• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PROGRAM PPA-PKH (PENGURANGAN PEKERJA ANAK - PROGRAM KELUARGA HARAPAN) TERHADAP PENGURANGAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2013-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI PROGRAM PPA-PKH (PENGURANGAN PEKERJA ANAK - PROGRAM KELUARGA HARAPAN) TERHADAP PENGURANGAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2013-2015"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

EVALUASI PROGRAM PPAPKH (PENGURANGAN PEKERJA ANAK

-PROGRAM KELUARGA HARAPAN) TERHADAP PENGURANGAN

ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN BANTUL

TAHUN 2013-2015

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : IIN YULIYANTI NIM : 20130520378

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

SKRIPSI

EVALUASI PROGRAM PPAPKH (PENGURANGAN PEKERJA ANAK

-PROGRAM KELUARGA HARAPAN) TERHADAP PENGURANGAN

ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN BANTUL

TAHUN 2013-2015

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : IIN YULIYANTI NIM : 20130520378

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

Dengan Judul :

Evaluasi Program PPA-PKH (Pengurangan Pekerja Anak - Program Keluarga Harapan) terhadap Pengurangan Angka Putus Sekolah di Kabupaten Bantul

Tahun 2013-2015 Oleh : Iin Yuliyanti NIM : 20130520378

Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada :

Hari/Tanggal : Jum’at, 09 Desember 2016 Tempat : Ruang Referensi IP Jam : 12.30 - 13.30 WIB

SUSUNAN TIM PENGUJI

KETUA

Ane Permatasari, S.IP., M.A.

Penguji I Penguji II

Dr. Titin Purwaningsih, S.IP., M.Si. Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP., M.Si.

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

(4)

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Iin Yuliyanti

NIM : 20130520378

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir penelitian ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, November 2016

(5)

iv MOTTO

Innallaha yuhibbul mutawakkilin

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal

(QS. Ali Imran : 159)

Wa man jaahada fa-innama yujaahidu linafsihi

Barang siapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah

untuk dirinya sendiri (QS. Al-Ankabut : 6)

Wallahu ma’as shoobiriin

Dan Allah menyertai orang-orang yang sabar

(6)

v HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk :

1. Orang tuaku tercinta Bapak Pamimudi dan Ibu Supriyati (Alm) yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan kepadaku dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. My Sister and my brother’s tercinta, Dian, Bagas dan Febri.

Terimakasih atas do’a dan dukungannya. Semoga kita semua dapat

mewujudkan semua cita-cita kita.

3. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIPOL UMY atas

ilmu yang telah diberikan selama ini, mudah-mudahan membawa

manfaat bagi kami, dan menjadi amal jariyah bagi bapak dan ibu

dosen.

4. Ibu Ane Permatasari, S.IP., MA, selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing saya dalam pembuatan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu karyawan Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIPOL UMY.

6. Mas Danis Dwi Istiawan yang selalu memberikan dukungan dan

nasihat setiap waktu, semoga dimudahkan dalam menyelesaikan

studinya.

7. Teman seperjuangan di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Nantika,

Desyana dan Oky Fauzi.

8. Teman-teman hebat Nika, Irawansyah, Dessy, Dwika, Afnan, dkk,

semoga segera menyusul.

9. Keluarga besar Biro Admisi Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

10.Keluarga besar mahasiswa Bidikmisi Universitas Muhammadiyah

(7)

vi 11.Teman-teman KKN 073, Nantika, Oky, Darul, Susi, Fitri, Lia, Mbak

Nurul, Mahmud, Uki, Yahya, Syaiful, Danang dan Iqbal.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas ijin-Nyalah penulis dapat menyusun skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarganya, sahabatnya, serta pada pengikutnya yang Insyaallah akan setia hingga akhir zaman.

Skripsi ini berjudul “Evaluasi Program PPA-PKH (Pengurangan Pekerja Anak - Program Keluarga Harapan) terhadap Pengurangan Angka Putus Sekolah di Kabupaten Bantul Tahun 2013-2015”.

Penulis ucapkan banyak terimakasih yang pertama kepada orangtua yang telah mendoakan, memberikan nasihat, memberikan semangat serta kasih saying yang tak ada hentinya. Kemudian kepada Ibu Ane Permatasari, S.IP., M.A selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, pikiran, tenaga dan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis selalu diberikan dukungan dan semangat dan doa dari orang-orang terdekat. Maka dalam kesempatan ini, kiranya penulis sampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Ali Muhammad, S.IP., M.A., Ph.D, selaku Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Dr. Titin Purwaningsih, S.IP., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Ibu Ane Permatasari selaku, S.IP., M.A, selaku Dosen Pembimbing Skripsi. 5. Ibu Dr. Titin Purwanigsih, S.IP., M.Si, selaku Dosen Penguji I.

6. Bapak Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP., M.Si, selaku Dosen Penguji II. 7. Seluruh Dosen di Jurusan Ilmu Pemerintahan UMY yang telah memberikan

(9)

viii 8. Bapak Edris Efendi, ST, selaku pelaksana program PPA-PKH dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul, Saudari Festy Aliyi Hidayatrini selaku pendamping program PPA-PKH di Kabupaten Bantul tahun 2013-2016, dan Saudari Dian Wahyuningsih selaku peserta program PPA-PKH di Kabuaten Bantul tahun 2013.

9. Orang tua yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, November 2016

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

SINOPSIS ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Kajian Teori ... 9

1. Kebijakan Publik ... 9

2. Evaluasi Kebijakan... 14

3. Pekerja Anak ... 17

4. Putus Sekolah ... 19

F. Definisi Konseptual ... 21

G. Definisi Operasional... 21

H. Metode Penelitian... 23

1. Jenis Penelitian ... 23

2. Lokasi Penelitian ... 24

3. Unit Analisis... 24

4. Data dan Sumber Data ... 24

5. Teknik Pengumpulan Data ... 26

6. Teknik Analisis Data ... 27

(11)

x

A. Gambaran Umum Kabupaten Bantul ... 29

1. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul ... 29

2. Sosial Budaya ... 32

3. Profil Kabupaten Bantul ... 36

B. Gambaran Umum Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul ... 41

1. Profil Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul 41 2. Visi dan Misi Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul ... 45

3. Susunan Organisasi Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul ... 46

BAB III EVALUASI PROGRAM PPA-PKH (PENGURANGAN PEKERJA ANAK-PROGRAM KELUARGA HARAPAN) TERHADAP PENGURANGAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2013-2015 ... 48

A. Program PPA-PKH di Kabupaten Bantul ... 48

B. Evaluasi Program PPA-PKH dalam Mengurangi Angka Putus Sekolah di Kabupaten Bantul Tahun 2013-2015 ... 60

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Program PPA-PKH dalam Mengurangi Angka Putus Sekolah di Kabupaten Bantul Tahun 2013-2015 ... 90

BAB IV PENUTUP ... 95

A. Kesimpulan ... 95

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Indonesia Tahun 2015 ... 2

Tabel 1.2. Tingkat Pekerja Anak Usia 10-17 tahun ... 4

Tabel 1.3. Indeks Pembangunan Manusia DIY Tahun 2012... 5

Tabel 1.4. Tabel Penduduk Angkatan Kerja Kabupaten Bantul Tahun 2013 ... 6

Tabel 1.5. Kriteria Evaluasi Kebijakan Publik ... 16

Tabel 1.6. Sumber Data Primer ... 25

Tabel 1.7. Sumber Data Sekunder ... 26

Tabel 2.1. Jumlah Desa, Dusun dan Luas Kecamatan di Kabupaten Bantul 32 Tabel 2.2. Tabel Kepadatan Penduduk Geografis per Kecamatan Tahun 2012 ... 33

Tabel 2.3. Tabel Presentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Berdasarkan Ijazah Tertinggi di Kabupaten Bantul Tahun 2009 ... 34

Tabel 2.4. Tabel Jumlah Angkatan Kerja Tahun 2012-2013 ... 35

Tabel 2.5. Tabel Penduduk Angkatan Kerja Kabupaten Bantul Tahun 2013 ... 35

Tabel 2.6. Tabel Angka Putus Sekolah di Kabupaten Bantul ... 36

Tabel 3.1. Daftar Pendamping PPA-PKH Tahun 2013, 2014, dan 2015 ... 65

Tabel 3.2. Indikator input (masukan) ... 70

Tabel 3.3. Indikator process (proses) ... 78

Tabel 3.4. Jumlah Peserta Program PPA-PKH ... 79

Tabel 3.5. Peserta yang Melanjutkan Pendidikan Formal ... 80

Tabel 3.6. Peserta yang Melanjutkan Pendidikan Non Formal ... 81

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Bentuk Kebijakan Publik ... 12

Gambar 1.2. Tahap-tahap kebijakan ... 14

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Bantul ... 29

Gambar 2.2. Logo Kabupaten Bantul ... 36

Gambar 3.1. Jumlah Peserta PPA-PKH... 79

(14)

xiii

SINOPSIS

Program PPA-PKH merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul untuk menarik pekerja anak dan dikembalikan kembali ke dunia pendidikan sesuai dengan tingkatannya. Penelitian mengenai evaluasi program PPA-PKH terhadap pengurangan angka putus sekolah di Kabupaten Bantul Tahun 2013-2015 ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program PPA-PKH dalam mengurangi angka putus sekolah. Selain itu dalam penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat program PPA-PKH dalam mengurangi angka putus sekolah.

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian dilaksanakan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kabupaten Bantul, dengan menggunakan teknik pengumpulan data secara wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilaksanakan dengan tiga narasumber yaitu dengan pihak pelaksana program PPA-PKH dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul, pendamping PPA-PKH di Kabupaten Bantul dan peserta program PPA-PKH. Teknik analisis data dilakukan dengan urutan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Program PPA-PKH dilaksanakan di Kabupaten Bantul selama empat bulan berturut-turut. Untuk mengetahui hasil dari evaluasi program PPA-PKH dalam mengurangi angka putus sekolah digunakan indikator evaluasi kebijakan yang terdiri dari indikator input (masukan), process (proses), outputs (keluaran), dan outcomes (dampak). Pembahasan mengenai program PPA-PKH ini dilakukan dengan menganalisis hasil jawaban dari responden. Dari penelitian dan analisis yang telah dilakukan, program PPA-PKH yang dilaksanakan di Kabupaten Bantul efektif dan efisien dalam mengurangi angka putus sekolah. Seluruh peserta yang ditarik dari tempat kerja dikembalikan ke pendidikan sesuai dengan tingkatannya, baik ke pendidikan formal maupun ke pendidikan non formal. Seluruh peserta diberikan fasilitas dan kegiatan yang berguna untuk kelanjutan pendidikannya.

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan bahwa program PPA-PKH yang dilaksanakan di Kabupaten Bantul dapat dikatakan efektif dan efisien dalam mengurangi angka putus sekolah yang ada di Kabupaten Bantul. Adapun faktor pendukung program PPA-PKH dalam mengurangi angka putus sekolah adalah peran pendamping, fasilitas yang memadai dan kegiatan yang mendukung. Sedangkan faktor penghambatnya adalah faktor ekonomi, diri anak sendiri, data dan dari pihak sekolah.

(15)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

Dengan Judul :

Evaluasi Program PPA-PKH (Pengurangan Pekerja Anak - Program Keluarga Harapan) terhadap Pengurangan Angka Putus Sekolah di Kabupaten Bantul

Tahun 2013-2015 Oleh : Iin Yuliyanti NIM : 20130520378

Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada :

Hari/Tanggal : Jum’at, 09 Desember 2016 Tempat : Ruang Referensi IP Jam : 12.30 - 13.30 WIB

SUSUNAN TIM PENGUJI

KETUA

Ane Permatasari, S.IP., M.A.

Penguji I Penguji II

Dr. Titin Purwaningsih, S.IP., M.Si. Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP., M.Si.

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

(16)

xiii

SINOPSIS

Program PPA-PKH merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul untuk menarik pekerja anak dan dikembalikan kembali ke dunia pendidikan sesuai dengan tingkatannya. Penelitian mengenai evaluasi program PPA-PKH terhadap pengurangan angka putus sekolah di Kabupaten Bantul Tahun 2013-2015 ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program PPA-PKH dalam mengurangi angka putus sekolah. Selain itu dalam penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat program PPA-PKH dalam mengurangi angka putus sekolah.

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian dilaksanakan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kabupaten Bantul, dengan menggunakan teknik pengumpulan data secara wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilaksanakan dengan tiga narasumber yaitu dengan pihak pelaksana program PPA-PKH dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul, pendamping PPA-PKH di Kabupaten Bantul dan peserta program PPA-PKH. Teknik analisis data dilakukan dengan urutan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Program PPA-PKH dilaksanakan di Kabupaten Bantul selama empat bulan berturut-turut. Untuk mengetahui hasil dari evaluasi program PPA-PKH dalam mengurangi angka putus sekolah digunakan indikator evaluasi kebijakan yang terdiri dari indikator input (masukan), process (proses), outputs (keluaran), dan outcomes (dampak). Pembahasan mengenai program PPA-PKH ini dilakukan dengan menganalisis hasil jawaban dari responden. Dari penelitian dan analisis yang telah dilakukan, program PPA-PKH yang dilaksanakan di Kabupaten Bantul efektif dan efisien dalam mengurangi angka putus sekolah. Seluruh peserta yang ditarik dari tempat kerja dikembalikan ke pendidikan sesuai dengan tingkatannya, baik ke pendidikan formal maupun ke pendidikan non formal. Seluruh peserta diberikan fasilitas dan kegiatan yang berguna untuk kelanjutan pendidikannya.

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan bahwa program PPA-PKH yang dilaksanakan di Kabupaten Bantul dapat dikatakan efektif dan efisien dalam mengurangi angka putus sekolah yang ada di Kabupaten Bantul. Adapun faktor pendukung program PPA-PKH dalam mengurangi angka putus sekolah adalah peran pendamping, fasilitas yang memadai dan kegiatan yang mendukung. Sedangkan faktor penghambatnya adalah faktor ekonomi, diri anak sendiri, data dan dari pihak sekolah.

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting guna menambah ilmu pengetahuan, mengembangkan bakat yang dimiliki serta dapat mengantarkan peserta didik dalam mewujudkan cita-citanya. Pendidikan didefinisikan sebagai salah satu kunci penting dalam proses perkembangan untuk memajukan suatu bangsa dapat dikatakan demikian manakala tingkat pedidikan suatu negara dikatakan tinggi, setidaknya peradaban dan pola pikir masyarakat di Negara tersebut haruslah tinggi pula.1 Definisi tersebut menjelaskan bahwa pendidikan tidak hanya penting dalam pengembangan diri sendiri saja, namun pendidikan juga sangat berperan dalam memajukan suatu negara.

Dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) dijelaskan setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan pada ayat (2) setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.2 Dari kedua pasal tersebut dapat dikatakan bahwa tidak ada alasan apapun bagi warga negara untuk tidak mengenyam bangku pendidikan. Namun di Indonesia saat ini banyak usia-usia yang seharusnya mengenyam bangku pendidikan lebih memilih untuk bekerja. Dengan berbagai alasan mereka memilih untuk keluar dari sekolanya sebelum tamat atau putus sekolah dan memilih untuk bekerja.

1

Syafaruddin & Anzizhan, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan, Jakarta, Grasindo, 2004, hal 1

2

(18)

2 Sebagian besar dari anak-anak yang memilih utuk putus sekolah berasal dari keluarga dengan ekonomi rendah. Anak yang berasal dari keluarga yang berekonomi rendah atau berada dalam garis kemiskinan terpaksa memilih untuk tidak bersekolah atau tidak sekolah karena ketidakadanya biaya. Selain itu faktor lain yang menjadi alasan anak untuk tidak mengenyam bangku pendidikan yaitu faktor sosial dan pergaulan. Anak yang sudah terjerumus kedalam dunia pergaulan bebas akan meningkatkan resiko putus sekolah.

Tabel 1.1

Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Indonesia Tahun 2015

Daerah

(19)

3 partisipasi sekolahnya. Seperti yang tertuang dalam tabel diatas usia dengan angka partisipasi sekolah terendah yaitu pada usia enambelas sampai delapan belas tahun. Usia enam belas sampai delapanbelas tahun ialah usia-usia dimana anak menempuh pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Usia SMP dan SMA merupakan usia paling rawan untuk tidak sekolah atau putus sekolah karena berbagai alasan yang mendasarinya. Salah satu alasan yang menjadi pilihan mereka yaitu menjadi pekerja anak. Dengan menjadi pekerja anak tanpa menghiraukan apa pekerjaannya dan berapa gajinya mereka sudah merasa nyaman karena dapat memenuhi kebutuhannya. Padahal dalam UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 68 telah dijelaskan bahwa Pengusaha dilarang mempekerjakan anak, dan pada pasal 69 terdapat pengecualian terhadap isi dari pasal 68, yaitu anak diperbolehkan melakukan pekerjaan ringan yang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental dan sosial.3

Dalam faktanya banyak anak-anak yang menjadi pekerja anak dengan alasan tekanan ekonomi yang dialami oleh orang tuanya. Menurut Kementrian Ketenagakerjaan Indonesia yang ditulis pada Modul Panduan Umum PPA-PKH tahun 2015 saat ini diperkirakan ada 1,7 juta anak Indonesia atau sekitar 5 persen dari jumlah anak di Indonesia yang berusia 5-14 tahun menjadi pekerja di usia sekolah. Dimana 400 ribu anak mendapatkan pekerjaan yang buruk, seperti perbudakan, pelacuran, pornografi dan perjudian, perlibatan pada

3

(20)

4 narkoba, serta pekerjaan berbahaya lainnya. Pada tahun 2011 diperkirakan 878.100 anak usia 10-14 tahun sudah bekerja. Sebanyak 174.500 anak sedang mencari pekerjaan. Jumlah tersebut belum termasuk data pada tahun 2009 dimana 628.900 anak usia 5-9 tahun telah bekerja.4

Tabel 1.2

Tingkat Pekerja Anak Usia 10-17 Tahun

Jenis Kelamin/Daerah 2011 2012 2013 2014

Laki-laki 4,82 4,70 3,13 3,26

Perempuan 3,62 3,60 2,56 2,26

Perkotaan 3,80 3,47 2,54 2,42

Perdesaan 4,64 4,83 3,15 3,11

Total 4,23 4,17 2,85 2,77

Sumber : BPS, diolah dari Sakernas Agustus 2011-2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa presentase pekerja anak usia 10-17 tahun di Indonesia masih terhitung tinggi. Tingkat pekerja anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja anak perempuan. Wilayah tempat tinggal juga mempengaruhi jumlah pekerja anak. Pada daerah perdesaan tingkat pekerja anak lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perkotaan.

Melihat fakta di atas memang permasalahan tentang pekerja anak tidak dapat dipandang sebelah mata. Untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut, pemerintah Republik Indonesia dibawah naungan Kementrian Ketenagakerjaan melaksanakan suatu program yang bertujuan untuk mengurangi pekerja anak di bawah umur. Program yang dilaksanakan tersebut

4 Dewi Rostyaningsih, “Implementasi Program PPA

(21)

5 yaitu Pengurangan Pekerja Anak dalam rangka mendukung Program Keluarga Harapan (PPA-PKH).

Tebel 1.3

Indeks Pembangunan Manusia DIY Tahun 2012

Kabupaten/

Sumber : DIY Dalam Angka 2013, BPS DIY

Tabel Indeks Pembangunan Manusia di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Bantul menduduki peringkat nomor tiga setelah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Bantul 8,95 tahun. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Bantul tersebut dapat dikatakan rendah, sehingga hal tersebut harus ditindaklanjuti agar rata-rata lama sekolah di Kabupaten Bantul dapat meningkat.

(22)

6 mempunyai keinginan kembali untuk menempuh pendidikan sesuai dengan tingkatannya. Program PPA-PKH ini dilaksanakan di setiap Pemerintah Kabupaten atau Kota oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Polres, dan Kementrian Agama.5

Pemerintah Kabupaten Bantul antusias dalam mensukseskan program PPA-PKH. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul berperan langsung dalam pelaksanaan program tersebut. Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul, Drs. Didik Warsito, M.Si program PPA-PKH dilatarbelakangi program pemerintah pusat tentang wajib belajar sembilan tahun dan rintisan program wajib belajar duabelas tahun bagi anak usia sekolah.6 Adapun jumlah pekerja usia limabelas sampai sembilanbelas tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.4

Tabel Penduduk Angkatan Kerja Kabupaten Bantul Tahun 2013

Golongan Umur Angkatan Kerja Jumlah

Bekerja Pencari Kerja

15 – 19 41.356 18.499 58.955

20 – 24 70.022 18.923 88.945

25 - 34 116.183 22.404 138.587

35 keatas 199.168 36.003 235.171

Total 426.729 95.829 522.558

Sumber : Disnakertrans, 2013

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah pekerja yang berusia 1ima belas sampai sembilan belas tahun berjumlah 41.356 orang, dan pencari

5

Wawancara pra-penelitian dengan Bapak Edris Efendi, ST selaku pelaksana program PPA-PKH dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul, pada 29 Oktober 2016, pukul 11.15 WIB.

6

(23)

7 kerja sejumlah 18.499 orang. Sehingga total pekerja dan pencari kerja usia lima belas sampai sembilan belas tahun di Kabupaten Bantul berjumlah 58.955 orang. Dengan melihat data tersebut di atas, masalah pekerja anak di Kabupaten Bantul tidak dapat dipandang sebelah mata. Usia-usia tersebut merupakan usia dimana seharusnya mereka menempuh bangku pendidikan tingkat SMP maupun SMA, bukan bekerja ataupun mencari kerja.

Dengan adanya program PPA-PKH ini harapannya dapat mengembalikan minat anak untuk menempuh bangku pendidikan lagi. Sehingga, dari pelaksanaan program ini anak-anak yang tadinya putus sekolah atau tidak sekolah akan dikembalikan ke sekolah yang diinginkannya. Dari uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui sejauh mana program PPA-PKH dapat menurunkan angka putus sekolah yang ada di Kabupaten Bantul tahun 2013 sampai dengan tahun 2015.

B.Rumusan Masalah

Dari Latar belakang diatas maka penelitian ini mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana evaluasi program PPA-PKH (Pengurangan Pekerja Anak – Program Keluarga Harapan) terhadap pengurangan angka putus sekolah di Kabupaten Bantul tahun 2013-2015 ?

(24)

8

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui evaluasi program PPA-PKH (Pengurangan Pekerja Anak – Program Keluarga Harapan) terhadap pengurangan angka putus sekolah di Kabupaten Bantul tahun 2013-2015.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat program PPA-PKH (Pengurangan Pekerja Anak – Program Keluarga Harapan) dalam mengurangi angka putus sekolah di Kabupaten Bantul tahun 2013-2015.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur dalam dunia kepustakaan tentang pelaksanaan program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah khususnya program PPA-PKH (Pengurangan Pekerja Anak – Program Keluarga Harapan).

2. Manfaat Praktis

(25)

9 b. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi Pemerintah Kabupaten Bantul mengenai evaluasi program PPA-PKH dalam mengurangi angka putus sekolah.

c. Bagi pihak-pihak lain, semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya.

E.Kajian Teori

Kerangka teori merupakan suatu gambaran dari teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang di teliti sehingga kegiatan menjadi jelas, sistematis, dan ilmiah. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, abstrak, definisi dan preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial atau fenomena alam yang menjadi pusat perhatian.7 Sehingga dengan adanya teori-teori tersebut, pembahasan tidak akan lepas dari topik yang akan di teliti. Unsur terpenting dalam sebuah penelitian yaitu terletak pada teori yang digunakan oleh peneliti yang bersangkutan. Hal itu dikarenakan teori-teori yang digunakan oleh peneliti dapat menjelaskan permasalahan yang terjadi. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Konsep Kebijakan Publik

Kebijakan publik menurut Carl Fredirch adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintahan dalam suatu lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya

7

(26)

10 hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai suatu tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.8

Definisi lain dari Kebijakan publik diungkapkan oleh Pressman dan Widavsky yang dikutip oleh Budi Winarno, kebijakan publik sebagai hipotesis yang mengandung kondisi-kondisi awal dan akibat-akibat yang bias. Kebijakan publik harus dibedakan dengan bentuk-bentuk kebijakan yang lain misalnya kebijakan swasta, hal ini dipengaruhi oleh keterlibatan factor-faktor bukan pemerintahan.9 Selain itu, Riant Nugroho mendefinisikan kebijakan publik sebagai jalan mencapai tujuan bersama yang dicita-citakan.10

Pendapat lain mengenai kebijakan publik diungkapkan oleh Islami, Islami mengemukakan bahwa kebijakan pablik adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientas pada tujuan tertentu dari kepentingan seluruh masyarakat. Implikasi pengertian tersebut adalah11 :

a. Kebijakan publik bentuk pessrdanaya adalah penetapan tindakan-tindakan pemerintah.

b. Kebijakan publik tidak cukup hanya dinyatakan, tapi juga dilaksanakan dalam bentuk nyata.

c. Setiap kebijakan dilandasi dengan maksud dan tujuan tertentu.

8

Suharno, Dasar-dasar Kebijakan Publik, Yogyakarta, Penerbit Ombak, 2013, hal 4

9

Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta, Media Pressindo, 2002, hal 7

10

Riant Nugroho, Kebijakan Publik (Formulasi, Implementasi dan Evaluasi), Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 2003, hal 51

11

(27)

11 d. Kebijakan publik pada hakekatnya untuk kepentingan masyarakat.

Kebijakan publik merupakan keputusan politik yang dibuat oleh lembaga publik. Lembaga publik adalah lembaga yang didanai dari dana/uang publik, yaitu uang yang dipungut secara kolektif dari publik, baik berupa pajak, retribusi, atau pungutan-pungutan lain yang ditetapkan secara formal. Secara generik, terdapat empat bentuk dari kebijakan publik, yakni sebagai berikut12 :

a. Kebijakan formal

b. Kebiasaan umum lembaga publik yang telah diterima bersama (konvensi)

c. Pernyataan pejabat publik dalam forum publik d. Perilaku pejabat publik

12

(28)

12

Gambar 1.1 Bentuk Kebijakan Publik

Sumber : Public Policy. Teori, Manajemen, Dinamika, Analisis, Kovergensi dan Kimia kebijakan (2014)

Menurut Budi Winarno, tahapan kebijakan terdiri dari lima tahap yaitu13 :

a. Tahap Penyusunan Kebijakan

Para pejabat yang dipilih dan di angkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelum masalah-masalah ini

13

Budi Winarno,op.cit., hal 28-30 Kebijakan Publik

Formal

Konvensi

Ucapan pejabat publik

Perilaku Pejabat Publik

(29)

13 berkompetensi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan.

b. Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah yang masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tersebut didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari alternatif yang ada. Dari beberapa alternatif kebijakan akan bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan permasalahan. c. Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

d. Tahap Implementasi Kebijakan

(30)

14 e. Tahap Penilaian atau Evaluasi Kebijakan

Pada tahap ini, kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak masyarakat. Oleh karena itu, ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

Gambar 1.2 Tahap-tahap Kebijakan

Penyusunan Kebijakan

Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Implementasi Kebijakan

Evaluasi Kebijakan

2. Evaluasi kebijakan Publik

(31)

15

sebagai “evaluasi kebijakan”.14

Dalam sebuah evaluasi akan diketahui sejauh mana efektifitas kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya, dan akan diketahui sejauh mana tujuan yang telah dicapai dari kebijakan tersebut.

Evaluasi kebijakan publik acapkali hanya dipahami sebagai evaluasi atas implementasi kebijakan saja, sesungguhnya evaluasi kebijakan publik mempunyai tiga lingkup makna, yaitu evaluasi perumusan kebijakan, evaluasi implementasi kebijakan dan evaluasi lingkungan kebijakan. Tiga lingkup di atas yang akan menentukan apakah kebijakan akan berhasilguna atau tidak. Namun demikian, konsep di dalam konsep

“evaluasi” sendiri selalu terikut konsep “kinerja”, sehingga evaluasi

kebijakan publik pada ketiga wilayah bermakna “kegiatan pasca”.15

Kriteria-kriteria evaluasi kebijakan publik yang diungkapkan oleh Dunn yang tertuang dalam buku karangan Riant Nugroho yang berjudul Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi adalah sebagai berikut :

14

Riant Nugroho, Kebijakan Publik (Formulasi, Implementasi dan Evaluasi), Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 2003, hal 183

15

(32)

16

Tabel 1.5

Kriteria Evaluasi Kebijakan Publik

Tipe Kriteria Pertanyaan Ilustrasi

Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai

Unit pelayanan Efisiensi Seberapa banyak usaha

diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan

Unit biaya, Manfaat bersih, Rasio Cost- benefit

Kecukupan Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah

Biaya tetap Efektifitas tetap Perataan Apakah biaya manfaat

didistribusikan dengan merata

Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai

kelompok-kelompok tertentu

Konsistensi dengan survai warganegara

Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai

Program publik harus merata dan efisien Sumber : Kebijakan Publik, formulasi, implementasi, dan evaluasi (2003)

Menurut Bridgman dan Davis terdapat empat indikator pokok evaluasi kebijakan, yaitu16 :

a. Indikator input (masukan) memfokuskan pada penilaiaan apakah sumber daya pendukung dan bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan. Indikator ini dapat meliputi sumber daya manusia, uang, atau infrastruktur pendukung lainnya.

b. Indikator process (proses) memfokuskan pada penilaian bagian sebuah kebijakan ditransformasikan dalam bentuk pelayanan langsung kepada

16

(33)

17 masyarakat. Indikator ini meliputi aspek efektivitas dan efisiensi dari metode atau cara yang dipakai untuk melaksanakan kebijakan publik tertentu.

c. Indikator outputs (hasil) memfokuskan penilaian pada hasil atau produk yang dapat dihasilkan dari sistem atau proses kebijakan publik. Indikator hasil ini misalnya berapa orang yang berhasil mengikuti program tertentu.

d. Indikator outcomes (dampak) memfokuskan diri pada pertanyaan dampak yang diterima oleh masyarakat luas atau pihak yang terkena kebijakan.

Indikator evaluasi kebijakan publik menurut Bridgman dan Davis diatas yang akan digunakan sebagai bahan dalam penggalian informasi pada penelitian ini.

3. Pekerja Anak

Untuk memahami pengertian tentang pekerja anak harus dapat membedakan terlebih dahulu antara pekerja anak dan anak yang bekerja. Anak yang bekerja adalah anak yang melakukan pekerjaan karena membantu orang tua, latihan ketrampilan dan belajar bertanggung jawab, misalnya membantu mengerjakan tugas-tugas dirumah, membantu pekerjaan orang tua di ladang dan lain-lain.17 Anak melakukan pekerjaan yang ringan dapat dikategorikan sebagai proses sosialisasi dan

17

(34)

18 perkembangan anak menuju dunia kerja. Indikator anak melakukan pekerjaan ringan adalah :

a. Anak membantu orang tua untuk membantu pekerjaan ringan b. Adanya unsur pendidikan atau pelatihan

c. Anak tetap sekolah

d. Dilakukan pada saat senggang dengan waktu yang relatif pendek e. Terjaga keselamatan dan kesehatannya.

Dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dijelaskan bahwa “Pekerja anak adalah anak-anak baik laki-laki maupun perempuan yang terlibat dalam kegiatan ekonomi yang mengganggu atau menghambat proses tumbuh kembang dan membahayakan bagi kesehatan fisik dan mental anak. Dalam undang-undang tersebut juga dijelaskan bahwa yang dikategorikan sebagai anak adalah yang berusia dibawah 18 (delapan belas) tahun.18

Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa pengusaha dapat memperkerjakan anak yang bukan dari keluarganya pada pekerjaan ringan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Izin tertulis dari orang tua atau wali;

b. Perjanjian kerja antar pengusaha dengan orang tua atau wali; c. Waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam;

d. Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah; e. Keselamatan dan kesehatan kerja;

18

(35)

19 f. Adanya hubungan kerja yang jelas; dan

g. Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Menurut Warsini, yang dikategorikan sebagai pekerja anak apabila memenuhi indikator antara lain19 :

a. Anak bekerja setiap hari b. Anak tereksploitasi

c. Anak bekerja pada waktu yang panjang d. Waktu sekolah terganggu/tidak sekolah.

Dalam pendoman pendampingan PPA-PKH tahun 2014 dijelaskan bahwa pekerja anak adalah anak yang melakukan pekerjaan yang memiliki sifat atau intensitas yang dapat mengganggu pendidikan atau berbahaya bagi tumbuh kembang anak baik secara fisik, mental, sosial maupun intelektual.20

4. Putus Sekolah

Kata Putus Sekolah berasal dari kata putus dan sekolah. Putus yang berarti tidak berhubungan lagi dan sekolah yang berarti lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sehingga putus sekolah dapat tidak berhubungan lagi dengan tempat belajar dan mengajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia putus sekolah didefinisikan sebagai belum sampai tamat sekolahnya sudah keluar (dari sekolah).

19

Warsini, dkk, op.cit., Hal. 10

20

(36)

20 Terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya putus sekolah, diantaranya adalah sebagai berikut21 :

a. Faktor ekonomi, keluarga yang tidak mampu sehingga orang tua murid memutuskan sekolah anaknya karena ketidakmampuan membayar biaya sekolah anaknya. Faktor ini yang menyebabkan tingginya angka putus sekolah.

b. Faktor budaya, faktor budaya yang masih diterapkan oleh sebagian masyarakat di Indonesia adalah menikahkan anaknya pada usia dini. Untuk tetap melestarikan tradisi yang telah diwariskan oleh turun-menurun tidak sedikit dari masyarakat Indonesia yang menikahkan anak-anaknya pada usia dini, sehingga sebagian anak anak tersebut terpaksa memutuskan pendidikannya atau bahkan sama sekali belum mengenyam pendidikan.

Adapun definisi lain dari putus sekolah adalah mereka yang pernah bersekolah di salah satu tingkat pendidikan, tetapi pada saat survey berlangsung mereka tidak terdaftar disalah satu tingkat pendidikan formal.22 Anak-anak yang putus sekolah disebabkan oleh banyak faktor, sebagian besar disebabkan oleh faktor geografi, demografi, sosial budaya, dan ekonomi.

21

Suryadi, Profil Dunia Pendidikan di Saat Krisis Ekonomi, Jurnal Dikbud No.028, Maret 2001, hal 134-144

22

(37)

21

F.Definisi Konseptual

Definisi Konseptual merupakan suatu pengertian yang menjadi pokok perhatian. Definisi konseptual dimaksudkan guna menjadi gambaran yang jelas untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pengertian atau batasan istilah yang ada dalam pokok permasalahan.

1. Evaluasi Kebijakan Publik

Evaluasi kebijakan publik merupakan suatu hal yang dilakukan guna mengetahui apakah pelaksanaan dari suatu kebijakan telah berjalan secara efektif dan efisien serta mencapai tujuan yang diinginkan atau belum.

2. Pekerja Anak

Pekerja anak merupakan orang yang berusia dibawah delapan (18) tahun baik laki-laki maupun perempuan yang terlibat langsung dalam kegiatan ekonomi yang mengganggu dan menghambat proses tumbuh kembang dan membahayakan fisik dan mentalnya.

3. Putus Sekolah

Putus sekolah merupakan suatu kondisi dimana seorang peserta didik (murid) keluar dari sekolah sebelum tamat.

G.Definisi Operasional

(38)

22 evaluasi kebijakan publik. Dalam penelitian ini digunakan indikator-indikator evaluasi kebijakan Brigman dan Davis yaitu sebagai berikut23 :

1. Indikator input (masukan)

a. Sumber daya manusia dalam pelaksanaan program PPA-PKH. b. Dana yang digunakan dalam pelaksanaan Program PPA-PKH. c. Fasilitas yang mendukung pelaksanaan program PPA-PKH 2. Indikator process (proses)

a. Efektivitas program PPA-PKH dalam mengurangi angka putus sekolah.

b. Efisiensi biaya yang digunakan dalam pelaksanaan program PPA-PKH.

c. Perataan sasaran dalam pelaksanaan program PPA-PKH. 3. Indikator outputs (hasil)

a. Jumlah peserta PPA-PKH tahun 2013, 2014 dan 2015.

b. Jumlah peserta yang melanjutkan ke pendidikan formal (SD, SMP, SMA).

c. Jumlah peserta yang melanjutkan ke pendidikan non formal (Paket A, Paket B, Paket C).

4. Indikator outcomes (dampak)

a. Dampak positif yang diterima oleh pihak-pihak yang dijadikan sasaran dalam program PPA-PKH.

23

(39)

23 b. Dampak negatif yang diterima oleh pihak-pihak yang

dijadikan sasaran dalam program PPA-PKH.

c. Responsivitas atau tanggapan dari hasil kebijakan yang sudah dilaksanakan.

H.Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif yaitu suatu metode penelitian dimana meneliti suatu kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi dalam system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif kualitatif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.24

Penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.25 Tujuan peneliti menggunakan jenis penelitian ini adalah untuk menjelaskan secara lebih jelas dan mendalam mengenai pencapaian program PPA-PKH (Pengurangan Pekerja Anak – Program Keluarga Harapan) dalam mengurangi angka putus sekolah di Kabupaten Bantul.

24

Muhammad Nasir, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1980, Hal. 64

25

(40)

24

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul.

3. Unit Analisis

Unit analisis merupakan satuan tertentu yang yang diperhitungkan sebagai obyek penelitian.26 Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai unit analisisnya adalah ketua pelaksana program PPA-PKH, pendamping program PPA-PKH, serta peserta program PPA-PKH.

4. Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian secara langsung (langsung dari informan) yang memiliki informasi atau data tersebut.27 Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul.

26

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial , Bandung , PT. Remaja Rosdakarya, 1995, hal 29

27

(41)

25

Wawancara dengan pihak Dinakertrans (pelaksana PPA-PKH), pendamping PPA-PKH dan peserta PPA-PKH

Tujuan dan Manfaat dari program PPA-PKH

Wawancara dengan pihak Dinakertrans (pelaksana PPA-PKH) dan pendamping PPA-PKH

Evaluasi program PPA-PKH dalam mengurangi angka putus sekolah

Wawancara dengan pihak Dinakertrans (pelaksana PPA-PKH), pendamping PPA-PKH dan peserta PPA-PKH

Faktor pendukung dan penghambat ketercapaian program PPA-PKH dalam mengurangi angka putus sekolah

Wawancara dengan pihak Dinakertrans (pelaksana PPA-PKH) dan pendamping PPA-PKH

Harapan dari adanya program PPA-PKH

Wawancara dengan pihak Dinakertrans (pelaksana PPA-PKH) majalah, internet, serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

28

(42)

26

Tabel 1.5

Sumber data Sekunder

Data Sumber Data

Data peserta PPA-PKH Kabupaten Bantul tahun 2013-2015

Dokumen dari Dinakertrans

Data tindak lanjut peserta PPA-PKH kabupaten bantul tahun 2013-2015

Dokumen dari Dinakertrans

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu bagian dalam penelitian guna memudahkan proses pengumpulan informasi. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan merupakan metode yang mencakup cara yang dipergunakan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap, berhadapan muka dengan orang itu.29 Teknik wawancara ini dilakukan terhadap responden yang telah ditentukan untuk memperoleh data yang selengkap-lengkapnya. Dalam penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan beberapa narasumber, yaitu sebagai berikut :

1) Bapak Edris Efendi, ST selaku pihak dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi kabupaten Bantul yang menjadi pelaksana program PPA-PKH.

29

(43)

27 2) Saudari Festy Aliyi Hidayatrini selaku pendamping program

PPA-PKH Kabupaten Bantul tahun 2013 sampai 2016.

3) Saudari Dian Wahyuningsih selaku peserta program PPA-PKH Kabupaten Bantul tahun 2013.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data melalui dokumen-dokumen atau catatan yang tersedia yang menjadi obyek penelitian, seperti buku, jurnal, media massa dan berbagai sumber lainnya yang bersifat relevan. Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder dalam penelitian ini. Dokumentasi dalam penelitian ini berasal dari data-data yang telah ada untuk dianalisis bersama dengan sumber data lain yang diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul.

6. Teknik Analisis Data

(44)

28 penarikan kesimpulan.30 Ketiga komponen tersebut aktivitasnya berbentuk interaktif dengan proses pengumpulan data yang menggunakan proses siklus.

Adapun penjelasan dari kriteria tersebut adalah sebagai berikut : a. Pengumpulan data, merupakan informasi baik data primer maupun data

sekunder.

b. Reduksi data, merupakan proses seleksi pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang ada dalam field note (catatan di lapangan). c. Penyajian data, merupakan suatu rangkaian argumentasi informasi yang

memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan.

d. Penarikan kesimpulan, merupakan suatu usaha menarik konklusi dari hal-hal yang ditemui dalam reduksi maupun penyajian data.

30

(45)

28 penarikan kesimpulan.30 Ketiga komponen tersebut aktivitasnya berbentuk interaktif dengan proses pengumpulan data yang menggunakan proses siklus.

Adapun penjelasan dari kriteria tersebut adalah sebagai berikut : a. Pengumpulan data, merupakan informasi baik data primer maupun data

sekunder.

b. Reduksi data, merupakan proses seleksi pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang ada dalam field note (catatan di lapangan). c. Penyajian data, merupakan suatu rangkaian argumentasi informasi yang

memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan.

d. Penarikan kesimpulan, merupakan suatu usaha menarik konklusi dari hal-hal yang ditemui dalam reduksi maupun penyajian data.

30

(46)

29

BAB II

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Bantul

1. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul

a. Letak Geografis

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Bantul

(47)

30 Lintang Selatan dan 110 12 34 - 110 31 08 ujur Timur. Apabila dilihat dari bentang alamnya, wilayah Kabupaten Bantul terdiri dari daerah daratan yang terletak pada bagian tengah, daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat, dan kawasan pantai yang terletak pada bagian selatan. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, di sebelah utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.

b. Batas Wilayah

Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan :

1) Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman 2) Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

3) Sebelah Timur : Kabupaten Gunungkidul 4) Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo

c. Luas Wilayah

(48)

31 1) Bagian barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73% dari seluruh wilayah).

2) Bagian tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210,94 km2 (41,62%).

3) Bagian timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian barat, seluas 206,05 km2 (40,65%).

4) Bagian selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikit berlagun, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek.

d. Pembagian Wilayah Administratif

(49)

32 dalam wilayah perkotaan sebanyak 41 desa, sedangkan desa yang termasuk dalam kawasan perdesaan sebanyak 34 desa.

Tabel 2.1

Jumlah Desa, Dusun, dan Luas Kecamatan di Kabupaten Bantul

No Kecamatan Jumlah

Sumber : Bagian Tata Pemerintahan Setkab. Bantul

2. Sosial Budaya

a. Kepadatan Penduduk Geografis

(50)

33 Banguntapan dan Kasihan sedangkan kepadatan penduduk geografis rendah terletak di Kecamatan Dlingo, Pajangan, dan Pleret.

Tabel 2.2

Tabel Kepadatan Penduduk Geografis Per Kecamatan Tahun 2012

Sumber : BPS Kabupaten Bantul, 2014

b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(51)

34

Tabel 2.3

Tabel Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Berdasarkan Ijazah Tertinggi di Kabupaten Bantul Tahun 2009

No Ijazah Tertinggi yang

Dimiliki

Persentase

1 Tidak Punya 25,09

2 SD/MI 23,59

3 SMP/MTs 17,45

4 SMU/MA 16,15

5 SMK 7,91

6 D1/D2 0,94

7 D3/Akademi 2,92

8 D4/S1 5,70

9 S2/S3 0,24

Sumber : https://www.bantulkab.go.id

c. Tenaga Kerja dan Pengangguran

(52)

35

Tabel 2.4

Tabel Jumlah Angkatan Kerja Tahun 2012 – 2013

No Kecamatan Angkatan Kerja 2012 Angkatan Kerja 2013 Bekerja Pengangguran Bekerja Pengangguran

1 Srandakan 19.931 1.853 46.268 1.314

Tabel Penduduk Angkatan Kerja Kabupaten Bantul Tahun 2013

Golongan Umur Angkatan Kerja Jumlah

(53)

36 d. Jumlah Angka Putus Sekolah di Kabupaten Bantul

Tabel 2.6

Angka Putus Sekolah di Kabupaten Bantul

2011 2012 2013

1,02 % 1,02 % 0,85%

Sumber : LAKIP Dikmenof Kab.Bantul, 2011, 2012, 2013

3. Profil Kabupaten Bantul

a. Logo Kabupaten Bantul

Gambar 2.2. Logo Kabupaten Bantul

Sumber : http://bantulkab.go.id

1) Bentuk dan Isi Lambang Daerah

(54)

37

pita bertuliskan “KA UPATEN ANTUL”. Di dalam bentul

Ellipse (bulat panjang) yang merupakan bunga Teratai Berkelopak Lima berisi lukisan yang menggambarkan : Keadaan Alam, Kekayaan Alam, Latar Belakang Sejarah, Semangat dan Cita-cita, dan Persatuan/kesatuan. Ukuran Lambang Daerah garis tengah Horisontal 30 dan garis tengah Vertikal 40.

2) Arti dan Makna Lambang Daerah

Arti dan makna dari lambing daerah adalah Landasan Idiil Pancasila. Gambar Bintang Emas bersegi lima menggambarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Gambar Pohon Kelapa menggambarkan kemanusiaan yang adil dan beradab. Lukisan Dalam Warna Merah , Putih dari Roda Bergerigi menggambarkan Persatuan Indonesia. Lukisan Dalam Gambar Sungai menggambarkan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Lukisan Dalam Ganbar Padi dan Kapas menggambarkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Landasan Struktural Undang-Undang Dasar 1945 dilukiskan dalam gambar Ukiran Persegi (linggir Jawa) Empat dan Keris Berlekuk (luk Jawa) Lima. Tata kehidupan gotong royong kearah ketentraman dan kemakmuran dilukiskan dalam tulisan

huruf Jawa berbunyi “HAMAMAYU HAYUNING AWONO”.

(55)

38 bersegi lima. Semangat perjuangan dan kepahlawanan dilukiskan dalam gambar Keris dan Gunung yang mengingatkan perjuangan Pahlawan Nasional Pangeran Diponogoro yang bermarkas di Gua Selarong pada waktu melawan penjajah Belanda. Semangat Pembangunan dilukiskan dalam gambar Roda Bergerigi dan untuk mencapai kemakmuran perlu dibangun industri-industri.

Sejarah pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Bantul dilukiskan dalam gambar serangkai kapas dengan lima belas buah serta daunnya dan setangkai padi dengan limah puluh butir biji menunjukan bahwa Daerah Otonomi Kabupaten Bantul dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor : 15/1950. Keadaan Alam dilukiskan dalam warna Hijau Muda, gambar Pegunungan, Sungai dan Laut. Persatuan dan kesatuan dilukiskan dalam gambar tepi ellipse (bulat panjang) yang merupakan Bunga Teratai berkelopak lima dengan tiada terputus.

Pemerintahan dalam melaksanakan pengabdiannya kepada masyarakat mempunyai 3 (tiga) bidang: Bidang Legislatif, Bidang Eksekutif dan Bidang Yudikatif. Dilukiskan dalam gambar Pohon

Kelapa dengan Tiga Pelepah dengan “Empat” utir uah Kelapa

(56)

39 Hasil Produksi Daerah Kabupaten bantul dilukiskan dalam gambar Roda Bergerigi yang menunjukan adanya pabrik, daun tembakau merupakan bahan eksport dan pohon kelapa yang berbuah menunjukan bahwa Kabupaten Bantul mempunyai hasil spesifik (Geplak) dari Buah Kelapa.

3) Warna dan Artinya

a) Warna Dasar : Hijau Berarti kesuburan dan kemakmuran b) Warna Lukisan : Hitam berarti keabadian

c) Biru : Berarti kesetiaan

d) Kuning & Kuning Emas : Berarti keluhuran, keagungan, kemasyuran

e) Merah : Berarti keberanian f) Putih : Berarti kesucian

g) Hijau Muda : Berarti kesuburan & harapan.

b. Visi dan Misi Kabupaten Bantul

1) Visi

Visi Kabupaten Bantul sesuai dengan RPJMD 2016-2021

adalah “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bantul yang sehat,

cerdas, dan sejahtera, berdasarkan nilai-nilai keagamaan, kemanusiaan, dan kebangsaan dalam wadah Negara Kesatuan

(57)

40 Secara filosofis visi tersebut adalah cita-cita untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Bantul yang sehat yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang memiliki kesehatan jasmani, rohani dan sosial. Cerdas yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Sejahtera yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang produktif, mandiri, memiliki tingkat penghidupan yang layak dan mampu berperan dalam kehidupan sosial. Kemanusiaan yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang peduli, saling menghargai dan mengembangkan semangat gotong-royong. Kebangsaan yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang memiliki rasa patriotisme cita tanah air dan tumpah darah untuk bersama-sama mewujudkan pembangunan. Keagamaan yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang beriman, menjalankan ibadah dan mengembangkan toleransi beragama.

2) Misi

Adapun MISI Kabupaten Bantul sesuai RPJMD tahun 2016-2021 adalah sebagai berikut :

(58)

41 2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sehat,

cerdas, terampil dan berkepribadian luhur.

3. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat difokuskan pada percepatan pengembangan perekonomian rakyat dan pengentasan kemiskinan.

4. Meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana-prasarana umum, pemanfaatan Sumber Daya Alam dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan pengelolaan risiko bencana 5. Meningkatkan tata kehidupan masyarakat Bantul yang agamis,

nasionalis, aman, progresif dan harmonis serta berbudaya istimewa.

B. Gambaran Umum Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Bantul

1. Profil Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul

a. Dasar Pembentukan

(59)

42 b. Kedudukan

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul berada di bawah Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul dan bertanggung jawab kepada Bupati Bantul, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas.

c. Tugas Pokok

Tugas Pokok Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul diatur dengan Keputusan Bupati Nomor 153 tahun 2001 tanggal 8 Mei 2001 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul.

d. Tujuan

Tujuan yang akan dicapai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul Sebagai berikut :

1) Penyediaan tenaga kerja dan transmigrasi yang berkualitas.

2) Menciptakan perluasan kesempataan kerja dan mengoptimalkan penempatan tenaga kerja.

3) Keseimbangan pertumbuhan wilayah melalui penyebaran penduduk untuk menigkatkan kesejahteraan masyarakat dikawasan transmigrasi.

4) Melindugi hak dan kewajiban dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.

(60)

43 e. Sasaran

Dengan memperhatikan tujuan tersebut maka ditetapkan sasaran program kegiatan sebagai berikut :

1) Terciptanya tenaga kerja terampil sesuai pasar kerja dan mampu berwirausaha.

2) Terwujudnya pengurangan tingkat pengangguran dan kemiskinan. 3) Terciptanya hubungan industrial yang kondusif.

4) Meningkatkan pengetahuan keterampilan masyarakat transmigrasi dan optimalisasi pelayanan perpindahan.

5) Terciptanya kesadaran dalam menciptakan kesehatan dan keselamatan serta tegaknya norma-norma kerja.

6) Peningkatan pelayanan. f. Kebijakan

Tugas Pokok Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Bantul adalah melaksanakan kewenangan Kabupaten Bantul dalam bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian. Dalam melaksanakan misi organisasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul menggunakan analisa SWOT agar dapat berhasil dengan baik.

1) Strenght (kekuatan).

a) Pembentukan Struktur dan Organisasi Disnakertrans. b) Tersedianya calon tenaga kerja dan Calon Transmigrans.

(61)

44 d) Adanya BKK, LPPS, PJTKI/Cabang dan Lembaga Pelatihan. e) Jumlah SDM Disnakertrans yang memadai.

f) Adanya hubungan kerja yang selaras serasi dan seimbang. g) Komitmen Pemda tentang Pengentasan Kemiskinan. 2) Weakness (kelemahan).

a) Kurangnya kualitas aparatur khususnya secara teknis.

b) Kurangnya dukungan sarana dan prasarana serta terbatasnya dana/anggaran yang tersedia.

c) Kualitas tenaga kerja dan calon transmigran belum memadai. d) Kurangnya biaya sebagian pencari kerja untuk bekerja di Luar

Negeri.

e) Masih adanya sebagian perusahaan belum melaksanakan dan mentaati peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.

f) Belum lengkapnya peraturan pelaksanaan yang mendukung undang-undang ketenagakerjaan.

3) Opportunity (peluang)

a) Pertumbuhan industri/perusahaan di Kabupaten Bantul semakin berkembang.

b) Adanya home disektor industri kerajinan dan makanan.

c) Kesempatan kerja di luar daerah dan di luar negeri masih terbuka. d) Terbukanya Kabupaten dan Propinsi di Luar Jawa untuk Program

Transmigrasi.

(62)

45 4) Treatment (ancaman).

a) Perkembangan IPTEK yang sangat cepat.

b) Jumlah pengangguran di Kabupaten Bantul yang cukup tinggi. c) Besarnya arus urbanisasi telah menimbulkan problema baru

dalam penyelenggaraan transmigrasi.

d) Pertumbuhan ekonomi yang masih relatif kecil.

2. Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Bantul

a. Visi

"Terwujudnya Tenaga Kerja dan Masyarakat Transmigrasi yang Berkualitas dan Sejahtera"

b. Misi

1) Mewujudkan tenaga kerja terampil, berkualitas dan produktif.

2) Mendorong perluasan kesempatan kerja dan meningkatkan tenaga kerja.

3) Meningkatkan dan mengembangkan sistim informasi ketenagakerjaan.

4) Mewujudkan mobilitas penduduk yang terarah memfasilitasi perpindahan dan meningkatkan ketrampilan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan.

(63)

46 6) Meningkatkan perlindungan tenaga kerja melalui penegakan hukum

ketenagakerjaan.

7) Meningkatkan pelayanan rumah tangga dinas dan kualitas sumber daya manusia untuk mendukung ketenagakerjaan dan ketrampilan.

3. Susunan Organisasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Bantul

Susunan Organisasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, terdiri atas: 1) Kepala Dinas

2) Sekretariat

a) Sub Bagian Umum

b) Sub Bagian Keuangan Dan Aset c) Sub Bagian Program

3) Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja a) Seksi Informasi dan Penempatan Tenaga Kerja b) Seksi Pendataan dan Perluasan Kerja

4) Bidang Pelatihan dan Produktivitas Kerja a) Seksi Pengendalian Lembaga Latihan b) Seksi Produktifitas dan Standarisasi 5) Bidang Transmigrasi

a) Seksi Penyuluhan dan Motivasi Masyarakat b) Seksi Pendaftaran, Seleksi dan Pemindahan

(64)

47 a) Seksi Hubungan Industrial dan Syarat Kerja

b) Seksi Pengawasan Ketenagakerjaan 7) Unit Pelaksana Teknis

(65)

48

BAB III

EVALUASI PROGRAM PPA-PKH (PENGURANGAN PEKERJA ANAK –

PROGRAM KELUARGA HARAPAN) TERHADAP PENGURANGAN

ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN BANTUL

TAHUN 2013-2015

A. Program PPA-PKH di Kabupaten Bantul

Pengurangan Pekerja Anak dalam rangka mendukung Program Keluarga Harapan (PPA-PKH) adalah kegiatan menarik pekerja anak dari Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang putus sekolah untuk dikembalikan ke pendidikan melalui pendampingan di shelter.31 Dalam wawancara yang saya lakukan dengan Bapak Edris Efendi, beliau menjelaskan :

“…Program PPA-PKH adalah program dari pemerintah pusat yang dilaksanakan di Kabupaten Bantul guna mengembalikan pekerja anak kependidikan. Tidak ada program daerah sejenis yang dilaksanakan oleh pemerintah Daerah Kabupaten Bantul.”32

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam menangani permasalahan pekerja anak dan putus sekolah di Kabupaten Bantul hanya dengan program PPA-PKH yang berasal dari pemerintah pusat. Di Kabupaten Bantul tidak ada program daerah sejenis, hanya melaksanaksanakan program dari Kementrian Ketenagakerjaan.

31

Pedoman Pendampingan PPA-PKH Tahun 2014, hal 5

32

(66)

49 Dalam pelaksanaan program PPA-PKH ini Bupati Bantul mengeluarkan Keputusan Bupati Bantul Nomor 10 tahun 2013 tentang pembentukan tim operasional kegiatan pengurangan pekerja anak tahun 2013. Adapun tugas dari tim operasional kegiatan pengurangan pekerja anak tersebut adalah sebagai berikut33 :

1. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pendampingan pasca shelter dan pasca pelaksanaan program PPA-PKH.

2. Menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan program PPA-PKH pasca shelter.

3. Melaporkan secara tertulis hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan dan pasca pendampingan kepada penanggung jawab.

4. Mengkoordinir pelaksanaan kunjungan rumah (home visit) pasca shelter yang dilakukan oleh pendamping.

5. Memberikan saran pengambilan kebijakan pasca shelter PPA-PKH.

Menurut hasil wawancara yang saya lakukan dengan bapak Idris Effendi selaku pelaksana program PPA-PKH dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul tentang tujuan program PPA-PKH adalah sebagai berikut :

“…meningkatkan angka partisipasi anak usia wajib belajar ke sekolah dan

mengurangi jumlah pekerja anak.”34

Tujuan dari pelaksanaan program PPA-PKH yang diungkapkan oleh Bapak Edris Efendi di atas adalah meningkatkan angka partisipasi sekolah

33

Keputusan Bupati Bantul Nomor 10 Tahun 2013 tentang Pembentukan Tim Operasional Kegiatan Pengurangan Pekerja Anak.

34

(67)

50 pada usia wajib belajar dan mengurangi jumlah pekerja anak. Selain itu, Saudari Festy Aliyi Hidayatrini juga mengungkapkan tujuan dan beberapa manfaat dari pelaksanaan program PPA-PKH sebagai berikut :

“…tujuan dari pelaksanaan program ini adalah mengembalikan anak ke dunia pendidikan, sedangkan manfaatnya antara lain anak mempunyai motivasi untuk kembali ke dunia pendidikan, anak dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman dan lingkungan sekitar, dan anak tidak minder dalam mewujudkan cita-citanya”.35

Dari penjelasan yang diungkapkan oleh Saudari Festy Aliyi Hidayatrini diatas dapat diketahui bahwa tujuan dari pelaksanaan program PPA-PKH yaitu mengembalikan anak ke dunia pendidikan baik yang tidak sekolah maupun yang putus sekolah. Adapun manfaat dari pelaksanaan program PPA-PKH antara lain anak mempunyai motivasi untuk kembali ke dunia pendidikan, anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman dan lingkungan sekitar, dan anak mempunyai rasa percaya diri atau tidak minder untuk mewujudkan cita-citanya.

Kedua penjelasan tentang tujuan dan manfaat dari pelaksanaan program PPA-PKH dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tujuan Pelaksanaan Program PPA-PKH

a. Meningkatkan angka partisipasi sekolah pada usia wajib belajar.

b. Mengembalikan anak ke dunia pendidikan, baik yang tidak sekolah maupun yang putus sekolah.

c. Mengurangi jumlah pekerja anak. 2. Manfaat Pelaksanaan Program PPA-PKH

35

Gambar

Tabel 1.1 Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Indonesia Tahun 2015
Tabel 1.2 Tingkat Pekerja Anak Usia 10-17 Tahun
Tabel Indeks Pembangunan Manusia di atas menunjukkan bahwa
Tabel Penduduk Angkatan Kerja Kabupaten Bantul Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Simulasi ini dilakukan dengan tujuan untuk membantu mengetahui, menganalisa dan memprediksi kerusakan pada komposit laminat yang meliputi jenis kerusakan, ukuran, lokasi

PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN ANGGARAN 2014.

Lebar efektif (We) dapat dihitung untuk pendekat dengan pulau lalulintas, seperti pada Gambar 3.1 dan untuk pendekat tanpa pulau lalulintas bagian kanan dari Gambar 3.1.... dalam

Kerusakan kelelahan (fatigue damage) dari masing-masing sea state dihitung menggunakan fungsi kepadatan peluang Rayleigh dimana fungsi ini menggambarkan distribusi

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh senam lansia terhadap penurunan tingkat nyeri gout arthritis di UPT PSTW Jombang.. Kata kunci : Lansia, nyeri

Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan aktivitas yang penting karena berkaitan dengan proses penentuan alokasi dana untuk setiap program maupun

Thus, this study contributes to the literature by providing fine-grained insights on the effects of social influence on adoption over time, namely, that (1)