• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi In Vitro Legum Desmodium rensonii Dengan Pemulsaan dan Pembenaman Chromolaena odorata (L.) King dan Robinson

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi In Vitro Legum Desmodium rensonii Dengan Pemulsaan dan Pembenaman Chromolaena odorata (L.) King dan Robinson"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI

IN VITRO

LEGUM

Desmodium rensonii

DENGAN PEMULSAAN DAN PEMBENAMAN

Chromolaena odorata

(L.) King dan Robinson

SKRIPSI ELA NURLAELA

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

ELA NURLAELA. D02400036. 2007. Evaluasi In Vitro Legum Desmodium rensonii dengan Pemulsaan dan Pembenaman Chromolaena odorata (L.) King dan Robinson. Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr

Kondisi lahan dan adanya persaingan pertumbuhan bagi hijauan makanan ternak memerlukan upaya-upaya dalam sistem pengolahan dan pemeliharaan yang baik dan relatif aman bagi pertumbuhan hijauan. Usaha konservasi tanah dan pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara menggunakan biomassa gulma tersebut sebagai penutup tanah (mulsa) dan dibenamkan. Chromolaena odorata

yang dikenal dengan nama babanjaran atau kirinyu merupakan gulma invasif yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman di sekitarnya. Tetapi penggunaannnya sebagai mulsa atau dibenamkan membantu meningkatkan ketersediaan P dan N bagi tanaman sehingga dapat memperbaiki kualitas tanaman yang pada umumnya dapat dilihat dari kemampuannya tercerna dari jumlah yang dikonsumsi oleh ternak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kecernaan dan fermentabilitas in vitro legum D. rensonii yang ditanam pada lahan dengan perlakuan mulsa dan pembenaman C. odorata

Unit percobaan dalam penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Perlakuan terdiri dari : P1 = D. rensonii tanpa pemberian C. odorata, P2 = D. rensonii dengan pemberian mulsa C. odarata

sebanyak 12 ton/ha, dan P3 = D. rensonii dengan pemberian C. odorata sebanyak 12 ton/ha dengan cara dibenamkan. Peubah yang diamati terdiri atas Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK), Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO), Asam Lemak Terbang/Volatile Fatty Acid (VFA) dan Amonia (NH3).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa secara statistik, konsentrasi VFA, NH3, KCBK dan KCBO yang dihasilkan oleh legum D. rensonii pada semua perlakuan tidak berbeda nyata. Pemberian 12 ton/ha C. odorata sebagai mulsa menunjukkan nilai VFA, NH3, KCBK dan KCBO yang lebih tinggi tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol dan pembenaman

(3)

ABSTRACT

In Vitro Evaluation ofLegume Desmodium rensonii Grown Under Management of Mulching and Incoorporation System of Chromolaena

odorata (L.) King and Robinson.

Ela Nurlaela, Luki Abdullah, Idat G. Permana

Chromolaena odorata is an invasif weed which damaged plants growing arround it. But its can be minimalized and used as mulching or as an organic matter for soil and plants. The purpose of this research was to recognice the effect of mulching and incoorporation of Chromolaena odarata to fermentability and in vitro digestibility of Desmodium rensonii. The research was conducted on experimental field of Agrostology Faculty of Animal Science for 2.5 months and at Dairy Animal Nutrition Science Laboratory Faculty of Animal Science Bogor Agricultural University. The experimental unit of this research include 3 treatment and 3 replications. Treatment include i.e: P1 (without add Chromolaena odorata), P2 (mulching of Chromolaena odorata dose 12 ton/ha), and P3 (incoorporation of

Chromolaena odorata dose 12 ton/ha). Generally, the result of research indicated that mulching of Chromolaena odorata non significant increased in vitro

digestibility, and fermentability.

(4)

EVALUASI

IN VITRO

LEGUM

Desmodium rensonii

DENGAN PEMULSAAN DAN PEMBENAMAN

Chromolaena odorata

(L.) King dan Robinson

ELA NURLAELA D02400036

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

EVALUASI

IN VITRO

LEGUM

Desmodium rensonii

DENGAN PEMULSAAN DAN PEMBENAMAN

Chromolaena odorata

(L.) King dan Robinson

Oleh ELA NURLAELA

D02400036

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 5 Maret 2007

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr.Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr Dr.Ir. Idat G. Permana, MSc.Agr

NIP . 131 955 531 NIP. 131 956 694

Mengetahui

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 27 Maret 1982. Penulis merupakan anak keempat dari sembilan bersaudara dari pasangan bapak Ate Munawar dan ibu Dedeh Jamilah.

Pendidikan formal pertama diselesaikan pada tahun 1994 di Sekolah Dasar Negeri IV Sukalaksana Bandung. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bandung dan lulus pada tahun 1997. Pendidikan selanjutnya diselesaikan pada tahun 2000 di Sekolah Menengah Umum Negeri 10 Bandung.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000 melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT, Dzat Penguasa seluruh alam yang senantiasa melimpahkan curahan rahmat-Nya dan nikmat karunia serta segala wujud pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Sholawat dan salam selalu tercurah kepada teladan sepanjang masa, manusia berakhlak Qur’ani Rasululloh Muhammad saw.

Penelitian yang berjudul Evaluasi In Vitro Legum Desmodium rensonii dengan Pemulsaan dan Pembenaman Chromolaena odorata (L.)King dan Robinson ini telah melalui beberapa tahap mulai dari tahap persiapan hingga penulisan. Persiapan penelitian pra pengamatan meliputi persiapan lahan, pemetakan, persiapan dan penanaman D. rensonii hingga pemberian gulma C. odorata sebagai mulsa dan dibenamkan. Selanjutnya pengamatan dilakukan seminggu sekali yang meliputi pengamatan tinggi vertikal, pertumbuhan bunga, batang dan daun, ada tidaknya hewan dan gulma yang menghambat pertumbuhan serta perubahan lain yang terjadi. Setelah pemanenan, dilakukan pengukuran berat kering biomassa, yang selanjutnya dilakukan analisa laboratoriun untuk mengetahui nilai kecernaan dan fermentabilitas in vitro legum D. rensonii.

Leguminosa merupakan tanaman potensial sebagai makanan ternak sehingga selalu menarik untuk dijadikan objek penelitian dari berbagai segi. Namun pertumbuhannya seringkali terhambat yang salah satunya disebabkan oleh adanya gulma. Chromolaena odorata adalah salah satu gulma yang sering menghambat pertumbuhan tanaman karena sifat perakarannya yang kuat. Namun karena sifat perakaran dan juga kandungan alelopatinya, C. odorata pun dapat menghambat tumbuhnya gulma lain di sekitar tanaman. Beberapa hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengamati sejauh mana sifat yang dimiliki gulma C. odorata dalam mendukung pertumbuhan dan produktifitas serta kualitas legum D. rensonii. Kualitas legum yang dimaksud, salah satunya dapat dilihat dari kecernaan dan fermentabilitas

(8)

Akhirnya, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis mengharapkan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak sehingga dapat menjadi kemajuan pada bidang ilmu yang bersangkutan. Semoga bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan menjadi amalan yang berarti bagi penulis.

Bogor, Maret 2007

(9)
(10)

KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

Kesimpulan ... 24

Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

UCAPAN TERIMAKASIH ... 28

(11)

EVALUASI

IN VITRO

LEGUM

Desmodium rensonii

DENGAN PEMULSAAN DAN PEMBENAMAN

Chromolaena odorata

(L.) King dan Robinson

SKRIPSI ELA NURLAELA

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(12)

RINGKASAN

ELA NURLAELA. D02400036. 2007. Evaluasi In Vitro Legum Desmodium rensonii dengan Pemulsaan dan Pembenaman Chromolaena odorata (L.) King dan Robinson. Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr

Kondisi lahan dan adanya persaingan pertumbuhan bagi hijauan makanan ternak memerlukan upaya-upaya dalam sistem pengolahan dan pemeliharaan yang baik dan relatif aman bagi pertumbuhan hijauan. Usaha konservasi tanah dan pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara menggunakan biomassa gulma tersebut sebagai penutup tanah (mulsa) dan dibenamkan. Chromolaena odorata

yang dikenal dengan nama babanjaran atau kirinyu merupakan gulma invasif yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman di sekitarnya. Tetapi penggunaannnya sebagai mulsa atau dibenamkan membantu meningkatkan ketersediaan P dan N bagi tanaman sehingga dapat memperbaiki kualitas tanaman yang pada umumnya dapat dilihat dari kemampuannya tercerna dari jumlah yang dikonsumsi oleh ternak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kecernaan dan fermentabilitas in vitro legum D. rensonii yang ditanam pada lahan dengan perlakuan mulsa dan pembenaman C. odorata

Unit percobaan dalam penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Perlakuan terdiri dari : P1 = D. rensonii tanpa pemberian C. odorata, P2 = D. rensonii dengan pemberian mulsa C. odarata

sebanyak 12 ton/ha, dan P3 = D. rensonii dengan pemberian C. odorata sebanyak 12 ton/ha dengan cara dibenamkan. Peubah yang diamati terdiri atas Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK), Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO), Asam Lemak Terbang/Volatile Fatty Acid (VFA) dan Amonia (NH3).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa secara statistik, konsentrasi VFA, NH3, KCBK dan KCBO yang dihasilkan oleh legum D. rensonii pada semua perlakuan tidak berbeda nyata. Pemberian 12 ton/ha C. odorata sebagai mulsa menunjukkan nilai VFA, NH3, KCBK dan KCBO yang lebih tinggi tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol dan pembenaman

(13)

ABSTRACT

In Vitro Evaluation ofLegume Desmodium rensonii Grown Under Management of Mulching and Incoorporation System of Chromolaena

odorata (L.) King and Robinson.

Ela Nurlaela, Luki Abdullah, Idat G. Permana

Chromolaena odorata is an invasif weed which damaged plants growing arround it. But its can be minimalized and used as mulching or as an organic matter for soil and plants. The purpose of this research was to recognice the effect of mulching and incoorporation of Chromolaena odarata to fermentability and in vitro digestibility of Desmodium rensonii. The research was conducted on experimental field of Agrostology Faculty of Animal Science for 2.5 months and at Dairy Animal Nutrition Science Laboratory Faculty of Animal Science Bogor Agricultural University. The experimental unit of this research include 3 treatment and 3 replications. Treatment include i.e: P1 (without add Chromolaena odorata), P2 (mulching of Chromolaena odorata dose 12 ton/ha), and P3 (incoorporation of

Chromolaena odorata dose 12 ton/ha). Generally, the result of research indicated that mulching of Chromolaena odorata non significant increased in vitro

digestibility, and fermentability.

(14)

EVALUASI

IN VITRO

LEGUM

Desmodium rensonii

DENGAN PEMULSAAN DAN PEMBENAMAN

Chromolaena odorata

(L.) King dan Robinson

ELA NURLAELA D02400036

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(15)

EVALUASI

IN VITRO

LEGUM

Desmodium rensonii

DENGAN PEMULSAAN DAN PEMBENAMAN

Chromolaena odorata

(L.) King dan Robinson

Oleh ELA NURLAELA

D02400036

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 5 Maret 2007

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr.Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr Dr.Ir. Idat G. Permana, MSc.Agr

NIP . 131 955 531 NIP. 131 956 694

Mengetahui

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 27 Maret 1982. Penulis merupakan anak keempat dari sembilan bersaudara dari pasangan bapak Ate Munawar dan ibu Dedeh Jamilah.

Pendidikan formal pertama diselesaikan pada tahun 1994 di Sekolah Dasar Negeri IV Sukalaksana Bandung. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bandung dan lulus pada tahun 1997. Pendidikan selanjutnya diselesaikan pada tahun 2000 di Sekolah Menengah Umum Negeri 10 Bandung.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000 melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI).

(17)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT, Dzat Penguasa seluruh alam yang senantiasa melimpahkan curahan rahmat-Nya dan nikmat karunia serta segala wujud pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Sholawat dan salam selalu tercurah kepada teladan sepanjang masa, manusia berakhlak Qur’ani Rasululloh Muhammad saw.

Penelitian yang berjudul Evaluasi In Vitro Legum Desmodium rensonii dengan Pemulsaan dan Pembenaman Chromolaena odorata (L.)King dan Robinson ini telah melalui beberapa tahap mulai dari tahap persiapan hingga penulisan. Persiapan penelitian pra pengamatan meliputi persiapan lahan, pemetakan, persiapan dan penanaman D. rensonii hingga pemberian gulma C. odorata sebagai mulsa dan dibenamkan. Selanjutnya pengamatan dilakukan seminggu sekali yang meliputi pengamatan tinggi vertikal, pertumbuhan bunga, batang dan daun, ada tidaknya hewan dan gulma yang menghambat pertumbuhan serta perubahan lain yang terjadi. Setelah pemanenan, dilakukan pengukuran berat kering biomassa, yang selanjutnya dilakukan analisa laboratoriun untuk mengetahui nilai kecernaan dan fermentabilitas in vitro legum D. rensonii.

Leguminosa merupakan tanaman potensial sebagai makanan ternak sehingga selalu menarik untuk dijadikan objek penelitian dari berbagai segi. Namun pertumbuhannya seringkali terhambat yang salah satunya disebabkan oleh adanya gulma. Chromolaena odorata adalah salah satu gulma yang sering menghambat pertumbuhan tanaman karena sifat perakarannya yang kuat. Namun karena sifat perakaran dan juga kandungan alelopatinya, C. odorata pun dapat menghambat tumbuhnya gulma lain di sekitar tanaman. Beberapa hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengamati sejauh mana sifat yang dimiliki gulma C. odorata dalam mendukung pertumbuhan dan produktifitas serta kualitas legum D. rensonii. Kualitas legum yang dimaksud, salah satunya dapat dilihat dari kecernaan dan fermentabilitas

(18)

Akhirnya, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis mengharapkan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak sehingga dapat menjadi kemajuan pada bidang ilmu yang bersangkutan. Semoga bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan menjadi amalan yang berarti bagi penulis.

Bogor, Maret 2007

(19)
(20)

KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

Kesimpulan ... 24

Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

UCAPAN TERIMAKASIH ... 28

(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Hasil Analisis Awal Lahan Percobaan Laboratorium

(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Batang, Daun, dan Bunga Chromolaena odorata (a) Batang

C. odorata ketika Muda dengan Bulu-bulu Halus dan Tekstur Halus (b) Daun C. odorata Berwarna Kemerahan (c) Bunga

C. odorata yang Berwarna Keputih-putihan ………. 4

2. Bunga dan Daun Legum Desmodium rensonii (a) Bunga D. rensonii Berwarna Ungu (b) Daun D. rensonii yang

berbentuk oval ……… 5 3. Denah Pengacakan Petak Penanaman dan Perlakuan D.

rensonii ………..……… 12 4. Warna Daun Legum D. rensonii Setelah 10 Minggu

Pemeliharaan (a) Daun Legum D. rensonii Tanpa Mulsa dan Benam, (b) Daun Legum D. rensonii dengan Perlakuan

Mulsa, dan (c) Daun Legum D. rensonii dengan Perlakuan

Benam ……….………. 17 5. Kondisi Legum Desmodium rensonii yang Terkena Jamur

(a) Batang Bawah Terkena Jamur dan Kering (b) Batang

Bawah Terkena Jamur dan Berwarna Putih ………. 18 6. Grafik Kecernaan Legum D. rensonii dari Masing-masing

Perlakuan (a) Kecernaan Bahan Kering Legum D. rensonii

(b) Kecernaan Bahan Organik Legum D. rensonii ……… 20 7. Grafik Fermetabilitas Legum D. rensonii dari Masing-

masing Perlakuan (a) Produksi Volatile Fatty Acid (VFA)

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Lokasi dan Petak Pemeliharaan Legum Desmodium rensonii …….. 30 2. Gambar Pertumbuhan Legum Desmodium rensonii ….……… 30 3. Analisa Rataan Kecernaan Bahan Kering Legum Desmodium

rensonii selama 10 Minggu Pemeliharaan Mulsa Vs. Kontrol dengan Sebaran T-Student ………. 31 4. Analisa Rataan Kecernaan Bahan Kering Legum Desmodium

rensonii selama 10 Minggu Pemeliharaan Mulsa Vs. Benam dengan Sebaran T-Student ………. 31 5. Analisa Rataan Kecernaan Bahan Kering Legum Desmodium

rensonii selama 10 Minggu Pemeliharaan Benam Vs. Kontrol dengan Sebaran T-Student ………. 31 6. Analisa Rataan Kecernaan Bahan Organik Legum Desmodium

rensonii selama 10 Minggu Pemeliharaan Mulsa Vs. Kontrol dengan Sebaran T-Student ………. 32 7. Analisa Rataan Kecernaan Bahan Organik Legum Desmodium

rensonii selama 10 Minggu Pemeliharaan Mulsa Vs. Benam dengan Sebaran T-Student ………. 32 8. Analisa Rataan Kecernaan Bahan Organik Legum Desmodium

rensonii selama 10 Minggu Pemeliharaan Benam Vs. Kontrol dengan Sebaran T-Student ………. 32 9. Analisa Rataan Produksi Volatile Fatty Acid (VFA) Legum

Desmodium rensonii selama 10 Minggu Pemeliharaan Mulsa Vs.

Kontrol dengan Sebaran T-Student ……… 33 10.Analisa Rataan Produksi Volatile Fatty Acid (VFA) Legum

Desmodium rensonii selama 10 Minggu Pemeliharaan Mulsa Vs.

Benam dengan Sebaran T-Student ……… 33 11.Analisa Rataan Produksi Volatile Fatty Acid (VFA) Legum

Desmodium rensonii selama 10 Minggu Pemeliharaan Benam Vs.

Kontrol dengan Sebaran T-Student ……… 33 12.Analisa Rataan Produksi Amonia (NH3) Legum Desmodium

rensonii selama 10 Minggu Pemeliharaan Mulsa Vs Kontrol dengan Sebaran T-Student ……….. 34 13.Analisa Rataan Produksi Amonia (NH3) Legum Desmodium

rensonii selama 10 Minggu Pemeliharaan Mulsa Vs. Benam dengan Sebaran T-Student ……….. 34 14.Analisa Rataan Produksi Amonia (NH3) Legum Desmodium

(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hijauan makanan ternak merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas ternak, terutama dari segi kualitas. Kualitas hijauan makanan ternak itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kondisi lahan yang digunakan untuk budidaya hijauan tersebut. Pada umumnya, lahan yang tersedia bagi usaha peternakan ataupun budidaya hijauan adalah lahan kelas IV ke atas yang memiliki banyak keterbatasan seperti kapasitas menahan air rendah, drainase buruk, sifat alkali dan salinitas tinggi (Sarief, 1986), serta merupakan lahan kering yang memiliki keasaman rendah dan miskin unsur hara (Hardjowigeno, 2003). Hal ini menyebabkan rendahnya kadar bahan organik tanah dan kurangnya unsur hara yang dapat dimanfaatkan oleh hijauan. Selain itu, faktor yang mempengaruhi kualitas hijauan makanan ternak adalah adanya persaingan dalam pertumbuhan, terutama timbul dari tanaman pengganggu atau gulma yang menyebabkan persaingan pula dalam pemanfaatan unsur hara tanah.

Kondisi lahan dan adanya persaingan pertumbuhan bagi hijauan memerlukan upaya-upaya dalam sistem pengolahan dan pemeliharaan yang baik serta relatif aman bagi pertumbuhan hijauan. Sistem pengolahan dan pemeliharaan lahan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi lahan dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu adalah melalui penggunaan sisa-sisa tanaman sebagai penutup tanah atau dibenamkan (Sarief, 1986). Penutup tanah yang dikenal dengan istilah mulsa dapat memberikan manfaat terhadap tanaman dalam hal kompetisi pertumbuhan dengan tanaman pengganggu atau gulma dan penyerapan hara mineral tanah (Umboh, 2000). Dalam pertanian organik, pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara mencabut dan membenamkannya ke dalam tanah sebagai pupuk hijau ataupun sebagai bahan kompos (Arbiwati, 2000). Selain itu, pembenaman sisa-sisa tanaman ke dalam tanah akan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air dan memelihara keseimbangan unsur hara tanah (Sarief, 1986).

(25)

2 gulma tersebut yang bersifat racun dan menekan pertumbuhan tanaman di sekitarnya. Tetapi pada ekosistem pertanian, alelopati dapat berperan untuk meningkatkan produktivitas lahan, terutama melalui pengendalian gulma. Selain itu, C. odorata

memiliki kandungan P dan N yang cukup tinggi sehingga dapat membantu ketersediaan hara bagi tanaman jika digunakan sebagai mulsa dan atau dibenamkan ke dalam tanah.

Penggunaan C. odorata sebagai mulsa atau dibenamkan dapat meningkatkan unsur hara tanah sehingga dapat memperbaiki kualitas tanaman jika proses penyerapan hara dilakukan secara efisien dan cukup. Kualitas suatu tanaman, dalam hal ini hijauan makanan ternak dapat dilihat dari kemampuannya tercerna dari jumlah yang dapat dikonsumsi oleh ternak.

Namun kajian pengaruh mulsa terhadap kualitas hijauan pakan terutama kecernaan dan fermentabilitas masih sangat terbatas. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang mempelajari pengaruh mulsa terhadap nilai kecernaan dan fermentabilitas hijauan pakan.

Perumusan Masalah

Desmodium rensonii adalah salah satu leguminosa yang potensial dimanfaatkan sebagai bahan pakan. Namun pertumbuhannya seringkali tidak optimal dengan kondisi lahan yang ada dan timbulnya gangguan dari tanaman pengganggu (gulma). Sehingga dalam penanamannya dianjurkan untuk menambahkan bahan organik sebagai pembenah.

(26)

3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Chromolaena odorata (L) Kings and Robinson

Chromolaena odorata banyak tumbuh pada vegetasi hutan sekunder pada lahan yang digunakan dalam perladangan berpindah di daerah Sulawesi dan Kalimantan (Abdullah, 2002). Chromolaena odorata dapat menyebar cepat dengan perakaran yang dalam, bercabang sangat banyak sehingga membentuk semak yang tebal. Batang Chromolaena odorata berbentuk silindris berwarna kekuning-kuningan dengan bulu-bulu halus, bertekstur halus ketika muda dan semakin dewasa semakin keras. Daunnya saling berhadapan, triangular dengan urat daun yang menonjol, saat muda berwarna coklat kemerah-merahan, daun berbau terpentin/parafin yang menyengat saat diremas. Bunga merupakan bunga tunggal dengan warna merah ungu muda sampai keputih-putihan, dalam tumpukan tandan dapat mencapai 20-35 bunga (Zokufika, 2002) (Gambar 1).

(a) (b) (c)

Gambar 1. Batang, Daun, dan Bunga Chromolaena odorata (a) Batang C. odorata

ketika Muda dengan Bulu-bulu Halus dan Tekstur Halus (b) Daun C. odorata Berwarna Kemerahan (c) Bunga C. odorata yang Berwarna Keputih-putihan

Chromolaena mempunyai P total yang lebih tinggi dibandingkan dengan gulma Ficus subulata, Albizia lebeck, Macaranga sp. dan Tricospermum sp., dengan rasio C/N/P dan kandungan lignin, ADF serta selulosa yang rendah sehingga lebih mudah terdekomposisi (Abdullah, 2002).

(28)

5 hektar sebesar 12,7 ton terdri dari 6,8 ton daun, 10,2 ton batang dan 1,7 ton bagian di bawah tanah atau total dalam bahan kering sekitar 3,7 ton per hektar (Tjitrosoedirdjo et al., 2003). Dengan adanya kandungan P organik dan total N yang tinggi serta rasio C/N rendah, C. odorata diharapkan dapat memberikan ketersediaan unsur hara yang berkepanjangan (Abdullah, 2002) sehingga dapat berperan memperbaiki kesuburan tanah secara alami.

Desmodium rensonii

Desmodium rensonii merupakan tanaman perennial yang berasal dari Filipina dan dikenal sebagai tanaman pagar. Tanaman yang termasuk ke dalam leguminosa ini dapat ditemukan di Saipan sebagai tanaman sela dengan tanaman lain pada daerah kontur (Sablan dan Marutani, 2003). Desmodium juga dikenal luas berpotensi sebagai tanaman pastura dan legum hijauan di daerah tropis dan subtropis (Duke, 1983). Total produksi legum D. rensonii meningkat pada umur potong yang berbeda antara 4 – 12 minggu yaitu 4,23 MT BK/ha/thn pada umur potong 4 minggu, 6,54 MT BK/ha/thn pada umur potong 8 minggu dan 8,03 MT BK/ha/thn pada umur potong 12 minggu (Duke, 1983).

Desmodium rensonii termasuk famili Fabaceae, subfamili Papilonoideae dengan bunga kupu-kupu yang berwarna putih, kuning, ungu dan terkadang ditemukan dengan sedikit warna hijau di sebagian besar rangkaian malai. Legum ini memiliki daun trifoliat yang berbentuk elips sampai oval dengan panjang 2-8 cm dan lebar 1-3 cm dan dapat tumbuh tegak sampai ketinggian 1-2 m dari permukaan tanah dengan batang berkayu (Bogdam, 1997) (Gambar 2).

(a) (b)

Gambar 2. Bunga dan Daun Legum Desmodium rensonii (a) Bunga D. rensonii

(29)

6 Dalam pertumbuhannya, Desmodium rensonii terkenal toleran terhadap pemotongan dan pH rendah. Tanaman ini juga dapat tumbuh pada tanah alkali (pH tinggi) akan tetapi dapat mengakibatkan terjadinya klorosis. Sehingga dalam penanamannya di tanah alkali dianjurkan untuk menambahkan bahan organik sebagai pembenah (Sablan dan Marutani, 2003).

Selain berpotensi sebagai legum hijauan dan tanaman pastura, Desmodium

juga mempunyai kegunaan lain. Desmodium berfungsi sebagai tanaman kontur yang dapat mencegah erosi, mempunyai kemampuan memfiksasi nitrogen sehingga dapat tumbuh pada tanah miskin hara, sebagai mulsa atau penutup tanah, pakan ternak dan sebagai pembatas atau tanaman pagar (Sablan dan Marutani, 2003).

Mulsa

Menurut Umboh (2000), mulsa diartikan sebagai bahan atau material yang sengaja dihamparkan di pemukaan tanah atau lahan pertanian. Sukman dan Yakup (1991) menyatakan bahwa mulsa adalah bahan-bahan mati seperti jerami, kulit, batang/pelepah/kelobot jagung, sekam, serbuk gergaji, biomassa pupuk hijau, rerumputan yang sengaja ditumbuhkan sebagai bahan mulsa, gulma yang telah mati dan bahan-bahan mati lain yang ditutupkan ke permukaan tanah untuk mengendalikan gulma. Pada umumnya praktek pemulsaan dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah yang dapat mempengaruhi produktifitas tanah yang bersangkutan. Beberapa keuntungan pemulsaan antara lain : (1) melindungi agregat-agregat tanah dari daya rusak butir hujan; (2) meningkatkan penyerapan air oleh tanah; (3) mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan; (4) memelihara temperatur dan kelembaban tanah; (5) memelihara kandungan bahan organik tanah; dan (6) mengendalikan pertumbuhan tanaman pengganggu.

Berdasarkan sumber bahan dan cara pembuatannya, bahan mulsa pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu mulsa organik, mulsa anorganik dan mulsa kimia-sintetis (Umboh, 2000).

(30)

7 akibat radiasi matahari dengan pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air dan pengendalian erosi. Mulsa yang berasal dari bahan tanaman dapat mencegah erosi karena humus yang berasal dari mulsa merupakan bahan organik yang memiliki retensi air yang cukup tinggi sehingga air terserap ke dalam tanah dan tidak dapat menghanyutkan permukaan tanah (Rahayu,2003).

Pembenaman

Usaha konservasi tanah dan pengendalian gulma, selain dapat dilakukan melalui pemulsaan oleh sisa-sisa tanaman juga dapat dilakukan melalui pembenaman sisa-sisa tanaman sebagai bahan organik. Pembenaman sisa-sisa tanaman ke dalam tanah dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air dan memelihara keseimbangan unsur hara tanah (Sarief, 1986). Menurut Arbiwati (2000), pengendalian gulma dapat dilakukan dengan mencabut dan membenamkannya sebagai pupuk hijau ataupun sebagai bahan kompos.

Nilai Kecernaan Leguminosa Pakan

Kecernaan zat-zat makanan merupakan salah satu ukuran dalam menentukan kualitas suatu bahan pakan. Kecernaan adalah bagian dari pakan yang tidak diekskresikan dalam feses dimana bagian tersebut diasumsikan diserap oleh tubuh ternak, biasanya dinyatakan dalam bahan kering dan apabila dinyatakan dalam persentase maka disebut koefisien cerna (Anggorodi, 1979 dan McDonald

et al., 2002).

Daya cerna hijauan leguminosa sangat bervariasi yang banyak di tentukan oleh tingkat protein yang dikandungnya. Rendahnya protein kasar yang dicerna oleh seekor ternak tergantung tinggi rendahnya persentase protein dalam tanaman. Pada umumnya nilai daya cerna leguminosa lebih tinggi daripada rumput. Hal ini dimungkinkan karena leguminosa mempunyai kualitas yang baik terutama kandungan proteinnya yang tinggi (Ella, 1996).

Mastur dan Ismail (2000) melaporkan bahwa nilai kecernaan in vitro

(31)

8 yang dilakukan oleh Santoso (1985) terhadap legum P. phaseoloides dengan tingkat naungan 50% dan 75% diperoleh nilai kecernaan bahan kering 60,53% dan 58,90% sedangkan nilai kecernaan bahan organik adalah 56,60% dan 55,06%.

Fermentabilitas Bahan Pakan

Produksi asam lemak terbang/Volatile Fatty Acid (VFA) dan NH3 dapat digunakan sebagai ukuran fermentabilitas pakan, dimana produksi VFA menggambarkan fermentasi bahan organik (Achmad, 2001).

Protein yang masuk ke dalam rumen akan didegradasi dan difermentasi menjadi VFA, NH3 dan CH4. Volatile Fatty Acid (VFA) merupakan produk akhir fermentasi gula dan merupakan sumber energi utama dari ternak ruminansia (Arora, 1989). Sedangkan ammonia (NH3) digunakan oleh mikroba rumen sebagai sumber nitrogen dalam mensintesis protein tubuhnya, sehingga kecukupan amonia mutlak bagi perkembangan mikroba rumen (Sutardi, 2001). Kadar ammonia dalam rumen merupakan petunjuk antara proses degradasi dan proses sintesis protein oleh mikroba rumen. Jika pakan defisien akan protein atau proteinnya tahan degradasi maka konsentrasi amonia dalam rumen akan rendah dan pertumbuhan mikroba rumen akan lambat yang menyebabkan turunnya kecernaan pakan (McDonald et al., 2002).

(32)

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan Agustus

2004 di Laboratorium Lapang Agrostologi dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak

Perah, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisa bahan dilaksanakan

di Balai Penelitian Bioteknologi Cimanggu, Bogor dan dilakukan analisa tanah

sebelumnya di Laboratorium Kimia, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimatologi

Bogor.

Materi

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk

menggemburkan tanah, sabit untuk menyiangi gulma, timbangan, chopper untuk

memotong C. odorata, penggaris kayu, kantong kertas dan oven serta alat –alat yang digunakan dalam analisa in vitro seperti tabung fermentor, cawan porselen, cawan Conway, Erlenmeyer, oven 1050C, tanur listrik 6000C, shaker bath, tabung

gas, alat-alat destilasi, kertas saring Whatman No.41 dan alat-alat titrasi.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tanaman leguminosa

Desmodium rensonii yang telah ditanam sebelumnya dan berumur 5 bulan.

Legum D. rensonii ini ditanam dengan menggunakan bibit yang diperoleh

sebelumnya di Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Sedangkan C. odorata yang digunakan sebagai pupuk organik diperoleh di sekitar lahan percobaan.

Bahan-bahan yang digunakan dalam analisa in vitro adalah cairan rumen sapi, larutan HgCl2 jenuh, larutan pepsin 0,2%, larutan McDougall, gas CO2,

H2SO4 15%, NaOH 0,5 N, indikator phenolptalein, HCl 0,5 N, vaselin, asam borat

(33)

10

Metode

Rancangan Percobaan

Unit percobaan dalam penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan,

masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Perlakuan terdiri dari:

P1 = D. rensonii tanpa penambahan C. odorata

P2 = D. rensonii dengan penambahan mulsa C. odorata

P3 = D. rensonii dengan penambahan C. odorata dengan cara dibenamkan

Untuk mengetahui adanya perbedaan kecernaan dan fermentabilitas in vitro

legum D. rensonii antara yang ditanam pada tanah yang diberi perlakuan

pemulsaan, pembenaman dan tanpa pemulsaan dan pembenaman, diuji dengan uji

t-student (Johnson dan Gouri, 1992). Pengujian t-student ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan peubah antar perlakuan pada populasi sedikit (antar dua

perlakuan) atau data dengan db-error<12.

Dengan model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut :

t hitung =

x : rataan perlakuan mulsa atau benam y : rataan perlakuan tanpa mulsa

sp : jumlah simpangan baku kedua perlakuan n : jumlah data perlakuan mulsa atau benam

Analisis dan persiapan lahan

Analisis tanah dilakukan sebelumnya dengan mengambil tanah pada

setiap unit petak penelitian dari berbagai lokasi untuk kemudian dicampur

sehingga homogen dan diambil sampel untuk analisis. Hasil pengukuran dan

analisis tanah awal dapat dilihat pada Tabel 1. Persiapan lahan yang dilakukan

meliputi pembersihan lahan, penyiangan gulma dan pengolahan atau

penggemburan tanah. Pembersihan lahan dan penyiangan gulma dilakukan untuk x – y

(34)

11 menghindari adanya vegetasi lain di petak penelitian sehingga penyerapan unsur

hara tidak terganggu. Pengolahan atau penggemburan tanah dilakukan untuk

memberikan ruangan aerasi bagi ketersediaan oksigen dalam tanah dan untuk

memecah agregat-agregat tanah yang mulai keras.

Tabel 1. Hasil Analisis Awal Lahan Percobaan Laboratorium Agrostologi IPB

Jenis Analisis Nilai

Tekstur

Sumber : Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (2003)

Pemetakan

Tanah yang telah diolah dibagi menjadi 9 petak dengan luas

masing-masing petak 4 m2 (2 x 2 m) dengan jarak 0,5 m. Pemilihan petak untuk setiap

perlakuan dengan pemberian C. odorata sebagai mulsa dan atau dibenamkan dan

tanpa pemberian C. odorata dilakukan secara acak sesuai perlakuan. Hasil

(35)

12 Gambar 3. Denah Pengacakan Petak Penanaman dan Perlakuan D. rensonii

Penanaman dan persiapan Desmodium rensonii

Tanaman leguminosa yang digunakan adalah Desmodium rensonii yang

telah ditanam sebelumnya dan berumur 5 bulan dengan menggunakan bibit yang

diperoleh di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi, Bogor. Benih yang

diperoleh disemaikan terlebih dahulu dan kemudian dipindahkan ke dalam

polybag. Setelah mencapai ketinggian 5 cm dipindahkan ke petak penelitian

dengan luas tiap petak 4 m2 dan jarak tanam 50 x 50 cm. Setelah lima bulan

pemeliharaan, batang utama Desmodium yang terbentuk kemudian dipotong

dengan ketinggian 50 cm dari permukaan tanah.

Pemberian Chromolaena odorata

Chromolaena odorata yang digunakan diambil di sekitar tempat penelitian, selanjutnya dicacah terlebih dahulu menggunakan chopper dengan

ukuran 3-5 cm. Pemberian C. odorata sebagai pupuk organik dilakukan dengan 2 cara yaitu secara mulsa dengan menghamparkannya di atas permukaan tanah

hingga menutupi semua bagian tanah tempat tumbuhnya D. rensonii, kira-kira setebal 3 – 5 cm. Pemberian C. odorata cara kedua yaitu dengan dibenamkan ke

dalam tanah olahan di antara sela-sela (lajur kiri-kanan) legume yang ditanam

dengan membuat lubang pembenaman terlebih dahulu kira-kira sedalam 3-5 cm.

C. odorata dimasukkan secara merata di setiap lajur kemudian ditutup tanah olahan. Dosis C. odorata yang diberikan adalah 12 ton/ha atau sekitar 4,8 kg per petak percobaan dengan kandungan BK, P dan N tertera pada Tabel 2

(36)

13 Tabel 2. Kandungan P dan N Bahan Mulsa C. odorata

Kandungan bahan (%) Bahan

Bahan Kering Fosfor (P) Nitrogen (N)

C. odorata 19,50 0,1528 3,4750

Sumber : Lab. Balai Penelitian Bioteknologi (Balitbio) Cimanggu, Bogor (Kumalasari, 2003)

Pengamatan

Pengamatan terhadap pertumbuhan D. rensonii dilakukan setiap minggu. Peubah yang diamati untuk pertumbuhan meliputi tinggi vertikal tanaman, jumlah

daun dan kondisi lahan percobaan. Pengukuran tinggi vertikal tanaman dilakukan

dengan mngukur tinggi tanaman dari permukaan tanah hingga puncak tanaman

yang tertinggi. Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan menghitung daun yang

terbentuk di setiap tangkai tanaman. Pengamatan kondisi lahan adalah dengan

melihat perkembangan tanaman, ada tidaknya serangan hama dan penyakit,

tumbuh tidaknya gulma di sekitar tumbuhnya tanaman D. rensonii.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan satu kali ketika legum telah mencapai umur

fisiologis 10 minggu atau 2,5 bulan pemeliharaan. Pemanenan dilakukan dengan

memotong cabang legum D. rensonii 5 cm dari cabang tanaman utama. Biomassa yang diperoleh ketika pemanenan ditimbang, kemudian didapatkan berat segar

tajuk. Batang dan daun dipisahkan untuk kemudian ditimbang dan masing-masing

didapatkan berat segar batang dan berat segar daun. Batang dan daun yang sudah

ditimbang kemudian dipotong-potong untuk mempercepat penguapan dan

dikeringkan matahari selama 2 hari. Tahap berikutnya dilakukan pengeringan

oven 700 C selama 2 hari kemudian ditimbang untuk memperoleh berat kering

oven batang dan daun.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel untuk analisa dilakukan setelah bahan digiling.

Analisa awal yang dilakukan adalah analisa mineral N dan P kemudian

(37)

14

Teknik Analisis

1. Kecernaan In Vitro

Metode ini diawali dengan pencernaan fermentatif, yaitu satu gram

contoh bahan pakan kering oven 600 C dimasukkan ke dalam tabung

fermentor kemudian ditambahkan 8 ml cairan rumen dan 12 ml larutan

McDougall dengan suhu 390C dan dikocok dengan gas CO2 selama 30 detik.

Setelah itu tabung ditutup dengan karet berventilasi, tabung kemudian

difermentasi hingga 24 jam setelah itu memasuki proses pencernaan hidrolisis.

Setelah pencernaan fermentatif selama 24 jam ke dalam tabung

fermentor ditambahkan 0,2 ml larutan HgCl2 jenuh. Campuran tersebut

disentrifuse dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit. Kemudian

supernatan dibuang, ke dalam tabung ditambahkan 20 ml larutan pepsin 0,2%.

Tabung diinkubasi selama 24 jam. Kemudian sisa pencernaan disaring dengan

kertas saring Whatman No. 41 yang telah diketahui bobotnya dan dibantu

dengan pompa vakum. Hasil saringannya dimasukkan ke dalam cawan

porselen yang telah diketahui bobotnya.

Bahan kering residu diperoleh dengan jalan menguapkan air ke dalam

oven dengan temperatur 1050C selama 24 jam. Untuk memperoleh bahan

organik residu, bahan dalam cawan dipijarkan pada tanur listrik dengan suhu

6000C selama 6 jam.

Bahan kering atau bahan organik blanko diperoleh dengan membuat

fermentasi cairan rumen tanpa bahan makanan dengan cara yang sama. Bahan

kering atau bahan organik awal adalah bahan kering atau bahan organik

contoh yang digunakan.

Kecernaan bahan kering atau bahan organik dihitung dengan rumus :

(38)

15

2. Uji Fermentabilitas

a.Volatile Fatty Acid (VFA) dengan Steam Destilation Method

Metode ini diawali dengan pencernaan fermentatif, yaitu satu gram

contoh bahan pakan kering oven 600 C dimasukkan ke dalam tabung

fermentor kemudian ditambahkan 8 ml cairan rumen dan 12 ml larutan

McDougall dengan suhu 390C dan dikocok dengan gas CO2 selama 30

detik. Setelah itu tabung ditutup dengan karet berventilasi, tabung

kemudian difermentasi, untuk membunuh mikroba ke dalam tabung

ditambahkan HgCl2 jenuh. Tabung kemudian disentrifuse dengan

kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit. Bagian supernatan digunakan

untuk analisa VFA dan NH3.

Supernatan sebanyak lima ml dimasukkan ke dalam tabung destilasi

dan ditambahkan 1 ml H2SO4 15% kemudian segera ditutup. Sebelumnya

disiapkan erlenmeyer yang berisi NaOH 0,5 N untuk menangkap VFA

yang teruapkan. Tabung destilasi dihubungkan dengan labu yang berisi air

mendidih dan dipanaskan terus selama proses destilasi.

Uap air panas akan mendesak VFA dan akan terkondensasi dengan

pendingin. Air yang terbentuk ditampung dalam erlenmeyer yang berisi

NaOH sampai volume mencapai 300 ml. Setelah itu ditambahkan

indikator phenolptalein sebanyak 2-3 tetes dan kemudian titrasi dengan

HCl 0,5 N hingga berubah dari merah jambu menjadi tidak berwarna.

Produksi VFA total dihitung dengan rumus :

VFAmM) = (a-b) x N HCl x 1000/5 mM

Keterangan :

a = volume titran blanko

b = volume titran contoh

b. Amonia (NH3) dengan metode Conway Micro Difussion

Supernatan sebanyak satu ml ditempatkan pada salah satu sisi sekat.

Sebelumnya cawan Conway diberi vaselin pada kedua permukaan

bibirnya. Pada sisi yang lain ditempatkan satu ml asam borat berindikator,

kemudian cawan ditutup rapat hingga kedap udara. Cawan yang telah

(39)

16 jenuh bercampur. Kemudian cawan disimpan pada suhu kamar selama 24

jam. Setelah itu tutup dibuka, asam borat berindikator dititrasi dengan

H2SO4 0,0057 N sampai warnanya kemali merah muda.

Kadar NH3 diukur dengan rumus :

NH3 (mM) = ml H2SO4 x N - H2SO4 x 1000 mM

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi :

1. Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Koefisien Cerna Bahan

Organik (KCBO) metode Tilley and Terry (1963)

2. Total VFA (mM) dengan Steam Destilation Method

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Aspek agronomi yang diamati selama penelitian meliputi warna daun, serangan hama dan penyakit serta pertumbuhan gulma di sekitar tanaman.

Warna Daun

Warna daun pada legum D. rensonii relatif berbeda pada setiap perlakuan, yang dapat dilihat pada Gambar 4. Pada P1 (kontrol) warna daun terlihat hijau kekuningan dengan bercak coklat hitam pada permukaan. Berbeda dengan warna daun pada P2 (perlakuan mulsa) dan P3 (perlakuan benam). Tanaman D. rensonii dengan perlakuan mulsa, daunnya berwarna hijau relatif sama dengan tanaman D. rensonii dengan perlakuan pembenaman, walaupun sedikit lebih gelap pada perlakuan pembenaman.

(a) (b) (c)

Gambar 4. Warna Daun Legum D. rensonii Setelah 10 Minggu Pemeliharaan. (a) Daun Legum D. rensonii Tanpa Mulsa dan Benam, (b) Daun Legum D. rensonii dengan Perlakuan Mulsa, dan (c) Daun Legum

D. rensonii dengan Perlakuan Benam

(41)

18 meningkatkan penyerapan unsur hara tanah oleh tanaman. Kekurangan N pada tanaman dapat menyebabkan klorosis, yaitu daun berwarna hijau kekuningan, timbulnya bercak coklat atau hitam pada permukaan daun, dan daun cepat rontok. Serangan Hama dan Pertumbuhan Gulma

Hama banyak ditemukan pada petak perlakuan kontrol (tanpa pemberian

C. odorata). Hama serangga berupa kumbang ditemukan juga pada perlakuan mulsa dan pembenaman tetapi tidak sebanyak pada kontrol. Kumbang tersebut umumnya ditemukan menempel pada batang dan permukaan daun di bagian atas tanaman yang banyak terkena sinar matahari. Selain kumbang, kutu putih juga banyak ditemukan pada tanaman kontrol yang semakin memperburuk kondisi tanaman, dan tidak banyak ditemukan pada perlakuan mulsa ataupun pembenaman. Pada beberapa tanaman juga banyak ditemukan jamur dan layu pada batang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.

(a) (b)

Gambar 5. Kondisi Legum Desmodium rensonii yang Terkena Jamur (a) Batang Bawah Terkena Jamur dan Kering (b) Batang Bawah Terkena Jamur dan Berwarna Putih

(42)

19 cara mencabut dan membenamkannya ke dalam tanah sebagai pupuk hijau maupun sebagai bahan kompos. C. odorata memiliki kandungan P organik dan total N yang cukup tinggi dengan rasio C/N rendah sehingga lebih mudah terdekomposisi jika dimanfaatkan sebagai pupuk hijau, dalam hal ini digunakan sebagai mulsa dan dibenamkan dalam tanah. Dengan demikian, selama penelitian terlihat bahwa pada P2 dan P3 tidak ditemukan adanya gulma yang mengganggu pertumbuhan legum D. rensonii.

Kualitas Nutrisi

Produktifitas hijauan makanan ternak (HMT) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam produktifitas ternak, yang dapat ditinjau salah satunya dari kualitas tanaman. Pada peubah yang diukur, kualitas tanaman meliputi koefisien cerna legum yang terdiri dari Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO), dan fermentabilitas in vitro legum yang terdiri dari produksi Volatile Fatty Acid (VFA)/Asam Lemak Terbang dan produksi Amonia (NH3).

Hasil pengamatan dan analisa t-student pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian C. odorata secara statistik tidak berbeda nyata (P<0,05) terhadap peubah yang diukur. Secara umum, perlakuan mulsa menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan kontrol dan pembenaman.

Tabel 3. Kecernaan dan Fermentabilitas In vitro Legum D. rensonii

Kecernaan Produk fermentasi

(43)

20 Koefisien Cerna Legum D. rensonii

Kecernaan adalah jumlah bahan kering atau bahan organik yang tidak disekresikan dalam feses dan diasumsikan sebagai bahan yang diserap oleh ternak (McDonald et al., 2002). Nilai guna suatu pakan dapat dilihat dari seberapa besar daya serap ternak terhadap pakan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh Tabel 3, Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) maupun Koefisien cerna Bahan Organik (KCBO) yang dihasilkan oleh legum D. rensonii

semua perlakuan tidak berbeda nyata (P<0,05).

(a) (b)

Gambar 6. Grafik Kecernaan Legum D. rensonii dari Masing-masing Perlakuan (a) Kecernaan Bahan Kering Legum D. rensonii (b) Kecernaan Bahan Organik Legum D. rensonii

Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) pada perlakuan pemulsaan lebih tinggi sebesar 9,42% tidak berbeda nyata terhadap kontrol akan tetapi lebih rendah pada perlakuan pembenaman sebesar 3,33% tidak berbeda nyata terhadap kontrol. Sama halnya dengan KCBO yang memiliki nilai yang lebih tinggi pada perlakuan pemulsaan sebesar 7,96% tidak berbeda nyata terhadap kontrol dan memiliki nilai yang lebih rendah sebesar 4,25% pada perlakuan pembenaman, akan tetapi tidak berbeda nyata terhadap kontrol.

Nilai yang lebih tinggi pada KCBK dan KCBO dengan pemberian C. odorata dikarenakan adanya pengaruh pemulsaan. Keuntungan pemulsaan diantaranya yaitu dapat memperbaiki sifat (kesuburan) fisik dan kimia tanah salah satunya dalam hal ketersediaan unsur hara tanah, sehingga penyerapannya oleh tanaman pun meningkat. Peningkatan penyerapan unsur hara oleh tanaman ini

(44)

21 mengakibatnya adanya peningkatan bahan kering biomassa, seperti halnya yang diungkapkan oleh Rahmawati (2004). Peningkatan serapan hara yang optimal ditunjukkan dengan peningkatan pertumbuhan legum D. rensonii yang diikuti oleh peningkatan berat kering tanaman.

Kandungan serat kasar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecernaan suatu bahan makanan. Kandungan serat kasar D. rensonii pada keadaan kering ternyata cukup tinggi yaitu sebesar 35,5% (100% BK) dibandingkan dalam keadaan segar (Hartadi et al., 1993). Kandungan serat kasar ini yang dapat menyebabkan rendahnya nilai kecernaan yang legum D. rensonii

yang didapat pada penelitian ini. Bagian tangkai tanaman yang turut dianalisa juga dapat menyumbangkan nilai kecernaan yang lebih rendah bila dibandingkan hanya bagian daun saja yang dianalisa. Selain itu, pada pemotongan umur 10 minggu ini memungkinkan adanya penurunan penyerapan hara oleh tanaman dibandingkan pada minggu-minggu awal pemeliharaan. Hal ini identik dengan penelitian yang dilakukan oleh Mastur dan Ismail (2000) terhadap legum D. rensonii dengan umur potong 6, 12 dan 18 minggu, diperoleh nilai Kecernaan in vitro Bahan Kering dan Bahan Organik legum D. rensonii terendah adalah pada umur potong 12 minggu dan sedikit lebih tinggi pada umur potong 18 minggu. Hal ini diduga karena adanya penurunan penyerapan hara oleh tanaman setelah minggu ke-6 sehingga berpengaruh terhadap kualitas tanaman. Faktor lain yang sangat berpengaruh juga terhadap nilai kecernaan yang sangat rendah ini adalah kondisi rumen, dimana mikroba yang terdapat dapat rumen tidak dapat memanfaatkan kandungan nutrisi tanaman. Hal ini diduga karena sumber inokulum tidak ada (sudah mati) atau populasinya dibawah 106 sehingga tidak dapat bekerja optimal.

Produksi Volatile Fatty Acid (VFA)

(45)

22 (Sutardi, 1979). Dilihat dari analisa statistik, semua perlakuan mempunyai nilai VFA yang tidak berbeda nyata. Konsentrasi VFA, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7 (a) lebih tinggi sebesar 4,87% pada perlakuan pemulsaan dan 5,55% pada perlakuan pembenaman, tidak berbeda nyata terhadap kontrol. Pemberian C. odorata 12 ton/ha sebagai mulsa maupun dibenamkan sudah dapat memenuhi kebutuhan VFA untuk sintesis mikroba rumen lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian C. odorata.

Produksi Amonia (NH3)

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh Tabel 3, produksi NH3 yang dihasilkan oleh legum D. rensonii berada dalam kisaran 11,02 – 12, 69 mM. Dilihat dari analisis statistik, semua perlakuan mempunyai nilai NH3 yang tidak berbeda nyata. Konsentrasi NH3 lebih tinggi sebesar 15,15% pada perlakuan pemulsaan dan 12,61% pada perlakuan pembenaman, tidak berbeda nyata terhadap kontrol. Pemberian C. odorata 12 ton/ha sebagai mulsa maupun dibenamkan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7 (b), menunjukkan nilai NH3 yang sedikit melebihi konsentrasi amonia cairan rumen yang mendukung pertumbuhan mikroba rumen, yaitu 4 – 12 mM dengan konsentrasi optimum 8 mM (Sutardi, 1979).

Amonia digunakan oleh mikroba sebagai sumber nitrogen dalam mensintesis protein tubuhnya, sehingga kecukupan amonia mutlak bagi perkembangan mikroba rumen (Sutardi, 1979). Dengan demikian, kecukupan amonia dapat meningkatkan populasi mikroba yang akan menguntungkan ternak yaitu mendapat pasokan protein mikroba yang telah mati dan mengalir ke usus.

(46)

23

(a) (b)

Gambar 7. Grafik Fermentabilitas D. rensonii dari Masing-masing Perlakuan (a) Produksi Volatile Fatty Acid (VFA) (b) Produksi Amonia (NH3)

Adanya peningkatan nilai fermentabilitas in vitro (produksi VFA dan produksi amonia) secara umum ini berhubungan dengan pengaruh pemberian C. odorata baik sebagai mulsa atau dibenamkan. Seperti halnya yang terjadi pada nilai kecernaan, pemberian C. odorata sebagai mulsa maupun dibenamkan dapat memperbaiki sifat (kesuburan) fisik dan kimia tanah, salah satunya dalam hal ketersediaan unsur hara. Pemberian C. odorata sebagai mulsa maupun dibenamkan juga dapat berpengaruh pada meningkatnya penyerapan unsur hara oleh tanaman, sehingga terjadi peningkatan protein kasar yang ditunjukkan dengan meningkatnya serapan N pada tanaman, seperti halnya diungkapkan oleh Rahmawati (2004). Serapan N tanaman meningkat pada perlakuan pemulsaan dan pembenaman dibandingkan kontrol. Peningkatan serapan N ini dikarenakan adanya sumbangan N dari C. odorata yang digunakan oleh tanaman yang dapat dilihat dari pertumbuhan legum yang meningkat dan warna daun legum yang lebih hijau dibandingkan kontrol. Selaras dengan penelitian ini bahwa D. rensonii

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. C. odorata sebagai gulma invasif dapat digunakan sebagai bahan organik yang dapat menghambat tumbuhnya hama dan penyakit serta gulma di sekitar tanaman.

2. Pemberian C. odorata secara pemulsaan lebih baik dalam meningkatkan nilai kecernaan tanaman legum D. rensonii dibandingkan dengan perlakuan pembenaman dan kontrol.

3. Pemberian C. odorata sebagai mulsa maupun dibenamkan menghasilkan nilai VFA dan produksi amonia yang lebih tinggi dibandingkan kontrol.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui level pemberian

C. odorata yang paling efektif dalam meningkatkan kecernaan dan fermentabilitas

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, L. 2002. P-Mineralization and immobilization as a result of use of fallow vegetation biomass in slash and mulch system. Disertation. Cuvillier Verlag. Goottingen.

Achmad, W. 2001. Potensi aneka limbah agroindustri sebagai pakan sapi perah. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anggorodi,R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta.

Arbiwati,D. 2000. Pengembangan pertanian organik dalam meningkatkan produktifitas tanah. Buletin Pertanian dan Peternakan 1(2) : 28 – 38.

Arora, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Terjemahan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Bogdam,A.V. 1997. Tropical Pasture and Fodder Plant. Longman Group Ltd., London.

Chandrashekar, S.C. and GN. Ganjana. 2004. Exploitation of Chromolaena odorata (L.) King and Robinson as green manure for paddy. Proceeding of the Fourth International Workshop on Control and International Bio-Control in Management of Chromolaena odorata.

http://www.cpitt.eq.edu.au/Chromolaena/2/2umaly.html [26 Agustus 2004]

Duke,J.A. 1983. Handbook of Legumes of World Economic Importance. Plenum Press, New York.

Ella,A. 1996. Produktifitas dan kualitas hijauan leguminosa pakan (Flemingia congesta dan Desmodium rensonii) pada pola tanam tumpangsari dengan tanaman jagung (Zea mays L.). Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

FitzPatrick, E.A. 1986. An Introduction to Soil Science. 2nd Ed. John Wiley and Sons,Inc., New York.

Hardjowigeno,S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo, Jakarta.

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A. D. Tillman. 1993. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hasan, S. dan Nasrullah. 1995. Pemanfaatan pupuk organik asal blotong terhadap pertumbuhan rumput raja (Pennisetum purpuroides) pada lahan kering. JIPNAK GOWA. Edisi Khusus : 49 – 53.

Johnson, R.A. and Gouri, K.B. 1992. Statistics Principles and Methods. 2nd Ed. John Willey and Sons Inc., Canada.

(49)

26 Mansyur. 2003. Pembenaman dan pemulsaan Chromolaena odorata (L.) King and

Robinson pada kandungan fosfor dan kandungan protein kasar Desmodium rensonii. Laporan Mata Kuliah Topik Khusus. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mastur dan L.A. Ismail. 2000. Nilai kecernaan in vitro bahan kering dan bahan organik legum Desmodium rensonii pada berbagai jarak tanam dan umur potong. Oryza VI (22): 1 – 5. Mataram University Press. Universitas Mataram. Nusa Tenggara Barat.

McDonald,P.,R.A. Edwards, J.F.D. Greenhalgh and C.A.Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. Longman Scientific and Technical. New York.

Rahayu, E.S. 2003. Peranan Penelitian Alelopati dalam Pelaksanaan Low External Input and Sustainable Agricultural (LEISA). Pengantar Falsafah Sains. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Rahmawati, A. 2004. Respon pemberian Chromolaena odorata (L.) King and Robinson dengan pemulsaan dan pembenaman terhadap produksi dan pertumbuhan legum Desmodium rensonii. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sablan,P. and M.Marutani. 2003. Desmodium rensonii : Nitrogen fixing tree. Agricultural and Life Science, Guam. http://www.uog.edu/cals/enhort. nft%20flder/ Desmodium_rensonii.pdf. [13 Desember 2003]

Santoso. 1985. Pengaruh naungan terhadap program, kandungan gizi dan kecernaan legum Peuraria phaseoloides. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Sarief,E.S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Sopiah, S. S. 2002. Evaluasi in vitro beberapa limbah agroindustri untuk pakan sapi perah. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sukman,Y dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers.

Jakarta.

Sutardi, T. 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi oleh mikroba rumen dan pemanfatannya bagi produktifitas ternak. Prosiding Seminar Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Sutardi, T. 2001. Revitalisasi peternakan sapi perah melalui penggunaan ransum berbasis limbah perkebunan dan suplemen mineral organic. Laporan Akhir Riset Unggulan Terpadu VIII.1. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Umum. Bogor.

Tilley, J. M. and R. A. Terry. 1963. A Two Stage Technique for in the In vitro

Digestion of Forage Crops. J. Br. Grassland Soc. 18 : 104 - 111.

Tjitrosoedirdjo, S., Sri S. Tjitrosoedirdjo and R.C. Umaly. 2003. The status of

(50)

27 Umboh, A.H. 2000. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Penebar Swadaya. Jakarta. Zokufika, I. E. 2002. Alien invader plants. http://www.geoticities.com/wessaliens/

(51)

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih tertinggi, puji syukur penulis haturkan ke hadirat Alloh SWT yang senantiasa melimpahkan rahmatNya hingga terselesaikannya skripsi yang berjudul “Evaluasi In Vitro Legum Desmodium rensonii dengan Pemulsaan dan Pembenaman Chromolaena odorata (L.)King dan Robinson”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc. Agr dan Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc. Agr yang telah membimbing, memberikan arahan serta motivasi hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Kepada Ir. Despal selaku dosen penguji seminar, Ir. Sri Harini, MS. Dan Ir. Suhut Simamora, MS. sebagai dosen penguji ujian sidang atas segala masukan dalam penulisan skripsi, juga kepada ibu Indah Wijayanti, STP., Ir. Dwi Margi Suci, MS sebagai panitia seminar dan Ir. Lilis Khotijah, M.Si sebagai panitia ujian sidang.

Ungkapan terima kasih dari lubuk hati atas kekuatan cinta dan kasih sayang kedua orang tua penulis yang tak henti memberikan nasehat dan melantunkan doa hingga dapat menyelesaikan amanah ini. Semoga Alloh azza wa jalla membalasnya dan mengasihinya sebagaimana keduanya telah mengasihi penulis dari kecil dengan pemberian terindah di jannahNya kelak. Kepada Teteh, Aa dan Adik-adik yang selalu memberikan dorongan hingga detik ini.

Terima kasih kepada imam keluarga, suami yang penulis sayangi atas segala motivasi, kesabaran dan doa hingga penulis dapat meraih gelar SPt., kepada calon jundi yang dengan kehadirannya menambah semangat dalam setiap hari yang penulis lalui. Tiada kebahagiaan yang dilalui tanpa kehendakNya.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Annis, Hilda, Riri, Eka, bu Dian di Lab. INTP, teman-teman INMT 37, Naila Crew, CNN Crew, Adik-akik 38, 39 dan 40 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga Alloh membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

Skripsi ini semoga bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2007

(52)
(53)
(54)

30

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lokasi dan Petak Pemeliharaan Legum Desmodium rensonii

(55)

31 Lampiran 3. Analisa Rataan Kecernaan Bahan Kering Legum Desmodium rensonii

selama 10 Minggu Pemeliharaan Mulsa Vs. Kontrol dengan Sebaran T-Student

Hipotesa (H1) : Pemulsaan mempengaruhi kecernaan bahan kering legum

Desmodium rensonii

Perlakuan rataan s db sp t T0,01/2 T0,05/2 Mulsa 25,66 4,78 2 4,11 0,66 4,30 2,92

Kontrol 23,45 3,31 2

H1 ditolak

Lampiran 4. Analisa Rataan Kecernaan Bahan Kering Legum Desmodium rensonii

selama 10 Minggu Pemeliharaan Mulsa Vs. Benam dengan Sebaran T-Student

Hipotesa (H1) : Pembenaman mempengaruhi kecernaan bahan kering legum

Desmodium rensonii

Perlakuan rataan s db sp t T0,01/2 T0,05/2 Benam 22,67 2,17 2 3,71 1,71 4,30 2,92

Mulsa 25,66 4,78 2

H1 ditolak

Lampiran 5. Analisa Rataan Kecernaan Bahan Kering Legum Desmodium rensonii

selama 10 Minggu Pemeliharaan Benam Vs. Kontrol dengan Sebaran T-Student

Hipotesa (H1) : Pembenaman mempengaruhi kecernaan bahan kering legum

Desmodium rensonii

Perlakuan rataan s db sp t T0,01/2 T0,05/2 Benam 22,67 2,17 2 2,80 0,59 4,30 2,92

Kontrol 23,45 3,31 2

(56)

32 Lampiran 6. Analisa Rataan Kecernaan Bahan Organik Legum Desmodium rensonii

selama 10 Minggu Pemeliharaan Mulsa Vs. Kontrol dengan Sebaran T-Student

Hipotesa (H1) : Pemulsaan mempengaruhi kecernaan bahan organik legum

Desmodium rensonii

Perlakuan rataan s db sp t T0,01/2 T0,05/2 Mulsa 25,91 4,10 2 3,53 0,66 4,30 2,92

Kontrol 24,00 2,85 2

H1 ditolak

Lampiran 7. Analisa Rataan Kecernaan Bahan Organik Legum Desmodium rensonii

selama 10 Minggu Pemeliharaan Mulsa Vs. Benam dengan Sebaran T-Student

Hipotesa (H1) : Pembenaman mempengaruhi kecernaan bahan organik legum

Desmodium rensonii

Perlakuan rataan s db sp t T0,01/2 T0,05/2 Benam 22,98 2,17 2 3,28 1,09 4,30 2,92

Mulsa 25,91 4,10 2

H1 ditolak

Lampiran 8. Analisa Rataan Kecernaan Bahan Organik Legum Desmodium rensonii

selama 10 Minggu Pemeliharaan Benam Vs. Kontrol dengan Sebaran T-Student

Hipotesa (H1) : Pembenaman mempengaruhi kecernaan bahan organik legum

Desmodium rensonii

Perlakuan rataan s db sp t T0,01/2 T0,05/2 Benam 22,98 2,17 2 2,53 0,49 4,30 2,92

Kontrol 24,00 2,85 2

(57)

33 Lampiran 9. Analisa Rataan Produksi Volatile Fatty Acid (VFA) Legum

Desmodium rensonii selama 10Minggu Pemeliharaan Mulsa Vs.

Kontrol dengan Sebaran T-Student

Hipotesa (H1) : Pemulsaan mempengaruhi produksi Volatile Fatty Acid (VFA) legum Desmodium rensonii

Perlakuan rataan s db sp t T0,01/2 T0,05/2 Mulsa 98,97 8,56 2 9,11 0,62 4,30 2,92

Kontrol 94,37 9,62 2

H1 ditolak

Lampiran 10. Analisa Rataan Produksi Volatile Fatty Acid (VFA) Legum

Desmodium rensonii selama 10 Minggu Pemeliharaan Mulsa Vs. Benam dengan Sebaran T-Student

Hipotesa (H1) : Pembenaman mempengaruhi produksi Volatile Fatty Acid (VFA) legum Desmodium rensonii

Perlakuan rataan s db sp t T0,01/2 T0,05/2 Benam 99,61 10,64 2 9,66 0,08 4,30 2,92

Mulsa 98,97 8,56 2

H1 ditolak

Lampiran 11. Analisa Rataan Produksi Volatile Fatty Acid (VFA) Legum

Desmodium rensonii selama 10 Minggu Pemeliharaan Benam Vs. Kontrol dengan Sebaran T-Student

Hipotesa (H1) : Pembenaman mempengaruhi produksi Volatile Fatty Acid (VFA) legum Desmodium rensonii

Perlakuan rataan s db sp t T0,01/2 T0,05/2 Benam 99,61 10,64 2 10,14 0,63 4,30 2,92

Kontrol 94,37 9,62 2

(58)

34 Lampiran 12. Analisa Rataan Produksi Amonia (NH3) Legum Desmodium rensonii

selama 10 Minggu Pemeliharaan Mulsa Vs. Kontrol dengan Sebaran T-Student

Hipotesa (H1) : pemulsaan mempengaruhi produksi produksi Amonia (NH3) legum

Desmodium rensonii

Perlakuan rataan s db sp t T0,01/2 T0,05/2 Mulsa 12,69 2,44 2 3,01 0,68 4,30 2,92

Kontrol 11,02 3,49 2

H1 ditolak

Lampiran 13. Analisa Rataan Produksi Amonia (NH3) Legum Desmodium rensonii

selama 10 Minggu Pemeliharaan Mulsa Vs. Benam dengan Sebaran T-Student

Hipotesa (H1) : pembenaman mempengaruhi produksi Amonia (NH3) legum

Desmodium rensonii

Perlakuan rataan s db sp t T0,01/2 T0,05/2 Benam 12,41 0,41 2 1,75 0,20 4,30 2,92

Mulsa 12,69 2,44 2

H1 ditolak

Lampiran 14. Analisa Rataan Produksi Amonia (NH3) Legum Desmodium rensonii

selama 10 Minggu Pemeliharaan Benam Vs. Kontrol dengan Sebaran T-Student

Hipotesa (H1) : pembenaman mempengaruhi produksi Amonia (NH3) legum

Desmodium rensonii

Perlakuan rataan s db sp t T0,01/2 T0,05/2 Benam 12,41 0,41 2 2,48 0,69 4,30 2,92

Kontrol 11,02 3,49 2

(59)

Gambar

Gambar 1. Batang, Daun, dan Bunga Chromolaena odorata (a) Batang C. odorataketika Muda dengan Bulu-bulu Halus dan Tekstur Halus (b) Daun C
Gambar 2. Bunga dan Daun Legum Desmodium rensonii (a) Bunga D. rensonii Berwarna Ungu (b) Daun D
Tabel 1. Hasil Analisis Awal Lahan Percobaan Laboratorium Agrostologi IPB
Gambar 3. Denah Pengacakan Petak Penanaman dan Perlakuan D. rensonii
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

kesempatan yang telah Tuhan berikan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Minat Terhadap Pekerjaan Dengan Kepuasan

Sistem aturan dan pencariannya adalah menentukan jenis plat yang akan dipotong, kemudian dilanjutkan dengan ke pemilihan plat mentah yang dipotong sesuai dengan ketebalan dan

 Membaca teks, siswa diberi waktu untuk menuliskan kalimat yang menyatakan kewajiban dan hak pada tabel yang telah disediakan.. Ingatkan siswa untuk melakukannya

Hal ini sesuai dengan teori bahwa AV terjadi pada pria dengan kisaran umur 16-19 tahun (Wasitaatmadja, 2011) karena pada laki-laki umur 16-19 tahun adalah waktu

Wahidin Sudiro Husodo Medan Labuhan Kota Medan Pario,

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut (1) Patin merupakan komoditas perikanan yang potensial dikembangkan di Kabupaten Mesuji dengan

Dari hasil jawaban responden untuk variabel Rekrutmen (X1) masih banyak responden yang menjawab ragu-ragu dengan total 49 responden untuk pernyataan “Proses