• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH SLEMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH SLEMAN"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i

PELAKSANAAN PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DALAM JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN

PEMERINTAH DAERAH SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Nama : Alfica Restufianca

NIM : 20130610334

Bagian : Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)
(3)

v

MOTTO

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu

berlapang-lapanglah pada majlis-majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan

melapangkan bagi kamu. Dan jika dikatakan kepada kamu ; Berdirilah ! ", maka

berdirilah Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan

orang~rang yang diberi ilmu beberapa derajat ; Dan Allah dengan apapun yang

kamu kerjakan adalah Maha Mengetahui. (QS. Al-Mujadalah ayat 11)

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak

disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang

berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia

(yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Ali

(4)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa,

berkat rahmat dan bimbingannya, sehingga penyusunan skripsi ini dapat

penulis selesaikan. Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

menempuh ujian Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari, bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan mengingat terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan

pengalaman. Meskipun demikian berkat adanya bimbingan, petunjuk serta

pengarahan baik diminta maupun tidak diminta dari berbagai pihak, maka

pada akhirnya penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan , tentunya dengan

harapan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Dengan terwujudnya skripsi ini, maka pada kesempatan ini

pertama-tama penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Bagus Sarnawa, S.H.,

M.Hum. dan Bapak Beni Hidayat, S.H., M.Hum selaku dosen pembimbing

dalam penulisan skripsi ini.

Selanjutnya ucapan terimakasih yang sama, penulis tujukan kepada

pihak-pihak yang telah membantu kelancaran Penyusunan Skripsi ini,

Khusunya kepada:

1. Bapak Trisno Raharjo, S.H., M.Hum. selaku Dekan pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(5)

vii

3. Segenap Staf Pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

4. Bapak Samino, Bapak Heri, Bapak Anton, Ibu Emmy, dan ibu R.B.

Sutiwaryani selaku Pegawai di kantor Badan Kepegawaian Daerah

Kabupaten Sleman yang telah banyak membantu penulis dalam

pengumpulan data yang diperlukan bagi penyusunan Skripsi ini.

5. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

Akhirnya penulis ucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada

Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah melahirkan, membesarkan dan

membimbingnya dengan penuh rasa kasih sayang, serta kakak-kakak dan

adik-adik yang telah memberikan bantuannya, baik moril maupun materil

yang begitu besar dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah Subhanahu Wata’ala membalas segala kebaikan dari

semua pihak tersebut diatas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.

Yogyakarta, Maret 2017

Penulis

(6)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...iv

HALAMAN MOTTO...v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI...viii

ABSTRAK... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Perumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian ...5

BAB II TINJAUANUMUM TENTANG PEGAWAI NEGERI DAN PENGANGKATAN DALAM JABATAN STRUKTURAL A. Tinjauan Tentang Pegawai Negeri Sipil...6

1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil...6

(7)

ix

B. Pengangkatan dalam Jabatan Struktural...14

1. Pengertian Jabatan Struktural...14

2. Sistem dan Syarat Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil ...16

3. Pelaksanaan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil...21

4. Pendidikan dan Pelatihan Struktural...24

5. Tujuan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil...30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...34

B. Data Penelitian ...34

1. Data Primer...34

2. Data Sekunder...34

C. Alat Pengumpulan Data...35

D. Lokasi Penelitian ...36

E. Responden dan Narasumber...36

F. Teknik Analisis Data...37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pegangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural di Lingkungan Pemerintah Daerah Sleman...38

B. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural di Lingkungan Pemerintah Daerah Sleman...65

(8)

x

A. Kesimpulan ...70

B. Saran ...71

DAFTAR PUSTAKA ...72

(9)
(10)
(11)

xi

PELAKSANAAN PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DALAM JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN

PEMERINTAH DAERAH SLEMAN

ABSTRAK

Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan unsur dari Aparatur Sipil Negara

(ASN) yang terdapat dalam Undang Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara (ASN). Jabatan Struktural merupakan kedudukan,

wewenang, tanggung jawab dan hak Pegawai Negeri Sipil (PNS) diserai tugas

negara untuk memimpin suatu Organisasi Negara sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Bagian terpenting dalam Skripsi ini adalah menganalisa Pelaksanaan

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural Di Lingkungan

Pemerintah Daerah Sleman haruslah sesuai dengan peraturan

Perundang-undangan yang terkait. Lokasi penelitian dilakukan di Pemerintah Kabupaten

Sleman dengan Subjek Penelitian di Kantor Badan Kepegawaian Daerah (BKD).

Pengumpulan data dengan cara wawancara dan studi kepustakaan. Data yang

didapatkan diakitkan dengan peraturan yang berlaku disusun secara sistematif

diolah dan di analisis secara kualitatif yaitu menganalisa datanya sehingga

bahasan dan paparan dapat dimengerti, kemudian ditarik kesimpulan. Hasil dari

penelitian hukum ini bahwa Pelaksananan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

dalam Jabatan Struktural di Pemerintah Daerah Sleman sudah sesuai dengan

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aparatur negara untuk menyelenggarakan pemerintah dan

pembangunan dalam rangka mencapai tujuan negara mempunyai peran

yang sangat penting. Tujuan negara kita, seperti yang tertuang dalam

Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh

tumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia, keempat negara ini

hanya bisa dicapai dengan adanya pembangunan nasional yang bisa

dilakukan dengan perencanaan yang matang realistik, terarah dan terpadu,

tertahap, bersungguh-sungguh, berdayaguna dan berhasil guna. untuk

terlaksananya kebijakan-kebijakan,peraturan-peraturan pemerintah dan

tujuan nasional salah satu unsur aparatur negara adalah Pegawai Negeri

Sipil (PNS).

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia W.J.S Poerwadarminta,

kata “pegawai” berarti orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan

dan sebagainya). Sedangkan “negeri”, berarti “negara” atau pemerintah.

Jadi Pegawai Negeri adalah orang yang bekerja pada pemerintah atau

negara.1

1

(13)

2

Mahfud MD, pengertian Pegawai Negeri dapat dibedakan menjadi

dua macam yaitu: stipulatif d an akstentif. Pengertian stipulatif Pegawai

Negeri adalah pengertian tentang makna Pegawai Negeri yang diberikan

oleh Undang-undang. Sedangkan pengertian ekstentif Pegawai Negeri

adalah pengertian perluasan yang dimaksud Pegawai Negeri dalam hal-hal

tertentu, misalnya ketentuan Pasal 415-437 Kitab Undang-undang Hukum

Pidana.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil

Negara dalam Pasal 1 ayat (1), (2) dan (3) menyebutkan bahwa Aparatur

Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai

negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja

pada instansi pemerintah. Pegawai Aparatur Negara yang selanjutnya

disebut pegawai ASN adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai

pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina

kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau

diserahi tugas negera lainnya dan digaji berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS Adalah

warga negara indonesia yang memenuhi syarat tertentu, disingkat dengan

pegawai Aparatur Sipil Negara secara tetap oleh pejabat pembina

kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai sumber daya manusia yang

bertugas dalam melayani kepentingan publik memiliki andil dalam

(14)

3

pembangunan nasional sangat tergantung juga kesempurnaan Pegawai

Negeri. Maka dari itu Pegawai Negeri Sipil (PNS) sudah semestinya

memiliki kualitas yang baik agar mampu menjalankan tugasnya secara

profesional, adil, bertanggung-jawab, tepat dan benar. Maka dari itu

manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) diarahkan guna menjamin

penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan berdaya guna dan

hasil guna. Menejemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan

keseluruhan upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas dan derajat

profesioanalisme, penyelenggaraan tugas, fungsi dan kewajiban

kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan

kualitas, penempatan, promosi, pengajian, kesejahteraan dan

pemberhentian.2

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam jabatan

merupakan salah satu bagian dari kebijaksanaan dalam manajemen PNS.

Mengenai pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam suatu jabatan

menggunakan sistem merit. Sistem merit adalah sistem yang dilaksanakan

pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar tanpa

membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal-usul,

jenis kelamin, status pernikahan, umur atau kondisi kecacatan.

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam jabatan struktural

dilakukan dengan memperimbangkan beberapa faktor. Namun demikian

dalam kenyataan yang ada dilingkungan pemerintah maupun yang ada

2

(15)

4

dimasyarakat syarat-syarat pengangkatan jabatan dalam jabatan struktural

tidak hanya murni pada penilaian bobot tugas, wewenang dan tanggung

jawab yakni antara lain ditentukan dengan pendekatan pegawai dengan

pimpinan Adanya faktor Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN).

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa salam prakeknya,

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam jabatan struktural sering

tidak sesuai dengan teori. Hal inilah yang sering menimbulkan masalah

kepegawaian antara lain rasa tidak adil. Sehingga berkibat dengan dengan

menurunnya tingkat kerja sama dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang

bersangkutan. Pekerjaan yang akhirnya menjadi tanggung jawab bersama

menjadi kurang baik hasilnya. Selain itu sering ada rasa kurang puas dari

pegawai yang lain yang akhirnya mengakibatkan prestasi kerja peawai.

Maka, disusunlah penelitian dengan judul, “PELAKSANAAN

PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN

STRUKURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

SLEMAN”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka penelitian ini merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS)

dalam jabatan struktural dilingkungan Pemerintah Daerah Sleman?

2. Apakah yang menjadi faktor penghambat pengangkatan Pegawai

(16)

5

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

(PNS) dalam jabatan Struktural di lingkungan Pemerintah Daerah

Sleman.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat pengangkatan Pegawai Negeri

Sipil (PNS) dalam jabatan Struktural di lingkungan Pemerintah Daerah

Sleman.

D. Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian ini bermaksud memberikan manfaat atau

kontribusi.

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian tersebut diharapkan memberikan manfaat untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang Hukum Adminstrasi

Negara tentang pelaksanaan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS)

dalam jabtan struktural di lingkungan Pemerintah Daerah Sleman.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat

kepada pihak-pihak tang terkait dalam penelitian, memberikan manfaat

(17)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pegawai Negeri Sipil (PNS)

1. Pengertian tentang Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Kranenburg memberikan pengertian dari pegawai negeri, yaitu

pejabat yang ditunjuk, jadi pengertian tersebut tidak termasuk terhadap

mereka yang memangku jabatan yang mewakili seperti anggota parlemen,

presiden dan sebagainya. Logeman dengan menggunakan kriteria yang

bersifat materil mencermati hubungan antara negara dengan pegawai

negeri dengan memberikan pengertian pegawai negeri sebagai tiap pejabat

yang mempunyai hubungan dinas dengan negara. 1pegawai Negeri Sipil,

menurut kamus Umum Bahasa Indonesia, “Pegawai” berarti”orang”yang

bekerja pada pemerintah(perusahaan dan sebagainya) sedangkan ”negeri”

berarti negara atau pemerintah, jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah

orang yang bekerja pada pemerintah atau negara.2

Secara Etimologi, Pegawai Negeri Sipil (PNS) terdiri dari 3 (tiga)

kata yaitu pegawai yang berarti karyawan atau orang yang bekerja. 3

Didalam ketentuan perundang-undangan yang pernah berlaku, pengertian

pegawai negeri tidak dibuat dalam suatu rumusan yang berlaku umum,

1

Muchsan, 1982, Hukum Kepegawaian, jakarta, Bina Aksara.

2

W.J.S Poerwadarminta,1986,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, Hlm. 478:514.

3

(18)

7

tetapi hanya merupakan suatu perumusan yang khusus berlaku dalam

hubungan dengan peraturan yang bersangkutan.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil

Negara dalam Pasal 1 ayat (1), (2) dan (3) menyebutkan bahwa Aparatur

Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai

negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja

pada instansi pemerintah. Pegawai Aparatur Negara yang selanjutnya

disebut pegawai ASN adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai

pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina

kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau

diserahi tugas negera lainnya dan digaji berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS Adalah

warga negara indonesia yang memenuhi syarat tertentu, disingkat dengan

pegawai Aparatur Sipil Negara secara tetap oleh pejabat pembina

kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

Jabatan Aparatur Sipil Negara terdiri atas:

a. Jabatan Administratif. Jabatan Administratif dapat dibagi

menjadi 3 yaitu:

1) Jabatan administrator. Pejabat dalam jabatan administrator

bertanggung jawab memimpin pelaksana seluruh kegiatan

pelaksana publik serta administrasi pemerintahan dan

(19)

8

2) Jabatan pengawas. Pejabat dalam jabatan pengawas

bertanggung jawab mengendalikan pelaksanaan kegiatan

yang dilakukan oleh pejabat pelaksana.

3) Jabatan pelaksana. Pejabat dalam jabatan pelaksana

bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pelayanan

publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan

b. Jabatan Fungsional. Jabatan fungsional dalam aparatur sipil

negara terdiri atas:

1) Jabatan fungsional keahlian terdiri dari:

a) Ahli utama;

b) Ahli madya;

c) Ahli muda; dan

d) Ahli pertama.

2) Jabatan fungsional keahlian terdiri dari:

a) Penyelia;

b) Mahir;

c) Terampil; dan

d) Pemula.

c. Jabatan Pimpinan Tinggi. Jabatan pimpinan tinggi berfungsi

memimpin dan memotivasi setiap Pegawai Aparatur Sipil

Negara pada instansi Pemerintah melalui:

1) Kepelaporan dalam bidang:

(20)

9

b) Analisis dan rekomendasi kebijakan; dan

c) Kepemimpinan manajeman.

2) Pengembangan kerja sama dengan istansi lain; dan

3) Keteladanan dalam mengamalkan nilai dasar Aparatur Sipil

Negara dan melaksanakan kode etik dan kode perilaku

Aparatur Sipil Negara.

Semua jabatan pimpinan tinggi ditetapkan syarat

kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan pelatihan,

rekam jejak jabatan dan integritas, serta persyaratan lain yang

dibutuhkan.

Dalam Bab II Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999

tentang Pokok-pokok Kepegawaian, Pasal 2 pada bagian pertama

tentang jenis dan kedudukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) terdiri

dari:

a. Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pusat

Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS)

yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja

Negara dan bekerja pada Departemen atau Non Departemen,

Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Instansi Vertikal di

Daerah Propinsi atau Kabupaten atau Kota, Kepanitraan

Pengadian dan dipekerjakan untuk tugas Negara lainnya.

(21)

10

Pegawai Negeri Sipil (PNS) Daerah adalah Pegawai Negeri

Sipil (PNS) yang gajinya dibebankan pada Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah

Daerah Propinsi atau Kabupaten atau Kota.

2. Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Tugas Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) menurut

Undang-Undang nomor 5 tahun 2014 Pasal 12 tentang Aparatur Sipil Negara

mempunyai tugas yaitu:

a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;

dan

c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Kewajiban Pegawai Negeri adalah segala sesuatu wajib

dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Menurut Sastra

Djatmika, kewajiban Pegawai Negeri dibagi dalam tiga Golongan,

yaitu:

1) Kewajiban-kewajiban yang ada hubungan dengan suatu

(22)

11

2) Kewajiban-kewajiban yang tidak langsung berhubungan

dengan suatu tugas dalam jabatan, melainkan dengan

kedudukannya sebagai pegawai negeri pada umumnya;

3) Kewajiban-kewajiban lain.

Untuk menjunjung tinggi kedudukan Pegawai Negeri Sipil

(PNS), diperlukan elemen-elemen penunjang kewajiban meliputi

kesetiaan, ketaatan, pengabdian kesadaran, tanggung-jawab, jujur,

tertib, besemangat dengan memegang rahasia Negera dan

melaksanakan tugas kedinasan.4

Menurut Undang-Undang nomr 5 tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara Pasal 23 Pegawai Aparatur Sipil Negara

wajib:

a) Setia dan taat pada Pancalisa, Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;

b) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;

c) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah

yang berwenang;

d) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;

e) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,

kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;

4

(23)

12

f) Menunjukan integritas dan keteladanan dalam dalam sikap,

perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di

dalam maupun diluar kedinasan;

g) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan

rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan

h) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan

Repubik Indonesia.

Mengenai kedudukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) diatur dalam

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 yang dinyatakan bahwa:

1) Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur Aparatur Negara

yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat

secara profesional, jujur, adil, dan merata, dalam

penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan

pembangunan.

2) Dalam kedudukannya dan tugas sebagaimana dimaksud dalam

butir (1) pegawai negeri sipil (PNS) harus netral dari semua

golongan dari partai politik serta tidak diskriminatif dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat.

3) Untuk menjamin netralisasi pegawai negeri sebagaimana

dimaksud dalam butir (2), pegawai negeri dilarang menjadi

(24)

13

Dasar dari adanya hak adalah manusia mempunyai berbagai

kebutuhan yang merupakan pemacu bagi dirinya untuk memenuhi

kebutuhannya, seperti bekerja untuk memperoleh uang bagi

pemenuhan kebutuhan. Manusia dalam kajian ekonomi tersebut

sebagai sumber daya karena memiliki kecerdasan.5

Menurut Undang-Undang nomor 5 tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara Pasal 21 Pegawai Negeri Sipil (PNS) berhak

memperoleh:

a) Gaji, tunjangan, dan fasilitas;

b) Cuti;

c) Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;

d) Perlindungan; dan

e) Pengembangan kompetensi.

Bahwa analisis mengenai aspek kebutuhan pegawai dihubungkan

dengan teori-teori yang ada dapat menjelaskan mengenai hubungan antara

hak dengan kewajiban dari pegawai. Hubungan ini meliputi

kecenderungan pegawai untuk melaksanakan pekeraannya berdasarkan

kebutuhannya secara umum. Faktor motivasi yang timbul untuk

memberikan prestasi, dipengaruhi oleh hukum tertulis yang membatasi

setiap aktivitas dan timbulnya output berupa kontrapresasi yang sepadan

terhadap pekerjaannya yang dipekerjakannya.

5Ibid

(25)

14

Dalam hal ini,peraturan kepegawaian merefleksikan pembatasan

terhasap aktivitas, baik secara moril maupun dari sudut pandang hukum

dan peraturan ini menempatkan subtansi yang ideal dalam bentuk

kewajiban yang menjadi penjabaran dari maksud dan tujuan dalam

organisasi guna pencapaian misinya. Dalam skala yang lebih luas

merupakan refleksi dari tujuan negara menuju kesejahteraan masyarakat di

dalam konteksnya melalui administrasi kepegawaian.6

B. Pengangkatan dalam Jabatan Struktural

1. Jabatan Struktural

Menurut Sulistiyani dan Rosidah bahwa penempatan adalah

suatu kebijakan yang diambil oleh pimpinan suatu istansi, atau bagian

personalia untuk menentukan seseorang pegawai masih tetap atau tidak

ditempatkan pada suatu posisi atau jabatan tertentu berdasarkan

pertimbangan keahlian, keterampilan atau kealifikasi tertentu.

Menurut Miftha Thoha, bahwa jabatan adalah kedudukan yang

menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang

pegawai negeri sipil dalam rangka susunan suatu organsasi baik

jabatan struktural maupun jabatan fungsional. Dikatakan

bahwa,jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam

struktur organisasi yang ditetapkan dengan Kepuusan Presiden atau

Keputusan Mentri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan dengan

6

(26)

15

persetujuan tertulis dari mentri yang bertanggung jawab dalam bidang

penertiban dan penyempurnaan aparatur negara.7

Eselon dan jenjang pangkat jabatan struktural sesuai Peraturan

Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pengangkatan Pegawai

Negeri Sipil (PNS) dalam Jabatan Sruktural yaitu:

Tabel 1: Eselon dan jenjang pangkat jabatan struktural

JENJANG, PANGKAT, GOLONGAN RUANG

NO ESELON TERENDAH TERTINGGI

PANGKAT GOL/RU PANGKAT GOL/RU

1. Ia Pembina

(27)

16

Tingkat I

6. IIIb Penata

Tingkat I

III/d Pembina IV/a

7. Iva Penata III/c Penata

Tingkat I

III/d

8. Ivb Penata Muda

Tingkat I

III/b Penata III/c

9. Va Penata Muda III/a Penata Muda

Tingkat I

III/b

2. Sistem dan Syarat pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Undang Undang Nomor 5 tahun 2014 Pasal 58 ayat (3) tentang

Aparatur Negara, Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS)

dilakukan melalui:

Perencanaan

Pengumuman Lowongan

Pelamaran

Seleksi

(28)

17

Undang Undang No 5 Tahun 2014 Pasal 1 tentang Aparatur Sipil

Negara, Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) menggunakan sistem

merit. Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang

berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan

wajar tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama,

asal-usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur atau kondisi kecacatan.

Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat dalam pangkat dan

jabatan tertentu ditentukan berdasarkan perbandingan objektif antara

kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan

dengan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dimiliki oleh

pegawai.

Pasal 70 Undang Undang Tentang Aparatur Sipil Negara

menyebutkan bahwa, Pengembangan kompetensi dilakukan melalui

pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus dan penataran. Selanjutnya

harus dievaluasi oleh Pejabat yang berwenang dan digunakan sebagai

salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan dan pengembangan karier.

Syarat-syarat yang diperlukan untuk persyaratan pengangkatan

dalam jabatan struktural memiliki beberapa yang harus dipenuhi. Masa Percobaan

(29)

18

Selanjutnya akan diuraikan tentang masing-masing persyaratan

penempatan:

a. Kompetensi

Menurut Suparmo bahwa kompetensi adalah kemampuan dan

karakteristik yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS),

berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan

dalam pelaksanaan tugas jabatannya.8 Menurut Kepala Badan

Kepegawaian Negara Nomor:42/KEP/2001, bahwa kompetensi adalah

kemampuan dan karateristik yang dimiliki oleh seseorang Pegawai

Negeri Sipil berupa pengetahuan, keahlian, dan sikap perilaku yang

diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya. Maksudnya standar

kompetensi jabatan yaitu:

1. Sebagai dasar dalam pengangkatan, pemindahan dan

pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dari dan dalam jabatan.

2. Sebagai dasar penyusunan/pengembangan program pendidikan dan

pelatihan bagi Pegawai Negeri Sipil.

Selanjutnya tujuan standar kompetensi jabatan:

a) Untuk efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab organisasi atau unit organisasi.

b) Untuk menyiptakan optimalisasi kinerja organisasi atau unit

organisasi.

8

(30)

19

Ada beberapa macam item penilaian kompetensi yang harus

dimiliki oleh pejabat-pejabat eselon, berdasarkan penelitian Badan

Kepegawaian Negara, bisa dipakai juga sebagai pedoman didalam

penilian standar kompetensi pegawai didaerah. Menurut hasil survey

Badan Kepegawaian Negara bahwa kebutuhan kompetensi jabatan

sangat diperlukan dan perlu dimiliki oleh pejabat setiap eselon.9

a. Eselon II, kompetensinya yang paling utama dan penting sekali

dimiliki adalah antara lain:

1) Inisiatif: kemampuan untuk melakukan tindakan dengan cepat

tanpa menunggu perintah lebih dahulu untuk mencapai tujuan atau

sasaran organisasi.

2) Membangun hubungan kerja: kemampuan untuk membuat kontak

atau hubungan kerja dengan instansi yang terkait.

3) Mencari informasi: diperlukan untuk mengidentifikasi data atau

informasi yang dibutuhkan untuk menunjang kelancaran pekerjaan

dan pengambilan keputusan.

4) Perhatian terhadap keteraturan: kemampuan mengembangkan dan

penggunaan data/informasi/dokumen sesuai dengan kebutuhan

organisasi.

5) Berfikir konseptual: kemampuan memunculkan kesepahaman atau

cara pandang/konsep baru dalam pemecahan.

9

(31)

20

b. Eselon III, kompetensi yang paling utama dan penting sekali dimiliki

adalah antara lain:

1) Empati: kemampuan untuk mampu membersihkan solusi

pemecahan terhadap permasalahan yang diungkapkan oleh orang

lain.

2) Membangun hubungan kerja: kemampuan untuk membuat

kontak/hubungan kerja dengan istansi luar yang terkait.

3) Percaya diri: kemampuan kemandirian dalam melaksanakan

pekerjaannya.

4) Semangat untuk berprestasi: kemampuan untuk mengidentifikasi

kelemahan-kelemahan atau hambatan suatu sistem kerja.

5) Berfikir konseptual: kemampuan kesepahaman atau cara

pandang/konsep baru dalam pemecahan permasalahan.

c. Eselon IV, kompetensi yang paling utama dan penting sekali dimiliki

adalah antara lain:

1) Fleksibilitas: kemampuan menerapkan tata kerja dan aturan secara

fleksibel pada situasi dan kondisi yang berbeda.

2) Keahlian tehnikal: kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan

yang membutuhkan pengalaman dan atau keterampilan.

3) Komitmen terhadap organisasi: memiliki kesungguhan untuk

mendukung misi dan tujuan yang telah ditetapkan.

(32)

21

5) Kepemimpinan: kemampuan keahlian lisan dalam mengarahkan

pekerjaan bawahan maupun tugas-tugas lainnya.

Persyaratan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang akan diangkat

dalam jabatan struktural, antara lain:

1) Berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS)

2) Serendah-rendahnya memiliki pangkat satu tingkat dibawah

jenjang pangkat yang ditentukan.

3) Memiliki kualfikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan.

4) Semua unsur penilaian prestasi kerja dalam dua tahun terkhir.

5) Memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan.

6) Sehat jasmani dan rohani.

Selain persyaratan tersebut, Pejabat Pembina Kepegawian

perlu memperhatikan faktor yaitu:

1) Senioritas dalam kepangkatan.

2) Usia.

3) Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) jabatan.

4) Pengalaman.

3. Pelaksanaan Pengangkatan dalam Jabatan Struktural

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2009 tentang

Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai

Negeri Sipil yaitu Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat adalah Mentri,

jaksa Agung, Pimpinan Keserektariatan Lembaga Kepresidenan, Kepala

(33)

22

Nonkementrian, Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Keamanan

Laut, Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan serta

Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Negara dan Lembaga Lainnya yang

dipimpin oleh Pejabat Struktural eselon I dan bukan merupakan bagian

dari Kementrian Negara/Lembaga Pemerintah Nonkementrian. Pejabat

Pembina Kepegawaian Daerah Propvinsi adalah Gubernur. Pejabat

Pembina Kepegawain Daerah Kabupaten/Kota adalah Buapti/Walikota.

Pelaksanaan pengangkatan dalam jabatan struktural eselon I di

lingkungan istansi pusat ditetapkan dengan keputusan presiden setelah

mendapat pertimbangan tertulis dari Komisi Kepegawaian Negara.

Sedangkan pengangkatan dalam jabatan struktural eselon II kebawah pada

instansi pusat ditetapkan pejabat pembina kepegawaian pada instansi pusat

ditetapkan Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat setelah mendapat

pertimbangan Baperjakat Instansi Pusat.

Pengangkatan dalam jabatan struktural eselon I dipropinsi (sekda)

ditetapkan pejabat pembina kepegawaian daerah propinsi setelah mendapat

persetujuan DPRD Propinsi, setelah sebelumnya dikonsulkan secara

tertulis kepada Menteri Dalam Negeri, sedangkan pengangkatan dalam

jabatan struktural eselon II kebawah ditetapkan oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian Daerah Propinsi setelah mendapat perimbangan dari

Baperjakat Instansi Daerah Propinsi.

Pengangkatan dalam jabatan struktural eselon II kebawah

(34)

23

kabupaten/kota setelah mendapat pertimbangan dari Baperjakat Instansi

Daerah Kabupaten/kota. Khusus untuk pengangkatan Sekretaris Daerah

Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian

Kabupaten/Kota mendapat persetujuan dari pimpinan DPRD

Kabupaten/Kota setelah terlebih dahulu dikonsultasikan secara tertulis

kepada Gubernur. Dalam setiap keputusan tentang pengangkatan dalam

jabatan struktural, harus dicantumkan nomor dan tanggal Pertimbangan

Baperjakat, eselon dan besarnya tunjangan jabatan struktural.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat dalam jabatan

struktural, termasuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menduduki jabatan

struktural yang ditingkatkan eselonnya, selambat-lambatnya 30 hari sejak

penetapan pengangkatannya wajib dilantik dan diambil sumpahnya oleh

pejabat yang berwenang. Demikian juga mengalami perubahan nama

jabatan atau perubahan fungsi dan tugas jabatan maka pegawai negeri sipil

yang bersangkutan dan diambil sumpahnya kembali.

Menurut Undang Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur

Sipil Negara (ASN) menegaskan, pengisian jabatan pimpinan tinggi utama

dan madya pada kementrian, dan instansi Daerah dilakukan secara terbuka

dan kompetitif dikalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan

memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan

dan latihan, rekam jejak jabatan dan integritas serta persyaratan lain yang

(35)

24

Menurut Undang Undang Nomor 5 tahun 2014 Pasal 110

menyatakan bahwa pengisian jabatan pimpinan tinggi dilakukan oleh

Pejabat Pembina Kepegawaian dengan terlebi dahulu membentuk panitia

seleksi Instansi Pemerintah, yang terdiri dari unsur internal maupun

eksternal Instansi Pemerintah yang bersangkutan. Undang Undang Nomor

5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara menegaskan, Pejabat yang

Pembina kepegawian melarang mengganti pejabat pimpinan tinggi selama

2 (dua) tahu terhitung sejak pelantikan pejabat pimpinan tinggi, kecuali

pejabat pimpinan tinggi tersebut melanggar ketentuan Undang Undang

yang berlaku dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan tertentu. Selain itu,

penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua)

tahun dapat dilakukan menurut persetujuan Presiden.

4. Pendidikan dan Pelatihan Struktural

Menurut Vincent Gaspersz bahwa pendidikan dan pelatihan

merupakan elemen penting untuk mengembangkan manajemen kualitas.

Selanjutnya seluruh anggota organisasi mulai dari manajemen puncak

sampai karyawan terendah harus memperoleh pendidikan dan pelatihan

untuk meningkatkan kemampuannya.10

Sedangkan menurut Sulistiyani bahwa pendidikan dan pelatihan

merupakan upaya untuk pengembangan sumber daya manusia, terutama

untuk pengembangan intelektual dan kepribadian manusia. Khusus untuk

pendidikan dan pelatihan pegawai adalah pendidikan yang dilakukan bagi

10

(36)

25

Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk meningkatkan kepribadian pengetahuan

dan kemampuannya sesuai dengan persyaratan jabatan. Pelatihan Pegawai

Negeri Sipil (PNS) adalah bagian dari pendidikan yang dilakukan untuk

Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam rangka meningktkan kemampuan dan

keterampilannya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bersangkutan

ditempatnya. Adapun pengertiannya kegiatan pendidikan dan pelatihan

sangat penting dilakukan karena bukan semata-mata menguntungkan

pegawai saja, melainkan juga merupakan keuntungan yang diperoleh

organisasi.

Menurut Undang-Undang nomor 101 tahun 2000, bahwa jenis

pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil (PNS) terdiri dari 2 (dua)

bagian, yaitu pendidikan dan pelatihan prajabatan, serta pendidikan dan

pelatihan dalam jabatan. Dalam tulisan ini penulis hanya fokuskan pada

pendidikan dan pelatihan dalam jabatan. Pendidikan dan pelatihan dalam

dalam jabatan dilaksanakan untuk mengembangkan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap Pegawai Negeri Sipil (PNS) agar dapat

melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dengan

sebaik-baiknya.

Pendidikan dan jabatan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang

menduduki jabatan atau yang akan menduduki jabatan struktural disebut

pendidikan dan pelatihan kepemimpinan (Diklat Pim), yang dilaksanakan

(37)

26

dengan jenjang jabatan yang diperlukan. Diklat Pim II untuk eselon II,

Diklat Pim III untuk eselon III, Diklat Pim IV untuk eselon IV.

Pendidikan dan pelatihan struktural atau yang dikenal diklat Pim,

belum terlalu membantu untuk menempatkan pegawai yang benar-benar

mampu dan profesioanal. Karena diklat struktural hanya memberi

pengetahuan tambahan bagi pegawai yang sedang menduduki jabatan atau

yang akan menduduki jabatan tentang bekal kepemimpinan, bukan

pendidikan atau pelatihan tentang bidang tugas yang akan dihadapi atau

dikerjakan pada jabatan yang disediakan. Hal ini kemudian nampak

setelah pegawai yang bersangkutan selesai mengikuti pendidikan dan

pelatihan dan kembali ketempat kerja, tidak ada yang bisa dilaksanakan

dengan baik sesuai harapan, atau tidak ada perubahan dalam melaksanakan

tugas pokok dan fungsinya pada jabatan yang ditempati. Jenjang pangkat

yang diperlukan dalam jabatan yaitu sesuai dengan jabatan yang akan

ditempati, atau serendah-rendahnya menduduki pangkat 1 (satu) tingkat

dibawah jenjang pangkat yang ditentukan.

Kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan atau dasar

disiplin pendidikan, disesuaikan dengan kebutuhan atau jabatan yang akan

ditempai. Dalam hal pendidikan dasar dari Pegawai Negeri Sipil (PNS)

yang bersangkutan harus sesuai dengan jenis jabatan yang diembannya.

Hal ini dimaksudkan agar Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bersangkutan

dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan profesional, sehingga dapat

(38)

27

kerja sangat penting artinya bagi pengembangan sumber daya manusia

suatu organisasi, untuk mendapatkan penghargaan dan pengangkuan

terhadap hasil kerja yang dicapai.

Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 43 tahun 1999

pasal 20, yang menyebutkan bahwa untuk menjamin obyektifitas dalam

mempertimbangkan pengangkatan dalam jabatan, dan kenaikan pangkat

diadakan penilaian prestasi kerja. Menurut Notoatmodjo bahwa prestasi

kerja adalah penting dalam suatu organisasi dalam rangka pengembangan

sumber daya manusia. Selanjutnya manfaat penilaian prestasi kerja dalam

suatu organisasi antara lain: untuk peningkatan prestasi kerja, memperoleh

kesempatan kerja yang adil, adanya keputusan-keputusan untuk pegawai

yang berprestasi baik (promosi) dan karyawan yang berprestasi , dapat

mendiagnosa kesalahan-kesalahan desian pekerjaan, dan dapat

mencerminkan adanya penyimpangan-penyimpangan dalam proses

rekrutmen dan seleksi. Selanjutnya dikatan oleh Notoatmodjo, bahwa agar

penilaian mencapai tujuan maka ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan:

11

1) Penilaian harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job

related). Artinya sistem penilaian itu benar-benar menilai perilaku atau kerja yang mendukung kegiatan organisasi

dimana karyawan itu bekerja.

11

(39)

28

2) Adanya standar pelaksanaan kerja (perfomance standars).

Satndar pelaksanaan adalah ukuran yang dipakai untuk

menilai prestasi kerja tersebut.

3) Praktis. Artiya sistem penilaian yang praktis, bila mudah

dipahami dan dimengerti serta digunakan, baik oleh penilai

maupun karyawan.

Pengalaman kerja diperlukan dalam peryaratan jabatan bagi

penempatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada jabatan struktural,

karena dengan pengalaman yang dimiliki oleh Pegawai Negeri Sipil

(PNS) yang bersangkutan, tugas/pekerjaan yang akan ditangani dapat

berjalan lancar dan tidak mengalami hambatan/kendala yang akan

menghambat tugas pelayanan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang

bersangkutan dalam jabatannya.

Dengan demikian persyaratan penempatan Pegawai Negeri

Sipil (PNS) pada jabatan struktural harus diperhatikan dan

diprioritaskan utama dalam penempatan, sehingga dapat terwujud

penempatan pegawai yang tepat pada tempatnya yang tepat, yang pada

akhirnya tugas pokok dan fungsi pegawai yang bersangkutan dapat

dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan profesionalitasnya. Hal

ini dapat terwujud apabila dalam implementasi kebijakan penempatan

Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada jabatan struktural, benar-benar

(40)

29

Pelaksanaan kebijakan penempatan atau pengangkatan

Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada jabatan struktural, tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 43 taun 1999 tentang pokok-pokok

kepegawaian. Dalam Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa

dalam hal pengangkatan atau penempatan Pegawai Negeri Sipil (PNS)

dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme

sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang

ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa

membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras atau golongan.

Selanjutnya disebutkan juga, bahwa untuk menjamin obyektifitas

dalam mempertimbangkan pengangkatan dalam jabatan dan kenaikan

pangkat diadakan penilaian prestasi kerja.

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tersebut sbenarnya

bertujuan mendapatkan atau menempatkan orang yang tepat pada

tempat yang tepat, dengan profesionalisme, berkualitas dan

bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

pada organisasi atau unit penempatan, sehingga tujuan dari pemerintah

yang dituangkan dalam visi dan misi dapat terlaksana dengan baik dan

tepat.

Hal yang sama tersebut juga dikemukakan oleh Miftha Thoha,

bahwa dasar utama dalam melakukan penempatan pegawai adalah

waktu atau masa kerja disuatu unit. Selain itu juga mempertimbangkan

(41)

30

pertimbangan atau pendapat pegawai yang bersangkutan. Namun

dalam pelaksanaan kinerja belum dalam optimal dilakukan, karena

adanya berbagai keterbatasan terutama dalam pengukuran kinerja atau

kompetensi pegawai, sehingga yang digunakan sebagai indikator

adalah pengamatan dari atasan langsung saja. Selanjutnya dikatakan

juga, bahwa kendala yang paling utama adalah adalah penempatan

pegawai pada jabatan struktural adalah belum adanya indikator yang

tepat, tranparan dan objektif untuk mengukur kompetensi atau kinerja.

Hal ini juga menurut Miftha Thoha yaitu berdasarkan pasal 17

Undang-Undang nomor 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok

kepegawaian bahwa untuk pengangkatan dalam jabatan struktural,

didasarkan pada kriteria: kompetensi, prestasi kerja, dan jengang

pangkat, tidak mempunyai indikator maupun skor yang bisa dipakai

sebagai alat ukur.12

5. Tujuan Pengangkatan Jabatan Struktural

Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 di lakukan

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan Struktural. Adapun

tujuan dari pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam Jabatan

Struktural adalah sebagai Proses pengembangan karier Pegawai Negeri

Sipil (PNS).

Pasal (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 dikatakan

bahwa pola pengembangan karir adalah pola pembinaan Pegawai Negeri

12

(42)

31

Sipil (PNS) yang mengambarkan alur pengembangan karier yang

menunjukan keterkaitan dan keserasian antara jabatan, pangkat,

pendidikan dan pelatihan jabatan, kompetensi serta masa jabatan

seseorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) sejak pengangkatan Pertama dalam

jabatan tertentu sampai dengan pensiun.13

Dari pengertian pola karier diatas dapat diketahui bahwa

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam Jabatan Struktural

merupakan suatu pengembangan karier bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Dengan demikian Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bersangkutan akan

merasakan jenjang karier yang semkin meningkat dengan

mempertimbangkan faktor-faktor pendidikan dan pelatihan jabatan,

kompetensi, masa jabatan, kompetensi, serta jabatan seseorang Pegawai

Negeri Sipil (PNS) sejak pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu.

Istilah kewenangan berasal dari kata wewenang yang berarti

competece atau beevogdheid, yang berarti kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik atau kemampuan bertindak yang diberikan

oleh Undang-Undang untuk melakukan hubungan-hubungan hukum.

Selanjutnya apabila dilihat dari sifatnya, maka wewenang pemerintah

dapat dibedakan atas sifat expressiomplied, fakulatif, dan vrijbestuur.

Wewenang pemerintah yang bersifat expressiomplied adalah maksud dan

tujuannya, terkait pada waktu tertentu dan tunduk pada batasan-batasan

hukum tertulis dan tidak tertulis, sedangkan isinya dapat bersifat umum

13

(43)

32

(abstrak) dan dapat pula bersifat individual konkrit. Isinya bersifat umum

(abstrak), misalnya dalam bentuk suatu putusan atau suatu rencana.

Wewenang pemerintah yang bersifat fakultatif adalah wewenang yang

peraturan dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan bagaimana

suatu wewenang dapat dipergunakan.14 Wewenang/authority menurut

handoko adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintaah orang lain

untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan

tertentu. Dengan demikian, maka wewenang/authority adalah kemampuan

untuk bertindak atau melakukan sesuatu, sesuai dengan ketentuan

peraturan yang ada, untuk mencapai tujuan tertentu.15

Dilihat dari sumbernya, kewenangan dapat dibedakan menjadi 2

(dua) macam, yaitu kewenangan atribut dan kewenangan delegatif.

Kewenangan atribut adalah kewenangan yang melekat dan diberikan

kepada suatu instansi atau pejabat berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Sedangkan kewenangan delegatif adalah kewenagan yang

berasal dari pendelegasian dari institusi atau pejabat yang lebih tinggi

tingkatannya berdasarkan peraturan perundangan-undangan.16

Selanjutnya daerah otonom sebagai satuan pemerintah mandiri

memiliki wewenang atribut, lebih-lebih sebagai subyek hukum (publiek

rechtpeerson, public legal enity) berwenang membuat peraturan-peraturan

14

Marbun, 2003, Peradilan Administrasi dan Upaya Administrasi di Indonesia, UII Press, Yogyakaarta, Hlm 122.

15

Handoko, T.Hani, 1998, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, BPFE, Yogyakarta, Hlm 2.

16

(44)

33

untuk menyelenggarakan rumah tangganya. Wewenang mengatur ini ada

pada pemerintah daerah (pejabatt administrasi negara dan DPRD sebagai

pemegang fungsi legislatif di daerah.17

Kewenangan tentang penempatan pegawai negeri pada jabatan

struktural tertuang juga dalam Undang-Undang nomor 43 tahun 1999

tentang Pokok-pokok Kepegawaian Pasal 25 yang menyebutkan bahwa

untuk memperlancar pelaksanaan pengangkatan, pemindahan dan

pemberhentian Pegaawai Negeri Sipil (PNS), presiden dapat

mendelegasikan sebagian wewenangnya pada pejabat pembinan

kepegawaian pusat dan menyerahkan sebagaian wewenangnya kepada

pejabat pembina daerah yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan

Pemerintah.

Promosi merupakan suat penghagaaan (reward) yang diberikan

kepada pegawai yang berprestasi untuk memangku tanggung jawab yang

lebih besar, berupa kenaikan pangkat atau jabatan. Maksud dari kenaikan

pangkat adalah sebagai pendorong/motivasi bagi Pegawai Negeri Sipil

(PNS) untuk lebih meningkatkan pengabdiannya dalam melaksanakan

tugas sehari-harinya.

17

(45)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

hukum empiris. Penelitian hukum empiris adalah penelitian yuridis

sosiologis atau sering disebut penelitian hukum yang sosiologis

berdasarkan mahzab sociological jurisprudence. Penelitian ini

berbasis pada ilmu hukum normatif (peraturan-perundangan),

mengamati bagaimana reaksi dan interaksi yang terjadi ketika sistem

norma itu bekerja didalam masyarakat.

A.Data Penelitian

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga

kategori, yaitu data primer dan sekunder.

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari narasumber

memperoleh bahan-bahan mengenai masalah yang diteliti.

Melakukan wawancara terbuka, teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan tanya jawab secara langsung oleh penulis

kepada narasumber di lokasi penelitian yang berkaitan dengan

pengangkatan pegawai negeri dalam jabatan struktural di

lingkungan pemerintah daerah sleman.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi

kepustakaan yaitu menelaah literatur, artikel, liputan, makalah

(46)

35

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai

kekuatan mengikat meliputi:

1) UUD 1945.

2) UU Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara.

3) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang

Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural.

b. Bahan sekunder

Bahan sekunder bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer, serta dapat

membantu dalam menganalisis dan memahami bahan

hukum sekunder. Bahan hukum sekunder yang terdiri dari:

1) Buku-buku yang membahas tentang kepegawaian.

2) Buku-buku yang membahas tentang pelaksanaan

pengengkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS).

3) Makalah-makalah dari internet, dan sumber lain yang

mendukung penelitian ini.

B. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dengan

penelitian dilapangan adalah daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan

diberikan atau ditanyak pada responden dilakukan dengan cara:

(47)

36

Penulis melakukan tanya jawab secara langsung dengan

narasumber. Narasumber dalam penelitian ini adalah pejabat

Badan Kepegawaian Daerah (BKD) di lingkungan Kabupaten

Sleman.

2) Studi kepustakaan dengan melakukan pengumpulan data dari

perundang-undangan, buku-buku, literatur, serta

dokumen-dokumen yang terkait dengan pokok permasalahan yang

diteliti dan selanjutnya dipelajari sebagai satu kesatuan yang

utuh.

C. Lokasi Penelitian

Penulis memilih lokasi penelitian di Kabupaten Sleman.

D. Narasumber

Penelitian ini akan melakukan wawancara terhadap narasumber yaitu:

1. Narasumber:

a) Dra. Emmy Retnosasi selaku Sekretaris Badan Kepegawaian

Daerah Kabupaten Sleman.

b) Heri Kumadi AP., MT. Selaku Kepala Bidang Mutasi

Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sleman.

c) Anton Sujarwo., S.H., M.Si., selaku Kepala Bidang

Pembinaan dan Pengembanagan Pegawai Badan

(48)

37

d) Samino, S.IP., Mec, Dev., selaku Kepala Sub Bidang

Penempatan Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten

Sleman.

e) R.B. Sutiwaryani., selaku kepala Sub Bidang Kepangkatan

Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sleman.

E. Teknik Analisis Data

Data penelitian diolah dan di analisis secara kualitatif yaitu

meganalisa data berdasarkan kualitasnya lalu dideskripsikan dengan

menggunakan kata-kata sehingga bahasan atau paparan dalam

bentuk kalimat yang sistematis dan dapat dimengerti, kemudian

(49)

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam Jabatan

Struktural di Lingkungan Pemerintah Daerah Sleman.

Dalam rangka mewujudkan organisasi perangkat daerah yang efektif,

efisien, wajar dan rasional maka Kabupaten Sleman melalui Peraturan Daerah

Kabupaten Sleman melalui Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 11

Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Pemerintah

Kabupaten Sleman. Dalam mewujudkan pelaksanaan pengangakatan dalam

jabatan struktural dengan adanya peraturan Perundangan-Undangan yang

tergolong baru. Maka dalam Kabupaten Sleman baru mulai melakukan

penataan pejabat dilaksanakan awal tahun 2017, sebelum adanya berlakunya

Undang Undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, tahun

2013 bupati itu termasuk dalam pertahanan negara, setalah adanya

pemberhentian Bupati proses penyalonan setelah 6 bulan dilantik Bupati

belum boleh melaksanakan pengangkatan pegawai itu dalam akhir Agustus,

Akhir agustus, juni muncul Peraturan Pemerintah kelembagaan baru. Dalam

akhir 2013 sampai dengan sekarang Kabupaten Sleman belum melakukan

penataan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam jabatan ada penataan

kelembagaan baru belum dilaksanakan.

Struktur kelembagaan sekretariat Daerah Kabupaten Sleman tentang

(50)

39

Sekretariat Daerah. Alasan dibentuknya keputusan bupati tersebut dalam

rangka mewujudkan organisasi perangkat daerah yang efektif, efisien, wajar

dan rasional serta untuk kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

organisasi perangkat daerah, Menurut Peraturan Daerah Nomor 11 tahun

2016 tentang Pembentukan dan Susunan Peragkat Daerah Pemerintah

Kabupaten Sleman menyebutkan bahwa:

Pasal 2

Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Perangkat Daerah yang terdiri dari:

a. Sekretariat Daerah Tipe B;

b. Sekretariat DPRD Tipe A;

c. Inspektorat Kabupaten Tipe A;

d. Dinas Pendidikan Tipe A, menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang

pendidikan;

e. Dinas Kesehatan Tipe A, menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang

kesehatan;

f. Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman Tipe A,

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan

urusan pemerintahan bidang perumahan dan kawasan permukiman;

g. Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Tipe B, menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang pertanahan dan urusan pemerintahan bidang tata

ruang;

h. Satuan Polisi Pamong Praja Tipe A, menyelenggarakan urusan

(51)

40

masyarakat, sub urusan ketentraman dan ketertiban umum, dan sub urusan

kebakaran;

i. Dinas Sosial Tipe B, menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang

sosial;

j. Dinas Tenaga Kerja Tipe B, menyelenggarakan urusan pemerintahan

bidang tenaga kerja, dan urusan pemerintahan bidang transmigrasi;

k. Dinas Pemuda dan Olahraga Tipe C, menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang kepemudaan dan olahraga;

l. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian

Penduduk dan Keluarga Berencana Tipe A, menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak

dan urusan pemerintahan bidang pengendalian penduduk dan keluarga

berencana;

m. Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Tipe A, menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang pertanian, urusan pemerintahan bidang pangan, dan

urusan pemerintahan bidang perikanan;

n. Dinas Lingkungan Hidup Tipe B, menyelenggarakan urusan pemerintahan

bidang lingkungan hidup;

o. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tipe B, menyelenggarakan

urusan pemerintahan bidang administrasi kependudukan dan pencatatan

sipil;

p. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tipe B, menyelenggarakan

(52)

41

q. Dinas Perhubungan Tipe B, menyelenggarakan urusan pemerintahan

bidang perhubungan;

r. Dinas Komunikasi dan Informatika Tipe B, menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang komunikasi dan informatika, urusan pemerintahan

bidang statistik, dan urusan pemerintahan bidang persandian;

s. Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Tipe C, menyelenggarakan

urusan pemerintahan bidang koperasi, usaha kecil dan menengah;

t. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Tipe A,

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang penanaman modal dan

pelayanan terpadu satu pintu;

u. Dinas Kebudayaan Tipe B, menyelenggarakan urusan pemerintahan

bidang kebudayaan;

v. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Tipe B, menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang perpustakaan dan urusan pemerintahan bidang

kearsipan;

w. Dinas Pariwisata Tipe B, menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang

pariwisata;

x. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tipe A, menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang perindustrian dan urusan pemerintahan bidang

perdagangan;

y. Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Tipe B, menyelenggarakan

(53)

42

z. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tipe A, menyelenggarakan

urusan fungsi penunjang perencanaan dan urusan fungsi penunjang

penelitian dan pengembangan; Pasal 3

Ketentuan lebih lanjut mengenai kedudukan, susunan organisasi,

tugas dan fungsi, serta tata kerja Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 4

Besaran dan susunan organisasi Perangkat Daerah dibentuk berdasarkan

asas:

a. intensitas urusan pemerintahan dan potensi daerah;

b. efisiensi;

c. efektivitas;

d. pembagian habis tugas;

e. rentang kendali;

f. tata kerja yang jelas; dan

g. fleksibilitas.

Sesuai dengan Pelaksanaan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

(PNS) berpedoman dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2002

tentang Pelaksanaan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Peraturan

perundang-undangan tersebut sebagai landasan untuk melaksanakan

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam jabatan struktural di

(54)

43

Undang-Undang yang baru yaitu Undang Undang Nomor 5 tahun 2014

tentang Aparatur Sipil Negara, Pemerintah Kabupaten Sleman mengenai

pelaksanaan belum dilaksanakan sejak tahun 2003. Undang Undang

tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) baru mulai dilaksanakan awal tahun

2017. Penyebab yang nantinya akan timbul semakin banyaknya pergantian

Undang Undang atupun perubahan Undang Undang maka nantinya yang

akan terjadi adalah banyaknya pejabat yang pensiun sehingga

mengakibatkan terjadi kekosongan jabatan dan Pegawai Negeri Sipil

(PNS) yang makin sedikit. Kekosongan jabatan inilah yang nantinya

membutuhkan pegawai negeri yang banyak. Mencari Pegawai Negeri Sipil

(PNS) sesuai dengan kompetensi ini sangat sulit ditemukan dan tidak

mudah. Disamping itu dengan keterbatasan SDM maka membutuhkan

anggaran yang besar.

Struktur Organisasi di Kabupaten Sleman masih belum ada

perubahan dan masih menggunakan peraturan perundang-undangan yang

lama. Sehingga semakin banyak perubahan mengenai Undang Undang,

semakin lambat untuk memperbaiki dan menata kembali struktur

organisasi di Kabupaten Sleman.

Pada era Otonomi Daerah saat ini dituntut peran dan keterlibatan

pegawai secara langsung dalam setiap kegiatan yang ada di pemerintah

daerah, agar pembangunan yang telah direncanakan dapat terlaksana

dengan baik, jelas, terarah dan tepat. Dengan demikian, pelaksaan

(55)

44

Pemerintah Daerah Sleman harus harus benar-benar sesuai menempatkan

pegawai negeri sipil pada tempat yang sesuai dengan kemampuan dan

profesionalitas yang dimiliki pegawai yang bersangkutan.

Pelaksanaan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam

jabatan struktural di Lingkungan Pemerintah Daerah Sleman berjalan

dengan baik. Namun apabila diamati lebih mendetail, maka nampak

bahwa penempatan belum sesuai dengan persyaratan yang digariskan

dalam peraturan pemerintah nomor 100 tahun 2000 Jo Peraturan

Pemerintah nomor 13 tahun 2002 yaitu penempatan pada jabatan

struktural harus memperhatikan persyaratan penempatan yaitu, pendidikan

formal, pendidikan dan pelatihan struktural, kompetensi yang dimiliki

pegawai yang bersangkutan, Pangkat minimal satu tingkat dibawah

pangkat terendah, DP3 baik dalam 2 tahun berturut-turut, dan pengalaman

minimal 2 kali pada jabatan sebelumya.

Berdasarkan wawancara dengan Samino, SIP, Mec,Dev selaku

kepala subidang penempatan pegawai Badan Kepegawaian daerah

Kabupaten Sleman pada tanggal 7 desember 2016 sebagai berikut:

Pada dasarnya pelaksanaannya telah sesuai dengan peraturan yang ada yaitu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dijadikan pedoman pengangkatan pejabat struktural di lingkungan

pemerintah daerah sleman.1

Proses pengangkatan dan penempatan pegawai dalam jabatan

struktural pada tahap awal merupakan tugas dari baperjakat, dimana semua

proses mereka yang mengolah, baik dalam kelengkapan administrasi,

1

(56)

45

kesiapan, dan faktor teknis lainnya. Sementara sistem informasi baperjakat

dikelola secara mandiri, oleh karena itu ada dinas yang mengetahui

pegawainya akan dimutasi atau diangkat atau diberhentikan dan ada dinas

yang tidak mengetahui sama sekali, mengingat proses ini merupakan

proses yang sangat rahasia. Untuk itulah sistem kerja Baperjakat lebih

banayk berhubungan dengan Badan Kepegawaian Daerah (BKD),

mengingat Badan Kepegawaian Derah yang mempunyai data aktual dan

terkini mengenai kepegawaian yang ada di lingkungan Pemerintah Daerah

Sleman.

Secara normatif berdasarkan ketentuan pelaksanaan maka

prosedur/mekanisme yang harus dilalui dalam pengusulan pengangkataan

dalam jabatan struktural yaitu:

1. Pejabat yang membidangi kepegawaian baik instansi pusat maupun

daerah mengiventarisir lowongan jabatan struktural yang ada disertai

persyaratan jabatannya.

2. Lowongan formasi jabatan struktural tersebut diinformasikan kepada

seluruh pimpinan satuaan organisasi eselon I, eselon II, atau eselon III

di lingkungan masing-masing.

3. Berdasarkan lowongan formasi jabatan tersebut, para pejabat struktural

eselon I, eselon II, atau eselon III secara hirarki mengajukan calon

yang memenuhi syarat guna mengisi lowongan jabatan kepala pejabat

yang berwenang dengna tembusan disampaikan kepada ketua

(57)

46

4. Sekretaris Baperjakat menyiapkan calon yang diusulkan untuk

diajukan daam sidang dengan dilampiri daftar riwayat hidup calon dan

daftar penilaian prestasi kerja/daftar penilaian pelaksanaan dalam dua

tahun terkhir.

5. Apabila yang diajukan hanya 1 (satu) orang calon, maka sekretaris

Baperjakat menyiapkan data calon lainnya yang memenuhi syarat

sehingga yang diajukan untuk dibahas dalam sidang Baperjakat

sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang calon.

Pejabat yang menduduki jabatan struktural di Kabupaten Sleman

memiliki kinerja yang baik sesuai hasil tes yang sudah ditempuhnya

selama melakukan seleksi pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS)

dalam jabatan struktural. Pertimbangan baperjakat dalam mengolah siapa

yang berhak menduduki jabatan struktural sudah melaksanakan tugasnya

dengan baik.

Bagan mekanisme pengangkatan/pemindahan Pegawai Negeri

Sipil (PNS) dari dan dalam jabatan struktural eselon III ke bawah (non

kepala OPD) di lingkungan pemerintah daerah sleman dapat digambarkan

sebagai berikut:

Bagan 1: Mekanisme Pengangkatan/Pemindahan Pegawai Negeri

Sipil (PNS) dalam Jabatan Struktural .

Usulan Instansi Database

(58)

47

Sumber : Badan Kepegawain Daerah (BKD) Kabupaten Sleman

Bagan mekanisme pengangkatan/pemindahan dari dan dalam

jabatan JPT Pratama dan Kepala OPD menduduki Jabatan Administrator

yaitu:

Bagan 2: Bagan Mekanisme Pengangkatan/Pemidahan dari dan

dalam Jabatan JPT Pratama dan Kepala OPD menduduki jabatan

Administrator.

Baperjakat

Tes Psikologi

Baperjakat

Bupati

Pendaftaran

Panitia Seleksi

Gambar

Tabel 1:  Eselon dan jenjang pangkat jabatan struktural

Referensi

Dokumen terkait

Atas partisipasi dan kerjasama para peserta lelang dalam pengadaan ini, kami ucapkan

Soleh, M, S.,2013, Pembangunan Website sekolah SMK Islam Sudirman Kedungjati, Tugas Akhir ,. Program Studi Sistem Informasi, Universitas

Sebagai kelanjutan dari proses pengumuman ini, pemenang sebagaimana tersebut di atas akan ditunjuk sebagai pelaksana pekerjaan dengan surat penunjukan oleh Pengguna Anggaran.

DAFTAR HARGA SATUAN DASAR BAHAN UNIVERSITAS JEMBER TAHUN ANGGARAN 2014.. SATUAN

D Berdasarkan Standar Dokumen Pengadaan Nomer 027.3/1789-ULP pada Bab III IKP Pasal 36.1 Poin a dan Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

dikenakan tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebesar tarif tertinggi Pajak Penghasilan yang berlaku pada saat penilaian kembali aktiva tetap dikurangi

salib yang dikenakan bagi pelaku jarimah hudud hirabah. Hukuman salib sebagai hukuman ta’zir dilakukan tanpa didahului atau disertai dengan. mematikan si pelaku

Jumlah proposal PKM yang lolos untuk seluruh perguruan tinggi di provinsi Aceh yang hanya 85 proposal masih jauh lebih rendah dengan jumlah proposal penelitian dosen yang