• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA SISWA ASRAMA DI SMAIT NUR HIDAYAH KARTASURA NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA SISWA ASRAMA DI SMAIT NUR HIDAYAH KARTASURA NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA SISWA ASRAMA DI SMAIT NUR HIDAYAH

KARTASURA

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Aprinal alpajri J 500120033

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

(2)
(3)

ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA SISWA ASRAMA DI SMAIT NUR HIDAYAH

KARTASURA

Aprinal Alpajri, Flora Ramona S.P, Listyana Masyita Dewi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Latar belakang : Akne vulgaris adalah penyakit kulit obstruktif kronik pada kelenjar pilosebasea yang sering terjadi pada remaja, terbanyak pada usia 16-19 tahun pada laki-laki. Terdapat berbagai hal yang dapat menyebabkan akne vulgaris dan stres merupakan salah satu pemicu terjadinya akne vulgaris. Stres bisa memicu peingkatan hormon androgen yang akan menyebabkan kelenjar minyak bertambah besar dan produksi sebum semakin banyak. Selain itu produksi hormon androgen dari kelenjar adrenal akan meningkatkan asam lemak dalam sebum, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi baru dan timbulnya akne vulgaris

Tujuan : Penelitian ini untuk mengetahui hubungan stres dengan timbulnya akne vulgaris pada siswa asrama SMAIT Nur Hidayah Kartasura

Metode : Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Untuk uji kemaknaan hubungan antara variabel tersebut menggunakan uji spearman. Penelitian ini menggunakan alat bantu berupa kuisioner L-MMPI, kuisioner DASS dan menggunakan foto yang akan didiagnosis oleh dokter spesialis kulit.

Hasil penelitian : Dari 50 siswa didapatkan 84% diantaranya mengalami stres dan semua siswa mengalami akne vulgaris baik derajat ringan, sedang, dan berat. Hasil analisis uji korelasi Spearman antara tingakt stres dengan tingakat kaparahan akne vulgaris di SMAIT Nurhidayah Kartasura didapatkan nilai p <0,001

Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan akne vulgaris pada siswa laki-laki yang tinggal di asrama SMAIT Nur Hidayah Kartasura.

Kata kunci : akne vulgaris, stres, faktor resiko 1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

2

(4)

ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN STRESS LEVEL AND ACNE VULGARIS SAVERITY AT STUDENT DORM IN SMAIT NUR HIDAYAH

KARTASURA

Aprinal Alpajri, Flora Ramona S.P, Listyana Masyita Dewi Medical Fakulty of Muhammadiyah Surakarta University

Background : Acne vulgaris is an obstructive chronic skin disease of pilosebacea gland and it is often occured in adolescence, mostly in male of 16-19 years old. The etiology of acne vulgaris onset is multifactorial, and one of them is stress. Stress can trigger an increase in androgen hormones that will cause the sebaseal glands gotting bigger and sebum production, increasing. Besides, the production of androgens from the adrenal glands will increase the fatty acids in sebum, resulting in damage to the follicle wall and raised new lesions and the occurrence of acne vulgaris

Purpose : The aim of the study is to know the correlation between stress level and the saverity of acne vulgaris among at student’s dorm in SMAIT Nur Hidayah Kartasura.

Method : uses an observational-analytic method with cross-sectional approach.Spearman correlation test is performed to know significance of correlation between to vatiables. This study uses comr tools such as L-MMPI questionnaire, DASS questionnaire and use the photos to be diagnosed by a dermatologist.

Results : It was found that 84% of 50 students suffered from stress and affected student had acne vulgaris with mild, moderate and serious degrees of severity. There is correlation between stress level and acne vulgaris onset of male at student’s dorm in SMAIT Nur Hidayah Kartasura p<0,001

Conclusion : There is a significant between stress level and acne vulgaris severity among male student’s of SMAIT Nur Hidayah Kartasura.

Keywords: akne vugaris, stress risk factor

1

Student at Medical Faculty of Muhammadiyah University of Surakarta 2

(5)

PENDAHULUAN

Akne vulgaris (AV) adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, nodul, dan kista pada tempat predileksinya seperti di wajah, punggung, lengan atas, dan leher atas (Ichsan dan Muhlisin, 2008). Akne vulgaris merupakan salah satu penyakit kulit yang menjadi masalah bagi remaja dan dewasa muda, pada umumnya insiden penyakit ini terjadi pada sekitar umur 14-17 tahun pada wanita dan 16-19 tahun pada pria (Purwaningdya dan Karmila, 2013).

Akne vugaris adalah penyakit kulit umum dan ditandai oleh peradangan, baik terbuka maupun tertutup yaitu peradangan komedo, papula, pustula, dan nodul, terjadi sekitar 60-70% kasus AV dan 20% akan memiliki jerawat yang parah. Berdasarkan penelitian di kawasan Asia Tenggara terdapat 40-80% kasus AV dan di Indonesia, AV merupakan penyakit kulit yang umum terjadi sekitar 85-100% kasus AV. Berdasarkan catatan kelompok study dermatologi kosmetika Indonesia diketahui bahwa 60% penderita AV pada tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007 (Manarisip, et al, 2015) dan 90% pada tahun 2009. Prevelansi tertinggi yaitu pada umur 14-17 tahun, dimana pada wanita berkisar 83-85% dan pada pria yaitu pada umur 16-19 tahun berkisar 95-100% ( Nisa, 2015 ).

Penyebab timbulnya AV belum diketahui dengan pasti tetapi AV yang terjadi pada usia pubertas dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, yaitu meningkatnya kadar hormon androgen, penggunaan kosmetik, personal hygiene yang buruk, pola tidur yang tidak baik seperti tidur larut malam dan stres (Hardianti, et al, 2015). Stres adalah suatu keadaan yang muncul akibat ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya (Kurnia, et al, 2012).

Kulit dan jiwa memiliki hubungan yang beraneka ragam antara baik fisiologis maupun patologis. Kulit dan penyakit kulit memberikan dimensi psikososial yang khusus yaitu dapat menimbulkan interaksi dua arah antara jiwa dan kulit seperti

(6)

faktor psikis dapat mempengaruhi kulit, sebaliknya keadaan kulit dapat juga berpengaruh terhadap jiwa (Ichsan dan Muhlisin, 2008).

Keadan psikis atau keadaan jiwa dapat berupa stres, dan stres dapat menyebabkan AV karena kondisi stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi AV. Gautama dan Nadeak (2013) mengatakan eksaserbasi AV ini disebabkan oleh meningkatnya produksi hormon androgen dari kelenjar adrenal dan sebum yang berlebihan menyebabkan terjadinya penyumbatan pada kelenjar sebasea dan membentuk mikrokomedo.

Stres pada remaja bisa ditimbulkan karena rasa ingin memiliki kebebasan dalam hidupnya (Soeroso, 2001). Keadaan di asrama dengan peraturan dan kondisi yang berbeda dengan di rumah akan menjadi sumber tekanan (stresor) sehingga dapat menyebabkan stres (Zakiyah, et al, 2010), selain itu Keadaan di asrama mulai situasi asrama hingga jadwal kegiatan di asrama telah diatur demi kepentingan siswa, siswa di asrama tinggal dengan fasilitas yang berbeda dengan di rumah, dan diwajibkan mengikuti kegiatan-kegiatan asrama yang berbeda dengan kegiatan sekolah, dan siswa harus menghadapi perubahan yang terjadi di dalam dirinya tanpa orang tua dan pada lingkungan baru yang menuntut siswa untuk hidup mandiri (Zakiyah, et al, 2010). Keadaan inilah yang akan menimbulkan stres pada siswa nantinya dan stres ini bisa menyebakan AV sesuai dengan faktor risiko AV.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus dalam suatu saat (Notoatmojho, 2012). Subyek penelitian diambil dari populasi siswa SMAIT Nur Hidayah Kartasura. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling purposive sampling dari non probability sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik

(7)

populasi. Intrumen pada penelitian ini adalah data primer dari kuisioner dan foto bagian wajah yang telah didiagnosis oleh dokter spesialis kulit.

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian

Tabel 4.0 Distribusi data umur sampel

No Umur Frekuensi Persentase (%)

1 15 tahun 5 10% 2 16 tahun 17 34% 3 17 tahun 15 30% 4 18 tahun 10 20% 5 19 tahun 3 6% Jumlah 50 100%

Tabel 4.1 Ditribusi data dari tingkat stres

No Tingkat stress Frekuensi Persentasi (%)

1 Normal 8 16%

2 Stres ringan 5 10%

3 Stres sedang 17 34%

4 Stres berat 11 22%

5 Stres sangat berat 9 18%

(8)

Tabel 4.2 Distribusi data Akne vulgaris

No Akne vulgaris Frekuensi Persentase (%)

1 Ringan 16 32%

2 Sedang 11 22%

3 Berat 23 46%

Jumlah 50 100%

Tabel 4.2 Tabel korelasi

Normal Ringan Sedang Berat Sangat berat

Ringan 6 2 4 2

Sedang 4 4

Berat 4 10 9

B. Analisis Data

Tabel 4.3 korelasi Spearman

Tingkat stress Akne vulgaris Uji Spearman Tingkat stress R 0,572 P 0,000014016 N 50 50 Akne vulgaris R 0,572 P 0,000014016 N 50 50

(9)

Setelah dilakukan analasis data menggunakan SPSS for windows dengan uji spearman maka didapatka nilai p < 0,001 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna dengan kekuatan korelasi sangat kuat antara kedua variabel.

PEMBAHSAN

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.0 didapatkan bahwa sampel penelitian ini berumur kisaran 15-19 tahun. Hal ini sesuai dengan teori bahwa AV terjadi pada pria dengan kisaran umur 16-19 tahun (Wasitaatmadja, 2011) karena pada laki-laki umur 16-19 tahun adalah waktu pubertas yang ditandai dengan peningkatan hormon seks, terutama hormon androgen yang dapat menyebabkan hiperplasia dan hipertrofi dari kelenjar sebasea sehingga angka kejadian AV paling tinggi adalah pada usia remaja (Strauss dan Kligman, 2001), dan kebanyakan remaja pria dapat mengendalikan timbulnya AV antara umur 20-25 tahun (Goulden, et al, 1999).

Hasil analisis data menggunakan uji korelasi spearman didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan kejadian AV pada siswa yang tinggal di asrama SMAIT Nur Hidayah Kartasura. Data pada tabel 4.1 dan 4.2 didapatkan 82% siswa mengalami stres dengan derajat yang berbeda, dan didapatkan juga semua siswa menderita AV. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan Tangka, et al (2014) yang mengatakan hampir 85 % anak SMA yang berusia antara 15-18 tahun, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai berbagai derajat kelainan AV.

Hasil penelitian yang dijelaskan pada tabel 4.1 dan 4.2 menggambarkan bahwa 84% siswa yang mengalami stres diikuti dengan timbulnya AV. Penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yang dilakukan Manarisip, et al, (2015) dan Ika (2015) tentang hubungan stres dengan AV yang menunjukkan hasil yang korelasi yang bermakna.

(10)

Penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya hanya saja pada penelitian ini dilakukukan pada sampel angka insidensi paling tinggi yaitu remaja pria yang berumur 16-19 tahun, sesuai dengan penjelasan yang telah tertera pada tinjauan pustaka bahwa insiden AV pada wanita terjadi sekitar umur 14-17 tahun dan pada pria terjadi sekitar umur 16-19 tahun (Wasitaatmadja, 2011).

Penelitian lain yang membuktikan adanya hubungan antara AV dengan stres yaitu penelitian yang dilakukan pada 4,576 pasien yang menderita berbagai masalah kulit, 55% dari mereka yang menderita AV mengatakan stres yang mereka alamilah yang menyebabkan ekseserbasi AV yang mereka derita, karena produksi sebum lebih labil pada mereka yang menderita AV selama periode stres. Sebuah penelitian juga dilakukan pada tahun 1952 tentang stres dan AV didapatkan bahwa produksi sebum meningkat pada pasien yang menderita AV saat pasien stres (Koo, et al, 1991) .

Dengan demikian penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang hubungan stres dengan kejadian AV. Walaupun dalam penelitian ini telah ditetapkan beberapa kriteria agar tidak menimbulkan bias yang disebabkan variabel perancu seperti herediter, makan-makanan dan obat-obatan akan tetapi dalam pengendalian faktor yang dapat menimbulkan AV masih sangat sulit karena penyebab dari AV itu sendiri yang masih belum diketahui dengan pasti (Harahap, 2000).

Stres yang dialami siswa bisa juga terjadi ketika menghadapi ujian. Sebuah penelitian cohort menjelaskan bahwa siswa yang menderita AV selama ujian menunjukkan peningkatan keparahan AV yang mereka derita. Hal ini dikaitkan dengan peningkatan stres yang mereka derita selama ujian (Chiu, et al, 2003), karena stres dapat meningkatkan peroduksi hormon Adenocorticotropin Hormon (ACTH). Peningkatan kadar ACTH dalam darah akan menyebabkan aktivitas korteks adrenal meningkat. Salah satu hormon yang dihasilkan oleh korteks adrenal adalah hormon androgen, sehingga aktivitas korteks yang meningkat akan mengakibatkan peningkatan kadar hormon androgen (Guyton dan Hall, 2008).

(11)

Hormon androgen menyebabkan kelenjar minyak bertambah besar dan produksi sebum semakin banyak (Harahap, 2000). Selain itu produksi hormon androgen dari kelenjar adrenal akan meningkatkan asam lemak dalam sebum, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi baru (Manarisip, et al, 2015).

Timbulnya AV pada siswa yang tinggal di asrama bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti herediter, makanan, dan stress. Stres dapat memicu timbulnya AV karena antara kulit dan jiwa memiliki hubungan yang timbal balik. Jiwa dapat mempengaruhi timbulnya penyakit kulit dan penyakit kulit bisa berpengarih terhadap jiwa (Ichsan dan Muhlisin, 2008). Akne vulgaris itu sendiri memiliki efek psikologis yang signifikan, misalnya depresi lebih sering terjadi pada orang yang menderita AV dibandingkan orang tanpa AV dan terjadinya penurunan tingkat depresi pada seseorang yang menderita AV selama dan setelah dilakukan pengobatan (Magin, et al, 2005).

KESIMPULAN

Setelah dilakukan analasis data menggunakan SPSS 21 for windows dengan uji spearman maka didapatka nilai p < 0,001 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna dengan kekuatan korelasi sangat kuat antara kedua variable, berarti adanya hubungan stres dengan tingkat keparahan akne vulgaris pada siswa yang tinggal di asrama SMAIT Nurhidayah Surakarta.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih kepada dr. Flora Ramona, S.P, M.Kes., Sp.KK dan dr. Listyana Masyita Dewiyang telah membimbing dan membantu penelitian ini hingga selesai.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Chiu, A. Chon, S.Y. Kimbali, A.B. 2003. The Response Of Skin Disease to Stress : Changrs in the severity of acne vulgaris as affected by examination stress. Arch dermatol. 2003

Gautama, S., Nadeak, K. 2013. Gambaran Tingkat Stres dan Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2009. Jurnal fakultas kedokteran USU Vol 1 No 1, 2013

Goulden, V. Stables, G.I. Cunliffe, W.J. 1999. Prevalence of facial acne in adult. J Am Acad Dermatol. 1999

Guyton, A.C., Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi XI. Jakarta: EGC, pp.1211-1225.

Harahap, M. 2000. Ilmu penyakit Kulit. Edisi 1. Jakarta: hipokrates, pp.35-45

Hardianti, S.H, Billy, J. K.Sefty S.R. 2015.Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Acne Vulgaris pada Mahasiswa Semester V (lima) Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Samratulangi Manado. Jurnal keperawatan. Vol 3. No 1. Februari 2015

Ichsan, B., Muhlisin, A. 2008. Aspek Psikiatri Akne Vulgaris. Berita Ilmu Keperawatan ISNN 1979-2697, Vol.1 No 3, : 143-146.

Ika., 2015. Hubungan Tingkat Stres Dengan Timbulnya Jerawat Pada Siswa SMP NEGERI 4 NGAWI. Skripsi kedokteran universitas muhammadiyah Surakarta. 2015

(13)

Kurnia, D.F, Rihadini, Dian, M.R, 2012. Perbedaan Kejadian Stres Antara Remaja Putra dan Putri dengan Obesitas di SMA Negeri 1 Wonosari, Klaten. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah. Vol 1, No 1, 2012.

Magin, P. pond, D. Smith, W. 2005. Isotretinoin, Depression, And suicide: A review of the evidence. Br J Gen Pract. 2005

Manarisip, C.K, Billy, J.K, Sefty, S.R. 2015. Hubungan Stress dengan Kejadian Acne Vulgaris pada Mahasiswa Semester V (lima) Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Samratulangi Manado. Jurnal keperawatan. Vol 3. No 1. Februari 2015.

Nisa, R. A., 2015. Akne Vulgaris Pada Remaja, jurnal Majority ,Volume 4 Nomor 6 Februari 2015

Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan: Rineka Cipta Nursalam, Jakarta Purwaningdyah, R.A.K dan Karmila, N.J. 2013. Profil Penderita Akne Vulgaris pada Siswa-Siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan.Jurnal kedokteran. Vol 1 No 1, Februari 2013

Soeroso, S. 2001. Masakah Kesehatan Remaja. Sari Pediatri, Vol. 3, No. 3, Desember 2001

Strauss, J.S, Kligman, A.M, 2001. Effect of progesterone and progesterone like compounds on the human sebaceous gland, J nest Dermatol,2001; 36 : 309-318.

Tangka, J.W, Lumi, F, Ponge, S. 2014. Hubungan kepribadian tipe-D dengan koping klien akne vulgaris di jurusan keperawatan politeknik kesehatan kemenkes manado. JUIPERDO VOL 3, N0. 2 September 2014

Wasiatamadja,S.M. 2011. Akne Erupsi Akne Iformis, Rosasea, Rinofima. Dalam Ilmu Penyakit Kulit Kelamin (Adidjuanda, dkk, Ed). Edisi VI. Jakarta: FKUI, hal 254-259.

(14)

Zakiyah, N, Nuzulia, F.R.H, Setyawan, I. 2010. Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan Prokrasrinasiak Ademik Siswa Sekolah Berasrama di Smpn III Peterongan Jombang. Jurnal Psikologi Vol. 8, No.2, Oktober 2010.

Gambar

Tabel 4.1 Ditribusi data dari tingkat stres
Tabel 4.2 Tabel korelasi

Referensi

Dokumen terkait

Melalui penelitian ini penulis memfokuskan masalah pada pelaksanaan audit internal dan pengendalian internal atas penjualan sewa kamar pada Topas Galeria Hotel Bandung, serta

Bahwa manusia dapat menjadi atraksi wisata dan menarik kedatangan wisatawan. Potensi manusia meliputi daya pengelolaan obyek, daya penampilan hasil karya dan

Atas dasar realita yang ada di lapangan, maka penulis ingin membuktikan apakah masalah minat baca siswa dan media pembelajaran benar-benar berpengaruh terhadap

Untuk menganalisis pengaruh pemberian L-Carnitine terhadap nilai % VEP-1 dan skor CAT penderita PPOK stabil.. Untuk menganalisis pengaruh pemberian L-Carnitine terhadap nilai %

Tanggapan guru terhadap instrumen asesmen pengetahuan yang dikembangkan adalah sangat setuju Hal ini dapat diketahui dari hasil penilaian guru pada Gambar 2

pada saat dan tempat yang telah ditentukan. Pembaca Doa adalah peserta didik yang ditunjuk untuk.. bertugas membaca doa pada saat dan tempat yang

[r]

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU SEKSUAL DINI DAN MEROKOK TERHADAP KEJADIAN KANKER SEVIKS DI RSUD PROF.Dr.