• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KESADARAN MEREK PADA NIAT BELI ULANG KONSUMEN DENGAN PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS MEREK SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KESADARAN MEREK PADA NIAT BELI ULANG KONSUMEN DENGAN PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS MEREK SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

REPURCHASE INTENTION WITH PERCEIVED QUALITY AND BRAND LOYALTY AS MEDIATING VARIABLE

Oleh

YUSAC ZAIN SUCHRONI 20130410368

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

i

REPURCHASE INTENTION WITH PERCEIVED QUALITY AND BRAND LOYALTY AS MEDIATING VARIABLE

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

Oleh

YUSAC ZAIN SUCHRONI 20130410368

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)
(4)

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (QS. Al

Mujadalah: 11)

Semangatmu, cintamu, tulusmu, sederhanamu, dan semua tentangmu mengajarkan aku pada satu hal yang tidak akan pernah terlupakan yaitu untuk selalu berterima kasih kepadamu wahai engkau Ayah dan Ibu no.1 diseluruh dunia. Terima kasih Ayahanda dan Ibunda yang sangat luar biasa mendidikku dengan cara yang tidak mudah. Seluruh keluarga besar yang dengan tulus memotivasiku untuk menjadi contoh yang baik bagi keluarga besarku, Kakek, Nenek, Adikku (Iqbal

abraham) teruskan hingga mencapai titik kesempurnaan dek, Kakakku

(Lanna Arurane) .Terima kasih telah menjadi warna dalam keluarga besarku. Pengukir kenangan indah pengantar pijakan masa dewasaku,

sahabat-sahabatku di Yogyakarta, Adhie, Fadli, Febi, Herdi, Ansar, Debby,

Ilham, Riezqo. Kejar terus mimpi-mimpi kita dahulu, mimpi untuk

sama-sama tersenyum disana nanti..  Thanks for all, ingat KITA dan KENANGAN indah itu. Ribuan Wanita yang ada, tetapi hanya kamu yang mampu mengubah segalanya, memberikan semangat yang ada, menginspirasi, dan memberikan kasih sayang yang tulus, iya.. Engkaulah satu dari jutaan pendudukan Indonesia, satu dari titik terindah yang pernah tergores, terima kasih engkau yang memang patut mendapatkan ini semua, Aulia Dewi

Aryani. Terima kasih.

Yogyakartaku tercinta, awal yang banyak memberikan bekal untuk kehidupan nanti. Keramahan, keindahan, sederhana tapi luar biasa, engkaulah Yogyakarta. Almamaterku,

Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

,

(5)

viii

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam penggunaan taktik mempengaruhi dalam niat beli ulang sepatu Nike dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaiaan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dr. Nano Prawoto, M.Si., yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan kemudaahan selama penulis menyelesaikan studi. 2. Ibu Indah Fatmawati, Dr., SE. M.Si yang dengan penuh kesabaran

telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian karya tulis ini.

Sebagai kata akhir, tiada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, lritik, saran dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk karya tulis dengan topik ini.

Yogyakarta, 30 Maret 2017

(6)

xi

E. Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis………... 17

1. Pengaruh Kesadaran Merek Terhadap Persepsi Kualitas…………... 17

2. Pengaruh Persepsi Kualitas Terhadap Niat Beli Ulang……….. 18

3. Pengaruh Kesadaran Merek Terhadap Loyalitas Merek……… 20

4. Pengaruh Lotalitas Merek Terhadap Niat Beli Ulang……… 21

5. Pengaruh Persepsi Kualitas Terhadap Loyalitas Merek………. 22

6. Pengaruh Kesadaran Merek Terhadap Niat Beli Ulang………. 23

7. Persepsi Kualitas Memediasi Pengaruh Kesadaran merek Terhadap Niat Beli Ulang……… 24

(7)

C. Sampel Penelitian……… 30

D. Metode Pengumpulan Data………. 31

E. Identifikasi Variabel……… 31

1. Variabel Independen………... 32

2. Variabel Pemediasi……….. 32

3. Variabel Dependen……….. 32

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian……… 33

1. Variabel Independen………... 33

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 45

A. Gambaran Umum Objek/Subjek penelitian……… 45

B. Uji Kualitas Intrumen dan Data………. 51

C. Analisis data dan Pengujian Hipotesis……… 56

D. Pembahasan……… 75

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN….. 81

A. Simpulan………. 81

B. Keterbatasan penelitian……… 83

C. Saran………... 83

(8)

4.2 Karakteristik Responden……… 51

4.3 Hasil Uji Validitas………...………... 53

4.4 Hasil Uji Reliabilitas…..……….... 54

4.5 Hasil Uji Deskriptif...………. 55

4.6 Hasil Uji Outlier……...……….. 60

4.7 Hasil Uji Normalitas…...……… 61

4.8 Hasil Uji Hipotesis……….. 63

4.9 Standarized Direct Effect……….. 65

4.10 Standarized Indirect Effect……….. 66

4.11 Standarized Direct Effect……… 67

4.12 Standarized Indirect Effect………. 67

4.13 Notes for Model……….. 68

4.14 Default Model………. 69

4.15 Hubungan antara Indikator………. 70

(9)

xii

4.1 Path Diagram………...58

(10)

xiii

Lampiran 2 Hasil Uji karakteristik responden………. 90

Lampiran 3 Hasil Uji deskriptif………... 92

Lampiran 4 Hasil Uji validitas………. 93

Lampiran 5 Hasil Uji reliabilitas……….. 94

Lampiran 6 Model Fit………..………. 95

Lampiran 7 Hasil Uji normalitas……….. 96

Lampiran 8 Hasil Uji outlier………….……… 98

Lampiran 9 Hasil Uji hipotesis…….………..……….. 101

Lampiran 10 Hasil Uji mediasi persepsi kualitas……….……… 102

Lampiran 11 Hasil Uji mediasi loyalitas merek………….………….. 104

(11)
(12)
(13)
(14)

vi

Loyalitas Merek sebagai Variabel Pemediasi. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa UMY yang pernah melakukan pembelian ulang sepatu Nike, Obyek dalam penelitian ini adalah sepatu Nike. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 130 responden yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Alat analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM).

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa kesadaran merek berpengaruh signifikan terhadap persepsi kualitas, persepsi kualitas tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap loyalitas merek, kesadaran merek berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek, kesadaran merek berpengaruh signifikan terhadap niat beli ulang, persepsi kualitas berpengaruh signifikah terhadap niat beli ulang, loyalitas merek berpengaruh signifikan terhadap niat beli ulang, persepsi kualitas sebagai variabel mediasi berpengaruh signifikan terhadap kesadaran merek dan niat beli ulang, loyalitas merek sebagai variabel mediasi berpengaruh signifikan terhadap kesadaran merek dan niat beli ulang.

(15)

vii

on consumer repurchase intention with quality perception and brand loyalty as the mediating variable. The subject of the research is the students of UMY who have ever re-bought Nike shoes. In this research, the samples are 130 respondents whom were selected by using the purposive sampling method. The analysis tool used is the Structural Equation Modeling (SEM).

Based on the conducted analysis, it was found that brand awareness has a significant effect towards quality perception, perceived quality does not has a significant effect to brand loyalty, brand awareness has a significant effect to brand loyalty, brand awareness has significant effect to repurchase intention, perceived quality has significant effect to repurchase intention, brand loyalty has significant effect to repurchase intention, perceived quality as the mediating variable has a significant effect to the brand awareness and repurchase intention, brand loyalty as the mediating variable has significant effect to the brand awareness and repurchase intention.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pengaruh pasar global yang melanda dunia menjanjikan suatu

peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di

Indonesia. Di satu sisi pengaruh pasar global memperluas pasar produk

dan di sisi lain keadaan tersebut menimbulkan persaingan yang semakin

tajam. Fungsi olahraga yang pada awalnya hanya sekedar media untuk

memberikan kesehatan bagi tubuh pun ikut berkembang, olahraga kini

telah menjadi salah satu gaya hidup bagi sebagian besar masyarakat, tidak

hanya masyarakat Indonesia, tapi juga masyarakat dunia pun telah

menjadikan olahraga ini menjadi bagian dari gaya hidup mereka atau yang

lebih sering kita dengar dengan lifestyle, tetapi secara tidak langsung

olahraga kini telah menjadi kebutuhan bagi kebanyakan orang baik itu

untuk membuat tubuh menjadi sehat ataupun hanya untuk sekedar menjadi

lifestyle sebagian besar orang.

Olahraga yang telah menjadi suatu kebutuhan inilah yang dilihat

(17)

semakin berkembang salah satunya adalah produk sepatu olahraga. Hal ini

dibuktikan dengan semakin banyaknya pelaku bisnis yang bergerak di

bidang pemasaran sepatu olahraga, baik itu perusahaan besar ataupun kecil.

Adanya peluang yang terbuka lebar inilah yang membuat persaingan bagi

produsen apparel olahraga yang memproduksi sepatu olahraga, salah

satunya perusahaan Nike, Inc

Sebuah perusahaan disamping mempunyai pemasaran yang bagus,

juga harus bisa memahami perilaku konsumen dari suatu pasar karena hal

ini merupakan salah satu hal penting yang dilakukan oleh produsen ataupun

oleh suatu perusahaan yang menjalankan usaha-usaha pemasaran, karena

dalam konsep pemasaran salah satu cara untuk mencapai tujuan perusahaan

adalah dengan menganalisis apa kebutuhan dan keinginan konsumen

dengan berbagai cara yaitu dengan merancang produk, melakukan promosi

dan menjalin hubungan dengan pelangan (Kotler, 2009), Sehingga

perusahaan dituntut untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

Merek sebagai salah satu atribut produk dipandang penting dalam

pengambilan keputusan pembelian. Merek (brand) adalah sesuatu yang

dapat memberi nilai tambah bagi perusahaan, merek sebagai aset non harga

menjadi komponen yang sangat penting sebab dengan merek konsumen

(18)

perusahaan dengan produk competitor (Andriyanto, 2009). Jika perusahaan

mampu membangun merek yang kuat dipikiran pelanggan melalui strategi

pemasaran yang tepat, perusahaan akan mampu membangun mereknya,

dengan demikian merek dapat memberi nilai tambah pada nilai yang

ditawarkan oleh produk kepada pelanggannya yang dinyatakan sebagai

merek yang memiliki ekuitas merek (Astuti & Cahyadi, 2007).

Ekuitas merek diartikan sebagai seperangkat aset dan liabilitas yang

berhubungan dengan sebuah merek, yaitu nama dan simbol yang dapat

menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa

kepada perusahaan atau kepada konsumen perusahaan (Andriyanto, 2009).

Pengukuran ekuitas merek dapat dilakukan dengan menganalisis dimensi

dasar ekuitas merek, yaitu: brand awareness, brand association, perceived

quality, brand loyalty (Aaker, 1996). Untuk mengenal suatu produk selain

dengan merek, dan untuk memberikan atau bahkan meningkatkan fungsi

merek maka diperlukan menanamkan brand awareness atau kesadaran

merek dalam ingatan konsumen dengan tujuan membedakan produk satu

dengan produk yang lain atau produk-produk pesaing (Jin, 2003).

Kesadaran merek merupakan elemen ekuitas yang sangat penting bagi

perusahaan karena kesadaran merek dapat berpengaruh secara langsung

(19)

rendah maka dapat dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga akan rendah.

Meningkatnya kesadaran konsumen telah membuat konsumen untuk

membeli merek kenal dan merek menguntungkan, oleh karena itu jika bisnis

ingin mengalahkan pesaing mereka, mereka harus membuat konsumen suka

membeli produk dan merek mereka. Keputusan pembelian konsumen dapat

dipengaruhi jika produk memiliki kesadaran merek yang tinggi.

Persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan atas atribut yang dianggap

penting baginya (Astuti & Cahyadi, 2007). Persepsi kualitas adalah persepsi

pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan

ditinjau dari fungsinya secara relative dengan produk-produk lain

(Simamora, 2001). Persepsi kualitas akan mempengaruhi keputusan

pembelian dan loyalitas pelanggan secara langsung, terutama ketika pembeli

tidak termotivasi atau dapat untuk mengadakan suatu analisis yang detail

(Lindawati, 2005). Konsumen akan lebih memilih merek yang sudah mereka

kenal karena persepsi konsumen bahwa merek tersebut dapat diandalkan.

Selain itu, konsumen juga merasa yakin bahwa merek tersebut dapat

menghindarkan mereka dari risiko pemakaian (Durianto, 2004). Persepsi

kualitas dapat membantu konsumen untuk memiliki penilaian subjektif pada

keseluruhan kualitas produk yang membuat produk mengadakan difrensiasi

yang menonjol dan menjadi merek selektif dalam benak konsumen (Aaker,

(20)

Loyalitas merek berkembang ketika merek yang sesuai dengan

keinginan personalitas image diri konsumen atau ketika merek mampu

memberikan kepuasan dan keuntungan bagi konsumenya. Loyalitas

pelanggan diawali dari tahap kognitif menuju ke tahap afektif dan

berkembang ke tahap konatif. Pada tahap pertama (kognitif) loyalitas masih

rendah, sedangkan pada tahap afektif pelanggan sudah memiliki rasa suka

terhadap merek, dan akhirnya pada tahap konatif pelanggan bersedia

menyarankan orang lain untuk menggunakan merek yang sama. Loyalitas

merek tidak terjadi tanpa melalui tindakan pembelian dan pengalaman

menggunakan suatu merek, hal ini yang membedakan loyalitas merek

dengan elemen ekuitas merek lainnya di mana pelanggan memiliki

kesadaran merek, persepsi kualitas dan asosiasi merek tanpa terlebih dahulu

membeli dan menggunakan merek (Aaker, 1996).

Dalam memutuskan membeli sepatu olahraga tersebut tersebut tentu saja

konsumen memperhatikan faktor-faktor yang membuat mereka berminat

membelinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan

pembelian ulang suatu produk, yaitu: kesadaran merek dan kepercayaan

konsumen atas merek. Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon

pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian

dari suatu kategori produk tertentu (Durianto, 2004). Pada umumnya

(21)

atas dasar pertimbangan kenyamanan, keamanan, dan lain-lain.

Bagaimanapun juga merek yang sudah mereka kenal menghindarkan

mereka dari risiko pemakaian karena asumsi mereka adalah merek yang

sudah dikenal dapat diandalkan. Selanjutnya, memandang kepercayaan

sebagai “sesuatu yang terutama dibentuk melalui prinsip-prinsip pembelajaran kognitif” (Mowen & Minor, 2002).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan pada masalah pokok yang terdapat pada

bagian latar belakang masalah. Masalah-masalah yang hendak dikemukakan

pada bagian ini dirumuskan dalam kalimat pertanyaan yang singkat dan

sederhana. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini:

1. Apakah kesadaran merek berpengaruh terhadap persepsi kualitas

sepatu olahraga Nike?

2. Apakah persepsi kualitas berpengaruh terhadap niat beli ulang sepatu

olahraga Nike?

3. Apakah kesadaran merek berpengaruh terhadap loyalitas merek

sepatu olahraga Nike?

4. Apakah loyalitas merek berpengaruh terhadap niat beli ulang sepatu

(22)

5. Apakah persepsi kualitas berpengaruh terhadap loyalitas merek

sepatu olahraga Nike?

6. Apakah kesadaran merek berpengaruh terhadap niat beli ulang

sepatu olahraga Nike?

7. Apakah persepsi kualitas memediasi pengaruh kesadaran merek

terhadap niat beli ulang sepatu olahraga Nike?

8. Apakah loyalitas merek memediasi pengaruh kesadaran merek

terhadap niat beli ulang sepatu olahraga Nike?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah dari suatu penelitian yang

disesuaikan dengan rumusan masalah yang menguraikan secara jelas apa

yang ingin dicapai dalam penelitian. Adapun tujuan penelitian ini:

1. Menganalisis pengaruh kesadaran merek terhadap persepsi kualitas

sepatu olahraga Nike.

2. Menganalisis pengaruh persepsi kualitas terhadap niat beli ulang

sepatu olahraga Nike.

3. Menganalisis pengaruh kesadaran merek terhadap loyalitas merek

sepatu olahraga Nike.

4. Menganalisis pengaruh loyalitas merek terhadap niat beli ulang

(23)

5. Menganalisis pengaruh persepsi kualitas terhadap loyalitas merek

sepatu olahraga Nike.

6. Menganalisis pengaruh kesadaran merek terhadap niat beli ulang

sepatu olahraga Nike.

7. Menganalisis persepsi kualitas memediasi pengaruh kesadaran

merek terhadap niat beli ulang sepatu olahraga Nike.

8. Menganalisis loyalitas merek memediasi pengaruh kesadaran merek

terhadap niat beli ulang sepatu olahraga Nike.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan dampak dari pencapaian tujuan,

adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi dan pengayaan bagi

pengembangan khasanah ilmu pengetahuan khususnya manajemen

pemasaran.

2. Bagi pelaku industri, sebagai panduan atau rekomendasi bagi praktisi

manajemen yang menjalankan bisnisnya, terutama yang berhubungan

dengan objek penelitian pemasaran mengenai pengaruh kesadaran

merek pada niat beli ulang konsumen dengan persepsi kualitas dan

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Ekuitas Merek

Ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah yang diberikan produk

dan jasa. Ekuitas merek dapat tercermin dalam konsumen berfikir, merasa,

dan bertindak dalam hubungan dengan merek bagi perusahaan. Ekuitas

merek timbul akibat perbedaan respon konsumen yakni pengetahuan

konsumen akan merek terdiri dari semua pikiran, perasaan, citra,

pengalaman, keyakinan, dan lain lain yang berhubungan dengan merek

(Kotler, 2009). Ekuitas merek merupakan nilai suatu merek berdasarkan

seberapa kuat nilai merek tersebut memilki nilai loyalitas merek, kesadaran

konsumen akan merek tersebut, kualitas yang dipersepsikan, asosiasi merek,

dan berbagai aset lainnya seperti hak paten, merek dagang dan hubungan

jaringan distribusi (Kotler, 2009).

Ekuitas merek dapat memberikan nilai bagi tambah bagi perusahaan

(Durianto, 2004). Empat elemen inti ekuitas merek (brand awareness,

perceived quality, brand associations, dan brand loyalty) yang kuat dapat

(25)

(1996), ekuitas merek dijabarkan pada empat dimensi, yaitu kesadaran merek

(brand awareness), persepsi kualitas merek (perceived quality), loyalitas

merek (brand loyalty), dan assosiasi merek (brand association).

B. Kesadaran Merek

Kesadaran merek (brand awareness) adalah kesanggupan seseorang

calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek

merupakan bagian kategori produk tertentu (Aaker, 1996). Kesadaran merek

adalah kekuatan keberadaan sebuah merek dalam pikiran pelanggan,

kekuatan tersebut ditunjukkan oleh kemampuan pelanggan mengenal dan

mengingat sebuah merek (Aaker, 1996). Kesadaran merek dapat membantu

mengkaitkan merek dengan asosiasi yang diharapkan oleh perusahaan,

menciptakan familiarity pelanggan pada merek dan menunjukkan komitmen

kepada pelanggannya. Tingkat kesadaran merek berkisar dari tingkat

recognize the brand, yaitu pelanggan dapat mengenal suatu merek, sampai

pada tingkat di mana merek menjadi dominant brand recalled. Merek

sebagai satu-satunya yang diingat dan menjadi identitas kategori produk. Saat

pengambilan keputusan pembelian konsumen dilakukan, kesadaran merek

memegang peran penting.

Merek menjadi bagian dari consideration set sehingga

(26)

Pelanggan cenderung membeli merek yang sudah dikenal karena mereka

merasa aman dengan sesuatu yang dikenal dan beranggapan merek yang

sudah dikenal kemungkinan bisa diandalkan dan kualitas yang bisa

dipertanggungjawabkan. Kesadaran merek adalah pengakuan dan

pengingatan dari sebuah merek dan pembedaan dari merek yang lain yang

ada di lapangan (East, 1997). Ada 4 tingkatan kesadaran merek:

1. Tidak menyadari merek (unaware of brand)

Tidak menyadari merek (unaware of brand) merupakan tingkat yang

paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen belum

mengenal atau tidak menyadari akan adanya suatu merek.

2. Pengenalan merek (brand recognition)

Pengenalan merek (brand recognition) merupakan tingkat minimal dari

kesadaran merek. tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling penting

pada saat seorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan

pembelian karena pada tingkatan ini konsumen akan dikenalkan pada suatu

merek.

3. Pengingatan kembali terhadap merek (brand recall)

Pengingatan kembali terhadap merek (brand recall) didasarkan pada

(27)

produk. Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan,

karena berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk

memunculkan merek tersebut.

4. Puncak pikiran (top of mind)

Puncak pikiran (top of mind) adalah apabila seseorang ditanya secara

langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan orang tersebut dapat

menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan

pertama kali merupakan puncak pikiran. Dengan kata lain, merek tersebut

merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada di dalam benak

konsumen.

C. Persepsi Kualitas

Persepsi kualitas (perceived quality) adalah persepsi konsumen terehadap

keseluruhan kualitas atau jasa layanan dengan maksud yang diharapkan

konsumen (Durianto, 2004). Persepsi pelanggan merupakan penilaian yang

tentunya tidak selalu sama antara pelanggan satu dengan lainnya. Persepsi

kualitas yang positif dapat dibangun melalui upaya mengidentifikasi dimensi

kualitas yang dianggap penting oleh pelanggan (segmen pasar yang dituju)

dan membangun persepsi kualitas pada dimensi penting pada merek tersebut

(28)

yaitu: kinerja merek, fitur, kesesuaian dengan spesifikasi, kehandalan,

ketahanan, dan serviceability. Pada kelas produk tertentu, dimensi penting

dapat dilihat langsung oleh pelanggan melalui penilaian kualitas secara

keseluruhan, misalnya banyaknya busa yang dihasilkan deterjen menandakan

kemampuan membersihkan yang lebih efektif. Persepsi kualitas yang positif

di pikiran pelanggan dapat memberikan berbagai keuntungan bagi

pengembangan merek, misalnya menciptakan positioning yang jelas dan

membuka peluang bagi perluasan merek. Persepsi kualitas adalah penilaiaan

terhadap konsistensi spesifikasi produk atau evaluasi terhadap nilai tambah

suatu produk. Persepsi kualitas dapat menunjukan diferensiasi yang menonjol

dari suatu produk atau layanan dan menjadi merek selektif dalam pikiran

konsumen (Aaker, 1996)

Alasan mengapa persepsi kualitas berbeda dengan kualitas yang

sebenarnya adalah sebagai berikut:

1. Citra buruk produk sebelumnya akan mempengaruhi penilaiaan

konsumen terhadap kualitas produk di masa depan, selain itu biarpun

kualitas produk telah berubah konsumen tidak akan percaya, karena

pengalaman mereka yang kurang menyenangkan sebelumnya (Aaker,

(29)

2. Produsen dan konsumen memilik pandangan yang berbeda pada

penilaian dari dimensi kualitas (Aaker, 1996).

3. Konsumen jarang memegang informasi yang cukup untuk mengevaluasi

produk secara objektif. Meskipun konsumen memiliki informasi yang

cukup, mereka mungkin tidak cukup dalam hal waktu dan motivasi

untuk melakukan penilaiian lebih lanjut, pada akhirnya mereka hanya

dapat memiliki sedikit informasi yang penting dan membuat evaluasi

pada kualitas (Wan, 2006).

Persepsi kualitas dipengaruhi oleh faktor seperti pengalaman

sebelumnya, tingkat pendidikan, resiko yang dirasakan, situasional variable:

tujuan pembelian, situasi pembelian, tekanan waktu, dan latar belakang sosial

dari konsumen (Holbrook & Corfrman, 1985).

D. Loyalitas Merek

Loyalitas merek adalah sejauh mana seorang konsumen menunjukan

sikap positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen pada merek

tertentu dan berniat untuk terus membelinya di masa depan (Mowen &

Minor, 2002). Pengertian loyalitas sebagai bentuk perilaku pelanggan yang

loyal terhadap merek dan tidak berganti merek. Loyalitas merek didasarkan

atas perilaku konsisten pelanggan untuk membeli sebuah merek sebagai

(30)

kebutuhannya (Assael, 1995). Selain sebagai bentuk perilaku pembelian yang

konsisten, loyalitas merek juga merupakan bentuk sikap positif pelanggan

dan komitmen pelanggan terhadap sebuah merek di atas merek lainnya

(Dharmmesta, 2002). Loyalitas merek diawali dari tahap kognitif menuju ke

tahap afektif dan berkembang ke tahap konatif. Pada tahap pertama (kognitif)

loyalitas masih rendah, sedangkan pada tahap afektif pelanggan sudah

memiliki rasa suka terhadap merek dan akhirnya pada tahap konatif

pelanggan bersedia menyarankan orang lain untuk menggunakan merek yang

sama. Loyalitas merek tidak terjadi tanpa melalui tindakan pembelian dan

pengalaman menggunakan suatu merek (Aaker, 1996). Hal ini membedakan

loyalitas merek dengan elemen ekuitas merek lainnya di mana pelanggan

memiliki kesadaran merek, kesan kualitas dan asosiasi merek tanpa terlebih

dahulu membeli dan menggunakan merek. Loyalitas merek adalah konsumen

memenuhi pengalaman masa lalu mereka dalam penggunaan merek yang

sama dan dikenakan prilaku pembelian kembali (Assael, 1995). Loyalitas

merek merupakan komitmen pembelian kembali dalam waktu pembelian

yang menjanjikan konsumen tidak akan mengubah loyalitas merek mereka di

berbagai situasi dan masih membeli merek yang menguntungkan mereka

(Oliver, 1999).

Menurut (Fornell, 1992) Loyalitas merek dapat diukur dengan 2

(31)

1. Loyalitas efektif adalah preferensi merek tertentu dari akumulatif

kepuasan menggunakan pengalaman sebelumnya Jacoby & Chestnut

(1978) dalam Chi., et al (2009).

2. Loyalitas tindakan adalah konsumen tidak hanya memiliki prefrensi

untuk merek tertentu tetapi juga melakukan tindakan pembelian

berulang-ulang Jacoby & Chestnut (1978) dalam Chi., et al (2009).

E. Niat Beli Ulang

Niat beli ulang adalah niat untuk melakukan pembelian kembali pada

suatu produk dimasa yang akan datang (Kinnear & Taylor, 1995). Niat beli

ulang juga merupakan penyebab terjadinya perilaku sehingga dapat

menjadikan masukan bagi pemilik maupun pemasar untuk menyusun strategi

pemasaran yang tepat agar meningkatkan niat konsumen untuk melakukan

beli ulang pada produk yang ditawarkan sehingga pada akhirnya akan

meningkatkan profitabilitas dan keberlanjutan perusahaan. Pembelian ulang

tersebut sangat dipengaruhi tingkat loyalitas merek yang dimiliki pelanggan.

Selain itu, konsumen yang loyal juga akan sukarela merekomendasikan untuk

menggunakan merek tersebut kepada orang lain yang pada akhirnya akan

meningkatkan keuntungan perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Kang (2012) menyatakan bahwa niat beli

(32)

Semakin kuat niat beli ulang konsumen untuk melakukan pembelian maka

semakin besar pula prediksi perilaku atau tujuan keperilakuan itu terjadi.

Banyak pemasar dan pakar ekonomi menggunakan niat beli ulang untuk

memprediksi pembelian serta kecenderungan ekonomi di masa yang akan

datang (Assael, 1995).

Proses pengambilan keputusan pembelian konsumen terbagi atas lima

tahap: (1) pengakuan masalah, (2) pencarian informasi, (3) evaluasi

alternative, (4) keputusan pembelian, (5) prilaku pasca pembelian. Niat beli

ulang adalah kecendrungan subjektif terhadap produk dan bisa menjadi

indeks penting untuk memprediksi prilaku konsumen (Fishbein & Ajzen,

1996). Niat beli ulang dapat dibagi menjadi beberapa tahapan (Engel, 1995):

1. Pembelian yang tidak direncanakan

Pada tahap ini Konsumen membuat semua keputusan untuk membeli

kategori produk dan merek di toko.

2. Sebagian pembelian yang direncanakan

Konsumen hanya memutuskan kategori produk dan spesifikasi dalam

membeli suatu produk, merek dan akan memutuskannya di toko.

3. Pembelian yang sepenuhnya direncanakan

Konsumen terlebih dahulu sudah memutuskan produk dan merek yang

(33)

F. Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis

Kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel

yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan yang Selanjutnya

dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang

hubungan antara variabel penelitian. Sintesa tentang hubungan variabel

tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (sugiyono,

2010)

1. Pengaruh Kesadaran Merek Terhadap Persepsi Kualitas

Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk

mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian

dari kategori tertentu (Aeker, 1996). Kesadaran menggambarkan keberadaan

merek di dalam pikiran konsumen yang dapat menjadi penentu dalam

berbagai kategori. Penelitian yang dilakukan (Anggraini, 2009) menyatakan

bahwa Kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek dan loyalitas

merek mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan.

Kesadaran merek berperan penting bagi seseorang ketika mengambil

sebuah keputusan pembelian karena ketika konsumen sadar akan keberadaan

(34)

produk tersebut sebelum memutuskan untuk membeli atau tidak. Kesadaran

merek menggambarkan keberadaan merek didalam pikiran konsumen, yang

dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan biasanya mempunyai

peranan kunci dalam brand equity. Meningkatkan kesadaran adalah suatu

mekanisme untuk memperluas pasar merek. Kesadaran merek juga

mempengaruhi persepsi dan tingkah laku. Jadi kesadaran merek adalah

kemampuan konsumen untuk mengingat suatu brand dan yang

menjadikannya berbeda bila dibandingkan dengan brand lainnya. penelitian

yang dilakukan oleh Chi, Yeh, & Yang (2009) menunjukkan bahwa

kesadaran merek memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi kualitas,

berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik hipotesis:

H1: Kesadaran merek berpengaruh positif terhadap persepsi kualitas.

2. Pengaruh Persepsi kualitas Terhadap Niat Beli Ulang

Simamora (2000) mengatakan bahwa apabila bicara mengenai kualitas,

maka terdapat objektif dan kualitas menurut konsumen (perceived quality),

yang terpenting adalah persepsi dimata konsumen. Persepsi kualitas tidak

hanya diciptakan oleh kualitas merek yang tampak seperti keandalan atau

kinerja merek, namun juga dapat dibentuk oleh beberapa dimensi lain, seperti

(35)

dan karakteristik yang membuat produk dapat memuaskan kebutuhan, baik

yang dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan (Kotler, 2009). dalam

literatur-literatur pemasaran, istilah “kualitas” mempunyai ruang lingkup

yang beragam. kualitas dalam pandangan konsumen, (perceived quality)

adalah yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan

kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang

biasa dikenal dengan kualitas sebenarnya Zeithaml dalam Eka (2001).

Kualitas dalam pandangan konsumen lebih merupakan respon subjektif

konsumen terhadap fenomena produk sehingga cenderung relatif. Persepsi

kualitas (perceived quality) mempunyai peranan yang penting dalam

membangun suatu merek dan sangat berpegaruh pada keputusan pembelian

konsumen. Penelitian yang dilakukan (Hngau, 2012) hasil penelitian

menunjukkan bahwa bagian ekuitas merek yakni loyalitas merek dan

persepsi kualitas sangat berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian konsumen Nokia. Penelitian yang dilakukan oleh Chi, Yeh, &

Yang (2009) menunjukkan bahwa presepsi kualitas memiliki pengaruh

signifikan terhadap niat beli ulang, berdasarkan uraian diatas maka dapat

ditarik hipotesis:

(36)

3. Pengaruh Kesadaran Merek Terhadap Loyalitas Merek

Loyalitas merek merupakan respon perilaku yang bersifat bias, menurut

(Dharmmesta, 2002) mengungkapkan bahwa penelitian tentang loyalitas

merek selalu berkaitan dengan preferensi konsumen dan pembelian aktual.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Oliver, 1999) bahwa loyalitas merek

merupakan komitmen pembelian kembali dalam waktu pembelian yang

konsumen akan tidak mengubah loyalitas merek mereka di bawah situasi

yang berbeda dan masih membeli merek yang menguntungkan mereka.

dalam proses pembelian biasanya adalah menyeleksi sekumpulan merek

untuk dipertimbangkan, oleh karena itu pengingatan kembali merek (brand

recall) menjadi penting. Jika sebuah merek berada dalam ingatan konsumen,

maka merek tersebut akan dipertimbangkan untuk dipilih dalam keputusan

pembeliannya. Selain itu pelanggan juga akan selalu mempertimbangkan

merek-merek top of mind sebelum memutuskan membeli suatu produk

tertentu, meskipun fakta menunjukkan bahwa tidak semua merek yang

menempati top of mind juga disukai pelanggan. Saat pengambilan keputusan

pembelian dilakukan, kesadaran merek memegang peranan penting (Astuti

dan Cahyadi, 2007). Merek menjadi bagian dari consideration set sehingga

(37)

Pelanggan cenderung membeli merek yang sudah dikenal karena mereka

merasa aman dengan sesuatu yang dikenal dan beranggapan merek yang

sudah dikenal bisa diandalkan dan kualitasnya bisa dipertanggungjawabkan.

Penelitian yang berkaitan dengan kesadaran merek juga dilakukan oleh

(Astuti dan Cahyadi, 2007) yang membuktikan bahwa kesadaran merek

mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian, hasil yang ditemukan

menunjukkan bahwa merek yang terkenal dengan tingkat kesadaran merek

yang tinggi dapat menyebabkan pelanggan memiiki rasa percaya diri atas

keputusan pembelian yang dibuat. Dengan demikian, maka loyalitas

konsumen terhadap suatu produk dapat dibangun. Penelitian yang dilakukan

oleh Chi, Yeh, & Yang (2009) menunjukkan bahwa kesadaran merek

memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas merek, berdasarkan uraian

diatas maka dapat ditarik hipotesis:

H3: Kesadaran merek berpengaruh positif terhdap loyalitas merek.

4. Pengaruh Loyalitas Merek Terhadap Niat Beli Ulang

Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan suatu ukuran keterkaitan

pelanggan kepada sebuah merek, ukuran ini mampu memberikan gambaran

mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama

(38)

atribut lain. Seorang pelanggan yang sangat loyal kepada suatu merek tidak

akan dengan mudah memindahkan pembelianya ke merek lain, apapun yang

terjadi dengan merek tersebut. Bila loyalitas pelanggan terhadap suatu merek

meningkat, kerentanan kelompok pelanggan tersebut dari ancaman dan

serangan merek produk pesaing dapat dikurangi. Penelitian terdahulu yang

dilakukan (Setyawan, 2010) Hasil penelitian menunjukkan bahwa loyalitas

terhadap merek akan menciptakan keinginan untuk selalu menggunakan

merek tersebut yang akan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan

pembelian. Penelitian yang dilakukan oleh Chi, Yeh, & Yang (2009)

menunjukkan bahwa loyalitas merek memiliki pengaruh signifikan terhadap

niat pembelian ulang. berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik hipotesis:

H4: Loyalitas merek berpengaruh positif terhdap niat beli ulang.

5. Pengaruh Persepsi Kualitas Terhadap Loyalitas Merek

Persepsi kualitas (perceived quality) merupakan persepsi pelanggan dari

kualitas sebuah produk atau keunggulannya berkenaan dengan maksud yang

diharapkan (Hngau, 2012). Dalam banyak konteks, kesan kualitas sebuah

merek memberikan alasan yang penting untuk membeli, mempengaruhi

merek – merek mana yang mesti dipertimbangkan dan pada gilirannya

mempengaruhi merek apa yang dipilih (Hngau, 2012). Sedangkan penelitian

(39)

Pepsodent dimana semakin tinggi tingkat persepsi kualitas pelanggan maka

akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Penelitian yang dilakukan oleh Chi, Yeh, & Yang (2009)

menunjukkan bahwa persepsi kualitas memiliki pengaruh signifikan terhadap

loyalitas merek, Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik hipotesis:

H5: Persepsi kualitas berpengaruh positif terhadap loyalitas merek.

6. Pengaruh Kesadaran Merek Terhadap Niat Beli Ulang

Kesadaran merek (brand awareness) adalah kesanggupan seseorang

pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian

dari suatu kategori produk tertentu (Durianto, 2004). Peran kesadaran merek

(brand awareness) dalam ekuitas merek tergantung pada tingkatan akan

pencapaian kesadaran di benak konsumen. Tingkatan brand awareness yang

paling rendah adalah tidak menyadari merek (anware of brand), tingkatan

kedua adalah pengenalan merek (brand recognition) atau disebut sebagai

tingkatan pengingatan. Pada penelitian Ariyan (2011) untuk kasus produk air

mineral Aqua, dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa semakin tinggi

kesadaran merek konsumen terhadap merek suatu produk semakin kuat

keputusan pembelian konsumen. Jika semakin kecil tingkat risiko suatu

(40)

keputusan pembeliannya. Dalam penelitian Macdonald (2000), menunjukan

bahwa brand awerness merupakan bagian penting dalam konsumen guna

memilih suatu barang yang diharapkan. Penelitian yang dilakukan oleh Chi,

Yeh, & Yang (2009) menunjukkan bahwa kesadaran merek memiliki

pengaruh signifikan terhadap niat beli ulang, berdasarkan uraian diatas maka

dapat ditarik hipotesis:

H6: Kesadaran merek berpengaruh positif terhadap niat beli ulang.

7. Persepsi kualitas memediasi pengaruh Kesadaran Merek terhadap Niat Beli Ulang.

Persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas

atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud

yang diharapkan (Rangkuti, 2004). Produk tidak akan disukai dan tidak akan

bertahan lama di pasar jika kualitas yang dirasakan pelanggan negatif,

sebaliknya jika kualitas yang dirasakan pelanggan positif, maka produk akan

disukai dan dapat bertahan lama di pasar (Hamidi, 2014). brand awareness

mengacu sejauh mana sebuah merek dikenal atau tinggal dalam benak

pelanggan, Merek yang dikenal akan menjadi merek yang mudah

mendapatkan perhatian, dan brand awareness akan mempengaruhi penilaian

terhadap brand association, perceived quality, dan brand loyalty (Aaker,

(41)

berpengaruh langsung terhadap perceived quality. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Chi, Yeh, & Yang (2009) menunjukkan bahwa variabel

persepsi kualitas memediasi pengaruh antara kesadaran merek dan niat beli

ulang, berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik hipotesis:

H7: Persepsi kualitas memediasi pengaruh kesadaran merek terhadap niat

beli ulang.

8. Loyalitas Merek memediasi pengaruh Kesadaran Merek terhadap Niat Beli Ulang.

Loyalitas merek adalah inti dari brand equity yang menjadi gagasan

sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan suatu ukuran keterkaitan

seorang pelanggan pada sebuah merek. apabila loyalitas merek meningkat,

maka kerentanan kelompok pelanggan dari serangan kompetitor dapat

dikendalikan (dikurangi). Hal tersebut mengindikasikan bahwa brand equity

yang berkaitan dengan perolehan laba di masa yang akan datang karena

loyalitas merek secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan di masa

depan (Rangkuti, 2004). Hal itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Erviana & Sunarti (2013) dimana berdasarkan hasil pengujian penelitian

tersebut menunjukan bahwa variabel loyalitas merek berpengaruh positif dan

signifikan terhadap ekuitas merek. Kesadaran merek berhubungan langsung

(42)

merek dan akan membeli merek itu kembali (Subhani & Osman, 2009).

Kesadaran merek, persepsi kualitas, dan loyalitas merek secara positif terkait

dengan keputusan pembelian (Souiden & Pons, 2009). Loyalitas merek

berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian maka dari itu Konsumen

harus memiliki perasaan positif terhadap merek yang akan menghasilkan niat

beli (Wang & Kan, 2002).

Ketika kesadaran merek tinggi maka loyalitas merek juga semakin

meningkat. Konsumen akan mengevaluasi persepsi kualitas produk yang

mereka beli dalam rangka post-purchase (Kotler, 2008). Pada akhimya,

loyalitas dan preferensi merek akan meningkatkan minat membeli. penelitian

yang dilakukan oleh Chi, Yeh, & Yang (2009) menunjukkan bahwa variabel

loyalitas merek memediasi pengaruh kesadaran merek terhadap niat beli

ulang, berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik hipotesis:

H8 : Loyalitas merek memediasi pengaruh kesadaran merek terhadap niat

beli ulang.

G. Model Penelitian

Dalam model penelitian terdapat beberapa jenis variabel, Menurut

Sekaran (2006) ada empat jenis variabel yaitu: variabel terikat (dependent

variable), variabel bebas (independent variable), variabel mediasi (mediating

(43)

Di dalam penelitian ini terdapat tiga jenis variabel yang digunakan

yakni terdiri atas variabel independen yaitu kesadaran merek, variabel

pemediasi yaitu persepsi kualitas, loyalitas merek dan variabel dependen

yaitu niat beli ulang, yang dapat dilihat pada Gambar 2.1

(44)

Pada Gambar 2.1 terdapat 4 variabel utama dalam penelitian ini, yaitu

kesadaran merek, persepsi kualitas, loyalitas merek dan niat beli ulang.

Kesadaran merek berpengaruh terhadap persepsi kualitas, loyalitas merek

dan niat pembelian ulang, Persepsi kualitas berpengaruh terhadap loyalitas

merek dan niat beli ulang, loyalitas merek berpengaruh terhadap niat beli

ulang, persepsi kualitas memediasi pengaruh kesadaran merek terhadap niat

beli ulang, loyalitas merek memediasi pengaruh kesadaran merek terhadap

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian menjelaskan bagaimana peneliti memahami

suatu masalah, serta kriteria penulisan sebagai landasan untuk menjawab

permaslahan peneitian pradigma penelitian diklasifikasikan ke dalam

kelompok penelitian kuantitatif dan penelitin kualitatif (Sugiyono, 2010).

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah

suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa

angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin

diketahui (Sugiyono, 2010).

B. Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi

objek penelitian (Sugiyono, 2010). Objek dalam penelitian ini adalah

sepatu olahraga Nike, sedangkan subjek yang digunakan dalam penelitian

(46)

C. Sampel Penelitian

Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota

populasi. Dalam suatu penelitian tidak mungkin peneliti mengamati secara

detail semua keseluruhan anggota populasi, oleh karena itu peneliti akan

meneliti dalam jumlah kecil yang sering disebut sampel. Dengan meneliti

sampel, seorang peneliti dapat menarik kesimpulan yang dapat di

generalisasikan untuk seluruh populasinya (Ferdinand, 2006). Sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2010). Sampel ini diambil karena penelitian ini tidak

mungkin meneliti seluruh anggota populasi konsumen sepatu olahraga

Nike di kalangan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Purposive

sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan sesuai dengan tujuan

penelitian yang telah ditetapkan (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini

peneliti mengambil sampel sebanyak 130 responden mereka adalah

mahasiswa UMY. Adapun kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini

yaitu: 1) responden adalah mahasiswa aktif UMY, 2) responden pernah

menggunakan sepatu olahraga Nike minimal 2 bulan, 3) responden pernah

(47)

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah survei dengan

menggunakan kuisioner. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010).

Kuisioner dari penelitian ini merupakan kuisioner yang menggunakan

skala Likert 1-5 poin, untuk mengklasifikasi variabel - variabel yang akan

diukur dalam penelitian tersebut. Skala Likert ini biasa digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang

kejadian atau gejala social, dengan menggunakan skala Likert, maka

variabel yang diukur dan dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian sub

variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.

Akhirnya indikator-indikator yang dapat terukur ini dapat dijadikan titik

tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan yang perlu

dijawab oleh responden (Riduwan, 2004).

E. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat dari orang, obyek

atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Berkaitan

(48)

independen, variabel pemediasi, dan variable dependen diuraikan sebagai

berikut:

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel

dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya

negatif (Ferdinand, 2006). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

kesadaran merek (brand awareness)

2. Variabel Pemediasi

Variabel pemediasi adalah variable penyela atau antara variabel

independen dengan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak

langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen

(Sugiyono, 2010). Variabel mediasi dalam penelitian ini adalah persepsi

kualitas dan loyalitas merek.

3. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian

peneliti (Ferdinand, 2006). Variabel dependen yaitu variabel yang nilainya

dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian

(49)

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Menurut Azwar (2003) definisi opersional adalah suatu definisi

mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik

variabel tersebut yang dapat diamati.

1. Variabel Independen

Kesadaran merek adalah kekuatan keberadaan sebuah merek dalam

pikiran pelanggan, Kekuatan tersebut ditunjukkan oleh kemampuan

pelanggan mengenal dan mengingat sebuah merek (Aaker, 1996).

Kesadaran merek adalah pengakuan dan pengingatan dari sebuah merek

dan pembedaan dari merek yang lain yang ada di lapangan yang diukur

melalui indikator (East, 1997):

a. Kemampuan untuk mengenali produk.

b. Kemampuan mengingat merek.

c. Pengetahuan terhadap produk.

d. Kemudahan dalam penggunaan.

e. Keakraban dengan merek.

f. Ciri khas yang membedakan produk.

g. Kemampuan pelanggan dalam mengenali varian merek produk

(50)

2. Variabel Pemediasi

Persepsi kualitas (perceived quality) adalah persepsi konsumen

trehadap keseluruhan kualitas atau jasa layanan dengan maksud yang

diharapkan konsumen (Durianto, 2004). Persepsi kualitas adalah penilaiaan

terhadap konsistensi spesifikasi produk atau evaluasi terhadap nilai tambah

suatu produk yang diukur melalui indikator (Bhuian, 1997):

a. Overall quality (persepsi pelanggan terhadap penampilan suatu merek

produk).

b. Reliability/kehandalan (persepsi pelanggan terhadap kehandalan suatu

merek produk).

c. Functional (persepsi pelanggan terhadap kemudahan dalam

mengoperasikan fitur-fitur suatu merek).

d. Popularitas suatu merek produk.

e. Kualitas produk yang diharapkan konsumen.

f. Kenyamanan penggunaan produk.

g. Harga yang sesuai kualitas

Loyalitas merek adalah sejauh mana seorang konsumen menunjukan

sikap positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen pada merek

tertentu, dan berniat untuk terus membelinya di masa depan (Mowen &

(51)

adalah sikap konsumen pada preferensi merek dari penggunaan

sebelumnya dan pengalaman belanja dari produk yang diukur melalui

indikator:

a. Kebiasaan memilih merek.

b. Kepuasan terhadap merek.

c. Komitmen pelanggan.

d. Rekomendasi pelanggan ke pihak lain.

e. Kefanatikan terhadap merek.

f. Penggunaan yang berkelanjutan terhadap merek

3. Variabel Dependen

Niat beli ulang merupakan penyebab terjadinya perilaku sehingga dapat

menjadikan masukan bagi pemilik maupun pemasar untuk menyusun

strategi pemasaran yang tepat agar meningkatkan niat konsumen untuk

melakukan pembelian ulang pada produk yang ditawarkan sehingga pada

akhirnya akan meningkatkan profitabilitas dan keberlanjutan perusahaan.

Niat beli ulang adalah kecendrungan subjektif terhadap produk dan bisa

menjadi indeks penting untuk memprediksi prilaku konsumen yang diukur

melalui indikator (Fishbein & Ajzen, 1975):

a. Kecepatan memutuskan memilih merek.

(52)

c. Prioritas dalam membeli.

d. Kemantapan membeli.

e. Spesifikasi produk.

Ringkasan variabel dan indikator beserta dengan sumber dalam

penelitian ini dirangkum dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Indikator Sumber

(53)

Variabel Indikator 3. Functional (persepsi

pelanggan terhadap 5. Kualitas produk yang

(54)

Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur indikator-indikator

pada variabel independen, variabel pemediasi dan variabel dependen

tersebut adalah dengan menggunakan Skala Likert (1-5) yang mempunyai

lima tingkat preferensi jawaban masing-masing mempunyai skor 1-5

dengan rincian sebagai berikut:

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

2 = Tidak Setuju (TS)

3 = Tidak Ada Pendapat (TAP)

4 = Setuju (S)

5 = Sangat Setuju (SS)

G. Pengujian Kualitas Instrumen

Metode pengujian instrument dimaksudkan untuk menguji validitas

dan reliabilitas kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian sehingga

dapat diketahui sampai sejauh mana kuesioner dapat menjadi alat pengukur

yang valid dan reliable dalam mengukur suau gejala yang ada.

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

(55)

mengukur apa yang hendak diukur (Ferdinand, 2006). Suatu kuesioner

dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Misalkan mengukur keputusan pembelian yang terdiri dari lima pertanyaan,

maka pertanyaan tersebut harus bisa secara tepat mengungkapkan seberapa

besar tingkat keputusan pembelian. Jadi validitas ingin mengukur apakah

pertanyaan dalam kuesioner yang sudah kita buat betul-betul dapat

mengukur apa yang hendak kita ukur.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan uji kehandalan yang bertujuan untuk

menganalisis seberapa jauh alat ukur dapat dipercaya. Instrument dikatakan

reliabel apabila instrument tersebut cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpulan data. Suatu variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai cronbach alpha > 0,7 (Ghozali, 2011). Dalam penelitian

ini jawaban kuesioner yang diperoleh dari kuisioner bersifat berjenjang

atau tidak bersifat dikotomi (mempunyai dua alternatif jawaban), sehingga

akan digunakan teknik pengujian dengan metode Cronbach alpha

(56)

H. Metode Analisis Data

Analisis data adalah interprestasi untuk penelitian yang ditujukan

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam rangka

mengungkap fenomena sosial tertentu (Santoso, 2012). Analisis data adalah

proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan

diimplementasikan (Santoso, 2012).

Teknik analisis digunakan untuk menginterpretasikan dan menganalisis

data. Sesuai dengan model yang dikembangkan dalam penelitian ini maka

alat analisis data yang digunakan adalah SEM (Structural Equation

Modeling), yang dioperasikan melalui program IBM SPSS AMOS 22

(Ghozali, 2011) .

Teknik analisis data menggunakan tahapan pemodelan dan analisis

persamaan struktural menjadi 7 langkah menurut Ghozali (2011), yaitu:

1) Pengembangan model secara teoritis

2) Menyusun diagram jalur (path diagram)

3) Mengubah diagram jalur menjadi persamaan struktural

4) Memilih matrik input untuk analisis data

5) Menilai identifikasi model

(57)

Berikut ini penjelasan secara detail mengenai masing-masing tahapan :

1. Pengembangan model secara teoritis

Pengembangan model dalam SEM, adalah pencarían atau

pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang

kuat. Dengan perkataan lain, tanpa dasar teoritis yang kuat, SEM tidak

dapat digunakan. Hal ini disebabkan karena SEM tidak digunakan untuk

menghasilkan sebuah model, melainkan digunakan untuk mengkomfirmasi

model teoritis tersebut melalui data empirik. SEM bukan untuk

menghasilkan kausalitas, melainkan membenarkan adanya kausalitas

teoritis melalui uji data empirik. Itulah sebabnya uji hipótesis mengenai

perbedaan dengan menggunakan uji chi-square.

2. Menyusun diagram jalur (path diagram)

Model teoritis yang telah dibangun selanjutnya digambarkan dalam

sebuah path diagram, untuk mempermudah peneliti melihat

hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diuji. didalam pemodelan SEM, ditetapkan

konstruk (construct) atau faktor (factor) yaitu konsep yang memiliki

pijakan teoritis yang cukup untuk menjelaskan berbagai bentuk hubungan.

Untuk itu perlu ditentukan diagram alur dalam artian berbagai konstruk

yang akan digunakan dalam penelitian. Konstruk-konstruk dalam diagram

(58)

dan konstruk endogen. Konstruk eksogen dikenal pula sebagai variabel

independen yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam model. Konstruk

endogen adalah faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa

konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi satu atau beberapa

konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk eksogen hanya dapat

berhubungan kausal dengan konstruk endogen.

3. Mengubah diagram jalur menjadi persamaan structural.

Setelah model teoritis dikembangkan dan digambar dalam sebuah

diagram alur, kemudian mengkonversi spesifikasi model tersebut ke dalam

rangkaian persamaan. Persamaan yang dibangun akan terdiri dari

persamaan struktural (structural equations) dan persamaan spesifikasi

model pengukuran (measurement model). Persamaan struktural dirumuskan

untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk. Sedangkan

dalam persamaan spesifikasi model pengukuran ditentukan variabel mana

mengukur konstruk mana, serta menentukan matrik yang menunjukkan

korelasi yang dihipotesiskan antar konstruk.

4. Memilih matrik input untuk analisis data

SEM hanya menggunakan matrik varian/kovarian atau matrik korelasi

sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukan. Matrik

(59)

dengan ±1 dan karena itu memungkinkan untuk melakukan perbandingan

yang langsung antara koefisien dalam model. Matrik kovarian umumnya

lebih banyak digunakan dalam penelitian mengenai hubungan, sebab

stándard error yang dilaporkan dari berbagai penelitian umumnya

menunjukkan angka yang kurang akurat bila matrik korelasi digunakan

sebagai input. Pada penilitian ini pengolahan dilakukan dengan bantuan

program komputer yaitu AMOS, merupakan salah satu program yang

handal untuk análisis model kausalitas. Karena jumlah sampel dalam

penelitian ini berada antara 100 sampai dengan 200 maka teknik analisis

yang dipilih adalah Maximum Likelihood Estimation (ML) dan Generalized

Least Square Estimation.

5. Menilai identifikasi model

Masalah identifikasi pada prinsipnya adalah masalah mengenai

ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan

estimasi yang unik. Masalah identifikasi dapat muncul melalui

gejala-gejala sebagai berikut:

a. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat

besar.

b. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang

(60)

c. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang

negatif.

d. Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi

yang didapat misalnya lebih dari 0,9.

6. Mengevaluasi estimasi model

Tindakan pertama yang dilakukan adalah mengevaluasi apakah data

yang digunakan dapat memenuhi asumsi SEM. Setelah

asumsi-asumsi SEM terpenuhi, langkah berikutnya adalah menentukan kriteria

yang akan digunakan untuk mengevaluasi model dan pengaruh-pengaruh

yang ditampilkan dalam model. Evaluasi model dilakukan melalui uji

kesesuaian dan statistik, serta uji reliabilitas.

7. Interpretasi terhadap model

Langkah terakhir adalah menginterpretasikan model dan

memodifikasikan model bagi model-model yang tidak memenuhi syarat

pengujian yang dilakukan. Namun harus diperhatikan, bahwa segala

modifikasi (walaupun sangat sedikit) harus berdasarkan teori yang

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian

1. Sejarah sepatu olahraga Nike

Salah satu perusahaan yang menjadi market leader dalam penjualan

sepatu olahraga adalah Nike. Nike merupakan salah satu produsen sepatu

olahraga yang terkemuka didunia. Sejarah Nike tidak terlepas dari dua

tokoh pendiri Nike, yaitu Bill Bowerman dan Phil Knight. Pada tahun

1971, Nike resmi dibentuk. Setelah Nike dibentuk, mulailah dikenal

produk-produk sepatu olahraga dari Nike yang berawal dari penjualan

langsung di stadion-stadion atletik di Amerika Serikat.

Pada tahun 1970 Nike pun berkembang dengan memasarkan

produk-produknya kepada pelari non-profesional. Semenjak saat itu, produk sepatu

lari Nike makin dikenal dan digunakan oleh para pelari profesional maupun

pelari non-profesional di Amerika Serikat. Produk-produk dari Nike mudah

(62)

memproduksi sepatu lari saja. Namun, saat ini banyak produk-produk dari

Nike tidak hanya sepatu lari saja yaitu seperti sepatu basket, sepak bola,

futsal, dan golf.

Nike memasuki pangsa pasar di Indonesia sejak tahun 1988.

Sepatu-sepatu yang ditawarkan Nike pada saat itu sepertiganya merupakan

produksi langsung dari Amerika Serikat. selanjutnya produksi sepatu Nike

dilakukan di Negara-negara di Asia, terlebih di Cina, Vietnam dan

Indonesia yang dikarenakan mengeluarkan biaya produksi yang lebih

murah dibandingkan langsung di Amerika Serikat. Perusahaan Nike di

Indonesia memiliki komunikasi dan interaksi yang cukup kuat dengan

kontraktor yang ada. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan diberinya

tenaga Indonesia untuk ikut memeriksa kualitas dan proses pengerjaan

dengan mengikuti persyaratan dan standar kualitas yang ketat dari

perusahaan Nike di Amerika.

Di Indonesia sendiri banyak pesaing-pesaing dari Nike dalam

persaingan industri sepatu lari. Nike mampu bersaing dengan merek-merek

lainnya pada pangsa pasar sepatu olahraga. Untuk mengetahui posisi dan

peringkat suatu produk dalam pasar maka dilakukan suatu survei. Salah

satu lembaga survei sekaligus ajang penghargaan merek terbaik pilihan

(63)

resmi www.topbrand-award.com, Top Brand Award adalah sebuah

penghargaan yang diberikan kepada merek-merek yang meraih predikat

Top atau terbaik. Penghargaan ini diberikan berdasarkan penilaian yang

diperoleh dari hasil survei berskala nasional dibawah penyelenggaraan

Frontier Consulting Group. Top Brand survey melibatkan lebih dari 12.500

responden di delapan kota besar dan tercatat hamper 500 kategori produk

dan menghasilkan lebih dari 1000 merek yang mendapatkan predikat TOP.

Top Brand Award diberikan kepada merek-merek didalam kategori produk

tertentu yang memenuhi dua kategori, yaitu:

1. Merek-merek yang memperoleh Top Brand Index minimum sebesar

10%

2. Merek-merek yang menurut hasil data survei berada pada posisi tiga

terbaik dalam kategori produknya.

Top Brand Index diukur dengan menggunakan 3 parameter, yaitu top of

mind awareness, yaitu didasarkan atas merek yang pertama kali disebut

oleh responden ketika kategori produknya disebutkan. Kedua, last used,

yaitu didasarkan atas merek yang terakhir kali digunakan/dikonsumsi oleh

responden. Ketiga, future intention, yaitu didasarkan atas merek yang ingin

(64)

menunjukan bahwa Nike dapat bersaing dengan merek merek sportwear

yang ada di Indonesia ditunjukan dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1

Top Index Sepatu Olahraga

Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

Merek TBI TOP Merek TBI TOP Merek TBI TOP Adidas 58,2% TOP Adidas 57.8% TOP Adidas 37.4% TOP Nike 19,3% TOP Nike 23.1% TOP Nike 29.6% TOP

Puma 6,0% Puma 4.6% Reebok 3.7%

Yonex 3,3% Reebok 2.9% Bata 3.6%

Reebok 2,6% Eagle 3.0%

Sumber: www.topbrand-award.com

Pada Tabel 4.1 menunjukan bahwa Tahun 2014 sepatu Nike berada

diposisi ke 2 dengan Top index sebesar 19,3%, Pada tahun 2015 Top index

sepatu Nike meningkat 3,8% menjadi 23,1%, Pada tahun 2016 Top index

sepatu Nike meningkat 6,5% menjadi 29,6%.

2. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Mahasiswa yang menimba ilmu di UMY merupakan mahasiswa

berasal dari daerah sekitar Yogyakarta maupun berasal dari daerah luar

Yogyakarta. Untuk pengadaan Mahasiswa, pihak Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta memberikan persyaratan yang harus dipenuhi

oleh calon Mahasiswa sebelum diterima sebagai mahasiswa tetap di

Gambar

Gambar 2.1 Model Penelitian
Tabel 3.1
Tabel 4.1 Top Index Sepatu Olahraga
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Among the four measures of firm productivity, we find that the estimates of the average treatment effect of foreign ownership on total factor productivity

Preferensi Responden Pengunjung Berdasar Wisata Yang Disukai 125 169. Preferensi Pengunjung berdasar Objek Seni Rupa

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur

It is seen that experienced male ragpickers are moving towards the main location at a time when people throw out the garbage so that waste is available in large

Kusnanto, S.Kp., M.Kes selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya sekaligus selaku pembimbing I yang telah memberikan saran dan masukan yang

The results showed that sample thickness affect acoustic absorption value effectively shifted at low frequencies, as in this research the best sound absorption

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang kontrol agar motor brushless DC dapat merespon adanya perubahan kecepatan referensi dengan tetap mempertahankan

[r]