i
TALKING STICK PADA SISWA KELAS III
SEMESTER II MI INFARUL GHOY 01 PEDURUNGAN
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
NUR ISTIQOMAH
115-13-094
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
iii
TALKING STICK PADA SISWA KELAS III
SEMESTER II MI INFARUL GHOY 01 PEDURUNGAN
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
NUR ISTIQOMAH
115-13-094
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vii
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”
َِل مُتْنَسْحَا ْنِإ
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri (QS. Al
-Isra’ ayat 7)”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Kedua orang tua yang sangat saya sayangi Ayahanda Zaenabun dan Ibunda
Muawanah, yang tidak pernah berhenti memberikan doa dan kasih sayang yang
tulus.
Kakak-kakakku tercinta Choirul Anam & Alm. Achmad Irwan Fauzi dan
adik-adikku tersayang Muhammad Muhlisin Nalahuddin & M. Ilham Arridwan Abdul
Hadi, yang telah mendukung dan memberikan semangat.
Seseorang yang menjadi doa dan harapan saya, yang selalu memberikan dukungan
dan semangat.
Sahabat-sahabatku terkasih yang selalu berbagi ilmu dan pengalaman serta
memberikan motivasi, khususnya jeng Tiyas Milati, Mbak Alif, Mbak Nina dan
Mbak Fitri fatmawati.
Teman-teman tercinta Konsentrasi IPA, PPL, KKN dan semuanya yang telah
viii
meluangkan waktu untuk mengajari dan menyusun skripsi, terimakasih atas
semuanya atas kekompakannya dari awal sampai akhir.
Juga saya persembahkan kepada pembaca yang budiman.
ix
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyususnan skripsi ini. Sholawat dan salam senantiasa tetap
terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat-sahabatnya dan orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di IAIN Salatiga. Judul yang penulis ajukan
adalah PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CARA
MANUSIA DALAM MEMELIHARA DAN MELESTARIKAN ALAM
MELALUI METODE TALKING STICK PADA SISWA KELAS III
SEMESTER II MI INFARUL GHOY 01 PEDURUNGAN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini dengan senang hati menyampaikan terimakasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan pendidikan Guru Madrasah
x
dan memberi petunjuk-petunjuk dan dorongan-dorongan dalam
menyelesaikan skripsi ini
5. Bapak/Ibu dosen yang telah mencurahkan pengetahuan dan bimbingan
selama penulis kuliah sampai menyelesaikan skripsi ini
6. Kepala sekolah MI Infarul Ghoy 01 Ibu Ida Khoirun Nisa’, S.Pd.I. beserta
guru dan karyawan, yang berkenan memberikan ijin pada penulis untuk
melakukan penelitian di MI Infarul Ghoy 01
7. Wali kelas III MI Infarul Ghoy 01 Ibu Rosidah, S.Pd yang berkenan
meluangkan waktu untuk membantu jalannya penelitian di MI Infarul Ghoy
01
8. Siswa siswi kelas III MI Infarul Ghoy 01 yang sudah berkenan menjadi
subyek penelitian dan mengikuti jalannya penelitian dengan
sungguh-sungguh
9. Ayahanda tercinta Zaenabun, Ibunda tercinta Muawanah, kakakku dan
adik-adikku tersayang Choirul Anam, Achmad Irwan Fauzi (alm) Muhammad
Muhlisin Nalahuddin, M. Ilham Arridwan Abdul Hadi yang telah
mencurahkan kasih sayang, memberikan motivasi, semangat dan dorongan,
serta tidak henti mendo’akan penulis dalam menempuh studi dan
mewujudkan cita-cita
xii
pada Siswa Kelas III Semester II MI Infarul Ghoy 01 Pedurungan Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Jurusan PGMI. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Budiyono Saputro, M.Pd.
Kata Kunci: Hasil Belajar IPA, Metode Talking Stick
Banyak permasalahan terkait dengan pembelajaran IPA. Salah satunya adalah hasil belajar siswa yang masih rendah dan guru belum mampu menerapkan metode pembelajaran secara efektif, efisien, dan menyenangkan. Penyampaian pembelajaran hanya ceramah dan diakhiri dengan mengerjakan soal, hal ini membuat siswa menjadi jenuh sehingga pembelajaran menjadi tidak maksimal dan siswa susah memahami materi yang disampaikan. Peneliti memberikan alternatif permasalahan tersebut dengan meningkatkan hasil belajar IPA menggunakan metode talking stick materi cara manusia dalam memelihara dan melestarikan alam pada siswa kelas III MI Infarul Ghoy 01 Pedurungan Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan upaya penulis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA melalui metode talking stick
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan melalui dua siklus yaitu siklus I, siklus II. Tiap siklusnya ada empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subyek penelitiannya adalah kelas III yang berjumlah 15 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan meliputi tes tertulis, lembar observasi, dan dokumentasi.
xiii
HALAMAN JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 5
1. Hipotesis Tindakan ... 5
2. Indikator Keberhasilan ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
xiv
3. Prosedur Penelitian ... 11
4. Instrumen Penelitian ... 13
5. Teknik Pengumpulan Data ... 14
6. Analisis Data ... 15
H. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 18
A. Hasil Belajar ... 18
1. Belajar ... 18
a. Definisi Belajar ... 18
b. Ciri-ciri Belajar ... 20
c. Prinsip-prinsip Belajar ... 21
2. Hasil Belajar ... 22
a. Definisi Hasil Belajar ... 22
b. Macam-macam Hasil Belajar ... 24
c. Indikator Hasil Belajar ... 27
d. Pengukuran Hasil Belajar... 30
e. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 31
B. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 34
1. Definisi IPA ... 34
xv
6. Standar Kompetensi IPA Kelas III SD/MI ... 38
C. Materi Cara Manusia dalam Memelihara dan Melestarikan Alam ... 39
1. Cara Memanfaatkan Sumber Daya Alam ... 39
2. Bencana Alam yang dapat Merusak Kelestarian Sumber Daya Alam 43 3. Perilaku Manusia yang Peduli Lingkungan ... 45
D. Metode Talking Stick ... 47
1. Metode ... 47
2. Metode Talking Stick ... 47
3. Langkah-langkah Metode Talking Stick ... 48
4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Talking Stick ... 49
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 51
A. Gambaran Umum MI Infarul Ghoy 01 ... 51
1. Lokasi Penelitian ... 51
2. Visi dan Misi MI Infarul Ghoy 01 ... 51
3. Karakteristik Guru dan Karyawan MI Infarul Ghoy 01 ... 52
4. Subjek Penelitian ... 53
5. Pelaksanaan Penelitian ... 54
B. Deskripsi Pelaksanaan Pra Siklus ... 55
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 55
xvi
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 61
1. Perencanaan ... 61
2. Tindakan ... 62
3. Observasi ... 65
4. Refleksi ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67
A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus... 67
1. Deskripsi Hasil Penelitian Pra Siklus... 67
2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I... 70
3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ... 80
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 88
1. Hasil Rekapitulasi ... 88
2. Pra Siklus ... 90
3. Siklus I ... 90
4. Siklus II ... 91
BAB V PENUTUP ... 93
A. Kesimpulan ... 93
B. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96
xvii
SD/MI Tahun 2016/2017 ... 38
TABEL 3.1 Guru dan Karyawan MI Infarul Ghoy 01 ... 52
TABEL 3.2 Daftar Siswa Kelas III MI Infarul Ghoy 01 ... 53
TABEL 4.1 Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ... 68
TABEL 4.2 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 73
TABEL 4.3 Pengamatan Guru Siklus I ... 75
TABEL 4.4 Pengamatan Siswa Siklus I ... 78
TABEL 4.5 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 83
TABEL 4.6 Pengamatan Guru Siklus II ... 85
TABEL 4.7 Pengamatan Siswa Siklus II ... 87
TABEL 4.8 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Per Siklus ... 89
xviii
GAMBAR 4.1 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar
Siswa Pra Siklus ... 70
GAMBAR 4.2 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar
Siswa Siklus I ... 74
GAMBAR 4.3 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar
Siswa Siklus II ... 85
GAMBAR 4.4 Diagram Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar
xix
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 3. Instrumen Observasi Guru Siklus I
Lampiran 4. Instrumen Observasi Guru Siklus II
Lampiran 5. Instrumen Observasi Siswa Siklus I
Lampiran 6. Instrumen Observasi Siswa Siklus II
Lampiran 7. Lembar Otentik (Asli) Hasil Tes Siklus I
Lampiran 8. Lembar Otentik (Asli) Hasil Tes Siklus II
Lampiran 9. Daftar Nilai Siswa
Lampiran 10. Dokumentasi
Lampiran 11. Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 13. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 14. Nilai SKK
1
A. Latar Belakang Masalah
IPA adalah salah satu mata pelajaran yang penting untuk dipelajari di
sekolah dasar. IPA merupakan ilmu pegetahuan yang mempelajari tentang
alam semesta, baik gejala-gejalanya maupun perubahan-perubahannya.
Belajar IPA sangat diperlukan, karena pelajaran tersebut sangat berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari, sehingga apabila seorang siswa belajar IPA
dengan benar, maka siswa juga dapat mengaplikasikan ilmu yang
didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.
Mata pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan pengetahuan
lingkungan alam, mengembangkan keterampilan wawasan dan kesadaran
teknologi dalam kaitannya dengan pemanfaatan bagi kehidupan sehari-hari.
Dengan mempelajari IPA siswa dapat mengenal berbagai lingkungan alam,
sehingga diharapkan siswa dapat menjaga dan merawat lingkungan yang ada.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006: 417, IPA
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk
menciptakan pengetahuan secara sendiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam tentang alam sekitar.
Kegiatan belajar mengajar harus ditingkatkan keefektifitasan dan
keefisienannya. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah, dalam
usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita
waktu siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut.
Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang
dilaksanakan di sekolah. Dan salah satu yang menentukan kualitas
pembelajaran adalah penggunaan metode pembelajaran yang tepat dengan
materi yang yang diajarkan. Berdasarkan survei yang telah dilakukan di MI
Infarul Ghoy 01, peneliti mendapatkan informasi bahwa pembelajaran IPA
kelas III materi cara manusia dalam memelihara dan melestarikan alam pada
tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 20 siswa, yaitu hanya 9 siswa atau
45% yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan 11 siswa atau
55% yang belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu dengan nilai 70.
Hal ini berarti masih banyak siswa yang belum mencapai KKM dan dengan
kata lain siswa masih menganggap materi tersebut sulit untuk dipahami.
Penyebab permasalahan ini antara lain: 1) masih kurangnya penerapan
menggunakan metode ceramah yang terkesan monoton dan membuat siswa
menjadi bosan dan jenuh, sehingga pembelajaran menjadi tidak maksimal dan
siswa susah memahami materi yang disampaikan, 2) masih kurang lancarnya
siswa dalam menulis dan membaca, 3) kurangnya rasa ingin tahu siswa dalam
mengikuti pembelajaran IPA, 4) kurangnya aplikasi langsung dalam
penerapan pembelajaran IPA, 5) kurangnya pemahaman siswa, 6) kurang
aktif dalam mengikuti pembelajaran IPA, serta 7) masih ada siswa yang
bermain sendiri ketika guru menjelaskan.
Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan sebuah metode yang
mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa dengan memperhatikan
karakteristik siswa MI yaitu tanpa menghilangkan dunia bermain anak. Salah
satu metode yang dapat dijadikan alternatif untuk memecahkan permasalahan
di atas adalah metode Talking Stick. Metode ini secara langsung mengajak
siswa untuk berperan aktif dalam pelajaran.
Penggunaan suatu metode dalam sebuah pembelajaran bertujuan untuk
mempermudah para siswa dalam memahami materi pelajaran. Apabila siswa
belajar dengan suasana yang menarik dan aktif, maka siswa akan lebih senang
dan mudah memahami pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Menurut Huda
(2003: 224) metode pembelajaran talking stick merupakan metode
pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat. Dengan menggunakan
metode ini sangat bermanfaat karena guru mampu menguji kesiapan siswa,
melatih keterampilan siswa dalam membaca dan memahami materi pelajaran
Metode pembelajaran talking stick adalah pendekatan komunikatif
terhadap siswa. Metode talking stick diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman tentang materi pembelajaran IPA, meningkatkan nilai hasil
belajar pembelajaran IPA sekaligus dapat melatih siswa untuk berperan aktif
pada kegiatan pembelajaran IPA.
Dari uraian di atas peneliti bertujuan untuk mengadakan penelitian
pembelajaran IPA dengan menggunakan suatu metode dengan judul
“PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CARA MANUSIA
DALAM MEMELIHARA DAN MELESTARIKAN ALAM MELALUI
METODE TALKING STICK PADA SISWA KELAS III SEMESTER II
MI INFARUL GHOY 01 PEDURUNGAN SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah apakah penerapan metode talking stick dapat
meningkatkan hasil belajar IPA materi cara manusia dalam memelihara dan
melestarikan alam pada siswa kelas III semester II MI Infarul Ghoy 01
Pedurungan Semarang tahun pelajaran 2016/2017?”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
melestarikan alam pada siswa kelas III semester II MI Infarul Ghoy 01
Pedurungan Semarang tahun pelajaran 2016/2017 melalui metode talking
stick.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis yang peneliti kemukakan adalah bahwa metode
talking stick dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi cara manusia
dalam memelihara dan melestarikan alam bagi siswa kelas III MI Infarul
Ghoy 01 Pedurungan Semarang.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan metode talking stick ini dikatakan berhasil apabila
indikator yang diaharapkan telah tercapai. Adapun indikator pembelajaran
yang peneliti paparkan adalah sebagai berikut:
a. Ketuntasan Individu
Siswa mencapai ketuntasan secara individu apabila Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu sebesar 70.
b. Ketuntasan Klasikal
Menurut Trianto (2009: 241) ketuntasan siswa secara klasikal dalam
pembelajaran IPA, khususnya materi cara manusia dalam memelihara
dan melestarikan alam adalah 85% siswa di kelas dapat mencapai
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada banyak pihak. Adapun manfaat yang ingin dicapai yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi tentang peningkatan hasil belajar IPA siswa
kelas III MI Infarul Ghoy 01 Pedurungan Semarang melalui metode
talking stick.
b. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam penerapan metode
talking stick.
c. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan hasil belajar IPA
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru MI Infarul Ghoy 01
Pedurungan Semarang sebagai alternatif metode pembelajaran
dalam megembangkan pembelajaran formal dengan strategi yang
tepat dan dapat memotivasi siswa sehingga diperoleh hasil yang
optimal.
2) Guru mendapat pengalaman secara langsung untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran dan profesi guru.
b. Bagi Siswa
1) Mendorong siswa untuk lebih memahami pentingnya belajar IPA.
3) Sebagai sarana untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Dengan menerapkan metode pembelajaran talking stick dapat
memberi masukan atau sumbangan pikiran kepada sekolah untuk
proses perbaikan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran lebih
efektif dan mutu pendidikan dapat meningkat.
d. Bagi Peneliti
Peneliti mendapat pengalaman langsung dalam proses belajar
mengajar pembelajaran IPA sekaligus metode pembelajaran yang
dapat dilaksanakan dan dikembangkan kelak. Selain itu, sebagai calon
guru, agar lebih siap dalam melaksanakan tugas sesuai perkembangan
jaman.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman antara yang dimaksud peneliti
dengan persepsi yang ditangkap oleh pembaca, maka peneliti memberikan
definisi operasional sebagai berikut:
1. Hasil Belajar
Menurut Susanto (2013: 5) hasil belajar, yaitu
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA merupakan rumpun ilmu, memliki karakteristik khusus yaitu
mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan
(reality) atau kejadian (event) dan hubungan sebab akibatnya (Asih dan
Sulistyowati, 2014: 22).
3. Cara Manusia dalam Memelihara dan Melestarikan Alam
Cara yang digunakan manusia untuk memanfaatkan sumber daya
alam untuk memanfaatkan tumbuhan yaitu dengan cara pencangkokan,
penyetekan, penanaman biji, kultur jaringan dan sebagainya. Sedangkan
cara yang digunakan manusia untuk memanfaatkan hewan adalah dengan
beternak dan perikanan. Kemudian cara yang digunakan untuk
memanfaatkan air adalah dengan cara membuat perikanan, pertanian,
objek wisata dan pembangkit tenaga listrik.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan manusia dalam memelihara
dan melestarikan alam adalah mengadakan reboisasi, mengadakan
sengkedan, mengolah dan memupuk tanah, menebang pohon secara
berencana, membuat hutan lindung, membentuk cagar alam dan suaka
marga satwa, dan lain sebagainya.
Selain itu, bencana alam dapat merusak kelestarian sumber daya
alam. Bencana alam dapat terjadi karena faktor alam, antara lain adalah
gempa bumi, gunung berapi meletus dan banjir. Bencana alam juga dapat
terjadi karena faktor manusia, diantaranya adalah penebangan hutan yang
banjir dan tanah longsor, membuang sampah di sungai juga menyebabkan
aliran air sungai tersumbat dan ketika hutan lebat akan mudah terjadi
banjir, perladangan berpindah dapat menyebabkan tanah hilang
kesuburannya, dan lain sebagainya.
4. Metode Talking Stick
Menurut Imas dan Berlin (2016: 82-83) metode pembelajaran
talking stick merupakan satu dari sekian banyak satu metode
pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran ini dilakukan dengan
bantuan tongkat. Tongkat dijadikan sebagai jatah atau giliran untuk
berpendapat atau menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari materi pelajaran.
G. Metodologi Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Berdasarka fenomena di atas peneliti mengadakan penelitian
tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto (2006: 3) penelitian tindakan
kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama.
Beberapa alasan peneliti memilih penelitian tindakan kelas yaitu:
a. Melalui PTK guru akan menjadi peka dan tanggap terhadap segala
b. Dalam melaksanakan tahap-tahap PTK, guru akan mampu
memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu rangkaian kegiatan
untuk mengkaji secara cermat apa yang terjadi di kelasnya
2. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di MI Infarul Ghoy 01 yang
terletak di Jl. Brigjent Sudiarto No. 652 Plamongansari Kecamatan
Pedurungan Semarang 50193 Telp: (024) 6730933. MI Infarul Ghoy
01 memiliki letak yang sangat strategis dan mudah untuk dijangkau
dari seluruh penjuru Pedurungan Semarang.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan, yaitu
pada tanggal 13 April-15Mei 2017. Penelitian dilaksanakan dengan
beberapa siklus, setiap siklusnya 1 pertemuan dan setiap pertemuan 2
jam pelajaran (2 x 35 menit).
c. Subjek Penelitian
Adapun subyek yang dikenai penelitian adalah siswa kelas III MI
Infarul Ghoy 01 Kelurahan Plamongansari Kecamatan Pedurungan
Kota Semarang. Siswa yang diteliti sejumlah 15 siswa yang terdiri
dari 5 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. latar belakang orang
tua sangat heterogen mulai dari petani, buruh tani, sopir, pedagang
Dasar pertimbangan pemilihan subyek yakni perlunya penerapan
tindakan penelitian ini terhadap pembelajaran IPA pada materi cara
manusia dalam memelihara dan melestarikan alam khususnya pada
siswa kelas III Semester II.
3. Prosedur Penelitian
Suharsimi Arikunto (2006: 16) mengemukakan penelitian tindakan
kelas ini terdiri dari empat tahapan, meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan (observasi) dan refleksi.
Berikut skema dari proposal penelitian:
Gambar 1.1 Siklus Penelitian Tindak Kelas (Arikunto, 2006: 16) Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
Rancangan penelitian tindakan yang akan dilaksanakan setiap
siklusnya terdiri dari:
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang kritis
untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Rencana Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) hendaknya disusun berdasarkan kepada hasil
pengamatan awal yang refleksif.
b. Pelaksanaan tindakan (acting)
Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada
tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa
pada tahap ini, tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus
terkesan alamiah dan tidak direkayasa.
Pada tahap ini, peneliti mengamati pelaksanaan proses
pembelajaran pada mata pelajaran IPA materi cara manusia dalam
memelihara dan melestarikan alam dengan menggunakan metode
talking stick dan hasil dari pembelajaran yang telah dilaksanakan
tersebut pada hasil belajar siswa, pada tahap pengamatan ini peneliti
meminta bantuan kepada teman sejawat.
c. Pengamatan (observing)
Menurut Supardi dalam bukunya Suyadi (2010: 63) menyatakan
bahwa observasi yang dimaksud adalah pengumpulan data dengan
kata lain observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek
Pada tahap ini peneliti mengamati proses pembelajaran dari awal
sampai akhir dengan menggunakan lembar observasi. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat proses kegiatan
belajar-mengajar.
d. Refleksi (reflecting)
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
telah dilakukan. Refleksi atau evaluasi diri baru bisa dilakukan ketika
pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan (Suyadi, 2010: 64-65).
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan dalam
kegiatan penelitian. Bentuk instrumen yang digunakan untuk
mendapatkan data adalah sebagai berikut:
a. Lembar pengamatan/blanko pengamatan, digunakan untuk mengamati
secara langsung kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran
IPA materi melestarikan alam melalui metode Talking Stick.
1) Lembar observasi guru
Instrumen pengamatan guru dalam penelitian ini menurut
Rusman (2011: 99-100) mencakup beberapa aspek diantaranya:
kemampuan guru membuka pelajaran, sikap guru dalam proses
pembelajaran, penguasaan bahan belajar, kegiatan belajar
mengajar, pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran,
evaluasi pembelajaran, kemampuan menutup kegiatan
2) Lembar observasi siswa
Pedoman atau lembar pengamatan observasi siswa
digunakan untuk mengamati secara langsung kegiatan siswa dalam
proses pembelajaran IPA melalui metode talking stick.
b. Tes/evaluasi digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA terkait
materi cara manusia dalam memelihara dan melestarikan alam.
c. Pedoman dokumentasi digunakan untuk mendapatkan gambaran
kegiatan dalam proses pembelajaran penerapan model talking stick.
Dokumentasi juga digunakan sebagai hasil penelitian yang berupa
gambar atau foto yang menggunakan alat bantu berupa kamera.
d. Tes tertulis, digunakan untuk mendapatkan nilai. Jenis tes yang
digunakan berupa tes pilihan ganda yang diadakan setelah diadakan
tindakan siklus I, siklus II, dst.
5. Teknik pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini teknik pengumpulan data yang
diperlukan diperoleh melalui:
a. Tes
Tes merupakan alat pengukur data dalam penelitian. Tes ialah
seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang
dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan
penetapan skor angka. Jenis tes yang digunakan peneliti adalah tes
hasil belajar (Paizaluddin dan Ermalinda, 2013: 131). Tes digunakan
b. Teknik Observasi
Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian
dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Teknik ini
digunakan untuk mengamati dari dekat dalam upaya mencari dan
menggali data melalui pengamatan secara langsung dan mendalam
terhadap subjek dan objek penelitian (Paizaluddin dan Ermalinda,
2013: 113). Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk mengetahui hasil
belajar peserta didik pada saat pembelajaran IPA dengan
diterapkannya metode talking stick.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data
dengan mendokumentasikan kegiatan belajar mengajar baik melalui
foto maupun video atau rekaman (Sugiyono, 2013: 312). Data yang
diperoleh peneliti dari dokumen ini dapat melengkapi untuk
melengkapi bahkan memperkuat data dari hasil observasi dan tes yag
dilakukan.
6. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitisn tindakan kelas, secara umum
dianalisis melalui diskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan pada tiap
data yang dikumpulkan, baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Data
kualitatif dianalisis dengan menggunakan cara kuantitatif sederhana,
yakni dengan persentase (%), dan data kualitatif dianalisis dengan
Analisis data merupakan proses menganalisis data yang telah
terkumpul guna mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam
penelitian untuk perbaikan belajar siswa.
Untuk persentase ketuntasan klasikal dapat dihitung menggunakan
rumus (Djamarah, 2005: 262):
P = NF x 100%
P = Persentase
F = Frekuensi yang dicari persentasenya
N = Jumlah siswa
Penilaian rata-rata dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Aqib,
2010: 204):
X =
𝑁𝑋Dengan:
X = Nilai rata-rata
X = Jumlah nilai
N = Jumlah siswa
H. Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi maupun uraian
penyajian data penelitian ini, maka penulis memaparkan sistematika
penulisan sebagai berikut:
Bagian awal meliputi sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar,
dan daftar lampiran.
Bab I Pendahuluan, dalam bab pendahuluan terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator
keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional, strategi penelitian, dan
sistematika penelitian.
Bab II Kajian pustaka, dalam bab ini peneliti mengemukakan landasan
teori dari tiap-tiap variabel penelitian.
Bab III Pelaksanaan penelitian dalam bab ini berisi tentang gambaran
umum MI Infarul Ghoy 01 Pedurungan Semarang dan pelaksanaan penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini berisi hasil
penelitian meliputi diskripsi per siklus dan pembahasan.
Bab V Kesimpulan dan Penutup, dalam bab ini terdiri dari kesimpulan
18 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Belajar
a. Definisi belajar
1) Definisi belajar menurut bahasa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis
belajar memiliki arti “berusaha memeperoleh kepandaian atau
ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah
sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini
usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha
manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau
kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya (Baharuddin dan
Wahyuni, 2007: 13).
2) Definisi belajar menurut para ahli
Definisi belajar menurut para ahli antara lain sebagai
berikut:
a) Menurut R. Gagne (1989) dalam Susanto (2013: 1), belajar
dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana sebuah
organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, dan tingkah laku.
b) Menurut W.S. Winkel (2002) dalam Susanto (2013: 4), belajar
adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi
aktif atara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan
berbekas.
c) Menurut Susanto (2013: 4), belajar adalah suatu aktivitas yang
dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar
untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau
pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang
terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam
berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.
d) Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2007: 11), belajar adalah
proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,
keterampilan dan sikap.
e) Menurut Riyanto (2010: 6), belajar adalah suatu proses untuk
mengubah performasi yang tidak terbatas pada keterampilan,
tetapi juga meliputi fungsi-fungsi seperti skill, persepsi, emosi,
proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh perubahan tingkah laku melalui pengalaman individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b. Ciri-ciri Belajar
Dari definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya
beberapa ciri-ciri belajar yang dikutip oleh Baharuddin dan Wahyuni
(2017: 15), yaitu:
1) Belajar di tandai dengan adanya perunahan tingkah laku (change
behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati
dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil.
2) Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa
perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu
tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan
tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup.
3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat
proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut
bersifat potensial.
5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu
yang memperkua itu akan memberikan semangat atau dorongan
untuk mengubah tingkah laku.
c. Prinsip-prinsip Belajar
Menurut Seokamto dan Winataputra (1997) dalam Baharuddin
dan Wahyuni (2007: 16) di dalam tugas melaksanakan proses belajar
mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar
sebagai berikut:
1) Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan
orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif.
2) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
3) Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan
langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses
belajar.
4) Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan
siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.
5) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi
tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
Prinsip-prinsip belajar dapat dijadikan sebagai dasar dalam
upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya
belajarnya, maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan
mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan
tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual (Dimyati
& Mudjiono: 42)
2. Hasil Belajar
a. Hasil Belajar
Berdasarkan uraian tentang konsep belajar di atas, dapat
dipahami tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan
yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Definisi
hasil belajar di atas dipertegas lagi oleh Bukhori, (2003: 178) yang
menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai atau
ditunjukkan oleh murid sebagai hasil belajarnya, baik itu berupa
angka, huruf, atau tindakan mencerminkan hasil belajar yang dicapai
oleh masing-masing anak dalam periode tertentu.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah
sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui
evaluasi, sebagaimana dikemukakan oleh Sudijono (2011: 8) evaluasi
adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai,
sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat
dilaksanakan. Kemajuan prestasi belaja siswa tidak hanya diukur dari
tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan
keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata
pelajaran yang diberikan kepada siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah
mengalami proses pembelajaran dan dapat diukur melalui
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis yang diraih
siswa dan merupakan tingkat penguasaan setelah menerima
pengalaman belajar. Adapun hasil belajar meliputi tiga aspek yaitu
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dalam hal ini yang dimaksud hasil belajar IPA materi cara
manusia dalam memelihara dan melestarikan alam adalah kemampuan
yang dimiliki setiap siswa mengenai pengetahuan, pemahaman
tentang materi tersebut yang ditandai dengan adanya perubahan hasil
belajar siswa secara berkelanjutan baik pada aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik, serta tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), dengan nilai KKM yaitu 70.
Dalam penelitian ini, setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya
(ketuntasan individu) jika memperoleh nilai 70, dan suatu kelas
dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas
tersebut 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Berdasarkan ketuntasan KTSP penentuan ketuntasan belajar ditentukan oleh
minimal (KKM) yang berbeda dengan sekolah lain (Trianto, 2012:
241).
b. Macam-macam hasil belajar
Hasil belajar sebagaimana dijelaskan di atas meliputi
pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek
psikomotorik), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pemahaman Konsep
Pemahaman menurut Bloom dalam Susanto (2013: 6)
diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau
bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah
seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan
memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau
sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia
baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil
penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.
Menurut Dorothy J. Skeel dalam Susanto (2013: 8) konsep
merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu
pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Jadi konsep ini
merupakan sesuatu yang telah melekat dalam hati seseorang dan
tergambar dalam pikiran, gagasan, atau suatu pengertian.
Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa
Winkel dalam Susanto (2013: 8) menyatakan bahwa melalui
produk dapat diselidiki apakah dan sampai berapa jauh suatu
tujuan instruksional telah tercapai; semua tujuan itu merupakan
hasil belajar yang seharusnya diperoleh siswa. Berdasakan
pandangan Winkel, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa erat
hubungannya dengan tujuan instruksional (pembelajaran) yang
telah dirancang guru sebelum melaksanakan proses belajar
mengajar. Evaluasi produk dapat dilaksanakan dengan
mengadakan berbagai macam tes, baik secara lisan maupun
tertulis.
2) Keterampilan Proses
Usman dan Setiawati dalam Susanto (2013: 9)
mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan
keterampilan yang mengarah kepada pembangunan mental, fisik,
dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan mental,
fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan
yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Indrawati dalam
Susanto (2013: 9-10) merumuskan bahwa keterampilan proses
merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik
kogitif, maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk
menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk
mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, atau untuk
Indrawati menyebutkan bahwa ada enam aspek
keterampilan proses, yang meliputi: observasi, klasifikasi,
pengukuran, mengkomunikasikan, memberikan penjelasan atau
interpretasi terhadap suatu pengamatan, dan melakukan
eksperimen. Kemudian Indrawati membagi keterampilan proses
menjadi dua tingkatan, yaitu: keterampilan proses tingkat dasar
(meliputi: observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran,
prediksi, dan interference), dan keterampilan proses terpadu
(meliputi: menentukan, variabel, menyusun tabel data, menyusun
grafik, memberi hubungan variabel, memproses data, menganalisis
penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan variabel secara
operasional, merencanakan penyelidikan, dan melakukan
(eksperimen).
3) Sikap
Menurut Sudirman dalam Susanto (2013: 11) sikap
merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara,
metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik
berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap
merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang.
Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini
lebih di arahkan pada pengertian pemahaman konsep. Dalam
pemahaman konsep, maka domain yang sangat berperan adalah
c. Indikator Hasil Belajar
Menurut pendapat Benjamin S. Bloom yang dikutip oleh
Sudijono (2011: 49), hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu: ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
1) Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan
mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut
aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah
kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari
jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Keenam jenjang tersebut meliputi:
a) Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk
mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenal kembali
tentang nama, istilah, ide, gejala-gejala, rumus-rumus, dan
sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk
menggunakannya.
b) Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang
untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Pemahaman digolongkan menjadi tiga,
yaitu: menerjemahkan, menafsirkan, dan mengeksplorasi
(memperluas wawasan).
c) Penerapan (application) adalah kesanggupan seseorang untuk
ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus,
teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret.
d) Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk
merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut
bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami
hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu
dengan faktor-faktor lainnya.
e) Sintesis (synthesis) merupakan suatu proses yang memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga
menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk
pola baru.
f) Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) merupakan
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap
suatu situasi, nilai, atau ide berdasarkan kriteria yang
dipakainya, misalnya; baik-buruk, benar-salah, kuat-lemah dan
sebagainya (Sudijono, 2011: 49-52).
2) Ranah afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap
dan nilai. Ranah afektif ini oleh Krathwohl (1974) dan
kawan-kawan ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang.
Kelima jenjang tersebut meliputi:
a) Menerima atau memperhatikan (receiving atau attending)
(stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk
masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
b) Menanggapi (responding) adalah kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan
salah satu cara.
c) Menilai (valuing) adalah memberikan nilai atau memberikan
penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga
apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa
kerugian atau penyesalan.
d) Mengatur (organization) adalah pengembangan dari nilai ke
dalam satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hunungan
satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang
telah dimilikinya.
e) Karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai
(Characterization by a Value or Value Complex) adalah
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang,
yang memepengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya
(Sudijono, 2011: 54-56).
3) Ranah psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan
menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah ini meliputi:
Persepsi (cara pandang).
a) Gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak
sadar.
b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan
visual, auditif, motoris, dan lain-lain.
d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan,
keharmonisan.
e) Gerakan-gerakan skill dari yang sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks (Sudijono, 2011: 57-58).
d. Pengukuran Hasil Belajar
Kegiatan penilaian dan pengujian pendidikan merupakan salah
satu mata rantai yang menyatu terjalin di dalam proses pembelajaran
siswa. Azwar (2004: 8) berpendapat tes sebagai pengukur prestasi
sebagaimana oleh namanya, tes prestasi belajar bertujuan untuk
mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam
belajar.
Penilaian atau tes berfungsi untuk memperoleh umpan balik
yang selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar. Penilaian juga dapat berfungsi untuk mendapatkan
belajar siswa yang selanjutnya diperuntukkan bagi penentuan lulus
tidaknya seorang siswa (Azwar, 2004: 11-12).
Dilihat dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Tes ada yang
diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan) ini dapat
dilakukan secara individu maupun kelompok, ada tes tulisan
(menuntut jawaban dalam bentuk tulisan), tes ini ada yang disusun
secara obyektif dan uraian, dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam
bentuk perbuatan). Non tes sebagai alat penilaiannya mencakup
observasi, kuesioner, wawancara, skala sosiometri, dan studi kasus
(Sudjana, 2000: 5).
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara garis
besar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi:
a) Faktor jasmani (fisiologis)
Kondisi umum jasmani yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat
kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat
dan pengetahuan. Khususnya yang disajikan di kelas
(Muhibbin Syah, 2010: 130).
b) Faktor rohani (psikologis)
Faktor rohani siswa yang pada umumnya dipandang
lebih esensial adalah sebagai berikut:
(1) Inteligensi siswa
Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tidak
dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi
kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar
peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin
rendah kemampuan inteligensi seorang siswa maka
semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses
(Muhibbin Syah, 2010: 131).
(2) Sikap siswa
Sikap (attitude) siswa yang positif kepada guru dan
mata pelajaran yang disajikan merupakan awal yang baik
bagi proses belajar siswa. sebaliknya sikap siswa yang
negatif kepada guru dan mata pelajaran apalagi diiringi
kebencian kepada guru atau mata pelajaran dapat
menimbulkan kesulitan belajar siswa (Muhibbin Syah,
(3) Bakat siswa
Menurut Chaplin, bakat (aptitude) adalah
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat
dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing
(Muhibbin Syah, 2010: 133).
(4) Minat siswa
Menurut Reber, minat (interest) minat berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin Syah, 2010: 133).
(5) Motivasi siswa
Menurut Gleitaman, motivasi ialah keadaan internal
organisme manusia yang mendorongnya untuk berbuat
sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok
daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah
(Muhibbin Syah, 2010: 134).
2) Faktor yang berasal dari luar diri siswa menurut Purwanto (2004:
104), meliputi:
a) Faktor sosial
Faktor sosial, meliputi lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Keluarga memegang peranan penting karena
dapat membina kebiasaan, cara berpikir, sikap, dan cita-cita
yang mendasari kepribadiannya. Lingkungan sosual inilah yang
dapat mempengaruhi minat karena kebiasaan yang telah ada
pada lingkungan-lingkungan tersebut.
b) Faktor non sosial
Faktor non sosial meliputi gedung sekolah dan letaknya,
tempat tinggal dan letaknya, keadaan belajar, waktu belajar dan
sebagainya. Hal ini terkait dengan sarana dan fasilitas yang
menunjang minat seseorang.
B. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1. Definisi IPA
Wisudawati dan Sulistyowati (2014: 22) memaparkan bahwa IPA
merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari
fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau
kejadian (event) dan hubungan sebab akibatnya. Ipa merupakan ilmu yang
pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan
(induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Menurut Susanto (2013: 167)
sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta
melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur,
2. Hakikat IPA
Hakikat pembelajaram sains yang didefinisikan sebagai ilmu
tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu
pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu
pengetahuan alam sebagai produk, proses dan sikap. Pertama, ilmu
pengetahuan alam sebagai produk, yaitu kumpulan hasil penelitian yang
telah ilmuan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji
sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai
produk, antara lain: fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teori-teori IPA.
Kedua, ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu: untuk menganali
dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA merupakan
kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam
menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuwan.
Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan keterampilan proses
sains (science process skills) adalah keterampilan yang dilakukan oleh
para ilmuwan, seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan
menyimpulkan. Ketiga, ilmu pengetahuan sebagai sikap. Sikap ilmah
harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan
sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan
penelitian dan mengkomunikasikan hasil penelitiannya. Menurut
Sulistyorini (2006), ada sembilan aspek yang dikembangkan dari sikap
ilmiah dalam pembelajaran sains, yaitu: sikap ingin tahu, ingin mendapat
mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri
(Susanto, 2013: 168-169).
3. Fungsi Mata Pelajaran IPA
Fungsi mata pelajaran IPA diantaranya yaitu:
a. Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai
lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan
pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
b. Mengembangkan keterampilan proses.
c. Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa
untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehati-hari.
d. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan
yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi
dengan adanya lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan
sehari-hari.
e. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) serta keterampilan yang berguna dalam
kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke
tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Gamida, 2002: 253-254).
4. Tujuan Pendidikan IPA
Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
5. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk Sekolah Dasar
(SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) meliputi aspek-aspek berikut:
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22
Tahun 2006: 485).
6. Standar Kompetensi IPA Kelas III SD/MI
Dalam silabus kelas III Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI
Departemen Pendidikan Nasional terdapat standar kompetensi untuk mata
pelajaran IPA. Standar kompetensi yaitu kompetensi yang harus dikuasai
oleh siswa setelah melalui proses pembelajaran. Standar kompetensi IPA
untuk kelas III SD/MI adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas III SD/MI Tahun Pelajaran 2016/2017
Materi Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
3. Pemanfaatan
Sumber: Panduan pengembangan silabus pembelajaran IPA kelas 1-3 untuk MI/SD menurut BNSP
C. Materi Cara Manusia dalam Memelihara dan Melestarikan Alam
Setiap hari kita memerlukan makanan, pakaian, perabotan rumah
tangga, bahan bangunan, dan sumber energi seperti seperti minyak bumi,
bensin, batu bara dan gas alam. Semua yang kita perlukan tersebut berasal
dari sumber daya alam. Bumi kita memiliki berbagai sumber daya alam.
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang terdapat di alam yang dapat
digunakan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
1. Cara Memanfaatkan Sumber Daya Alam
Telah diketahui bahwa sumber daya alam ada dua, yaitu sumber
daya alam yang dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat
Namun, penggunaannya harus bijaksana. Hal ini disebabkan sumber daya
alam, khususnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, seperti
minyak bumi, batu bara, dan gas alam yang jumlahnya sangat terbatas.
Bila telah habis, maka sumber daya alam ini tidak dapat dibentuk lagi
dalam waktu yang relatif singkat.
Tumbuhan, hewan dan air adalah contoh-contoh sumber daya alam
yang dapat diperbaharui. Meskipun termasuk sumber daya alam yang
dapat diperbaharui, jika kita tidak bijaksana dalam memanfaatkannya,
maka kelestarian sumber daya alam ini dapat terganggu. Bukan tidak
mungkin pada suatu saat, sumber daya alam tersebut menjadi langka
bahkan punah. Untuk itu, selain memanfaatkannya kita juga harus
melakukan tindakan-tindakan pelestarian.
a. Pemanfaatan tumbuhan
Tumbuhan adalah sumber daya alam nabati yang sangat
diperlukan dalam kehidupan. Banyak manfaat yang diperoleh manusia
dari tumbuhan antara lain, berupa makanan, pakaian, peralatan rumah
tamgga, dan obat-obatan.
Tumbuhan sebagai sumber daya alam nabati dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
1) Tumbuhan pangan yang menghasilkan bahan makanan. Contoh
tumbuhan pangan antara lain padi, ketela pohon, jagung, kacang,
2) Tumbuhan perdagangan yang sengaja dibudidayakan untuk
kepentingan perdagangan. Tumbuhan ini biasanya ditanam pada
kawasan yang luas. Contoh tumbuhan tersebut antara lain kelapa,
teh, cengkeh, kelapa sawit, kopi, coklat, tembakau, dan karet.
3) Tumbuhan hasil hutan yang banyak dimanfaatkan untuk membuat
rumah dan perabotan rumah tangga. Hasil hutan tersebut sebagian
besar berupa kayu, sebagian lainnya berupa rotan dan damar.
b. Pemanfaatan hewan
Hewan termasuk salah satu contoh sumber daya alam yang
dapat diperbaharui. Dengan kemampuan berkembang biak, hewan
dapat menghasilkan keturunan baru dalam waktu yang tidak terlalu
lama. Sumber daya alam hewani tersebut meliputi peternakan dan
perikanan.
Selain peternakan dan perikanan, hewan-hewan lain yang di
tempat liar juga termasuk sumber daya alam hewani. Contohnya
harimau, singa, gajah, buaya, berbagai jenis burung, ular, penyu,
kadal, dan berbagai jenis serangga. Kita tidak boleh mengusik
keberadaan hewan-hewan liar tersebut, apalagi memburunya karena
dapat merusak kelestariannya.
c. Pemanfaatan air
Air merupakan sumber daya alam yang paling banyak tersedia
di alam. Air terdapat dimana-mana. Di danau, di laut, di sungai,
kehidupan sehari-hari, juga bermanfaat sebagai bidang sebagai
berikut:
1) Perikanan
Danau, sungai, rawa, dan laut dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan perikanan. Kegiatan perikanan ini umumnya dilakukan
oleh masyarakat dengan cara membuat kolam ikan, tambak atau
karamba.
2) Pertanian
Air digunakan untuk irigasi atau pengairan pada lahan
pertanian. Irigasi dapat membuat tanah menjadi subur.
3) Objek wisata
Wisata air sangat digemari oleh wisatawan dari dalam
maupun luar negeri. Contoh tempat wisata air tersebut antara lain
Ancol, Pantai Parangtritis, Pantai Kuta, Danau Toba, Waduk Gajah
Mungkur, dan lain sebagainya.
4) Pembangkit tenaga listrik
Air dapat dimanfaatkan untuk membuat pembangkit tenaga
listrik. Air yang dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan tenaga
listrik adalah air yang memiliki tekanan besar atau memiliki tenaga
besar. Air yang memiliki tenaga besar biasanya berwujud aliran
2. Bencana Alam yang dapat Merusak Kelestarian Sumber Daya Alam
Bencana alam yang terjadi semata-mata atas kehendak Tuhan Yang
Maha Esa. Kita tidak dapat memperkirakan kapan terjadinya. Contoh
bencana itu antara lain: gempa bumi, gunung merapi meletus dan banjir.
Meskipun bencana tersebut disebabkan oleh alam, manusia juga
mempunyai peranan akan timbulnya peristiwa itu. Misalnya menebang
hutan secara besar-besaran dan dapat membuat hutan menjadi gundul.
Apabila hutan telah gundul, maka bencana alam seperti tanah longsor,
banjir, dan kekeringan. Bencana alam yang telah terjadi dapat merusak
sumber daya alam yang berada di sekitarnya.
Berdasarkan hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kerusakan
sumber daya alam dapat terjadi karena faktor alam dan faktor manusia.
a. Kerusakan sumber daya alam karena faktor alam
Kerusakan sumber daya alam dapat terjadi karena faktor alam.
Faktor alam tersebut antara lain berupa gempa bumi, gunung berapi
meletus, dan banjir.
1) Gempa bumi
Gempa bumi sering terjadi di Negara kita. Apabila suatu
daerah mengalami gempa bumi, maka kerusakan terjadi
dimana-mana. Rumah dan gedung banyak yang roboh, pohon-pohon
bertumbangan, sebagian tanah ada yang retak, sebagian tanah
saja dampak yang ditimbulkan gempa bumi sungguh sangat
merugikan, termasuk bagi kelestarian sumber daya alam.
2) Gunung berapi meletus
Gunung berapi meletus karena adanya dorongan dari dalam
perut bumi yang sangat kuat. Peristiwa alam ini dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan. Contohnya, tumbuhan
banyak yang mati, hewan-hewan menjadi korban, bangunan
banyak yang roboh dan rusak, terjadi hujan abu dan semburan
awan panas bahkan kadang-kadang jatuh korban jiwa manusia.
3) Banjir
Banjir sering terjadi saat musim hujan. Banjir banyak
menimbulkan kerugian. Contohnya, rumah banyak yang rusak,
tanaman pertanian tergenang air, hewan-hewan hanyut, jembatan
roboh karena diterjang banjir, kadang-kadang jatuh korban jiwa
manusia.
b. Kerusakan sumber daya alam karena faktor manusia
Manusia kadang-kadang ada yang tidak mempedulikan alam.
Mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat merugikan
kelestarian sumber daya alam. Akibatnya, timbul bencana alam yang
tidak kita inginkan. Jika terjadi bencana alam, maka kerugianlah yang
kita dapatkan karena sumber daya alam banyak yang rusak.
Beberapa kegiatan manusia yang dapat menyebabkan