• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN PRESENTASI 6

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAHAN PRESENTASI 6"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

I. Layanan Bantuan Terhadap Kesulitan Membaca

Bagian ini membahas layanan bantuan untuk siswa dengan kesulitan membaca, mencakup tipe kesulitan membaca, asesmen kemampuan membaca, prosedur bimbingan membaca, dan pendekatan remedial membaca. Secara umum, dijelaskan delapan tipe kesulitan membaca menurut M. Monroe (dalam Permanarian, 1992:7), mulai dari kurang mengenal huruf hingga menghilangkan kata dalam bacaan. Selain itu, dibahas pula berbagai temuan lapangan mengenai gangguan membaca, seperti menghilangkan huruf, kata, penambahan huruf, penggantian huruf dan kata, serta kurang memperhatikan tanda baca dan pemahaman isi bacaan. Bagian ini memberikan kerangka kerja komprehensif untuk memahami dan mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi siswa dalam proses membaca.

1.1. Tipe (bentuk) Kesulitan Membaca

Sub-bab ini menjabarkan delapan tipe kesulitan membaca menurut M. Monroe, disertai contoh-contoh konkret. Contohnya, kesalahan seperti membaca "ana" menjadi "aan", menambahkan suara yang tidak ada ("sayah" dari "saya"), atau mengganti kata ("ini" untuk "itu"). Pengamatan lapangan juga menunjukkan tipe gangguan lain, seperti menghilangkan huruf atau kata, menambahkan huruf, penggantian huruf dan kata, dan mengabaikan tanda baca. Deskripsi yang rinci ini memungkinkan pendidik untuk mengidentifikasi dengan tepat jenis kesulitan yang dialami siswa.

1.2. Asesmen Kemampuan Membaca

Sub-bab ini menjelaskan pentingnya asesmen kemampuan membaca, baik formal maupun informal, untuk mengelompokkan siswa, menentukan kebutuhan belajar spesifik, menilai program pengajaran, dan memonitor perkembangan membaca. Asesmen formal menggunakan tes standar seperti tes survei, tes diagnostik (misalnya, Woodcock Reading Mastery Test), dan tes prestasi. Asesmen informal meliputi Informal Reading Inventories (IRI) dan Cloze Procedure. Penjelasan detail mengenai setiap metode asesmen, termasuk contoh dan prosedur pelaksanaannya, sangat berguna untuk praktik di lapangan.

1.3. Prosedur Bimbingan Membaca

Sub-bab ini menguraikan prosedur bimbingan membaca dalam empat tahapan: identifikasi masalah (menemukan aspek kesulitan membaca), diagnosis (mencari sebab kesulitan), penyusunan program layanan (program delivery dan kurikuler), dan evaluasi (hasil dan proses). Penjelasan ini menekankan pentingnya pendekatan sistematis dan holistik dalam membantu siswa mengatasi kesulitan membaca. Pentingnya evaluasi yang komprehensif, baik terhadap hasil maupun proses, untuk memastikan efektivitas intervensi yang diberikan juga dijelaskan.

1.4. Pendekatan Remidi Membaca

Sub-bab ini memaparkan berbagai pendekatan remedial membaca, termasuk pendekatan penekanan pada lambang (teknik Gillingham dan Stillman, teknik Fernald) dan pendekatan penekanan pada makna (pendekatan pengalaman berbahasa dan pendekatan membaca individual). Teknik Gillingham dan Stillman menekankan pembelajaran huruf dan bunyi secara bertahap, sedangkan teknik Fernald menggunakan pendekatan kinestetik dan visual. Pendekatan penekanan makna menekankan pemahaman konteks dan penggunaan kata dalam pembelajaran membaca. Pembahasan berbagai pendekatan memberikan fleksibilitas bagi pendidik untuk memilih strategi yang paling tepat sesuai kebutuhan siswa.

II. Layanan Bantuan Terhadap Anak Berkesulitan Menulis

Bagian ini fokus pada layanan bantuan bagi anak yang mengalami kesulitan menulis, meliputi tipe kesulitan menulis, asesmen, diagnostik, dan remediasi. Berbagai tipe kesulitan menulis dijelaskan, mulai dari kesalahan dalam menulis bentuk huruf, ukuran huruf yang tidak normal, hingga tulisan yang berantakan. Asesmen kesulitan menulis dibahas, mencakup asesmen formal (misalnya, Basic School Skills Inventory – Diagnostik) dan asesmen informal melalui observasi dan analisis tulisan siswa. Bagian ini menyediakan panduan praktis untuk mengidentifikasi, mendiagnosis, dan mengatasi berbagai kesulitan menulis yang dialami siswa.

2.1. Tipe-Tipe Kesulitan Menulis

Sub-bab ini mengidentifikasi berbagai tipe kesulitan menulis, seperti kesalahan dalam bentuk huruf (Tabel 1 memberikan contoh kesalahan dan perbaikannya), ukuran huruf yang tidak normal, proporsionalitas huruf yang tidak tepat, bentuk huruf yang tidak menentu, menulis tidak lancar, kesalahan dalam menulis angka, tulisan terlalu miring, kesulitan menentukan jarak antar huruf, tulisan berantakan, dan kesulitan menulis pada garis horizontal. Daftar ini yang lengkap memberikan gambaran menyeluruh tentang berbagai bentuk kesulitan menulis yang mungkin dihadapi siswa.

2.2. Asesmen Kesulitan Menulis

Sub-bab ini membahas asesmen kesulitan menulis, baik formal maupun informal. Asesmen formal menggunakan instrumen baku seperti Diagnostik – Inventori Keterampilan–Keterampilan Dasar Sekolah (Basic School Skills Inventory – Diagnostik) oleh Hammill & Leigh (1983). Asesmen informal dilakukan melalui observasi (mengamati posisi menulis, penggunaan tangan, sikap emosional siswa) dan analisis tulisan siswa (menilai bentuk huruf, ukuran, jarak, kualitas garis, kemiringan, dan kecepatan menulis). Integrasi metode formal dan informal memastikan penilaian yang komprehensif.

2.3. Diagnostik dan Remidiasi

Sub-bab ini membahas diagnostik dan remediasi kesulitan menulis, mencakup menulis dengan tangan (handwriting) dan menulis ekspresif (expressive writing). Tabel 2 menyajikan diagnosa dan remediasi untuk berbagai aspek permasalahan dalam menulis tangan, seperti bentuk huruf, ukuran, jarak, dan kualitas garis. Untuk menulis ekspresif, disarankan untuk fokus pada tujuan seperti menulis petunjuk, laporan, ringkasan, pengalaman pribadi, surat, dan karangan imajinatif. Penjelasan ini menekankan pentingnya pendekatan yang holistik dan disesuaikan dengan kebutuhan individual siswa.

III. Layanan Bantuan Terhadap Anak Berkesulitan Belajar Matematika

Bagian ini berfokus pada layanan bantuan untuk anak yang mengalami kesulitan belajar matematika, khususnya aritmetika. Kesulitan belajar berhitung dibagi menjadi dua: kesulitan berhitung faktual dan kesulitan berhitung soal cerita. Berbagai pola kekeliruan dalam berhitung faktual dijelaskan secara detail, dan asesmen kesulitan belajar matematika dibahas, termasuk teknik wawancara diagnostik dan tes survei yang dibuat guru. Pengajaran remedial, mencakup nilai tempat, penjumlahan, dan pengurangan, dijelaskan dengan contoh-contoh konkret, semi-konkret, dan abstrak. Bagian ini memberikan panduan praktis untuk membantu siswa mengatasi kesulitan belajar matematika.

3.1. Pola-Pola Kekeliruan Khusus

Sub-bab ini mengidentifikasi berbagai pola kesalahan dalam berhitung faktual, seperti menjumlahkan angka satuan dan puluhan tanpa memperhatikan nilai tempat, menjumlahkan seluruh angka tanpa memperhatikan kolom, menjumlahkan angka satuan dengan puluhan, menjumlahkan dari kiri ke kanan tanpa memperhatikan nilai tempat, menganggap bilangan lebih kecil sebagai pengurang dari bilangan lebih besar, melakukan peminjaman angka yang tidak diperlukan, dan kesalahan dalam perkalian. Penjelasan yang rinci dan contoh-contoh yang diberikan membantu pendidik mengidentifikasi kesalahan siswa dengan lebih akurat.

3.2. Asesmen Kesulitan Belajar Matematika

Sub-bab ini menjelaskan dua teknik asesmen: teknik wawancara diagnostik dan tes survei yang dibuat guru. Wawancara diagnostik bertujuan untuk mengidentifikasi masalah khusus, pola kesalahan, dan strategi pemecahan masalah siswa melalui soal dan penjelasan proses pengerjaan. Tes survei yang dibuat guru mencakup soal-soal dengan berbagai tingkat kesulitan untuk mengidentifikasi bidang permasalahan secara khusus. Kedua teknik ini saling melengkapi untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang kesulitan belajar siswa.

3.3. Pengajaran Remidi

Sub-bab ini menjelaskan pengajaran remedial untuk mengatasi kesulitan belajar matematika, mencakup nilai tempat, penjumlahan, dan pengurangan. Pengajaran nilai tempat dijelaskan secara bertahap, mulai dari tingkat konkret (menggunakan balok dan gelas), semi-konkret (menggunakan gambar), hingga abstrak (hanya menggunakan angka). Penjumlahan dan pengurangan juga dijelaskan dengan pendekatan yang serupa, dengan contoh-contoh yang menunjukkan bagaimana mengajarkan konsep-konsep tersebut secara bertahap dari tingkat konkrit ke abstrak. Penjelasan ini memberikan panduan yang praktis dan sistematis bagi pendidik.

Gambar

gambaran mental pada

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oleh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan

Bunyi a (pepet) pada suku kata pertama kata dasar yang terdiri atas dua suku kata atau tiga suku kata ditulis dengan huruf e.. Kata dasar yang terdiri atas dua suku kata

Sambil anak anda mengalami kemajuan, mereka akan mampu untuk mencocokkan huruf-huruf dengan bunyi suara secara cukup baik dan mereka akan memiliki kumpulan kata yang dapat mereka

Dari data pengamatan kemampuan membaca permulaan anak nilai yang diperoleh untuk indikator menyebutkan bunyi/ suara huruf / kata tertentu mencapai 70 %, sedang indikator membedakam

Bilamana nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata

Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oleh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf

Siswa SD dapat dikategorikan terampil menulis jika siswa tersebut telah mampu menuliskan lambang bunyi bahasa dalam tataran huruf, merangkai huruf menjadi suku kata, kata, kalimat yang

Siswa SD dapat dikategorikan terampil menulis jika siswa tersebut telah mampu menuliskan lambang bunyi bahasa dalam tataran huruf, merangkai huruf menjadi suku kata, kata, kalimat yang