STRUKTUR METAFORA MELAYU PADA GURINDAM
DUA BELAS
SKRIPSI SARJANA
Dikerjakan O
L E H
Nama : Suri Muliani NIM : 030702006
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA DAERAH
PROGRAM STUDI BAHASA MELAYU
STRUKTUR METAFORA MELAYU PADA GURINDAM
DUA BELAS
SKRIPSI SARJANA
Dikerjakan O
L E H
Nama : Suri Muliani NIM : 030702006
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA DAERAH
PROGRAM STUDI BAHASA MELAYU
STRUKTUR METAFORA MELAYU PADA GURINDAM
DUA BELAS
SKRIPSI SARJANA
Dikerjakan
O
L
E
H
Nama : Suri Muliani NIM : 030702006
Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
Drs. Baharuddin, M.Hum
NIP. 131785647 NIP. 131789087
Drs. Warisman Sinaga, M.Hum
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat SARJANA SASTRA dalam bidang ilmu Bahasa dan Sastra Daerah Melayu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA DAERAH PROGRAM STUDI BAHASA MELAYU
PENGESAHAN
Diterima oleh:
Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang Ilmu Bahasa dan Sastra Daerah Melayu pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada,
Hari : Sabtu
Tanggal : 09 Februari 2008
Fakultas Sastra USU
Dekan,
NIP. 132098531
Syaifuddin, M. A, Ph. D.
Panitia Ujian
No. Nama Tanda Tangan
1. Drs. Baharuddin, M. Hum. ...
2. Drs. Warisman Sinaga, M. Hum. ...
3. Syaifuddin, M. A., Ph. D. ...
4. Drs. Yos Rizal, M. Si. ...
DISETUJUI OLEH;
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Medan, 1 Maret 2008
Dept. Bahasa dan Sastra Daerah Ketua,
NIP. 131785647
TERIMA KASIHKU
Detik demi detik terlalui dengan pasti Hari demi hari kupupuk harapan dalam hati Agar suatu hari kelak
Aku mampu mempersembahkan sesuatu Yang membuat orang-orang yang aku sayangi Terseyum bangga kepadaku
Dan kini ……
Saat itulah hadir di depan mata Dengan penuh rasa kagum dan hormat Ananda persembahkan kebanggaan ini Dalam pelukan ayah dan bunda Yang teramat berarti dalam hidupku Tak ada yang setangguh seorang ayah Tak ada yang selembut seorang bunda Dengan usaha dan iringan doa Aku tumbuh menjadi seseorang Yang takkan takut menantang dunia Dengan bekal ilmu dan kasih sayang Dari ayah dan bunda
Terima kasih untukmu ayah Terima kasih untukmu bunda Izinkan ananda menggapai asa Izinkan ananda melukis bahasa Dan kelak akan ananda persembahkan Kepada ayah dan bunda
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “ Struktur Metafora Melayu Pada Gurindam Dua
Belas”. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian
kepustakaan dengan mengumpulkan data atau bahan-bahan yang berhubungan dengan struktur metafora.
Pembahasan dalam skripsi ini merupakan pemaparan tentang struktur metafora Melayu, yang bertujuan untuk menjelaskan tentang jenis-jenis metafora ditinjau dari sintaksis. Dalam hal ini objek penelitiannya adalah puisi rakyat yaitu gurindam.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya patut dipersembahkan kepada Allah SWT
yang menciptakan manusia dengan kelebihan akal untuk berpikir terhadap alam
dan lingkungannya. Salawat dan salam kepada Rasulullah SAW sebagai panutan
umat dalam menjalankan hidup di dunia ini.
Alhamdulillah, dengan kerja keras dan kesungguhan akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan
guna menyelesaikan program pendidikan Sarjana Strata Satu pada Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini adalah sekelumit ilmu yang ada di muka
bumi ini, jadi tanpa adanya rasa syukur kepada Allah SWT kita sebagai manusia
bukan apa-apa. Akan tetapi, keinginan untuk terus belajar haruslah ada pada diri
kita, dari sekarang sampai kita menghembuskan nafas terakhir di dunia ini.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya atas bantuan tenaga dan pikiran, serta memberikan
pengarahan, motivasi, bimbingan, dan semangat maupun saran yang penulis
terima dari semua pihak, sehingga setiap kesulitan yang dihadapi dapat teratasi.
Dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga
kepada:
1. Bapak Syaifuddin, M. A. Ph. D. Dekan Fakultas Sastra USU Selaku pimpinan
tertinggi di Fakultas Sastra. Semoga di masa kepengurusan periode ini Bapak
diberi kesehatan, kekuatan dan kecemerlangan berpikir untuk membawa
2. Bapak Drs. Baharuddin, M. Hum. Ketua Jurusan Departemen Bahasa dan
Sastra Daerah Fakultas Sastra USU dan selaku Pembimbing I, yang mana di
bawah bimbingan dan arahan yang bapak berikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M. Hum. selaku Pembimbing II, tanpa
bimbingan, waktu, tenaga, dan cakrawala berpikir yang luas dari Bapak untuk
penulis maka proses penyelesaian skripsi ini tidak akan terlaksana sesuai yang
diharapkan
4. Ibu Dra. Rozanna Mulyani, M. A. yang telah banyak memberi spirit dan
dukungan kepada penulis terhadap penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah
memberi ilmu dan pengalaman kepada penulis sehingga penulis bisa menjadi
sarjana. Semoga ilmu yang penulis dapatkan bermanfaat dikemudian hari.
6. Teristimewa Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang telah memberikan segalanya
kepada penulis kasih sayang, perhatian, bimbingan, serta tidak pernah
mengeluh dalam membiayai pendidikan penulis sampai penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
7. Keluarga besar penulis Kak Ni2ng, Kak Deni, dEk Ijun yang menjadi
motivator untuk tetap giat dalam menjalani aktivitas sehari-hari penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
8. Keluarga penulis yang juga telah ikut ambil peran dalam memberikan
9. Sahabat-sahabatku yang tersayang Martha, Risna, Fitri, dan Liza yang telah
memberikan keceriaan dan dukungan sehingga penulis tetap bersemangat
dalam menjalani perkuliahan serta penyusunan skripsi ini.
10.Stambuk 2003 yang bertabur bintang; Evan (yang semangat truz), Armen,
Tama, Ihsan (yang selalu Parbada), Risdo (yang terlalu senang JD), Eko
(Penjaga Milala), Yulia, K’Anda (Jam terbang tinggi),
11. Seluruh mahasiswa sastra Daerah semoga kita tambah akrab kemudian
harinya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. oleh
karena itu, semua masukan maupun kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan dari para dosen dan pembaca sekalian.
Medan, 09 Februari 2008
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR SINGKATAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Batasan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan ... 7
2.1.1 Metafora ... 7
2.1.2 Jenis-jenis Metafora ... 8
2.2 Teori Yang Digunakan ... 10
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Dasar ... 14
3.2 Lokasi Sumber Data dan Instrumen ... 15
BAB IV STRUKTUR METAFORA MELAYU PADA GURINDAM DUA
BELAS
4.1 Pengantar ... 16
4.2 Analisis Metafora Melayu pada Gurindam Dua Belas ... 18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 49
5.2 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
DAFTAR SINGKATAN
B1 = Bait Pertama P9 = Pasal Kesembilan
B2 = Bait Kedua P10 = Pasal Kesepuluh
B3 = Bait Ketiga P11 = Pasal Kesebelas
B4 = Bait Keempat P12 = Pasal Kedua belas
B5 = Bait Kelima G12 = Gurindam Dua Belas
B6 = Bait Keenam
B7 = Bait Ketujuh
B8 = Bait Kedelapan
B9 = Bait Kesembilan
B10 = Bait Kesepuluh
B11 = Bait Kesebelas
P1 = Pasal Pertama
P2 = Pasal Kedua
P3 = Pasal Ketiga
P4 = Pasal Keempat
P5 = Pasal Kelima
P6 = Pasal Keenam
P7 = Pasal Ketujuh
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “ Struktur Metafora Melayu Pada Gurindam Dua
Belas”. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian
kepustakaan dengan mengumpulkan data atau bahan-bahan yang berhubungan dengan struktur metafora.
Pembahasan dalam skripsi ini merupakan pemaparan tentang struktur metafora Melayu, yang bertujuan untuk menjelaskan tentang jenis-jenis metafora ditinjau dari sintaksis. Dalam hal ini objek penelitiannya adalah puisi rakyat yaitu gurindam.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Semua manusia berpikir, setelah berpikir dia ingin menyatakan pikirannya
dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal
yang merupakan suatu rangkaian aturan tentang bagaimana kita menggunakan
kata-kata dalam penciptaan pesan untuk berkomunikasi secara lisan maupun
tulisan. Sehingga bahasa menjadi jantung pesan komunikasi, menduduki posisi
utama. Baik proses penyandian, representasi budaya, persepsi prasangka, empati,
ideologi, jarak, sosial, dan lainnya. “Bahasa adalah wujud pesan yang
menjalankan fungsi komunikasi” (Purwasito, 2003:198).
Dalam literatur bahasa, para ahli merumuskan fungsi bahasa ada 4 yaitu:
a. Sebagai alat/media komunikasi
b. Sebagai alat untuk ekspresi diri
c. Sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial
d. Sebagai alat kontrol sosial, (Keraf, 1997:3-6 dalam Finoza, 2004:2)
Bahasa adalah suatu alat yang penting dan sangat berperan pada manusia.
Manusia yang nalurinya selalu ingin hidup bersama menyebabkan perlu
berkomunikasi dengan sesamanya. Sebagai alat komunikasi, bahasa digunakan
untuk mengomunikasikan berbagai hal, baik dirasakan, dipikirkan, dialami,
dikomunikasikan itu dapat diterima secara tepat oleh orang lain, bahasa yang
digunakan haruslah tepat, tidak menimbulkan makna yang ganda, dan selalu
berhubungan dengan pokok pembicaraan.
Banyak suku atau kelompok etnik yang masing-masing mempunyai
kebudayaan sendiri. Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri ialah bahasa
daerah masih tetap berperan penting dalam kebudayaan daerah di Indonesia. Hal
ini terlihat pada sebagian besar suku atau kelompok etnik yang masih memakai
bahasa daerah, yang juga dapat berbahasa Indonesia, sedikit banyak akan
membawa pengaruh bahasa daerahnya ketika menggunakan bahasa Indonesia. Hal
ini akan berpengaruh terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Sebaliknya,
bahasa Indonesia juga akan memberi pengaruh terhadap perkembangan bahasa
daerah.
Pada era globalisasi dan era informasi, setiap orang berusaha untuk dapat
mengembangkan kemampuan dirinya baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi maupun dalam bidang seni dan budaya. Sehubungan dengan
perkembangan zaman, untuk mengomunikasikan dalam berbagai hal orang sering
mengungkapkannya dalam bentuk tulisan seperti puisi dan cerita.
Berdasarkan kenyataan itu, bahasa adalah alat komunikasi antar anggota
masyarakat berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
(Keraf, 1984:16). Oleh karena itu, bahasa Melayu yang dapat memberi pengaruh
besar terhadap bahasa Indonesia perlu dibina dan dikembangkan. Untuk membina
yang berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing. Oleh karena itu, bahasa daerah
dan bahasa asing turut memperkaya perbendaharaan kata-kata bahasa Indonesia.
Pembinaan bahasa daerah yang tumbuh berdampingan dengan bahasa
Indonesia dan sebagai landasan hukumnya dapat dilihat dalam UUD 1945, Bab
XV, Pasal 36 ayat 2, yang mengatakan bahwa di samping bahasa resmi negara,
bahasa daerah sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh
negara.
Melayu kaya akan budaya daerah, seperti bahasa dan sastra. Namun
sebagian aspek bahasa dan sastra tersebut belum pernah diteliti sehingga
masyarakat banyak yang tidak mengetahuinya secara baik. Sastra lisan (lihat
Petunjuk Penelitian Bahasa dan Sastra, 1974:100) tersebut meliputi:
1. Bahasa rakyat, seperti logat, sindiran, bahasa rahasia, dan mantra;
2. Ungkapan tradisional, seperti pribahasa, pepatak, dan seloka;
3. Pertanyaan tradisional, seperti teka-teki dan wangsalan;
4. Puisi rakyat, seperti pantun, syair, dan gurindam;
5. Cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dongeng, fabel, dan cerita jenaka;
6. Nyanyian rakyat, seperti senandung.
Di dalam skripsi ini penulis hanya membahas salah satu aspek bahasa dan
sastra yaitu gurindam. Yakni analisis metafora Melayu dari segi sintaksis dalam
gurindam dua belas. Menurut Raja Ali Haji, Gurindam adalah satu bentuk puisi
Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama,
masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari
masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi*
1.2Batasan Masalah
.
Pada penelitian ini penulis menganggap bahwa metafora Melayu memiliki
nilai rasa yang tinggi sehingga menimbulkan daya tarik bagi masyarakat untuk
mengkonsumsi ungkapan-ungkapan tersebut ke dalam diri mereka, dan penulis
mencoba membahas bahwa dalam berbahasa, masyarakat Melayu tidak selalu
memakai lambang yang secara langsung mengacu pada objeknya. Masyarakat
Melayu tidak dapat menghindarkan diri dari pemakaian bahasa kias yang
dinamakan metafora.
Di Indonesia penelitian mengenai bahasa daerah kurang mendapat
perhatian dari ahli bahasa, khususnya bahasa Melayu. Mengingat hal inilah
penulis tertarik untuk meneliti struktur metafora Melayu pada gurindam dua belas
karena penulis merasa penelitian mengenai judul tersebut belum ada dan
diharapkan hasilnya dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi para
pembaca, khususnya bagi para peneliti bahasa daerah.
Adapun permasalahan yang akan diuraikan dalam skripsi ini adalah
struktur metafora Melayu pada gurindam dua belas.
* Dalam surat Raja Ali Haji kepada Roorda van Eijsinga tanggal 2 Juli 1846 ada tertulis;
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan menyimpang dari
pokok bahasan yang dikehendaki, maka penulis memberikan suatu batasan yang
meliputi:
1. Bagaimana struktur metafora yang terdapat pada gurindam dua belas ?
2. Apa saja jenis-jenis metafora yang terdapat pada gurindam dua belas?
3. Makna apa yang terkandung pada gurindam dua belas dalam metafora?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan seluruh hasil analisis
data berupa analisis metafora Melayu dalam gurindam dua belas. Yang mana
tujuan lainnya adalah
1. Agar diketahui struktur metafora yang terdapat pada gurindam dua belas.
2. Agar diketahui jenis-jenis metafora yang terdapat pada gurindam dua belas.
3. Agar diketahui makna yang terkandung pada gurindam dua belas dalam
metafora.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk memperluas wawasan dan pemahaman penulis dan pembaca tentang
2. Diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan bandingan untuk penelitian
selanjutnya terhadap bahasa Melayu, khususnya dari segi sintaksis atau
linguistik.
3. Menambah rujukan bagi penelitian bahasa khususnya penelitian tentang
metafora.
4. Menumbuhkan minat generasi muda untuk menggali nilai-nilai luhur budaya
yang sudah mulai kurang dikenal oleh masyarakat umum.
5. Untuk memenuhi salah satu syarat menempuh Sarjana Sastra di Fakultas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepustakaan yang Relevan
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang
relevan dengan judul skripsi ini. Untuk mempertanggungjawabkan suatu karya
ilmiah bukanlah pekerjaan mudah, karena itulah disertakan data-data yang kuat
yang ada hubungannya dengan objek yang diteliti.
Ada beberapa buku yang dipakai penulis dalam penelitian ini seperti buku
karangan Wahab, yang berjudul Isu Linguistik Pengajaran Bahasa oleh Airlangga
University Press, buku Basyarsah II, yang berjudul Kebudayaan Melayu Sumatera
Timur, serta beberapa buku bahasa yang lainnya.
2.1.1 Metafora
Metafora berasal dari kata Greek metaphora yang berati ‘memindahkan’
yaitu dari meta ‘di atas’ dan pherein ‘membawa’ (Hawkes, T: 1972:1). Metafora
merujuk kepada proses linguistik yang mana aspek tertentu sesuatu objek dibawa
atau dipindahkan kepada objek lain, dengan demikian objek kedua diujarkan
seolah-olah ia seperti objek yang pertama.
Di dalam Ensiklopedi Amerika (1994) metafora adalah yang digambarkan
sebagai suatu perbandingan tersirat antara dua hal berlainan, suatu analogi yang
dianggap berasal dari kualitas terbaik yang kedua atau menginvestasikan yang
pertama dengan arti tambahan lain.
Menurut Glosari Istilah Kesusastraan (1988:188), metafora merupakan
satu bentuk kiasan atau analogi yang melambangkan sesuatu bagi sesuatu yang
lain, bahwa kedua-duanya terdapat persamaan. Buku Ensiklopedi (1996)
mengartikan metafora sebagai kemiripan dengan menerapkan untuk satu hal suatu
nama atau suatu tindakan yang kepunyaan hal lain.
Waluyo (1991:88-89) mengatakan bahwa metafora adalah kiasan
langsung; artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan.
Wahab (1986:11) mengartikan metafora sebagai ungkapan kebahasaan
yang tidak dapat diartikan secara langsung dari lambang yang dipakai, melainkan
dari predikasi yang dapat dipakai baik oleh lambang maupun oleh makna yang
dimaksudkan oleh ungkapan kebahasaan itu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa
metafora merupakan kiasan langsung yang dipakai untuk menggambarkan sebagai
suatu perbandingan tersirat antara dua hal berlainan.
2.1.2 Jenis-jenis Metafora
Wahab (1995:72) telah menulis beberapa jenis metafora berdasarkan
1. Metafora Nominatif
Metafora nominatif adalah metafora yang mana penanda metafora hanya
terdapat pada nomina kalimat. Karena posisi nomina dalam kalimat berbeda-beda,
metafora nominatif dapat pula dibagi menjadi dua macam, yaitu metafora
nominatif subjektif dan metafora objektif, atau yang lazim disebut berturut-turut
sebagai metafora nominatif dan metafora komplementatif saja. Contoh metafora
ini:
'Angin mengatakan padaku tentangmu'.
“Angin mempunyai arti yang tidak sebenarnya. Dalam kalimat di atas, angin
adalah subjek kalimat. Angin digunakan untuk membandingkan antara
pemesan yang membawa berita. Bagian lain, mengatakan padamu dikatakan
secara harfiah dan tentu bukan ekspresi metaforikal”.
2. Metarofa Predikatif
Dalam metafora predikatif, ekspresi metaforikal ditempatkan pada
predikatif kalimat, sementara bagian lain diekspresikan secara harfiah. Contoh
metafora ini:
'Pelari Indonesia memecahkan rekor dunia'
”Kata memecahkan adalah predikat kalimat yang menandakan metafora.
Memecahkan adalah kata kerja transitif yang membutuhkan objek. Objek
untuk kata memecahkan biasanya benda nyata, tetapi dalam contoh frase rekor
dalam contoh rekor dunia dibandingkan ke benda konkrit yang dapat
dipecahkan seperti gelas atau balon. Bagian lain kalimat diekspresikan secara
harfiah”.
3. Metafora Kalimatif
Metafora sintaktik adalah metafora dalam bentuk kalimat. itu berarti
bahwa semua bagian kalimat diekspresikan secara metafora dan tentu mempunyai
arti tidak sebenarnya. Contoh metafora ini:
'Malam sedang menunggu matahari'
”Malam dapat digunakan untuk mengekspresikan kesedihan sementara
matahari diacukan pada kesenangan dan hidup baru, sedangkan menunggu
adalah metafora karena itu digunakan oleh benda yang tidak hidup dan
menyarankan perbandingan antara malam dan orang. Malam; benda tidak
hidup dan bagaimanapun tidak bisa menunggu untuk beberapa satu atau
sesuatu”.
2.2 Teori Yang Digunakan
Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud dalam bentuk dan
berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam
memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Teori yang diperlukan untuk
Sebagai acuan yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini
adalah Parera (1987:11) dengan teori kebahasaan struktur. Teori ini meninjau
aspek bahasa berdasarkan sudut pandang bahasa itu sendiri, serta menelaah
unsur-unsur dan fungsinya dalam bahasa yang diteliti.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:965) kata struktur
membentuk kata benda yang pengertiannya adalah susunan atau keteraturan
unsur-unsur dari suatu benda atau ujud. Keraf (1995:57) struktur ialah “…
perangkat hubungan antara bagian-bagian yang teratur, yang membentuk suatu
kesatuan yang lebih besar”.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas penulis menyimpulkan
bahwa struktur merupakan susunan unsur-unsur gagasan antara
kelompok-kelompok gejala.
Dalam berpikir sehari-hari, manusia menggunakan metafora. Menurut
George Lakoff dan Mark Johnson (1980:6 dalam Wahab (1995:76))
… metaphor is not just a matter of language, that is, of more words. We shall argue that … human thought processes are largely metaphorical. This is what we mean when we say that the human conceptual system is metaphorically structured and defined.
Sebaliknya, di dalam berpikir dan menciptakan metafora, manusia tidak
dapat melepaskan diri dari lingkungannya, karena ia selalu mengadakan interaksi
dengan lingkungannya itu. Studi tentang iteraksi antara manusia dengan
lingkungannya (makhluk bernyawa maupun benda tak bernyawa) itu disebut studi
tentang sistem ekologi. Dengan sendirinya, keadaan sistem ekologi suatu
diciptakan oleh kelompok masyarakat itu. Sistem ekologi yang diipersepsi
manusia tersusun dalam suatu hierarki yang sangat teratur.
Dengan demikian, ruang persepsi manusia yang mempengaruhi penciptaan
metafora pada kalangan penyair dan sastrawan juga tersusun menurut hierarki
yang teratur pula. Hierarki ruang persepsi manusia itu dapat dilihat diagram
berikut.
BEING COSMIC ENERGY SUBSTANTIAL
TERRESTRIAL OBJECT
LIVING ANIMATE
HUMAN
Hierarki persepsi manusia terhadap ruang dimulai dari manusia sendiri,
karena manusia dengan segala macam tingkah lakunya merupakan lingkungan
manusia yang terdekat. Jenjang ruang persepsi yang ada di atas HUMAN ialah
ANIMATE (makhluk bernyawa), sebab manusia hanyalah satu bagian saja dari
makhluk bernyawa. Sebaliknya, tidak semua makhluk bernyawa dapat
dimasukkan ke dalam kategori HUMAN. Hewan, misalnya adalah makhluk
bernyawa, tetapi hewan bukanlah manusia. Selanjutnya, kategori di atas makhluk
bernyawa ialah LIVING, termasuk di sini alam tumbuhan, sebab tumbuhan itu
hidup. Tetapi, tidak semua yang hidup itu tetumbuhan. Begitu hierarki itu
seterusnya berjenjang ke atas, sampai pada segala sesuatu yang ada di jagad raya
ini, termasuk konsep yang bersifat abstrak yang tidak dapat dihayati oleh indra,
yang paling atas ialah BEING, untuk mewakili semua konsep abstrak yang tidak
dapat dihayati dengan indra manusia.
Perlu diutarakan di sini, bahwa antara nomina kategori ruang persepsi
manusia dan prediksi masing-masing kategori harus ada kesesuaian. Kesesuaian
antara nomina dan predikasi masing-masing kategori antara lain dapat dibaca pada
tabel berikut :
KATEGORI CONTOH NOMINA PREDIKASI
BEING
kebenaran, kasih matahari, bumi, bulan cahaya, angin, api semacam gas gunung, sungai, laut semua mineral flora
fauna manusia
ada
menggunakan ruang bergerak
lembam terhampar pecah tumbuh berjalan, lari berpikir
Karena itulah untuk menganalisis atau mengkaji struktur metafora Melayu
pada gurindam dua belas dalam skripsi ini penulis menggunakan teori George
Lakoff dan Mark Johnson yang menyatakan bahwa metafora mengandung
lambang kias dan makna, lambang kias yang dipakai dalam metafora tersebut
diambil dari lingkungan manusia dalam sistem ekologi yang tersusun secara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi berasal dari kata metode dan logos. Metode artinya cara tepat
untuk melakukan sesuatu; Logos artinya ilmu dan pengetahuan. Ilmu adalah
pengetahuan yang bersistem dan terorganisasi (Jabrohim, 2001:8). Oleh karena
itu, upaya penelitian dalam rangka pengembangan ilmu memerlukan metode yang
bersifat ilmiah. Penelitian adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk
memecahkan masalah dengan dukungan dan sebagai landasan dalam mengambil
kesimpulan (Jabrohim, 2001:8).
Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan,
dan menganalisa dengan menyusun laporan (Narbuko, 1991:3). Jadi metode
penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang digunakan atau dilewati untuk
mencapai pemahaman.
3.1 Metode Dasar
Metode adalah cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan untuk
menjelaskan suatu fenomena (Kridalaksana, 1983:106), sedangkan menurut
Sudaryanto (1988:41) metode berarti bertindak menurut sistem aturan tertentu.
Untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif. Ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati
Selanjutnya Cahyono, (1995:165) mengatakan bahwa “Pendekatan
deskriptif adalah pendekatan untuk menguraikan bahasa sehari-hari menurut
pandangan bahasa yang harus digunakan”.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan metode pustaka.
Mengkaji dan menganalisis gurindam dua belas dengan menggunakan buku-buku
yang mendukung seperti, buku Kebudayaan Sumatera Timur, Isu Linguistik
Pengajaran Bahasa dan Sastra, serta beberapa buku bahasa yang lainnya.
3.3 Metode Analisis Data
Mengklasipikasikan metafora yang terdapat dalam gurindam dua belas
sesuai dengan pembagian metafora dari segi sintaksisnya. Lalu memberikan
BAB IV
STRUKTUR METAFORA MELAYU
PADA GURINDAM DUA BELAS
4.1 Pengantar
Hireaki pola kategori struktur menurut Michael C. Haley (dalam Wahab,
1998:71) dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Manusia yang merupakan sentral yang mendiami bumi merupakan mahluk
hidup yang mempunyai nafas dan kemampuan berbicara dan berpikir serta
hidup. Kategori manusia merupakan lingkungan yang terdekat dengan
manusia itu sendiri dan konkrit keberadaannya. Kategori ini berada pada
posisi yang paling awal;
2. Di atas kategori manusia adalah mahluk bernyawa. Mahluk bernyawa
dalam hal ini adalah dunia fauna dengan lingkungnya yang juga bagian dari
mahluk hidup yakni bernafas dan hidup namun tidak dapat berbicara dan
berpikir kecuali berjalan dan berlari meskipun konkrit keberadaannya;
3. Kategori di atas mahluk bernyawa adalah kehidupan yang juga merupakan
bagian dari dua kategori di bawahnya. Lingkungan adalah dunia flora yang
mana dapat hidup tetapi tidak bernafas dan berpikir. Meskipun berwujud
konkrit atau dapat dicerna manusia.
4. Kategori di atas kehidupan adalah objek. Objek atau benda tidak memiliki
kehidupan dalam lingkungannya. Keberadaan ibjek juga konkrit namun
dapat dipisahkan dari lingkungannya karena makna dari prediksi dapat
5. Kategori ruang persepsi di atas objek adalah terresterial di mana
lingkungannya menyatu dengan bumi dan tak dapat dikoyak maupun
dipisahkan. Memiliki wujud konkrit dengan prediksi mengalir dan
menjulang;
6. Kategori selanjutnya adalah substansi yang mana lingkungannya juga
tersendiri dengan keadaan mencair. Prediksi untuk kategori ini adalah
mengendap dan berwujud konkrit;
7. Kategori di atas substansi adalah energi dalam arti memiliki kekuatan pada
lingkungannya. Wujud dari kategori ini adalah memiliki kekuatan seperti
’angin’ yang dapat memberikan dampaknya pada pohon yang bergoyang
dan ’tanah’ pada tanaman yang tumbuh di atasnya. Untuk kategori ini bisa
berwujud konkrit dan abstrak;
8. Di atas kategori energi adalah benda-benda kosmik yang lingkungannya
berada di atas bumi dan di bawah langit. Berwujud konkrit walaupun tidak
dapat diraih tangan manusi karena jaraknya yang jauh. Prediksi kategori ini
adalah menghiasi jagad raya dan bersinar;
9. Kategori yang paling akhir dan berada paling atas adalah keadaan.
Memiliki wujud yang abstrak di mana lingkungannya tidak nyata seperti
kategori lainnya. Meskipun abstrak namun dapat dirasakan keadaannya
oleh indra manusia. Kategori ini ada pada ruang persepsi manusia dan
memiliki prediksi ada dan mempunyai.
Untuk lebih sederhananya, hirearki ruang persepsi manusia yang memiliki
tidak semua mahluk hidup adalah manusia seperti fauna. Manusia dan fauna
adalah bagian dari kehidupan tetapi tidak semua kehidupan adalah mahluk
bernyawa seperti dunia flora. Dalam kehidupan ada objek atau benda yang mudah
lepas dari lingkungannya. Adapula bagian objek yang tidak dapat lepas dari
lingkungannya seperti terrestrial, substansi, energi, kosmos, dan hingga pada
objek abstrak yaitu keadaan.
4.2 Analisis Metafora Melayu Pada Gurindam Dua Belas
Data: B1, P1, G12
Barang siapa tidak memegang agama Segala-gala tidak boleh dibilangkan nama
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ’agama’
tidak dapat dicermati oleh
indra manusia seperti apa
bentuknya yang
merupa-kan kategori keadaan
(being).
Kata ’agama’ merupakan
metafora nominatif
ob-jektif.
Makna yang terkandung
adalah
menjalankan/me-matuhi (ajaran agama).
Konsep metafora
segala-gala tidak boleh
dibilang-kan nama tidak dapat
di-cermati oleh indra
ma-nusia seperti apa
bentuk-nya yang merupakan
ka-tegori keadaan (being).
’segala-gala tidak boleh
dibilangkan nama’
meru-pakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah siapa yang tidak
menjalankan ajaran
aga-ma tidak akan
Data: B2, P1, G12
Barang siapa mengenal yang empat Maka yaitulah orang yang a’rifat
Struktur Jenis Makna
Konsep ’yang empat’
di-petakan sebagai kata
ben-da sehingga ben-dapat
’dike-nali’ yang merupakan
ka-tegori keadaan (being).
Kata ’empat’ merupakan
metafora nominatif
ob-jektif.
”barang siapa mengenal”
yang empat adalah
kata-kata kias yang makna
se-benarnya adalah
’menge-nal Allah, menge’menge-nal diri
sendiri, mengenal dunia,
dan mengenal akhirat’.
Data: B3, P1, G12
Barang siapa mengenal Allah Suruh dan tegaknya tiada ia mengalah
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ’suruh
dan tegaknya’ tidak
da-pat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
ben-tuknya yang merupakan
kategori keadaan (being)
’suruh dan tegaknya
tiada ia mengalah’
me-rupakan metafora
kali-matif.
Makna yang terkandung
adalah keteguhan hati yang
tidak pernah goyah karena
menjalankan segala
perin-tah sang pencipta.
Data: B4, P1, G12
Barang siapa mengenal diri Maka telah mengenal Tuhan yang bahari
Struktur Jenis Makna
Konsep bahari dipetakan
sebagai objek yang
me-Kata ’Bahari’ merupakan
metafora nominatif
ob-Makna yang terkandung
nyatu dengan belahan
bu-mi merupakan kategori
Terestrial.
jektif. yang sempurna).
Data: B5, P1, G12
Barang siapa mengenal dunia Tahulah ia barang terpedaya
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ’barang
terpedaya’ tidak dapat
di-cermati oleh indra
manu-sia seperti apa bentuknya
yang merupakan Kategori
Keadaan (Being).
Kata-kata ’barang
terpe-daya’ merupakan
meta-fora nominatif objektif.
Makna yang terkandung
adalah masyarakat yang
paham akan suatu
keti-dakbenaran.
Data: B1, P2, G12
Barang siapa yang mengenal tersebut Tahulah ia makna takut
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini
tidak dapat dicermati
oleh indra manusia
se-perti apa bentuknya
yang merupakan
Kate-gori Keadaan (being).
Kata-kata ’yang
me-ngenal tersebut’
meru-pakan metafora
nomi-natif objektif.
”Barang siapa” yang
menge-nal tersebut adalah kata-kata
kias yang makna sebenarnya
adalah ‘mengenal Allah,
me-ngenal diri, meme-ngenal dunia,
Data: B2, P2, G12
Barang siapa meninggalkan sembahyang Seperti rumah tiada bertiang
Struktur Jenis Makna
konsep ’sembahyang’
di-petakan sebagai perjalanan
sehingga dapat
ditinggal-kan yang merupaditinggal-kan
kate-gori Keadaan (Being)
Kata ’meninggalkan’
merupakan metafora
predikatif.
Kata ’meninggalkan’
di-pakai untuk menjalankan
(ajaran agama).
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
ben-tuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (being).
’Seperti rumah tiada
bertiang’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang terkandung
’yaitu apabila manusia
ti-dak memiliki pegangan
hidup maka diibaratkan
seperti rumah yang tak
bertiang’
Data: B3, P2, G12
Barang siapa meninggalkan puasa Tidaklah mendapat dua termasa
Struktur Jenis Makna
konsep ’puasa’ dipetakan
se-bagai perjalanan sehingga
da-pat ditinggalkan yang
merupa-kan kategori keadaan (being)
Kata ’meninggalkan’
merupakan metafora
predikatif.
Kata ’meninggalkan’
di-pakai untuk mengkiaskan
kata-kata tidak
Data: B4, P2, G12
Barang siapa meninggalkan zakat Tidaklah hartanya beroleh berkat
Struktur Jenis Makna
konsep ’zakat’ dipetakan
sebagai perjalanan
sehing-ga dapat ditingsehing-galkan yang
merupakan kategori keadaan
(being)
Kata ’meninggalkan’
merupakan metafora
predikatif.
Kata ’meninggalkan’
di-pakai untuk mengkiaskan
kata-kata tidak
melaksa-nakan (ajaran agama).
Data: B5, P2, G12
Barang siapa meninggalkan haji Tidaklah ia menyempurnakan janji
Struktur Jenis Makna
konsep ’haji’ dipetakan
sebagai perjalanan
sehi-ngga dapat ditisehi-nggalkan
yang merupakan kategori
Keadaan (Being)
Kata ’meninggalkan’
me-rupakan metafora
predi-katif.
Kata ’meninggalkan’
di-pakai untuk mengkiaskan
kata-kata tidak
melaksa-nakan (ajaran agama).
Data: B1, P3, G12
Apabila terpelihara mata Sedikitnya cita-cita
Struktur Jenis Makna
Konsep ’mata’ dipetakan
seba-gai manusia sehingga dapat
’di-pelihara/dirawat’ yang
merupa-kan kategori manusia (human)
Kata ’terpelihara’
merupakan metafora
predikatif.
Makna yang
Data: B2, P3, G12
Apabila terpelihara kuping Kabar yang jahat tiadalah damping
Struktur Jenis Makna
Konsep ’kuping’dipetakan
seba-gai manusia sehingga dapat
’di-pelihara/dirawat’ yang
merupa-kan kategori manusia (human).
Kata ’terpelihara’
merupakan metafora
predikatif.
Makna yang
terkan-dung adalah ’terjaga’
Konsep kabar dipetakan sebagai
manusia sehingga memiliki
’si-fat jahat’ yang merupakan
kate-gori Manusia (human).
Kata ’kabar’
merupa-kan metafora
subjek-tif.
Makna yang
terkan-dung adalah bisa
mem-bedakan kabar yang
baik dengan yang
buruk.
Data: B3, P3, G12
Apabila terpelihara lidah Niscaya dapat daripadanya faedah
Struktur Jenis Makna
Konsep ’lidah’ dipetakan
se-bagai manusia sehingga
da-pat ’dipelihara/dirawat’
ya-ng merupakan kategori
ma-nusia (human).
Kata ’terpelihara’
me-rupakan metafora
pre-dikatif.
Makna yang terkandung
adalah ’bisa menjaga
Data: B4, P3, G12
Bersungguh-sungguh engkau memelihara tangan Daripada segala berat dan ringan
Struktur Jenis Makna
Konsep ’tangan’ dipetakan
sebagai manusia sehingga
dapat ’dipelihara/dirawat’
yang merupakan kategori
Manusia (human).
Kata ’memelihara’
merupakan metafora
predikatif.
Makna yang terkandung
adalah ’bisa menjaga
tangan keperbuatan yang
buruk’.
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (being).
’Daripada segala berat
dan ringan’ merupakan
metafora
komplementatif
Makna yang terkandung
adalah terlindung dari
perbuatan buruk
Data: B5, P3, G12
Apabila perut terlalu penuh Keluarlah fi’il yang tidak senonoh
Struktur Jenis Makna
Konsep ’perut’ dipetakan
sebagai cairan sehingga
dapat terisi terlalu penuh
yang merupakan kategori
Objek
Kata-kata ’terlalu penuh’
merupakan metafora
komplementatif.
Makna yang terkandung
adalah ’perut yang
Data: B6, P3, G12
Anggota tengah hendaklah ingat Disitulah banyak orang yang hilang semangat
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini
tidak dapat dicermati
oleh indra manusia
seperti apa bentuknya
yang merupakan
Kategori Keadaan
(being).
Kata-kata ’tengah’
merupakan metafora
nominatif subjektif.
Makna yang terkandung
adalah suatu masyarakat
(haruslah ingat bahwa
perbuatan yang berlebihan
akan merugikan diri
masing-masing orang).
Data: B7, P3, G12
Hendaklah pelihara kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi
Struktur Jenis Makna
Konsep ’kaki’ dipetakan
sebagai hewan sehingga
dapat ’dipelihara’ yang
merupakan kategori
ber-nyawa (animate).
Kata ’pelihara’
merupa-kan metafora predikatif.
Makna yang terkandung
adalah ’berhati-hati
me-ngambil tindakan atau
perbuatan’.
Konsep metafora ini
di-petakan sebagai fauna
se-hingga dapat ’berjalan’
yang merupakan kategori
Kata-kata ’membawa
ru-gi’ merupakan metafora
objektif.
Makna yang terkandung
adalah jangan berbuat
atau melakukan
bernyawa (animate). salah (menyimpang dari
ajaran agama).
Data: B1, P4, G12
Hati itu kerajaan di dalam tubuh Apabila dengki sudah bertanah Datanglah daripadanya beberapa anak panah
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir Disitulah banyak orang tergelincir
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ’hati’ tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (Being).
Kata-kata ’kerajaan di
dalam tubuh’
merupakan metafora
komplementatif
’Hati itu....’ Kerajaan di
dalam tubuh merupakan
kias yang mengandung
makna sebenarnya,
makna tersebut adalah
tempat yang nyaman.
Konsep ’bertanah’
dipetakan sebagai manusia
sehingga dapat melakukan
sesuatu yang merupakan
kategori Manusia (human).
Kata ’bertanah’
merupakan metafora
objektif.
Makna yang terkandung
adalah mendarah daging
(menjadi satu).
Konsep metafora
’tergelincir’ dipetakan
sebagai fauna sehingga
dapat ’berjalan’ yang
merupakan kategori
Bernyawa (animate).
Kata ’tergeilincir’
merupakan metafora
objektif.
Makna yang terkandung
adalah orang terjatuh
Data: B2, P4, G12
Pekerjaan marah jangan dibela Nanti hilang akal di kepala Jika sedikitpun berbuat bohong Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung
Tanda orang amat celaka Aib dirinya tiada ia sangka
Struktur Jenis Makna
Konsep ’marah’
dipetakan sebagai
manusia sehingga dapat
melakukan sesuatu yang
merupakan kategori
Manusia (human).
Kata-kata ’Pekerjaan
marah jangan dibela’
merupakan metafora
kalimatif.
makna terkandung adalah
”perbuatan yang tidak
baik jangan dibela
Konsep ’akal’ dipetakan
sebagai manusia sehingga
dapat melakukan sesuatu
yang merupakan kategori
Manusia (human).
Kata ’hilang’ merupakan
metafora nominatif
predikatif.
Makna yang terkandung
adalah seseorang yang
tidak bisa berpikir jernih.
Konsep ’bohong’
dipetakan sebagai
manusia sehingga dapat
melakukan sesuatu yang
merupakan kategori
Manusia (human).
Kata-kata ’Jika
sedikitpun berbuat
bohong’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah perbuatan yang
tidak baik
Konsep ’mulutnya’
dipetakan sebagai fauna
sehingga dapat
Kata-kata ’Boleh
diumpamakan mulutnya
Makna yang terkandung
’merasakan sakit’ yang
merupakan kategori
Bernyawa (animate).
itu pekung’ merupakan
metafora kalimatif.
seseorang”.
Data: B3, P4, G12
Bakhil jangan diberi singgah Itulah perompak yang amat gagah
Struktur Jenis Makna
Konsep ’Bakhil’
dipetakan sebagai
manusia yang merupakan
kategori Manusia
(human).
Kata ’singgah’
merupakan metafora
nominatif predikatif.
makna terkandung adalah
’larangan untuk
kadatangan seorang yang
berniat buruk’.
Data: B4, P4, G12
Barang siapa yang sudah besar Janganlah kelakuannya membuat kasar
Struktur Jenis Makna
Konsep ’besar’ dipetakan
sebagai flora yang
merupakan kategori
Kehidupan (living).
Kata ’Barang siapa yang
sudah besar’ merupakan
metafora kalimatif.
makna terkandung adalah
”seseorang yang
berkuasa”.
Konsep ’Kasar’
dipetakan sebagai benda
sehingga dapat dibuat
yang merupakan kategori
Manusia (human).
Kata-kata ’membuat
kasar’ merupakan
metafora nominatif
objektif
Makan yang terkandung
adalah ’larangan untuk
berbuat
Data: B5, P4, G12
Barang siapa perkataan kotor Mulutnya umpama ketor
Struktur Jenis Makna
Konsep ’perkataan’
dipetakan sebagai benda
sehingga dapat kotor yang
merupakan kategori
kehidupan (living).
Kata ’perkataan’
merupakan metafora
predikatif.
makna terkandung adalah
”seseorang yang berkata
tidak baik”.
Konsep ’ketor’ dipetakan
sebagai benda yang
merupakan kategori
kehidupan (living).
Kata ’umpama ketor’
merupakan metafora
komplementatif
Makan yang terkandung
adalah ’seseorang yang
memiliki perkataan yang
kurang baik’.
Data: B6, P4, G12
Dimana tahu salah diri Jika tidak orang lain yang berperi
Struktur Jenis Makna
Konsep ’berperi’
merupakan kategori
Manusia (human).
Kata ’Jika tidak orang
lain yang berperi’
merupakan metafora
kalimatif.
makna terkandung adalah
’seorang yang merasakan
kesedihan hati orang
lain’.
Data: B7, P4, G12
Pekerjaan takbur jangan direpih Sebelum mati didapat juga sepih
Struktur Jenis Makna
Konsep ’direpih’ dipetakan
sebagai fauna sehingga
Kata ’direpih’
merupakan metafora
Makna terkandung adalah
dapat ’dirasakan’ yang
merupakan kategori
Bernyawa (animate).
nominatif objektif. di beri tempat’.
Konsep ’mati’ dipetakan
sebagai flora yang
merupakan kategori
Kehidupan (living).
’Sebelum mati didapat
juga sepih’ merupakan
metafora kalimatif
Makna terkandung
adalah’seorang yang
merasakan kesepian’.
Data: B1, P5, G12
Jika hendak mengenal orang berbangsa Lihatlah kepada budi dan bangsa
Struktur Jenis Makna
Konsep ”lihatlah”
dipetakan sebagai fauna
yang merupakan kategori
Bernyawa (animate).
Kata ’Lihatlah’
merupakan metafora
nominatif subjektif.
Makna terkandung adalah
memandang sesuatu dari
sistem sosialnya.
Data: B2, P5, G12
Jika hendak mengenal orang berbahagia Sangat memeliharakan yang sia-sia
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini
merupakan kategori
Kehidupan (living).
’Sangat memeliharakan
yang sia-sia’ merupakan
metafora kalimatif
Makna terkandung adalah
’melakukan suatu hal
Data: B4, P5, G12
Jika hendak mengenal orang yang berilmu Bertanya dan belajar tidaklah jemu
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora
’berilmu’ merupakan
Kategori Kehidupan
(living).
Kata ’berilmu’
merupakan metafora
naminatif objektif.
Makna terkandung
adalah ’seorang yang
pandai’.
Konsep metafora ’jemu’
dipetakan sebagai benda
yang dapat dirasakan yang
merupakan Kategori
Kehidupan (living).
Kata ’Jemu’ merupakan
metafora nominatif
objektif.
Makna terkandung
adalah ’seorang yang giat
menuntut ilmu’.
Data: B5, P5, G12
Jika hendak mengenal orang yang berakal Di dalam dunia mengenal bekal
Struktur Jenis Makna
Konsep ’berakal’
dipetakan sebagai
manusia yang berpikir
sehingga dapat
melakukan sesuatu yang
merupakan kategori
Manusia (human).
Kata ’berakal’
merupakan metafora
nominatif objektif.
Makna terkandung adalah
’seorang yang cerdas’.
Konsep ’bekal’ dipetakan
sebagai metafora yang
berkategori kehidupan
(living).
’Di dalam dunia
mengenal bekal’
merupakan metafora
kalimatif.
Makna terkandung adalah
’seorang yang mendapat
tuntutan yang baik dari
Data: B6, P5, G12
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai Lihatlah pada ketika bercampur dengan orang ramai
Struktur Jenis Makna
Konsep ’baik perangai’
dipetakan sebagai
manusia yang bertingkah
laku baik sesuatu yang
merupakan kategori
Manusia (human).
Kata-kata ’baik perangai’
merupakan metafora
nominatif objektif.
Makna yang terkandung
adalah ’seorang yang
berbudi pekerti’.
Konsep ’bercampur’
merupakan kategori
Objek.
’bercampur dengan orang
ramai’ merupakan
metafora komplementatif.
’Lihatlah pada ketika....’
Bercampur dengan orang
ramai yang mengandung
makna sebenarnya adalah
’berkumpul dengan yang
lain’
Data: B1, P6, G12
Cahari olehmu akan sahabat Yang boleh dijadikan obat
Struktur Jenis Makna
Konsep ’obat’ dipetakan
sebagai benda yang
merupakan kategori
Kehidupan (living).
’Yang boleh dijadikan
obat’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah ’penawar
Data: B2, P6, G12
Cahari olehmu akan guru Yang boleh tahukan tiap seteru
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini
dipetakan sebagai benda
yang merupakan kategori
Kehidupan (living).
’Yang boleh tahukan
tiap seteru’
mengandung metafora
kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah ’paham akan arti
kehidupan’.
Data: B3, P6, G12
Cahari olehmu akan istri Yang boleh menyerahkan diri
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini
dipetakan sebagi kegiatan
yang merupakan kategori
Kehidupan (living).
’Yang boleh
menyerahkan diri’
merupakan metafora
kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah ’yang
menggambarkan seorang
buronan’.
Data: B4, P6, G12
Cahari olehmu akan kawan Pilih segala orang yang setiawan
Struktur Jenis Makna
Konsep ’orang setiawan’
dipetakan sebagai benda
yang merupakan kategori
Kehidupan (living).
’Pilih segala orang yang
setiawan’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah ’yang
menggambarkan teman
Data: B5, P6, G12
Cahari olehmu kan ’abdi Yang ada baik sedikit budi
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini
merupakan kategori
kehidupan (living).
’Yang ada baik sedikit
budi’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah ’pengikut yang
baik budinya’.
Data: B1, P7, G12
Apabila banyak berkata-kata Di situlah jalan masuk dusta
Struktur Jenis Makna
Konsep ’jalan masuk’
merupakan kategori
Kehidupan (human).
Kata-kata ’ Di situlah
jalan masuk dusta’
merupakan metafora
kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah ’kegiatan keluar
masuk’.
Data: B2, P7, G12
Apabila banyak berlebih-lebihan suka Itulah tanda hampirkan duka
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (being).
’Apabila banyak
berlebih-lebihan suka’
merupakan metafora
kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah ’perbuatan yang
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (being).
’Itulah tanda
hampirkan duka’
merupakan metafora
kalimatif
Makna yang terkandung
adalah ’perasaan
seseorang yang terlalu
berlebihan’.
Data: B3, P7, G12
Apabila kita kurang siasat Itulah tanda pekerjaan hendak sesat
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini
dipetakan sebagai pikiran
manusia yang merupakan
kategori Manusia
(human).
’Apabila kita kurang
siasat’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang
terkan-dung adalah ’yang
me-nggambarkan
perbua-tan yang kurang
diren-canakan terlebih dahulu
dalam melakukannya’.
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
ben-tuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (being).
’Itulah tanda pekerjaan
hendak sesat’ merupakan
metafora kalimatif
Makna yang
terkandu-ng adalah ’melakukan
Data: B4, P7, G12
Apabila anak tidak dilatih Jika besar bapanya letih
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (being).
’Jika besar bapanya
letih’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah ’perbuatan yang
membuat orang tua
dikemudian hari letih’.
Data: B5, P7, G12
Apabila banyak mencela (mencacat?) orang Itulah tanda dirinya kurang
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (being).
’Itulah tanda dirinya
kurang’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang
terkandung adalah
’bahwa seseorang
malas belajar’.
Data: B7, P7, G12
Apabila mendengar akan khabar Menerimanya itu hendaklah sabar
Struktur Jenis Makna
Konsep ’sabar’
dipeta-kan sebagai manusia
Kata ’itu hendaklah’
me-rupakan metafora
predi-Makna yang terkandung
yang merupakan kategori
Manusia (human).
katif. suatu cobaan
Data: B8, P7, G12
Apabila mendengar akan aduan Membicarakannya itu hendaklah cemburuan
Struktur Jenis Makna
Konsep ’cemburuan’
di-petakan sebagai manusia
yang tidak menyukai yang
lain yang merupakan
ka-tegori Manusia (human).
Kata ’ itu hendaklah’
merupakan metafora
predikatif.
Makna yang terkandung
adalah gambaran dari
suatu perbuatan.
Data: B9, P7, G12
Apabila perkataan yang lemah lembut Lekaslah segala orang mengikut
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ’lemah
lem-but’ tidak dapat dicermati oleh
indra manusia seperti apa
ben-tuknya yang merupakan
kategori keadaan (being)
Kata perkataan yang
lemah lembut’
meru-pakan metafora
nomi-natif objektif.
Makna yang
terkan-dung adalah
’perka-taan yang baik’.
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
’Lekaslah segala orang
mengikut’ merupakan
metafora kalimatif.
’orang yang
mela-kukan perbuatan baik
bentuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (Being).
yang ikut’.
Data: B10, P7, G12
Apabila perkataan yang amat kasar Lekaslah orang sekalian gusar
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
bentuknya yang
merupakan Kategori
Keadaan (Being).
’Lekaslah orang sekalian
gusar’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah ’orang yang
melakukan perbuatan
jahat pasti banyak orang
yang pergi menjauh’.
Data: B11, P7, G12
Apabila pekerjaan yang amat benar Tidak boleh orang berbuat honar
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ’amat
benar’ tidak dapat dicermati
oleh indra manusia seperti
apa bentuknya yang
merupakan Kategori
Keadaan (Being).
Kata-kata ’amat benar’
merupakan metafora
nominatif objektif.
Makna yang
terkandung adalah
’suatu pekerjaan yang
baik’.
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
’Tidak boleh orang
berbuat honar’
Makna yang
manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (Being).
merupakan metafora
kalimatif.
’kegiatan yang sulit
dipecah belah’
Data: B1, P8, G12
Barang siapa khianat akan dirinya Apalagi kepada yang lain
Kepada dirinya ia aniaya Orang itu jangan engkau percaya Lidah suka membenarkan dirinya Daripada yang lain dapat kesalahannya
Daripada memuji diri hendaklah sabar Biar daripada orang datangnya kabar Orang yang suka menampakkan jasa
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (Being).
‘Kepada dirinya ia
aniaya’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah ’seseorang yang
menganiaya dirinya
sendiri’.
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (Being).
’Daripada memuji diri
hendaklah sabar’
merupakan metafora
kalimatif
Makna yang terkandung
adalah ’melakukan
sesuatu harus dengan
kesabaran’.
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
’Biar daripada orang
datangnya kabar’
merupakan metafora
Makna yang terkandung
adalah ’menunggu kabar
bentuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (Being).
kalimatif.
Konsep ’menampakkan
jasa’ dipetakan sebagai
benda yang merupakan
kategori kehidupan (living).
’Orang yang suka
menampakkan jasa’
merupakan metafora
nominatif objektif.
”Orang akan suka ...”
Menampakkan jasa
adalah kata yang
maknanya adalah bekerja
dengan imbalan.
Data: B2, P8, G12
Setengah daripada syirik mengaku kuasa Kejahatan diri sembunyikan
Kebaikan diri diamkan Ke’aiban orang jangan dibuka Ke’aiban diri hendaklah sangka
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh
indra manusia seperti apa
bentuknya yang
merupakan Kategori
Keadaan (Being).
‘Setengah daripada syirik
mengaku kuasa’
merupakan metafora
kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah ’kekuatan dari
perbuatan buruk’.
Data: B1, P9, G12
Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan Bukannya manusia yaitulah syaitan
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
‘Tahu pekerjaan tak
baik tetapi
Makna yang terkandung
manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (Being).
dikerjakan’
merupakan metafora
kalimatif.
tidak layak dilakukan’.
Data: B3, P9, G12
Kepada segala hamba-hamba raja Di situlah syaitan tempatnya manja Kebanyakan orang yang muda-muda
Di situlah syaitan punya jamuan
Struktur Jenis Makna
Konsep ’manja’
dipetakan sebagai kata
sifat yang merupakan
kategori kehidupan
(living).
Kata ’ tempatnya manja’
merupakan metafora
nominatif objektif.
Makna yang terkandung
adalah perbuatan yang
bermalas-malasan.
Konsep ’ jamuan’
dipetakan sebagai kata
kerja yang merupakan
kategori kehidupan
(living).
Kata ’ punya jamuan’
merupakan metafora
nominatif objektif.
Makna yang terkandung
Data: B4, P9, G12
Adapun orang tua yang hemat Syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru Dengan syaitan jadi berseteru
Struktur Jenis Makna
Konsep ’membuat’
dipetakan sebagai kata kerja
yang merupakan kategori
kehidupan (living).
Kata ’ membuat sahabat’
merupakan metafora
predikatif.
Makna yang
terkandung adalah
menggambarkan
perbuatan syaitan
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (being).
Kata-kata ’kuat berguru’
merupakan metafora
nominatif objektif.
Makna yang
terkandung adalah
giat dalam menuntut
ilmu.
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (being).
’ Dengan syaitan jadi
berseteru’ merupakan
metafora kalimatif
Makna yang
terkandung adalah
pertengkaran yang tak
nyata
Data: B1, P10, G12
Dengan bapa jangan derhaka Supaya Allah tidak murka
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
ben-’Dengan bapa jangan
derhaka’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang
terkandung adalah
tuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (being).
Data: B2, P10, G12
Dengan ibu hendaklah hormat Supaya badan dapat selamat
Struktur Jenis Makna
Konsep ’dapat selamat’
dipetakan sebagai
kegiatan yang merupakan
kategori kehidupan
(living).
Kata-kata ’dapat selamat’
merupakan metafora
nominatif objektif.
”supaya badan...” Dapat
selamat adalah kata yang
maknanya adalah badan
yang selalu sehat.
Data: B3, P10, G12
Dengan anak janganlah lalai Supaya boleh naik di tengah balai
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (being).
’Supaya boleh naik di
tengah balai’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang
terkandung adalah
seorang anak yang
kelak menjadi
Data: B4, P10, G12
Dengan kawan hendak adil Supaya tangannya jadi kapil
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan
Kategori Keadaan (being).
’Supaya tangannya jadi
kapil’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang
terkandung adalah
seorang yang
disegani.
Data: B2, P11, G12
Hendaklah jadi kepala Buang perangi yang cela
Struktur Jenis Makna
Konsep ’kepala’ dipetakan
sebagai benda yang
merupakan kategori
Manusia (human).
’Hendaklah jadi
kepala’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah harus bisa
mengambil kesempatan.
Konsep ’perangai’
dipetakan sebagai kata sifat
yang merupakan kategori
Manusia (human).
’Buang perangi’
merupakan metafora
nominatif subjektif.
Makna yang terkandung
adalah meninggalkan
sifat yang jelek.
Data: B3, P11, G12
Hendaklah memegang amanat Buanglah khianat
Struktur Jenis Makna
dipetakan sebagai kata
benda sehingga dapat
’dipegang’ yang
merupakan kategori
Kehidupan (living).
merupakan metafora
predikatif.
adalah menepati janji.
Konsep ’buang khianat’
merupakan kategori
Objek
’Buang khianat’
merupakan metafora
kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah meninggalkan
sifat pembohong.
Data: B5, P11, G12
Hendak dimalui Jangan memalui
Struktur Jenis Makna
Konsep ’hendak dimalui’
merupakan kategori
Objek.
Kata ’Hendak dimalui’
merupakan metafora
kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah perbuatan
memalukan.
Data: B6, P11, G12
Hendak murahkan
Struktur Jenis Makna
Konsep ’hendak dimalui’
merupakan kategori
Objek.
Kata ’Hendak murahkan’
merupakan metafora
kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah menganggap
semua pekerjaan itu
Data: B1, P12, G12
Raja mufakat dengan menteri Seperti kebun berpagar duri
Struktur Jenis Makna
Konsep ’kebun’
dipetakan sebagai flora
yang merupakan kategori
Kehidupan (living).
’Seperti kebun berpagar
duri’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah memiliki aturan
dalam menjalankan
kehidupan.
Data: B2, P12, G12
Betul hati kepada raja Tanda jadi sebarang kerja
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ’betul
hati’ tidak dapat
dicermati oleh indra
manusia seperti apa
bentuknya yang
merupakan Kategori
Keadaan (Being).
Kata ’Betul hati’
merupakan metafora
nominatif subjektif.
Makna yang terkandung
Data: B4, P12, G12
Kasihkan orang yang berilmu Tanpa rahmat atas dirimu
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora tidak
dapat dicermati oleh
indra manusia seperti apa
bentuknya yang
merupakan Kategori
Keadaan (Being).
’Kasihkan orang yang
berilmu’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah memberi
kepercayaan kepada
orang yang pandai.
Data: B5, P12, G12
Hormat akan orang yang pandai Tanda mengenal kasa dan cindai
Struktur Jenis Makna
Konsep ’kasa dan cindai’
dipetakan sebagai benda
sehingga dapat dikenal
yang merupan kategori
Kehidupan (living).
Kata ’mengenal’
merupakan metafora
predikatif.
Makna yang terkandung
adalah memahami rasa
Data: B7, P12, G12
Akhirat itu terlalu nyata Kepada hati yang tidak buta
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ’hati’ tidak
dapat dicermati oleh indra
manusia seperti apa bentuknya
yang merupakan Kategori
Keadaan (Being).
’Kepada hati yang tidak
buta’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang
terkandung adalah
bisa melihat jelas.
Berdasarkan contoh di atas struktur, jenis, dan makna metafora Melayu