeter”.

Peralatan yang digunakan meliputi :

● Kalorimeter, sebagai tempat air pendingin dan tabung bom

● Tabung bom, sebagai tempat pembakaran bahan bakar yang diuji.

(56)

● Alat ukur tekanan gas oksigen, untuk mengukur jumlah oksigen yang dimasukkan ke dalam tabung bom.

● Termometer, dengan akurasi pembacaan skala 0.010

C.

● Elektromotor yang dilengkapi pengaduk untuk mengaduk air pendingin.

● Spit, untuk menentukan jumlah volume bahan bakar.

● Pengatur penyalaan (skalar), untuk menghubungkan arus listrik ke tangkai penyala pada tabung bom.

● Cawan, untuk tempat bahan bakar di dalam tabung bom.

● Pinset untuk memasang busur nyala pada tangkai, dan cawan pada

dudukannya.

Adapun tahapan pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mengisi cawan bahan bakar dengan bahan bakar yang akan diuji.

2. Menggulung dan memasang kawat penyala pada tangkai penyala yang ada pada penutup bom.

3. Menempatkan cawan yang berisi bahan bakar pada ujung tangkai penyala, serta mengatur posisi kawat penyala agar berada tepat diatas permukaan bahan bakar yang berada didalam cawan dengan menggunakan pinset. 4. Meletakkan tutup bom yang telah dipasangi kawat penyala dan cawan

berisi bahan bakar pada tabungnya serta dikunci dengan ring “O” sampai rapat.

5. Mengisi bom dengan oksigen (30 bar).

6. Mengisi tabung kalorimeter dengan air pendingin sebanyak 1250 ml. 7. Menempatkan bom yang telah terpasang kedalam tabung kalorimeter. 8. Menghubungkan tangkai penyala penutup bom ke kabel sumber arus

listrik.

9. Menutup kalorimeter dengan penutupnya yang telah dilengkapi dengan pengaduk.

(57)

11.Menempatkan termometer melalui lubang pada tutup kalorimeter.

12.Menghidupkan elektromotor selama 5 (lima) menit kemudian membaca dan mencatat temperatur air pendingin pada termometer.

13.Menyalakan kawat penyala dengan menekan saklar.

14.Memastikan kawat penyala telah menyala dan putus dengan memperhatikan lampu indikator selama elektromotor terus bekerja.

15.Membaca dan mencatat kembali temperatur air pendingan setelah 5 (lima) menit dari penyalaan berlangsung.

16.Mematikan elektromotor pengaduk dan mempersiapkan peralatan untuk pengujian berikutnya.

17.Mengulang pengujian sebanyak 5 (lima) kali berturut-turut.

3.8 Prosedur Pengujian Performansi Mesin Otto Generator Set

Pada pengujian ini akan diteliti performansi mesin otto serta komposisi emisi gas buang. Pengujian ini dilakukan dalam 6 variasi jumlah lampu, yaitu : 2 lampu, 4 lampu, 6 lampu, 8 lampu, 10 lampu dan 12 dengan menghabiskan 30 gr bahan bakar.

Pengujian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengoperasikan mesin dengan cara menarik starter penyalaan mesin, kemudian memanaskan mesin selama 5 menit.

2. Setelah mesin beroperasi dengan baik, mesin dipadamkan dan bahan bakar ditimbang sebanyak 30 gr.

3. Memulai pengujian dengan menyalakan 2 lampu sebagai variasi beban awal (pengujian pertama).

4. Menyalakan stopwatch dan menghitung waktu pengujian sampai bahan bakar 30 gr habis.

5. Mengukur putaran mesin dengan menggunakan tachometer.

6. Mencatat tegangan dan kuat arus menggunakan multi meter.

(58)

8. Mengulang pengujian untuk variasi jumlah lampu berikutnya adapun variasi pembebanan jumlah lampu berikutnya yaitu, 4, 6, 8, 10, dan 12 lampu.

9. Mengulang pengujian dengan bahan bakar yang berbeda yang sudah ditentukan.

Sementara untuk campuran yang mengandung hidrogen langkah pengujian adalah sebagai berikut:

1. Mengoperasikan mesin dengan cara menarik starter penyalaan mesin, kemudian memanaskan mesin selama 5 menit.

2. Setelah mesin beroperasi dengan baik, mesin dipadamkan dan bahan bakar cair ditimbang sebanyak 29,27 gr.

3. Mengatur keluaran hidrogen lewat regulator.

4. Memulai pengujian dengan menyalakan 2 lampu sebagai variasi beban awal (pengujian pertama) dan serempak membuka katup.

5. Menyalakan stopwatch dan menghitung waktu pengujian sampai bahan bakar habis.

6. Mengukur putaran mesin dengan menggunakan tachometer.

7. Mencatat tegangan dan kuat arus menggunakan multi meter.

8. Mencatat waktu yang diperlukan dalam menghabiskan bahan bakar.

9. Mengulang pengujian untuk variasi jumlah lampu berikutnya adapun variasi pembebanan jumlah lampu berikutnya yaitu, 4, 6, 8, 10, dan 12 lampu.

(59)

Untuk lebih ringkasnya prosedur pengujian performansi yang dilakukan dapat dilihat melalui melalui diagram alir di bawah ini :

Gambar 3.12 Diagram alir pengujian performansi mesin otto generator set Mulai

• Jumlah beban lampu: n lampu

• Massa bahan bakar = 30 gr

Mengulang pengujian dengan beban jumlah lampu yang berbeda

selesai Kesimpulan

• Mencatat putaran mesin

• Mencatat tegangan

• Mencatat kuat arus

• Mencatat waktu

Tidak

(60)

Sementara campuran hidrogen dilakukan sebagai berikut:

Gambar 3.13 Diagram alir pengujian performansi mesin otto generator set (campuran hidrogen)

Tidak

Ya Mulai

•Jumlah beban lampu: n lampu

•Massa bahan bakar cair = 29,27 gr

•Massa bahan bakar hidrogen 0,729 gr

Mengulang pengujian dengan beban jumlah lampu yang berbeda

selesai Kesimpulan

• Mencatat putaran mesin

• Mencatat tegangan

• Mencatat kuat arus

(61)

3.9 Prosedur Pengujian Emisi Gas Buang

Pengujian emisi gas buang yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan alat uji emisi Sukyong SY-GA 401. Pengujian emisi gas buang yang dilakukan meliputi kadar CO, CO2, HC, dan O2 yang terdapat pada hasil

pembakaran bahan bakar. Prosedur pengujian dapat dilihat melalui diagram alir berikut ini :

Gambar 3.14 Diagram Alir Prosedur Pengujian Emisi Gas Buang

Mulai

• Mengulang pengujian dengan variasi beban jumlah lampu yang berbeda

Selesai

• Tekan tombol power yang ada di belakang

Kesimpulan

• Pilih opsi official test

• Tunggu sampai “auto zero” mengkalibrasi alat dan layar menunjukkan tampilan ECC TST

• Pasang probe tester ke ujung knalpot

(62)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Daya

Besarnya daya yang dihasilkan oleh mesin yang menggunakan bahan bakar P, Et, E25 dan H2,5 dapat dihitung dari besar tegangan (volt) dan kuat arus (ampere) yang dihasilkan pada pembacaan multimeter. Besarnya daya yang dihasilkan oleh masing-masing jenis bahan bakar pada tiap kondisi pembebanan dan putaran mesin dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

� =��...(4.1)

dimana:

P = Daya Keluaran (watt)

V = Tegangan (volt) I = Kuat arus (ampere)

4.1.1 Daya yang dihasilkan menggunakan bahan bakar “P”

Perhitungan daya menggunakan persamaan 4.1, dengan mensubtitusi data pada persamaan. Pada pembebanan 2 lampu 200 watt pada putaran 4330 rpm.

Didapat data sebagai berikut :

V = 252 volt

I = 0,8 Amp

Dengan memasukkan nilai didapat :

Gambar

Tabel 2.1 Sifat Hidrogen dengan bahan bakar lain (Lit 8)
Gambar 2.1 Proses Elektrolisis air (lit 14)
Gambar 2.2 Reaksi Sederhana Proses Fermentasi Etanol
Gambar 2.3. P-V dan T-S diagram Siklus Otto Ideal [lit. 1]
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melihat kondisi awal tentang kemampuan membaca anak di Taman Kanak- kanak Padang, peneliti melakukan tindakan untuk memperbaiki pembelajaran membaca melalui

Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual. Pajak

Berdasarkan Pasal 7 Ayat (6) UUPT tersebut mengandung konsekuensi yakni berupa sanksi hukum apabila waktu yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang

Peneliti memberikan alternatif permasalahan tersebut dengan meningkatkan hasil belajar IPA menggunakan metode talking stick materi cara manusia dalam memelihara dan

[r]

Selain itu, tipologi hubungan representamen dengan tanda akan membantu penelitian ini dalam mendeskripsikan representamen dari tanda-tanda yang terdapat pada beberapa binatang

Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi ikan, dan hanya ikan yang memiliki system respirasi yang sesuai dapat bertahan

Memahami pendidikan yang semakin hari semakin kompleks baik aspek pendidik, peserta didik, materi, media, metode dan lingkungan pendidikan diperlukan pula diperlukan