Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
FUSI GIGI PADA PASIEN ANAK
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
NURAINA DINI DINATA NIM : 040600142
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009.
Fusi gigi pada pasien anak
Viii + 24 halaman
Gigi fusi dapat didefinisikan sebagai penyatuan atau penggabungan pada
bagian enamel, dentin, atau enamel dentin dari dua atau lebih gigi yang berdekatan
sehingga menghasilkan struktur yang abnormal. Anomali ini bersifat unilateral atau
bilateral, terjadi pada gigi desidui dan gigi permanen, antara gigi normal dan gigi
supernumerari. Prevalensi gigi fusi diperkirakan sekitar 0,5% - 2,5% pada gigi
desidui dan 0,1% pada gigi permanen.
Etiologi gigi fusi masih belum diketahui sepenuhnya, banyak ahli
mengemukakan pendapat yang berbeda-beda, antara lain menyatakan sebagai akibat
gaya fisik yang menyebabkan nekrosis jaringan epitel di antara dua benih yang
berdekatan, sehingga berkontak dan menyatu. Pendapat yang lain mengatakan
anomali ini timbul secara kebetulan, herediter dan rasial ras merupakan faktor
penyebab timbulnya anomali ini.
Gigi fusi dapat dibedakan dari geminasi yaitu dari perhitungan jumlah gigi
dan gambaran radiografi. Jika gigi mengalami fusi, akan terjadi pengurangan jumlah
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
akan memperlihatkan akar gigi yang terpisah pada fusi dan satu akar tunggal pada
geminasi.
Mengenali kondisi ini akan membantu untuk menentukan perawatan yang
sesuai dengan pandangan multidisipliner. Perawatan gigi fusi bervariasi, bergantung
pada lokasi dan perluasannya antara lain, pemisahan gigi baik disertai restorasi
alternatif atau fisur silen, pemisahan disertai pembedahan gigi supernumerari,
periodontal, endodonsi, ortodonsi, pencabutan (ekstraksi) disertai perawatan
prostetik.
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi
Medan, Januari 2009
Pembimbing : Tanda tangan
1. drg.T.Hermina M
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji Pada tanggal 30 Januari 2009
TIM PENGUJI
KETUA : Taqwa D, drg Sp KGA
ANGGOTA : 1. T.Hermina M.,drg
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan ridho Nya, skripsi ini
dapat diselesaikan dan disusun untuk memenuhi kewajiban sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Di kesempatan ini juga, penulis ingin mengucapka terima kasih yang tak
terhingga kepada :
Taqwa Dalimunthe, drg., Sp. KGA sebagai Ketua Departemen Pedodonsia
yang bersedia untuk memberikan bimbingan juga saran kepada penulis selama
penulisan skripsi ini.
T.Hermina M, drg., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, pengarahan serta saran hingga
skripsi ini selesai dengan baik
Eddy Dahar, drg., M.Kes sebagai dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama menuntut ilmu di fakultas ini.
Seluruh Staf Pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara, khususnya Departemen Pedodonsia yang telah mendidik dan membantu dan
memberikan masukan kepada penulis dalam menyelasaikan skripsi ini
Rasa hormat & terima kasih yang tak terhingga penulis persembahkan kepada
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
berkat kasih sayang merekalah saya dapat hadir di dunia ini dan dapat menggapai
cita-cita saya.
Paling teristimewa buat suamiku tercinta Ismail Fahmi,SE , thanks for all your
supported, dengan cinta dan semangat yang diberikannya skripsi ini bisa diselesaikan,
You are the best.
Seluruh teman-temanku stambuk 2004 mandiri dan reguler yang tidak dapat
disebutkan satu per satu, yang tak terlupakan khusus buat kakakku tersayang kak
Isabel yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan
pemikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi saya,
fakultas dan juga ilmu pengetahuan.
Medan, 30 Januari 2009
Penulis,
( NURAINA DINI DINATA)
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN ...ii
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...iii
KATA PENGANTAR ...iv
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR GAMBAR ...vii
BAB 1 PENDAHULUAN ...1
BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, PEMERIKSAAN KLINIS GIGI FUSI ...3
2.1 Definisi ...3
2.2 Etiologi ...4
2.3 Pemeriksaan Klinis ...6
BAB 3 DIAGNOSA BANDING GIGI FUSI ...8
BAB 4 PERAWATAN GIGI FUSI ...13
BAB 5 KESIMPULAN... 20
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gigi fusi bilateral dari gigi – gigi insisivus bawah desidui...3
2. Gigi fusi sempur na ...5
3. ( a dan b ) dua contoh gigi fusi posterior gigi permanen ...6
4. ( a) Gambar radiograf periapikal gigi kaninus bawah ...7
4. (b) Gambar gigi fusi gigi permanen rahang bawah ... 7
5. Gambaran klinis dan radiografis gigi geminasi sempurna ...9
6. Gigi Geminasi yang tidak sempurna pada insisivus lateral kanan bawah...10
7. Geminasi ( kiri ) dan fusi ( kanan ) gigi insisivus sentralis ...11
8. Gambaran klinis dan radiografi gigi geminasi dengan mahkota yang bifid ...12
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
10. Gigi fusi pada insisivus lateral kiri atas dan gigi supernumerari ...15
11. Radiograf menunjukkan benih gigi kaninus terhalang oleh gigi supernumerari ..15
12. Semen ionomer kaca ditempatkan pada cacat akar setelah pemisahan gigi fusi...16
13. Flap periodontal di tutup dan dijahit kembali... 16
14. Radiograf menunjukkan ruang yang cukup untuk erupsi gigi kaninus... 16
15. Gambaran klinis gigi setelah dilakukan beberapa perawatan... 16
16. Gigi fusi insisivus lateral permanen kiri mandibula... 17
17. Radiograf menunjukkan dua akar dan saluran akar yang terpisah ... 17
18. Gambaran radiograf setelah dilakukan perawatan saluran akar...19
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
BAB 1 PENDAHULUAN
Anomali gigi yang melibatkan perubahan pada jumlah, ukuran, bentuk dan
struktur gigi merupakan tantangan bagi praktisi kedokteran gigi. Salah satu anomali
bentuk gigi adalah gigi ganda (fusi dan geminasi).1 Fusi dan geminasi merupakan tipe
anomali dental yang umum pada gigi desidui dan gigi permanen.2.3 Nik-Hussein dan
Abdul Majid (1996) dalam analisis pada 65 anak dengan anomali dental pada gigi
desidui mengamati bahwa gigi ganda terdapat 75% kasus dan selebihnya adalah
anomali dental yang lain, dari jumlah tersebut 94% adalah fusi dan 6% geminasi.4
Prevalensi gigi fusi diperkirakan sekitar 0,5%-2,5% pada gigi desidui, sementara pada
gigi permanen lebih rendah yaitu 0,1%.1-4
Fusi dapat dibedakan dari geminasi yaitu dari jumlah gigi, fusi adalah dua
benih gigi yang menyatu di hitung menjadi satu gigi.4 Sedangkan geminasi
merupakan satu benih gigi menghasilkan dua mahkota (bifid).5,6 Gambaran radiografi
akan memperlihatkan akar gigi yang terpisah pada fusi dan satu akar tunggal pada
geminasi.7
Etiologi gigi fusi masih belum diketahui, banyak ahli mengemukakan
pendapat yang berbeda-beda. Beberapa penulis menyatakan sebagai akibat gaya fisik
yang menyebabkan nekrosis jaringan epitel di antara dua atau lebih benih yang
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
fusi timbul secara kebetulan, dan faktor herediter serta ras juga berperan . Fusi dapat
terjadi dari dua gigi normal atau penyatuan antara gigi normal dengan gigi
supernumerari.9,11,14 Selain itu fusi dapat terjadi secara sempurna atau tidak
sempurna, tergantung pada tahap perkembangan saat penyatuan terjadi. Bila fusi
sempurna (total) benih gigi terlihat jelas secara klinis, menghasilkan mahkota klinis
yang besar tanpa pemisahan (groove) yang jelas. Fusi tidak sempurna secara klinis
ditandai dengan adanya indentasi atau groove yang membagi mahkota.3
Gigi fusi dapat menyebabkan masalah estetis, ruang (diastema atau
crowding), periodontal, erupsi dan karies.9,10 Secara umum, kondisi ini membutuhkan
pertimbangan dengan berbagai perawatan secara multidisipliner.3,4 Apabila tidak
dirawat, anomali ini dapat mengakibatkan perawatan yang kompleks dalam bidang
endodonsi, ortodonsi, prostodonsi dan restoratif.1 Diagnosis yang tepat melalui
pemeriksaan klinis dan radiografis dan intervensi yang tepat merupakan hal yang
sangat penting.11
Dalam skripsi ini akan dijelaskan mengenai definisi, etiologi, pemeriksaan
klinis, diagnosa banding gigi fusi serta perawatan gigi fusi secara multidisipliner dari
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
BAB 2
DEFINISI, ETIOLOGI , PEMERIKSAAN KLINIS FUSI
Gigi fusi merupakan suatu anomali jaringan keras gigi. Mayoritas gigi fusi
bersifat asimptomatis, walaupun jarang terjadi namun dapat menyebabkan masalah
klinis yang berhubungan dengan penampilan estetis, ruang, kondisi periodontal,
erupsi dan karies.9,10
2.1 Definisi
Gigi fusi adalah suatu kelainan perkembangan, didefinisikan sebagai
penyatuan atau penggabungan email, dentin atau email dentin dari dua benih gigi
yang berdekatan sehingga menghasilkan struktur dental abnormal.11-13 Penyatuan gigi
ini menyebabkan pengurangan satu gigi dari jumlah yang normal pada lengkung
rahang yang dipengaruhi.4 Anomali ini dapat bersifat unilateral atau bilateral dan
dapat mengenai semua jenis gigi.9,10 (Gambar 1)
Gambar 1. Gigi fusi bilateral dari gigi gigi insisivus bawah desidui.14
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
Gigi fusi juga dikenal dengan istilah gigi ganda, pembentukan ganda, gigi
yang menyatu, atau penggandaan gigi yang merupakan kelainan perkembangan
primer gigi. Keberadaan gigi ganda desidui juga dapat menyebabkan penundaan
resorpsi akar karena masa akar yang lebih besar dan peningkatan relatif area
permukaan akar terhadap mahkota gigi permanen penggantinya.4
Grahnen dan Granath (1961) melaporkan bahwa fusi lebih sering terjadi pada
gigi desidui daripada permanen, dan umumnya pada segmen anterior, terutama
antara gigi insisivus lateralis dan kaninus mandibula pada gigi desidui.13,16 Gigi fusi
seringkali dihubungkan dengan masalah, estetis, periodontal ruang yang berlebih dan
pembentukan karies pada garis fusi. Gigi fusi yang terjadi dengan gigi supernumerari
sangat sulit untuk dibedakan dengan gigi geminasi karena gambaran klinis yang
hampir sama.9,10,13
Chaudhry dkk (1997) menyimpulkan bahwa anomali penggandaan gigi
mempengaruhi susunan dan interdigitasi gigi, kesimetrisan lengkung, estetis, dan
masalah periodontal.4
2.2 Etiologi
Etiologi gigi fusi masih belum diketahui. Shafer (1974) dkk berspekulasi
bahwa tekanan yang dihasilkan oleh sejumlah gaya fisik akan memperlama kontak
antara gigi yang sedang berkembang dan mengakibatkan gigi fusi. Spouge (1973)
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
mayoritas kondisi gigi fusi timbul secara kebetulan. Lowell dan Soloman (1964)
meyakini bahwa gigi fusi berasal dari sejumlah aksi fisik yang menyebabkan benih
gigi desidui berkontak, sehingga menghasilkan nekrosis jaringan di antaranya. Hal ini
memungkinkan organ enamel dan papila dental kedua gigi menyatu dan membentuk
gigi fusi.3,4,9-11,13
Penyatuan dapat terjadi secara sempurna atau tidak sempurna, berdasarkan
tahap perkembangan ketika penyatuan terjadi.9,13,15 Bila fusi terjadi secara sempurna
maka secara klinis akan menghasilkan satu mahkota yang besar tanpa pemisahan
(groove) yang jelas (Gambar 2). Kasus tersebut merupakan fusi sempurna dan
diyakini terjadi saat tahap awal odontogenesis, kemungkinan sebelum kalsifikasi
jaringan gigi. Fusi tidak sempurna adalah penyatuan parsial benih gigi dan secara
klinis ditandai dengan indentasi atau groove yang membagi mahkota. Bentuk fusi ini
kemungkinan terjadi setelah pembentukan mahkota.3 Beberapa penulis
mengemukakan bahwa faktor herediter juga berperan dan adanya perbedaan rasial
pada insidens cukup jelas.11,14,15
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
2.3 Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis secara objektif dilakukan untuk mendapatkan gambaran
klinis dan radiografis. Secara klinis mahkota gigi terlihat besar dan lebar mesiodistal
yang berlebih,17 terdapat dalam berbagai bentuk, termasuk akar dan saluran akar
yang multipel, dan terlihat tidak menarik. Selain itu, gigi fusi ini dapat menyatu pada
sudut tertentu disertai dengan posisi miring, Jika dua gigi normal mengalami fusi,
struktur dental yang dihasilkan menempati panjang lengkung yang lebih sedikit
daripada bila kedua gigi tersebut tidak menyatu, sering terjadi terbentuknya diastema.
10
Fusi gigi anterior biasanya memiliki groove atau takikan pada tepi insisal
yang mengarah ke bukolingual. Groove labial dan lingual ini seringkali
berkesinambungan dengan groove atau takikan insisal dan cenderung menunjukkan
kedua mahkota dari gigi yang menyatu. Fusi pada gigi posterior (Gambar 3a dan 3b)
jarang dilaporkan, namun bila terjadi morfologi tonjol gigi yang dipengaruhi akan
menunjukkan dua gigi telah bergabung menjadi satu.10,17
Gambar 3 a dan b. Dua contoh gigi fusi posterior pada gigi permanen. 17
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
Merupakan hal yang sangat penting untuk mempertimbangkan pemeriksaan
pelengkap seperti radiograf panoramik, oklusal dan periapikal agar memungkinkan
dokter gigi merencanakan perawatan pada saat yang sesuai. Secara radiografis, dentin
gigi fusi selalu tampak menyatu pada sejumlah daerah (Gambar 4 a).4 Gigi fusi dapat
memiliki saluran akar yang terpisah (Gambar 4 b) atau saluran akar yang sama.17
Pada beberapa keadaan, saluran akar yang terpisah pada bagian gigi fusi yang
lebih koronal menyatu menjadi satu saluran pada bagian radikuler. Situasi yang
sebaliknya juga dapat terjadi, dan beberapa gigi fusi memiliki saluran akar yang
terpisah di bagian radikuler dan bahkan dapat memiliki akar yang terpisah.10,17,18
Gambar 4a. Radiograf periapikal gigi kaninus bawah 4
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
BAB 3
DIAGNOSA BANDING GIGI FUSI
Shafer, Hine, dan Levy (1974) mengklasifikasikan gigi yang menyatu atau
gigi ganda berdasarkan asalnya yaitu gigi fusi dan geminasi yang merupakan
anomali morfologi gigi yang terjadi akibat dari gangguan perkembangan selama
pembentukan gigi.16 Fusi dapat dibedakan dari geminasi melalui gambaran klinis
yaitu dari jumlah gigi dan gambaran radiografi dari akar gigi yang terpisah atau satu
akar tunggal.7,13,19
Gigi geminasi adalah anomali perkembangan bentuk gigi yang timbul dari
kegagalan usaha satu benih gigi tunggal untuk memisah, sehingga menghasilkan dua
mahkota (bifid).5,6Anomali ini jelas sangat berbeda dengan fusi, karena fusi adalah
penyatuan dari dua atau lebih benih gigi yang berdekatan sehingga berkontak dan
menyatu sehingga menghasilkan struktur dental yang abnormal.9
Derajat pemisahan gigi geminasi bisa sempurna atau tidak tergantung pada
invaginasi di mahkota dan atau di akar.15 Hal ini juga terjadi pada fusi, dapat secara
sempurna atau tidak berdasarkan tahap perkembangan ketika penyatuan terjadi.3
Pemisahan yang sempurna pada gigi geminasi disebut dengan penggandaan,
menghasilkan gigi supernumerari yang memberikan gambaran yang hampir sama
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
Jumlah gigi dihitung menjadi dua gigi yang disebut dengan gigi supernumerari
(Gambar 5). Jika pemisahannya tidak sempurna, maka dihasilkan satu mahkota yang
besar dan memiliki satu saluran akar.4 Secara klinis berupa mahkota yang lebih besar
dari gigi tetangganya dan jumlah gigi dikatakan normal karena tidak terjadi
pengurangan jumlah gigi yang ada (Gambar 6). 1,6
Sedangkan pada fusi yang terjadi secara sempurna gambaran klinisnya
hampir sama dengan geminasi yang tidak sempurna, menghasilkan mahkota yang
lebih besar dari gigi tetangganya, dan sangat sulit untuk membedakan gigi fusi yang
menyatu bersama gigi supernumerari dengan gigi geminasi yang terjadi secara
sempurna.
Gambar 5.Gambaran klinis dan radiografis gigi geminasi sempurna. 6
Prevalensi gigi geminasi lebih sering terjadi pada pada gigi desidui daripada
gigi permanen yaitu sekitar 1% pada gigi desidui dan 0,1% pada gigi permanen dalam
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
ditemukan pada gigi desidui terutama pada gigi insisivus dan kaninus maksila
daripada permanen tidak terdapat perbedaan jenis kelamin.
Anomali gigi fusi dan gigi geminasi ini dapat menimbulkan beberapa masalah
klinis, terutama bila gigi anterior terlibat, menyebabkan susunan gigi yang tidak
teratur, masalah ruang, asimetris lengkung, penampilan yang tidak estetis,
keterlibatan periodontal dan terhambatnya erupsi gigi tetangganya.5
Gambar 6. Gigi geminasi yang tidak sempurna pada insisivus lateral kiri bawah.14
Kedua anomali perkembangan ini secara klinis dan radiografis tampak sama
dan sulit untuk dibedakan. Keduanya dapat dibedakan melalui parameter berikut:
Definisi gigi fusi adalah Penyatuan dari dua atau lebih benih gigi yang
berdekatan di bagian email, dentin, 9 sedangkan definisi gigi geminasi adalah
pemisahan satu benih gigi menghasilkan dua mahkota (bifid).5,6
Gambaran klinis yang membedakan antara kedua keadaan tersebut adalah bila
fusi terjadi secara sempurna maka secara klinis akan menghasilkan satu mahkota
yang besar tanpa pemisahan (groove) yang jelas, tetapi fusi tidak sempurna
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
indentasi atau groove yang membagi mahkota.3 Sedangkan pada geminasi pemisahan
yang sempurna maka gigi dihitung menjadi dua gigi yang disebut dengan gigi
supernumerari yang memberikan gambaran yang hampir sama dengan pasangannya,
menghasilkan dua mahkota. Jika pemisahan tidak sempurna, maka dihasilkan satu
mahkota yang besar 4,18. Fusi mempunyai dua akar dan dua saluran akar dan geminasi
mempunyai satu akar dan satu saluran akar.
Posisi gigi fusi biasanya terletak pada Gigi insisivus lateralis dan kaninus
mandibula.16 dan posisi gigi geminasi pada gigi insisivus dan kaninus maksila.5
Akibat yang ditimbulkan pada gigi fusi adalah masalah estetis, perio-dontal,
ruang yang berlebih (diastema) dan pembentukan karies pada garis fusi 9,10,11 , gigi
geminasi dapat menyebabkan masalah susunan gigi yang tidak teratur, masalah
ruang, asimetris lengkung, penampilan yang tidak estetis, keterlibatan periodontal dan
terhambatnya erupsi gigi tetangganya.5 Gigi geminasi lebih sering menyebabkan
crowding.11
Jumlah gigi fusi adalah bila penyatuan yang sempurna dihitung satu gigi, jika
tidak sempurna maka terdapat groove dan di hitung dua gigi, sama halnya ketika gigi
fusi menyatu dengan gigi supernumerari maka dihitung tetap dua gigi. Sedangkan
jumlah gigi pada geminasi adalah bila pemisahan yang sempurna menghasilkan gigi
supernumerari18, jika tidak sempurna maka jumlah gigi dikatakan normal atau tidak
terjadi pengurangan jumlah gigi yang ada.6,13
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
BAB 4
PERAWATAN GIGI FUSI
Chaudhry dkk (1997) menyimpulkan bahwa anomali penggandaan gigi
mempengaruhi susunan dan interdigitasi gigi, kesimetrisan lengkung, penampilan,
dan masalah periodontal. Fusi bukanlah kondisi biasa, melainkan merupakan anomali
dental yang penting. Mengenali kondisi ini akan membantu untuk menetapkan
perawatan yang sesuai dengan pandangan multidisipliner.4
Saat gigi fusi terjadi, klinisi harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:
1. Gigi fusi lebih lebar daripada gigi sekitarnya sehingga dapat
mempengaruhi estetika.
2. Dua gigi yang menyatu membutuhkan ruang lebih sedikit dalam lengkung
gigi daripada dua gigi normal sehingga menyebabkan diastema. Masalah sebaliknya
yaitu crowding lengkung gigi dapat terjadi jika fusi melibatkan satu gigi normal dan
satu gigi supernumerari.
3. Masalah berikutnya berhubungan dengan estetis dan oklusi karena gigi
permanen yang hilang. Ketika fusi terjadi pada gigi desidui, seringkali beberapa gigi
insisivus permanen tidak ada secara kongenital. Masalah ini membutuhkan
pertimbangan estetis dan ortodonti.
4. Pertimbangan yang terakhir melibatkan kontur permukaan. Gigi fusi
umumnya memiliki groove labial dan lingual yang berjalan secara vertikal pada
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
fusi tidak sempurna. Karies dapat timbul karena groove tersebut sulit dibersihkan.
Penempatan fisur silen atau restorasi komposit pada groove ini akan menurunkan
resiko karies. Selain itu apabila groove berlanjut ke permukaan akar dapat
menyebabkan masalah periodontal. 2
Perawatan gigi fusi bervariasi dan bersifat multidisipliner bergantung pada
lokasi dan perluasannya, antara lain: pemisahan gigi disertai restorasi ; pemisahan
disertai pembedahan gigi supermumerari ; perawatan periodontal; perawatan
endodonti; perawatan ortodonti; pencabutan (ekstraksi) disertai perawatan prostetik.
Berikut ini contah beberapa laporan kasus gigi fusi yang dirawat dengan
pendekatan multidispliner.
Suatu kasus (Gambar 10), anak perempuan berusia 11 tahun datang ke
Department Pedodonsia, Govt. Dental College Rohtak, memperlihatkan gigi fusi pada
insisivus lateralis kiri maksila yang bersatu dengan gigi supernumerari, keluhan gigi
depan atas yang berbentuk tidak normal. Pasien memiliki riwayat kesehatan yang
baik dan tidak ada riwayat fusi dalam keluarganya.
Pemeriksaan intraoral menunjukkan gigi geligi yang normal dengan oklusi
Klas I. Aspek labial dan lingual gigi insisivus lateralis dan gigi supernumerari tidak
mengalami karies, Tidak ada keluhan pada perkusi atau palpasi di daerah sekitarnya.
Tes pulpa termal dan elektrik dilakukan pada gigi insisivus lateralis kiri, insisivus
lateralis kanan, insisivus lateralis mandibula dan pada gigi supernumerari. Radiograf
periapikal menunjukkan bahwa mahkota gigi fusi berada dibelakang gigi
supernumerari, tetapi tidak memperlihatkan batas yang jelas. Radiograf juga
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
Tujuan perawatan adalah untuk mencegah penyakit periodontal,
perkembangan karies, meningkatkan status estetis pasien dan memberikan jalur
erupsi yang normal pada gigi kaninus. Perawatan dimulai dengan pemisahan gigi fusi
di bagian mahkota menggunakan bur intan yang tipis dan panjang, selanjutnya
elevator digunakan untuk memisahkan gigi supernumerari dari gigi insisivus lateralis
namun tidak berhasil. Hal ini menandakan tingkat penyatuan berada jauh di bawah
dari yang diperkirakan, sehingga diputuskan untuk memisahkan gigi dengan
membuka flap periodontal setelah dilakukan anastesi lokal.
Akar gigi fusi dipisahkan dengan bur intan taper yang tipis. Semen ionomer
kaca digunakan menutupi pada akar gigi insisivus lateral setelah pemisahan (Gambar
12). Selanjutnya flap di tutup kembali dan dijahit, seminggu kemudian pasien
diperiksa dan jahitan dibuka (Gambar 13). Rehabilitasi estetis gigi dilakukan setelah
satu bulan. Kontrol ulang menunjukkan gigi bersifat asimtomatis tanpa resorpsi akar
Gambar 10. Gigi fusi pada insisivus lateral kiri atas dengan gigi supernumerari 11
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
patologis atau tanda kelainan jaringan apikal lainnya. Radiograf periapikal
menunjukkan jaringan periodontal dan periapikal yang normal dengan ruang yang
cukup untuk erupsi gigi kaninus (Gambar 14).
Suatu kasus yang lain anak perempuan berusia 12 tahun dirujuk ke
Departemen Pedodonsia Universitas Ege dengan keluhan berulang kali mengalami
rasa sakit dan fistula yang berhubungan dengan gigi insisivus lateralis permanen kiri
Gambar 12. Semen ionomer kaca di tempatkan pada cacat akar setelah pemisahan gigi fusi. 11
Gambar 13. flap periodontal ditutup dan dijahit kembali.11
Gambar 14. Radiograf menunjukkan ruang yang cukup untuk erupsi gigi kaninus.11
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
mandibula. Riwayat kesehatan pasien sangat baik, mahkota klinis gigi tersebut lebih
besar dan tidak umum, memperlihatkan groove yang jelas meluas hingga ke sulkus
gingiva pada permukaan labial (Gambar 16).
Tidak ditemukan lesi karies pada aspek fasial dan lingual mahkota gigi.
Pemeriksaan radiografi menunjukkan fusi gigi dengan dua akar dan saluran akar yang
terpisah, tidak ada hubungan antara dua sistem saluran akar yang terpisah (Gambar
17). Tidak ada riwayat trauma dan gigi tidak mengalami mobiliti. Pada perkusi
maupun palpasi tulang kortikal labial di daerah periapikal tidak ada keluhan. Tes
pulpa elektrik memberikan hasil normal untuk gigi di sebelah mesial, sementara gigi
sebelah distal non-vital.
Tujuan perawatan direkomendasikan untuk mencegah penyakit periodontal
dan perkembangan karies akibat groove bukal dan palatal serta untuk memperbaiki
status estetis. Karena alasan restoratif dan endodonti, diambil keputusan untuk
memisahkan gigi fusi. Mahkota dari gigi yang bersatu dipisahkan menggunakan bur
Gambar 16. Gigi fusi pada gigi insisivus lateralis permanen kiri mandibula.13
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
intan yang tipis dan panjang, diaplikasikan tekanan langsung selama beberapa menit
untuk mengurangi perdarahan gingiva dengan menggunakan kapas. Flap periodontal
ditempatkan kembali dan dijahit sehingga tepi gingival berada di sekitar batas
semento-enamel dan dipasang pembalut periodontal. Satu minggu kemudian jahitan
dibuka, tes pulpa elektrik memberikan hasil yang sama seperti pada awal.
Gigi sebelah distal yang non-vital diisolasi dengan rubber dam, jaringan pulpa
yang nekrotik disingkirkan dengan barbed broaches dan dilakukan pengisian saluran
akar dan diirigasi dengan NaOCl 2,5%, kemudian diisi dengan Ca(OH)2 dan gliserin.
Tidak diberikan antibiotik maupun analgesik. Pasien dievaluasi kembali setelah 3
hari, fistula telah menutup dan gingiva tampak kembali ke warna yang normal.
Sepuluh hari setelah kunjungan awal, dengan mengulangi proses irigasi seperti pada
pada kunjungan pertama, saluran akar diinstrumentasi lalu diisi dengan Ca(OH)2 dan
gliserin. Tiga hari kemudian, saluran akar diobturasi dengan dengan gutta-percha
(Gambar18). Pada akhir kunjungan ini dilakukan penumpatan restorasi komposit agar
gigi lebih estetis ( Gambar19).
Gambar 18. Gambaran radiografi setelah dilakukan pengisian saluran akar.13
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
Demikian juga pada 12 bulan, gigi asimtomatis dan semua temuan klinis
berada dalam batas normal. Selain itu gigi tidak menunjukkan resorpsi akar atau
alveolar yang patologis, tidak ada tanda-tanda kelainan periapikal dan restorasi
komposit anterior masih utuh. Meski pasien telah diberikan instruksi kebersihan oral,
kebersihan oralnya tidak memuaskan.
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
BAB 5 KESIMPULAN
Fusi merupakan anomali perkembangan yang ditandai oleh penyatuan dua
benih gigi yang berdekatan. Penyatuan dapat terjadi secara sempurna atau tidak,
berdasarkan tahap perkembangan ketika penyatuan terjadi. Bila fusi terjadi secara
sempurna maka secara klinis akan menghasilkan mahkota yang besar tanpa
pemisahan (groove), tetapi jika fusi terjadi secara tidak sempurna, secara klinis
ditandai dengan indentasi atau groove yang membagi mahkota.
Etiologi fusi masih belum diketahui, namun beberapa ahli menyatakannya
sebagai akibat gaya fisik yang menyebabkan nekrosis jaringan epitel di antara dua
benih yang berdekatan sehingga berkontak dan menyatu. Mayoritas gigi fusi bersifat
asimptomatis, lebih sering terjadi pada gigi desidui terutama segmen anterior antara
gigi insisivus lateralis dan kaninus mandibula, secara unilateral atau bilateral.
Fusi dapat dibedakan dari geminasi melalui gambaran klinis yaitu dari jumlah
gigi dan gambaran radiografi terlihat akar gigi yang terpisah atau satu akar tunggal.
Konkresensi disebut juga fusi sementum dimana proses penyatuan pada akar dari dua
gigi yang berdekatan.
Gigi fusi yang tidak dirawat dapat menyebabkan masalah estetis, ruang
(spacing atau crowding), oklusi, karies dan periodontitis. Perawatan gigi fusi
melibatkan pertimbangan multidisipliner, antara lain, pemisahan gigi diikuti dengan
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
supernumerari, perawatan periodontal, perawatan endodonti, perawatan ortodonti,
serta pencabutan (ekstraksi) diikuti dengan perawatan prostetik. Kerjasama antara
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
1. Stecker SS, Beiraghi S, Hodges JS, Peterson V. Prevalence of dental
anomalies in Southeast Asian population in the Minneapolis/Saint Paul
Metropolitan area. Minn J Dent Assoc 2008; 87 (3) : 1 – 4
2. Alpoz AR, Munanoglu D, Oncag O. Mandibula bilateral fusion in primary
dentition: case report. J.Dent Child 2003; 70: 74 – 76
3. Caroline V, Braga T.L, Martin S MA, Raitz R.Martins M.D. Dental fusion
and dental evaginatus in the permanent dentition : Literature Review and
Clinical Case Report with Conservative Treatment. J.Dent Child 2004; 71:
69 – 72
4. Guimaraes Cabral LA, Firoozmand LM, Dias Almeida J. Double teeth in
primary dentition : Report of two clinical cases. Med Oral Patol Oral Cir
Bucal 2008; 13(1) : 77– 80
5. Hattab FN, Hazza’a AM. An unusual case of talon cups on geminated tooth.
J.Cant Dent Assoc. 2001; 67 : 263 -266
6. Agnihotri A, Marwah N, Goel M. Geminated maxillary lateral incisor with
talon’s cusp - A rare case report. J Oral Health Comm Dent. 2007 ; 1 (2) : 40
– 42.
7. Aguilo L, Gandia JL, Cibrian R, Catala M. Primary double teeth. A
retrospective clinical study of their morphological characteristics and
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
8. Malcic A, Mehicic GP. Conservative treatment of fused teeth in permanent
dentition. Acta stomatol Croat. 2005; 39: 327 – 328.
9. Kayalibay H, Uzamis M, Alkalin A. The treatment of a fusion between the
maxillary central incisor and supernumerary tooth : report of a case. J Clin
Ped Dent 1996 ; 20 ( 3) : 237 – 240.
10. Mader CL. Fusion of teeth. J Am Dent Assoc. 1979 ; 98 : 62 – 64.
11. Gupta S, Singla S, Marwah N, Dutta S, Goel M. Synodontia between
permanent maxillary lateral incisor and a supernumerary tooth : Surgical
Treatment perspective. J Oral Health Comm Dent 2007; 1 (3) : 52 – 55.
12. Crawford WH. Oral and Maxillofacial pathology. 2008
2008)
13. Oncag O, Candan U, Arikan F. Comprehensive therapy of a fusion between a
mandibular lateral incisor and supernumerary tooth : case report. Int Dent J
2005 ; 55 : 213 – 216
14. Langlais RP, Miller CS, Atlas berwarna. Kelainan rongga mulut yang lazim.
Alih bahasa. Sutetyo B, drg. Jakarta : PT Hipokrates, 1994 :12-13
15. Hasan FS, Al–Sarraj F. Fusion of primary teeth : case report. Quint Int. 1989;
20: 149 – 152
16. Dunlop C. Fusion gemination dilaceration and concrescene. 2004
Nuraina Dini Dinata : Fusi Gigi Pada Pasien Anak, 2009. USU Repository © 2009
17. Schuurs AHB. Patologi gigi geligi. Kelainan – Kelainan Jaringan Keras
Gigi. Alih bahasa. Sutatmi S. Yogyakarta : Gajah Mada University Press,
2002 : 26 – 31
18. Ghoddusi J, Zarei M, Jafarzadeh H. Endodontic treatment of supernumerary
tooth fused to a mandibular second molar: case report. J Oral Sci 2006 ; 48 :
39 – 41.
19. Prabhakar AR, Marwah N, Raju OS. Triple teeth : case report of an unusual
fusion of teeth. J Dent Child 2004; 71 (3) : 206 – 207.
20. Hasyim H. Orthodontic treatment of fused and geminated central incisor :A
case report. J Contemp Dent Pract 2004 ; 5 (1) : 136 – 144
21. Turkaslan S, Gokce HS, Dalkiz M. Esthetic rehabilitation of bilateral
geminated teeth : a case report. Euro J Dent 2007 ; 1:188-191
22. Law DB, Lewis TM, Davis JM. An atlas of Pedodontics. London / Toronto: