• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Kemiringan Pisau pada Alat Pencacah Sampah Organik Rumah Tangga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Kemiringan Pisau pada Alat Pencacah Sampah Organik Rumah Tangga"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KEMIRINGAN PISAU PADA ALAT PENCACAH

SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA

SKRIPSI

Oleh:

DOLOK MOZES CHRIST PARULIAN PANGGABEAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UJI KEMIRINGAN PISAU PADA ALAT PENCACAH

SAMPAH ORGANIK

SKRIPSI

Oleh:

DOLOK MOZES CHRIST PARULIAN PANGGABEAN 04030837/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

(Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si) (Taufik Rizaldi, STP, MP)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

DOLOK MOZES CHRIST PARULIAN PANGGABEAN: Uji Kemiringan Pisau pada Alat Pencacah Sampah Organik Rumah Tangga, dibimbing oleh Saipul Bahri Daulay dan Taufik Rizaldi.

Diperkirakan setiap orang menghasilkan sampah organik sekitar setengah kilogram per hari. Sebelum menimbulkan masalah, sebaiknya sampah organik tersebut diolah menjadi produk yang lebih bermanfaat seperti kompos. Sampah organik yang akan diolah menjadi kompos perlu dicacah terlebih dahulu dengan alat pencacah untuk mempercepat pembusukan.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemiringan pisau alat pencacah sampah organik rumah tangga terhadap kualitas cacahan yang dihasilkan dengan menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial dengan parameter : kapasitas efektif alat, sampah yang tertinggal, dan sampah yang tidak tercacah sempurna, dilakukan dari bulan April-Oktober 2009 di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan kemiringan pisau memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kapasitas alat dan sampah yang tidak tercacah sempurna, sedangkan pada sampah yang tertinggal memberikan pengaruh berbeda sangat nyata. Diperoleh kesimpulan bahwa kemiringan 100 adalah kemiringan pisau yang paling optimal.

Kata Kunci : Sampah organik, kemiringan pisau, kapasitas alat, sampah yang tertinggal, sampah yang tidak tercacah sempurna.

ABSTRACT

DOLOK MOZES CHRIST PARULIAN PANGGABEAN: The Blade Equipment

Incline Test of the Organic Waste of Household”,supervised by Saipul Bahri Daulay and Taufik Rizaldi.

Everyone is regarded producing organic waste about half kilogram a day. Before it causes problem, it is that better the organic waste is manufactured into more beneficial product such compost. The organic waste which will be manufactured into compost should be chopped by chopping equipment to speed up the rottenprocess

This research was aim at testing the inclination of chopping blade of household organic waste on the quality of chip produced using fully randomized non factorial design with parameter : effective equipment capacity, unprocessing waste, and unperfectly chopping waste. The experiment was conducted from April to October 2009 at the Laboratory of Agricultural Engineering, the University of North Sumatera. The results indicated that different the inclination of blade gave significant different effect on the equipment capacity and unperfectly chopping waste, and highly significantly affected the unprocessing waste. The inclination of 100 was the most optimum of equipment blade inclination.

Keyword : Organic waste, blade inclination, equipment capacity,

(4)

RIWAYAT

HIDUP

Penulis dilahirkan di Sibuluan I pada tanggal 11 Desember 1985, dari ayah B. Panggabean dan ibu D. br Napitupulu. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Sibolga dan pada tahun 2004 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan penulis mengikuti kegiatan organisasi IMATETA (Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian) dan Paduan Suara Transeamus, FP USU. Penulis juga pernah menjabat sebagai Asisten Praktikum Mata Kuliah Perbengkelan.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun penelitian ini berjudul “Uji Kemiringan Pisau Pada Alat Pencacah Sampah Organik Rumah Tangga” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada ayahanda dan ibunda yang telah melahirkan dan membesarkan penulis. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Taufik Rizaldi, STP.,M.P. selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini . Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sehingga menjadi lebih baik.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2009

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Batasan Masalah ... 3

Kegunaan Penelitian ………. 3

TINJAUAN PUSTAKA

Kemiringan Pisau ... 13

V-belt ... 14

Pulley ... 16

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

Bahan dan Alat Penelitian ... 17

Metode Penelitian ... 18

Pelaksanaan Penelitian ... 18

Komponen Alat... 18

Prosedur Penelitian ... 20

Parameter yang diamati ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Kapasitas Kerja Alat ... 24

Sampah yang Tertinggal di Dalam Alat ... 25

Sampah Yang Tidak Tercacah Sempurna ... 27

(7)

KESIMPULAN DAN SARAN

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Data Pengamatan Hasil Penelitian ... 23

2. Uji LSR Pengujian Kemiringan Terhadap Kapasitas Alat ... 24

3. Uji LSR Pengujian Kemiringan Terhadap Sampah yang Tertinggal... 26

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Data Pengamatan Kapasitas Alat ... 34

2. Data Pengamatan Persentase Sampah yang Tertinggal ... 34

3. Data Pengamatan Persentase Sampah yang Tidak Tercacah ... 34

4. Gambar Flowchart Bagan Alir Penelitian ... 35

5.Gambar Teknik Alat Pencacah Sampah Organik ... 36

6. Gambar Hasil Penelitian ... 38

(11)

ABSTRAK

DOLOK MOZES CHRIST PARULIAN PANGGABEAN: Uji Kemiringan Pisau pada Alat Pencacah Sampah Organik Rumah Tangga, dibimbing oleh Saipul Bahri Daulay dan Taufik Rizaldi.

Diperkirakan setiap orang menghasilkan sampah organik sekitar setengah kilogram per hari. Sebelum menimbulkan masalah, sebaiknya sampah organik tersebut diolah menjadi produk yang lebih bermanfaat seperti kompos. Sampah organik yang akan diolah menjadi kompos perlu dicacah terlebih dahulu dengan alat pencacah untuk mempercepat pembusukan.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemiringan pisau alat pencacah sampah organik rumah tangga terhadap kualitas cacahan yang dihasilkan dengan menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial dengan parameter : kapasitas efektif alat, sampah yang tertinggal, dan sampah yang tidak tercacah sempurna, dilakukan dari bulan April-Oktober 2009 di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan kemiringan pisau memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kapasitas alat dan sampah yang tidak tercacah sempurna, sedangkan pada sampah yang tertinggal memberikan pengaruh berbeda sangat nyata. Diperoleh kesimpulan bahwa kemiringan 100 adalah kemiringan pisau yang paling optimal.

Kata Kunci : Sampah organik, kemiringan pisau, kapasitas alat, sampah yang tertinggal, sampah yang tidak tercacah sempurna.

ABSTRACT

DOLOK MOZES CHRIST PARULIAN PANGGABEAN: The Blade Equipment

Incline Test of the Organic Waste of Household”,supervised by Saipul Bahri Daulay and Taufik Rizaldi.

Everyone is regarded producing organic waste about half kilogram a day. Before it causes problem, it is that better the organic waste is manufactured into more beneficial product such compost. The organic waste which will be manufactured into compost should be chopped by chopping equipment to speed up the rottenprocess

This research was aim at testing the inclination of chopping blade of household organic waste on the quality of chip produced using fully randomized non factorial design with parameter : effective equipment capacity, unprocessing waste, and unperfectly chopping waste. The experiment was conducted from April to October 2009 at the Laboratory of Agricultural Engineering, the University of North Sumatera. The results indicated that different the inclination of blade gave significant different effect on the equipment capacity and unperfectly chopping waste, and highly significantly affected the unprocessing waste. The inclination of 100 was the most optimum of equipment blade inclination.

Keyword : Organic waste, blade inclination, equipment capacity,

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sampah siapapun pasti mengetahuinya. Sampah akan terus diproduksi dan tidak pernah berhenti selama manusia tetap ada. Sampah merupakan salah satu bentuk konsekuensi dari adanya aktivitas manusia dan volumenya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk. Apabila tidak ditangani secara efektif dan efisien, eksistensi sampah di alam tentu akan berbalik menghancurkan kehidupan di sekitarnya (Tim Penulis, 2008).

Sampah yang dihasilkan berdasarkan sumbernya dapat digolongkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang mudah mengalami pembusukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bagian yang lebih kecil dan tidak berbau. Sampah organik yang termasuk diantaranya yaitu sisa sayuran dari rumah tangga dan pasar, daun-daun, sisa tanaman yang sudah dipanen. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang sulit didegradasi oleh mikro organisme. Misalnya semua jenis logam (besi, alluminium, seng, tembaga dll), gelas dan plastik.

(13)

Diperkirakan setiap orang menghasilkan sampah organik sekitar setengah kilogram per orang per hari. Jika jumlah penduduk Indonesia sekitar 220 juta, maka produk sampah organik setiap harinya sebanyak 110.000 ton per hari. Tentu hal ini akan menimbulkan masalah, terutama pencemaran lingkungan (Sofian, 2006).

Saat ini proses daur ulang sampah organik masih menggunakan proses pengomposan yang tradisional dimana sampah organik langsung ditimbun atau dicacah dengan golok terlebih dahulu untuk memperkecil ukuran sampah, sehingga sampah yang dapat dikomposkan juga sangat terbatas. Disisi lain juga membutuhkan waktu yang cukup lama.

Untuk melakukan pencacahan sampah organik dalam jumlah yang besar, dan sesuai dengan yang diinginkan maka perlu dirancang alat pencacah sampah organik dalam proses pengomposan. Alat pencacah inilah yang diharapkan dapat memberikan solusi permasalahan yang ada.

Pencacahan bahan organik dimaksudkan untuk memperkecil ukuran bahan sampai 0 - 5 cm sehingga memperluas penampang sentuh sampah organik dengan mikroba pembusuk sehingga mempercepat pembusukan. Pencacahan juga menghasilkan ukuran partikel yang lebih seragam.

(14)

sampah yang tertinggal masih cukup signifikan sehingga dirasa perlu dilakukan modifikasi pada bagian mata pisau (dimiringkan ) agar jumlah sampah yang tertinggal dapat diminimalisir dan proses pengeluaran sampah yang sudah tercacah diharapkan dapat lebih lancar.

Ibarat manusia yang perlu makan agar dapat berkembang, maka tanaman juga demikian. Makanan yang dibutuhkan tanaman berupa zat-zat hara dalam tanah. Keberadaan unsur hara dalam tanah sangat terbatas, apalagi setiap hari diisap oleh tanaman di atasnya. Untuk menjaga ketersediaan unsur hara dalam tanah, maka dilakukan pemupukan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemiringan pisau pencacah pada alat pencacah sampah organik rumah tangga.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan bagi penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Batasan Masalah

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Proses hidup dan kegiatan kehidupan selalu menghasilkan limbah dan sampah serta meninggalkan sisa yang dibuang ke lingkungan. Limbah, sampah dan sisa harus disingkirkan dari lingkungan agar tidak mengganggu atau membahayakan proses hidup dan kegiatan kehidupan (Tejoyuwono, 1998).

Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di dalam proses-proses alam, tidak dikenal adanya sampah, yang ada hanyalah produk-produk tidak bergerak. Pada prinsipnya sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis (Tim Penulis,2008).

(16)

Sampah Organik

Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai mejadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Bahan yang termasuk sampah organik diantaranya sisa sayuran dari dapur atau pasar, sisa tanaman yang dipanen dan dedaunan yang berguguran (Sofian, 2006).

Kategori sampah organik (food waste) atau yang bisa diurai (terdegradasi) meliputi antara lain : sisa makanan, kertas, sisa ikan dan duri ikan,

kulit buah-buahan, potongan sayuran, kain bahan katun, dll. Jadi bahan organik dapat juga diartikan semua material yang berasal dari makhluk hidup meliputi hewan, manusia dan tumbuhan. Merubah sampah organik menjadi sesuatu produk baru dan bermanfaat seperti kompos, akan berguna dalam memelihara kesuburan tanah, menambah lapisan humus tanah, mengikat tanah berderai dan sebagai pasokan hara atau nutrisi bagi tanaman. Kompos akan berguna bagi semua tanaman di sekitar lingkungan sendiri seperti taman di perumahan, taman lingkungan hotel, restoran, dan lingkungan RW. Kompos dapat juga dijual ke petani, atau konsinyasi ke pedagang tanaman hias sepanjang jalan di perkotaan, dijual ke pemilik taman, kepada kalangan hobies tanaman dan bunga serta kepada para pengusaha perkebunan (Ginting, 2004).

Jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi kompos itu adalah : a. Sampah sayur baru

b. Sisa sayur basi, tapi ini harus dicuci dulu, peras, lalu buang airnya c. Sisa nasi

(17)

e. Sampah buah (anggur, kulit jeruk, apel dll). Tapi tidak termasuk kulit buah yang keras seperti kulit salak.

Sampah organik yang tidak bisa diolah :

a. Protein seperti daging, ikan, udang, juga lemak, santan, susu karena mengundang lalat sehingga tumbuh belatung.

b. Biji-bijian yang utuh atau keras seperti biji salak, asam, lengkeng, alpukat dan sejenisnya. Buah utuh yang tidak dimakan karena busuk dan berair seperti pepaya, melon, jeruk, anggur.

c. Sisa sayur yang berkuah harus dibuang airnya, kalau bersantan harus dibilas air dan ditiriskan.

(Lintauditomo,2007).

Hasil sampah organik ini akan dapat dibuat menjadi kompos, bio gas dan juga menyuburkan kolam ikan, hal ini karena sampah mengandung nutrisi untuk plaknton dan plankton ini kemudian menjadi makanan ikan hal ini terbukti di Bandung, India, Pakistan (Sastrawijaya, 1991).

Kompos

Pupuk yang diberikan untuk menambah unsur hara pada tanaman apabila ditinjau dari bahan bakunya ada dua macam, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik atau disebut pula kompos adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik seperti daun-daun, batang, ranting yang melapuk, atau kotoran ternak. Adapun pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan kimia, seperti urea, ZA, TSP, SP-36, maupun KCl.

(18)

digunakan seperti jerami sekam, rumput-rumputan, sampah kota dan limbah pabrik. Menumpuknya limbah organik membutuhkan penanganan agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan seperti bau tak sedap atau menjadi sarang lalat. Jalan pintas yang sering dijumpai adalah dengan membakar. Pembakaran limbah organik tersebut selain tidak memberi manfaat juga menimbulkan polusi udara. Pembuatan kompos akan terasa manfaatnya untuk daerah pertanian yang jauh dari peternakan, karena selain bermanfaat juga mempunyai nilai ekonomi (Sutejo, 2002).

Kompos mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan, antara lain : 1. memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan 2. memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak

berderai

3. menambah daya ikat air pada tanah

4. memperbaiki drainase dan dan tata udara dalam tanah 5. mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara

6. mengandung hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit 7. membantu proses pelapukan bahan mineral

8. memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia 9. menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan (Indriani, 2001).

(19)

dengan temperatur kurang dari 600C. Proses pengeringan ini bertujuan untuk mempermudah proses penggilingan (Sofian, 2006).

Jenis kompos yang akan diproduksi sebaiknya dibuat berdasarkan klasifikasi harga, mulai yang paling murah sampai harga yang paling mahal. Tujuannya agar setiap kebutuhan segmen pasar bisa dipenuhi. Contoh variasi jenis kompos tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kompos tanpa tambahan hara pupuk lainnya.

b. Kompos dengan tambahan hara dari pupuk kimia seperti NPK.

c. Kompos dengan tambahan mikro organisme dari pupuk biologi, seperti

rizobium (biofertilizer).

d. Kompos dengan tambahan arang atau soil conditioner lain.

e. Kompos yang diberi tambahan hara dengan kombinasi yang lengkap atau tidak lengkap.

f. Kompos granular. (Sudradjat, 2006).

Ukuran Bahan

(20)

Semakin kecil ukuran bahan, proses pengomposan akan lebih cepat dan lebih baik karena mikro organisme lebih mudah beraktivitas pada bahan yang lembut dari pada bahan dengan ukuran yang lebih besar. Ukuran bahan yang dianjurkan pada pengomposan aerob antara 1-7,5 cm. Sedangkan pada pengomposan anaerobik, sangat dianjurkan untuk menghancurkan bahan selumat-lumatnya sehingga menyerupai bubur atau lumpur. Hal ini untuk mempercepat proses penguraian oleh bakteri dan mempermudah pencampuran bahan dalam proses pengomposan (Yuwono, 2006).

Penguraian akan semakin cepat dan hasilnya lebih banyak apabila ukuran bahan semakin kecil. Bidang permukaan bahan yang terkena bakteri pengurai akan semakin luas sehingga proses pengomposan dapat lebih cepat. Sebaliknya apabila bahan baku berukuran besar, permukaan yang terkena bakteri lebih sempit sehingga proses pengomposan lebih lama. Itulah sebabnya harus dilakukan pencacahan bahan baku yang digunakan (Murbandono, 2000).

Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya karena semakin luas bidang yang tersentuh dengan bakteri, untuk itu bahan organik perlu dicacah hingga berukuran kecil. Bahan yang keras sebaiknya dicacah hingga berukuran 0,5-1 cm sedangkan bahan yang tidak keras dicacah dengan ukuran yang agak besar, sekitar 5 cm. Pencacahan bahan yang tidak keras sebaiknya tidak terlalu kecil karena bahan yang terlalu hancur (banyak air) kurang baik (kelembapannya menjadi tinggi) (Indriani, 2001).

Mesin Pencacah Kasar

(21)

dimasukkan, beberapa mata pisau di dalam mesin langsung bekerja menghancurkan. Sehingga, saat keluar dari mesin, sampah itu sudah menjadi serpihan halus. Semua jenis sampah organik, baik basah maupun kering, bisa dihaluskan menggunakan alat tersebut. Sampah kering umumnya berupa daun berguguran di sekitar kampung. Sementara sampah basah, wujudnya bisa berupa sampah sayuran hingga sisa nasi (Astuti, 2008).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa jerami padi yang akan

diolah harus dicacah sepanjang 2-5 cm agar pengaruh mikroorganinsme dapat

lebih cepat dan merata. Struktur batang jerami yang berserat terutama jerami

kering menyebabkan proses pencacahannya agak susah dilakukan dengan sistem

pemotongan pisau gunting. Rancang bangun alat mesin pencacah jerami yang

dikembangkan adalah sistem pemotongan pisau vertikal dengan arah gerak batang

jerami. Hasil rancang bangun alat-mesin pencacah jerami terdiri dari 5 komponen

utama yaitu rangka utama, unit pengumpan, unit pencacah, unit penyaluran hasil

dan sistem penerusan daya. Alat-mesin pencacah jerami ini digerakkan oleh motor

diesel dengan panjang hasil cacahan 2 – 5 mm (Republika, 2008).

Mesin pencacah bahan baku dalam pembuatan kompos ada beberapa model yakni:

1. Model MPO-100 dilengkapi dengan penggerak (electic motor/listrik 2-3 kw atau atau mesin tempel 5-7 Hp) yang berkapasitas produksi sekitar 1 ton/hari.

(22)

3. Model MPO-1000 dilengkapi dengan penggerak (electric motor/listrik 15 kw atau mesin tempel 20-22 Hp) yang berkapasitas produksi 7-10 ton/hari. (Sofian,2006).

Elemen Mesin

Motor Listrik

Mesin-mesin yang dinamakan motor listrik dirancang untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanis, untuk menggerakkan berbagai peralatan, mesin-mesin dalam industri, pengangkutan dan lain-lain. Setiap mesin sesudah dirakit, porosnya menonjol melalui ujung penutup (lubang pelindung) pada sekurang-kurangnya satu sisi supaya dapat dilengkapi dengan sebuah pulley atau sebuah generator ke suatu mesin yang akan digerakkan (Daryanto, 2002).

Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

Poros dapat dibedakan kepada 2 macam, yaitu :

1. Poros dukung; poros yang khusus diperuntukkan mendukung elemen mesin yang berputar.

2. Poros transmisi / poros perpindahan; poros yang terutama dipergunakan untuk memindahkan momen puntir.

(23)

ujungnya ditimpa atau sering ditahan terhadap putaran. Poros dukung pada umumnya dibuat dari baja bukan paduan (Stolk and Kros, 1981).

Untuk merencanakan sebuah poros, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan,misalnya kekuatan poros. Suat poros dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin,dll. Kelelahan, tumbukan, atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil atau bila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus cukup kuat untuk menahan beban-beban diatas (Sularso dan Suga, 1991).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suastawa,dkk,(2003), bahwa kecepatan putaran poros akan berpengaruh terhadap hasil. Semakin cepat atau tinggi putaran poros, maka presentase bahan yang akan terpotong juga akan semakin besar. Hal ini telah diujicobakan pada alat pemotong rumput (Suastawa,dkk,2003).

Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai penumpu poros yang berbeban dan berputar. Dengan adanya bantalan, maka putaran dan gerakan bolak-balik suatu poros berlangsung secara halus, aman dan tahan lama.

Bantalan harus mempunyai ketahanan terhadap getaran maupun hentakan. Jika suatu sistem menggunakan konstruksi bantalan, sedangkan bantalannya tidak berfungsi dengan baik maka seluruh sistem akan menurun prestasinya dan tidak dapat bekerja secara semestinya (Pardjono dan Hantoro, 1991).

(24)

ditentukan oleh besarnya keausan, kecepatan putar poros, beban yang harus didukung, dan besarnya daya dorong akhir (Smith and Wilkes, 1990).

Bantalan berguna untuk menumpu poros dan memberi kemungkinan poros

dapat berputar dengan leluasa (dengan gesekan yang sekecil mungkin) (Daryanto, 1993).

Mata Pisau

Mata pisau berfungsi untuk mencacah bahan organik menjadi potongan-potongan kecil. Pencacahan yang baik harus menggunakan mata pisau yang tajam. Hal ini dapat mempercepat pemotongan bahan dan membutuhkan tenaga yang lebih kecil.

Disain rangkaian pisau yang spiral memungkinkan mesin pencacah sampah organik mampu mengolah jenis limbah basah dan kering sekaligus. Pada mesin konvensional, yang memiliki rangkaian pararel, biasanya kerap macet jika disodori limbah basah. Rangkaian batang pembabat itu (pisau) terbuat dari baja tahan aus yang kokoh. Disain rangkaian pisau sengaja dibuat berjejer secara spiral, tidak pararel, agar cakupan gerakannya lebih luas dan daya babatnya lebih kuat (Republika, 2008).

Kemiringan Pisau

(25)

V-belt

Sabuk/belt berfungsi untuk memindahkan putaran dari poros satu lainnya, baik putaran tersebut pada kecepatan putar yang sama maupun putarannya dinaikkan maupun diperlambat, searah dan kebalikannya.

Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk V dibelitkan di sekeliling alur pulley yang berbentuk V pula. Transmisi sabuk yang bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diinginkan. Transmisi tersebut telah digunakan dalam semua bidang industri, misalnya mesin-mesin pabrik, otomobil, mesin pertanian alat kedokteran, mesin kantor dan alat-alat listrik. Kekurangan yang ada pada sabuk ini adalah terjadinya slip antara sabuk dan pulley sehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap

(Daryanto, 1993).

Sabuk bentuk trapesium atau bentuk V dinamakan demikian karena sisi sabuk dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk V. kontak gesekan yang terjadi antara sisi sabuk V dengan dinding alur menyebabkan berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang lebih kecil dari pada sabuk yang pipih. Dalam kerjanya, sabuk V mengalami pembengkokan ketika melingkar melalui roda transmisi. Bagian sebelah luar akan mengalami tegangan, sedangkan bagian dalam akan mengalami tekanan.

Susunan khas sabuk V terdiri atas:

(26)

2. Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut.

(Smith and Wilkes, 1990).

Pada perpindahan sabuk, gerak putarnya dipindahkan dari pulley sabuk yang satu ke pulley sabuk yang lain. Supaya terdapat suatu gesekan yang cukup kuat antara sabuk dan pulleynya, sabuk dipasang sekencang-kencangnya pada

pulley-pulleynya, atau diberi pulley pengencang, tetapi pada sabuk bentuk V tidak

perlu dipasang sekencang sabuk rata.

Sabuk V dibelitkan disekeliling alur pulley yang berbentuk V. Bagian sabuk yang sedang membelit pada pulley ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan sabuk V dibandingkan dengan sabuk rata (Sularso dan Suga, 1997).

Syarat yang harus dipenuhi untuk bahan sabuk adalah kekuatan dan kelembutan, yang berguna untuk bertahan terhadap kelengkungan yang berulang kali disekeliling pulley. Selanjutnya yang penting ialah koefisien gesek antara sabuk dan pulley, massa setiap satuan panjang dan ketahanan terhadap pengaruh luar seperti uap lembab, kalor, debu, dan sebagainya (Stolk and Kros, 1981).

Adapun faktor yang menentukan kemampuan sabuk untuk menyalurkan tenaga tergantung dari :

1. Regangan sabuk pada pulley. 2. Gesekan antara sabuk dan pulley.

(27)

4. Kecepatan sabuk (makin cepat sabuk berputar makin kurang terjadi regangan dan singgungan).

(Pratomo dan Irwanto, 1983).

Pulley

Pulley sabuk dibuat dari besi-cor atau dari baja. Pulley kayu tidak banyak

lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan pulley dari paduan aluminium.

Pulley sabuk baja terutama cocok untuk kecepatan sabuk yang tinggi (diatas 35

m/det) (Stolk and Kros, 1981).

Untuk menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran transmisi penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda transmisi yang digerakkan dikalikan dengan diameternya.

SD (penggerak) = SD (yang digerakkan)

(28)

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Oktober 2009

di Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah : 1. Sampah Organik Rumah Tangga 2. Mata Pisau

3. Pulley

4. V-belt 5. Bantalan 6. Pipa

7. Baut dan Mur 8. Plat Seng 9. Besi plat

Adapun alat-alat yang digunakan : 1. Motor Listrik

2. Mesin Las 3. Gergaji Besi 4. Mesin Bor 5. Martil

(29)

8. Mistar / Busur Derajat 9. Pulpen/Pensil

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan tentang alat pencacah sampah organik rumah tangga yang telah dirancang sebelumnya,lalu studi literatur (kepustakaan). Kemudian dilakukan perancangan bentuk pisau dan pembuatan/perangkaian komponen-komponen alat pencacah sampah organik rumah tangga. Setelah itu, dilakukan pengujian alat, dan pengamatan parameter.

Penelitian ini menggunakan metode perancangan percobaan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial, dengan tiga perlakuan sebagai berikut :

A = θ1 = 00

B = θ2 = 50

C = θ3 = 100

Dengan (θ) adalah besar sudut kemiringan. Pelaksanaan Penelitian

Komponen Alat

Alat pencacah sampah organik rumah tangga ini mempunyai beberapa bagian penting, yaitu :

1. Kerangka Alat

(30)

2. Motor Listrik

Motor listrik adalah sumber penggerak untuk menggerakkan setiap komponen alat pencacah sampah organik . Pada alat ini digunakan motor listrik jenis AC satu fasa dengan spesifikasi 1 HP dan kecepatan putaran sebesar 1430 rpm.

3. Poros

Poros yang digunakan adalah poros transmisi,dimana daya biasanya ditransmisikan melalui kopling, puli sabuk, roda gigi,dll.

Terletak ditengah yang terbuat dari besi As padat dengan diameter 1”. 4. Mata Pisau

Mata pisau terletak di tengah poros, sebanyak 12 mata pisau, dengan ukuran panjang sekitar 10 cm, lebar 2,5cm, dan tebal 0,5 mm.

5. Bearing / bantalan

Berfungsi sebagai penumpu poros terletak di kerangka alat, dengan tipe bantalan luncur, karena akan terjadi gesekan antara poros dan bantalan, karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas, berbentuk silinder.

6. Pulley

Pulley pada alat ini berfungsi sebagai pereduksi putaran yang dikehendaki.

Pulley yang digunakan pada alat ini adalah pulley jenis alur V (V-belt),

pulley berdiameter 3”terdapat pada motor listrik dan pulley berdiameter 4”

(31)

Sabuk merupakan alat transmisi pemindah daya/putaran dengan Tipe A berbentuk trapesium dengan panjang sisi terpanjang 12,5 mm dan tinggi 9 mm yang ditempatkan pada pulley.

8. Saluran Pemasukan Sampah Utuh ( Hopper )

Berfungsi sebagai tempat masuknya sampah organik yang akan dicacah. 9. Saluran Pengeluaran Sampah Yang Sudah Tercacah

Berfungsi sebagai saluran pengeluaran sampah yang sudah tercacah.

Prosedur Penelitian

1. Persiapan Penelitian a. Persiapan Bahan

Bahan yang akan dicacah merupakan sampah organik rumah tangga, berupa sisa sayuran,buah,dan lain-lain yang direncanakan akan diperoleh dari pasar, rumah makan serta tempat lain yang menyediakannya.

b. Persiapan Alat

Sebelum dilaksanakan pengujian alat, pisau terlebih dahulu akan didesain dengan kemiringan tertentu. Kemudian dilakukan persiapan peralatan dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan alat. Setelah itu dilaksanakan pembuatan mata pisau, dilanjutkan dengan perakitan alat.

2. Pembuatan Alat

Adapun langkah-langkah pembuatan alat pencacah sampah organik rumah tangga adalah :

1. Perancangan gambar alat dan mata pisau.

(32)

3. Pemotongan bahan sesuai dengan gambar rancangan.

4. Pemotongan plat untuk mata pisau dan penajaman mata pisau. 5. Pengelasan bahan sesuai dengan gambar rancangan alat. 6. Perakitan bahan sesuai dengan gambar rancangan alat.

7.Pemasangan elektromotor, pemasangan bearing, pemasangan pulley, pemasangan poros.

3. Pengujian Alat

Adapun langkah proses pengujian alat pencacah sampah organik rumah tangga adalah :

1. Sampah organik ditimbang sebanyak 10 Kg. 2. Alat pencacah sampah organik dihidupkan

3. Sampah organik yang akan dicacah dimasukkan ke dalam saluran pemasukan.

4. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk mencacah sampah organik.

5. Dihitung kapasitas alat perjam, bahan yang tertinggal di dalam alat,serta dilihat keseragaman cacahan.

6. Perlakuan tersebut diulangi sebanyak 3 kali ulangan pada tiap kemiringan pisau yang diuji.

Parameter yang diamati

1. Kapasitas alat (Kg/jam)

(33)

) t = Waktu yang dibutuhkan dalam pencacahan ( jam ) 2. Persentase sampah yang tertinggal di dalam alat (%)

Persentase bahan yang tertinggal di dalam alat dihitung dengan membagikan berat bahan yang tertinggal di dalam alat terhadap total berat bahan yang dicacah.

Dengan : Pt = Persentase sampah yang tertinggal dalam alat (%) Wt = Berat sampah organik yang tertinggal ( Kg ) W = Berat total sampah organik yang dicacah ( Kg ). 3. Keseragaman cacahan

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemiringan pisau memberi pengaruh berbeda nyata maupun sangat nyata terhadap kapasitas alat, sampah yang tertinggal di dalam alat, dan sampah yang tidak tercacah sempurna. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Data pengamatan hasil penelitian

Sudut kemiringan

(θ) Kapasitas efektif alat (kg/jam)

Sampah yang

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa kapasitas kerja rata-rata alat tertinggi diperoleh pada C (100)dan terendah pada A (00). Persentase rata-rata sampah yang tertinggal di dalam alat tertinggi diperoleh pada A (00) dan terendah diperoleh pada C (100).

(35)

terdapat pada perlakuan C sebesar 31,77 kg/jam dan terendah terdapat pada perlakuan B sebesar 15,4 kg/jam. Persentase rata-rata sampah yang tertinggal di dalam alat dari penelitian sebelumnya diperoleh sebesar 8,76% mengalami penurunan baik pada perlakuan B, dan perlakuan C. Penurunan tertinggi terdapat pada perlakuan C sebesar 5,65% dan terendah terdapat pada perlakuan B sebesar 4,54%. Persentase rata-rata sampah yang tidak tercacah sempurna dari penelitian sebelumnya diperoleh sebesar 6,10% mengalami penurunan baik pada perlakuan B, dan perlakuan C. Penurunan tertinggi terdapat pada perlakuan C sebesar 5,28% dan terendah terdapat pada perlakuan B sebesar 4,27%.

Kapasitas Kerja Alat

Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa kemiringan pisau memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kapasitas kerja alat. Hasil pengujian least significant range (LSR) menunjukkan pengaruh kemiringan pisau terhadap kapasitas alat untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 2. Uji LSR pengujian kemiringan pisau terhadap kapasitas kerja alat

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

(36)

sedangkan kapasitas rata-rata terendah terdapat pada perlakuan A, yaitu sebesar 110,40 kg/jam.

Hubungan kemiringan pisau terhadap kapasitas kerja alat dapat dilihat pada Gambar 1 berikut

Gambar 1 . Hubungan kemiringan dengan kapasitas alat (kg)

Dari Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa semakin besar kemiringan pisau maka semakin besar pula kapasitas yang dihasilkan. Demikian juga sebaliknya semakin kecil kemiringan alat maka kapasitas kerja alat semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan kecepatan aliran sampah pada setiap tingkat kemiringan pisau.

Bila dibandingkan dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jhunedi Oppusunggu (2009), didapatkan penurunan kapasitas alat dari sebelumnya 155,07 kg/jam menjadi 141,77 kg/jam.

Sampah yang Tertinggal di Dalam Alat

(37)

tertinggal. Hasil pengujian least significant range (LSR) menunjukkan pengaruh kemiringan pisau terhadap sampah yang tertinggal untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 3. Uji LSR pengujian kemiringan terhadap sampah yang tertinggal

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- A 0,31 a A

2 0,1072 0,1623 B 0,42 b A 3 0,1109 0,1707 C 0,85 c B Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa pada taraf 5% setiap perlakuan memberikan pengaruh berbeda nyata antara satu dengan yang lainnya, sedangkan pada taraf 1% perlakuan A berbeda tidak nyata terhadap perlakuan B dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan C . Sampah yang tertinggal tertinggi terdapat pada perlakuan C sebesar 8,76 %, sedangkan sampah yang tertinggal yang paling rendah terdapat pada perlakuan C sebesar 3,11 %.

Hubungan kemiringan pisau dengan sampah yang tertinggal dapat dilihat dari Gambar 2 berikut ini.

(38)

Dari Gambar 2 di atas menunjukkan bahwa semakin besar kemiringan pisau maka semakin kecil persentase sampah yang tertinggal di dalam alat, demikian juga sebaliknya semakin kecil kemiringan pisau maka persentase sampah yang tertinggal semakin besar. Hal ini disebabkan oleh kemiringan dari pisau yang berfungsi seperti layaknya ulir sehingga mendorong sampah keluar.

Dari hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh saudara Jhunedi Oppusunggu (2009),dan parameter yang sama yaitu jumlah sampah yang tertinggal di dalam alat, dengan pengujian kemiringan alat, didapatkan bahwa jumlah sampah yang tertinggal pada penelitian ini menunjukkan hasil yang hampir sama dari penelitian sebelumnya. Dimana pada penelitian sebelumnya didapatkan jumlah sampah yang tertinggal paling sedikit adalah pada kemiringan alat 150 yaitu sebesar 3 %, sedangkan pada penelitian ini didapatkan sebesar 3,11 % pada kemiringan pisau 100.

Sampah yang Tidak Tercacah Sempurna

Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa kemiringan memberi pengaruh berbeda nyata terhadap sampah yang tidak tercacah. Hasil pengujian least

significant range (LSR) menunjukkan pengaruh kemiringan terhadap sampah

yang tidak tercacah untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5 ini. Tabel 4. Uji LSR pengujian kemiringan terhadap sampah yang tidak tercacah

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- A 0,08 a A

(39)

Tabel 4 di atas menunjukkan pada taraf 5% perlakuan A berbeda tidak nyata terhadap perlakuan B dan berbeda nyata terhadap perlakuan C. Pada taraf 1% setiap perlakuan berbeda tidak nyata satu sama lain. Sampah yang tidak tercacah sempurna terbesar terdapat pada perlakuan A sebesar 6,10 % sedangkan yang paling rendah terdapat pada perlakuan C sebesar 0,82 %.

Hubungan kemiringan pisau dengan sampah yang tidak tercacah dapat dilihat pada Gambar 3 berikut :

Gambar 3. Hubungan kemiringan terhadap sampah yang tidak tercacah (%)

Dari Gambar 3 di atas menunjukkan bahwa semakin besar kemiringan pisau maka semakin kecil persentase sampah yang tidak tercacah sempurna, demikian juga sebaliknya semakin kecil kemiringan pisau maka persentase sampah yang tidak tercacah sempurna semakin besar. Hal ini disebabkan karena semua sampah yang masuk kedalam alat merata terpotong pisau pencacah.

(40)

jumlah sampah yang tidak tercacah sempurna, dari sebelumnya 1,77 % menjadi 0,82 %.

Keseragaman Hasil Cacahan

Dari hasil penelitian diperoleh persentase sampah yang tidak tercacah sempurna relatif kecil, maka dapat disimpulkan bahwa hasil cacahan yang dihasilkan dari alat pencacah ini adalah seragam.

Dimensi dari alat ini adalah: 1. P x L x T (cm) = 90 x 50 x 110

(41)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kapasitas rata-rata kerja alat tertinggi terdapat pada sudut kemiringan C yaitu sebesar 141,77 kg/jam sedangkan kapasitas rata-rata kerja alat terendah terdapat pada sudut kemiringan A yaitu sebesar 125,81 kg/jam. 2. Persentase rata-rata sampah yang tertinggal di dalam alat tertinggi terdapat

pada sudut kemiringan A yaitu sebesar 8,76 % sedangkan yang terendah terdapat pada sudut kemiringan C sebesar 3,11 %.

3. Persentase rata-rata sampah yang tidak tercacah sempurna tertinggi terdapat pada sudut kemiringan A yaitu sebesar 6,10 % sedangkan terendah terdapat pada sudut kemiringan C sebesar 0,82 %.

4. Semakin besar kemiringan pisau maka kapasitas kerja alat semakin besar, persentase sampah tertinggal semakin kecil, persentase sampah tidak tercacah sempurna semakin kecil, demikian sebaliknya semakin kecil kemiringan alat maka kapasitas kerja alat semakin kecil, persentase sampah tertinggal semakin besar, persentase sampah yang tidak tercacah semakin besar.

5. Dari hasil penelitian didapatkan kemiringan pisau 10 0 adalah kemiringan pisau yang paling optimal karena kapasitas yang dihasilkan besar, sampah yang tertinggal lebih sedikit, dan sampah yang tidak tercacah sempurna juga lebih sedikit.

(42)

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menguji kemiringan pisau serta penambahan ulir agar hasil lebih maksimal lagi.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti,I. A., 2008. Mesin Pencacah Sampah. [ 20 Agustus 2008 ].

Daryanto, 1993. Dasar-Dasar Teknik Mesin. Rineka Cipta, Jakarta. Daryanto, 2002. Pengetahuan Listrik. Bumi Aksara, Jakarta.

Ginting, P., 2004. Mengelola Sampah, Mengelola Gaya Hidup.

Lintauditomo, 2007. Mengolah Sampah Rumah Tangga. http://www.walhi.or.id.

[28 Agustus 2008].

Indriani, Y. H., 2001. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Murbandono, L., 2000. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pratomo, M. dan K. Irwanto, 1983. Alat dan Mesin Pertanian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Republika, 2008. Si Penyulap Sampah Yang Ramah.http://www.Republika.com. [28 Januari 2008]

Sastrawijaya, A. T., 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta. Sastrawijaya, A. T., 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta.

Smith, H. P., and L.H. Wilkes, 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Terjemahan T. Purwadi. UGM Presss, Yogyakarta.

Sofian, 2006. Sukses Membuat Kompos Dari Sampah. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Stolk, J. and C. Kros, 1981. Elemen Mesin, Elemen Konstruksi Bangunan Mesin. Terjemahan H. Hendarsin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.

Sudradjat, H.R., 2006. Mengelola Sampah Kota: Solusi Mengatasi Masalah Sampah Kota dengan Manajemen Terpadu dan Mengelolanya Mejadi Energi Listrik dan Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.

(44)

Suastawa,I.N.,A. Setiawan, Prima. S.,2003. Torsi Pemotongan dan Efek

Hembusan dari Model Pisau Miring untuk Mesin Pemotong Rumput Tipe Rotari. Buletin Keteknikan Pertanian IPB, IPB Press, Bogor.

Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta. Sutejo, M.M., 2002. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta

Tejoyuwono, N., 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depaartemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Tim Penulis, 2008. Penanganan dan Pengolahan Sampah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Wardhana, W. A., 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Yogyakarta, Yogyakarta.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti,I. A., 2008. Mesin Pencacah Sampah. [ 20 Agustus 2008 ].

Daryanto, 1993. Dasar-Dasar Teknik Mesin. Rineka Cipta, Jakarta. Daryanto, 2002. Pengetahuan Listrik. Bumi Aksara, Jakarta.

Ginting, P., 2004. Mengelola Sampah, Mengelola Gaya Hidup.

Lintauditomo, 2007. Mengolah Sampah Rumah Tangga. http://www.walhi.or.id.

[28 Agustus 2008].

Indriani, Y. H., 2001. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Murbandono, L., 2000. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pratomo, M. dan K. Irwanto, 1983. Alat dan Mesin Pertanian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Republika, 2008. Si Penyulap Sampah Yang Ramah.http://www.Republika.com. [28 Januari 2008]

Sastrawijaya, A. T., 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta. Sastrawijaya, A. T., 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta.

Smith, H. P., and L.H. Wilkes, 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Terjemahan T. Purwadi. UGM Presss, Yogyakarta.

Sofian, 2006. Sukses Membuat Kompos Dari Sampah. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Stolk, J. and C. Kros, 1981. Elemen Mesin, Elemen Konstruksi Bangunan Mesin. Terjemahan H. Hendarsin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.

Sudradjat, H.R., 2006. Mengelola Sampah Kota: Solusi Mengatasi Masalah Sampah Kota dengan Manajemen Terpadu dan Mengelolanya Mejadi Energi Listrik dan Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.

(46)

Suastawa,I.N.,A. Setiawan, Prima. S.,2003. Torsi Pemotongan dan Efek

Hembusan dari Model Pisau Miring untuk Mesin Pemotong Rumput Tipe Rotari. Buletin Keteknikan Pertanian IPB, IPB Press, Bogor.

Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta. Sutejo, M.M., 2002. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta

Tejoyuwono, N., 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depaartemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Tim Penulis, 2008. Penanganan dan Pengolahan Sampah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Wardhana, W. A., 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Yogyakarta, Yogyakarta.

(47)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Pengamatan Kapasitas Alat ( Kg/jam )

Perlakuan Ulangan

Lampiran 2. Data Pengamatan Sampah yang Tertinggal ( Kg )

Perlakuan Ulangan

Lampiran 3. Data Pengamatan Sampah yang Tidak Tercacah Sempurna

Perlakuan Ulangan

Data pengamatan hasil penelitian sebelumnya. Sudut kemiringan

(θ) Kapasitas efektif alat (kg/jam)

Sampah yang

(48)

Flow Chart Pelaksanaan Penelitian

Perancangan Alat dan Mata Pisau Penyediaan Sampah

Perancangan Gambar Alat dan Mata Pisau Pemilahan Sampah Organik Rumah Tangga

Sampah Organik Keras:

ranting, kayu-kayu kecil Sampah Organik Lunak: sisa sayuran, buah, daun-daunan Pengukuran Bahan Sesuai

Gambar Rancangan

Pemotongan Bahan Sesuai Gambar Rancangan

Pembuatan Mata Pisau

- Pemotongan As untuk Poros

Pemotongan Plat untuk Mata Pisau dan Penajaman Mata Pisau

Pengelasan Bahan Sesuai dengan Gambar Rancangan Alat

(49)
(50)
(51)

Lampiran 7. Gambar Hasil Penelitian

Sample Bahan yang Akan Diuji

(52)

Sampah yang Tertinggal

(53)

Gambar kemiringan pisau alat. a. 10 derajat

(54)

Lampiran 8. Jenis Mesin Pencacah yang ada di pasaran 1. Mesin Pencacah Organik MPO 650 [ Chopper Machine]

Pencacah sampah meliputi satu unit pisau pemotong berputar dan satu saluran tuang untuk pemasukan sampah sebelum diproses.

Spesifikasi dan Dimensi: Kapasitas: 500 kg/jam

Total ukuran dari unit: Panjang x Lebar x Ketinggian( PxLxT. mm) = 1100x680x1350, Berat= 167.5 kg

Kunjungi Ukuran Sampah: mm 1100x400x1350( PxLxT) , 100 kg Pendahuluan ukuran motor: mm 780x480x690( PxLxT mm) , 67. 5 kg Pisau: 24 buah

Panjang drum: 420 mm

Drum diameter dengan satu pisau: 400 mm Lebar / Pisau Berat: 50 / 12 mm

Kotakkan masukan(hopper) = 200x120x200(mm) Motor:

(55)

2. Alat pencacah sampah rumah tangga bentuk manual

Gambar

Tabel 1. Data pengamatan hasil penelitian
Tabel 2. Uji LSR pengujian kemiringan pisau terhadap kapasitas kerja alat
Gambar 1 . Hubungan kemiringan dengan kapasitas alat (kg)
Gambar 2. Hubungan kemiringan terhadap sampah yang tertinggal (%)
+4

Referensi

Dokumen terkait

The rapid development of the Internet becomes the cheapest communication infrastructure and the level of acceptance of the Internet as extensive support

Miskonsepsi Tentang Kalor dan Suhu pada siswa kelas III. SMP Kristen Satya

KESATU : Membentuk Tim Penyusun Rekapitulasi Data Monografi Kota Ibukota Kabupaten dan ibukota Kecamatan se Kabupaten Bantul Tahun Anggaran 2009 dengan susunan

These efforts were among others: (l) to grow an awareness to all components who get involved ill bodr directly or indirectly in performance sport guidance on their importance

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Keputusan bupati Bantul tentang Pemberian Penghargaan Kesetiaan Kepada Purna Tugas Pegawai

more tghlenng one of lhem s the bruta aclons conducl€d bv sludenlslon.d n a qoup caled llre Gang ol Nero lshod lcr Neko neko dLkeroyok / Lf vou make any troube uJe alvrlaltackyo!)

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Perubahan atas Keputusan Bupati Bantul Nomor 252

denga cara m@pemamkfl bola di Curumembmtu siswa mtuL meng- intmalisasi nilai nilai horal k€jujdan, kepercayaan, keadilm, r.sa homa9 dan tm8gug jawab melalui Pemberim