• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangbangun model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancangbangun model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung"

Copied!
217
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENYEDIAAN TEPUNG JAGUNG PADA RANTAI

PASOK INDUSTRI BERBASIS JAGUNG

Dorina Hetharia

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul

RANCANGBANGUN MODEL PENYEDIAAN TEPUNG JAGUNG

PADA RANTAI PASOK INDUSTRI BERBASIS JAGUNG

merupakan

gagasan dan hasil penelitian saya dengan arahan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2012

Dorina Hetharia

(4)
(5)

Supply Chain. Supervised by M. SYAMSUL MA’ARIF, YANDRA ARKEMAN, and TITI CANDRA S.

Corn flour as one of the types of products made from corn is an intermediate product. This product is a product that can be consumed directly, can also be used as raw materials of food industry, raw material of feed industry, and raw material of other industries. Corn flour industry is a part of the corn supply chain. The structure of the corn supply chain consists of the centers of corn, traders or collectors, corn flour industry, and users.In the supply chain, the corn flour industry is quite a role as an industry that provides the raw material for food industry, feed industry and other processed industry continuity. To ensure the continuity of the flow of goods in the supply chain, the industry needs to provide the quantity of cornflour with good quality according to consumer demand. As an industry that provided corn flour, it needed to obtain supplies of dry shelled corn from corn gatherers or corn traders. Provision of quantity and quality supply of corn from the centers of corn and collectors were very influential on the corn flour that produced by the corn flour industry.The quantity and the quality of products according to demand be supplied by the corn flour industry. This research was intended to design model that provided the quantity and the quality of corn flour to meet consumer demand. This model consists the prediction of maize production model, the shelled corn quality classification model, the corn flour quality clustering model, and the prediction of corn flour consumers demand model. Artificial neural networks and statistical forecasting methods were used for the prediction of maize production and the prediction of corn flour demand. Fuzzy inference system was used for the shelled corn quality classification and the corn flour quality clustering. Analysis of the implementation of the model produced some policies to ensure the continuity of the flow of goods in the corn supply chain.

(6)
(7)

Pada Rantai Pasok Industri Berbasis Jagung. Dibimbing oleh M. SYAMSUL

MA’ARIF, YANDRA ARKEMAN, dan TITI CANDRA S.

Industri tepung jagung sebagai salah satu agroindustri merupakan bagian dari rantai pasokan berbasis jagung. Industri ini menggunakan bahan baku jagung pipilan yang diproses menjadi tepung jagung (corn flour) melalui proses pengolahan cara kering. Sebagai industri antara yang memproduksi tepung jagung, industri ini akan menyediakan produk yang akan dikonsumsi langsung, dan menyediakan bahan baku bagi industri hilirnya. Jumlah dan mutu tepung jagung yang diproduksi industri ini tergantung dari jumlah dan mutu bahan baku berupa jagung pipilan yang diperoleh dari pengumpul. Sedangkan jumlah dan mutu jagung pipilan tergantung dari produksi jagung di tingkat petani. Dapat dikatakan bahwa penyediaan jumlah dan mutu tepung jagung untuk memenuhi permintaan konsumen tergantung dari produksi jagung. Produktivitas jagung yang rendah di Indonesia mengakibatkan kebutuhan bahan baku bagi industri pengolahan jagung masih belum dapat dipenuhi oleh petani lokal. Hal ini mengakibatkan dibutuhkannya impor jagung sebagai bahan baku industri dari negara produsen jagung lainnya.

Dari berbagai jenis produk yang dapat dihasilkan komoditi jagung ini, tepung jagung merupakan jenis produk yang cukup penting. Hal ini karena tepung jagung merupakan produk antara multiguna yang dapat dijadikan sebagai bahan baku industri pangan, bahan baku pakan, dan sebagai bahan baku industri lainnya. Pengelolaan industri tepung jagung ini tidak terlepas dari rantai pasok agroindustri jagung. Penyediaan jumlah dan mutu pasokan jagung mulai dari petani dan pengumpul sangat berpengaruh terhadap jumlah dan mutu tepung jagung yang diproduksi. Selanjutnya jumlah dan mutu tepung jagung sebagai bahan baku akan berpengaruh pada jumlah dan mutu produk pada industri hilirnya.

(8)

kebijakan-kebijakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.

Kesulitan memprediksi produksi jagung pada periode tertentu oleh pedagang pengumpul mengakibatkan tidak dapat diperkirakan berapa banyak jagung yang dapat dipasok dari petani. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam mengatur perencanaan tentang jumlah bahan baku yang dapat dipasok kepada industri jagung. Kemungkinan terjadinya kekurangan pasokan sehingga kesempatan untuk memperoleh keuntungan akan hilang, dan industri jagung akan membeli dari pihak lain atau mengimpor bahan baku dari negara luar. Tidak adanya prediksi tersebut juga dapat mengakibatkan kelebihan stock jagung yang apabila disimpan dapat menurunkan mutunya bahkan dapat rusak. Sehingga peramalan untuk memprediksi produksi jagung sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan itu. Kemudahan memperoleh pasokan jagung dari petani belum dirasakan oleh para pedagang pengumpul secara merata sehingga berakibat pada penyediaan produk jagung yang akan dipasarkan. Demikian pula halnya dengan kontinuitas pasokan jagung dari petani belum dapat dipenuhi menjadi permasalahan bagi pedagang pengumpul. Kesulitan memperoleh bahan baku secara kontinu yang memenuhi jumlah dan mutu yang ditentukan merupakan masalah bagi industri tepung jagung, karena akan mempengaruhi kontinuitas produksi. Selain jumlah jagung pipilan yang dapat dipasok dari petani belum dapat diprediksi, mutu jagung pipilan yang diperoleh juga sangat bervariasi. Bervariasinya mutu jagung tersebut akibat penggunaan bibit yang bervariasi, cara penanganan produksi yang belum merata, serta cara penanganan panen dan pasca panen yang tidak merata..

Sebagai produk antara atau intermediate product, mutu tepung jagung ditentukan oleh tahapan-tahapan pada proses sebelumnya, bahan baku, serta budidaya tanaman jagung. Dengan kata lain, mutu tepung jagung ditentukan oleh terjaminnya mutu produk pada tingkat awal yakni pada tingkat petani. Bervariasinya mutu bahan baku berupa jagung pipilan yang telah melalui perjalanan dari petani, pengumpul hingga ke pabrik dapat menurunkan mutunya.

Model penyediaan tepung jagung pada rantai pasokan industri berbasis jagung terdiri atas beberapa sub model. Sub model yang dirancang adalah sub model prediksi produksi jagung, sub model pengelompokan mutu jagung pipilan, sub model pengelompokan mutu tepung jagung, dan sub model prediksi permintaan tepung jagung.

(9)

Model pengelompokan mutu jagung pipilan bertujuan untuk mengelompokkan mutu jagung pipilan sebagai bahan baku industri pengolahan jagung. Dalam agroindustri berbasis jagung seperti industri farmasi, pangan, dan pakan, tuntutan konsumen terhadap mutu merupakan hal utama. Selain mutu secara fungsional keamanan pangan juga merupakan hal penting karena menyangkut kesehatan baik manusia maupun hewan. Variabel input dalam model ini adalah kadar air, butir rusak, butir pecah, dan kotoran. Sedangkan variabel output adalah Mutu 1, Mutu 2, dan Mutu 3. Pengelompokan mutu dalam model ini menggunakan fuzzy inference system

dengan model Sugeno.

Model pengelompokan mutu tepung jagung bertujuan untuk mengelompokkan mutu tepung jagung sebagai hasil produksi industri tepung jagung. Permintaan industri farmasi, industri pangan, dan industri pakan sebagai industri pengguna tepung jagung tidak hanya berdasarkan jumlah yang dibutuhkan namun mutu juga merupakan hal yang penting. Tuntutan standar mutu yang ketat adalah industri farmasi, selanjutnya pangan dan pakan. Kandungan aflatoksin diharapkan tidak ada pada industri farmasi, demikian pula industri pangan dan industri pakan memiliki standar tertentu. Berdasarkan hal ini, maka mutu tepung jagung akan dikelompokkan atas 3 kelompok yakni Grade 1, Grade 2 dan Grade 3. Mutu tepung jagung Grade 1 diperuntukkan bagi industri farmasi, Grade 2 untuk industri pangan, dan Grade 3 untuk industri pakan. Pengelompokan ini dilakukan berdasarkan kriteria uji sebagai karakteristik pembeda tepung jagung. Pengelompokan mutu tepung jagung dalam model ini menggunakan fuzzy inference system dengan model Sugeno.

Agar dapat menyediakan jumlah tepung jagung yang harus diproduksi oleh industri tepung jagung, maka diperlukan prediksi permintaan tepung jagung. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi produksi yang tidak memenuhi permintaan atau produksi yang berlebihan. Data yang digunakan dalam model prediksi ini adalah data time series. Alat analisis dalam model prediksi permintaan tepung jagung adalah jaringan syaraf tiruan dan metode peramalan statistikal.

Hasil dari model prediksi produksi jagung menunjukkan bahwa penggunaan jaringan syaraf tiruan lebih akurat dari pada metode peramalan menggunakan model regresi. Hasil ini mengkonfirmasi beberapa penelitian antara lain: penelitian oleh Nam dan Schaefer (1995), Setyawati (2003), Zhang et al. (2004), Erdinç dan Satman (2005), Bhuvanes et al. (2007), Azadeh et al. (2008), Ferreira et al. (2011). Penelitian-penelitian tersebut menyimpulkan bahwa jaringan syaraf tiruan memberikan hasil yang lebih akurat.

(10)
(11)

©

Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar

(12)
(13)

MODEL PENYEDIAAN TEPUNG JAGUNG PADA RANTAI

PASOK INDUSTRI BERBASIS JAGUNG

DORINA HETHARIA

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

Ujian Tertutup : 27 Januari 2012

Penguji Luar Komisi : 1. Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr.

2. Dr. Eng. Taufik Djatna, STP, MSi

Ujian Terbuka : 30 Januari 2012

Penguji Luar Komisi : 1. Prof.Dr. Ir. Dadan Umar Daihani, DEA

(15)

Nama : Dorina Hetharia

NIM : F361040091

Disetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. M. Syamsul Ma’arif, M.Eng K e t u a

Dr. Ir. Yandra Arkeman,M Eng Dr. Ir. Titi Candra Sunarti, MSi Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Machfud, MS Dr. Ir.Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(16)
(17)

memberikan kekuatan, dan mengijinkan penulis menyelesaikan disertasi berjudul Rancangbangun Model Penyediaan Tepung Jagung Pada Rantai Pasok Industri Berbasis Jagung. Disertasi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan penulis yang seyogyanya dapat membantu industri tepung jagung untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. M. Syamsul Ma’arif, M.Eng sebagai ketua Komisi Pembimbing, bapak Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng dan ibu Dr. Ir. Titi Chandra, M.Si sebagai anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. 2. Rektor Universitas Trisakti yang telah memberikan kesempatan dan ijin tugas

belajar kepada penulis.

3. Pimpinan Sekolah Pascasarjana, Pimpinan Fakultas Teknologi Pertanian, Pimpinan, staf pengajar, staf administrasi Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor yang dengan tulus dan ikhlas memberikan ilmu, pengalaman, dan pelayanan dengan penuh tanggungjawab dan pengabdian selama penulis menempuh studi.

4. Pimpinan, Staf pengajar dan staf administrasi Jurusan Teknik Industri Trisakti atas dukungan, pengertian, dan motivasi selama penulis menempuh studi di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

5. Keluarga atas semua pengorbanan, dukungan, pengertian, motivasi, dan do’a yang diberikan selama penulis menempuh studi.

6. Berbagai pihak yang tidak disebutkan satu persatu atas dukungan dan kontribusinya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

Akhir kata, penulis berharap semoga disertasi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Januari 2012

(18)
(19)

Penulis dilahirkan di Ambon pada tanggal 26 Januari 1952 dari pasangan

Cornelis Fransiscus Benjamin Hetharia dan Maria Lewakabessy sebagai putri ketiga

dari tiga bersaudara. Penulis memperoleh gelar Sarjana Muda pada tahun 1975 dan

gelar Sarjana pada tahun 1981 dari Jurusan Bangunan Kapal - Fakultas Teknik

Perkapalan, Universitas Pattimura Ambon. Gelar Magister diperoleh dari program

Pasca Sarjana Teknik dan Manajemen Industri, Institut Teknologi Bandung pada

tahun 1985. Tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan S-3 pada Program Studi

Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis

pernah bekerja pada PT Dok dan Perkapalan ‘Waiame’- Ambon pada tahun 1975 – 1978. Tahun 1980 – 1986 penulis bekerja pada Fakultas Teknik Perkapalan, Universitas Pattimura Ambon. Sejak tahun 1989 hingga sekarang penulis bekerja

sebagai staf pengajar pada Jurusan Teknik Industri - Fakultas Teknologi Industri,

Universitas Trisakti Jakarta. Karya ilmiah yang telah dipublikasikan penulis pada

jurnal ilmiah, berjudul Prediksi Produksi Jagung dalam Model Penyediaan Tepung

Jagung pada Rantai Pasok Jagung, dan Pengelompokan Mutu Jagung Pipilan pada

Model Penyediaan Tepung Jagung. Penulis menikah dengan Frederick Titalepta

(almarhum) dan memiliki tiga orang anak yaitu Emprilon Yantino Ebenhard (33

(20)

i

2.5.2 Algoritma Backpropagasi Umpan Balik ... 22

2.6 Proses Hirarki Analitik ... 24

2.7 Logika Fuzzy ... 27

2.8 Sistem Inferensi Fuzzy ... 28

2.8.1Pembentukan Himpunan Fuzzy ... 29

2.8.2 Aplikasi Fungsi Implikasi ... 32

2.8.3 Defuzzifikasi ... 32

2.9 Peramalan ... 32

2.10 Penelitian Terdahulu ... 39

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran ... 41

3.2 Tahapan Penelitian ... 43

(21)

ii

4.3 Identifikasi Permasalahan ... 50

4.4 Identifikasi Sistem ... 53

5 PERANCANGAN MODEL 5.1 Model Prediksi Produksi Jagung ... 55

5.2 Model Pengelompokan Mutu Jagung Pipilan ... 60

5.3 Model Pengelompokan Mutu Tepung jagung ... 69

5.4 Model Prediksi Permintaan Tepung Jagung... 80

5.4.1 Peramalan Permintaan dengan Metode Time Series ... 82

5.4.2 Peramalan Permintaan dengan Jaringan Syaraf Tiruan ... 83

5.5 Verifikasi dan Validasi Model ... 86

6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi jagung ... 89

6.2 Pengelompokan Mutu Jagung Pipilan ... 91

6.3 Pengelompokan Mutu Tepung Jagung ... 95

6.4 Prediksi Permintaan Tepung Jagung ... 97

6.5 Keterbatasan Model ... 98

6.6 Implikasi Teoritis ... 99

6.7 Implikasi Manajerial ... 100

6.8 Analisis Penggunaan Model dan Kebijakan ... 100

(22)

iii

1 Produksi, luas panen, dan produktivitas jagung di Indonesia .... 3 2 Produktivitas jagung di beberapa negara produsen jagung

dunia ... 4 3 Volume ekspor jagung ke negara luar tahun 2006 ... 5 4 Volume impor jagung dari negara luar tahun 2006 ... 6 5 Komposisi analisis proksimat bagian biji jagung ... 12 6 Parameter jagung pipilan menurut SNI 01-3920-1995 ... 16 7 Syarat mutu tepung jagung menurut SNI 01–3727–1995 ... 17 8 Skala pemberian nilai dalam AHP ... 26 9 Data luas panen, curah hujan, produksi jagung Jawa Tengah

tahun 2010 ... 59 10 Semesta pembicaraan, himpunan fuzzy, domain mutu jagung

pipilan ... 67 11 Representasi kurva variabel mutu jagung pipilan ... 68 12 Penentuan tingkat kepentingan kriteria uji ... 71 13 Matriks perbandingan berpasangan kriteria uji pada industri

farmasi ... 73 14 Matriks perbandingan berpasangan kriteria uji pada industri

pangan ... 73 15 Matriks perbandingan berpasangan kriteria uji pada industri

pakan ... 74 16 Semesta pembicaraan, himpunan fuzzy, domain mutu tepung

jagung ...

78

(23)
(24)

v

1 Konfigurasi industri tepung jagung pada rantai pasok industri

berbasis jagung ... 2 2 Pohon industri jagung ... 10 3 Penampang membujur butir jagung ... 11 4 Proses pembuatan tepung jagung ... 13 5 Neraca masa tepung jagung ... 14 6 Jaringan layar tunggal ... 21 7 Jaringan layar jamak ... 21 8 Arsitektur jaringan pada backpropagation ... 22 9 Representasi linear naik ... 30 10 Representasi linear turun ... 30 11 Representasi kurva segitiga ... 31 12 Representasi kurva trapesium ... 31 13 Pola data peramalan ... 33 14 Taksonomi model peramalan ... 34 15 Tracking signal dalam peramalan ... 39 16 Keterkaitan model pada rantai pasok industri berbasis jagung 41 17 Kerangka pemikiran penelitian ... 43 18 Tahapan penelitian ... 46 19 Diagram input-output sistem analisis penyediaan tepung

jagung ... 54 20 Model konseptual prediksi produksi jagung ... 57 21 Struktur jaringan syaraf tiruan model prediksi produksi

jagung ... 57 22 Tahapan proses prediksi produksi jagung dengan jaringan

syaraf tiruan ... 58 23 Hasil simulasi pada jaringan syaraf tiruan ... 60 24 Model konseptual pengelompokan mutu jagung pipilan ... 63 25 Tahapan pemeriksaan awal mutu jagung pipilan ... 64 26 Model konseptual pengelompokan mutu jagung pipilan

dengan FIS... 65 27 Model pengelompokan mutu jagung pipilan ... 65 28 Agregasi mutu jagung pipilan ... 66

29 Tahapan perancangan model pengelompokan tepung jagung 69

30 Diagram alir penentuan bobot kriteria uji mutu tepung jagung 72 31 Model konseptual pengelompokan mutu tepung jagung ... 74 32 Tahapan pemeriksaan awal mutu tepung jagung ... 75 33 Model konseptual pengelompokan mutu tepung jagung

(25)

vi

39 Tahapan prediksi permintaan tepung jagung dengan JST ... 84 40 Struktur jaringan syaraf tiruan prediksi permintaan tepung

jagung ... 85 41 Himpunan fuzzy variabel butir rusak jagung pipilan ... 93 42 Tampilan If-then rules mutu jagung pipilan pada MATLAB

R2010a ... 94 43 Keluaran mutu jagung pipilan kelompok Mutu 2 ... 94 44 Himpunan fuzzy variabel aflatoksin pada tepung jagung ... 95 45 Tampilan If-then rules mutu tepung jagung pada MATLAB

(26)

vii

1 Prediksi Produksi Jagung Jawa Barat dengan Jaringan Syaraf Tiruan ...

95

2 Hasil program peramalan dengan JST pada MATLAB ... 108

3 Langkah-langkah penggunaan MINITAB 14 peramalan data

kausal ...

109

4 Peramalan Produksi Jagung dengan MINITAB 14 ... 110 5 Aturan (If – then – rules) mutu jagung pipilan ... 112

6 Representasi Model Sugeno pada MATLAB R2010a ... 118

7 Panduan konsultasi pakan untuk penentuan tingkat

kepentingan karakteristik uji mutu tepung jagung ...

124

8 Pengisian matriks perbandingan berpasangan karakteristik uji mutu tepung jagung berdasarkan industri pengolahan jagung

125

9 Aturan (If – then – rules) Mutu Tepung Jagung ... 126 10 Fuzzy Inference System Pengelompokan Mutu Tepung Jagung 132 11 Langkah-langkah penggunaan MINITAB 14 untuk peramalan

dengan data Timeseries ...

137

12 Peramalan Permintaan Tepung Jagung dengan MINITAB 14 141

13 Peramalan permintaan tepung jagung dengan Double Moving Average

148

14 Hasil menjalankan program dengan MATLAB R2010a untuk

meramalkan permintaan tepung jagung

(27)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rantai pasok (supply chain) merupakan jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu

produk ke tangan pemakai akhir (Pujawan, 2005). Perusahaan-perusahaan tersebut

merupakan mata rantai dalam rantai pasok, mencakup pemasok, pabrik,

distributor, ritel, dan perusahaan-perusahaan pendukung. Hubungan antar mata

rantai yang ada didalam rantai pasok dapat dilihat sebagai elemen-elemen yang

saling mendukung, saling memberikan kontribusi bagi kepuasan konsumen akhir.

Perlu adanya koordinasi dan kolaborasi antar perusahaan pada rantai pasok karena

perusahaan-perusahaan tersebut pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir

yang sama. Perusahaan-perusahaan dalam rantai pasok harus bekerjasama untuk

membuat produk yang murah, mengirimkannya tepat waktu, dan dengan mutu

yang memenuhi syarat.

Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) diperlukan untuk merencanakan dan mengelola kegiatan-kegiatan dalam rantai pasok tersebut, agar

tujuan untuk memuaskan konsumen dapat tercapai. Dalam pengelolaan rantai

pasok terdapat tantangan-tantangan yakni kompleksitas struktur rantai pasok dan

adanya ketidak-pastian. Kompleksitas manajemen rantai pasok terjadi karena

melibatkan banyak pihak di dalam maupun di luar perusahaan yang memiliki

kepentingan yang berbeda-beda. Ketidak-pastian yang pertama adalah

ketidak-pastian permintaan, biasanya dari arah distributor atau ritel atau konsumen akhir.

Ketidak-pastian kedua adalah dari arah pemasok, berupa lead time pengiriman bahan baku yang tidak pasti, ketidak-pastian harga, demikian pula jumlah dan

mutu bahan baku.

Rantai pasok agroindustri memiliki kekhususan dibandingkan dengan rantai

pasok industri manufaktur. Berbeda dengan industri manufaktur, bahan baku

dalam rantai pasok agroindustri merupakan hasil pertanian yang dipengaruhi oleh

musim, kondisi alam, benih, hama, dan merupakan produk yang tidak tahan lama

atau mudah rusak. Hal tersebut akan mempengaruhi ketidak-pastian jumlah dan

(28)

ketidak-pastian ini akan mempengaruhi kontinuitas aliran barang dan

keberlangsungan kegiatan-kegiatan dalam rantai pasok.

Industri tepung jagung sebagai salah satu agroindustri merupakan bagian

dari rantai pasok industri berbasis jagung. Industri ini menggunakan bahan baku

jagung pipilan yang akan diproses menjadi tepung jagung (corn flour) melalui proses pengolahan cara kering. Sebagai industri antara yang memproduksi tepung

jagung, industri ini akan menyediakan produk yang akan dikonsumsi langsung,

dan menyediakan bahan baku bagi industri hilirnya.

Struktur rantai pasok industri berbasis jagung dimanadi dalamnya terdapat

industri tepung jagung, adalah sentra jagung, pengumpul, industri tepung jagung,

dan industri pengguna tepung jagung. Dalam rantai pasok industri berbasis

jagung, sentra jagung merupakan mata rantai yang menyediakan jagung yang

diproduksi oleh petani. Produk jagung ini akan dipipil menjadi jagung pipilan dan

akan dikumpulkan oleh pengumpul atau pedagang sebagai mata rantai berikutnya.

Selanjutnya jagung pipilan tersebut akan dipasok sebagai bahan baku ke mata

rantai selanjutnya yaitu industri tepung jagung. Mata rantai setelah industri

tepung jagung adalah industri pengguna tepung jagung yang akan memperoleh

pasokan bahan baku dari industri tepung jagung. Model konfigurasi industri

tepung jagung dalam rantai pasok berbasis jagung dapat dilihat pada Gambar 1.

Industri tepung

Gambar 1 Konfigurasi industri tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung.

Jumlah dan mutu tepung jagung yang diproduksi industri ini tergantung dari

(29)

pengumpul. Sedangkan jumlah dan mutu jagung pipilan tergantung dari produksi

jagung di tingkat petani. Dapat dikatakan bahwa penyediaan jumlah dan mutu

tepung jagung untuk memenuhi permintaan konsumen tergantung dari produksi

jagung.

Produksi jagung di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Hal ini

dapat dilihat dari data produksi, luas panen, dan produktivitas jagung sejak tahun

2000 sampai dengan 2009 seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Namun peningkatan

produksi jagung di Indonesia belum diikuti dengan penanganan pasca panen yang

baik. Informasi tentang kegiatan dan penanganan pasca panen kepada petani

masih sangat kurang sehingga petani belum dapat merasakan nilai tambah dengan

meningkatnya mutu biji jagung. Demikian pula penerapan teknologi produksi

jagung di tingkat petani masih belum optimal.

Tabel 1 Produksi, luas panen, dan produktivitas jagung di Indonesia

Tahun Produksi Luas Panen Produktivitas

(Ton) (Ha) (Ku/Ha)

2000 9,676,899.00 3,500,318.00 27.65

2001 9,347,192.00 3,285,866.00 28.45

2002 9,585,277.00 3,109,448.00 30.83

2003 10,886,442.00 3,358,511.00 32.41

2004 11,225,243.00 3,356,914.00 33.44

2005 12,523,894.00 3,625,987.00 33.44

2006 11,609,463.00 3,345,805.00 34.70

2007 13,287,527.00 3,630,324.00 36.60

2008 16,323,922.00 4,003,313.00 40.78

2009 16,478,239.00 4,009,179.00 41.10

Sumber : Departemen Pertanian (2010)

Bila dibandingkan dengan negara produsen jagung lainnya di dunia,

produksi jagung di Indonesia masih jauh tertinggal. Tabel 2 menunjukkan bahwa

produktivitas usaha tani jagung di Indonesia baru mencapai setengah

dibandingkan dengan Argentina dan MEE, bahkan hampir mencapai sepertiga bila

(30)

produktivitas jagung Indonesia sebesar 3,21 ton/ha masih dibawah rerata

produktivitas jagung dunia yaitu 4,53 ton/ha.

Produktivitas jagung yang rendah di Indonesia mengakibatkan kebutuhan

bahan baku bagi industri pengolahan jagung masih belum dapat dipenuhi oleh

petani lokal. Hal ini mengakibatkan dibutuhkannya impor jagung sebagai bahan

baku industri dari negara produsen jagung lainnya. Tabel 3 dan Tabel 4

menunjukkan bahwa volume ekpor jagung oleh Indonesia ke negara luar pada

tahun 2006 sebanyak 29164,424 ton dengan nilai $ 4,674,364.00, sedangkan

volume impor jagung pada tahun yang sama mencapai 2327947,861 ton dengan

nilai $353,847,975.00.

Tabel 2 Produktivitas jagung di beberapa negara produsen jagung dunia

Tahun

tepung jagung merupakan jenis produk yang cukup penting. Hal ini karena tepung

jagung merupakan produk antara multiguna yang dapat dijadikan sebagai bahan

(31)

Pengelolaan industri tepung jagung ini tidak terlepas dari rantai pasok

industri berbasis jagung. Penyediaan jumlah dan mutu pasokan jagung mulai dari

petani dan pengumpul sangat berpengaruh terhadap jumlah dan mutu tepung

jagung yang diproduksi. Selanjutnya jumlah dan mutu tepung jagung sebagai

bahan baku akan berpengaruh pada jumlah dan mutu produk pada industri

hilirnya. Jumlah dan mutu bahan baku jagung yang tiba di industri, dipengaruhi

pula oleh transportasi bahan baku tersebut dari tempat asal ke tempat tujuannya.

Waktu transportasi akan mempengaruhi mutu bahan baku karena bahan baku

tersebut merupakan produk yang tidak tahan lama.

Tabel 3 Volume ekspor jagung ke negara luar tahun 2006

Negara

Jumlah

Volume (Kg) Nilai (US$)

Japan 5,843,305.00 1,523,732.00

Hong Kong 152,344.00 22,621.00

Korea, Republic Of 540,144.00 43,048.00

Taiwan, Province Of China 25,779.00 39,334.00

Thailand 1,341.00 2,690.00

Singapore 325,000.00 99,445.00

Philippines 17,624,066.00 2,158,606.00

Malaysia 4,129,642.00 480,197.00

Viet Nam 9,035.00 8,116.00

India 500,000.00 277,500.00

Pakistan 250.00 2,592.00

Saudi Arabia 2,240.00 2,690.00

South Africa 5,042.00 7,596.00

American Samoa 2,206.00 2,269.00

Tonga 3,930.00 3,878.00

France 100.00 50.00

Total 29,164,424.00 4,674,364.00

(32)

Data ekspor impor jagung menunjukkan bahwa Indonesia masih mengimpor

jagung untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini mengindikasikan bahwa

kemungkinan terdapat kekurangan jumlah jagung pipilan sebagai bahan baku

industri tepung jagung.

Tabel 4 Volume impor jagung dari negara luar tahun 2006

Sumber: BPS (2011), diolah Negara

Jumlah

Volume (Kg) Nilai (US$)

Japan 100,959.00 193,953.00

Hong Kong 45.00 39.00

Korea, Republic Of 13,077,367.00 3,890,391.00

Taiwan, Province Of China 180,569.00 54,409.00

China 30,935,756.00 8,570,924.00

Thailand 41,681,113.00 8,219,919.00

Singapore 817,264.00 365,620.00

Philippines 1,126.00 7,040.00

Malaysia 2,029,704.00 609,803.00

Myanmar (form Burma) 19,362,402.00 3,015,870.00

India 20,186,598.00 3,462,683.00

South Africa 20,000.00 6,000.00

Australia 644.00 1,287.00

United States 1,605,024,200.00 238,823,965.00

Argentina 591,706,985.00 85,704,495.00

United Kingdom 225.00 3,226.00

Netherlands 79,019.00 37,087.00

France 501,777.00 163,727.00

Germany, Fed. Rep. Of 682,525.00 244,097.00

Italy 1,515,583.00 438,680.00

Spain 44,000.00 34,760.00

(33)

Selain jumlah bahan baku, mutu tepung jagung pun harus memenuhi standar

yang ditetapkan, agar dapat memuaskan konsumennya dan dapat bersaing. Mutu

produk merupakan hal yang diutamakan dalam industri. Dalam agroindustri

terutama yang memproduksi pangan atau bahan baku indutri pangan, mutu produk

sangat erat kaitannya dengan keamanan pangan. Standar Nasional Indonesia telah

menetapkan syarat mutu tepung jagung yang harus dipenuhi oleh produsen tepung

jagung yakni SNI 01-3727-1995. Syarat mutu tersebut meliputi kriteria-kriteria uji

secara fisik maupun kimia. Mutu tepung jagung sebagai produk antara

dipengaruhi oleh mutu bahan baku dan oleh tahapan-tahapan pada proses

sebelumnya. Demikian pula mutu jagung pipilan sebagai bahan baku tepung

jagung harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan sesuai SNI 01-3920-1995.

Mutu jagung pipilan yang memenuhi standar akan menjamin mutu tepung jagung

yang diproduksi. Karakteristik mutu tepung jagung sebagai bahan baku pada

industri hilir sangat diperlukan untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan

industri tersebut, dimana karakteristik mutu tepung jagung yang dibutuhkan oleh

industri hilir berbeda-beda sesuai jenis industri, baik industri pangan, atau industri

lainnya.

Masalah yang dihadapi oleh industri tepung jagung adalah bagaimana

industri ini dapat memenuhi kebutuhan konsumennya yaitu dengan menyediakan

produk tepung jagung menurut jumlah yang dibutuhkan dan mutu yang memenuhi

syarat. Jumlah dan mutu produk yang disediakan industri ini diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan industri pangan, industri farmasi, dan industri lainnya.

Dengan demikian diharapkan keberlangsungan kegiatan dan kontinuitas aliran

barang sepanjang rantai pasok dapat berjalan dengan baik.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah dihasilkannya model penyediaan tepung jagung

pada rantai pasok industri berbasis jagung, ditinjau dari jumlah maupun mutu

tepung jagung. Dari model ini diharapkan akan diperoleh kebijakan-kebijakan

untuk mengatasi permasalahan yang terjadi berkenaan dengan jumlah dan mutu

(34)

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Rancangbangun model meliputi beberapa model yaitu: 1) Model prediksi

produksi jagung, dimana pada model ini akan diramalkan berapa jumlah produksi

yang dihasilkan oleh sentra jagung; 2) Model pengelompokan mutu jagung

pipilan, yang akan menghasilkan kelompok mutu berdasarkan persyaratan mutu

yang ditetapkan; 3) Model pengelompokan mutu tepung jagung dan 4) Model

prediksi permintaan tepung jagung, dimana akan diramalkan permintaan tepung

jagung oleh industri pengguna tepung jagung.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut,

1. Rancangbangun model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri

berbasis jagung ini dapat digunakan sebagai bahan analisis ketersediaan

jumlah dan mutu tepung jagung yang dibutuhkan.

2. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian tentang pengembangan model pada

(35)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jagung

Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika dan merupakan salah satu tanaman pangan biji-bijian. Fakta arkeologi

mengindikasikan bahwa tanaman ini tumbuh di Tehuacan Mexico sekitar 5000

tahun sebelum masehi (Johnson 2000). Dari tempat ini tanaman tersebut

menyebar ke Canada dan Selatan Argentina. Sejak Christopher Columbus dalam

perjalanannya menemukan ‘dunia baru’ pada tahun 1492 makanan orang Amerika asli ini disebut ‘mahyz’. Jagung kemudian dikenal sebagai maize dalam terjemahan bahasa Spanyol. Maize tidak sepopuler corn sebagai sebutan oleh orang Amerika dengan terminologi British. Mengikuti perjalanan Columbus,

jagung kemudian ditanam di Spanyol dan dengan cepat menyebar ke Eropa,

Afrika dan Asia. Jagung kini banyak tumbuh di negara-negara beriklim panas

termasuk Indonesia.

Tanaman jagung merupakan varietas unggul yang memiliki sifat:

berproduksi tinggi, berumur pendek, tahan serangan penyakit. Jagung merupakan

tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Tanaman jagung merupakan tanaman pangan dunia yang terpenting yang

bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Selain gandum dan padi, jagung

merupakan sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung

juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat.

Sebagai sumber karbohidrat, jagung merupakan tanaman pangan yang

cukup penting selain gandum dan padi. Komoditi ini merupakan sumber pangan

yang dapat menggantikan beras sebagai bahan makanan pokok di Indonesia.

Beberapa daerah di Indonesia seperti Madura dan Nusa Tenggara menggunakan

jagung sebagai pangan pokok bagi penduduknya.

Selain sebagai bahan makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku

industri pangan, industri pakan dan industri olahan lainnya. Banyak sekali

manfaat tanaman jagung yang bernilai ekonomis antara lain, daunnya sebagai

(36)

rokok, jagung muda sebagai sayuran, jagung pipilan sebagai bahan baku

pembuatan tepung jagung, pati jagung, bahan industri pangan, bahan baku

minyak jagung, etanol, dextrin, dan bahan baku industri lainnya. Di Indonesia biji

jagung pipilan sebagai produk utama dari tanaman jagung, 50% digunakan

sebagai bahan baku baku utama industri pakan, selebihnya digunakan sebagai

bahan baku industri lain dan dikonsumsi langsung.

(37)

Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa

Tengah, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi

Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Budidaya tanaman jagung sangat intensif

dilakukan di dareah Jawa Timur dan Madura karena kondisi tanah dan iklimnya

sangat mendukung bagi pertumbuhannya. Penduduk beberapa daerah di Indonesia

seperti di Madura dan Nusa Tenggara juga menggunakan jagung sebagai pangan

pokok.

Meskipun terjadi peningkatan produktivitas jagung dari tahun ke tahun

seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1, namun kebutuhan jagung di dalam negeri

belum dapat dipenuhi. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah volume impor jagung

yang melebihi ekspornya keluar negeri. Data ini belum didukung data kebutuhan

bahan baku bagi industri pengolahan jagung baik pengolahan jagung untuk

makanan, maupun industri lainnya. Hal ini juga mengindikasikan bahwa

pengelolaan penanaman jagung belum optimal dan belum terintegrasi dengan

kebutuhan bahan baku bagi industri pengolahan jagung.

Semua bagian dari hasil panen jagung dapat digunakan untuk berbagai

industri. Diantara industri-industri tersebut, yang menarik untuk dikaji lebih lanjut

dalam penelitian ini adalah industri tepung jagung, dimana dalam proses

pengolahan tepung jagung. Sebagai industri hilirnya adalah industri pangan,

pakan, dan industri pengolahan jagung lainnya.

Sebagai sumber pati jagung, pada Gambar 3 diperlihatkan penampang butir

jagung yang menunjukkan kandungan pati (starch) yang cukup banyak dibandingkan dengan komponen biji jagung lainnya.

(38)

Tabel 5 menunjukkan komposisi analisis proksimat biji jagung pada

pericrap, endosperm dan germ. Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari

seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa

campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau

seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh

pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan.

Jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis

ketika masih muda.

Tabel 5 Komposisi analisis proksimat bagian biji jagung

Nutrisi Pericarp (%) Endosperm (%) Germ (%)

Sumber : FAO Corporate Document Repository (1992)

Proses pengolahan jagung diklasifikasikan atas dua cara yaitu proses

pengolahan cara basah (corn wet milling process) dan proses pengolahan cara kering (corn dry milling process). Kedua proses pengolahan ini bertujuan untuk memisahkan biji jagung ke dalam komponen-komponennya. Tujuan dari proses

pengolahan cara kering adalah memisahkan biji jagung secara fisik ke dalam

bagian-bagian anatomis yaitu endosperm, bran dan germ. Sedangkan tujuan

proses pengolahan cara basah adalah memisahkan biji jagung ke dalam

unsur-unsur kimianya seperti pati jagung (starch), protein, fiber dan minyak (Johnson 2000).

2.2 Tepung Jagung

Saat ini kebutuhan bahan baku industri pangan sangat tergantung dari

tepung terigu yang masih diimpor. Salah satu pengganti tepung terigu yang

(39)

halus yang berasal dari jagung kering yang digiling. Tujuan pengolahan jagung

menjadi tepung adalah agar memudahkan membuat aneka ragam makanan dengan

bahan dasar jagung.

Tepung jagung adalah produk setengah jadi dari biji jagung kering pipilan

yang dihaluskan dengan cara penggilingan kemudian diayak. Proses penggilingan

biji jagung ke dalam bentuk tepung adalah proses pemisahan kulit, lembaga,

endosperma, dan pangkal biji. Penggilingan cara kering dan pemasakan dengan

alkali merupakan teknik penggilingan untuk mereduksi ukuran jagung. Pada

penggilingan cara kering, tidak dilakukan proses perendaman yang lama

melainkan dilakukan pembasahan agar endosperma jagung melunak sebelum

penggilingan. Pengolahan jagung dengan alkali adalah proses penambahan

Ca(OH)2 sebanyak 1% yang dilakukan pada proses perebusan, kemudian

dikeringkan, dan digiling untuk mendapatkan tepung jagung (Riyani, 2007).

Tepung jagung lebih tahan lama, mudah dicampur dengan bahan lain,

mengandung zat gisi, lebih praktis dan mudah digunakan umtuk proses

pengolahan lanjutan. Bahan dan alat pembuat tepung jagung adalah: 1) jagung

bertongkol atau jagung pipilan; 2) alat atau mesin pemipil jagung; 3) mesin

penggiling; 4) ayakan; 5) plastik pengemas. Adapun proses pembuatan tepung

jagung ditunjukkan pada Gambar 4.

Jagung pipilan

(40)

Neraca masa tepung jagung berdasarkan informasi dari Unit Pengolahan jagung

Terpadu Kabupaten Bojonegoro (Irawan, 2009) ditunjukkan pada Gambar 5.

Jagung pipilan 15000 kg

Jagung pipilan 15000 kg Penggilingan IPenggilingan I

Pemisahan kulit dan lembaga

Gambar 5 Neraca masa tepung jagung (Suryawijaya, 2009).

2.3 Mutu

Mutu (quality) merupakan isu dominan yang penting di industri, baik industri yang menghasilkan produk maupun jasa. Hal ini disebabkan karena mutu

produk yang merupakan pemenuhan harapan konsumen atau melebihi harapan

konsumen, berdampak kepada peningkatan profit bagi perusahaan (Krajewsky,

2002). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mutu produk merupakan hal

penting bagi perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung merupakan alat

persaingan antar perusahaan. Adam EE (1992) menyatakan bahwa mutu adalah

derajat dimana spesifikasi desain (design spesification) suatu produk atau jasa (service) memenuhi fungsi dan kegunaannya, dan derajat dimana produk atau jasa dapat memenuhi spesifikasi desainnya. Menurut Krajewski (2002), dari sisi

pelanggan (customer), mutu dapat didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi atau melampaui harapan pelanggan. Definisi singkat dari mutu

(41)

fitness for use’ (Gryna 2001). Kepuasan pelanggan (customer satisfaction) saat ini merupakan hal penting untuk diperhatikan, karena hal ini secara tidak langsung

menunjukkan mutu suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan atau

industri. Render (1997) menyatakan bahwa peningkatan mutu merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi peningkatan profit.

Agroindustri tidak terlepas dari isu mutu, karena industri-industri

berbasiskan hasil pertanian sebagai bahan baku inipun merupakan industri yang

menghasilkan barang konsumsi. Pada umumnya agroindustri sebagaimana

industri-industri lainnya bertujuan untuk memperoleh profit yang maksimal. Hal

ini dapat tercapai bila peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat

dilakukan secara optimal. Mutu produk agro berkaitan juga dengan keamanan

pangan, karena produk tersebut biasanya merupakan barang konsumsi yang dapat

dikonsumsi langsung oleh konsumennya.

2.3.1 Mutu Jagung Pipilan

Jagung pipilan merupakan hasil produksi jagung melalui proses pasca panen

jagung. Jagung pipilan adalah produk yang digunakan sebagai bahan baku bagi

industri pengolahan jagung. Sebagai bahan baku industri pengolahan jagung,

mutu jagung pipilan harus memenuhi syarat mutu yang ditetapkan. Mutu jagung

pipilan di Indonesia ditentukan oleh Standar Nasional Indonesia yaitu SNI

01-3920-1995. Standar Nasional Indonesia menetapkan standar mutu jagung pipilan

sebagai berikut:

– Jagung kuning adalah jagung yang terdiri dari sekurang-kurangnya 90% berwarna

– kuning dan sebanyak-banyaknya 10% jagung berwarna lain.

– Biji jagung merah dianggap sebagai jagung kuning, asal warna merah tidak diakibatkan oleh penyakit dan hanya menutupi kurang dari 50%

permukaan biji seluruhnya.

– Bebas hama penyakit

– Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya

– Bebas dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida

(42)

– Kandungan Aflatoxin untuk Manusia Maks. 5 ppb dan untuk hewan Maks. 50 ppb.

Adapun parameter mutu jagung pipilan menurut SNI 01-3920-1995 dapat dilihat

pada Tabel 6.

Tabel 6 Parameter jagung pipilan menurut SNI 01-3920-1995

Jenis Uji Satuan Persyaratan Umum

Mutu 1 Mutu 2 Mutu 3

sebagai bahan baku industri. Industri-industri yang menggunakan bahan baku

tepung jagung antara lain industri pangan, industri farmasi, dan industri pakan.

Sebagai produk antara, tepung jagung harus memenuhi permintaan industri

konsumennya secara kuantitas maupun secara kualitas. Penyediaan produk yang

memenuhi mutu yang diinginkan industri pengguna tepung jagung, adalah hal

yang penting untuk menjaga kesinambungan produksi, sekaligus kelangsungan

hidup perusahaannya. Standar mutu tepung jagung ditetapkan oleh negara-negara

penghasil tepung jagung, salah satunya Indonesia.

Mutu tepung jagung di Indonesia ditetapkan oleh Standar Nasional

Indonesia menurut SNI 01 – 3727 – 1995. Standar ini meliputi definisi, syarat

mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan

tepung jagung.

Definisi tepung jagung menurut SNI adalah tepung yang diperoleh dengan

cara menggiling biji jagung (Zea maysL.) yang baik dan bersih. Sedangkan syarat mutu tepung jagung yang ditetapkan menurut SNI dapat dilihat pada Tabel 7.

Standar mutu untuk tepung jagung yang digunakan pada kajian selanjutnya adalah

(43)

Tabel 7 Syarat mutu tepung jagung menurut SNI 01–3727–1995

No. Kriteria uji Satuan Persyaratan

1. Keadaan:

3. Serangga dalam bentuk stadia dan

(44)

2.4 Manajemen Rantai Pasok

Istilah manajemen rantai pasok (supply chain management) pertama kali dikemukakan oleh Oliver & Weber (Pujawan 2005). Jaringan fisik dari rantai

pasok (supply chain) adalah perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir.

Sedangkan manajemen rantai pasok adalah metode, alat, atau pendekatan

pengelolaannya. Penekanan dalam manajemen rantai pasok adalah pendekatan

atau metode yang terintegrasi dengan dasar semangat kolaborasi antar

perusahaan-perusahaan terkait. Dalam manajemen rantai pasok, interaksi antara

pembeli dan pemasok pada setiap mata rantai mulai dari manufaktur ke pemasok,

distributor ke manufaktur, retailer ke distributor, dan konsumen akhir ke retailer,

memberikan pengaruh yang penting pada kegiatan dalam rantai pasok. Dengan

hubungan yang baik, akan dihasilkan pula pelayanan yang baik bagi konsumen

akhir, dan bersamaan dengan itu terjadi penambahan keuntungan bagi

perusahaan-perusahaan dalam rantai pasok tersebut.

Wisner (2005) menuliskan bahwa di antara tahun 1950 dan 1960

perusahaan-perusahaan manufaktur melakukan teknik-teknik untuk produksi

masal dengan tujuan reduksi biaya dan meningkatkan produktivitas, dimana relatif

hanya sedikit memperhatikan patrnership dengan pemasok, meningkatkan desain proses dan meningkatkan mutu produk. Dari tahun 1960 sampai 1970, sistem

material requirements planning (MRP) dan sistem material resource planning

(MRP II) dikembangkan. Pada tahun 1980-an mulai dikembangkan manajemen

rantai pasok dan berlanjut terus hingga kini.

Perlunya koordinasi dan kolaborasi antar perusahaan pada rantai pasok

karena perusahaan-perusahaan yang berada pada suatu rantai pasok pada intinya

ingin memuaskan konsumen akhir yang sama. Perusahaan-perusahaan tersebut

harus bekerjasama untuk membuat produk yang murah, mengirimkannya tepat

waktu, dan dengan mutu yang bagus. Dalam pengelolaan rantai pasok terdapat

tantangan-tantangan yakni kompleksitas struktur rantai pasok dan terdapatnya

ketidak-pastian. Kompleksitas manajemen rantai pasok terjadi karena melibatkan

banyak pihak di dalam maupun di luar perusahaan, pihak-pihak tersebut biasanya

(45)

antara satu dengan yang lainnya. Ketidak-pastian yang pertama adalah

ketidak-pastian permintaan, biasanya dari arah distributor atau retailer atau konsumen

akhir. Ketidak-pastian kedua adalah dari arah supplier, berupa lead time

pengiriman bahan baku yang tidak pasti, ketidak-pastian harga, demikian pula

jumlah dan mutu bahan baku. Ketidak-pastian lainnya adalah dari dalam

manufaktur seperti kerusakan mesin, tidak hadirnya tenaga kerja, mutu produk

yang tidak pasti. Tantangan-tantangan yang terjadi dalam rantai pasok seperti

yang diuraikan tersebut perlu diminimalisir agar kegiatan-kegiatan sepanjang

rantai pasok dalam berlangsung dengan baik untuk dapat memenuhi kebutuhan

dan keinginan konsumen akhir yaitu kepuasan konsumen.

2.5 Jaringan syaraf tiruan

Jaringan syaraf tiruan (Artificial Neural Network) merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba mensimulasikan

proses pembelajaran pada otak manusia tersebut (Siang 2009). Dinyatakan pula

oleh Fausett (1994) bahwa jaringan syaraf tiruan adalah pemrosesan suatu

informasi yang terinspirasi oleh sistim sel syaraf biologi, sama seperti otak yang

memproses suatu informasi. Elemen mendasar dari paradigma tersebut adalah

struktur yang baru dari sistim pemrosesan informasi. Jaringan syaraf tiruan

memiliki kelebihan yaitu dapat mengingat dan membuat generalisasi dari apa

yang sudah ada sebelumnya. Sehingga dengan menggunakan jaringan syaraf

tiruan dapat dikenali pola data berdasarkan data input di masa lalu yang dapat

mempermudah dalam melakukan peramalan.

Jaringan syaraf tiruan berkembang secara pesat pada beberapa tahun

terakhir, dan telah dikembangkan sebelum adanya suatu komputer konvensional

yang canggih dan terus berkembang walaupun pernah mengalami masa vakum

selama beberapa tahun. Tahun 1943 McCulloch dan Pitts memperkenalkan

jaringan syaraf tiruan, dimana saat itu disimpulkan bahwa kombinasi beberapa

neuron sederhana menjadi sebuah sistem neural akan meningkatkan kemampuan

komputasi. McCulloch dan Pitts mengusulkan pembobotan jaringan diatur dengan

fungsi logika sederhana. Fungsi aktivasi yang dipakai dalam jaringan ini adalah

(46)

Pengembangan model jaringan perceptron dilakukan oleh Rosenblatt pada

tahun 1958, dengan memperkenalkan metode pelatihan untuk mengoptimalkan

hasil iterasinya. Pada tahun 1960 Widrow dan Holf memperkenalkan aturan

pelatihan jaringan yang merupakan pengembangan perceptron. Aturan ini dikenal

sebagai aturan delta atau disebut juga kuadrat rata-rata terkecil. Aturan ini akan

mengubah bobot perceptron bila keluaran yang diperoleh tidak sesuai dengan

target yang ingin dicapai. Jaringan syaraf tiruan yang digunakan oleh para

peneliti tersebut menggunakan jaringan dengan layer tunggal (single layer). Pada tahun 1986 Rumelhart mengembangkan perceptron menjadi backpropagation,

yang memungkinkan jaringan menggunakan beberapa layer. Jaringan syaraf

tiruan ini juga dikembangkan oleh Kohonen pada 1972 dan Hopfield pada tahun

1982. Sejak tahun 1990 aplikasi model-model jaringan syaraf tiruan banyak

digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata.

Beberapa aplikasi jaringan syaraf tiruan antara lain pengenalan pola

(Pattern Recognition), Signal Processing, dan Forecasting atau peramalan (Siang, 2009). Pada pengenalan pola data, jaringan syaraf tiruan dapat digunakan untuk

mengenali pola seperti huruf, angka, tanda tangan, yang sudah sedikit berubah.

Sama halnya dengan otak manusia yang masih mengenali orang yang sudah lama

tak bertemu. Berdasarkan kemampuan jaringan syaraf tiruan untuk mengingat dan

melakukan generalisasi dari apa yang sudah ada sebelumnya, maka jaringan

syaraf tiruan juga dapat digunakan untuk meramalkan atau melakukan prakiraan

tentang apa yang terjadi di masa datang berdasarkan pola data masa lalu. Selain

itu jaringan syaraf tiruan juga digunakan di bidang kontrol, bidang kedokteran dan

bidang lainnya.

Selain kelebihan-kelebihannya yang dapat diaplikasikan dalam berbagai

bidang, jaringan syaraf tiruan juga memiliki keterbatasan. Keterbatasannya adalah

hasil yang diperoleh tidak akurat, dan hanya bekerja berdasarkan pola yang

terbentuk pada inputnya.

2.5.1 Arsitektur Jaringan

Beberapa arsitektur jaringan pada jaringan syaraf tiruan adalah jaringan

(47)

tunggal. Pada perkembangan selanjutnya analisis permasalahan dengan jaringan

syaraf tiruan menggunakan jaringan layar jamak.

Dalam jaringan layar tunggal (single layer network), input neuron dihubungkan langsung dengan neuron outputnya. Semua unit input (X1, X2, ...,

Xn) dihubungkan dengan semua unit output (Y1, Y2, ..., Ym). Nilai Wji

menunjukkan bobot hubungan antara unit input ke-i dengan unit output ke-j.

Bobot-bobot yang saling independen akan dimodifikasi untuk meningkatkan

keakuratan hasil selama proses pelatihan. Bentuk jaringannya dapat dilihat pada

Gambar 6.

Gambar 6 Jaringan layar tunggal (Siang 2009).

Dalam jaringan layar jamak (multi layer network) terdapat unit-unit neuron lain yang disebut layar tersembunyi (hidden layer) dimana unit-unit neuron ini tidak saling berhubungan satu sama lainnya sama seperti neuron-neuron pada

layar input dan neuron-neuron pada layar output.

X1

Gambar 7 Jaringan layar jamak.

Pada jaringan layar jamak terdapat sebanyak n unit neuron input (X1, X2, ...,

(48)

sebanyak m unit neuron output (Y1, Y2, ..., Ym). Bentuk arsitektur jaringan layar

jamak ditunjukkan pada Gambar 7.

Keterbatasan jaringan syaraf tiruan layar tunggal diatasi dengan menambah

satu atau beberapa layar tersembunyi di antara layar input dan layar output.

Penambahan beberapa layar tersembunyi dapat memberikan manfaat dalam

penyelesaian beberapa persoalan, namun memerlukan waktu yang lama untuk

proses pelatihan. Pada umumnya dilakukan dengan satu layar tersembunyi.

Gambar 8 menunjukkan arsitektur backpropagation. Vji merupakan bobot hubungan unit neuron input Xi ke unit layar tersembunyi Zj. Wkj merupakan obot

dari unit layar tersembunyi Zj ke unit output Yk. Wk0 merupakan bobot dari

neuron bias di layar tersembunyi ke unit neuron output Zk.

X1

Gambar 8 Arsitektur jaringan pada backpropagation.

2.5.2 Algoritma Backpropagasi Umpan Balik

Pelatihan propagasi umpan balik (Feed Forward Back Propagation) berbasis jaringan syaraf tiruan meliputi 3 fase (Siang 2009).

Fase pertama adalah fase maju. Pola masukan dihitung maju mulai dari

layar masukan hingga layar keluaran menggunakan fungsi aktivasi yang

ditentukan. Selama propagasi maju, sinyal masukan (= xi ) dipropagasikan ke

layer tersembunyi menggunakan fungsi aktivasi yang ditentukan. Keluaran dari

(49)

ke layer tersembunyi di atasnya menggunakan fungsi aktivasi yang ditentukan.

Demikian seterusnya hingga menghasilkan keluaran jaringan (=yk).

Berikutnya, keluaran jaringan (= yk ) dibandingkan dengan target yang harus

dicapai (=tk ).Selisih dari tk terhadap yk yaitu (tkyk ) adalah kesalahan yang t

terjadi. Jika kesalahan ini lebih kecil dari batas toleransi yang ditentukan, maka

iterasi dihentikan. Namun bila kesalahan masih lebih besar dari batas toleransinya,

maka bobot setiap garis dalam jaringan akan dimodifikasi untuk mengurangi

kesalahan yang terjadi.

Fase kedua adalah fase mundur. Selisih antara keluaran jaringan dengan

target yang diinginkan merupakan kesalahan yang terjadi. Kesalahan tersebut

dipropagasikan mundur, dimulai dari garis yang berhubungan langsung dengan

unit-unit di layar keluaran. Berdasarkan kesalahan tkyk, dihitung faktor δk ( k = 1,2,..., m ) yang dipakai untuk mendistribusikan kesalahan di unit k y ke semua unit tersembunyi yang terhubung langsung dengan yk.δk juga dipakai untuk mengubah bobot garis yang berhubungan langsung dengan unit keluaran. Dengan cara yang

sama, dihitung faktor δj ( j = 1,2,…, p ) di setiap unit di layar tersembunyi sebagai dasar perubahan bobot semua garis yang berasal dari unit tersembunyi di layar di

bawahnya. Demikian seterusnya hingga semua faktor δ di unit tersembunyi yang

berhubungan langsung dengan unit masukan dihitung.

Fase ketiga adalah modifikasi bobot untuk menurunkan kesalahan yang

terjadi. Setelah semua faktor δ dihitung, bobot semua garis dimodifikasi

bersamaan. Perubahan bobot suatu garis didasarkan atas faktor δ neuron di layar

atasnya. Sebagai contoh, perubahan bobot garis yang menuju ke layar keluaran

didasarkan atas δk yang ada di unit keluaran.

Ketiga fase terebut diulang-ulang terus hingga kondisi penghentian

dipenuhi. Umumnya kondisi penghentian yang sering dipakai adalah jumlah

iterasi atau kesalahan. Iterasi akan dihentikan jika jumlah iterasi yang dilakukan

sudah melebihi jumlah maksimum iterasi yang ditetapkan, atau jika kesalahan

yang terjadi sudah lebih kecil dari batas toleransi yang diijinkan.

Bidang peramalan (forecasting) merupakan salah satu bidang dimana jaringan syaraf tiruan dapat diaplikasikan. Backpropagation dapat digunakan

(50)

mendatang, prediksi nilai penjualan dan lain sebagainya. Peramalan ini didasarkan

pada data yang diperoleh pada masa lalu.

Dalam memecahkan masalah peramalan, variabel yang diperhatikan adalah

variabel yang mempengaruhi output peramalan yang akan dicapai. Terdapat dua

model dalam peramalan yaitu model peramalan berdasarkan runtun waktu (time

series) dan model kausal.

Pada model peramalan time series, sejumlah data x1, x2, ..., xn akan

digunakan untuk memperkirakan nilai xn+1. Dengan backpropagation, sebagian

data dipakai sebagai pelatihan untuk mencapai bobot yang optimal. Periode

ditentukan secara intuitif tergantung variabel yang akan diprediksi. Banyaknya

data dalam satu periode digunakan sebagai banyaknya input dalam

backpropagation. Sebagai contoh, apabila diambil periode bulanan selama

setahun, maka data yang digunakan sebagai target adalah data bulan pertama

setelah periode berakhir.

Pada model peramalan kausal, unit-unit neuron input merupakan

variabel-variabel yang mempengaruhi neuron output. Neuron output y merupakan variabel-variabel

yang diramalkan dan dipengaruhi oleh variabel-variabel input.

Pada backpropagation ini belum ada teori yang secara pasti dapat digunakan dalam penentuan jumlah layar. Pada awalnya dicoba dengan jaringan

kecil lebih dahulu, jika terdapat kesalahan maka jaringan diperbesar dengan

menambahkan neuron pada layar tersembunyi, atau dapat menambah layar

tersembunyi.

2.6 Proses Hirarki Analitik

Menurut Saaty (1993), Proses Hirarki Analitik (Analytical Hierarchy

Process) adalah suatu model yang memberikan kesempatan untuk membangun

gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi dan pemecahan

yang diinginkan. Dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP), suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berfikir yang

terorganisir sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil

(51)

dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya

(Marimin 2004).

AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan

keputusan, karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga mudah dipahami

oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Dengan AHP,

proses keputusan yang kompleks dapat diuraikan menjadi keputusan-keputusan

yang Iebih kecil yang dapat ditangani dengan lebih mudah. Struktur yang

berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub kriteria

yang paling dalam, Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi

inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil

keputusan, dan memperhitungkan daya tahan atau ketahanan keluaran analisis

sensitivitas pengambilan keputusan. Selain itu, AHP juga menguji konsistensi

penilaian, bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi

sempurna, maka hal ini menunjukkan bahwa penilaian perlu diperbaiki, atau

hierarki harus distruktur ulang. AHP juga mempunyai kemampuan untuk

memecahkan masalah yang multi-objektif dan multi-kriteria yang berdasar pada

perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Dengan demikian AHP

merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif.

Namun selain kelebihan-kelebihan di atas, AHP juga memiliki kekurangan.

Salah satu kekurangan yang paling sering disorot adalah fenomena perubahan

ranking (rank reversal). Di sisi lain, situasi pengambilan keputusan seringkali dihadapkan pada kondisi di mana pengambil keputusan adalah satu kelompok

yang terdiri atas beberapa individu. Dalam konteks pengambilan keputusan

kelompok terdapat dua cara untuk menggabungkan pendapat dalam AHP. Pertama

adalah secara deterministik dan kedua adalah secara statistika atau stokastika.

Penggabungan secara deterministik ini sesuai jika jumlah pengambil keputusan

yang terlibat tidak banyak dan mereka berinteraksi dalam frekuensi yang cukup

sering sehingga keputusan konsensus sangat mungkin dicapai. Cara

menggabungkan pendapat secara deterministik adalah dengan cara mengambil

nilai rata-rata geometris (Saaty, 1988). Di pihak lain, jika jumlah pengambil

(52)

secara geografis sehingga pengambil keputusan sulit untuk saling berinteraksi satu

dengan lain, maka pendekatan stokastika adalah pendekatan yang paling sesuai.

Adapun cara kerja dari AHP adalah dengan membagi permasalahan

kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik kedalam sub bagian-sub

bagian yang lebih sederhana untuk kemudian diatur menjadi sebuah hirarki.

Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara

subyektif tentang anti panting suatu variabel tersebut secara relatif dibandingkan

dengan variabel yang lain. Berdasarkan pertimbangan tersebut kemudian

dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tertinggi

dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem.

Menurut Marimin (2004) prinsip kerja AHP pada dasarnya terdiri dari (1)

Penyusunan Hierarki.Persoalan yang akan diselesaikan diuraikan menjadi

unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur

hierarki. Struktur hierarki dalam AHP terdiri dari goal atau tujuan, kriteria dan

alternatif. Goal berada pada tingkat yang paling atas disusul kriteria di bawahnya

dan selanjutnya adalah alternatif. (2) Penilaian Kriteria dan alternatif. Kriteria

dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1988),

untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam

mengekspresikan pendapat. Matriks yang terdiri dan penilaian terhadap tingkat

kepentingan secara relatif terbentuk dari skala yang digunakan untuk

memberikan penilaian yang dimaksud. Adapun skala yang digunakan dalam

pemberian nilai adalah :

Tabel 8 Skala pemberian nilai dalam AHP

Nilai Keterangan

1 Sama penting (equal)

3 Sedikit lebih penting (moderate)

5 Jelas lebih penting (strong)

7 Sangat jelas lebih penting (very strong)

9 Mutlak lebih penting (extreme)

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan 1/(1-9) Kebalikan dari nilai tingkat kepentingan dari skala 1-9

Sumber : Saaty (1993)

Penentuan Prioritas.Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan

(53)

relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif.

Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai

dengan judgment yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui

penyelesaian persamaan matematik.(4) Konsistensi Logis. Semua elemen

dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan

suatu kriteria yang logis.

2.7 Logika Fuzzy

Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output. Konsep logika fuzzy pertama sekali diperkenalkan oleh Professor Lotfi A.Zadeh dari Universitas California, pada bulan Juni 1965.

Logika fuzzy merupakan generalisasi dari logika klasik yang hanya memiliki dua nilai keanggotaan antara 0 dan 1. Kusumadewi dan Hari (2004) menyatakan

bahwa pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item x dalam suatu

himpunan A, yang sering ditulis dengan µA [x], memiliki 2 kemungkinan, yaitu :

1. 1 ( Satu), yang berarti bahwa suatu item menjadi anggota dalam suatu

Suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau keadaan tertentu dalam suatu

variabel fuzzy.

Pada himpunan fuzzy nilai keanggotaan terletak pada rentang 0 sampai 1. Terdapat dua atribut dalam himpunan fuzzy, yaitu linguistik dan numeris. Linguistik merupakan penamaan suatu grup yang mewakili suatu keadaan

atau kondisi tertentu dengan menggunakan bahasa alami. Numeris yaitu

Gambar

Tabel 2 Produktivitas jagung di beberapa negara produsen jagung dunia
Tabel 3 Volume ekspor jagung ke negara luar tahun 2006
Tabel 4 Volume impor jagung dari negara luar tahun 2006
Gambar 2  Pohon industri jagung (Suryana & Hermanto 2007).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Industri makanan di Indonesia umumnya berbasis tepung terigu sehingga tidak baik bagi ketahanan pangan indonesia karena gandum merupakan komoditas 100% impor dan rentan

Kebutuhan tepung terigu dalam negeri paling besar berasal dari kelompok industri kecil menegah (IKM) (Sarwanto, 2008). Industri kecil menengah merupakan jenis usaha

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul Formulasi Strategi Rantai Pasok Tepung Terigu untuk Industri Kecil Menengah di Kabupaten Jember adalah

Pedagang besar (agen) menjual jagung yang dibeli dari pengumpul kepada industri pengguna jagung seperti indutri makanan seperti Chiki, industri pakan ternak dan indutri tepung

Pengaruh karaginan terhadap karakteristik pasta tepung garut dan kecambah kacang gude sebagai bahan baku bihun.. Mutu fisik dan oganoleptik mi basah jagung dengan teknik

Untuk meningkatkan kadar protein roti yang dihasilkan diperlukan penambahan tepung kacang hijau sebesar 5-15% pada tepung jagung dalam pembuatan roti tawar agar

Kegiatan ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan nilai jual jagung kering yang dihasilkan para petani jagung di Kalikurma sebagai tepung jagung yang dapat menjadi

Untuk mempertahankan kualitas tepung kelapa yang diproduksi, maka perusahaan juga perlu memperhatikan mutu dari bahan baku kelapa serta unsur penunjang lainnya,