• Tidak ada hasil yang ditemukan

Siwulasi perkembangan sapi bali pada peternakan rakyat di Propinsi Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Siwulasi perkembangan sapi bali pada peternakan rakyat di Propinsi Bali"

Copied!
342
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)
(160)
(161)
(162)
(163)
(164)
(165)
(166)
(167)
(168)
(169)
(170)
(171)
(172)
(173)
(174)
(175)
(176)
(177)

SIMULASI

PERKEMBANGAN

SAP1

BALI

O l e h

UAMSUDDIN GAWWTJANC;

PROGRAM

PASCASAR

JANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(178)

RINGKASAN

SJAWSUDDIN GARANTJANG. Simulasi Perkembangan Sapi Bali

pada Peternakan Rakyat di Propinsi Bali (Di bawah

bimbingan HARIMURTI MARTOJO sebagai ketua, R. EDDIE

GURNADI, BEDJO SOEWARDI, AHMAD ANSORI MATTJIK dan

MOEWARNO DJOJOMARTONO masing-masing sebagai anggota).

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pe-

rubahan penampilan produksi sapi Bali jika berbagai

metode seleksi dicobakan pada peternakan rakyat, (2)

Mengkaji akibat dari tingkat pemanenan pada keadaan pe-

ternakan rakyat yang berlaku saat ini, (3) Menentukan

tingkat pemanenan dan pertumbuhan sapi Bali sehingga

mutu dan jumlahnya sesuai dengan daya dukung lingkungan.

Pengkajian dilakukan dengan model simulasi terhadap

perkembangan sapi Bali, yaitu:

1. Simulasi seleksi, dilakukan terhadap populasi

yang terdiri dari 150 ekor jantan, dan 600 ekor betina.

Jumlah populasi dan komposisi umur dianggap tetap selama

simulasi, dengan kisaran umur ternak antara tiga tahun

sampai sembilan tahun. Perkawinan dilakukan secara acak

dan tiap tahun terjadi pergeseran ternak antar kelompok.

Calon tetua pengganti dipilih jantan muda dan betina

muda dari keturunannya.

Ternak calon tetua dipilih berdasarkan kriteria

seleksi dan pengafkiran. Kriteria pengafkiran tetua di-

(179)

tahun), (b) jarak beranak (dua tahun berturut-turut ti- dak mempunyai keturunan/majir), ( c ) tingkat kematian anak sampai disapih (anak sering mati), (d) daya produk- si induk yang rendah (rataan bobot sapih anak rendah).

Ada tiga metode seleksi yang dicobakan, yaitu:

1 ) Seleksi terbaik yaitu calon tetua dipilih berdasar- kan ranking bobot badan tertinggi dari kelompoknya.

2) Seleksi negatif dicobakan dua tingkat yaitu, calon tetua jantan dipilih secara acak dari kelompok jan- tan muda yang terlebih dahulu dikeluarkan masing- masing 30 persen dan 66 persen yang terbaik dan calon tetua betina dipilih secara acak dari kelompoknya.

3) Tanpa seleksi, yaitu calon tetua jantan dan betina diambil secara acak dari kelompoknya.

(180)

2. Simulasi perkembangan populasi, terdiri dari dua skenario yaitu: Skenario pertama untuk mengkaji akibat dari pemanenan pada keadaan peternakan rakyat yang berlaku saat ini. Tiga tingkat pemanenan yang di- cobakan yaitu 16 persen (kondisi lapang), 14 persen dan 12 persen dengan kenaikan 6.2 persen setahun. Ketiga tingkat pemanenan tersebut dikombinasikan dengan tingkat kelahiran 6 0 persen, kematian anak enam persen d a n kematian dewasa empat persen sebagai temuan di lapang. Skenario kedua, bertujuan untuk menentukan tingkat pe- manenan dan pertumbuhan sapi Bali sehingga mutu dan

jumlahnya sesuai dengan daya dukung wilayah. Ternak yang dipanen berupa induk afkir dan pe jantan afkir 10

-

20 persen, dara afkir 10 persen, jantan muda dan surplus dara. Pada skenario kedua juga diperhitungkan daya du- kung wilayah sebagai sasaran pengembangan, dan rasio pe- jantan induk diperlebar l : 10 untuk meningkatkan jumlah anak yang lahir.

Skenario kedua terdiri dari tiga kondisi yang di- cobakan, yaitu pertama kombinasi tingkat kelahiran 60

persen (tahun ke 1

-

5), 65 persen (tahun ke 6

-

lo), 70 persen (tahun ke 11

-

15) dan 75 persen (tahun ke 16

-

20)

,

kematian anak-muda enam persen (tahun ke 1

-

5), lima persen (tahun ke 6

-

lo), empat persen (tahun ke 11
(181)

(tahun ke 6

-

20). Kondisi dua tingkat kelahiran 60 persen tetap selama simulasi, kombinasi tingkat kematian seperti kondisi pertama dan kondisi tiga kombinasi ting- kat kelahiran seperti kondisi pertama, sedang tingkat kematian anak enam persen dan kematian dewasa empat per- sen tetap selama simulasi.

Hasil simulasi seleksi terbaik menunjukkan bahwa terjadi perubahan rata-rata penampilan produksi (bobot badan) yang semakin meningkat dari tahun k e tahun. Setelah generasi ke-20 rata-rata bobot setahunan naik sebesar 11.98 persen dan bobot sapih naik sebesar 12.43 persen. Seleksi negatif menunjukkan penurunan rata-rata bobot setahunan dan bobot sapih. Pada generasi ke-20 rata-rata penurunan bobot setahunan untuk seleksi nega- tif I dan I1 masing-masing 9.62 persen dan 12.79 persen. Rata-rata penurunan bobot sapih pada generasi ke-20 un- tuk seleksi negatif I dan I1 masing-masing sebesar 10.45 persen dan 11.61 persen.

(182)

penurunan rata-rata 1.23 persen pertahun. Pemanenan se-

besar 12 persen dengan tingkat kelahiran 60 persen, ke-

matian anak enam persen dan kematian dewasa empat per-

sen, total populasi naik rata-rata 0.78 persen pertahun.

Ini berarti bahwa kondisi lapang di Bali seperti di atas

pemanenan yang sesuai adalah 12 persen.

Hasil simulasi kondisi pertama populasi terkontrol,

kestabilan populasi dicapai pada tahun ke-12 sesuai daya

dukung lingkungan 480 000 ST berdasarkan BK. Rata-rata

total pemanenan lima tahun terakhir mencapai 19 persen

dari populasi yang terdiri dari jantan gemuk 48 persen,

induk afkir 32 persen, selebihnya terdiri dari pejantan

afkir, dara afkir dan surplus dara. Kondisi kedua ting-

kat kelahiran tetap 60 persen selama simulasi, dengan

kematian anak dan dewasa seperti pada kondisi pertama,

kestabilan populasi dicapai lebih lama yaitu tahun ke-

16, dengan rata-rata pemanenan pada lima tahun terakhir

simulasi 18 persen dari total populasi, dengan panen

surplus dara rata-rata 2 570 ekor, lebih rendah dari-

pada kondisi pertama yang besarnya 13 409 ekor. Kondisi

ketiga, tingkat kelahiran seperti kondisi pertama dengan

tingkat kematian anak enam persen dan dewasa empat per-

sen, kestabilan populasi dicapai pada tahun ke-12,

dengan rata-rata pemanenan pada lima tahun terakhir 18

(183)

SINULASI PERKEXBANGAN SAP1 BALI PADA PETERNAKAN RAKYAT DI PROPINSI BALI

Oleh

SJAMSUDDIN GARANTJANG

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PWTANIAN BOGOR

(184)

Judul Disertasi : SIWULASI PERKEMBANGAN SAP1 BALI PADA

PETERNAKAN RAKYAT DI PROPINSI BALI ~ a m a Mahasiswa : SJAMSUDDIN GARANTJANG

Nomor Pokok : 85 510 PTK

Menyetujui:

1. Komisi Pembimbing

Ketua

/ -

Prof. Dr R. Eddie Gurnadi Dr Bedjo Soewardi, H!3c

Anqgota Anggota

m

Dr Ir H. Ahmad Ansori Mattjik D

Anggota Anggota

2. Ketua Program Studi Ilmu Ternak

(185)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Salokaraja-Kaju, Bone, Sula- wesi Selatan pada tanggal 7 Juli 1951, putera kelima dari ayah Garantjang (almarhum) dan ibu Sitti Saenab

(almarhumah).

Lulus Sekolah Rakyat Negeri I tahun 1963 di Pattiro Ba jo, Sekolah Menengah Pertama Negeri I1 tahun 1963 di Watampone dan Sekolah Menengah Atas Negeri I11 tahun

1969 di Ujung Pandang.

Pada tahun 1970 penulis melanjutkan pendidikan pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Ujung Pandang dan lulus pada tahun 1976.

Sejak Februari 1976 diangkat sebagai asisten tetap pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin dan de- ngan penyesuaian ijazah tahun 1978 diangkat sebagai do- sen tetap pada fakultas yang sama dengan pangkat Asisten Muda

.

Pada tahun 1979 mengikuti kursus "Short Course on Beef Cattle Management and Economicsw yang diselenggara- kan atas kerjasama antara Universitas Hasanuddin dengan AAUCS Australia.

(186)

Pada tahun 1984 sampai tahun 1985 diangkat sebagai

Sekretaris Jurusan Produksi Ternak pada Fakultas Peter-

nakan Universitas Hasanuddin.

Pada tahun 1985 mendapat kesempatan mengikuti Pro-

gram Doktor pada Program Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor pada jurusan Ilmu Ternak.

Menikah dengan Ir. Andi Niartiningsih pada tahun

1985 dan dikaruniai tiga orang putera-puteri: Yayah

(187)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

Rabbul Alamin, karena atas kehendak dan karuniaNyalah

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan disertasi.

Kepada Bapak Prof. Dr H. Harimurti Martojo selaku

Ketua Komisi Pembimbing, penulis menyampaikan banyak te-

rima kasih atas segala nasehat, bimbingan serta perha-

tian beliau kepada penulis baik yang menyangkut masalah

akademis maupun non akademis sehingga benar-benar mampu

mendorong semangat dalam penyelesaian disertasi.

Ucapan terima kasih yang sama disampaikan kepada

Bapak Prof. Dr R. Eddie Gurnadi, Bapak Dr Bedjo Soewardi, Bapak Dr Ir H. Ahmad Ansori Mattjik, dan Bapak

Dr H. Moeljarno Djojomartono, MSA masing-masing selaku

Anggota Komisi Pembimbing atas segala perhatian bimbingan

dan nasehat yang sangat berharga dalam penyelesaian

disertasi.

Kepada Bapak Direktur Program Pascasarjana IPB,

Rektor IPB dan Ketua Jurusan Ilmu Ternak Program

Pascasarjana IPB, penulis menyampaikan terima kasih atas

izin dan perhatian dalam studi. Demikian juga kepada

Bapak Rektor UNHAS dan Dekan Fakultas Peternakan UNHAS,

penulis menyampaikan terima kasih yang setinggi-tinggi-

nya atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk

(188)

Kepada Koordinator Tiem Manajemen Program Doktor

Depdikbud Republik Indonesia, Ketua Yayasan Supersemar,

Ketua Yayasan Toyota Astra dan Ketua Yayasan Pendidikan

'Latimojong Ujung Pandang, penulis menyampaikan terima

kasih atas segala bantuan dana penelitian dan penulisan

disertasi.

Kepada Bapak Gubernur Propinsi Daerah Tingkat I

Bali dan aparatnya, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten

Badung, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli beserta

seluruh staf penulis mengucapkan terima kasih atas segala

bantuan selama penelitian.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada

saudara Ir Fuxie dan saudara Ir Dahono Dewangkoro yang

telah membantu dalam penyusunan model matematik dan

analisis data.

Kehadapan almarhumah Ibunda Siti Saenab dan almar-

hum Ayahanda Garantjang, penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya atas segala kasih sayang me-

melihara, membesarkan, memberi motivasi dan doa restu

*dalam menuntut ilmu. Kepada Kakak Drs. Ahmad Ganrantjang

MSc., Siti Sulha G., Siti Habiba G., Dra. Atika G.,

dan Adik Drs. Sabaruddin G., penulis menyampaikan banyak

terima kasih atas segala bantuan dan dofa restu selama

penulis menuntut ilmu. Kepada semua keluarga dan rekan-

(189)

materil selama ini yang penulis tidak dapat menyebutkan

satu persatu disampaikan banyak terima kasih.

Akhirnya tertuju kepada isteri tercinta dan anak-

anak tersayang Yayah, Zakiy dan Fauzan penulis menyam-

paikan terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam

atas segala pengertian, ketabahan dan pengorbanan yang

diperlihatkan selama penulis tidak berada di tengah-

(190)

DAFTAR IS1

Halaman

DAFTAR IS1

...

viii

DAFTAR TABEL

...

X DAFTAR GAMBAR

...

xii

DAFTAR LAMPIRAN

...

xiii

I

.

PENDAHULUAN

...

1

1.1. Latar Belakang

...

1

1.2. Tujuan dan Kegunaan

...

10

I1

.

TINJAUAN PUSTAKA

...

12

2.1. Deskripsi Daerah Penelitian

...

12

2.2. Sistem Peternakan di Lingkungan Pedesaan

...

18

2.3. Pengembangan Peternakan Sapi di Propinsi Bali

...

22

2.4. Sapi Bali dan Penyebarannya

...

25

2.5. Penampilan . Produksi Sapi Bali

...

28

2.6. Penampilan Reproduksi

...

36

2.7. Peningkatan Mutu Sapi Bali

...

40

2.8. Parameter Genetik

...

43

2.9. Model dan Simulasi

...

49

I11

.

METODA PENELITIAN

...

52

3.1. Tempat Penelitian

...

52

3.2. Data yang Dikumpulkan

...

54

3.3. Model Analisis

...

56

3.4. Validasi Model

...

83
(191)

Halaman

...

HASIL DAN PEMBAHASAN 84

...

4.1. Validasi Model 84

...

4.2. Simulasi Perkembangan Kinerja 86

4.3. Simulasi Perkembangan Populasi

...

98

4.4. Implikasi Hasil Penelitian

...

112

KESIMPULAN DAN SARAN

...

116

5.1. Kesimpulan

...

116

5.2. Saran

...

117

DAFTAR PUSTAKA

...

119
(192)

Nomor Halaman Teks

1. Penyebaran dan Perkembangan Sapi Bali Tahun 1984 dan Jumlah Sapi Potong Menurut

Propinsi Tahun 1988

...

4

2. Bobot Badan Sapi Bali Jantan dan Betina dari

Berbagai Sumber

...

6

3. Pembagian Wilayah Propinsi Bali dengan

Ibukota Kabupaten

...

13

4. Tataguna Lahan Propinsi Daerah Tingkat I Bali 14

5. Jumlah Penduduk per Luas Lahan Pertanian di

tiap Kabupaten di Propinsi Bali

...

17

6. Kepadatan Ternak di tiap Kabupaten di

Propinsi Bali

...

18

7. Konsentrasi Sapi Bali di Empat Propinsi yang

Tercatat pada Tahun 1988

...

29

8. Parameter Sifat Populasi Dipergunakan dalam Simulasi Perkembangan Populasi

(Skenario I)

...

9. Komposisi Populasi Sapi Bali pada Tahun 1991.

10. Produksi Hijauan dari Berbagai Sumber

...

11. Hasil Limbah Pertanian Jerami Tersedia

Propinsi Bali Tahun 1987

...

12. Parameter Sifat Populasi yang Dipergunakan dalam Simulasi Perkembangan Populasi

(Skenario 11)

...

13. Rataan dan Sim~angan Baku Bobot Setahunan Hasil Sfmulasi dan Data Lapang

...

14. Rataan Bobot Setahunan dan Bobot Sapih Awal dan Akhir Simulasi

...

(193)

Nomor

Teks

Halaman

16. Hasil Simulasi Perkembangan Populasi dari

Berbagai Tingkat Pemanenan

...

99

17. Komposisi Induk dan Pejantan dari Kondisi

Awal dan Akhir Simulasi

...

103 18. Rata-rata Populasi Pejantan, Induk dan Anak-

Muda dan Populasi Total Setiap Lima

Tahun Periode Simulasi

...

107 19. Rata-rata Pemanenan Setiap Lima Tahun
(194)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Teks

Halaman

1. Penyebaran Ternak Menurut Umur dan Jenis

Kelamin dalam Populasi

...

58

2. Hubungan antara Komponen-komponen Sistem Proses Simulasi Perkembangan Populasi

Sapi Bali

...

6 9

3. Diagram Masukan-Keluaran Model Pengkajian

Perkembangan Populasi Sapi Bali

...

70

4 . Diagram Alir Model Pengkajian Perkembangan

Populasi Sapi Bali

...

77

5. Grafik Respons Seleksi Bobot Setahun Sapi

Bali dari Hasil Simulasi Seleksi Berbeda 87

6 . Grafik Rataan Bobot Setahun dan Simpangan Baku dari Hasil Simulasi dengan Cara

Seleksi Berbeda

...

94 [image:194.564.47.508.99.757.2]

7. Grafik Rataan Bobot Sapih dan Simpangan Baku dari Hasil Simulasi dengan Cara Seleksi

...

Berbeda 95

8. Grafik Perkembangan Populasi Sapi Bali Hasil

Simulasi dengan Tingkat Pemanenan Berbeda 101

9 . Grafik Perkembangan Populasi dan Pemanenan Sapi Bali selama Simulasi Populasi

(195)

Nomor Halaman

1. Peta Administrasi Propinsi Bali

...

129

2. Rata-rata Keadaan Cuaca di Propinsi Bali

dari Tahun 1977

-

1985

...

130

3. Standarized Selection Differentials in Large

Population

...

131

4. Pemanenan Sapi Bali Selama 15 Tahun Terakhir di Propinsi Bali pada Periode Tahun

1977

-

1991

...

132

5 . Keadaan Populasi Sapi Bali dari Tahun 1979

sampai 1991

...

133

6. Hasil Uji-t Antara Data Simulasi dengan Data

Lapang

...

134

7. Respons Seleksi Bobot Setahunan Sapi Bali

dari Populasi dengan Seleksi Berbeda

...

137

8. Respons Seleksi Bobot Sapih Sapi Bali dari

Populasi dengan Seleksi Berbeda

...

138

9. Rataan Bobot Sapih pada Populasi dengan

Metoda Seleksi yang Berbeda

...

139

10. Rataan Bobot Setahun dari Populasi dengan

Metoda Seleksi yang Berbeda

...

140

11. Hasil Perhitungan Perkembangan Populasi pada

Kondisi Tingkat Pemanenan 16 Persen

....

141

12. Hasil Perhitungan Perkembangan Populasi pada

Kondisi Tingkat Pemanenan 14 Persen

....

142

13. Hasil Perhitungan Perkembangan Populasi pada

Kondisi Tingkat Pemanenan 12 Persen

....

143

14-16. Hasil Simulasi Perkembangan Populasi Sapi

Bali (Populasi Terkontrol)

...

144
(196)

1.1. Latar Belakanq

Arah pembangunan sektor pertanian adalah berkembang-

nya pertanian yang maju, efisien dan tangguh, yang bertu-

juan untuk (1) meningkatkan hasil dan produksi pangan,

(2) meningkatkan pendapatan petani, (3) memperluas la-

pangan kerja dan ( 4 ) menunjang pembangunan industri serta

meningkatkan ekspor.

Dalam pembangunan peternakan ada beberapa unsur yang

saling terkait sebagai suatu sistem, sehingga dapat dise-

but industri pertanian (agro-industri). Unsur manusia

petani ternak dipandang sebagai subyek harus ditingkatkan

kesejahteraannya, ternak dipandang sebagai obyek yang ha-

rus ditingkatkan produksi dan produktivitasnya, lahan di-

pandang sebagai basis ekologi budidaya dan pendukung pa-

kan dan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan efi-

siensi produktivitas usahatani.

Sebagai gambaran pengembangan peternakan pada PJPT

I1 tercermin pada tujuan pembangunan peternakan pada Re- pelita VI dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Mening-

katkan pendapatan dan kesejahteraan petani melalui pende-

katan skala usahatani yang lebih ekonomis dengan keung-

gulan kompetitif dan komperatif baik wilayah maupun komo-

diti, (2) Meningkatkan gizi masyarakat melalui gerakan

nasional yang didukung peningkatan produksi dan produkti-

(197)

2

devisa dengan mendorong ekspor melalui diversifikasi

komoditas dan produk unggulan serta substitusi impor

"produk-produk peternakan, ( 4 ) Menciptakan lapangan kerja

dan kesempatan berusaha terutama pada kegiatan agribisnis

dan agroindustri dan (5) Memanfaatkan serta melestarikan

sumberdaya alam dan lingkungan hidup dengan pemanfaatan

bioindustri dan bioproses (Ditjennak, 19921.

Dalam melaksanakan pembangunan peternakan, perhatian

khusus perlu diberikan kepada pengembangan peternakan

rakyat yang merupakan bagian terbesar dari peternak Indo-

nesia, meningkatkan peran serta koperasi dan keikut ser-

taan swasta (Dirjen Peternakan, 1990).

Sektor peternakan sapi potong merupakan salah satu

bagian penting dalam perekonomian masyarakat desa, meng-

ingat 99.6 persen sapi potong merupakan peternakan rak-

yat. Sektor peternakan memberikan lapangan kerja kepada

lebih sembilan juta rumah tangga pada tahun 1985.

Sapi Bali merupakan salah satu sapi asli Indonesia

dan terdapat dalam jumlah yang cukup besar, yang telah

tersebar luas hampir di seluruh wilayah Republik Indone- sia. Hal ini sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah

dalam Repelita IV yang menggalakkan penyebaran sapi Bali

melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi peterna-

kan, yang antaranya dilaksanakan sebagai bagian dari pro-

gram transmigrasi. Hal ini merupakan tindak lanjut usaha

(198)

yang diprioritaskan untuk memperbaiki mutu sapi lokal

yang ada, maupun disebarkan ke wilayah-wilayah yang

sebelumnya tidak terdapat sapi.

Sapi Bali mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi

kini telah terbukti di beberapa daerah menjadi semakin

terkenal dengan sifat-sifatnya yang unik, mempunyai masa

depan yang cerah, dapat beradaptasi dengan baik terhadap

kondisi tropik basah maupun kering.

Usaha untuk mempertahankan dan melestarikan sapi

Bali murni telah lama dilakukan oleh pemerintah dengan

menetapkan larangan memasukkan bangsa sapi lain di pulau

Bali. Selain daripada itu beberapa wilayah ditetapkan

sebagai kantong pusat peternakan sapi Bali murni, antara

lain di Sulawesi Selatan (Kabupaten Bone dan Barru), di

Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Sapi Bali saat ini telah menyebar ke seluruh propin-

si kecuali DKI Jakarta yang tidak diprogramkan lagi untuk

pengembangan sapi potong. Penyebaran dan perkembangan

sapi Bali dan total populasi sapi potong di Indonesia di-

sajikan pada Tabel 1.

Pulau Bali sudah lama dikenal sebagai penghasil sapi

Bali baik sebagai sapi bibit, maupun sebagai sapi potong

dan kerja. Pada tahun 1988 Propinsi Bali menampung sapi

potong sebanyak 432 927 ekor sekaligus menempatkan Pro-

pinsi Bali diurutan kelima terbanyak di antara 27 propin-

(199)

Tabel 1. Penyebaran dan Perkembangan Sapi Bali Tahun 1984, 1988 dan Jumlah Sapi Potong

Menurut Propinsi Tahun 1988

Jumlah sapi ~ a l i l ) Jumlah sapi No. P r o p i n s i

---

potong

1984 1988 1988

DI. Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Barat R i a u

J a m b i Bengkulu

Sumatera Selatan Lampung

DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur

Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur

Sulawesi .Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara B a l i

Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur M a l u k u

[image:199.568.42.512.30.688.2]

Irian Jaya Timor Timur

...

ekor

...

74 84 419 930

1 963 2 455 193 339 129 6 867 353 696 7 090 26 489 80 245 3 140 20 047 79 090 5 240 14 939 89 106 3 466 21 228 315 500 10 347 83 730 163 024

-

-

-

601 620 144 270 13 030 14 236 1 138 863 180 185 185 217 39 359 42 234 2 912 677 5 934 46 236 91 657 335 11 244 38 940 6 403 60 093 99 847 100 9 923 34 806 1 484 1 833 247 639 62 411 69 848 329 007 951 386 987 463 1 198 234 1 850 14 367 175 200 413 830 432 927 432 927 260 877 305 388 330 793 407 210 438 138 596 431 1 029 9 326 71 428 1 260 4 571 27 064 400 7 664 53 593

Indonesia 2 199 128 2 632 125 9 802 521 Persentase (23.81) (26.92) (100.00)

(200)

Berbagai pihak menaruh perhatian terhadap sapi Bali,

baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Perhati-

an pemerintah baik masa lampau maupun masa kini dengan

kebijakannya telah mempertahankan kemurnian sapi Bali di

Bali dan beberapa tempat di luar Jawa. Kebijakan ini

sesuai dengan anjuran FA0 untuk mempertahankan kemurnian

bangsa-bangsa sapi asli.

Perhatian yang cukup besar terlihat dari Kelompok

Pemerhati Internasional yang melihat sapi Bali sebagai

salah satu ternak Asia yang kurang dikenal dengan masa

depan ekonomik yang cerah (National Research Council,

1984).

Sebagaimana tujuan pembangunan peternakan, jika In-

donesia akan mempertahankan swasembada (daging sapi)

jangka panjang, program untuk melestarikan sumber-sumber

genetik ternak sapi Bali dan Banteng, harus diteruskan

(Martojo, 1988). Untuk itu di daerah-daerah sumber bibit, perlu selalu diadakan kajian dan pemantauan secara

berkesinambungan dalam upaya menjaga kualitas bibit yang

dihasilkan.

Diduga selama enam puluh tahun yang lalu terjadi pe-

nurunan mutu sapi Bali yang dimanifestasikan turunnya bo-

bot badan dan ukuran-ukuran tubuh lainnya pada usia jual

yang sama. Dugaan ini tercermin dari hasil beberapa pe-

Gambar

Grafik Rataan Bobot Setahun dan Simpangan
Tabel 1. Penyebaran dan Perkembangan Sapi Bali
Tabel 2. Bobot Badan Sapi Bali Jantan dan Betina
Tabel 3. Pembagian Wilayah Propinsi Bali dengan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tinjauan hukum Islam

anjenenganipun #apa % sekalihan garwa ingkang pantes katuran sagunging pakurmatan, anjenenganipun #apa % sekalihan garwa ingkang pantes katuran sagunging pakurmatan, kawula

Kegiatan tersebut sejalan dengan konsep dasar manajemen mutu atau manajemen mutu terpadu (total quality management) yang bertujuan untuk peningkatan mutu secara

Hasil penelitian menunjukan bahwa di pasar modal Australia kurs USD/AUD tidak berepengaruh terhadap return saham mining dan resources, suku bunga tidak

Sedangkan untuk kadar nilai nano semen yang dapat memberikan kuat tarik lentur paling optimum didapat pada angka 16,55% dengan nilai intensitas peningkatan kuat tarik

Nilai rasio odds gingiva kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol adalah 16,4 yang artinya subjek dengan paparan uap belerang mempunyai risiko 16,4 kali

Sementara itu, jumlah kendaraan pribadi yang masuk kawasan pembatasan berkurang dari 74.000 kendaraan pada jam puncak pagi (1975) menjadi 58.000 kendaraan pada waktu yang sama