Wijayanti, Maria Anita. 2013.Peningkatan Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Kanisius Kintelan Yogpakarta dengan Menggunakan Pendekatan PMRI.Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru SekolahDasarUniversitasSanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan penggunaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajarsiswa kelas V SD Kanisius Kintelan.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklusnya ada 3 pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan dalam waktu 3 x 40 menit. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Kintelan Yogyakarta dengan jumlah 30 siswa yang terdiri dari 15 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Objek penelitian ini adalah peningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar Matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kedisiplinan belajar dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner dan wawancara. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar adalah soal evaluasi.
Hasil penelitian yang dilakukan dalam dua siklus ini menunjukkan adanya peningkatan kedisiplinan dan peningkatan prestasi belajar siswa. Kedisiplinan siswa dengan kondisi awal 56,66% meningkat pada siklus II dengan banyaknya siswa yang disiplin yaitu 76,67%. Persentase pencapaian KKM siswa pada kondisi awal 30% meningkat pada siklus II dengan persentase pencapaian KKM siswa sebesar 86,66%. Sedangkan kondisi awal rata-rata kelas yaitu 52,2 meningkat pada siklus II menjadi 72,96.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan siswa pada mata pelajaran Matematika dapat meningkat dengan menggunakan pendekatan PMRI. Begitu pula dengan prestasi belajar Matematika siswa kelas V SD Kanisius KintelanYogyakarta juga dapat meningkat dengan menggunakan pendekatan PMRI.
Wijayanti, Maria Anita. 2013. The Enhancementof Discipline and Mathematic Learning Achievement of students class V SD Kanisius Kintelan Yogpakarta with PMRI Approachment.
Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Program Sanata Dharma University.
This aim of this study is to determine how the application uses Indonesian Realistic Mathematics Education approach (PMRI) can improve discipline and student achievement fifth grade elementary Kanisius Kintelan.
This research is Classroom Action Research (CAR), which was conducted in two cycles, and each cycle there are 3 meeting. Each meeting made within 3 x 40 minutes. The subjects in this study were fifth grade students of elementary Kanisius Kintelan Yogyakarta the number of 30 students consisting of 15 female students and 15 male students. Object of this research is enhancing the discipline and achievement of learning Mathematics using PMRI approach. The instrument used to measure the discipline learned in this study is a questionnaire and interviews. While the instruments used to measure learning achievement is a matter of evaluation.
Results of research conducted in two cycles showed an increase in discipline and improvement of student achievement. Discipline of students with initial conditions increased 56.66% in the second cycle to the number of students that discipline is 76.67%. The percentage of KKM student achievement on the initial conditions 30 % increase in cycle II, the percentage of KKM student achievement by 86.66 % . While the initial condition that the average grade of 52.2 increased in the second cycle becomes 72.96.
Based on the results obtained in this study it can be concluded that the discipline of students in the subjects of Mathematics can be increased by using PMRI approach. Similarly, the learning achievement of fifth grade students of elementary mathematics Kanisius Kintelan Yogyakarta can also be increased by using PMRI approach.
PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD KANISIUS KINTELAN YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKANPENDEKATAN
PMRI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh :
Nama : Maria Anita Wijayanti NIM : 091134045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD KANISIUS KINTELAN YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKANPENDEKATAN
PMRI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh :
Nama : Maria Anita Wijayanti NIM : 091134045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberikan kemuliaanNya
Bapak Alexius Yaslan dan Ibu Christina Sri Murwani, kedua orang tuaku yang selalu memberikan dorongan dan mendoakan tanpa mengenal waktu Kakakku Yuliana Nuri Kurnianingsih yang selalu memberikan motivasi Teman-teman Kost, Rezo, Umel, Kecol yang selalu memberi penghiburan,
keceriaan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini Rekan-rekan PGSD USD kelas C angkatan d009
v MOTTO
“Dan apa saja yang kamu minta dalam Doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya”
(Matius, 21:22)
“Keyakinan dan kesungguhan dalam berupaya dan berusaha adalah sebuah gerbang untuk menapaki tangga keberhasilan”
(Anonim)
“Jadikan kepandaian sebagai kebahagiaan bersama, sehingga mampu meningkatkan rasa ikhlas untuk bersyukur atas
kesuksesan” (Mario Teguh)
“Never give up on what you really want to do. The person with big dreams is more powerful than one with all the facts”
viii ABSTRAK
Wijayanti, Maria Anita. 2013.Peningkatan Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Kanisius Kintelan Yogpakarta dengan Menggunakan Pendekatan PMRI.Skripsi. Yogyakarta: Program StudiPendidikan Guru SekolahDasarUniversitasSanata Dharma.
Penelitianini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan penggunaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajarsiswa kelas V SD Kanisius Kintelan.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam d siklus dan setiap siklusnya ada 3 pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan dalam waktu 3 x 40 menit. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Kintelan Yogyakarta dengan jumlah 30 siswa yang terdiri dari 15 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Objek penelitian ini adalah peningkatkan kedisiplinandan prestasi belajar Matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kedisiplinan belajar dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner dan wawancara. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar adalah soal evaluasi.
Hasil penelitian yang dilakukan dalam dua siklus ini menunjukkan adanya peningkatan kedisiplinan dan peningkatan prestasi belajar siswa. Kedisiplinan siswa dengan kondisi awal 56,66% meningkat pada siklus II dengan banyaknya siswa yang disiplin yaitu 76,67%. Persentase pencapaian KKM siswa pada kondisi awal 30% meningkat pada siklus II dengan persentase pencapaian KKM siswa sebesar 86,66%. Sedangkan kondisi awal rata-rata kelas yaitu 5d,d meningkat pada siklus II menjadi 7d,96.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan siswa pada mata pelajaran Matematika dapat meningkat dengan menggunakan pendekatan PMRI. Begitu pula dengan prestasi belajar Matematika siswa kelas V SD Kanisius KintelanYogyakarta juga dapat meningkat dengan menggunakan pendekatan PMRI.
ix ABSTRACT
Wijayanti, Maria Anita. 2013. The Enhancementof Discipline and Mathematic Learning Achievement of students class V SD Kanisius Kintelan Yogpakarta with PMRI Approachment. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Program Sanata Dharma University.
This aim of this study is to determine how the application uses Indonesian Realistic Mathematics Education approach (PMRI) can improve discipline and student achievement fifth grade elementary Kanisius Kintelan.
This research is Classroom Action Research (CAR), which was conducted in two cycles, and each cycle there are 3 meeting. Each meeting made within 3 x 40 minutes. The subjects in this study were fifth grade students of elementary Kanisius Kintelan Yogyakarta the number of 30 students consisting of 15 female students and 15 male students. Object of this research is enhancing the discipline and achievement of learning Mathematics using PMRI approach. The instrument used to measure the discipline learned in this study is a questionnaire and interviews. While the instruments used to measure learning achievement is a matter of evaluation.
Results of research conducted in two cycles showed an increase in discipline and improvement of student achievement. Discipline of students with initial conditions increased 56.66% in the second cycle to the number of students that discipline is 76.67%. The percentage of KKM student achievement on the initial conditions 30 % increase in cycle II, the percentage of KKM student achievement by 86.66 % . While the initial condition that the average grade of 5d.d increased in the second cycle becomes 7d.96.
Based on the results obtained in this study it can be concluded that the discipline of students in the subjects of Mathematics can be increased by using PMRI approach. Similarly, the learning achievement of fifth grade students of elementary mathematics Kanisius Kintelan Yogyakarta can also be increased by using PMRI approach.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ku panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan bimbingan, kesempatan serta kekuatan dalam meyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Peningkatan Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Kanisius Kintelan Yogyakarta dengan Menggunakan Pendekatan PMRI”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan sesuai dengan program studi yang dtempuh.
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
d. Romo Gregorius Ari Nugrahanta SJ.,SS.,BST,.MA selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd, selaku dosen pembimbing I, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Andri Anugrahana, S.Pd, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan dukungan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Elisabeth Desiana Mayasari yang telah bersedia membantu dalam menyusun kuesioner kedisiplinan untuk penelitian.
6. Ibu Marciana Sarwi, M.Pd selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Kintelan Yogyakarata yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas V SD Kanisius Kintelan.
xi
8. Siswa kelas V SD Kanisius Kintelan yang bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.
9. Bapak, Ibu, dan Kakakku tersayangyang telah memberikan dukungan, semangat, doa dan kasih sayang kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10.Sahabat dan teman seperjuanganku Prima dan Melan yang selalu memberikan motivasidalam menyelesaikan skripsi ini.
11.Teman-teman kost, Kecol, Umel, dan Rezo yang selalu memberikan semangat.
1d.Teman-teman seperjuangan payung PMRI dan semua kelas C angkatan d009 yang selalu membantu dalam doa.
13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dalam meyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.
Yogyakarta, d7 November d013 Penulis
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian... ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Definisi Operasional ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Kajian Pustaka ... 8
1. Kedisiplinan ... 8
d. Prestasi ... 1d 3. Matematika ... ... 14
4. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ... 17
5. Geometri... ... d4 B. Penelitian yang Relevan ... d4 C.Teori Yang Relevan... d6 C. Kerangka Berpikir ... d7 D. Hipotesis Tindakan ... d8 BAB III METODE PENELITIAN ... d9 A.Jenis Penelitian ... d9 B. Setting Penelitian ... 30
xiii
D. Instrumen Penelitian ... 37
F. Teknik Analisis Data ... 49
G. Kriteria Keberhasilan ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 53
A.Pra Penelitian Tindakan Kelas ... ….53
B.Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 55
C.Deskripsi Pelaksanaan Siklus II... .. 64
D. Hasil Penelitian ... ... 74
1. Siklus I ... 74
d. Siklus II ... 75
E. Pembahasan ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83
A. Kesimpulan ... ….83
B. Saran ... ... 85
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel3.1 Jadwal Penelitian ... 31
Tabel3.d Kisi-kisi Penyusunan Soal Evaluasi Siklus I ... 37
Tabel 3.3 Kisi-kisiKuesioner Kedisiplinan ... 38
Tabel 3.4 Pedoman Penskoring Kuesioner Siswa ... 39
Tabel 3.5 Kriteria Interpretasi Skor PAP Tipe 1 ... 40
Tabel 3.6 Variabel Penelitian dan Instrumen Pengumpulan Data ... 41
Tabel 3.7 Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran ... 43
Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Kualitas Produk ... 44
Tabel 3.9 Hasil Validasi dan Kriteria ... 44
Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas dan Soal Evaluasi I ... 46
Tabel 3.11 Kriteria Validitas dan Soal Evaluasi II ... 46
Tabel 3.1d Hasil Validasi Kuesioner ... 49
Tabel 3.13 Kriteria Kedisiplinan PAP Tipe 1 ... 50
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Siklus Model Dasar PTK Kemmis dan Pobin Mc Taggart ... 30
Gambar 4.1 Siswa Mengerjakan Soal Secara Berkelompok ... 61
Gambar 4.d Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun ... 6d Gambar 4.3 Guru Menjelaskan Kepada Siswa ... 70
Gambar 4.4 Siswa Mengerjakan LKS Secara Berkelompok ... 70
Gambar 4.5 Siswa Sedang Melakukan Aktivitas yang Mereka Kerjakan ... 71
Gambar 4.6 Grafik Peningkatan Hasil Kedisiplinan Siswa ... 80
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 89
Lampiran dSurat Keterangan Selesai Penelitian ... 90
Lampiran 3 Instrumen Penelitian (Kuesioner) ... 91
Lampiran 4 Validasi Kuesioner ... 94
Lampiran 5 Perangkat Pembelajaran ... 105
Lampiran 6 Validasi Perangkat Pembelajran ... 185
Lampiran 7 Data Awal Kedisiplinan Siswa ... 194
Lampiran 8 Data Kedisiplinan Siklus I ... 196
1 BABBIB
PENDAHULUANB
B
Dalam bab I akan dibahas tentang hal yang melatarbelakangi diadakannya
penelitian ini serta rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
definisi operasional.
A. LatarBBelakangBMasalahB
Pembelajaran Matematika merupakan mata pelajaran pokok di
Sekolah Dasar. Sampai jenjang kelas V Sekolah Dasar, siswa telah
memiliki pengalaman yang bermacam-macam tentang matematika. Ada
pengalaman yang menyenangkan dan ada pengalaman yang kurang
menyenangkan. Menurut pendapat Gt siswa kelas V SD Kanisius
Kintelan, pengalaman yang menyenangkan akan membantu
siswamengembangkan kemampuannya, sedangkan pengalaman yang tidak
menyenangkan akan membuat siswa malas untuk mengembangkan
kemampuannya.
Pembelajaran matematika yang kurang menyenangkan dapat
terlihat dari pendapat siswa bahwa matematika itu pelajaran yang sulit dan
menakutkan. Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika yang
kurang menggunakan metode baru dan masih terpusat ceramah dalam
pembelajaran matematika, sehingga pembelajaran jadi membosankan,
kurang menarik dan hasilnya tidak memuaskan.
Sebagai contoh siswa terkadang kurang mempunyai antusias guna
mengikuti kegiatan belajar mengajar terkadang, ada juga beberapa siswa
yang ketika diberi materi cenderung kurang memperhatikan danramai
dengan temannya, bahkan ada juga yang datang terlambat.Kegiatan
pembelajaran di kelas seperti ini kurang mendukung siswa untuk
mengembangkan kemampuannya.Hal ini berhubungan pula dengan
rendahnya kedisiplinan belajar.
Berdasarkan observasidi SD Kanisius Kintelan Yogyakartayang
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 3 Maret 2013, guru kurang mampu
dalam mengolah pembelajaran yang dapat membangkitkan kedisiplinan
belajar siswa. Sehingga mengakibatkan kedisiplinan dan prestasi belajar
siswa kurang optimal. Kedisiplinan dalam proses kegiatan belajar
mengajar ini sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi
suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga
menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap siswa.
Berdasarkan hasil wawancarapeneliti dengan guru kelas V SD
Kanisius Kintelan diperoleh informasi bahwa siswa mengalami kesulitan
dalam mempelajari mata pelajaran Matematika. Hal ini diperkuat dengan
Hasil nilai rata-rata siswa sebagai kondisi awal yaitu 52,2. Peneliti
mendapatkan data bahwa 36,67% siswa sudah mencapai KKM, sedangkan
nilai KKM pada mata pelajaran matematika yang sudah ditentukan adalah
65. Peneliti menyimpulkan bahwa terjadi masalah dalam pembelajaran
matematika di kelas V SD Kanisius Kintelan. Dengan begitu, juga
mempengaruhi prestasi belajar siswa rendah. Adanya masalah dalam
pembelajaran matematika di kelas juga dikarenakan kurangnya
kedisiplinan siswa saat belajar di kelas. Pernyataan ini didukung dengan
hasil kuesioner yang disebarkan kepada siswa. Dari analisis data sebagai
kondisi awal terdapat 17 siswa atau 56,66% siswa dari 30 siswa disiplin,
dan 13 siswa atau 43,33% siswa dari 30 siswa tidak disiplin.
Berdasarkan masalah yang ditemukan, peneliti mencoba mencari
solusi untuk menjadikan pembelajaran matematika di kelas V dengan
menggunakan pendekatan PMRI.Pendekatan matematika realistik adalah
salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan perubahan
tersebut. Dengan pendekatan PMRI, bahan pembelajaran akan lebih jelas
maksud dan maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan
memungkinkan menguasai pembelajaran. Siswa akan lebih banyak
melakukan aktivitas dalam pembelajaran, sebab tidak hanya
mendengarkan penjelasan guru, tetapi melakukan suatu aktivitas lain
seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan
memerankan.PMRI juga menekankan untuk membawa matematika pada
sehari-hari yang bersifat realistik. Kata realistik disini dimaksudkan
sebagai suatu situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa atau
menggambarkan situasi dalam dunia nyata (Zulkarnain, 2002). Maka
melalui penelitian dengan judul “Peningkatan Kedisiplinan dan Prestasi
Belajar pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Kanisius
Kintelan Yogyakarta dengan menggunakan Pendekatan PMRI”,
diharapkan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa dapat tercapai.
B. PembatasanBMasalahB
Dalam penelitian ini dibatasi pada upaya meningkatkan
kedisiplinan dan prestasi belajar pada mata pelajaran Matematika siswa
kelas V SD Kanisius Kintelan Yogyakarta pada materi geometri
Kompetensi Dasar: “6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang dan 6.4
Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri”, dengan menggunakan
pendekatan PMRI.
B
B
B
B
C. RumusanBMasalahB
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis memaparkan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan pendekatan PMRI dapat meningkatkan
kedisiplinan dalam pelajaran Matematika materi geometri bagi
siswa kelas V SD Kanisius Kintelan Yogyakarta?
2. Bagaimana penerapan pendekatan PMRI dapat meningkatkan
prestasi belajar Matematika pada materi geometri bagi siswa kelas
V SD Kanisius Kintelan Yogyakarta?
D. TujuanBPenelitianB
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pendekatan PMRI dapat
meningkatkan kedisiplinan siswa kelas V SD Kanisius Kintelan
Yogyakarta dalam pelajaran matematika pada materi Geometri.B 2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pendekatan PMRI dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Kintelan
Yogyakarta dalam pelajaran matematika pada materi Geometri.B B
E. ManfaatBPenelitianB
Ada beberapa manfaat yang diharapkan setelah menyelesaikan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan suasana yang tidak
membosankan dan menyenangkan.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru
diantaranya dapat memberikan inspirasi kegiatan yang menyenangkan
yang dapat dilakukan dalam pembelajaran matematika melalui
pendekatan PMRI untuk meningkatkan kedisiplinan dan prestasi
belajar siswa kelas V SD Kanisius Kintelan.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
sekolah agar dalam pembelajaran matematika dapat digunakan sebagai
acuan dalam menerapkan dan menyusun program pembelajaran.
4. Bagi penulis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis untuk melatih
mengembangkan keterampilan membaca yang efektif, mengenalkan
dengan kegiatan kepustakaan, memperoleh kepuasan intelektual,
memperluas cakrawala ilmu pengetahuan, dan sebagai bahan
F. DefinisiBOperasionalB
1. Kedisiplinan adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan
dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapa
pun.
2. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individual maupun kelompok.
3. Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidikan tentang kemajuan
siswa setelah melakukan aktivitas belajar.
4. Matematika adalah ilmu yang universal yang mengacu kepada
perkembangan teknologi, sehingga mata pelajaran matematika
mempunyai peranan penting untuk menunjang sumber daya
manusia.
5. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah
permasalahan realistik yang digunakan sebagai fondasi dalam
membangun konsep matematika atau disebut juga sebagai sumber
untuk pembelajaran.
6. Geometri adalah salah satu cabang matematika yang mempelajari
tentang titik, garis, bidang dan benda-benda ruang beserta
sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya, dan hubungannya antara yang satu
8 BABBIIB
LANDASANBTEORIB B
Bab II Landasan Teori berisi kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan,
kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Kajian pustaka membahas teori-teori
yang relevan. Hasil penelitian sebelumnya yang berisi penelitian yang pernah ada.
Selanjutnya hasil penelitian dirumuskan dalam kerangka berpikir dan hipotesis
tindakan yang berisi jawaban sementara dari rumusan masalah.
A. KajianBPustakaB 1. KedisiplinanB
a. PengertianBKedisiplinanB
Kedisiplinan berasal dari kata sifat yaitu disiplin yang diberi imbuan
ke-an. Menurut Prijadaminto (2004 : 5-6) “Disiplin adalah suatu kondisi
yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan pada Tuhan, keteraturan, dan ketertiban
dalam memperoleh ilmu”. Sedangkan menurut Arikunto (2001: 114)
“Disiplin belajar adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan
atau tata tertib kesadaran yang ada pada kata hatinya”. Dari kedua
pengetian diatas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar adalah
suatu bentuk kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib atau
peraturan karena didorong oleh kesadaran yang ada pada kata hatinya,
mengemukakan bahwa terdapat beberapa cara menanamkan disiplin
kepada anak, yaitu :B
a. Cara disiplin yang otoriter
Disiplin otoriter berarti mengendalikan kekuatan eksternal dalam
bentuk hukuman terutama hukuman badan sehingga anak kehilangan
kesempatan untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri.
b. Cara disiplin yang permisif
Biasanya disiplin yang permisif ini tidak membimbing anak untuk
berperilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan
hukuman.
c. Cara disiplin yang demokratis
Dalam hal ini metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi
dan penalaran sehingga dapat membantu anak dalam memahami
alasan-alasan perilaku tersebut diharapkan.
Sikap disiplin ini akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan,
pendidikan atau penanaman kebiasaan dalam keteladanan-keteladanan
tertentu yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan kekuarga, mulai
pada masa kanak-kanak dan terus berkembang sehingga menjadi bentuk
disiplin yang semakin kuat. Menurut Schaefer (1986) cara yang efektif
untuk mendisiplinkan anak adalah dengan penggunaan pendekatan yang
negatif, seperti hukuman dan omelan, maka cara yang positif inilah yang
lebih efektif.
b. Indikator-IndikatorBKedisiplinanB
Indikator-indikator menurut Mulyasa (2011:27-28) adalah :
1) Melaksanakan tata tertib dengan baik, baik guru maupun siswa, karena
tata tertib yang berlaku merupakan aturan dan ketentuan yang harus
ditaati oleh siapapun demi kelancaran proses pendidikan itu, yang
meliputi:
a. Konsep diri (self-concept), konsep diri masing-masing individu
merupakan faktor penting dari setiap perilaku.
b. Patuh terhadap aturan sekolah atau lembaga pendidikan.
c. Mengindahkan petunjuk-petunjuk yang berlaku di sekolah atau
suatu lembaga pendidikan tertentu. Contohnya menggunakan
kurikulum yang berlaku atau membuat satuan pelajaran.
d. Tidak membangkang pada peraturan yang berlaku, baik bagi para
pendidik maupun peserta didik, contohnya membuat satuan
pelajaran bagi guru dan mengerjakan PR bagi peserta didik.
e. Tidak suka berbohong.
f. Tingkah laku yang menyenangkan.
g. Rajin dalam belajar mengajar.
h. Tidak suka malas dalam belajar mengajar.
j. Tepat waktu dalam belajar mengajar
k. Tidak pernah membolos dalam belajar mengajar.
l. Tidak pernah keluar dalam belajar mengajar.
2) Taat terhadap kebijakan dan kebijaksanaan yang berlaku
a. Menerima, menganalisis dan mengkaji berbagai pembaharuan
pendidikan.
b. Berusaha menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi pendidikan
yang ada.
c. Tidak membuat keributan di dalam kelas
d. Mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
e. Membantu kelancaran proses belajar mengajar.
3) Menguasai diri dan instrospeksi. Menguasai diri berarti guru maupun
peserta didik memiliki rasa tanggung jawab (sense of responsibility)
yang tinggi terhadap keberlangsungan belajar mengajar. Sedangkan
introspeksi berarti guru maupun peserta didik senantiasa
mempertahankan indikator kedisiplinan melalui upaya seperti
melakukan evaluasi secara rutin terhadap kegiatan belajar mengajar.
2. PrestasiB
a. PengertianBPrestasiB
B Arifin (1990:3) mengungkapkan prestasi adalah “kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”.
Menurut KBBI (2008:1101), secara umum prestasi adalah “hasil yang
telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan)”.
Berdasarkan dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
prestasi adalah hasil yang dicapai dengan menggunakan kemampuan,
ketrampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu
pembelajaran.
B
b. PrestasiBbelajarB
B Menurut Ahmadi, dan Widodo (1991:130), prestasi belajar adalah “hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari
dalam diri (faktorinternal) maupun dari luar (faktor eksternal) individu”.
Menurut KBBI (2008:1101) prestasi belajar adalah “penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang telah diberikan oleh
guru”. Nilai tes yang memuaskan atau mampu mendapatkan nilai yang
tinggi pada mata pelajaran tertentu merupakan salah satu faktor
penguasaan pengetahuan atau ketrampilan.
Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
ketrampilan baik dalam diri sendiri maupun dari luar melalui mata
pelajaran, yang ditunjukkan dengan nilai yang telah diberikan guru.
c. Faktor-faktorByangBMempengaruhiBPrestasiBBelajar
B Mulyasa (2006:191), menjelaskan “prestasi belajar bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil berbagai faktor
yang melatar belakanginya”. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya :
1) PengaruhBfaktorBinternal
Contoh pengaruh faktor internal adalah intelegensi, keberhasilan
individu dapat diukur dengan intelegensinya, semakin tinggi tingkat
intelegensi maka kemungkinan tingkat hasil yang dicapai semakin
tinggi. Namun belum tentu dengan intelegensi yang rendah maka
siswa mendapatkan hasil belajar yang rendah, hal ini dikarenakan
masih ada faktor-faktor lain, yaitu minat, sikap, waktu, dan
kesempatan.
2) PengaruhBfaktorBeksternal
Faktor eksternal terdiri dari faktor sosial dan faktor non-sosial.
Faktor sosial meliputi hubungan manusia dengan berbagai situasi
sosial. Contoh, sekolah, masyarakat, teman, lingkungan keluarga,
fisik atau lingkungan alam, melainkan lebih ke keadaan rumah,
fasilitas belajar, ruang belajar, dan lain-lain.
3. MatematikaB
a. PengertianBMatematikaB
Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat
pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis,
yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalisasi
dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika,
aljabar, geometri, dan analisis. Hakikat belajar matematika didasarkan pada
pandangan konstruktivisme, yakni anak belajar matematika dihadapkan
pada masalah tertentu berdasarkan pengetahuan yang diperolehnya ketika
belajar dan berusaha memecahkannya (Uno, 2007). Bagi para siswa di
sekolah, matematika sangat dibutuhkan untuk meningkatkan daya nalar dan
melatih diri agar mampu berpikir logis, kritis, sistematis, dan kreatif (Polla,
2000).
b. KarakteristikBMatematikaB
Matematika tersusun atas beberapa karakteristik menurut Soedjadi
(2000: 50) adalah sebagai berikut :
1) MemilikiBobjekBkajianBabstrakBB
Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak,
sering juga disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek
pikiran. Objek dasar meliputi: fakta, konsep, operasi ataupun relasi dan
prinsip. Dari objek dasar itulah dapat disusun suatu pola dan struktur
matematika.
2) BertumpuBpadaBkesepakatanBB
Kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting dalam
matematika. Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan
konsep primitif. Aksioma disebut sebagai postulat (sekarang) ataupun
pernyataan-pangkal (yang sering dinyatakan tidak perlu dibuktikan).
Sedangkan konsep primitif yang juga disebut sebagai undefined term
ataupun pengertian pangkal tidak perlu didefinisikan. Beberapa aksioma
dapat membentuk suatu sistem aksioma, yang selanjutnya dapat
menurunkan berbagai teorema. Dalam aksioma tentu 10 terdapat konsep
primitif dapat dibentuk konsep baru melalui pendefinisian.
3) BerpolaBberpikirBdeduktifBB
Matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif.
Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang
berpangkal dari yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada
hal yang bersifat khusus”. Pola pikir yang deduktif ini dapat terwujud
dalam bentuk yang amat sederhana tetapi juga dapat terwujud dalam
4) MemilikiBsimbolByangBkosongBdariBartiBB
Simbol yang digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf.
Rangkaian simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk suatu
model matematika. Model matematika dapat berupa persamaan,
pertidaksamaan, bangun geometrik tertentu, dan sebagainya.
B c. PembelajaranBMatematikaB
Pembelajaran menurut Surya (2004: 62) adalah suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.Matematika menurut Soedjadi
(2000: 24) adalah cabang ilmu eksak dan terorganisir secara sistematik
yang mencakup tentang bilangan dan kalkulasi, penalaran logik, tentang
fakta kuantitatif, masalah tentang ruangan, bentuk, mengenai struktur yang
logik serta memiliki aturan yang ketat.B
B B Pola tingkah laku manusia yang tersusun menjadi suatu model sebagai prinsip-prinsip belajar yang diaplikasikan ke dalam mata pelajaran
matematika. Prinsip belajar inilah yang harus dipilih sehingga cocok untuk
mempelajari matematika. Matematika yang berkenaan dengan ide-ide
abstrak yang diberi simbol-simbol tersusun secara hirarkis dan
penalarannya deduktif. Sangat jelas dalam belajar matematika itu
mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah
diketahui orang tersebut. Karena itu untuk mempelajari suatu materi
matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang itu
akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut.
Dalam belajar matematika terjadi juga proses berpikir, sebab seseorang
dikatakan berpikir bila orang itu melakukan kegiatan mental dan orang
yang belajar matematika mesti melakukan kegiatan mental. Karena dengan
kita berpikir, orang menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian
informasi yang telah direkam di dalam pikiran sebagai
pengertian-pengertian. Dari pengertian tersebut dapat terbentuk pendapat yang pada
akhirnya bisa ditarik kesimpulan. Tentunya kemampuan berpikir
seseorang itu dipengaruhi inteligensinya. Dengan demikian terlihat adanya
kaitan antara inteligensi dengan proses belajar matematika.
B
4. PendidikanBMatematikaBRealistikBIndonesiaB(PMRI)B a. SejarahBPMRIB
Pendidikan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan
dalam pembelajaran matematika di Belanda. Pendidikan Matematika
Realistik dikembangkan oleh Hans Freudenthal sejak tahun 1970an. Hans
Frudenthal (Wijaya, 2012) menyatakan bahwa matematika merupakan
suatu bentuk aktivitas manusia yang melandasi pengembangan Pendidikan
mengenalkan istilah “guided reinvention” sebagai proses yang dilakukan
siswa secara aktif untuk menemukan kembali suatu konsep matematika
dengan bimbingan guru. Selain itu, (Freudenthal,1991) tidak menempatkan
matematika sekolah sebagai suatu sistem tertutup (closed system)
melainkan sebagai suatu aktivitas yang disebut matematisasi.
Kebermaknaan konsep matematika merupakan konsep utama dari
Pendidikan Matematika Realistik. Proses belajar siswa hanya akan terjadi
jika pengetahuan (knowledge) yang dipelajari bermakna bagi siswa
(Freudenthal, 1991). Suatu masalah disebut “realistik” jika masalah
tersebut hanya dapat dibayangkan atau nyata (real) dalam pikiran siswa.
Dalam Pendidikan Matematika Realistik, permasalahan realistik
digunakan sebagai fondasi dalam membangun konsep matematika atau
disebut juga sebagai sumber untuk pembelajaran. Sedangkan dalam
pendekatan mekanistik, permasalahan realistik ditempatkan sebagai bentuk
aplikasi suatu konsep matematika sehingga sering juga disebut sebagai
kesimpulan atau penutup dari proses pembelajaran.
Pendidikan Matematika Realistik mulai diterapkan di Indonesia
dengan nama Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) sejak
tahun 2001. PMRI dikembangkan oleh Institut Pengembangan PMRI
dengan melibatkan empat universitas di Indonesia, yaitu Universitas
Pendidikan Indonesia–Bandung, Universitas Negeri Yogyakarta,
Universitas Sanata Dharma–Yogyakarta, dan Universitas Negeri Surabaya
b. PengertianBPMRIB
Wijaya (2012: 20) Pendidikan Matematika Realistik adalah suatu
pendekatan dalam pembelajaran matematika yang harus selalu
menggunakan masalah sehari-hari. Penggunaan kata “realistik” sebenarnya
berasal dari bahasa Belanda “zich realiseren” yang berarti “untuk
dibayangkan” atau “to imagine”. Van Den Heuvel Panhuizen (Wijaya,
2012), penggunaan kata “realistik” tersebut tidak sekedar menunjukkan
adanya suatu koneksi dengan dunia nyata, tetapi lebih mengacu pada fokus
Pendidikan Matematika Realistik dalam menempatkan penekanan
penggunaan suatu situasi yang bisa dibayangkan (imagineable) oleh siswa.
Soedjadi (2001:2) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika
dengan pendekatan realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realita dan
lingkungan yang dipahami peserta untuk memperlancar proses
pembelajaran matematika sehingga mencapai tujuan pendidikan
matematika yang lebih baik. Selain itu Soedjadi juga menjelaskan bahwa
realita adalah hal-hal nyata yang kongkrit yang dapat diamati dan
dipahami siswa dengan cara membayangkan. Sedangkan lingkungan
adalah tempat di mana peserta didik berada baik dilingkungan sekolah
maupun lingkungan masyarakat.
Terkait dengan pendekatan pembelajaran matematika, pendekatan
matematika realistik saat ini sedang dikembangkan di Indonesia, maka
selanjutnya dikenal dengan sebutan Pendidikan Matematika Realistik
matematika realistik yang dikembangkan di Belanda oleh Freudenthal.
PMRI merupakan pembelajaran yang menekankan aktivitas insan, dalam
pembelajarannya digunakan konteks yang sesuai dengan keadaan di
Indonesia.
Dasar filosofi yang digunakan dalam PMRI ini adalah
kontrukstivisme yaitu dalam memahami suatu konsep matematika siswa
diharapkan membangun dan menemukan sendiri pemahamnnya.
Karakteristik dari pendekatan ini adalah memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa untuk membangun pemahaman tentang konsep yang
baru dipelajarinya.
Perhatian pada pengetahuan informal (informal knowledge) dan
pengetahuan awal (pre knowledge) yang dimiliki siswa menjadi hal yang
sangat mendasar dalam mengembangkan permasalahan yang realistik.
Pengetahuan informal siswa dapat berkembang menjadi suatu pengetahuan
formal (matematika) melalui proses pemodelan.
Secara umum, dalam Pendidikan Matematika Realistik di kenal dua
macam model yaitu model “of” dan model “for”. Ketika bekerja dalam
permasalahan realistik, siswa akan mengembangkan alat dan pemahaman
matematis yang masih memiliki keterkaitan dengan konteks masalah. Alat
matematis tersebut bisa berupa strategi atau prosedur penyelesaian.
Pemahaman matematis terbentuk ketika suatu strategi bersifat general dan
Dalam Pendidikan Matematika Realistik, konteks yang digunakan di
awal pembelajaran ditujukan untuk titik awal pembangunan konsep
matematika dan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan eksplorasi strategi penyelesaian masalah. Selain bermanfaat
untuk mendukung kegiatan eksplorasi, penggunaan konteks diawal
pembelajaran juga akan bisa meningkatkan minat dan motivasi siswa
dalam belajar (Wijaya, 2012).
c. KarakteristikBPMRIB
Treffers dalam Wijaya (1987) merumuskan lima karakteristik
Pendidikan Matematika Realistik, diantaranya :
1) Penggunaan Konteks. Konteks atau permasalahan realistik digunakan
sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus
berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk permainan,
penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna
dan bisa dibayangkan dalam pikiran siswa. Melalui penggunaan
konteks, siswa dilibatkan secara aktif untuk melakukan kegiatan
eksplorasi permasalahan. Hasil eksplorasi siswa tidak hanya bertujuan
untuk menemukan jawaban akhir dari permasalahan yang diberikan,
tetapi juga diarahkan untuk mengembangkan berbagai strategi
konteks diawal pembelajaran adalah untuk meningkatkan motivasi dan
ketertarikan siswa dalam belajar matematika.
2) Penggunaan model untuk matematisasi progresif. Dalam Pendidikan
Matematika Realistik, model yang digunakan dalam melakukan
matematisasi secara progresif. Penggunaan model berfungsi sebagai
jembatan (bridge) dari pengetahuan dan matematika tingkat konkrit
menuju pengetahuan matematika tingkat formal. Hal yang perlu
dipahami dari kata “model” adalah bahwa model tidak merujuk pada
alat peraga. Model merupakan suatu alat vertikal dalam matematika
yang tidak bisa dilepaskan dari proses matematisasi karena model
merupakan tahapan proses transisi level informal menuju level
matematika formal. Secara umum ada dua macam model dalam
Pendidikan Matematika Realistik yaitu model “of” dan model “for”.
3) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa. Siswa memiliki kebebasan untuk
mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga diharapkan
akan diperoleh strategi yang bervariasi. Hasil kerja dan konstruksi
siswa selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan konsep
matematika. Karakteristik ketiga dari Pendidikan Matematika Realistik
ini tidak hanya bermanfaat dalam membantu siswa memahami konsep
matematika, tetapi juga sekaligus mengembangkan aktivitas dan
kreativitas siswa.
4) Interaktivitas. Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses
sosial. Proses belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan bermakna
ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan
mereka. Pemanfaatan interaksi dalam pembelajaran matematika
bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif
siswa secara simultan. Kata pendidikan memiliki implikasi bahwa
proses yang berlangsung tidak hanya mengajarkan pengetahuan yang
bersifat kognitif, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai untuk
mengembangkan potensi alamiah afektif siswa.
5) Keterkaitan. Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial,
namun banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Oleh
karena itu, konsep-konsep matematika tidak dikenalkan kepada siswa
secara terpisah atau terisolasi satu sama lain. Pendidikan Matematika
Realistik menempatkan keterkaitan (intertwinement) antar konsep
matematika sebgai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses
pembelajaran. Melalui keterkaitan ini, satu pembelajaran matematika
diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep
5. Geometri
Menurut KBBI (2007:355) geometri adalah cabang matematika
yang menerangkan sifat-sifat garis, sudut, bidang, dan ruang (ilmu ukur).
Sedangkan menurut Travers dkk (1987:6) menyatakan bahwa: “Geometry
is the study of the relationships among points,lines, angles, surfaces, and
solids”. Geometri adalah ilmu yang membahas tentang hubungan
antaratitik, garis, sudut, bidang dan bangun-bangun ruang. Ada dua
macam geometri, yaitu geometri datar dan geometri ruang.
Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwageometri adalah salah satu cabang matematika yang mempelajari
tentang bentuk, ruang, komposisi beserta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya
dan hubungan antara yang satu dengan yang lain.
B. HasilBPenelitianByangBRelevanB
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Hasil Penelitian
yang pertama menurutFX. Ika Retno Sri Wahyu Ningsih (2009)tentang
Kreativitas Siswa dalam Belajar Matematika dengan menggunakan
pendekatan PMRI.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa dengan
menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) guru dapat membantu melibatkan siswanya untuk aktif selama
fasilitator di dalam kelas. Sedangkan siswa mampu menunjukkan
kreativitasnya dalam pembelajaran, seperti mampu mengungkapkan
pendapatnya, mampu menyelesaikan masalah, serta mampu menjelaskan
penyelesaikan masalah dengan rinci.
Hasil Penelitian yang kedua menurut Wijaya, Kartika Ary (2012)
tentang Hubungan antara Lingkungan Keluarga dan Pola Asuh Anak
dengan Kedisiplinan Belajar Siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
membangkitkan kedisiplinan siswa pada saat mengikuti kegiatan belajar
mengajar di kelas.
Hasil penelitian yang ketiga menurut Slamet (2010) tentang
Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Sifat Kubus dan Balok
dengan Menggunakan Media Bangun Ruang Siswa kelas IV SD Negeri
Sukorejo 3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media
bangun ruang dapat membantu prestasi belajar siswa pada materi sifat kubus
dan balok. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa sebelum tindakan adalah 57.
Pada siklus I menjadi 78 dan pada siklus III meningkat menjadi 83.
Sedangkan nilai ketuntasan siswa sebelum tindakan adalah 52%. Pada siklus
I 81% dapat tuntas, selanjutnya pada siklus II meningkat menjadi 100%.
Dari ketiga penelitian di atas merupakan penelitian yang berkaitan
dengan pendekatan PMRI di sekolah, kedisiplinan dan prestasi belajar
siswa. Berdasarkan penelitian di atas, pendekatan PMRI dapat membantu
kedisiplinan siswa serta mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk menggunakan pendekatan PMRI dalam
pembelajaran siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan Yogyakarta.
C. TeoriByangBRelevanB(TeoriBVygotsky)B
Teori yang dipegang oleh Vygotsky lebih mengacu pada
kontruktivisme. Karena ia lebih menekankan pada hakikat pembelajaran
sosiokultural. Pada dasarnya teori Vygotsky didasarkan pada tiga ide
utama: (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi
ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang
mereka telah ketahui; (2) bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya
perkembangan intelektual; (3) peran utama guru adalah bertindak sebagai
seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa.
Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam
upayanya memecahkan permasalahan, yaitu (1) siswa mencapai
keberhasilan dengan baik, (2) siswa mencapai keberhasilan dengan
bantuan, (3) siswa gagal meraih keberhasilan.
Teori Vygotsky ini relevan dengan pendekatan PMRI yang
mengemukakan bahwa anak belajar melalui interaksi dengan orang
dewasa atau teman sebayanya. Dalam proses belajar yang demikian,
seorang anak yang sedang belajar tidak hanya menyampaikan
pengertiannya atas suatu masalah kepada dirinya sendiri namun ia juga
Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek
internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada
lingkungan social pembelajaran. Karena menurutnya, fungsi kognitif
manusia berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam
konteks budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat
siswa bekerja menangani tugas yang belum dipelajari namun
tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya.
D. KerangkaBBerpikirB
Prestasi belajar menjadi penentu bagi keberhasilan kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa kelas V SD Kanisius Kintelan
memiliki prestasi belajar rendah khususnya pada mata pelajaran matematika.
Hal ini tercermin dari kurangnya respon siswa saat guru memberikan
pertanyaan atau instruksi dan siswa takut untuk bertanya dan berpendapat.
Ketika guru memberikan pertanyaan, siswa cenderung ramai atau mengbrol
dengan temannya. Itu juga berarti mempengaruhi kedisiplinan siswa saat
pembelajaran menjadi rendah, sehingga proses pembelajaran tersebut tidak
berjalan maksimal. Kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa pembelajaran
masih didominasi oleh guru sehingga siswa cenderung pasif. Oleh karena itu,
diperlukannya sebuah pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan
Pendekatan pembelajaran tersebut adalah dengan diterapkannya
pendekatan PMRI. Dengan pembelajaran yang realistik ini, siswa akan lebih
mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu, siswa akan
lebih disiplin dalam mengikuti proses pembelajaran. Peneliti menggunakan
pendekatan ini dikarenakan peneliti ingin mencoba memberikan solusi
terhadap upaya pembelajaran. Sehingga pembelajaran menjadi menarik dan
siswa akan semakin aktif dan termotivasi dalam belajar. Dengan demikian,
penerapan pendekatan PMRI ini diharapkan mampu meningkatkan
kedisiplinan dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
E. HipotesisBTindakanB
Berdasarkan kerangka berpikir itulah peneliti merumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut : B
1. Penggunaan pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan kedisiplinan siswa kelas V SD Kanisius Kintelan pada materi
geometri.
2. Penggunaan pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Kintelan pada
materi geometri.
B
29 BABBIIIB
METODEBPENELITIANB B
Di dalam bab ini akan peneliti uraikan metode penelitian yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan tentang metode penelitian terdiri
dari jenis penelitian, setting penelitian, rencana penelitian, instrumen penelitian,
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, jadwal penelitian, dan
indikatorkeberhasilan.
A.JenisBPenelitianB
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian tindakan kelas
(PTK). Penelitian ini merupakan suatu penelitian suatu proses penyelidikan
ilmiah dalam bentuk refleksi diri yang melibatkan guru dalam situasi
pendidikan tertentu dengan tujuan memperbaiki proses pembelajaran yang
telah dilakukan guru. Menurut Kemmis dan Pobin Mc TaggartPTK
dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari empat tahapan, yaitu
planning (perencanaan), acting (tindakan), observing (pengamatan), dan
reflecting (refleksi). Dalam hal ini masalah yang dihadapi yaitu masih
rendahnya kedisiplinan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
matematika. Untuk itu, guru dan peneliti bermaksud meningkatkan
kedisiplinan dan prestasi belajar siswa kelas VSD Kanisius Kintelan
Yogyakarta dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan Pendekatan
B
GambarB3.1.BModelBDasarBPTKBmenurutKemmisBdanBPobinBMcBTaggartB
B B
B.SettingBPenelitianB
1. TempatBdanBWaktuBPenelitianB
Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Kintelan. SD Kanisius Kintelan
beralamat di Jalan Ireda no. 18 Yogyakarta. Penelitian akan dilakukan
pada bulan Januari-November 2013
2. SubjekBPenelitianB
Subjek dalam penelitian ini adalah 30 siswa Kelas V SD Kanisius Kintelan
3. ObjekBPenelitianB
Objek penelitian yang akan di angkat adalah “Peningkatan Kedisiplinan
dan Prestasi Belajar pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD
Kanisius Kintelan Yogyakarta dengan menggunakan Pendekatan PMRI”.
4. JadwalBPenelitianB
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2012/2013 yaitu pada bulan Januari-November2013. B
TabelB3.1.BJadwalBPenelitianB
NoB KegiatanB BulanB B
JanB FebB MarB AprB MeiB JunB JulB AgsB SepB OktB NovB
C.RencanaBPenelitianB 1. PersiapanB
Peneliti meminta izin kepada Kepala Sekolah dan Guru Kelas SD
Kanisius Kintelan untuk melakukan kegiatan penelitian di SD Kanisius
Kintelan Yogyakarta. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan
observasi pada siswa kelas V untuk memperoleh gambaran mengenai
kegiatan pembelajaran serta karakteristik siswanya. Peneliti melakukan
pengamatan lebih teliti untuk mengetahui gambaran mengenai
kedisiplinan dan prestasi belajar. Selanjutnya peneliti melakukan
wawancara dengan guru kelas dan sebagian siswa kelas V di SD Kanisius
Kintelan.
Peneliti mengidentifikasi masalah yang ada di kelas yakni rendahnya
kedisiplinan dan prestasi belajar siswa. Setelah itu peneliti merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, menyusun rencana penelitian dalam
setiap siklus dan membuat gambaran awal mengenai kedisiplinan dan
prestasi belajar siswa kelas V. Tidak hanya itu saja, peneliti juga mengkaji
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokoknya. Menyusun
silabus, RPP, LKS, kisi-kisi soal, instrumen penilaian, pembuatan alat
2. PerencanaanB a. SiklusBI
Pada siklus I, terlebih dahulu peneliti merancang instrumen
pembelajaran, mulai dari silabus, RPP, LKS, dan media yang akan
digunakan dalam pembelajaran. RPP yang disusun berdasarkan pada
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan
peneliti. Media yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media
yang menarik dan akandigunakan untuk membantu siswa dalam
menyelesaikan masalah saat pembelajaran. Pada siklus ini, peneliti
menggunakan pendekatan PMRI.
b. SiklusBIIB
Siklus II akan dilakukan apabila pada siklus I pelaksanaan tindakan
belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Apabila siklus
II belum mencapai indikator keberhasilan, maka akan dilakukan siklus
III dan seterusnya hingga tindakan yang dilakukan peneliti
menunjukkan indikator keberhasilan.
3. PelaksanaanBBB
Kegiatan pembelajaran terlebih dahulu diawali dengan salam
pembuka, doa, dan absensi. Kemudian siswa memperhatikan penjelasan
dari guru. Selanjutnya, pada kegiatan inti terlebih dahulu siswa dibagi ke
Masing-masing kelompok diberi soal untuk menyelesaikannya. Kemudian siswa
dalam kelompok mendiskusikan tugas tersebut.
Selanjutnya, siswa memberikan komentar terhadap permasalahan
dalam materi dengan berdiskusi kelompok. Setelah diskusi selesai,
perwakilan siswa maju ke depan membacakan hasil diskusinya, dan teman
dari kelompok lain memberikan tanggapan. Soal evalusi diberikan pada
pertemuan ketiga. Kegiatan pembelajaran selalu ditutup dengan penarikan
kesimpulan, refleksi, evaluasi, doa, dan salam penutup.
Pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak 3 kali
pertemuan.Alokasi waktu pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga
adalah 3 x 40 menit.Peneliti juga menyebarkan kuesioner tentang
kedisiplinan kepada seluruh siswa.
4. ObservasiBB
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh
gambaran lengkap tentang proses pembelajaran. Dari observasi, peneliti
dapat mengamati secara langsung perkembangan yang dialami siswa dalam
proses pembelajaran. Peneliti juga menggunakan kamera dan video untuk
5. RefleksiBB
Peneliti melakukan analisa hasil tindakan yang telah dilaksanakan,
meliputi, mengidentifikasi hambatan, kesulitan dan kejadian-kejadian
khusus pada proses pembelajaran dan menilai apakah dalam proses
pembelajaran dapat meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa
sudah mencapai indikator keberhasilan atau belum.
B
D. TeknikBPengumpulanBDataB
B B Dalam melaksanakan suatu penelitian pengumpulan data sangat diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam
penelitian ini menggunakan beberapa teknik yaitu:
1. WawancaraBTidakBTerstrukturB
B B Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2010: 197).
2. KuesionerB
B B Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
teknik pengumpulan data yang bisa diharapkan dari responden.
Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka,
dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui
pos atau internet (Sugiyono, 2012: 142). Di dalam sebuah kuesioner
terdapat butir-butir pernyataan atau pertanyaan yang tentunya diajukan
kepada responden guna mengetahui secara detail berbagai hal yang
terkait dengan responden (sesuai dengan kisi-kisi yang dibuat oleh
peneliti). Dalam hal ini, peneliti hendaknya memperhatikan hal-hal yang
terkait dengan penulisan atau kriteria sebuah kuesioner yang baik.
Peneliti menuliskan 24 butir pernyataan tentang kedisiplinan siswa. Dan
siswa menuliskan tanda check list(√) pada kolom jawaban yang akan
dipilih.
3. TesB(Evaluasi)B
B B Tes merupakan alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang
distandarisasikan dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
hasil belajar individu atau kelompok (Masidjo, 1995:39).Peneliti
menyiapkan soal tes evaluasi di setiap akhir pertemuan. Hal ini dilakukan
E.InstrumenBPenelitianB
Dalam penelitian ini menggunakan 2 jenis instrumen penelitian, yaitu
Nontes untuk mengukur kedisiplinan siswa, dan tes untuk mengukur prestasi
belajar siswa.
1. TesB
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 1996: 150). Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes
tertulis. Dalam mengadakan tes, peneliti menggunakan instrument dengan
memberikan lembar kerja siswa sebagai tugas kelompok dan lembar
evaluasi sebagai tugas individu. Kisi-kisi soal evaluasi dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
TabelB3.2.BKisi-kisiBpenyusunanBsoalBevaluasiBsiklusBI 6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana
- Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang sederhana
1,5
- Menentukan jaring-jaring bangun ruang sederhana
2
- Menggambar jaring-jaring bangun ruang sederhana
2. NonBtesB
Instrumen penelitian non tes digunakan untuk mengukur kedisiplinan
siswa. Dalam penelitian ini, meneliti menggunakan data yang meliputi
lembar kuesioner. Lembar kuesioner akan diberikan pada seluruh siswa
satu kelas untuk mengetahui kondisi sebenarnya dari siswa. Kuesioner ini
terdiri dari 24 butir pernyataan atau pertanyaan yang terbagi dalam 12
pernyataan positif dan 12 pernyataan negatif. Siswa menuliskan tanda
check list(√) pada kolom jawaban yang akan dipilih pada pilihan kolom
jawaban yaitu (SS) Sangat Sesuai, (S) Sesuai, (TS) Tidak Sesuai, dan
(STS) Sangat Tidak Sesuai. Untuk memperoleh data dari variabel ini,
maka dikembangkan instrumen yang merupakan pengembangan dari
indikator kedisiplinan siswa.
3. Memiliki rasa tanggung jawab (sense of responsibility) yang tinggi terhadap keberlangsungan belajar mengajar
14, 16, 18, 20 13, 2, 22,23
4B
B
B B BPada tabel 3.3 diatas terdapat kisi-kisi kuesioner kedisiplinan. Kuesioner ini dibuat untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa dalam
proses pembelajaran.
jika siswa memilih jawaban SS (Sangat Sesuai) maka mendapatkan skor 4,
jika siswa memilih jawaban S (Sesuai) maka mendapatkan skor 3, jika
siswa memilih jawaban TS (Tidak Sesuai) maka mendapatkan skor 2 dan
yang terakhir jika siswa memilih jawaban STS (Sangat Tidak Sesuai) maka
siswa mendapatkan skor 1. Sedangkan pada pernyataan negatif, jika siswa
memilih jawaban SS (Sangat Sesuai) maka mendapatkan skor 1, jika siswa
jawaban TS (Tidak Sesuai) maka mendapatkan skor 3, dan jika siswa
memilih jawaban STS (Sangat Tidak Sesuai) maka mendapatkan skor 4.
TabelB3.5.KriteriaBInterpretasiBSkorBPAPBtipeB1B
RentangBPersentaseB
SkorB KriteriaB
90% - 100% Sangat Disiplin 80% - 89% Disiplin 65% - 79% Cukup Disiplin 55% - 64% Kurang Disiplin
≤ 55% Sangat Kurang Disiplin Sumber : Masidjo, 2010: 153
3. TabelBInstrumenBPengumpulanBDataB
Di bawah ini terdapat tabel variabel dan instrumen pengumpulan data
TabelB3.6.BVariabelBPenelitianBdanBInstrumenBPengumpulanBDataBB akan diukur dalam proses pembelajaran adalah:
Soal evaluasi berupa soal uraian yang berjumlah sepuluh soal
Tes Tes tertulis Hasil tes evaluasi
Pada tabel 3.6 diatas, peneliti akan melakukan penelitian terhadap
kedisiplinan dan prestasi belajar siswa. Penelitian akan dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung. Peneliti menyebarkan kuesioner kepada
berlangsung, sedangkan peneliti memberikan soal evaluasi yang berjumlah
sepuluh soal guna mengetahui prestasi belajar siswa.
4. UjiBValiditasBdanBReliabilitasB
a. ValiditasBInstrumenBPembelajaranB
Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi
pada obyek penelitian dengan daya yang dilaporkan oleh peneliti.
Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antar
data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada obyek penelitian (Sugiyono, 2012: 267).
Pada validitas instrumen pembelajaran ini, peneliti melakukan
validasi kepada dua orang dosen ahli matematika. Hasil validasi
TabelB3.7.BHasilBValidasiBInstrumenBPembelajaranB
B
Berdasarkan tabel 3.7 di atas terlihat bahwa hasil validasi
instrumen perangkat pembelajaran oleh dua dosen ahli matematika.
Pada perangkat silabus memperoleh rata-rata 3,57, pada RPP
memperoleh rata-rata 3,53, pada materi ajar memperoleh rata-rata 3,45,
TabelB3.8BKriteriaBtingkatBkualitasBprodukB
IntervalBBB
skorBrata-rataB KategoriB
3,25 - 4,00 Sangat baik 2,50 - 3,25 Baik 1,65 - 2,50 Kurang baik 0,00 - 1,75 Tidak baik
Sumber : Fatimah Setiani dalam Vetriyanto (2012:34)
Pada tabel 3.8 diatas terdapat empat kriteria tingkat kualitas
produk. yaitu sangat baik, baik, kurang baik dan tidak baik. Berdasarkan
tabel tersebut, peneliti membandingkan penilaian perangkat dengan
kriteria tingkat kualitas produk dengan hasil validasi dan kriteria di bawah
ini.
TabelB3.9.BHasilBValidasiBdanBKriteriaB
NoB PerangkatB
pembelajaranB HasilB KriteriaB
1 Silabus 3,57 Sangat Baik 2 RPP 3,53 Sangat Baik 3 LKS 3,61 Sangat Baik 4 Bahan ajar 3,45 Sangat Baik 5 Evaluasi 3,49 Sangat Baik
Berdasarkan tabel 3.9 diatas dapat dilihat bahwa hasil dari validasi
oleh kedua dosen ahli menunjukkan kriteria sangat baik. Oleh karena itu,
perangkat pembelajaran ini layak di uji cobakan peneliti dalam penelitian.
b. UjiBValiditasBSoalBEvaluasiB
Uji validitas soal dilakukan untuk mengetahui soal evaluasi
valid atau tidak. Peneliti mengujikan 7 soal di kelas VI yang
berjumlah 23 siswa. Dari 7 soal tersebut, peneliti memilih 5 soal yang
benar-benar valid untuk setiap siklusnya. Untuk menganalisis data
yang telah diperoleh, peneliti menggunakan teknik korelasi
Product-Moment dengan menggunakan rumus angka kasar (Purwanto, 2008:
122).
= N ∑ xy − (∑ x) (∑ y)
{ ∑ − (∑ ) }{ ∑ − (∑ ) }
Keterangan:B
rxy : korelasi product moment X : tes formatif I
Y : tes formatif II
N : jumlah responden
Hasil perhitungan validitas menggunakan rumus Product
Moment dengan r tabel untuk 23 siswa pada taraf signifikansi 5% yaitu
0,433 (Masidjo, 2010: 262). Suatu soal dikatakan valid jika r hitung ≥ r
1. SoalBEvaluasiBIB
BTabelB3.10.BHasilBUjiBValiditasBSoalBEvaluasiBIB NoBItemB rBhitungB rBtabelB KriteriaB
1 0,68 0,413 Valid
2 0,60 0,413 Valid
3 0,80 0,413 Valid
4 0,55 0,413 Valid
5 0,71 0,413 Valid
Dari tabel 3.10 di atas menunjukkan bahwa 5 soal yang telah
diujikan dan telah dihitung menggunakan rumus angka kasar
terhitung valid pada taraf signifikansi 5% . Sedangkan untuk soal
evaluasi 2, peneliti memperoleh hasil perhitungan validitas sebagai
berikut :
2. SoalBEvaluasiBIIB
TabelB3.11.BHasilBUjiBValiditasBSoalBEvaluasiBIIB NoBItemB rBhitungB rBtabelB KriteriaB
1 0,59 0,413 Valid
2 0,55 0,413 Valid
3 0,60 0,413 Valid
4 0,55 0,413 Valid