ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA KELAS VA SD CAHAYA NUR KUDUS JAWA TENGAH
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VA SD Cahaya Nur Kabupaten Kudus tentang materi menghitung volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI semester gasal tahun pelajaran 2013/2014.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa VA SD Cahaya Nur Kabupaten Kudus semester gasal tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 32 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan tes tertulis, pengamatan keaktifan, dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase keaktifan belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan adalah sebesar 22% siswa yang aktif. Pada siklus I telah meningkat menjadi 31%. Pada siklus II penelitian ini berhasil meningkat menjadi 51%. Sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan adalah sebesar 68,41. Pada siklus I telah meningkatkan rata-rata prestasi belajar siswa menjadi sebesar 75,59. Pada siklus II penelitian ini, berhasil meningkatkan rata-rata kelas menjadi 86,16. Peningkatan prestasi belajar ditandai dengan naiknya dari kondisi awal 41% ke siklus I mencapai 59% dan meningkat menjadi 86% pada akhir siklus II.
ABSTRACT
THE INCREASING OF STUDENTS’ ACTIVITY AND STUDENTS’ ACHIEVEMENT IN MATHEMATICS LEARNING USING PMRI APPROACH
FOR VA GRADE OF SD CAHAYA NUR KUDUS CENTER JAVA
The purpose of this research is to know the increasing of students’ activity
and students’ learning achievement for VA grade students of SD Cahaya Nur
kabupaten Kudus about measuring cube and balok using PMRI approach in the odd semester 2013/2014.
The genre of this research is class research activity. The subject of the research was the VA grade students of SD cahaya Nur kabupaten Kudus in odd semester 2013/2014. If consists of 32 students. The research was done in two cycles. Every cycle consisted of planning, implementing, observing and reflecting. The data were collected/gathered by using written test, observing the activity and interview. Then, the data analized in qualitative descriptive.
The prosentage of students learning activity before the research was 22% of the students were active. In the first cycle, increasing into 31%. And the seconf cycle, the achievement increased into 51%, and it was succed. The average of the score of the students achievement before the research is 68,41. In the first cycle increased into 75,59. In the second cycle succed, the score increased 86,16. The increasing of the students achievement was syimbolized by increasing the students achievement in the first cycle was 41% then into 59% and increased 86% in the end of the second cycle.
i
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA KELAS VA SD CAHAYA NUR KUDUS JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
Leonardus Gangga Setiyanto NIM. 091134034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iii
iv
PERSEMBAHAN dan MOTO
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus juru selamatku, Bunda Maria teladan dan
penolongku, Santo Leonardus pelindungku.
Ayahku Nicolaus Tujiyantono dan Ibuku Yuliana Sarjiyem.
Kakakku Nicodemus Yordan Adheyanto dan Brigita Krisnilasari
Yulianto.
Simbah Putri Maria Daliyah.
Sahabat-sahabatku
Almamaterku.
Moto:
Keberhasilan bukan untuk diramalkan, tetapi untuk dibangun.
(Mario Teguh)
Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk
merancang. (William J. Siegel)
Kerjakanlah, Wujudkanlah, Raihlah cita-citamu dengan
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya oeang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah
Yogyakarta, 10 Maret 2014 Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Leonardus Gangga Setiyanto
NIM : 091134034
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA KELAS VA SD CAHAYA NUR KUDUS JAWA TENGAH
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pengkajian data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 10 Maret 2014 Yang menyatakan
vii ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA KELAS VA SD CAHAYA NUR KUDUS JAWA TENGAH
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VA SD Cahaya Nur Kabupaten Kudus tentang materi menghitung volume kubus dan balok menggunakan pendekatan PMRI semester gasal tahun pelajaran 2013/2014.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa VA SD Cahaya Nur Kabupaten Kudus semester gasal tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 32 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan tes tertulis, pengamatan keaktifan, dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase keaktifan belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan adalah sebesar 22% siswa yang aktif. Pada siklus I telah meningkat menjadi 31%. Pada siklus II penelitian ini berhasil meningkat menjadi 51%. Sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan adalah sebesar 68,41. Pada siklus I telah meningkatkan rata-rata prestasi belajar siswa menjadi sebesar 75,59. Pada siklus II penelitian ini, berhasil meningkatkan rata-rata kelas menjadi 86,16. Peningkatan prestasi belajar ditandai dengan naiknya dari kondisi awal 41% ke siklus I mencapai 59% dan meningkat menjadi 86% pada akhir siklus II.
viii ABSTRACT
THE INCREASING OF STUDENTS’ ACTIVITY AND STUDENTS’ ACHIEVEMENT IN MATHEMATICS LEARNING USING PMRI
APPROACH FOR VA GRADE OF SD CAHAYA NUR KUDUS CENTER JAVA
The purpose of this research is to know the increasing of students’ activity and students’ learning achievement for VA grade students of SD Cahaya Nur kabupaten Kudus about measuring cube and balok using PMRI approach in the odd semester 2013/2014.
The genre of this research is class research activity. The subject of the research was the VA grade students of SD cahaya Nur kabupaten Kudus in odd semester 2013/2014. If consists of 32 students. The research was done in two cycles. Every cycle consisted of planning, implementing, observing and reflecting. The data were collected/gathered by using written test, observing the activity and interview. Then, the data analized in qualitative descriptive.
The prosentage of students learning activity before the research was 22% of the students were active. In the first cycle, increasing into 31%. And the seconf cycle, the achievement increased into 51%, and it was succed. The average of the score of the students achievement before the research is 68,41. In the first cycle increased into 75,59. In the second cycle succed, the score increased 86,16. The increasing of the students achievement was syimbolized by increasing the students achievement in the first cycle was 41% then into 59% and increased 86% in the end of the second cycle.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan petunjuk serta kekuatan sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi denganjudul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Menggunakan Pendekatan PMRI Pada Siswa Kelas VA SD Cahaya Nur Semester Gasal. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, S.J, S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi PGSD. 3. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku dosen pembimbing I.
4. Ibu Andri Anugrahana, S. Pd., M. Pd. selaku dosen pembimbing II.
5. Semua dosen serta karyawan PGSD yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
6. Petugas perpustakaan USD yang membantu menyediakan sumber refrensi bagi karya ilmiah saya.
7. Suster BSL. Yohanita, PI, S.Ag. selaku kepala SD Cahaya Nur Kudus yang telah membantu dan mengijinkan saya dalam penelitian.
8. Bapak Nicolaus Tujiyantono, Ibu Yuliana Sarjiyem, Kakakku Nicodemus Yordan Adheyanto, dan Brigita Krisnilasari Yulianto yang selalu ada di saat suka dan duka, selalu mendoakan saya setiap hari, selalu memberi banyak hal selama hidupku ini.
9. Alm. Simbah Kakung dan Simbah Putri Tomo Irana, Alm. Simbah Kakung Wiryoutama yang selalu mendoakan aku, agar aku berhasil menghadapi perjalanan hidup di dunia ini. Keluarga besar Alm. Tomo Irana dan Keluarga Besar Alm. Wiryoutama yang selalu memberi dukungan serta doanya.
x
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karya ilmiah saya ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi peningkatan dan perbaikan dalam karya ilmiah ini. Semoga karya ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 10 Maret 2014
xi DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
PRA KATA ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori... 9
2.1.1 Keaktifan Belajar ... 9
2.1.1.1Pengertian Keaktifan Belajar ... 9
2.1.1.2Indikator Keaktifan Belajar ... 10
xii
2.1.2 Prestasi belajar ... 12
2.1.2.1Pengertian prestasi belajar ... 12
2.1.2.2Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ... 11
2.1.3 PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) ... 13
2.1.3.1Pengertian PMRI ... 13
2.1.3.2Karakteristik PMRI ... 15
2.1.3.3 Aspek Pembelajaran Matematika menggunakan Pendekatan PMRI .. 17
2.1.3.4Langkah-langkah Pembelajaran PMRI ... 18
2.1.4 Hakikat Matematika ... 19
2.1.4.1Pengertian Pembelajaran Matematika ... 19
2.1.4.2Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika ... 20
2.1.4.3Materi Volume Kubus dan Balok ... 22
2.2 Hasil Penelitian yang relevan... 24
2.3 Kerangka Berpikir ... 27
2.4 Hipotesis Tindakan ... 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 29
3.2 Setting Penelitian ... 31
3.3 Rencana Tindakan ... 32
3.3.1 Persiapan Penelitian ... 32
3.3.2 Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 33
3.3.2.1Rencana Tindakan Siklus I ... 33
1) Rencana Tindakan ... 33
2) Pelaksanaan Tindakan ... 33
3) Pengamatan ... 34
4) Refleksi ... 35
3.3.2.2Rencana Tindakan Siklus II ... 35
1) Rencana Tindakan ... 36
2) Pelaksanaan Tindakan ... 36
xiii
4) Refleksi ... 38
3.4 Intrumen Penelitian ... 38
1. Non Tes ... 39
2. Tes Tertulis... 40
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 41
1. Observasi ... 41
2. Tes ... 41
3. Wawancara ... 41
3.6 Validitas Dan Reabilitas Instrumen Penelitian ... 43
3.6.1 Validitas Instrumen Penelitian ... 43
3.6.2 Validitas Instrumen Observasi... 44
3.6.3 Validitas Perangkat Pembelajaran ... 45
3.6.4 Validitas Instrumen Soal ... 46
3.6.5 Reabilitas ... 47
3.7 Analisis Data ... 48
3.7.1 Kriteria Keberhasilan ... 48
3.7.2 Perhitungan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Penelitian ... 51
4.1.1 Pelaksanaan Siklus I ... 51
4.1.1.1Perencanaan Siklus I ... 51
4.1.1.2Pelaksanaan Siklus I ... 52
4.1.1.3Pengamatan Siklus I ... 54
4.1.1.4Refleksi Siklus I ... 54
4.1.2 Pelaksanaan Siklus II ... 55
4.1.2.1Perencanaan Siklus II ... 55
4.1.2.2Pelaksanaan Siklus II ... 56
4.1.2.3Pengamatan Siklus II ... 58
4.1.2.4Refleksi Siklus II ... 58
xiv
4.2.1 Keaktifan Belajar Siswa ... 59
4.2.2 Prestasi Belajar Siswa ... 71
4.3 Pembahasan... 75
4.3.1 Keaktifan Belajar Siswa ... 75
4.3.2 Prestasi Belajar Siswa ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 78
5.2 Saran ... 80
xv
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 3.1 Peubah dan Instumen Penelitian Keaktifan dan Prestasi Belajar ... 38
Tabel 3.2 Tabel Lembar Penilaian Kektifan Belajar Siswa ... 39
Tabel 3.3 Kriteria Hasil Penilaian Keaktifan ... 40
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 40
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 41
Tabel 3.6 Lembar Wawancara Siswa ... 42
Tabel 3.7 Lembar Wawancara Guru ... 42
Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Validasi Instrumen Lembar Pengamatan ... 44
Tabel 3.9 Kriteria Validasi Instrumen Observasi ... 44
Tabel 3.10 Hasil Penghitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 45
Tabel 3.11 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 45
Tabel 3.12 Kriteria Kualifikasi Reabilitas Instrumen ... 47
Tabel 3.13 Kriteria Keberhasilan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa ... 48
Tabel 4.1 Tabel Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 63
Tabel 4.2 Tabel Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus II... 65
Tabel 4.3 Tabel Rangkuman Keaktifan Belajar Siswa Siklus I dan II... 66
Tabel 4.4 Tabel Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 71
Tabel 4.5 Tabel Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 72
xvi
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian Terdahulu ... 26 Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kemmis & MC. Tagart ... 30 Gambar 4.1 Grafik Hasil Keaktifan Belajar Siswa Setiap Indikator Siklus I dan
Siklus II ... 62 Gambar 4.2 Grafik Hasil Keaktifan Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I, dan
Siklus II ... 68 Gambar 4.3 Gambar Hasil Pedoman Wawancara Siswa ... 70 Gambar 4.4 Gambar Hasil Pedoman Wawancara Guru ... 70 Gambar 4.5 Grafik Hasil Prestasi Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I, dan
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
Lampiran 1. Silabus ... 86
Lampiran 2.RPP ... 93
Lampiran 3.LKS ... 110
Lampiran 4. Materi Mencari Kubus dan Balok ... 118
Lampiran 5. Soal Evaluasi Siswa Siklus I dan Siklus II ... 122
Lampiran 6. Lembar Keaktifan Belajar Siswa ... 129
Lampiran 7. Lembar Validitas Soal Evaluasi ... 136
Lampiran 8. Lembar Reabilitas Soal Evaluasi ... 141
Lampiran 9. Hasil Evaluasi Siswa (Hasil Kognitif, Afektif, Psikomotorik) ... 143
Lampiran 10. Surat Perizinan Penelitian ... 156
Lampiran 11. Surat Telah Melakukan Penelitian ... 158
Lampiran 12. Foto-Foto Penelitian ... 160
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berkembangnya negara untuk maju ditentukan oleh beberapa faktor
salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan mengambil peran penting dalam
proses mewujudkan kebebasan manusia sejati. Pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara,
perbuatan mendidik (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002 :
263). Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan bakat, kemampuan,
akal, dan budinya. Manusia dapat mengembangkan aspek yang ada didalam
dirinya secara optimal, salah satunya adalah keaktifan.
Keaktifan belajar siswa akan muncul bila ada dorongan dari dalam diri
seseorang dan komponen-komponen pendidikan yang mendukung
perkembangan keaktifan belajar seseorang. Fungsi sekolah sebagai tempat
menumbuh kembangkan keaktifan secara optimal. Mengembangan keaktifan
ada banyak cara salah satunya adalah mempelajari matematika. Matematika
adalah salah satu ilmu dasar untuk memecahkan masalah yang berkaitan
dengan kehidupan nyata. Peran matematika sangat penting bagi kehidupan
manusia. Tanpa disadari manusia menerapkan ilmu matematika dalam
kehidupan mereka seperti: penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian
2 Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di sekolah
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut misalnya siswa, guru,
kurikulum, pengelola sekolah, sarana dan proses. Salah satu komponen yang
dapat meningkatkan pendidikan adalah proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dapat meliputi pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran,
metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran, yang
dapat mengembangkan keaktifan pada peserta didik.
Pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar mempunyai
peranan yang sangat penting. Pendidikan matematika diberikan agar anak
dapat berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki
kemampuan bekerja sama (BNSP, 2006: 127). Selain itu matematika
merupakan salah satu mata pelajaran pokok di jenjang pendidikan sekolah
dasar, bahkan juga digunakan sebagai salah satu mata pelajaran untuk Ujian
Nasional (UN). Matematika bertujuan untuk mengembangkan seluruh aspek
dalam diri manusia yang berkaitan dengan perhitungan angka, kemampuan
menghitung dan menyelesaikan permasalahan sehari-hari dengan
menghitung. Salah satu implikasi dari hasil penelitian tentang ilmu kognitif
dalam pembelajaran matematika adalah proses pembelajaran seharusnya lebih
menekankan pada makna dan pemahaman sejak usia sekolah dasar.
Pemberian tekanan pada makna dan pemahaman tersebut untuk
mengembangkan kemampuan berpikir anak dengan tingkat yang lebih tinggi
(Suryadi, 2007: 174). Siswa dapat memahami konsep-konsep matematika
3 belajar di kelas. Dengan menerapkan pengetahuan yang didapat, siswa dapat
mengingat dalam jangka waktu yang lebih lama. Bahkan, tidak terlupakan
daripada siswa hanya duduk kelas lalu mengerjakan soal-soal saja.
Tanggal 14 Oktober 2013 peneliti melakukan pengamatan kondisi awal
keaktifan belajar siswadi SD Cahaya Nur, guru matematika mengajarnya
masih bersifat tradisional serta bersifat informatif, yaitu guru menggunakan
metode ceramah. Siswa bersifat pasif, yaitu hanya duduk, mendengarkan, dan
mencatat. Metode tersebut membuat siswa hanya membayangkan hal-hal
yang diceritakan oleh gurunya, sehingga siswa tidak memiliki keaktifan untuk
belajar, bahkan sebagian besar merasa bosan, mengantuk, dan mencari
kesibukan sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan kondisi awal keaktifan
belajar siswa tanggal 14 Oktober 2013 yang dilakukan di kelas VA SD
Cahaya Nur pada mata pelajaran matematika, terdapat 7 siswa (22% dari 32
siswa) yang mendapat kriteria cukup aktif. Siswa yang mendapat kriteria
kurang aktif sebanyak 23 siswa (72% dari 32 siswa), dan siswa yang
mendapatkan kriteria tidak aktif sebanyak 2 siswa (6% dari 32 siswa).Hal ini
membuktikan bahwa siswa kurang aktif untuk mengikuti kegiatan belajar,
memaknai pengetahuan atau bahkan menerapkan pengetahuannya kedalam
dunia nyata.
Rendahnya prestasi belajar terlihat dari daftar nilai ulangan harian siswa
yang memperoleh hasil di bawah KKM 75 pada tahun pelajaran 2011/2012
mencapai 49% atau 17 dari 35 siswa dan pada tahun pelajaran 2012/2013
4 daftar nilai ulangan harian siswa menunjukan nilai sebagian siswa masih di
bawah KKM 75 mencapai 59% (19 siswa dari 32 siswa) dan 41% (13 siswa
dari 32 siswa) yang tuntas dari KKM. Nilai rata-rata pada tahun pelajaran
2012/2013 adalah 68.41.
Pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk mengatasi
pembelajaran tradisional dan bersifat informatif tersebut, namun dalam
penelitian ini peneliti akan mencoba pendekatan PMRI yang dapat
meningkatkan keaktifan siswa, dan mengajak siswa untuk memaknai
pengetahuan yang mereka dapat serta menerapkan konsep-konsep matematika
dalam kehidupan sehari-hari. Supinah (2008: 7) mengungkapkan bahwa
pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual atau realistik
memberikan peluang pada peserta didik untuk aktif mengkonstruksi
pengetahuan matematika. Pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia) dalam Suryanto (2010: 37) adalah pendidikan
matematika sebagai hasil adaptasi dari realistic mathematics education yang
telah diselaraskan dengan kondisi budaya, geografi dan kehidupan
masyarakat Indonesia.
Bertolak dari hasil latar belakang permasalahan mata pelajaran
matematika di SD Cahaya Nur kelas VA maka peneliti mengambil judul
“PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA
5 siswa meningkat sehingga siswa dapat memaknai pengetahuan dan
menerapkan konsep-konsep Matematika dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan pendekatan PMRI dalam upaya meningkatkan keaktifan belajar matematika pada siswa kelas VA SD Cahaya Nur Kudus Jawa Tengah?
2. Bagaimana penggunaan pendekatan PMRI dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas VA SD Cahaya Nur Kudus Jawa Tengah?
3. Apakah penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika pada siswa kelas VA SD Cahaya NurKudus Jawa Tengah?
4. Apakah penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas VA SD Cahaya Nur Kudus Jawa Tengah?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan pendekatan PMRI dalam upaya
meningkatkan keaktifan belajar matematika pada siswa kelas VA SD
6 2. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan pendekatan PMRI dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas VA SD
Cahaya Nur Kudus Jawa Tengah.
3. Untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan PMRI dapat
meningkatkan keaktifan belajar matematika pada siswa kelas VA SD
Cahaya Nur Kudus Jawa Tengah.
4. Untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan PMRI dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas VA SD
Cahaya Nur Kudus Jawa Tengah.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Sekolah
Bagi sekolah, menjadi tambahan sumber pengetahuan terkait dengan
penelitian tindak kelas khususnya mata pelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan PMRI.
2. Guru
Bagi guru, memberikan inspirasi dalam mengajar matematika dengan
menggunakan pendekatan PMRI.
3. Siswa
Bagi siswa, mendapatkan mengalaman belajar dengan pendekatan PMRI
7 4. Peneliti
Bagi peneliti, memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian
tindak kelas khususnya mata pelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan PMRI.
1.5 Pembatasan Masalah Penelitian ini terbatas pada:
1. Keaktifan belajar siswa terlihat pada hasil pengamatan keaktifan belajar
siswa pada kegiatan belajar matematika.
2. Prestasi belajar dibatasi nilai evaluasi siswa setelah melakukan kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan PMRI.
3. Penelitian ini hanya dilakukan untuk mata pelajaran matematika kelas V
SK 4. Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam
pemecahan masalah. KD 4.1 Menghitung volume kubus dan balok.
4. Pendekataan PMRI digunakan agar pembelajaran matematika pada siswa
kelas VA SD Cahaya Nur Kudus Jawa Tengah dapat meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar siswa.
5. Siswa SD Cahaya Nur Kudus Jawa Tengah khususnya siswa kelas VA
yang mengalami permasalahan keaktifan dan prestasi belajar matematika
pada materi menghitung volume kubus dan balok. Peneliti akan melakukan
penelitian untuk mengatasi permasalahan keaktifan dan prestasi belajar
8 1.6 Pemecahan Masalah
Masalah rendahnya keaktifan dan prestasi belajar matematika materi
menghitung volume kubus dan balok pada siswa kelas VA SD Cahaya Nur
semester gasal tahun pelajaran 2013/2014 yang akan diatasi dengan
menggunakan pendekatan PMRI.
1.7 Batasan Pengertian
Batasan masalah pada penelitian tindakan kelas ini adalah
1. Keaktifan belajar siswa adalah sikap aktif dalam mengajukan pertanyaan,
aktif dalam menjawab pertanyaan masalah, aktif dalam memperhatikan
hal-hal yang dijelaskan guru, aktif dalam melakukan tugas, dan aktif
dalam mencatat tugas yang diberikan.
2. Prestasi belajar adalah penguasaan kognitif, afektif, dan psikomotorik
untuk mencapai keberhasilan individu pada bidang tertentu yang
dinyatakan dalam bentuk nilai.
3. PMRI adalah pendekatan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran
matematika yang mengikuti realistic mathematics education (RME) yang
dikembangkan di Belanda yang memandang matematika adalah aktivitas
manusia, yang pembelajaran menyajikan masalah kontekstual untuk
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Landasan Teori 2.1.1 Keaktifan Belajar
2.1.1.1 Pengertian Keaktifan Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia/ KBBI (2002: 19) keaktifan
diartikan sebagai hal atau keadaaan dimana siswa dapat aktif. Ratmi dalam
Sihantoro (2011: 12) menyatakan keaktifan memiliki kata dasar aktif yang
berarti giat dalam belajar atau berusaha. Menurut Trinandita dalam Utami
(2010 9-10) bahwa “hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan
siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Dimyati dan Mudjiono (2006: 44)
menyatakan anak yang memiliki dorongan untuk berbuat sesuatu,
mempunyai kemampuan dan aspirasinya sendiri disebut dengan anak aktif.
Anak dapat dikatakan aktif dalam proses belajar mengajar, jika anak
mampu mengidentifikasi, merumuskan, menemukan fakta, menganalisis,
menafsirkan, dan menarik kesimpulan.
Berdasarkan pemaparan para ahli, penulis menyimpulkan keaktifan
belajar siswa adalah kemapuan siswa dalam proses pembelajaran yang
mengidentifikasi, merumuskan, menemukan fakta, menganalisis,
10 belajar tidak lain untuk melatih siswa dalam meyusun dan membangun
makna atas pengalaman baru.
2.1.1.2 Indikator Keaktifan Belajar
Rohandi dalam Yulianto (2013: 7-8) menyatakan bahwa beberapa
prinsip utama dalam pembelajaran meliputi: (1) Subyek pembelajaran
adalah siswa, (b) belajar aktif dilakukan dengan cara melakukan sesuatu
yang dijadikan suatu objek persoalan yang akan ditelusuri, (c) Belajar aktif
lebih efektif bila dilakukan dalam kelompok agar tercipta interaksi yang
multi arah, (d) Aktifitas siswa harus menyenangkan, menarik perhatian,
menantang untuk ditelusuri dan penuh dengan peluang untuk
mengembangkan kreatifitas (baik dalam berpikir maupun berkreasi).
Menurut Suryosubroto (2002: 71) siswa dikatakan aktif dalam
pembelajaran bila terdapat ciri-ciri sebagai berikut: (1) Siswa berbuat
sesuatu untuk memahami materi pembelajaran, (2) Pengetahuan dipelajari,
dialami, dan ditemukan oleh siswa, (3) Mencoba sendiri konsep-konsep,
(4) Siswa mengkomunikasikan hasil pikirannya. Sedangkan menurut
Dimyati & Mudjiono, (2006: 45) indikator keaktifan mencakup
diantaranya: (1) Mencatat atau sekedar mendengarkan pemberitahuan, (2)
Memperhatikan hal-hal yang dijelaskan guru, (3) Mencatat tugas yang
diberikan dan mengerjakan tugas rumah, (4) Berdiskusi dalam kelompok,
(5) Melibatkan diri dalam proses tanya jawab, (6) Terlibat dalam
11 Berdasarkan indikator-indikator yang dikemukan oleh para ahli,
peneliti merumuskan indikator keaktifan sebagai berikut: (1) Aktif dalam
mengajukan pertanyaan (2) Aktif dalam menjawab pertanyaan masalah (3)
Aktif dalam memperhatikan hal-hal yang dijelaskan guru (4) Aktif dalam
melakukan tugas (5) Aktif dalam mencatat tugas yang diberikan.
2.1.1.3 Cara Mengukur Keaktifan Belajar Siswa
Pada penelitian ini, keaktifan belajar siswa akan diukur
menggunakan penilaian non tes. Masidjo (1995: 59) mengemukakan
bahwa non tes merupakan rangkaian pertanyaan atau pernyataan yang
harus dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang kurang
distandarsasikan dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan atau
hasil belajar yang dapat diamati secara konkret dari individu atau
kelompok. Penilaian non tes dapat berupa pengamatan (observasi), catatan
anekdot, daftar cek, skala nilai, angket, dan wawancara.
Peneliti melakukan observasi untuk memperoleh data tentang
keaktifan belajar siswa. Pengertian observasi menurut Zainal Arifin (2009:
153) adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis,
logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai
tujuan tertentu. Peneliti juga mengisi lembar pengamatan siswa selama
melakukan kegiatan observasi. Selain menggunakan observasi, untuk
mengetahui keaktifan belajar siswa dilakukan kegiatan wawancara
12 mendukung hasil observasi keaktifan belajar siswa. Menurut Wijaya
Kusumah (2010: 77) wawancara adalah metode pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subyek yang diteliti.
Wawancara memiliki sifat yang luwes, pertanyaan yang diberikan dapat
disesuaikan dengan subyek, sehingga segala sesuatu yang ingin diungkap
dapat digali dengan baik.
2.1.2 Prestasi Belajar Siswa
2.1.2.1 Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Winkel (1996: 162) bahwa prestasi belajar adalah suatu
bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.
Darsono (2000: 100) menyatakan prestasi belajar siswa merupakan
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pengetahuan atau
kognitif, ketrampilan atau psikomotorik, dan nilai sikap atau afektif
sebagai akibat interaksi aktif dengan lingkungan. Masidjo (1995: 40)
mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil proses belajar yang khas,
yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran. Jadi dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan kognitif, afektif,
dan psikomotorik untuk mencapai keberhasilan individu pada bidang
tertentu yang dinyatakan dalam bentuk nilai.
2.1.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Slameto (2003: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi
13 1) Faktor internal terdiri dari faktor: faktor jasmaniah dan faktor
psikologis.
2) Faktor eksternal terdiri dari faktor: faktor keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat.
Menurut Arikunto dalam Adheyanto (2013: 19-20) beberapa faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah:
1) Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam siswa, terdiri
dari: faktor biologis (seperti: usia, kematangan dan kesehatan), faktor
psikologis (seperti: kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan
kebiasaan belajar.
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang bersumber dari luar diri siswa
terdiri dari: faktor manusia (baik dalam keluarga, sekolah maupun
masyarakat), faktor non manusia (seperti: alam dan lingkungan fisik)
Berdasarkan uraian diatas, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar adalah faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor
eksternal yang berasal dari sekitar siswa itu sendiri.
2.1.3 PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia)
2.1.3.1 Pengertian PMRI
Pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia)
merupakan suatu gerakan pendekatan pembelajaran maematika yang
diprakarsai oleh seorang profesor matematika dari ITB (Institut Teknik
Bandung) yaitu Prof. R.K. Sembiring (Wijaya, 2012: 3). Pendekatan
14 disenangi oleh peserta didik (Hadi, Majalah Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia, 2010). Pendidikan matematika realistik Indonesia
(PMRI) merupakan pengembangan dari realistic mathematics education
(RME) yang berasal dari Belanda. Menurut Muhsetyo dalam
Wahyuningtyas (2012: 10) RME disebut pematikaan, yaitu pembelajaran
matematika secara kontekstual, yaitu mengaitkannya dengan situasi dunia
nyata di sekitar siswa atau keadaan kehidupan sehari-hari.
Dalam majalah PMRI, Hadi (2010: 4) mengungkapkan bahwa PMRI
ini menawarkan cara mengajar matematika yang bertujuan membantu
peserta didik memahami matematika atau menemukan kembali
matematika (reinveting mathematic) melalui pembelajaran interaktif
berpusat pada masalah. Siswono (2006: 2) mengemukakan bahwa PMRI
merupakan teori pendidikan matematika yang dikembangkan dengan
situasi dan kondisi serta konteks di Indonesia, sehingga diberi akhiran “Indonesia”. Pendapat Wijaya (2011: 12) dalam pendidikan matematika realistik, permasalahan nyata atau permasalahan realita digunakan sebagai
pondasi dalam membangun konsep matematika atau sumber untuk belajar.
Sedangkan Suryanto (2010: 37) berpendapat Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) adalah pendidikan matematika sebagai hasil
adaptasi dari realistic mathematics education yang telah diselaraskan
dengan kondisi budaya, geografi dan kehidupan masyarakat Indonesia.
PMRI sangat memperhatikan bahwa objek kajian matematika adalah
15 perkembangan jiwa anak yang menuntut adanya langkah-langkah yang
mengantar anak memahami objek yang abstrak.
Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa
PMRI adalah pendekatan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran
matematika yang mengikuti realistic mathematics education (RME) yang
dikembangkan di Belanda yang memandang matematika adalah aktivitas
manusia, yang pembelajaran menyajikan masalah kontekstual untuk
memahami konsep abstrak.
2.1.3.2 Karakteristik PMRI
Suryanto (2010: 44) menjelaskan karakteristik PMRI sebagai berikut:
1) Menggunakan masalah kontekstual (the use of context)
Pembelajaran ini menggunakan masalah kontekstual, terutama
pada taraf penemuan konsep baru, sifat-sifat baru, atau prinsip-prinsip
baru. Konteks yang dimaksud adalah lingkungan siswa yang nyata,
baik aspek budaya maupun aspek geologis. Masalah kontekstual
dikemukakan di awal pembelajaran dengan maksud untuk
memungkinkan siswa membangun dan menemukan suatu konsep,
definisi, operasi atau sifat matematis, serta cara pemecahan
masalahnya. Selain itu, masalah kontekstual dapat juga ditengah pembelajaran yang dimaksudkan untuk “memantapkan” apa yang telah dibangun. Sedangkan jika diterapkan di akhir pembelajaran
16 2) Menggunakan berbagai model (the use of models)
Pembelajaran suatu topik matematika sering memerlukan waktu
yang panjang, serta bergerak dari berbagai tingkat abstraksi. Dalam
abstrak itu perlu digunakan model. Model dapat bermacam-macam,
dapat konkret berupa benda, semi konkret berupa gambar atau sketsa,
yang semuanya dimaksudkan sebagai jembatan dari konkret ke abstrak
atau dari abstrak keabstrak lain. Ada dua mode, yaitu model of dan
model for. Model of yaitu model yang serupa atau mirip dengan
masalah nyatanya. Sedangkan model for merupakan model yang
mengarahkan siswa ke pemikiran abstrak atau matematika formal.
3) Kontribusi siswa (Student contributions)
Kontribusi siswa seperti ide, variasi jawaban, atau variasi
pemecahan masalah perlu diperhatikan. Kontribusi siswa dapat
memperbaiki atau memperluas konstruksi yang perlu dilakukan atau
produksi yang perlu dihasilkan sehubungan dengan pemecahan
masalah kontekstual.
4) Interaktivitas (interactivity)
Interaksi antar siswa dengan siswa atau antara siswa dengan guru
sangat diperlukan dalam pembelajaran ini. Interaktivitas juga dapat
terjadi antara siswa dan sarana, atau antara siswa dan matematika serta
17 5) Keterkaitan (intertwining)
Perlu disadari bahwa matematika adalah suatu ilmu yang
terstruktur, dengan konsistensi yang ketat. Keterkaitan antara topik dan
konsep sangat kuat, sehingga dimungkinkan adanya integrasi antara
topik-topik. Selain itu, perlu ditekannya keterkaitan antartopik atau
antar subtopik.
2.1.3.3 Aspek Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan PMRI
De Lange dalam Hadi (2005: 37) mengungkapkan 4 aspek
pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI yaitu:
a. Aspek yang pertama yaitu guru memulai pelajaran dengan
mengajukan masalah (soal) yang riil bagi peserta didik sesuai dengan
pengalaman dan tingkat pengetahuannya. Soal kontekstual ini
membuat peserta didik segera terlibat dalam pelajaran secara
bermakna.
b. Aspek yang kedua yaitu permasalahan yang diberikan tentu harus
diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran
tersebut.
c. Aspek ketiga yaitu peserta didik mengembangkan atau menciptakan
model-model simbolik secara informal terhadap persoalan/masalah
yang diajukan.
d. Aspek keempat yaitu pengajaran berlangsung secara interakstif.
Maksud dari pengajaran berlangsung secara interaktif adalah peserta
18 diberikannya, memahami jawaban temannya (peserta didik lain),
setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan,
mencari alternatif penyelesaian yang lain, dan melakukan refleksi
terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.
2.1.3.4 Langkah-langkah pembelajaran PMRI
Suryanto (2010: 50) mengemukaan langkah-langkah pembelajaran
matematika dengan pendekatan PMRI sebagai berikut.
1) Persiapan kelas
Persiapan saran dan prasarana pembelajaran yang diperlukan,
misalnya buku siswa, lks, alat praga, dan sebagainya serta
pengelompokan siswa (jika perlu). Kemudian penyampaian tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar yang diharapkan dicapai, serta
cara belajar yang akan digunakan.
2) Kegiatan pembelajaran
Siswa diberi masalah kontekstual atau soal cerita (lisan atau
tertulis). Masalah tersebut mudah dipahami siswa. Siswa yang belum
dapat memahami masalah atau soalnya diberi penjelasan singkat dan
seperlunya. Siswa secara kelompok ataupun individual, mengajarkaan
soal atau memecahkan masalah kontekstual yang diberikan dengan
caranya sendiri. Jika dalam waktu yang dipandang cukup, belum ada
satupun siswa yang dapat menemukan cara pemecahan, guru
memberikan bimbingan atau petunjuk seperlunya atau memberikan
19 Setelah waktu yang disediakan habis, beberapa orang siswa atau
wakil kelompok menyampaikan hasil kerja atau hasil pemikirannya.
Siswa ditawari untuk mengemukakan pendapatnya tentang berbagai
penyelesaian mana yang dianggap paling tepat. Guru memberi
penekanan kepada selesaian yang dipilih. Bila masih tidak ada
selesaian yang benar, guru meminta agar siswa memilih cara lain.
2.1.4 Hakikat Matematika
2.1.4.1 Pengertian Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (BNSP, 2006: 127).
Matematika menurut Soedjadi (2000: 24) adalah cabang ilmu eksak dan
terorganisir secara sistematik yang mencakup tentang bilangan dan
kalkulasi, penalaran logis, tentang fakta kuantitatif, masalah tentang
ruangan, bentuk, mengenani struktur yang logis serta memiliki aturan
ketat. Menurut Taniredja (2010: 66) ciri utama matematika adalah
penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang
doperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan
antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun
demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara
induktif melalui pengalaman peristiwa nyata. Proses induktif-deduktif
20 Didi Suryadi dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI
(2007: 163) berpendapat bahwa dari hakikat pembelajaran tersebut dapat
dilihat bahwa pandangan guru tentang proses belajar matematika sangat
berpengaruh terhadap bagaimana siswa melakukan pembelajaran di kelas,
maka mempelajari teori-teori yang berkaitan dengan belajar matematika
harus menjadi prioritas bagi para pendidik matematika. Adapun ruang
lingkup materi matematika SD meliputi: aritmatika, pengantar aljabar,
geometri, pengukuran, kajian data. Astuti (2012: 12) juga berpendapat
bahwa pembelajaran matematika SD dimulai dari sesuatu yang kongkret
ke yang abstrak, dan dari yang rendah ke yang sulit atau kompleks.
Pembelajaran matematika juga bertujuan mengembangkan dan
menumbuhkan kemampuan matematika siswa sehingga siswa akan lebih
cermat, kreatif, dan kritis dalam menerapkan keterampilan matematikanya
dikehidupan sehari-hari.
2.1.4.2 Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika
a) Fungsi Pelajaran Matematika
Sumardyono (2004: 9) Matematika berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan
bahasa melalui model Matematika yang dapat berupa kalimat dan
persamaan matematika, diagram, grafik, atau tabel.
b) Tujuan Pelajaran Matematika
Sumardyono (2004: 9) berpendapat tujuan pelajaran
21 menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan,
eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan,
konsistensi dan inkonsistensi. (2) Mengembangkan aktivitas kreatif
yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan
mengembangkan pemikiran divergen, serta mencoba-coba. (3)
Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.Heruman
(2007: 2) berpendapat bahwa tujuan akhir pembelajaran Matematika
di SD yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai
konsep Matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut BNSP (2006: 417) mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. (2)
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. (3) Memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh. (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol,
22 masalah. (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan
minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah.
Peneliti dapat menyimpulkan dari beberapa ahli di atas bahwa,
Matematika merupakan bahan ajar sebagai cara manusia yang dapat
menstruktur pola berpikir sistematis, logis, kritis, cermat dan
konsisten dengan tujuan untuk terampil menggunakan berbagai
konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.4.3 Materi volume kubus dan balok
1) Kubus
Menentukan volume kubus
Dari gambar di atas diketahui:
* Banyak kubus satuan ke arah panjang kubus adalah 3
* Banyak kubus satuan ke arah lebar kubus adalah 3
23 Volume kubus diperoleh dari jumlah kubus satuan yang
memenuhi kubus besar. Dari gambar di atas dapat diketahui
volume kubus = 9 panjang rusuk ke arah panjang = panjang rusuk
ke arah lebar = panjang rusuk ke arah tinggi, sehingga dimisalkan: panjang rusuk ke arah panjang = r satuan panjang
panjang rusuk ke arah lebar = r satuan panjang
panjang rusuk ke arah tinggi = r satuan panjang
Volume kubus dihitung r×r×r satuan panjang, karena nilai
r×r×r sebanding dengan jumlah satuan kubus yang memenuhi
kubus besar, maka rumus volume kubus adalah:
keterangan:
V = volume
r = panjang rusuk kubus
2) Balok
Menentukan volume balok
Dari gambar di atas diketahui:
24 * Banyak kubus satuan ke arah lebar balok adalah 4
* Banyak kubus satuan ke arah tinggi balok adalah 5
Volume balok diperoleh dari jumlah kubus satuan yang
memenuhi balok besar. Dari gambar di atas dapat diketahui volume
balok = 120.
Dimisalkan:
panjang balok = p satuan panjang
lebar balok = l satuan panjang
tinggi balok = t satuan panjang
Volume kubus dihitung p × l × t satuan panjang, karena nilai
p × l × t sebanding dengan jumlah satuan kubus yang memenuhi
balok besar, maka rumus volume balok adalah:
keterangan:
V = volume l = lebar balok
p = panjang balok t = tinggi balok
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh saudari Harini Puji Astuti Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar tahun 2012 (skripsi tidak diterbitkan) dengan judul “Peningkatan prestasi belajar dan keaktifan siswa kelas V SDN Nolobangsan dalam pembelajaran matematika pada materi volume kubus dan
25 awal sebesar 45%, dan pada keaktifan belajar siswa tejadi peningkatan 68%
dibandingkan dengan kondisi awal sebesar 51%. Pada siklus 2 terjadi
peningkatan pada prestasi belajar sebesar 78%, dan pada keaktifan belajar
siswa tejadi peningkatan 80%. Kesimpulannya adalah terjadi peningkatan
keaktifan dan prestasi belajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Penelitian yang dilakukan oleh saudari Agustina Rismawati Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar tahun 2011 (skripsi tidak diterbitkan) dengan judul “Peningkatan prestasi belajar menggunakan PMRI dalam menyelesaikan soal cerita pada peserta didik kelas V SD Kanisius Kalasan
tahun pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian pada siklus 1 terjadi peningkatan pada prestasi belajar sebesar 58,82% dibandingkan dengan kondisi awal
sebesar 28,57%. Pada siklus 2 terjadi peningkatan pada prestasi belajar
sebesar 79,41%. Kesimpulannya adalah terjadi peningkatan prestasi belajar
dengan menggunakan pendekatan PMRI.
Penelitian yang dilakukan oleh saudara Hongki Julie diambil dari
Widya Dharma Jurnal Pendidikan Volume 21, nomor 2 tahun 2011 dengan
judul “Pengembangan Dan Uji Coba Bahan Ajar Untuk Topik Operasi Penjumlahan Dan Pengurangan Di Kelas II Sekolah Dasar Dengan Pendekatan PMRI”. Hasil penelitian yang didapat adalah pendekatan PMRI membantu siswa menyelesaikan masalah dengan individu, memberikan
kesempatan siswa untuk mengutarakan ide atau strategi untuk menyelesaikan
masalah, dan siswa melakukan proses tanya jawab untuk memahami masalah
26 Setelah mencermati penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya,
peneliti merancang penelitian yang berjudul Peningkatan Keaktifan, dan
Prestasi Belajar Matematika Menggunakan Pendekatan PMRI Pada Siswa
Kelas VA SD Cahaya Nur Kudus Jawa Tengah. Kekhususan penelitian ini
dibanding dengan penelitian lain adalah peneliti menerapkan pendekatan
PMRI pada mata pelajaran matematika siswa kelas VA sekolah dasar,
sedangkan peneliti yang lain menerapkan pendekatan PMRI pada mata
pelajaran matematika yang dilakukan siswa kelas II sekolah dasar dan
penelitian sebelumnya hanya meneliti tentang variable prestasi belajar siswa
saja. Pada variabel keaktifan dan prestasi belajar siswa pada peneliti
sebelumnya meneliti menggunakan pendekatan kontekstual berbeda dengan
peneliti yang menggunakan pendekatan PMRI. Berikut ini literatur map dari
penelitian-penelitian sebelumnya:
Gambar 2.1 : Gambar Literatur Map Penelitian Terdahulu Keaktifan belajar,
dan Prestasi belajar
Pendekatan PMRI
Astuti (2012)
Meneliti tentang peningkatan prestasi belajar dan keaktifan
Rismawati (2011)
27 2.3 Kerangka Berpikir
Dalam proses pembelajaran sebaiknya siswa menjadi subjek belajar
dan guru sebagai pendamping atau pembimbing. Jika siswa menjadi subjek
belajar, maka siswa akan dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Keaktifan siswa dapat membantu siswa untuk lebih memahami dan
menguasai materi pelajaran sehingga prestasi belajarnya juga akan meningkat.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan sebagian
besar siswa menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Pada
saat mengajar matematika sebagian guru tidak menyadari keabstrakan
matematika dan mendominasi kelas dan siswa lebih banyak diam dalam
proses pembelajaran. Hal ini yang menyebabkan turunnya keaktifan siswa di
dalam kelas. Kurangnya keaktifan siswa pada mata pelajaran matematika
akan menghambat proses pembelajaran dan prestasi belajaran siswa akan
menurun.
Salah satu pendekatan yang dapat membuat siswa aktif saat proses
pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi siswa adalah PMRI. PMRI
adalah pendekatan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran matematika
yang mengikuti realistic mathematics education (RME) yang dikembangkan
di Belanda yang memandang matematika adalah aktivitas manusia, yang
pembelajaran menyajikan masalah kontekstual untuk memahami konsep
abstrak. Pembelajaran PMRI dapat membantu siswa lebih aktif pada saat
kegiatan pembelajaran khususnya matematika. Selain itu, siswa dapat lenih
sehari-28 hari. Dari uraian tersebut dapat diduga bahwa proses pembelajaran mata
pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Pendekatan PMRI digunakan untuk mengetahui bagaimana dalam upaya
meningkatkan keaktifan belajar matematika materi menghitung volume
kubus dan balok pada siswa kelas VA SD Cahaya Nur Kudus Jawa
Tengah.
2. Pendekatan PMRI digunakan untuk mengetahui bagaimana dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar matematika materi menghitung volume
kubus dan balok pada siswa kelas VA SD Cahaya Nur Kudus Jawa
Tengah.
3. Pendekatan PMRI digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
peningkatan keaktifan belajar matematika materi menghitung volume
kubus dan balok pada siswa kelas VA SD Cahaya Nur Kudus Jawa
Tengah.
4. Pendekatan PMRI digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
peningkatan prestasi belajar matematika materi menghitung volume kubus
29 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (PTK). Arikunto (2007: 3) mengartikan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau
dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif yang ditandai dengan
adanya kerjasama antara guru bidang studi dengan peneliti. Guru berperan
melakukan pembelajaran dan peneliti berperan sebagai pengamat dengan
melakukan pengamatan selama pembelajaran berlangsung dan mencatat hasil
yang diamati. Peneliti juga memberikan bantuan ketika guru mengajar. Dalam
penelitian ini, guru dan peneliti saling bekerjasama dalam melakukan evaluasi
terhadap hasil penelitian yang diperoleh dan melakukan revisi untuk
pertemuan siklus berikutnya.
Penelitian ini menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc. Taggart.
Dalam Sukardi (2003: 213) model penelitian ini terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, yang keempatnya merupakan satu
siklus. Setelah suatu siklus diimplementasikan, akan diadakan refleksi dari
30 ulang untuk dilaksanakan pada siklus tersendiri. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat gambar di bawah ini:
Gambar 3.1: Siklus PTK Model Kemmis dan Mc Tagart
Keempat langkah penting dalam PTK dapat diuraikan secara singkat
seperti berikut ini (Sukardi 2003: 213) :
1. Perencanaan
Perencanaan yang dikembangkan harus fleksibel untuk mengadopsi
pengaruh yang tidak dapat dilihat dan rintangan yang tersembunyi.
Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih menekankan pada
sifat-sifat strategik yang mampu menjawab tantangan yang muncul dalam
perubahan sosial dan mengenal rintangan yang sebenarnya.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan dalam penelitian tindakan harus hati-hati dan
merupakan kegiatan yang praktis terencana. Ini dapat terjadi jika tindakan
31 3. Pengamatan
Pengamatan dalam PTK mempunyai fungsi dokumentasi implikasi
tindakan yang diberikan kepada subyek. Pengamatan yang baik adalah
pengamatan yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala yang
muncul baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan.
4. Refleksi
Refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali
tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat
dalam pengamatan. Hasil refleksi penting untuk melakukan tiga
kemungkinan terhadap suatu subyek penelitian, yaitu diberhentikan,
modifikasi atau dilanjutkan ketingkatan atau daur selanjutnya.
3.2 Setting Penelitian 1) Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di SD Cahaya Nur yang beralamat di Jalan
Jendral Sudirman no 54, Barongan, Kudus, Jawa Tengah.
2) Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa SD Cahaya Nur tahun pelajaran
2013/2014 kelas VA yang berjumlah 32 siswa. Terdiri dari 17 siswa
32 3) Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar
materi menghitung volume kubus dan balok menggunakan pendekatan
PMRI pada siswa kelas VA SD Cahaya Nur tahun pelajaran 2013/2014.
4) Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2013/2014
yakni bulan Juli 2013 sampai Maret 2014
3.3 Rencana Tindakan
Rencana tindakan akan dilakukan dalam 2 siklus. Siklus pertama dan siklus
kedua mengunakan pendekatan PMRI. Setiap akhir siklus diadakan evaluasi
atau tes secara tertulis.
3.3.1 Persiapan
a. Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah SD Cahaya Nur
b. Melakukan observasi terhadap siswa kelas VA SD Cahaya Nur untuk
mengetahui keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika.
c. Identifikasi masalah yang ada di kelas yaitu kurangnya keaktifan dan
prestasi belajar siswa relative rendah untuk mata pelajaran matematika.
d. Menganalisis masalah belajar siswa.
e. Menyusun dan menyiapkan instrumen pembelajaran (Silabus, RPP,
33 f. Menyusun dan menyiapkan instrumen pengumpulan data (rubrik
pengamatan minat, pedoman wawancara, kisi-kisi soal, soal evaluasi
dan instrumen penilaian).
g. Mempersiapkan sarana pendukung kegiatan pembelajaran di kelas,
seperti: media pembelajaran
3.3.2 Rencana Tindakan setiap siklus
Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, maka dilakukan tindakan
kelas sebagai berikut:
3.3.2.1Siklus I
Siklus I akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan, setiap
pertemuan dialokasikan 2 JP.
1) Rencana Tindakan
Peneliti mendalami silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
2) PelaksanaanTindakan Pertemuan I
a) Siswa melihat video tentang mencari volume kubus menggunakan
alat peraga kubus satuan.
b) Guru menanamkan konsep menghitung volume kubus dengan
menggunakan media yang tersedia.
c) Siswa diminta menyelesaikan soal menggunakan alat peraga kubus
satuan secara berkelompok.
34 e) Siswa lain menanggapi jawaban teman yang melakukan persentasi.
f) Guru memfasilitasi siswa untuk menyimpulkan materi volume
kubus.
g) Siswa menjawab pertanyaan refleksi dari guru pada lembar
refleksi.
h) Siswa mengerjakan evaluasi. Pertemuan II
a) Guru memberikan permasalahan mengenai penggunaan rumus
volume kubus dengan peraga kubus dari kardus bekas dan bangun
ruang yang ada disekitar siswa.
b) Siswa diminta menyelesaikan soal menggunakan alat peraga kubus
dari kardus bekas dan bangun ruang yang ada disekitar siswa
secara berkelompok.
c) Siswa mempersentasikan hasil jawaban di depan kelas.
d) Siswa lain menanggapi jawaban teman yang melakukan persentasi.
e) Guru memfasilitasi siswa untuk menyimpulkan materi volume
kubus.
f) Siswa menjawab pertanyaan refleksi dari guru pada lembar
refleksi.
g) Siswa mengerjakan evaluasi.
3) Pengamatan
Pengamatan keaktifan belajar siswa dilakukan oleh peneliti
35 dilaksanakan pada saat pembelajaran matematika berlangsung. Pengamat
mengisi turus pada lembar pengamatan yang disediakan peneliti. Turus
yang dihasilkan pada setiap lembar pengamatan akan diubah ke dalam
bentuk presentase. Untuk mengubah turus ke dalam bentuk presentase
ialah dengan menjumlah turus setiap indikator kemudian dibagi dengan
jumlah seluruh siswa dikalikan 100. Setelah diperoleh dalam bentuk
persen, maka dibandingkan dengan kondisi awal indikator keaktifan dan
target capaian yang diharapkan. Pada kondisi awal juga dilakukan cara
yang sama untuk memperoleh data tersebut. Jika sudah mencapai target
yang diinginkan maka dikatakan terjadi peningkatan keaktifan.
4) Refleksi
Kegiatan refleksi yang dilakukan peneliti dan guru adalah:
a) Mengevaluasi yang telah dilakukan pada pelaksanaan siklus I,
mengenai keberhasilan yang tercapai, kesulitan, dan hambatan yang
dihadapi.
b) Membandingkan hasil tes dan pengamatan yang sudah dicapai dengan
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
c) Merencanakan dan menentukan tindak lanjut yang harus dilakukan
pada siklus ke II berdasarkan hasil yang telah diperoleh.
3.3.2.2Siklus II
Siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan, setiap pertemuan
36 1) PerencanaanTindakan
Refleksi yang dilakukan berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I
digunakan sebagai acuan untuk menyusun perangkat pembelajaran di
diklus II. Peneliti menyusun Silabus, RPP, LKS, dan Bahan Ajar dengan
perbaikan-perbaikan berdasarkan refleksi di siklus I serta mendalaminya.
2) Pelaksanaan Pertemuan I
a) Siswa bersama guru melakukan tanya jawab tentang “bangun ruang apakah kelasmu ini?”
b) Guru menanamkan konsep menghitung volume balok dengan
menggunakan media yang tersedia.
c) Siswa diminta menyelesaikan soal mencari volume balok
menggunakan alat peraga kubus satuan secara berkelompok.
d) Siswa mempersentasikan hasil jawaban di depan kelas.
e) Siswa lain menanggapi jawaban teman yang melakukan persentasi.
f) Guru memfasilitasi siswa untuk menyimpulkan materi volume
balok.
g) Siswa menjawab pertanyaan refleksi dari guru pada lembar
refleksi.
i) Siswa mengerjakan evaluasi Pertemuan II
a) Guru memberikan permasalahan mengenai penggunaan rumus
37 b) Siswa diminta menyelesaikan soal menggunakan alat peraga balok
dari kardus bekas dan bangun ruang yang ada disekitar siswa
secara berkelompok.
c) Siswa mempersentasikan hasil jawaban di depan kelas.
d) Siswa lain menanggapi jawaban teman yang melakukan persentasi.
e) Guru memfasilitasi siswa untuk menyimpulkan materi volume
balok.
f) Siswa menjawab pertanyaan refleksi dari guru pada lembar
refleksi.
g) Siswa mengerjakan evaluasi.
3) Pengamatan
Pengamatan keaktifan belajar siswa dilakukan oleh peneliti
menggunakan lembar pengamatan yang telah tersedia. Pengamatan
dilaksanakan pada saat pembelajaran matematika berlangsung.
Pengamat mengisi turus pada lembar pengamatan yang disediakan
peneliti. Turus yang dihasilkan pada setiap lembar pengamatan akan
diubah ke dalam bentuk presentase.
Untuk mengubah turus ke dalam bentuk presentase ialah dengan
menjumlah turus setiap indikator kemudian dibagi dengan jumlah
seluruh siswa dikalikan 100. Setelah diperoleh dalam bentuk persen,
maka dibandingkan dengan siklus I indikator keaktifan dan target
capaian yang diharapkan. Jika sudah mencapai target yang diinginkan
38 4) Refleksi
Kegiatan refleksi yang dilakukan peneliti dan guru adalah:
a) Mengevaluasi yang telah dilakukan pada pelaksanaan siklus II,
mengenai keberhasilan yang tercapai, kesulitan, dan hambatan
yang dihadapi.
b) Membandingkan hasil tes dan pengamatan yang sudah dicapai
dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
c) Menentukan apakah siklus perlu dilanjutkan atau tidak.
3.4 Instrumen Penelitian
Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu keaktifan dan prestasi belajar.
Untuk memperoleh data mengenai keaktifan dilakukan kegiatan pengamatan
selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan untuk memperoleh data
mengenai prestasi belajar akan dilakukan dengan tes tertulis pada setiap akhir
siklus.
Tabel 3.1: Peubah dan instrumen penelitian keaktifan dan prestasi belajar
No Peubah Instrumen Data Pengumpulan instrumen
1 Keaktifan a. Aktif dalam
39 melakukan tugas
e. Mencatat tugas yang diberikan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 instrumen yaitu non tes dan tes.
Instrumen tersebut adalah sebagai berikut:
1) Non tes
Instrumen non tes yang digunakan berupa lembar pengamatan untuk
menilai keaktifan belajar siswa. Pengamatan dilakukan pada setiap
pertemuan. Berikut ini tabel lembar penilaian keaktifan belajar siswa:
3.2: Tabel Lembar Penilaian Keaktifan Belajar Siswa
No. Siswa Indikator Keaktifan Jml Jumlah Siswa Cukup Aktif Jumlah Siswa Kurang Aktif