• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN punya orang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN punya orang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak dan Keadaan Geografis

Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo secara geografis berada pada

ketinggian 20 meter di atas permukaan laut. Daerah ini umumnya memiliki curah hujan 280

mm/hm. Luas wilayah Desa Jatimulya 6.250 ha. Desa ini sebelah Utara berbatasan dengan Desa

Trikun, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bongo 1, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa

Mekarjaya, dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Harapan. Jarak Desa Jatimulya dari

Kecamatan 1 km, dari Pusat Pemerintahan Kabupaten 41 km, dan dari Pusat Provinsi Gorontalo

99 km.

2. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk Desa Jatimulya hingga Tahun 2012 secara keseluruhan berjumlah

1.734 orang, jumlah laki-laki 915 orang, dan jumlah perempuan 819 orang. Hal ini menunjukkan

bahwa jumlah laki-laki lebih besar dibandingkan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan.

Besaran penduduk ini terbagi dalam 539 KK dan 4 dusun. Pada Dusun I, terdapat 107 KK,

laki-laki 222 orang, perempuan 189 orang, dengan jumlah keseluruhan 411 orang. Dusun II, terdapat

135 KK, laki-laki 212 orang, perempuan 191 orang, dan keseluruhan 403 orang. Dusun III,

terdapat 155 orang, laki-laki 242 orang, perempuan 216 orang, dan keseluruhan 458 orang.

Dusun IV dihuni oleh 142, laki-laki 239 orang, perempuan 223 orang, dengan keseluruhan 462

orang. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada sajian tabel berikut ini.

Tabel 1. Keadaan Penduduk Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013

No. Dusun Jumlah KK L P Jumlah

(2)

2

Sumber: Data diolah 2013

3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Sebagian besar penduduk Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo

memanfaatkan lahan pertanian dengan menanam beberapa komoditas, seperti padi, jagung, dan

kelapa. Komoditas ini menjadi pilihan utama para petani karena memiliki potensi produksi yang

sangat besar, dan dapat meningkatkan kesejahteraan para petani. Keadaan penduduk menurut

mata pencaharian, memiliki variasi yang kurang merata. Hal ini diperoleh data bahwa jumlah

PNS sebanyak 30 orang, anggota Polri 2 orang, wiraswasta 7 orang, pedagang 11 orang, buruh

tani 101 orang, tani 1.581 orang, dan 2 orang bergerak dalam bidang jasa. Namun demikian,

secara keseluruhan jumlah penduduk lebih banyak bergerak dalam bidang pertanian. Data

tersebut dapat dilihat pada sajian tabel berikut.

Tabel 2. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Jatimulya Kecamatan

Wonosari Kabupaten Boalemo 2013

No. Dusun Laki-Laki

(orang)

Berdasarkan tabel 2 di atas, diketahui jumlah mata pencaharian yang paling banyak yaitu

petani dengan jumlah laki-laki 841 orang dan perempuan 600 orang, sedangkan jumlah mata

pencaharian paling rendah yakni anggota Polri dan jasa masing-masing 2 orang laki-laki.

4. Keadaan Pertanian

Hasil pertanian penduduk lebih banyak menghasilkan padi, jagung, dan kelapa. Sesuai

(3)

Tabel 3. Keadaan Petani Menurut Jumlah Produksi Komoditas di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013

No. Dusun Padi (ha) Jagung (ha) Kelapa (ha)

padi 200,13 ha, luas areal pertanian jagung 80,10 ha, dan luas areal perkebunan kelapa sebesar

13.117 ha.

B. Identintas Petani Sampel

Sampel dalam penelitian ini merupakan petani kelapa berjumlah 20 orang di Desa

Jatimulya Kabupaten Boalemo. Identitas para petani sampel menggambarkan informasi umum

yang berkenan dengan masalah kegiatan usahatani kelapa dalam pada pertani sendiri. Hal ini

perlu dicantumkan untuk menjadi informasi pembanding atau tambahan terhadap masalah

penelitian.

1. Umur Petani

Umur menjadi gambaran statistik fisik seseorang yang ditandai dari data kelahirannya.

Dengan melihat umur, masa produktif sesuai ketahanan fisik dalam menjalankan usahatani

kelapa dapat diketahui. Berikut tabel umur para petani sampel.

Tabel 4. Umur Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013

No. Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

(4)

16 tahun masih terkategori nonproduktif karena belum bisa menjalani usahatani kelapa, sehingga

data petani pada kelompok umur ini masing-masing 0%. Usia 16-60 tahun berjumlah 20 orang

atau dengan persentase 100%, sudah terkategori produktif. Angka ini menunjukkan bahwa petani

kelapa dalam justru lebih produktif dalam usaha taninya. Kegiatan bertani kelapa membutuhkan

potensi fisik yang lebih, terutama saat memasuki masa panen. Petani usia di atas 61 tahun tidak

ditemukan, karena pada dasarnya usia ini tidak dapat dikatakan produktif lagi, dapat dikatakan

bahwa petani sampel secara keseluruhan masih terkategori sebagai petani produktif.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan kualifikasi pendidikan para petani yang dapat dibuktikan

dengan ijazah, yang berimplikasi terhadap cara berpikir mengelola usaha pertanian kelapa. Data

tingkat pendidikan pada petani sampel dapat disajikan seperti tabel berikut ini.

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013

No. Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 1

2

3

4

5

SD/sederajat

SMP/sederajat

SMA/sederajat

Diploma

Sarjana

13

5

2

0

0

65,00

25,00

10,00

0,00

0,00

Jumlah 20 100,00

Sumber: Data diolah 2013

Berdasarkan tabel 5 di atas, menunjukkan bahwa sebanyak 13 atau 65,00% petani

berpendidikan SD, pendidikan SMP sebanyak 5 petani atau 25%, pendidikan SMA hanya 2

(5)

sangat menentukan strata profesi sosial seseorang. Banyak yang memandang bahwa tingkat

pendidikan SD atau SMP banyak berurusan dengan pekerjaan yang membutuhkan tenaga atau

fisik lebih. Lain halnya dengan tingkat pendidikan SMA, diploma, atau sarjana mendapat

lapangan pekerjaan lebih tinggi dibandingkan pendidikan dasar saja. Namun demikian, usahatani

kelapa justru membutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi, sehingga usahatani kelapa justru

akan lebih sukses dalam pengelolaan produksi dan pemasaran dibanding hanya mengandalkan

pendidikan seadanya.

3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan merupakan jumlah anggota keluarga yang harus dibiayai oleh petani.

Besaran anggota keluarga turut memberikan kontribusi terhadap ketersediaan tenaga kerja dalam

usahatani kelapa. Data jumlah tanggungan para petani sampel dapat disajikan seperti tabel di

bawah ini.

Tabel 6. Jumlah Tanggungan Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013

No. Kisaran

Jumlah Tanggungan

(orang)

Total Tanggungan

(orang) Persentase (%) 1

2

3

1-2

3-4

5-6

0

16

4

0

59

21

0,00

73,75

26,25

Jumlah 20 80 100,00

Rata-Rata 4,00

Sumber: Data Data diolah 2013

Berdasarkan tabel 6 di atas, menunjukkan bahwa petani dengan jumlah tanggungan

kisaran antara 1-2 orang tidak ada atau 0%. Kisaran tanggungan 3-4 orang yaitu sebanyak 16

orang atau total keseluruhan sebanyak 59 orang dengan persentase 73,75%. Kisaran 5-6 orang,

hanya 6 petani dengan jumlah total tanggungan 21 orang atau 26,25%. Jumlah tanggungan ini

(6)

tanggungan ada yang sudah memasuki usia produktif, sudah tentu bisa membantu meningkatkan

pendapatan petani dengan adanya tenaga kerja dalam keluarga.

4. Pengalaman Usahatani

Pengalaman usahatani adalah pengalaman berusahatani dapat dilihat lama atau waktu

petani dalam menekuni usahataninya. Semakin lama petani mengerjakan usahataninya, maka

semakin banyak pengalaman yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari tahun sejak menekuni

usahatani yang digelutinya sampai tahun 2013.

Tabel 7. Lama Usahatani Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten

Boalemo 2013

No. Kisaran Tahun Jumlah (orang) Persentase (%) 1

2

3

1-5

6-10

<11

0

20

0

0,00

100

0,00

Jumlah 20 100,00

Sumber: Data Data diolah 2013

Berdasarkan tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa seluruh petani sampel memiliki

pengalaman usahatani kelapa dalam kisaran 6-10 tahun, dengan jumlah keseluruhan 20 orang

atau 100%.

5. Luas Lahan

Luas lahan menjadi salah satu faktor penentu dalam menentukan besarnya biaya atau

pendapatan usahatani yang dikelola oleh para petani sampel. Semakin besar lahan yang digarap

atau dikelola, maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diterima

(7)

Tabel 8. Luas Lahan Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013

No. Luas Lahan (Ha) Jumlah (orang) Persentase (%) 1

2

3

0,25

0,50

1,00

6

6

8

30,00

30,00

40,00

Jumlah Rata-Rata 20 100,00

Sumber: Data Data diolah 2013

Berdasarkan tabel 8 di atas, menunjukkan rata-rata luas lahan para petani sampel 0,55 ha.

Dari 20 orang petani sampel, sebanyak 6 orang atau 30,00% memiliki lahan seluas 0,25 ha,

demikian halnya kisaran luas lahan 0,50 ha. Untuk 8 petani sampel lainnya atau 40,00%

memiliki luas lahan 1,00 ha.

C. Deskripsi Usahatani Kelapa Dalam

Tanaman kelapa dalam di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo

adalah tanaman perkebunan yang dikelola masyarakat. Kelapa dalam oleh masyarakat hanya

merupakan tanaman sampingan, karena umumnya para petani mempunyai lahan persawahan dan

ladang jagung. Meskipun demikian, kelapa dalam dianggap sebagai tanaman tahunan yang dapat

dipanen setiap tiga sampai empat bulan sekali, kelapa dalam dapat tumbuh baik pada daerah

dengan curah hujan antara 1300-2300 mm/tahun, bahkan sampai 3800 mm atau lebih, sepanjang

tanah mempunyai drainase yang baik, tanaman kelapa dalam tumbuh pada berbagai jenis tanah

seperti: alluvial, laterit, vulkanis, berpasir, tanah liat, ataupun tanah berbatu, tetapi baik pada

endapan alluvial.

Luas areal perkebunan kelapa dalam secara keseluruhan 13.117 ha. Potensi yang

terkandung dari luas wilayah ini sangat besar. Dengan dukungan pengelolaan atau manajemen

pertanian yang baik, potensi produksi hasil kelapa dalam dapat dimaksimalkan dengan sangat

baik. Jumlah petani kelapa dalam Desa Jatimulya sebanyak 20 orang. Sebanyak 6 orang

memiliki luas lahan masing-masing 0,5 ha, 8 orang masing-masing luas lahan 1 ha, dan 6 orang

berikutnya masing-masing memiliki lahan seluas 0,25 ha, sehingga secara keseluruhan luas lahan

20 orang petani sebesar 12 ha atau rata-rata 0,56 ha.

(8)

lakukan petani tidak serentak. Ada yang mulai menanam tahun 2004 dan tahun 2005. Petani

yang menanam tahun 2004 sebanyak 11 orang, dan 9 orang lainnya melakukan penanaman pada

tahun 2005, sehingga perbedaan ini turut mempengaruhi masa panen yang tidak sama. Panaaman

kalapa dalam dilakukan dengan cara mengali tanah membentuk lobang dengan kedalaman 50

cm. Dalam 1 ha dapat ditanam 50 pohon kelapa dalam degan jarak 1-2 m, untuk selanjutnya para

petani kelapa dalam menggunaka pupuk dan peptisida untuk pemeliharaan kelapa dalam,

pemupukan dan penyemprotan dilakukan oleh petani jika kelapa dalam mengalami masalah

pertumbuhan atau gangguan hama peyakit.

Kelapa dalam dapat dipanen jika umur kelapa dalam kisaran 5-6 tahun,sebuah pohon

kelapa dalam mampu menghasilkan sekitar 40-200 butir pertahun untuk pemanenan kelapa

dalam terlebih dahulu kelapa dipanjat dengan biaya pemanjatan pada tahun 2009 sebesar 50.000

perhektar dan meningkat setiap tahunnya biaya pemanjatan terakhir 2012 sebesar 130.000

perhektar. Setelah pemanjatan kelapa dibelah dan dicungkil dagingnya untuk dijadikan kopra.

Biaya pencungkilan pada tahun 2009 mencapai 30.000 perhektar dan meningkat pada tiap

tahunnya hingga pada tahun 2012 sebesar 70.000 perhektar. Produksi tanaman kelapa dalam oleh

para petani sampel mulai berproduksi sejak tahun 2009 dengan rata-rata produksi kelapa dalam

yang sudah di olah menjadi kopra adalah sebesar Kg 250.00 pertahun dengan harga kopra Rp

4.000 perkg dan rata-rata produksi yang terakhir yaitu produksi pada tahun 2012 degan total

produksi Kg 760.00 pertahun dengan harga kopra Rp 5.100 perkg.

Hasil perkebunan kelapa diolah secara konvensional sebagai salah satu bahan baku

pembuatan minyak goreng. Dalam memaksimalkan potensi buah kelapa, petani mengolah kelapa

menjadi kopra sebagai bahan baku pasokan produksi pada perusahaan-perusahaan pembuat

minyak goreng. Potensi ekonomi pengelolaan kopra jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

produk pengolahan kelapa secara konvensional. Hal ini dapat menambah tingginya pendapatan

petani kelapa setiap tahunnya.

Petani kelapa dalam hanya memanfaatkan buah dalam bentuk kopra sebagai hasil

produksi tanaman perkebunan yang dikelolanya. Sabut dan tempurung kelapa yang sebenarnya

memiliki nilai ekonomis justru tidak dimanfaatkan, dikarenakan para petani sampel lebih banyak

menggunakan waktu untuk mengolah sawah dan ladang.

(9)

Biaya usahatani merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam melakukan

usahataninya atau biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses produksi. Biaya usahatani

kelapa dalam terbagi menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap usahatani kelapa dalam merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan selama

menggeluti usahataninya. Biaya ini meliputi pajak lahan, dan tenaga kerja, sedangkan biaya

variabel adalah biaya operasional yang dikeluarkan petani selama satu kali proses produksi.

Biaya variabel kelapa dalam mencakup biaya tenaga kerja luar keluarga selama masa panen.

Berikut tabel struktur biaya petani kelapa dalam selama empat tahun terakhir (periode

2009-2012).

Tabel 9. Struktur Biaya Petani Sampel Kelapa Dalam di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari

Kabupaten Boalemo 2013

Jenis Biaya Tahun

2009 2010 2011 2012

Pajak 18.849,80 18.849,80 18.849,80 18.849,80

Biaya tenaga kerja

dalam keluarga:

- Penanaman dan

Panen

154.803,55 166.417,75 77.667,80 159.792,70

Biaya tenaga kerja

luar keluarga

- Pemanjatan

- Pembelahan dan

pencungkilan

- Transportasi

48.000,00

69.000,00

45.000,00

308.250,00

210.000,00

258.750,00

426.000,00

384.750,00

249.750,00

557.500,00

815.250,00

285.000,00

Total Biaya 316.803,55 943.417,75 1.138.167,80 1.817.542,70 Sumber: Data Data diolah 2013

Berdasarkan tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa struktur biaya tertinggi berada pada

tahun 2012 sebesar Rp 1.817.542,70 dan terendah pada tahun 2009 hanya mencapai Rp

316.803,55. Perbedaan ini disebabkan oleh konversi nilai upah yang mengalami perubahan atau

peningkatan setiap tahun, meskipun nilai pajak tidak berubah karena sesuai dengan ketetapan

besaran nilai pajak dari pemerintah.

(10)

biaya penanaman 2004 dengan biaya panen 2009. Untuk tahun 2010 adalah penjumlahan dari

penanaman 2005 dengan biaya panen 2010. Tahun 2011 dan 2012 yang terhitung hanya biaya

panen saja, atau dengan kata lain biaya penanaman hanya sampai pada tahun 2005 dan

setelahnya tidak ada penanaman kelapa dalam oleh para petani.

Dengan demikian hipotesis penelitian terbukti struktur biaya terdiri dari pajak, tenaga

kerja dalam keluarga, dan tenaga kerja luar keluarga. Biaya tersebut dikeluarkan petani kelapa

dalam dengan tujuan untuk meningkatkan produksi.

E. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Kelapa Dalam di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo

Penerimaan dan pendapatan merupakan dua faktor untuk menentukan keuntungan

usahatani kelapa dalam, dengan memperhitungkan nilai produksi, nilai penerimaan, dan nilai

pendapatan secara akumulatif.

1. Produksi Kelapa Dalam

Jumlah produksi adalah hasil atau pendapatan yang diperoleh petani kelapa dalam.

Dalam usahatani kelapa dalam tinggi atau rendahnya harga jual kelapa dalam, dapat

mempengaruhi besar-kecilnya pendapatan yang diperoleh. Data jumlah produksi dan harga dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Produksi Usahatani Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013

No. Tahun Rata-Rata Produksi

(kg) Harga/Kg

1

2

3

4

2009

2010

2011

2012

250,00

615,00

710,50

760,10

Rp 4.000,00

Rp 4.700,00

Rp 4.900,00

Rp 5.100,00

Sumber: Data diolah 2013

Berdasarkan tabel 10 di atas, diketahui bahwa produksi tertinggi pada tahun 2012

sebesar 760,10 kg; sedangkan produksi terendah di tahun 2009 sebesar 250,00 kg. Hal ini

menunjukkan bahwa petani yang berhasil melakukan panen pada tahun 2012 sebanyak 20 orang,

dan tahun 2009 hanya 9 orang. Selain itu, perbedaan ini dipengaruhi oleh masa tanam yang tidak

(11)

2. Penerimaan Kelapa Dalam

Penerimaan adalah hasil produksi dikalikan dengan harga jual. Penerimaan usahatani

kelapa dalam petani sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 11. Penerimaan Usahatani Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013

Sumber: Data diolah 2013

Berdasarkan tabel 11 di atas menunjukkan bahwa penerimaan tertinggi ada pada tahun

2012 sebesar Rp 3.876.510,00, sedangkan penerimaan terendah tahun 2009 sebesar Rp

1.000.000,00. Perbedaan nilai penerimaan disebabkan oleh harga kelapa dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan.

3. Pendapatan Kelapa Dalam

Pendapatan usahatani adalah hasil penerimaan dikurangi total biaya. Pendapatan

usahatani kelapa dalam petani sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 12. Pendapatan Usahatani Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013

No. Tahun Rata-Rata

Penerimaan Total Biaya Pendapatan 1

(12)

Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa pendapatan tertinggi tahun 2011 sebesar Rp

2.343.282,20 dan terendah pada tahun 2009 Rp 683.196,45. Dengan demikian, pendapatan

usahatani kelapa dalam selama empat tahun terakhir mengalami keuntungan, dikarenakan total

penerimaan lebih besar dibandingkan total biaya yang dikeluarkan selama berusaha tani.

4. Analisis R/C Ratio

Analisis R/C Ratio merupakan hasil bagi dari total penerimaan dengan total biaya, maka

keuntungan usahatani kelapa digunakan untuk mengetahui keuntungan atau kerugian petani

kelapa dalam di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo, sebagaimana tersaji

pada tabel berikut.

Tabel 13. Analisis R/C Ratio Usahatani Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013

No. Tahun Rata-Rata R/C Ratio

(TR/TC) Penerimaan Total Biaya

1

2

3

4

2009

2010

2011

2012

1.000.000,00

2.890.500,00

3.481.450,00

3.876.510,00

316.803,55

943.417,75

1.138.167,80

1.817.542,70

3,16

3,06

3,06

2,13

Sumber: Data diolah 2013

Tabel 13 di atas menunjukkan nilai R/C Ratio dengan perhitungan jika R/C Ratio > 1,

maka usahatani kelapa dalam dikatakan menguntungkan, jika < 1, maka usahatani kelapa dalam

dikatakan rugi, dan R/C Ratio = 1, maka usahatani kelapa dalam dinyatakan impas. Dengan

demikian, R/C Ratio tahun 2009 senilai 3,16; R/C Ratio tahun 2010 dan 2011 masing-masing

senilai 3,06; sedangkan R/C Ratio tahun 2012 sebesar 2,13, sehingga R/C Ratio selama empat

tahun terakhir > 1 dan usahatani kelapa dalam di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari

Kabupaten Boalemo mengalami keuntungan. Dengan demikian, hipotesis penelitian terbukti

Gambar

Tabel 1. Keadaan Penduduk Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013
Tabel 2. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013
Tabel 4. Umur Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013
Tabel 5.  Tingkat Pendidikan Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pondasi dalam adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2 meter dan Pondasi dalam adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2 meter dan digunakan untuk menyalurkan beban

gharar dalam pembagian hasilnya. Sedangkan dalam prinsip Islam pada dasarnya ditentukan proporsi berbagi keuntungan pada saat akad dilaksanakan. Pelaksanaan itu

(3) Layanan Serang Siaga 112 merupakan pengintegrasian beberapa layanan pengaduan (call Center) bagi masyarakat yang diselenggarakan oleh Instansi terkait lainya

Pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu: Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai hanya melakukan asset reform saja dalam program

Mari kita kembali kepada Tuhan, biarlah diri kita berada dalam kuasa Yesus untuk mengalahkan iblis.. Jangan pernah menyerah terhadap iblis karena Yesuslah yang lebih

Berdasarkan perhitungan DDD 100 bed-days menunjukkan bahwa penggunaan antibiotika yang paling tinggi adalah antibiotika jenis ampisilin dengan nilai DDD 100 bed-days

Pasal 153 ayat (6) Undang-undang Ketenagakerjaan yang memuat hak pekerja atau larangan yang tidak dapat dijadikan alasan PHK oleh pengusaha, yaitu pada pekerja

Menetralkan permukaan logam untuk mencegah bahan pembersih terbawa ke dalam proses Phosphating, sebab pembersih yang bersifat basa yang terbawa oleh benda kerja akan menetralisasi