BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak dan Keadaan Geografis
Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo secara geografis berada pada
ketinggian 20 meter di atas permukaan laut. Daerah ini umumnya memiliki curah hujan 280
mm/hm. Luas wilayah Desa Jatimulya 6.250 ha. Desa ini sebelah Utara berbatasan dengan Desa
Trikun, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bongo 1, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Mekarjaya, dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Harapan. Jarak Desa Jatimulya dari
Kecamatan 1 km, dari Pusat Pemerintahan Kabupaten 41 km, dan dari Pusat Provinsi Gorontalo
99 km.
2. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk Desa Jatimulya hingga Tahun 2012 secara keseluruhan berjumlah
1.734 orang, jumlah laki-laki 915 orang, dan jumlah perempuan 819 orang. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah laki-laki lebih besar dibandingkan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan.
Besaran penduduk ini terbagi dalam 539 KK dan 4 dusun. Pada Dusun I, terdapat 107 KK,
laki-laki 222 orang, perempuan 189 orang, dengan jumlah keseluruhan 411 orang. Dusun II, terdapat
135 KK, laki-laki 212 orang, perempuan 191 orang, dan keseluruhan 403 orang. Dusun III,
terdapat 155 orang, laki-laki 242 orang, perempuan 216 orang, dan keseluruhan 458 orang.
Dusun IV dihuni oleh 142, laki-laki 239 orang, perempuan 223 orang, dengan keseluruhan 462
orang. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada sajian tabel berikut ini.
Tabel 1. Keadaan Penduduk Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013
No. Dusun Jumlah KK L P Jumlah
2
Sumber: Data diolah 2013
3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Sebagian besar penduduk Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo
memanfaatkan lahan pertanian dengan menanam beberapa komoditas, seperti padi, jagung, dan
kelapa. Komoditas ini menjadi pilihan utama para petani karena memiliki potensi produksi yang
sangat besar, dan dapat meningkatkan kesejahteraan para petani. Keadaan penduduk menurut
mata pencaharian, memiliki variasi yang kurang merata. Hal ini diperoleh data bahwa jumlah
PNS sebanyak 30 orang, anggota Polri 2 orang, wiraswasta 7 orang, pedagang 11 orang, buruh
tani 101 orang, tani 1.581 orang, dan 2 orang bergerak dalam bidang jasa. Namun demikian,
secara keseluruhan jumlah penduduk lebih banyak bergerak dalam bidang pertanian. Data
tersebut dapat dilihat pada sajian tabel berikut.
Tabel 2. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Jatimulya Kecamatan
Wonosari Kabupaten Boalemo 2013
No. Dusun Laki-Laki
(orang)
Berdasarkan tabel 2 di atas, diketahui jumlah mata pencaharian yang paling banyak yaitu
petani dengan jumlah laki-laki 841 orang dan perempuan 600 orang, sedangkan jumlah mata
pencaharian paling rendah yakni anggota Polri dan jasa masing-masing 2 orang laki-laki.
4. Keadaan Pertanian
Hasil pertanian penduduk lebih banyak menghasilkan padi, jagung, dan kelapa. Sesuai
Tabel 3. Keadaan Petani Menurut Jumlah Produksi Komoditas di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013
No. Dusun Padi (ha) Jagung (ha) Kelapa (ha)
padi 200,13 ha, luas areal pertanian jagung 80,10 ha, dan luas areal perkebunan kelapa sebesar
13.117 ha.
B. Identintas Petani Sampel
Sampel dalam penelitian ini merupakan petani kelapa berjumlah 20 orang di Desa
Jatimulya Kabupaten Boalemo. Identitas para petani sampel menggambarkan informasi umum
yang berkenan dengan masalah kegiatan usahatani kelapa dalam pada pertani sendiri. Hal ini
perlu dicantumkan untuk menjadi informasi pembanding atau tambahan terhadap masalah
penelitian.
1. Umur Petani
Umur menjadi gambaran statistik fisik seseorang yang ditandai dari data kelahirannya.
Dengan melihat umur, masa produktif sesuai ketahanan fisik dalam menjalankan usahatani
kelapa dapat diketahui. Berikut tabel umur para petani sampel.
Tabel 4. Umur Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013
No. Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
16 tahun masih terkategori nonproduktif karena belum bisa menjalani usahatani kelapa, sehingga
data petani pada kelompok umur ini masing-masing 0%. Usia 16-60 tahun berjumlah 20 orang
atau dengan persentase 100%, sudah terkategori produktif. Angka ini menunjukkan bahwa petani
kelapa dalam justru lebih produktif dalam usaha taninya. Kegiatan bertani kelapa membutuhkan
potensi fisik yang lebih, terutama saat memasuki masa panen. Petani usia di atas 61 tahun tidak
ditemukan, karena pada dasarnya usia ini tidak dapat dikatakan produktif lagi, dapat dikatakan
bahwa petani sampel secara keseluruhan masih terkategori sebagai petani produktif.
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan kualifikasi pendidikan para petani yang dapat dibuktikan
dengan ijazah, yang berimplikasi terhadap cara berpikir mengelola usaha pertanian kelapa. Data
tingkat pendidikan pada petani sampel dapat disajikan seperti tabel berikut ini.
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013
No. Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 1
2
3
4
5
SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Diploma
Sarjana
13
5
2
0
0
65,00
25,00
10,00
0,00
0,00
Jumlah 20 100,00
Sumber: Data diolah 2013
Berdasarkan tabel 5 di atas, menunjukkan bahwa sebanyak 13 atau 65,00% petani
berpendidikan SD, pendidikan SMP sebanyak 5 petani atau 25%, pendidikan SMA hanya 2
sangat menentukan strata profesi sosial seseorang. Banyak yang memandang bahwa tingkat
pendidikan SD atau SMP banyak berurusan dengan pekerjaan yang membutuhkan tenaga atau
fisik lebih. Lain halnya dengan tingkat pendidikan SMA, diploma, atau sarjana mendapat
lapangan pekerjaan lebih tinggi dibandingkan pendidikan dasar saja. Namun demikian, usahatani
kelapa justru membutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi, sehingga usahatani kelapa justru
akan lebih sukses dalam pengelolaan produksi dan pemasaran dibanding hanya mengandalkan
pendidikan seadanya.
3. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan merupakan jumlah anggota keluarga yang harus dibiayai oleh petani.
Besaran anggota keluarga turut memberikan kontribusi terhadap ketersediaan tenaga kerja dalam
usahatani kelapa. Data jumlah tanggungan para petani sampel dapat disajikan seperti tabel di
bawah ini.
Tabel 6. Jumlah Tanggungan Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013
No. Kisaran
Jumlah Tanggungan
(orang)
Total Tanggungan
(orang) Persentase (%) 1
2
3
1-2
3-4
5-6
0
16
4
0
59
21
0,00
73,75
26,25
Jumlah 20 80 100,00
Rata-Rata 4,00
Sumber: Data Data diolah 2013
Berdasarkan tabel 6 di atas, menunjukkan bahwa petani dengan jumlah tanggungan
kisaran antara 1-2 orang tidak ada atau 0%. Kisaran tanggungan 3-4 orang yaitu sebanyak 16
orang atau total keseluruhan sebanyak 59 orang dengan persentase 73,75%. Kisaran 5-6 orang,
hanya 6 petani dengan jumlah total tanggungan 21 orang atau 26,25%. Jumlah tanggungan ini
tanggungan ada yang sudah memasuki usia produktif, sudah tentu bisa membantu meningkatkan
pendapatan petani dengan adanya tenaga kerja dalam keluarga.
4. Pengalaman Usahatani
Pengalaman usahatani adalah pengalaman berusahatani dapat dilihat lama atau waktu
petani dalam menekuni usahataninya. Semakin lama petani mengerjakan usahataninya, maka
semakin banyak pengalaman yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari tahun sejak menekuni
usahatani yang digelutinya sampai tahun 2013.
Tabel 7. Lama Usahatani Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten
Boalemo 2013
No. Kisaran Tahun Jumlah (orang) Persentase (%) 1
2
3
1-5
6-10
<11
0
20
0
0,00
100
0,00
Jumlah 20 100,00
Sumber: Data Data diolah 2013
Berdasarkan tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa seluruh petani sampel memiliki
pengalaman usahatani kelapa dalam kisaran 6-10 tahun, dengan jumlah keseluruhan 20 orang
atau 100%.
5. Luas Lahan
Luas lahan menjadi salah satu faktor penentu dalam menentukan besarnya biaya atau
pendapatan usahatani yang dikelola oleh para petani sampel. Semakin besar lahan yang digarap
atau dikelola, maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diterima
Tabel 8. Luas Lahan Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013
No. Luas Lahan (Ha) Jumlah (orang) Persentase (%) 1
2
3
0,25
0,50
1,00
6
6
8
30,00
30,00
40,00
Jumlah Rata-Rata 20 100,00
Sumber: Data Data diolah 2013
Berdasarkan tabel 8 di atas, menunjukkan rata-rata luas lahan para petani sampel 0,55 ha.
Dari 20 orang petani sampel, sebanyak 6 orang atau 30,00% memiliki lahan seluas 0,25 ha,
demikian halnya kisaran luas lahan 0,50 ha. Untuk 8 petani sampel lainnya atau 40,00%
memiliki luas lahan 1,00 ha.
C. Deskripsi Usahatani Kelapa Dalam
Tanaman kelapa dalam di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo
adalah tanaman perkebunan yang dikelola masyarakat. Kelapa dalam oleh masyarakat hanya
merupakan tanaman sampingan, karena umumnya para petani mempunyai lahan persawahan dan
ladang jagung. Meskipun demikian, kelapa dalam dianggap sebagai tanaman tahunan yang dapat
dipanen setiap tiga sampai empat bulan sekali, kelapa dalam dapat tumbuh baik pada daerah
dengan curah hujan antara 1300-2300 mm/tahun, bahkan sampai 3800 mm atau lebih, sepanjang
tanah mempunyai drainase yang baik, tanaman kelapa dalam tumbuh pada berbagai jenis tanah
seperti: alluvial, laterit, vulkanis, berpasir, tanah liat, ataupun tanah berbatu, tetapi baik pada
endapan alluvial.
Luas areal perkebunan kelapa dalam secara keseluruhan 13.117 ha. Potensi yang
terkandung dari luas wilayah ini sangat besar. Dengan dukungan pengelolaan atau manajemen
pertanian yang baik, potensi produksi hasil kelapa dalam dapat dimaksimalkan dengan sangat
baik. Jumlah petani kelapa dalam Desa Jatimulya sebanyak 20 orang. Sebanyak 6 orang
memiliki luas lahan masing-masing 0,5 ha, 8 orang masing-masing luas lahan 1 ha, dan 6 orang
berikutnya masing-masing memiliki lahan seluas 0,25 ha, sehingga secara keseluruhan luas lahan
20 orang petani sebesar 12 ha atau rata-rata 0,56 ha.
lakukan petani tidak serentak. Ada yang mulai menanam tahun 2004 dan tahun 2005. Petani
yang menanam tahun 2004 sebanyak 11 orang, dan 9 orang lainnya melakukan penanaman pada
tahun 2005, sehingga perbedaan ini turut mempengaruhi masa panen yang tidak sama. Panaaman
kalapa dalam dilakukan dengan cara mengali tanah membentuk lobang dengan kedalaman 50
cm. Dalam 1 ha dapat ditanam 50 pohon kelapa dalam degan jarak 1-2 m, untuk selanjutnya para
petani kelapa dalam menggunaka pupuk dan peptisida untuk pemeliharaan kelapa dalam,
pemupukan dan penyemprotan dilakukan oleh petani jika kelapa dalam mengalami masalah
pertumbuhan atau gangguan hama peyakit.
Kelapa dalam dapat dipanen jika umur kelapa dalam kisaran 5-6 tahun,sebuah pohon
kelapa dalam mampu menghasilkan sekitar 40-200 butir pertahun untuk pemanenan kelapa
dalam terlebih dahulu kelapa dipanjat dengan biaya pemanjatan pada tahun 2009 sebesar 50.000
perhektar dan meningkat setiap tahunnya biaya pemanjatan terakhir 2012 sebesar 130.000
perhektar. Setelah pemanjatan kelapa dibelah dan dicungkil dagingnya untuk dijadikan kopra.
Biaya pencungkilan pada tahun 2009 mencapai 30.000 perhektar dan meningkat pada tiap
tahunnya hingga pada tahun 2012 sebesar 70.000 perhektar. Produksi tanaman kelapa dalam oleh
para petani sampel mulai berproduksi sejak tahun 2009 dengan rata-rata produksi kelapa dalam
yang sudah di olah menjadi kopra adalah sebesar Kg 250.00 pertahun dengan harga kopra Rp
4.000 perkg dan rata-rata produksi yang terakhir yaitu produksi pada tahun 2012 degan total
produksi Kg 760.00 pertahun dengan harga kopra Rp 5.100 perkg.
Hasil perkebunan kelapa diolah secara konvensional sebagai salah satu bahan baku
pembuatan minyak goreng. Dalam memaksimalkan potensi buah kelapa, petani mengolah kelapa
menjadi kopra sebagai bahan baku pasokan produksi pada perusahaan-perusahaan pembuat
minyak goreng. Potensi ekonomi pengelolaan kopra jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
produk pengolahan kelapa secara konvensional. Hal ini dapat menambah tingginya pendapatan
petani kelapa setiap tahunnya.
Petani kelapa dalam hanya memanfaatkan buah dalam bentuk kopra sebagai hasil
produksi tanaman perkebunan yang dikelolanya. Sabut dan tempurung kelapa yang sebenarnya
memiliki nilai ekonomis justru tidak dimanfaatkan, dikarenakan para petani sampel lebih banyak
menggunakan waktu untuk mengolah sawah dan ladang.
Biaya usahatani merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam melakukan
usahataninya atau biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses produksi. Biaya usahatani
kelapa dalam terbagi menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap usahatani kelapa dalam merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan selama
menggeluti usahataninya. Biaya ini meliputi pajak lahan, dan tenaga kerja, sedangkan biaya
variabel adalah biaya operasional yang dikeluarkan petani selama satu kali proses produksi.
Biaya variabel kelapa dalam mencakup biaya tenaga kerja luar keluarga selama masa panen.
Berikut tabel struktur biaya petani kelapa dalam selama empat tahun terakhir (periode
2009-2012).
Tabel 9. Struktur Biaya Petani Sampel Kelapa Dalam di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari
Kabupaten Boalemo 2013
Jenis Biaya Tahun
2009 2010 2011 2012
Pajak 18.849,80 18.849,80 18.849,80 18.849,80
Biaya tenaga kerja
dalam keluarga:
- Penanaman dan
Panen
154.803,55 166.417,75 77.667,80 159.792,70
Biaya tenaga kerja
luar keluarga
- Pemanjatan
- Pembelahan dan
pencungkilan
- Transportasi
48.000,00
69.000,00
45.000,00
308.250,00
210.000,00
258.750,00
426.000,00
384.750,00
249.750,00
557.500,00
815.250,00
285.000,00
Total Biaya 316.803,55 943.417,75 1.138.167,80 1.817.542,70 Sumber: Data Data diolah 2013
Berdasarkan tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa struktur biaya tertinggi berada pada
tahun 2012 sebesar Rp 1.817.542,70 dan terendah pada tahun 2009 hanya mencapai Rp
316.803,55. Perbedaan ini disebabkan oleh konversi nilai upah yang mengalami perubahan atau
peningkatan setiap tahun, meskipun nilai pajak tidak berubah karena sesuai dengan ketetapan
besaran nilai pajak dari pemerintah.
biaya penanaman 2004 dengan biaya panen 2009. Untuk tahun 2010 adalah penjumlahan dari
penanaman 2005 dengan biaya panen 2010. Tahun 2011 dan 2012 yang terhitung hanya biaya
panen saja, atau dengan kata lain biaya penanaman hanya sampai pada tahun 2005 dan
setelahnya tidak ada penanaman kelapa dalam oleh para petani.
Dengan demikian hipotesis penelitian terbukti struktur biaya terdiri dari pajak, tenaga
kerja dalam keluarga, dan tenaga kerja luar keluarga. Biaya tersebut dikeluarkan petani kelapa
dalam dengan tujuan untuk meningkatkan produksi.
E. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Kelapa Dalam di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo
Penerimaan dan pendapatan merupakan dua faktor untuk menentukan keuntungan
usahatani kelapa dalam, dengan memperhitungkan nilai produksi, nilai penerimaan, dan nilai
pendapatan secara akumulatif.
1. Produksi Kelapa Dalam
Jumlah produksi adalah hasil atau pendapatan yang diperoleh petani kelapa dalam.
Dalam usahatani kelapa dalam tinggi atau rendahnya harga jual kelapa dalam, dapat
mempengaruhi besar-kecilnya pendapatan yang diperoleh. Data jumlah produksi dan harga dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 10. Produksi Usahatani Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013
No. Tahun Rata-Rata Produksi
(kg) Harga/Kg
1
2
3
4
2009
2010
2011
2012
250,00
615,00
710,50
760,10
Rp 4.000,00
Rp 4.700,00
Rp 4.900,00
Rp 5.100,00
Sumber: Data diolah 2013
Berdasarkan tabel 10 di atas, diketahui bahwa produksi tertinggi pada tahun 2012
sebesar 760,10 kg; sedangkan produksi terendah di tahun 2009 sebesar 250,00 kg. Hal ini
menunjukkan bahwa petani yang berhasil melakukan panen pada tahun 2012 sebanyak 20 orang,
dan tahun 2009 hanya 9 orang. Selain itu, perbedaan ini dipengaruhi oleh masa tanam yang tidak
2. Penerimaan Kelapa Dalam
Penerimaan adalah hasil produksi dikalikan dengan harga jual. Penerimaan usahatani
kelapa dalam petani sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 11. Penerimaan Usahatani Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013
Sumber: Data diolah 2013
Berdasarkan tabel 11 di atas menunjukkan bahwa penerimaan tertinggi ada pada tahun
2012 sebesar Rp 3.876.510,00, sedangkan penerimaan terendah tahun 2009 sebesar Rp
1.000.000,00. Perbedaan nilai penerimaan disebabkan oleh harga kelapa dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan.
3. Pendapatan Kelapa Dalam
Pendapatan usahatani adalah hasil penerimaan dikurangi total biaya. Pendapatan
usahatani kelapa dalam petani sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 12. Pendapatan Usahatani Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013
No. Tahun Rata-Rata
Penerimaan Total Biaya Pendapatan 1
Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa pendapatan tertinggi tahun 2011 sebesar Rp
2.343.282,20 dan terendah pada tahun 2009 Rp 683.196,45. Dengan demikian, pendapatan
usahatani kelapa dalam selama empat tahun terakhir mengalami keuntungan, dikarenakan total
penerimaan lebih besar dibandingkan total biaya yang dikeluarkan selama berusaha tani.
4. Analisis R/C Ratio
Analisis R/C Ratio merupakan hasil bagi dari total penerimaan dengan total biaya, maka
keuntungan usahatani kelapa digunakan untuk mengetahui keuntungan atau kerugian petani
kelapa dalam di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo, sebagaimana tersaji
pada tabel berikut.
Tabel 13. Analisis R/C Ratio Usahatani Petani Sampel Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo 2013
No. Tahun Rata-Rata R/C Ratio
(TR/TC) Penerimaan Total Biaya
1
2
3
4
2009
2010
2011
2012
1.000.000,00
2.890.500,00
3.481.450,00
3.876.510,00
316.803,55
943.417,75
1.138.167,80
1.817.542,70
3,16
3,06
3,06
2,13
Sumber: Data diolah 2013
Tabel 13 di atas menunjukkan nilai R/C Ratio dengan perhitungan jika R/C Ratio > 1,
maka usahatani kelapa dalam dikatakan menguntungkan, jika < 1, maka usahatani kelapa dalam
dikatakan rugi, dan R/C Ratio = 1, maka usahatani kelapa dalam dinyatakan impas. Dengan
demikian, R/C Ratio tahun 2009 senilai 3,16; R/C Ratio tahun 2010 dan 2011 masing-masing
senilai 3,06; sedangkan R/C Ratio tahun 2012 sebesar 2,13, sehingga R/C Ratio selama empat
tahun terakhir > 1 dan usahatani kelapa dalam di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari
Kabupaten Boalemo mengalami keuntungan. Dengan demikian, hipotesis penelitian terbukti