SIMULASI
PERKEMBANGAN
SAP1
BALI
O l e h
UAMSUDDIN GAWWTJANC;
PROGRAM
PASCASAR
JANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
SJAWSUDDIN GARANTJANG. Simulasi Perkembangan Sapi Bali
pada Peternakan Rakyat di Propinsi Bali (Di bawah
bimbingan HARIMURTI MARTOJO sebagai ketua, R. EDDIE
GURNADI, BEDJO SOEWARDI, AHMAD ANSORI MATTJIK dan
MOEWARNO DJOJOMARTONO masing-masing sebagai anggota).
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pe-
rubahan penampilan produksi sapi Bali jika berbagai
metode seleksi dicobakan pada peternakan rakyat, (2)
Mengkaji akibat dari tingkat pemanenan pada keadaan pe-
ternakan rakyat yang berlaku saat ini, (3) Menentukan
tingkat pemanenan dan pertumbuhan sapi Bali sehingga
mutu dan jumlahnya sesuai dengan daya dukung lingkungan.
Pengkajian dilakukan dengan model simulasi terhadap
perkembangan sapi Bali, yaitu:
1. Simulasi seleksi, dilakukan terhadap populasi
yang terdiri dari 150 ekor jantan, dan 600 ekor betina.
Jumlah populasi dan komposisi umur dianggap tetap selama
simulasi, dengan kisaran umur ternak antara tiga tahun
sampai sembilan tahun. Perkawinan dilakukan secara acak
dan tiap tahun terjadi pergeseran ternak antar kelompok.
Calon tetua pengganti dipilih jantan muda dan betina
muda dari keturunannya.
Ternak calon tetua dipilih berdasarkan kriteria
seleksi dan pengafkiran. Kriteria pengafkiran tetua di-
tahun), (b) jarak beranak (dua tahun berturut-turut ti- dak mempunyai keturunan/majir), ( c ) tingkat kematian anak sampai disapih (anak sering mati), (d) daya produk- si induk yang rendah (rataan bobot sapih anak rendah).
Ada tiga metode seleksi yang dicobakan, yaitu:
1 ) Seleksi terbaik yaitu calon tetua dipilih berdasar- kan ranking bobot badan tertinggi dari kelompoknya.
2) Seleksi negatif dicobakan dua tingkat yaitu, calon tetua jantan dipilih secara acak dari kelompok jan- tan muda yang terlebih dahulu dikeluarkan masing- masing 30 persen dan 66 persen yang terbaik dan calon tetua betina dipilih secara acak dari kelompoknya.
3) Tanpa seleksi, yaitu calon tetua jantan dan betina diambil secara acak dari kelompoknya.
2. Simulasi perkembangan populasi, terdiri dari dua skenario yaitu: Skenario pertama untuk mengkaji akibat dari pemanenan pada keadaan peternakan rakyat yang berlaku saat ini. Tiga tingkat pemanenan yang di- cobakan yaitu 16 persen (kondisi lapang), 14 persen dan 12 persen dengan kenaikan 6.2 persen setahun. Ketiga tingkat pemanenan tersebut dikombinasikan dengan tingkat kelahiran 6 0 persen, kematian anak enam persen d a n kematian dewasa empat persen sebagai temuan di lapang. Skenario kedua, bertujuan untuk menentukan tingkat pe- manenan dan pertumbuhan sapi Bali sehingga mutu dan
jumlahnya sesuai dengan daya dukung wilayah. Ternak yang dipanen berupa induk afkir dan pe jantan afkir 10
-
20 persen, dara afkir 10 persen, jantan muda dan surplus dara. Pada skenario kedua juga diperhitungkan daya du- kung wilayah sebagai sasaran pengembangan, dan rasio pe- jantan induk diperlebar l : 10 untuk meningkatkan jumlah anak yang lahir.Skenario kedua terdiri dari tiga kondisi yang di- cobakan, yaitu pertama kombinasi tingkat kelahiran 60
persen (tahun ke 1
-
5), 65 persen (tahun ke 6-
lo), 70 persen (tahun ke 11-
15) dan 75 persen (tahun ke 16-
20),
kematian anak-muda enam persen (tahun ke 1-
5), lima persen (tahun ke 6-
lo), empat persen (tahun ke 11(tahun ke 6
-
20). Kondisi dua tingkat kelahiran 60 persen tetap selama simulasi, kombinasi tingkat kematian seperti kondisi pertama dan kondisi tiga kombinasi ting- kat kelahiran seperti kondisi pertama, sedang tingkat kematian anak enam persen dan kematian dewasa empat per- sen tetap selama simulasi.Hasil simulasi seleksi terbaik menunjukkan bahwa terjadi perubahan rata-rata penampilan produksi (bobot badan) yang semakin meningkat dari tahun k e tahun. Setelah generasi ke-20 rata-rata bobot setahunan naik sebesar 11.98 persen dan bobot sapih naik sebesar 12.43 persen. Seleksi negatif menunjukkan penurunan rata-rata bobot setahunan dan bobot sapih. Pada generasi ke-20 rata-rata penurunan bobot setahunan untuk seleksi nega- tif I dan I1 masing-masing 9.62 persen dan 12.79 persen. Rata-rata penurunan bobot sapih pada generasi ke-20 un- tuk seleksi negatif I dan I1 masing-masing sebesar 10.45 persen dan 11.61 persen.
penurunan rata-rata 1.23 persen pertahun. Pemanenan se-
besar 12 persen dengan tingkat kelahiran 60 persen, ke-
matian anak enam persen dan kematian dewasa empat per-
sen, total populasi naik rata-rata 0.78 persen pertahun.
Ini berarti bahwa kondisi lapang di Bali seperti di atas
pemanenan yang sesuai adalah 12 persen.
Hasil simulasi kondisi pertama populasi terkontrol,
kestabilan populasi dicapai pada tahun ke-12 sesuai daya
dukung lingkungan 480 000 ST berdasarkan BK. Rata-rata
total pemanenan lima tahun terakhir mencapai 19 persen
dari populasi yang terdiri dari jantan gemuk 48 persen,
induk afkir 32 persen, selebihnya terdiri dari pejantan
afkir, dara afkir dan surplus dara. Kondisi kedua ting-
kat kelahiran tetap 60 persen selama simulasi, dengan
kematian anak dan dewasa seperti pada kondisi pertama,
kestabilan populasi dicapai lebih lama yaitu tahun ke-
16, dengan rata-rata pemanenan pada lima tahun terakhir
simulasi 18 persen dari total populasi, dengan panen
surplus dara rata-rata 2 570 ekor, lebih rendah dari-
pada kondisi pertama yang besarnya 13 409 ekor. Kondisi
ketiga, tingkat kelahiran seperti kondisi pertama dengan
tingkat kematian anak enam persen dan dewasa empat per-
sen, kestabilan populasi dicapai pada tahun ke-12,
dengan rata-rata pemanenan pada lima tahun terakhir 18
SINULASI PERKEXBANGAN SAP1 BALI PADA PETERNAKAN RAKYAT DI PROPINSI BALI
Oleh
SJAMSUDDIN GARANTJANG
Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
pada
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PWTANIAN BOGOR
Judul Disertasi : SIWULASI PERKEMBANGAN SAP1 BALI PADA
PETERNAKAN RAKYAT DI PROPINSI BALI ~ a m a Mahasiswa : SJAMSUDDIN GARANTJANG
Nomor Pokok : 85 510 PTK
Menyetujui:
1. Komisi Pembimbing
Ketua
/ -
Prof. Dr R. Eddie Gurnadi Dr Bedjo Soewardi, H!3c
Anqgota Anggota
m
Dr Ir H. Ahmad Ansori Mattjik D
Anggota Anggota
2. Ketua Program Studi Ilmu Ternak
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Salokaraja-Kaju, Bone, Sula- wesi Selatan pada tanggal 7 Juli 1951, putera kelima dari ayah Garantjang (almarhum) dan ibu Sitti Saenab
(almarhumah).
Lulus Sekolah Rakyat Negeri I tahun 1963 di Pattiro Ba jo, Sekolah Menengah Pertama Negeri I1 tahun 1963 di Watampone dan Sekolah Menengah Atas Negeri I11 tahun
1969 di Ujung Pandang.
Pada tahun 1970 penulis melanjutkan pendidikan pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Ujung Pandang dan lulus pada tahun 1976.
Sejak Februari 1976 diangkat sebagai asisten tetap pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin dan de- ngan penyesuaian ijazah tahun 1978 diangkat sebagai do- sen tetap pada fakultas yang sama dengan pangkat Asisten Muda
.
Pada tahun 1979 mengikuti kursus "Short Course on Beef Cattle Management and Economicsw yang diselenggara- kan atas kerjasama antara Universitas Hasanuddin dengan AAUCS Australia.
Pada tahun 1984 sampai tahun 1985 diangkat sebagai
Sekretaris Jurusan Produksi Ternak pada Fakultas Peter-
nakan Universitas Hasanuddin.
Pada tahun 1985 mendapat kesempatan mengikuti Pro-
gram Doktor pada Program Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor pada jurusan Ilmu Ternak.
Menikah dengan Ir. Andi Niartiningsih pada tahun
1985 dan dikaruniai tiga orang putera-puteri: Yayah
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Rabbul Alamin, karena atas kehendak dan karuniaNyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan disertasi.
Kepada Bapak Prof. Dr H. Harimurti Martojo selaku
Ketua Komisi Pembimbing, penulis menyampaikan banyak te-
rima kasih atas segala nasehat, bimbingan serta perha-
tian beliau kepada penulis baik yang menyangkut masalah
akademis maupun non akademis sehingga benar-benar mampu
mendorong semangat dalam penyelesaian disertasi.
Ucapan terima kasih yang sama disampaikan kepada
Bapak Prof. Dr R. Eddie Gurnadi, Bapak Dr Bedjo Soewardi, Bapak Dr Ir H. Ahmad Ansori Mattjik, dan Bapak
Dr H. Moeljarno Djojomartono, MSA masing-masing selaku
Anggota Komisi Pembimbing atas segala perhatian bimbingan
dan nasehat yang sangat berharga dalam penyelesaian
disertasi.
Kepada Bapak Direktur Program Pascasarjana IPB,
Rektor IPB dan Ketua Jurusan Ilmu Ternak Program
Pascasarjana IPB, penulis menyampaikan terima kasih atas
izin dan perhatian dalam studi. Demikian juga kepada
Bapak Rektor UNHAS dan Dekan Fakultas Peternakan UNHAS,
penulis menyampaikan terima kasih yang setinggi-tinggi-
nya atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
Kepada Koordinator Tiem Manajemen Program Doktor
Depdikbud Republik Indonesia, Ketua Yayasan Supersemar,
Ketua Yayasan Toyota Astra dan Ketua Yayasan Pendidikan
'Latimojong Ujung Pandang, penulis menyampaikan terima
kasih atas segala bantuan dana penelitian dan penulisan
disertasi.
Kepada Bapak Gubernur Propinsi Daerah Tingkat I
Bali dan aparatnya, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten
Badung, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli beserta
seluruh staf penulis mengucapkan terima kasih atas segala
bantuan selama penelitian.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
saudara Ir Fuxie dan saudara Ir Dahono Dewangkoro yang
telah membantu dalam penyusunan model matematik dan
analisis data.
Kehadapan almarhumah Ibunda Siti Saenab dan almar-
hum Ayahanda Garantjang, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya atas segala kasih sayang me-
melihara, membesarkan, memberi motivasi dan doa restu
*dalam menuntut ilmu. Kepada Kakak Drs. Ahmad Ganrantjang
MSc., Siti Sulha G., Siti Habiba G., Dra. Atika G.,
dan Adik Drs. Sabaruddin G., penulis menyampaikan banyak
terima kasih atas segala bantuan dan dofa restu selama
penulis menuntut ilmu. Kepada semua keluarga dan rekan-
materil selama ini yang penulis tidak dapat menyebutkan
satu persatu disampaikan banyak terima kasih.
Akhirnya tertuju kepada isteri tercinta dan anak-
anak tersayang Yayah, Zakiy dan Fauzan penulis menyam-
paikan terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam
atas segala pengertian, ketabahan dan pengorbanan yang
diperlihatkan selama penulis tidak berada di tengah-
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR IS1
...
viiiDAFTAR TABEL
...
X DAFTAR GAMBAR...
xiiDAFTAR LAMPIRAN
...
xiiiI
.
PENDAHULUAN...
11.1. Latar Belakang
...
11.2. Tujuan dan Kegunaan
...
10I1
.
TINJAUAN PUSTAKA...
122.1. Deskripsi Daerah Penelitian
...
122.2. Sistem Peternakan di Lingkungan Pedesaan
...
182.3. Pengembangan Peternakan Sapi di Propinsi Bali
...
222.4. Sapi Bali dan Penyebarannya
...
252.5. Penampilan . Produksi Sapi Bali
...
282.6. Penampilan Reproduksi
...
362.7. Peningkatan Mutu Sapi Bali
...
402.8. Parameter Genetik
...
432.9. Model dan Simulasi
...
49I11
.
METODA PENELITIAN...
523.1. Tempat Penelitian
...
523.2. Data yang Dikumpulkan
...
543.3. Model Analisis
...
563.4. Validasi Model
...
83Halaman
...
HASIL DAN PEMBAHASAN 84
...
4.1. Validasi Model 84
...
4.2. Simulasi Perkembangan Kinerja 86
4.3. Simulasi Perkembangan Populasi
...
984.4. Implikasi Hasil Penelitian
...
112KESIMPULAN DAN SARAN
...
1165.1. Kesimpulan
...
1165.2. Saran
...
117DAFTAR PUSTAKA
...
119Nomor Halaman Teks
1. Penyebaran dan Perkembangan Sapi Bali Tahun 1984 dan Jumlah Sapi Potong Menurut
Propinsi Tahun 1988
...
42. Bobot Badan Sapi Bali Jantan dan Betina dari
Berbagai Sumber
...
63. Pembagian Wilayah Propinsi Bali dengan
Ibukota Kabupaten
...
134. Tataguna Lahan Propinsi Daerah Tingkat I Bali 14
5. Jumlah Penduduk per Luas Lahan Pertanian di
tiap Kabupaten di Propinsi Bali
...
176. Kepadatan Ternak di tiap Kabupaten di
Propinsi Bali
...
187. Konsentrasi Sapi Bali di Empat Propinsi yang
Tercatat pada Tahun 1988
...
298. Parameter Sifat Populasi Dipergunakan dalam Simulasi Perkembangan Populasi
(Skenario I)
...
9. Komposisi Populasi Sapi Bali pada Tahun 1991.
10. Produksi Hijauan dari Berbagai Sumber
...
11. Hasil Limbah Pertanian Jerami Tersedia
Propinsi Bali Tahun 1987
...
12. Parameter Sifat Populasi yang Dipergunakan dalam Simulasi Perkembangan Populasi
(Skenario 11)
...
13. Rataan dan Sim~angan Baku Bobot Setahunan Hasil Sfmulasi dan Data Lapang
...
14. Rataan Bobot Setahunan dan Bobot Sapih Awal dan Akhir Simulasi
...
Nomor
Teks
Halaman
16. Hasil Simulasi Perkembangan Populasi dari
Berbagai Tingkat Pemanenan
...
9917. Komposisi Induk dan Pejantan dari Kondisi
Awal dan Akhir Simulasi
...
103 18. Rata-rata Populasi Pejantan, Induk dan Anak-Muda dan Populasi Total Setiap Lima
Tahun Periode Simulasi
...
107 19. Rata-rata Pemanenan Setiap Lima TahunDAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
Halaman
1. Penyebaran Ternak Menurut Umur dan Jenis
Kelamin dalam Populasi
...
582. Hubungan antara Komponen-komponen Sistem Proses Simulasi Perkembangan Populasi
Sapi Bali
...
6 93. Diagram Masukan-Keluaran Model Pengkajian
Perkembangan Populasi Sapi Bali
...
704 . Diagram Alir Model Pengkajian Perkembangan
Populasi Sapi Bali
...
775. Grafik Respons Seleksi Bobot Setahun Sapi
Bali dari Hasil Simulasi Seleksi Berbeda 87
6 . Grafik Rataan Bobot Setahun dan Simpangan Baku dari Hasil Simulasi dengan Cara
Seleksi Berbeda
...
94 [image:194.564.47.508.99.757.2]7. Grafik Rataan Bobot Sapih dan Simpangan Baku dari Hasil Simulasi dengan Cara Seleksi
...
Berbeda 95
8. Grafik Perkembangan Populasi Sapi Bali Hasil
Simulasi dengan Tingkat Pemanenan Berbeda 101
9 . Grafik Perkembangan Populasi dan Pemanenan Sapi Bali selama Simulasi Populasi
Nomor Halaman
1. Peta Administrasi Propinsi Bali
...
1292. Rata-rata Keadaan Cuaca di Propinsi Bali
dari Tahun 1977
-
1985...
1303. Standarized Selection Differentials in Large
Population
...
1314. Pemanenan Sapi Bali Selama 15 Tahun Terakhir di Propinsi Bali pada Periode Tahun
1977
-
1991...
1325 . Keadaan Populasi Sapi Bali dari Tahun 1979
sampai 1991
...
1336. Hasil Uji-t Antara Data Simulasi dengan Data
Lapang
...
1347. Respons Seleksi Bobot Setahunan Sapi Bali
dari Populasi dengan Seleksi Berbeda
...
1378. Respons Seleksi Bobot Sapih Sapi Bali dari
Populasi dengan Seleksi Berbeda
...
1389. Rataan Bobot Sapih pada Populasi dengan
Metoda Seleksi yang Berbeda
...
13910. Rataan Bobot Setahun dari Populasi dengan
Metoda Seleksi yang Berbeda
...
14011. Hasil Perhitungan Perkembangan Populasi pada
Kondisi Tingkat Pemanenan 16 Persen
....
14112. Hasil Perhitungan Perkembangan Populasi pada
Kondisi Tingkat Pemanenan 14 Persen
....
14213. Hasil Perhitungan Perkembangan Populasi pada
Kondisi Tingkat Pemanenan 12 Persen
....
14314-16. Hasil Simulasi Perkembangan Populasi Sapi
Bali (Populasi Terkontrol)
...
1441.1. Latar Belakanq
Arah pembangunan sektor pertanian adalah berkembang-
nya pertanian yang maju, efisien dan tangguh, yang bertu-
juan untuk (1) meningkatkan hasil dan produksi pangan,
(2) meningkatkan pendapatan petani, (3) memperluas la-
pangan kerja dan ( 4 ) menunjang pembangunan industri serta
meningkatkan ekspor.
Dalam pembangunan peternakan ada beberapa unsur yang
saling terkait sebagai suatu sistem, sehingga dapat dise-
but industri pertanian (agro-industri). Unsur manusia
petani ternak dipandang sebagai subyek harus ditingkatkan
kesejahteraannya, ternak dipandang sebagai obyek yang ha-
rus ditingkatkan produksi dan produktivitasnya, lahan di-
pandang sebagai basis ekologi budidaya dan pendukung pa-
kan dan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan efi-
siensi produktivitas usahatani.
Sebagai gambaran pengembangan peternakan pada PJPT
I1 tercermin pada tujuan pembangunan peternakan pada Re- pelita VI dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Mening-
katkan pendapatan dan kesejahteraan petani melalui pende-
katan skala usahatani yang lebih ekonomis dengan keung-
gulan kompetitif dan komperatif baik wilayah maupun komo-
diti, (2) Meningkatkan gizi masyarakat melalui gerakan
nasional yang didukung peningkatan produksi dan produkti-
2
devisa dengan mendorong ekspor melalui diversifikasi
komoditas dan produk unggulan serta substitusi impor
"produk-produk peternakan, ( 4 ) Menciptakan lapangan kerja
dan kesempatan berusaha terutama pada kegiatan agribisnis
dan agroindustri dan (5) Memanfaatkan serta melestarikan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup dengan pemanfaatan
bioindustri dan bioproses (Ditjennak, 19921.
Dalam melaksanakan pembangunan peternakan, perhatian
khusus perlu diberikan kepada pengembangan peternakan
rakyat yang merupakan bagian terbesar dari peternak Indo-
nesia, meningkatkan peran serta koperasi dan keikut ser-
taan swasta (Dirjen Peternakan, 1990).
Sektor peternakan sapi potong merupakan salah satu
bagian penting dalam perekonomian masyarakat desa, meng-
ingat 99.6 persen sapi potong merupakan peternakan rak-
yat. Sektor peternakan memberikan lapangan kerja kepada
lebih sembilan juta rumah tangga pada tahun 1985.
Sapi Bali merupakan salah satu sapi asli Indonesia
dan terdapat dalam jumlah yang cukup besar, yang telah
tersebar luas hampir di seluruh wilayah Republik Indone- sia. Hal ini sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah
dalam Repelita IV yang menggalakkan penyebaran sapi Bali
melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi peterna-
kan, yang antaranya dilaksanakan sebagai bagian dari pro-
gram transmigrasi. Hal ini merupakan tindak lanjut usaha
yang diprioritaskan untuk memperbaiki mutu sapi lokal
yang ada, maupun disebarkan ke wilayah-wilayah yang
sebelumnya tidak terdapat sapi.
Sapi Bali mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi
kini telah terbukti di beberapa daerah menjadi semakin
terkenal dengan sifat-sifatnya yang unik, mempunyai masa
depan yang cerah, dapat beradaptasi dengan baik terhadap
kondisi tropik basah maupun kering.
Usaha untuk mempertahankan dan melestarikan sapi
Bali murni telah lama dilakukan oleh pemerintah dengan
menetapkan larangan memasukkan bangsa sapi lain di pulau
Bali. Selain daripada itu beberapa wilayah ditetapkan
sebagai kantong pusat peternakan sapi Bali murni, antara
lain di Sulawesi Selatan (Kabupaten Bone dan Barru), di
Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Sapi Bali saat ini telah menyebar ke seluruh propin-
si kecuali DKI Jakarta yang tidak diprogramkan lagi untuk
pengembangan sapi potong. Penyebaran dan perkembangan
sapi Bali dan total populasi sapi potong di Indonesia di-
sajikan pada Tabel 1.
Pulau Bali sudah lama dikenal sebagai penghasil sapi
Bali baik sebagai sapi bibit, maupun sebagai sapi potong
dan kerja. Pada tahun 1988 Propinsi Bali menampung sapi
potong sebanyak 432 927 ekor sekaligus menempatkan Pro-
pinsi Bali diurutan kelima terbanyak di antara 27 propin-
Tabel 1. Penyebaran dan Perkembangan Sapi Bali Tahun 1984, 1988 dan Jumlah Sapi Potong
Menurut Propinsi Tahun 1988
Jumlah sapi ~ a l i l ) Jumlah sapi No. P r o p i n s i
---
potong1984 1988 1988
DI. Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat R i a u
J a m b i Bengkulu
Sumatera Selatan Lampung
DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur
Sulawesi .Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara B a l i
Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur M a l u k u
[image:199.568.42.512.30.688.2]Irian Jaya Timor Timur
...
ekor...
74 84 419 930
1 963 2 455 193 339 129 6 867 353 696 7 090 26 489 80 245 3 140 20 047 79 090 5 240 14 939 89 106 3 466 21 228 315 500 10 347 83 730 163 024
-
-
-
601 620 144 270 13 030 14 236 1 138 863 180 185 185 217 39 359 42 234 2 912 677 5 934 46 236 91 657 335 11 244 38 940 6 403 60 093 99 847 100 9 923 34 806 1 484 1 833 247 639 62 411 69 848 329 007 951 386 987 463 1 198 234 1 850 14 367 175 200 413 830 432 927 432 927 260 877 305 388 330 793 407 210 438 138 596 431 1 029 9 326 71 428 1 260 4 571 27 064 400 7 664 53 593
Indonesia 2 199 128 2 632 125 9 802 521 Persentase (23.81) (26.92) (100.00)
Berbagai pihak menaruh perhatian terhadap sapi Bali,
baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Perhati-
an pemerintah baik masa lampau maupun masa kini dengan
kebijakannya telah mempertahankan kemurnian sapi Bali di
Bali dan beberapa tempat di luar Jawa. Kebijakan ini
sesuai dengan anjuran FA0 untuk mempertahankan kemurnian
bangsa-bangsa sapi asli.
Perhatian yang cukup besar terlihat dari Kelompok
Pemerhati Internasional yang melihat sapi Bali sebagai
salah satu ternak Asia yang kurang dikenal dengan masa
depan ekonomik yang cerah (National Research Council,
1984).
Sebagaimana tujuan pembangunan peternakan, jika In-
donesia akan mempertahankan swasembada (daging sapi)
jangka panjang, program untuk melestarikan sumber-sumber
genetik ternak sapi Bali dan Banteng, harus diteruskan
(Martojo, 1988). Untuk itu di daerah-daerah sumber bibit, perlu selalu diadakan kajian dan pemantauan secara
berkesinambungan dalam upaya menjaga kualitas bibit yang
dihasilkan.
Diduga selama enam puluh tahun yang lalu terjadi pe-
nurunan mutu sapi Bali yang dimanifestasikan turunnya bo-
bot badan dan ukuran-ukuran tubuh lainnya pada usia jual
yang sama. Dugaan ini tercermin dari hasil beberapa pe-