• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGARUH POTENSIAL, WAKTU KONTAK, DAN pH TERHADAP METODE ELEKTROKOAGULASI LIMBAH CAIR RESTORAN MENGGUNAKAN ELEKTRODA Fe DENGAN SUSUNAN MONOPOLAR DAN DIPOLAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PENGARUH POTENSIAL, WAKTU KONTAK, DAN pH TERHADAP METODE ELEKTROKOAGULASI LIMBAH CAIR RESTORAN MENGGUNAKAN ELEKTRODA Fe DENGAN SUSUNAN MONOPOLAR DAN DIPOLAR"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

STUDY OF EFFECT POTENTIAL, CONTACT TIME, AND

pH

ON METHOD OF THE ELECTROCOAGULATION RESTAURANT

WASTEWATER USING Fe ELECTRODE WITH MONOPOLAR AND DIPOLAR ARRANGEMENT

By

KURRATUL UYUN

Electrocoagulation process is a method that is considered quite effective in removing organic compounds in wastewater compared to conventional

coagulation methods. In this research, studied the process of electrocoagulation for restaurant wastewater use Fe metal as an electrode with a continuous system. The results of electrocoagulation restaurant wastewater samples were analyzed using a spectrophotometer UV -Vis at a wavelength of 200-700 nm. Monitoring carried out at a wavelength of 254, 272, 365, 436 and 565 nm as a cue reduced concentration of organic particles in the restaurant wastewater. In addition, monitoring is also done using the ratio absorbance at a wavelength of 254 nm to a wavelength of 365 nm (E2/E3) and the ratio of absorbance at a wavelength of 436

nm to the absorbance at a wavelength of 565 nm (E4/E6) due to the higher value of

E2/E3and E4/E6values indicate that the molecular weight organic compounds in

wastes a low.

Electrocoagulation process carried out to study the influence of several

(2)

TERHADAP METODE ELEKTROKOAGULASI LIMBAH CAIR RESTORAN MENGGUNAKAN ELEKTRODA Fe

DENGAN SUSUNAN MONOPOLAR DAN DIPOLAR

Oleh

KURRATUL UYUN

Proses elektrokoagulasi merupakan suatu metode yang dianggap cukup efektif untuk menghilangkan senyawa organik dalam limbah cair dibandingkan dengan metode koagulasi konvensional. Dalam penelitian ini dipelajari proses elektrokoagulasi untuk limbah cair restoran menggunakan logm Fe sebagai elektroda dengan sistem kontinu. Hasil elektrokoagulasi pada sampel limbah cair restoran dianalisis

menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 200-700 nm. Pemantauan dilakukan pada panjang gelombang 254, 272, 365, 436 dan 565 nm sebagai petunjuk berkurangnya kosentrasi partikel organik dalam limbah cair

restoran. Selain itu, pemantauan juga dilakukan dengan menggunakan perbandingan absorbansi pada panjang gelombang 254 nm terhadap panjang gelombang 365 nm (E2/E3) dan perbandingan absorbansi pada panjang gelombang 436 nm terhadap

absorbansi pada panjang gelombang 565 nm (E4/E6) karena semakin tinggi nilai E2/E3

dan nilai E4/E6menunjukkan bahwa bobot molekul senyawa organik dalam limbah

rendah.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Restoran setiap saat bertambah banyak diberbagai wilayah dan umumnya berada

di daerah pemukiman atau tempat-tempat strategis yang pada umumnya belum

memiliki Unit Pengolahan Limbah (UPL). Limbah restoran terutama limbah cair

hanya ditampung dalam suatu waduk penampungan sederhana. Untuk daerah

Provinsi Lampung sendiri, pertambahan jumlah restoran sangat signifikan setiap

waktu sehingga peluang pencemaran lingkungan oleh limbah restoran ini sangat

besar. Untuk mengatasi permasalahan yang diakibatkan limbah restoran ini, maka

ide ini digagas untuk mengolah limbah cair restoran dengan metode

elektrokoagulasi.

Metode elektrokoagulasi umumnya diterapkan pada limbah cair industri,

sedangkan untuk limbah cair restoran belum banyak dikembangkan. Dalam

bidang lingkungan, penerapan metode elektrokoagulasi sedang giat dikembangkan

untuk pengolahan limbah cair, khususnya limbah cair yang mengandung polutan

(4)

Pada prinsipnya, elektrokoagulasi merupakan pengembangan metode koagulasi

konvensional yang menggunakan koagulan berupa garam, terutama FeCl3, ZnCl2,

dan Al2(SO4)3(Holtet al.,2002; Bergmannet al., 2003). Perbedaan paling

penting antara kedua metode adalah pembentukan kation secara langsung dari

logam yang digunakan sebagai anoda dalam metode elektrokoagulasi, sehingga

tidak menghasilkan limbah sekunder berupa anion yang merupakan kelemahan

utama metode konvensional. Penerapan metode elektrokoagulasi juga tidak

membutuhkan penentuan dosis koagulan yang seringkali menjadi kendala praktis

dalam koagulasi konvensional. Selain itu, pemilihan metode elektrokoagulasi

untuk pengolahan limbah cair restoran didasarkan pada beberapa pertimbangan

antara lain; prosesnya berlangsung cepat, teknologinya murah, dapat menurunkan

total mikroorganisme dalam air seperti bakteriE. coli, peralatan yang digunakan

sederhana dan dapat dibuat dalam unit kecil sehingga sesuai untuk industri rumah

tangga seperti rumah makan (restoran).

Metode elektrokoagulasi merupakan suatu proses elektrokimia sehingga sangat

dipengaruhi oleh berbagai variabel elektrokimia. Proses elektrokoagulasi sangat

dipengaruhi oleh potensial, jenis elektroda (Tsaiet al., 1997), derajad keasaman

(pH), waktu kontak (Chenet al., 2000), jarak antar elektroda (Mameriet al.,

1998), suhu, kuat arus (Bejankiwaret al., 2002), serta jenis dan konsentrasi

polutan dalam air (Xionget al., 2001). Dari berbagai variabel tersebut, elektroda,

potensial, dan pH merupakan variabel dasar elektrokimia, sedangkan variabel

lainnya merupakan variabel pendukung yang bertujuan untuk optimasi metode

(5)

Proses elektrokoagulasi pada penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh

beberapa parameter elektrokimia meliputi potensial, waktu kontak, dan pH,

terhadap nilai COD, BOD, dan kekeruhan limbah olahan karena ketiganya

merupakan parameter kualitas suatu limbah cair. Proses elektrokoagulasi

dilakukan menggunakan logam besi (Fe) sebagai elektroda. Penggunaan logam

ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya (Wasinton dan Kamisah, 2004)

yang menunjukkan bahwa elektroda yang paling baik dalam menangani warna

adalah Fe. Untuk mempelajari pengaruh susunan elektroda dalam penelitian ini,

percobaan dilakukan dengan susunan elektroda secara monopolar dan dipolar.

Proses koagulasi pada penelitian ini dipantau dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis dengan mengikuti perubahan absorbansi pada panjang

gelombang (λ) 200-700 nm. Pengukuran dilakukan untuk absorbansi pada

panjang gelombang (λ) 254, 272,365, 436 dan 565 nm, karena absorbansi pada

panjang gelombang tersebut mempunyai korelasi yang baik dengan konsentrasi

partikulat dalam limbah. Selain itu, dilakukan pula pemantauan terhadap

perubahan bobot molekul polutan dalam limbah, yaitu perubahan perbandingan

absorbansi pada λ=250/365untuk menghitung E2/E3sertaλ=436/565 untuk

menghitung E4/E5.

Dari literatur diketahui bahwa kedua perbandingan absorbansi di atas berbanding

terbalik dengan bobot molekul polutan organik sehingga perubahan nilai

keduanya akan menunjukkan selektifitas proses elektrokoagulasi terhadap bobot

(6)

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari karakteristik limbah cair dari restoran.

2. Mempelajari beberapa pengaruh variabel elektrokimia yaitu potensial, waktu

kontak, dan pH terhadap efektifitas proses elektrokoagulasi limbah cair

restoran.

3. Mempelajari efektifitas proses elektrokoagulasi untuk menurunkan nilai COD

dan BOD limbah cair hasil olahan.

C. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah untuk menerapkan

dan mengembangkan metode proses elektrokoagulasi untuk pengolahan limbah

(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah Cair

Secara sederhana limbah cair dapat didefinisikan sebagai air buangan yang berasal

dari aktivitas manusia dan mengandung berbagai polutan yang berbahaya baik

secara langsung maupun dalam jangka panjang. Berdasarkan sumbernya, limbah

cair dapat dibedakan atas limbah rumah tangga dan limbah industri, sedangkan

polutan yang terdapat dalam limbah dapat dibedakan atas polutan organik dan

polutan anorganik dan umumnya terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi.

Polutan yang terdapat dalam limbah cair merupakan ancaman yang cukup serius

terhadap kelestarian lingkungan, karena di samping adanya polutan yang beracun

terhadap biota perairan, polutan juga mempunyai dampak terhadap sifat fisika,

kimia, dan biologis lingkungan perairan. Dengan kata lain, perubahan sifat-sifat

air akibat adanya polutan dapat mengakibatkan menurunnya kualitas air sehingga

(8)

B. Karakteristik Limbah Cair

Limbah cair dapat didefinisikan sebagai sampah berwujud cair yang dihasilkan

dari proses industri atau kegiatan lain yang dilakukan oleh manusia. Limbah cair

dapat dibedakan menjadi beberapa golongan berdasarkan asal limbahnya yaitu,

limbah rumah tangga, limbah pertanian, dan limbah industri (Daryanto, 1995).

Apabila limbah cair dibuang langsung ke perairan tanpa diolah terlebih dahulu,

maka akan menimbulkan berbagai dampak pada biota perairan, sifat kimia dan

sifat fisika air.

Sifat fisika yang bekaitan dengan pencemaran air adalah suhu, warna, bau, rasa

dan kekeruhan. Suhu air limbah umumnya lebih tinggi dibandingkan suhu air

normal, karena kadar oksigen terlarut dalam limbah lebih rendah dari pada kadar

oksigen terlarut pada air normal. Timbulnya warna pada air disebabkan oleh

adanya bahan organik terlarut dan tersuspensi termasuk diantaranya yang bersifat

koloid. Dengan demikian, diketahui bahwa intensitas warna berbanding lurus

dengan konsentrasi polutan dalam limbah, yang artinya intensitas warna dapat

memperlihatkan kualitas suatu limbah. Bau dan rasa pada air limbah timbul

karena adanya penguraian bahan-bahan organik terlarut secara mikrobiologis.

Kekeruhan adalah ciri lain dari limbah cair yang disebabkan oleh partikel

tersuspensi dalam limbah yang menimbulkan dampak negatif paling nyata yaitu

turunnya daya serap air akan cahaya matahari, sehingga proses kehidupan biota

(9)

Selain sifat fisika, polutan dalam limbah juga akan mempengaruhi sifat kimia air

yaitu adanya perubahan derajad keasaman (pH) serta tingginya nilaiBiological

Oxygen Demand(BOD) dan nilaiChemical Oxygen Demand(COD) limbah.

Derajad keasaman air merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

aktivitas kehidupan dalam perairan (Sutrisno, 2001). Terjadinya perubahan pH

pada air tercemar adalah akibat dari penguraian berbagai polutan organik yang

terdapat dalam limbah, sehingga akan mempengaruhi nilai COD dan BOD. pH,

COD dan BOD ketiganya merupakan parameter kualitas limbah karena dapat

menyatakan kadar oksigen yang dibutuhkan dalam menguraikan polutan organik

dalam limbah.

Di dalam air terdapat berbagai jenis mikroorganisme seperti candawan, alga,

bakteri, protozoa, dan virus (Fardiaz, 1992), yang memanfaatkan bahan organik

yang ada dalam limbah sebagai media untuk pertumbuhannya. Hal tersebut

mengakibatkan air limbah tidak layak digunakan dan dikonsumsi.

C. Parameter Kualitas Limbah Cair

Perubahan sifat-sifat pada limbah cair (sifat biologis, fisika dan kimia), sangat

berpengaruh terhadap kualitas dari suatu limbah. Dalam prakteknya, kualitas

limbah cair diukur berdasarkan parameter-parameter yang telah ditentukan di

berbagai negara termasuk negara Indonesia. Parameter-parameter yang akan

dipelajari pada penelitian ini adalah pH (derajad keasaman), kekeruhan, COD dan

BOD yang mengacu pada standar baku mutu limbah cair dalam Surat Keputusan

(10)

limbah cair industri termasuk industri rumah makan (restoran) yang tertera pada

Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Standar Baku Mutu Limbah Cair Industri Rumah Makan (Restoran) di Provinsi Lampung Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Lampung Nomor G/624/B.VII/Hk.1999

No Parameter Uji Nilai baku mutu limbah

1. Kekeruhan (NTU) 100

NTU = Nepnelometrik Turbidity Unit

1. Chemical oxygen demand(COD)

Chemical oxygen demand(COD) merupakan jumlah oksigen (mg/L) yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam sejumlah sampel.

Oksidator yang paling umum digunakan adalah K2Cr2O7(Alaerts, 1984). Nilai

COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara

alamiah dapat dioksidasi melalui proses kimiawi. Maka, semakin tinggi COD

maka semakin tinggi kadar oksigen terlarut untuk oksidasi dan oksigen yang

tersedia untuk biota perairan semakin rendah.

Metode pengukuran COD dilakukan dengan menggunakan peralatan khusus

(11)

reflux(seperti pada Gambar 2.1) diperlukan untuk menghindari berkurangnya air

sampel karena pemanasan.

Gambar 2.1 Peralatan khususrefluksuntuk pengukuran COD

Pada prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium

bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume diketahui)

yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat (Ag2SO4), kemudian

dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat

diatasi dengan cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai

untuk oksidasi bahan organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat

(12)

Δ E

CaHbOc+ Cr2O72-+ H+ nCO2 + OH + 2Cr3+……….(1)

Ag2SO4

(kuning) (hijau)

Reaksi oksidasi dinyatakan berakhir, ditandai dengan adanya perubahan warna

campuran dari kuning menjadi hijau, yang menunjukkan reduksi Cr2O72-menjadi

2Cr3+(Alaerts, 1984).

2. Biological oxygen demand(BOD)

Biological Oxygen Demand(BOD) adalah suatu karakteristik yang

menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme

(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam

kondisi aerobik (Metcalf, 1991). Ditegaskan lagi oleh Boyd (1990), bahwa bahan

organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap

terdekomposisi (readily decomposable organic matter). Mays (1996)

mengartikan BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh

populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap

masuknya bahan organik yang dapat diurai. Dari pengertian ini dapat dikatakan

bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya

dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah terurai

(13)

Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu mengukur

kandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah pengambilan

contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah

diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20oC) yang sering disebut dengan DO5. Selisih DOidan DO5(DOi- DO5) merupakan nilai BOD

yang dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L). Pengukuran oksigen

dapat dilakukan secara analitik dengan cara titrasi (metode Winkler, iodometri)

atau dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang dilengkapi dengan

probekhusus. Jadi pada prinsipnya dalam kondisi gelap, agar tidak terjadi proses

fotosintesis yang menghasilkan oksigen, dan dalam suhu yang tetap selama lima

hari, diharapkan hanya terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganime, sehingga

yang terjadi hanyalah penggunaan oksigen, dan oksigen tersisa adalah sebagai

DO5. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah mengupayakan agar masih

ada oksigen tersisa pada pengamatan hari kelima sehingga DO5tidak nol. Bila

DO5nol maka nilai BOD tidak dapat ditentukan.

3.Total suspended solid(TSS)

Total suspended solid(TSS) merupakan penyebab utama kekeruhan air yang

disebabkan oleh partikel-partikel tersuspensi di dalam air yang dapat mengganggu

penyerapan cahaya matahari ke dalam air. Partikel-partikel ini dapat berupa

senyawa organik atau anorganik (Sari, 1998). Kekeruhan akan menghambat

penembusan sinar matahari yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dan

fitoplankton untuk melakukan fotosintesis (Arnelli dkk., 1999). Oleh karena itu,

(14)

padatan yang terdapat dalam air, baik senyawa organik maupun anorganik.

Penentuan TSS dapat dilakukan menggunnakan parameter kekeruhan.

D. Pengolahan Limbah Cair

Berbagai proses pengolahan limbah telah banyak dikembangkan untuk

memisahkan suatu kontaminan dari air limbah sampai batas yang dikehendaki.

Karena limbah yang akan dibuang ke suatu lingkungan hendaknya harus

memenuhi standar baku mutu air limbah.

Menyadari banyaknya dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh limbah cair,

berbagai metode pengolahan limbah cair telah dikembangkan dan secara garis

besar dapat dikelompokkan menjadi metode biologis, metode fisika dan metode

kimia. Setiap metode mempunyai keunggulan dan kelemahan, karena unjuk kerja

dari setiap metode sangat dipengaruhi oleh karakteristik limbah cair yang akan

diolah.

1. Pengolahan Limbah Cair secara Biologis

Pengolahan limbah secara biologis, biasanya dilakukan dengan menggunakan

mikroorganisme yang dapat menguraikan senyawa organik yang ada dalam

limbah cair. Menurut Mahida (1989), proses biologis mampu membusukkan

zat-zat organik dan secara efektif menstabilkannya sehingga setelah proses tersebut,

zat-zat organik tidak mampu menyerap oksigen di dalam limbah secara cepat dan

kandungan oksigennya semakin menipis. Tetapi metode pengolahan limbah

(15)

lambat karena sangat bergantung pada populasi dari mikroorganisme yang ada

dalam limbah yang berperan dalam penguraian senyawa-senyawa organik. Selain

itu, metode ini hanya efektif untuk limbah yang mempunyai COD antara

500-2000mg/L, sedangkan untuk limbah dengan COD lebih kecil, metode pengolahan

yang paling efektif adalah secara koagulasi (Oliveria,et al., 2001).

2. Pengolahan Limbah Cair secara Fisika

Pengolahan limbah secara fisika dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara

filtrasi dan sedimentasi (pengendapan). Kedua metode ini adalah proses yang

paling umum dilakukan untuk memisahkan padatan terendapkan dari limbah

industri atau limbah rumah tangga. Menurut Kagayaet al.(1999), pengolahan

limbah secara sedimentasi merupakan proses pengendapan senyawa organik

dalam limbah tanpa adanya perlakuan bantuan. Namun pengolahan sedimentasi

tidak efisien untuk digunakan, sebab prosesnya berlangsung lambat, apalagi jika

limbah berada dalam jumlah yang cukup besar meskipun biayanya relatif murah.

Pengolahan secara filtrasi merupakan pengolahan limbah dengan menggunakan

membran untuk menghilangkan warna yang ditimbulkan oleh kandungan

senyawa-senyawa organik (Groseet al.,1998) serta menghilangkan sebagian

mikroorganisme yang bersifat patogen (Carrolet al.,2000). Jika dibandingkan

dengan pengolahan sedimentasi, filtrasi memerlukan biaya yang relatif mahal.

Selain itu juga efektivitas dari membran cepat menurun karena pori-porinya

(16)

3. Pengolahan Limbah Cair secara Kimia

Pengolahan limbah secara kimia merupakan metode yang paling banyak

dimanfaatkan terutama karena prosesnya yang cepat dan efektifitasnya dapat

dipertahankan. Pada umumnya metode pengolahan limbah cair secara kimia yang

digunakan dalam pengolahan limbah cair adalah netralisasi, koagulasi, oksidasi,

reduksi, adsorpsi, serta pertukaran ion. Dua metode utama yang sering diterapkan

dalam pengolahan limbah secara kimia adalah metode adsorpsi (Heijmanet al.,

1999) dan juga metode koagulasi (Chowet al.,1999). Selain itu, pengolahan

limbah cair secara oksidasi juga merupakan metode yang umum diterapkan.

Dibandingkan dengan metode pengolahan limbah secara fisika dan biologis,

metode secara kimia sering digunakan karena prosesnya berlangsung cepat serta

bahan-bahan yang digunakan itu mudah didapatkan.

4. Koagulasi

Koagulasi merupakan proses pengendapan partikel yang tersuspensi dalam air

limbah dengan menetralkan muatan partikel oleh koagulan yang muatannya

berlawanan (Viesmann dan Hammer, 1998). Koagulan yang digunakan untuk

proses koagulasi biasanya bermuatan positif, karena ion-ion yang terdapat dalam

air limbah umumnya bermuatan negatif. Penetralan muatan tersebut

mengakibatkan gaya tolak menolak antar partikel polutan hilang. Dengan

hilangnya gaya tolak menolak antar partikel polutan, gaya kohesi akan bekerja

menghasilkan partikel-partikel berukuran lebih besar dan dikenal sebagaiflok.

(17)

yakni koagulasi konvensional dan koagulasi secara elektrokimia yang disebut

elektrokoagulasi.

a. Koagulasi Konvensional

Metode koagulasi konvensional sudah umum digunakan dan sudah cukup dikenal

luas. Dalam metode konvensional, koagulasi dilakukan menggunakan garam

sebagai koagulan. Koagulan yang umum digunakan adalah alumunium sulfat .dan

ferri klorida (FeCl3) (Ritteret al.,1999). Namun, dari ketiga koagulan tersebut

yang paling sering digunakan dan dikenal luas adalah Al2(SO4)3, karena harganya

murah, tidak berbahaya, dan penggunaannya mudah yakni dengan hanya

menebarkannya dalam limbah.

Pada dasarnya, reaksi yang terjadi pada koagulasi konvensional adalah

destabilisasi partikel pada limbah untuk membentukflok. Metode koagulasi

konvensional dapat berlangsung melalui empat mekanisme yaitu, netralisasi

muatan, penjebakan, adsorpsi, dan interaksi kimia (Holtet al.,2002). Netralisasi

muatan berlangsung jika kation dari koagulan berinteraksi dengan partikulat yang

bermuatan negatif menghasilkan produk yang bermuatan netral dan tak larut.

Pada saat alumunium hidroksida yang tidak larut terbentuk, senyawa-senyawa

organik yang ada dalam limbah dapat dihilangkan melalui mekanisme penjebakan

dan adsorpsi.

Mekanisme kedua yaitu penjebakan (penjeratan). Mekanisme ini terjadi karena

(18)

dengan adanya dosis koagulan yang rendah menyebabkan terjadinya destabilisasi.

Dalam mekanisme penjebakan ini, partikel koloid akan berfungsi sebagai inti

untuk pembentukan endapan selama proses agregasiflok.

Mekanisme ketiga yaitu adsorpsi. Metode ini dapat menghilangkan

partikel-partikel dengan kerapatan muatan yang lebih besar. Proses adsorpsi ini dapat

berlangsung dengan menggunakan koagulan yang dosisnya lebih besar sehingga

dapat memacu pengendapan Al(OH)3dengan cepat.

Mekanisme keempat yaitu interaksi kimia antara limbah dengan ion logam

alumunium terlarut. Pada mekanisme ini terjadi pembentukan kompleks, sehingga

pengendapan limbah dapat terjadi tanpa netralisasi muatan. Pada proses ini, akan

menghasilkan endapan apabila kelarutan kompleks dan partikel terlampaui.

Keempat mekanisme yang telah dipaparkan di atas merupakan gambaran

keseluruhan proses yang terjadi pada koagulasi konvensional yang

menggambarkan bahwa proses tersebut tidak sederhana, tetapi melibatkan

berbagai reaksi. Menurut Van Loon dan Duffy (2000), reaksi-reaksi yang terjadi

pada koagulasi konvensional dengan Al2(SO4)3sebagai koagulan adalah sebagai

(19)

Faktor-faktor yang mempengaruhi koagulasi konvensional antara lain adalah pH,

temperatur, waktu, jenis serta dosis koagulan yang digunakan. Dari berbagai

faktor tersebut, yang paling berperan dalam menentukan kondisi optimum proses

koagulasi adalah pH dan waktu (Chowet al.,1999) serta dosis dari koagulan

(Gregoret al.,1997). Dosis koagulan sangat bergantung pada jenis limbah dan

konsentrasi polutan dalam limbah. Semakin tinggi kosentrasi senyawa organik

dalam limbah, maka dosis koagulan yang digunakan dalam proses koagulasi juga

semakin besar (Vickerset al.,1995).

Faktor penting lainnya yang berpengaruh pada proses koagulasi adalah derajad

keasaman (pH). Menurut Vicker (1995), pH optimal untuk menurunkan

kekeruhan secara efektif adalah antara 5,5-7. Penelitian oleh Vann Loon dan Duff

(2000) serta Holt (2002), tentang pengaruh pH terhadap kelarutan berbagai jenis

alumunium telah dilakukan.

Dalam prakteknya, metode koagulasi konvensional memiliki beberapa kelemahan

antara lain yaitu prosesnya yang relatif lambat karena memerlukan pengadukan

dan penentuan dosis koagulan yang kurang tepat karena dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain jenis dan konsentrasi polutan yang ada dalam limbah.

Hal tersebut dapat menyebabkan kekurangan dosis koagulan sehingga pada

prosesnya, koagulasi tidak berlangsung secara optimal dan kelebihan dosis

(20)

b. Metode Elektrokoagulasi

Elektrokoagulasi (koagulasi elektrokimia) merupakan teknologi yang sudah ada

sejak lama (bukan teknologi terbaru). Pengolahan limbah cair dengan

menggunakan elektrokoagulasi telah dilakukan sejak abad ke-20 dengan

keberhasilan proses yang terbatas. Perangkat elektrokoagulator yang digunakan

terbuat dari kaca transparan sehingga berlangsungnya proses elektrokoagulasi

dapat diamati secara visual. Sebuah elektrokoagulator dilengkapi dengan 6 buah

elektroda (Fe) dan sebuah bejana (bak) untuk wadah sampel yang dihubungkan

dengan pompa sirkulasi air dan dilengkapi pula denganpower supplyyang

berfungsi sebagai potensial seperti disajikan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Perangkat Elektrokoagulasi

Prinsip dasar dari metode elektrokoagulasi adalah berdasarkan atas proses

elektrolisis dengan menggunakan elektroda sebagai koagulan, dimana merupakan Voltage

Bejana

Perangkat Elektrokimia Pompa Sirkulasi

(21)

reaksi yang kompleks dengan melibatkan berbagai mekanisme untuk

menghilangkan polutan dalam air (Songet al., 2000). Dalam proses elektrolisis,

logam pada anoda akan mengalami reaksi oksidasi menghasilkan partikel

bermuatan positif (kation), kemudian partikel tersebut akan mengalami interaksi

dengan partikel yang tidak bermuatan dan membentuk endapan.

Elektroda yang umum digunakan dalam proses elektrokoagulasi adalah logam Al

(Holtet al., 2002), Fe (Jianget al., 2002), dan Pt/I (Busoet al., 1997). Diantara

logam-logam tersebut, yang paling sering digunakan adalah logam Al, karena

logam Al lebih efektif dalam proses elektrokoagulasi dan mudah didapat.

Menurut penelitian yang dilakukan Holtet al. (2002), mekanisme yang terjadi

dalam proses elektrokoagulasi disajikan dalam Gambar 2.3.

(22)

Gambar 2.3 menunjukkan berbagai macam rekasi yang terjadi di dalam reaktor

elektrokoagulasi yang melibatkan proses elektrolisis, koagulasi, dan hidrodinamis.

Pada proses elektrolisis, terjadi reaksi oksidasi pada anoda menghasilkan Al3+ dan gas oksigen, sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi menghasilkan gas

hidrogen. Proses selanjutnya yaitu proses koagulasi yang terjadi karena kation

Al3+berinteraksi dengan partikel organik dalam limbah yang bermuatan negatif yang akan menghasilkan endapan. Proses selanjutnya yaitu hidrodinamis. Pada

proses hidrodinamis, endapan yang terbentuk akan bergerak karena adanya gas

hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari elektrolisis air. Reaksi yang terjadi

dalam proses elektrolisis dengan menggunakan elektroda Al dituliskan dalam

persamaan reaksi berikut ini:

Anoda : Al + 3H2O Al(OH)3+ 3H++ 3e-……. (2)

2H2O O2+ 4H++ 4 e-………….. (3)

Katoda : 2H2O + 3e- H2+ 2OH-……….. (4)

Al3++ 3e- Al ……….. (5)

Proses elektrokoagulassi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pH, waktu,

kuat arus (Chenet al., 2000), potensial dan jenis elektroda (Tsaiet al., 1997) serta

jarak antar elektroda (Mameriet al., 1998).

Jenis elektroda merupakan faktor penting dalam pengolahan limbah cair secara

elektrokimia. Elektroda memiliki kemampuan mengoksidasi senyawa organik

(Bejankiwaret al., 2002). Berdasarkan penelitian Shenget al., (1998) serta Sheng

(23)

organik pada pengolahan limbah industri tekstil dan industri penggaraman yang

diikuti dengan menurunnya nilai BOD dan CO

Aplikasi metode elektrokoagulasi sudah banyak diterapkan, meskipun belum

sebanyak metode koagulasi secara konvensional. Dalam penelitian yang telah

dilakukan, diketahui bahwa metode elektrokoagulasi lebih efektif dan lebih cepat

dibandingkan dengan koagulasi konvensional. Hasil penelitian Holtet al. (2002)

menunjukkan bahwa metode elektrokoagulasi mampu menurunkan kadar

kekeruhan sebesar 90%. Selain itu, Jianget al. (2002), dengan menggunakan

elektroda Al dalam penelitiannya diketahui dapat menurunkan intensitas warna

hingga 76% dan penurunan COD sebesar 51%.

Dibandingkan dengan metode koagulasi secara konvensional, metode

elektrokoagulasi mempunyai beberapa keunggulan yaitu prosesnya berlangsung

lebih cepat, peralatan yang digunakan sederhana dan dapat dibuat dalam unit kecil

sehingga sesuai untuk industri rumah tangga seperti rumah makan (restoran).

Selain itu, dalam metode elektrokoagulasi tidak memerlukan pengadukan serta

tidak meenghasilkan limbah sekunder yang biasanya dihasilkan dalam metode

koagulasi konvensional. Proses koagulasi lebih efektif untuk partikel yang

berukuran kecil (partikel mikro) karena partikel tersebut mempunyai rapatan

(24)

5. Pemantauan Proses Pengolahan Limbah Cair

Pada prinsipnya, pengolahan limbah bertujuan untuk menurunkan konsentrasi

senyawa organik dalam limbah. Tetapi karena konsentrasi polutan dalam limbah

tidak dapat diketahui, dalam prakteknya pegolahan limbah dipantau dengan

perubahan sifat-sifat limbah yang mempunyai hubungan dengan jumlah polutan

dalam limbah. Sifat-sifat limbah yang umum digunakan adalah kekeruhan, DOC

(dissolved organic carbon) dan TOC (total organic carbon). Dalam prakteknya

penentuan ketiga parameter tersebut seringkali tidak praktis karena membutuhkan

waktu yang relatif lama dan biaya yang cukup mahal. Oleh karena hal tersebut,

pemantauan dapat dilakukan dengan mengamati perubahan nilai kekeruhan,

warna, BOD, COD, dan absorbansi karakteristik pada UV-Vis (Jianget al., 2002).

Parameter-parameter tersebut dianggap berkorelasi baik dengan konsentrasi

polutan dalam limbah. Namun, parameter-parameter tersebut sering menjadi

kendala, seperti pada pengukuran COD dan BOD membutuhkan waktu yang

relatif lama antara 2-4 jam untuk COD dan 4-5 hari untuk BOD, juga memerlukan

biaya yang relatif mahal. Parameter kekeruhan meskipun sederhana dan murah,

namun pengukuran kekeruhan meliputi komponen organik dan anorganik,

sedangkan yang menjadi target hanya komponen organik saja.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka pemantauan yang

dilakukan penelitian ini adalah dengan melihat perubahan nilai absorbansi pada

daerah UV-Vis menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pemantauan UV-Vis

dilakukan terhadap sampel sebelum dan sesudah mengalami perlakuan

(25)

absorbansi pada panjang gelombang 254, 272, dan 285 nm, karena absorbansi

pada ketiga panjang gelombang tersebut telah diketahui mempunyai korelasi yang

baik dengan konsentrasi senyawa organik dalam limbah (Kittiset al., 2002).

Perubahan perbandingan nilai absorbansi pada panjang gelombang 250 nm

terhadap absorbansi pada panjang gelombang 365 nm (E2/E3) dan perbandingan

absorbansi pada panjang gelombang 436 nm terhadap absorbansi pada panjang

gelombang 665 nm (E4/E6) juga digunakan, karena kedua perbandingan tersebut

mempunyai hubungan dengan bobot molekul senyawa organik dalam limbah

(Thomsenet al., 2002).

Prinsip dasar sperktrofotometri UV-Vis adalah interaksi antara radiasi

elektromagnetik yang dipancarkan oleh sumber energi dengan materi, dimana

hasil interaksi radiasi UV-Vis terhadap materi mengakibatkan materi tersebut

akan mengalami transisi elektronik (Fessenden dan Fessenden, 1999). Transisi

elektronik yang terjadi ada yang diserap oleh materi dan ada pula yang diteruskan.

Spektrofotometer UV-Vis didasarkan pada hukum Lambert-Beer. Lambert-Beer

menyelidiki mengenai hubungan antara adsorpsi radiasi dan panjang gelombang

melalui medium yang menyerap cahaya. Jika suatu sinar radiasi monokromatik

melewati suatu medium dengan ketebalan tertentu, diketahui bahwa tiap lapisan

menyerap bagian yang sama dari radiasi yang dipancarkan. Dari hukum Lambert

dan hukum Beer, dapat dilihat adanya hubungan antara absorbansi dengan

konsentrasi, atau disebut sebagai hukum Lambert-Beer dimana secara matematis

(26)

A = ε. b. c ………. (2)

Dengan : A= Absorbansi

ε = Serapan molar/ekstingsi

b = Panjang jalan lewat medium penyerap

c = Konsentrasi senyawa (solute yang menyerap)

Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas, maka spektrofotometer UV-Vis

digunakan untuk memantau perubahan kosentrasi senyawa-senyawa organik

dalam limbah cair sebab menunjukkan adanya hubungan absorbansi dengan

(27)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Kerja Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biomassa dari bulan Juli hingga

September 2011.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat

elektrokoagulator, elektroda besi, spektrofotometer UV-Vis dan perangkat gelas

yang umum.

Perangkat elektrokoagulator yang digunakan terbuat dari kaca transparan sehingga

berlangsungnya proses elektrokoagulasi dapat diamati secara visual, dengan tinggi

60 cm, panjang 30 cm dan lebar 30 cm. Elektrokoagulator ini dilengkapi dengan

pompa sirkulasi untuk mengukur waktu kontak sampel dengan elektroda sehingga

percobaan dapat dilakukan dengan sistem mengalir. Alat juga dihubungkan

denganpower supplyuntuk mengatur besarnya potensial yang digunakan dalam

(28)

Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel limbah cair dari restoran yang

diambil di daerah Natar Lampung Selatan.

C. Persiapan

1. Penyiapan elektroda

Elektroda yang digunakan pada proses elektrokoagulasi adalah plat besi (Fe)

dengan panjang 60 cm. Elektroda tersebut dipasang secara paralel pada

elektrokoagulator dan dihubungkan denganpower supplydengan susunan

elektroda monopolar dan dipolar.

2. Pengambilan Sampel

Sampel limbah cair restoran diambil langsung dari rumah makan sederhana

Lampung Selatan. Limbah yang diambil merupakan limbah segar yang ditampung

sebelumnya menggunakan bak penampung. Ada dua jenis limbah yang

ditampung, yaitu limbah yang berasal dari aliran pembuangan pencucian piring

dan limbah yang diambil dari aliran pembuangan sisa-sisa masakan, seperti air

santan dan sebagainya.

Sebelum dilakukan elektrokoagulasi, limbah tersebut disaring terlebih dahulu,

agar limbah padat terpisah dari limbah cairnya, sehingga diperoleh sampel limbah

cair yang terbebas dari kotoran-kotoran yang terdapat dalam limbah. Limbah cair

(29)

aliran pembuangan sisa-sisa masakan, kemudian digabungkan di satu tempat lalu

diaduk agar sampel tersebut homogen.

D. Percobaan

Secara garis besar penelitian ini mencakup lima percobaan yaitu; karakterisasi

UV-Vis, variasi potensial, waktu kontak, pH, dan percobaan konfirmasi yang

bertujuan untuk melihat efekifitas proses elektrokoagulasi terhadap pengolahan

limbah cair restoran. Proses elektrokoagulasi dilakukan dengan menggunakan

elektroda besi (Fe) yang diketahui paling baik digunakan dalam penanganan

warna (Simanjuntak dan Kamisah, 2004).

1. Karakterisasi UV-Vis

Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan kondisi optimum yaitu kondisi

dimana nilai absorbansi terendah (paling kecil) yang diperoleh dari hasil

pengukuran. Pengukuran absorbansi sampel dilakukan pada panjang gelombang

)

(λ = 254, 272 nm untuk UV dan pada 365, 436, 565 untuk sinar tampak. Selain

itu, absorbansi sampel pada panjang gelombang 254/365 untuk menentukan nilai

E2/E3dan absorbansi pada panjang gelombang 436/565 untuk menentukan nilai

E4/E6sampel.

2. Percobaan dengan variasi potensial

Percobaan ini dilakukan untuk memepelajari pengaruh potensial terhadap

(30)

optimumnya. Oleh karena itu, pada percobaan ini digunakan variasi potensial 4,

6, 8, dan 10 volt dengan waktu kontak tetap yakni 30 menit dan pH tetap 7,0.

Untuk menentukan potensial optimumnya, dilakukan analisis menggunakan

spektrofotometer UV-Vis seperti pada percobaan (1).

3. Percobaan dengan variasi waktu kontak

Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh waktu kontak terhadap

efektifitas proses elektrokoagulasi yang berlangsung, serta menentukan waktu

kontak optimumnya. Oleh karena itu, pada percobaan ini digunakan variasi waktu

kontak 30, 60, 90, dan 120 menit dengan potensial potensial optimum yang telah

diperoleh pada percobaan (2) dan pH tetap 7,0. Untuk menentukan waktu kontak optimumnya, dilakukan analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis seperti

pada percobaan (1).

4. Percobaan dengan variasi pH

Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pH terhadap efektifitas

proses elektrokoagulasi yang berlangsung, serta menentukan pH optimumnya.

Oleh karena itu, pada percobaan ini digunakan variasi pH 5, 7, dan 8, dimana

telah diketahui pada penelitian sebelumnya bahwa pH tersebut merupakanrange

pH yang efektif dalam menurunkan kosentrasi polutan organik dalam limbah.

Percobaan ini dilakukan menggunakan potensial optimum dan waktu kontak

(31)

menentukan pH optimumnya, dilakukan analisis menggunakan spektrofotometer

UV-Vis seperti pada percobaan (1).

E. Percobaan Konfirmasi

Pada percobaan ini, proses elektrokoagulasi dilakukan menggunakan potensial,

waktu kontak, dan pH optimum yang telah diperoleh dari percobaan sebelumnya

yang kemudian dilakukan proses elektrokoagualsi pada limbah cair restoran untuk

menentukan nilai COD, BOD dan kekeruhannya.

F. Analisis Sampel

Selain analisis dengan spektrofotometer UV-Vis, sampel yang digunakan pada

kondisi optimum tersebut dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah proses

elektrokoagulasi yang digunakan efektif dan mampu meningkatkan kualitas

limbah yang diolah. Parameter-parameter yang digunakan sebagai tolak ukur

adalah COD, BOD, dan kekeruhan. Untuk tujuan tersebut, nilai ketiga parameter

kualitas limbah ditentukan untuk sampel sebelum dan sesudah perlakuan dengan

variabel optimum.

1. Penentuanchemical oxygen demand (COD)

Pada penentuan COD, 10 mL sampel dimasukkan ke dalam labu refluks yang

berisi batu didih, ditambahkan 0,2 gram HgSO4dan 5 mL H2SO4- AgSO4,

dikocok secara perlahan dan didinginkan hingga suhu kamar. Kemudian

(32)

pada suhu 150 C selama 2 jam. Setelah itu didinginkan hingga suhu kamar

kemudian dititrasi dengan larutan FAS menggunakan indikator ferroin. Titik

akhir ditandai dengan adanya perubahan warna sampel limbah. Untuk blanko

sampel yang digunakan adalah air suling dengan perlakuan yang sama seperti

sampel limbah. Konsentrasi COD dapat ditentukan menggunakan persamaan

berikut:

COD (mg/L) = ( ) 8 ) 1000

Keterangan:

A = Volume titran untuk blanko (mL) B = Volume titran untuk sampel (mL) C = Volume sampel (mL)

N = Normalitas FAS (ferro ammonium sulfat) Fp = faktor pengenceran

8 = berat ekuivalen oksigen

2. Penentuanbiologycal oxygen demand (BOD)

Untuk penentuan BOD, sampel diencerkan terlebih dahulu kemudian diukur DO

(Dissolved Oxygen) menggunakan DO meter yang dianggap sebagai DO0.

Kemudian sampel dimasukkan ke dalam botol berwarna gelap dan diinkubasi di

tempat gelap selama 5 hari pada suhu 20oC. Setelah 5 hari diukur kembali DO5

menggunakan DO meter. Kosentrasi BOD dapat ditentukan menggunakan

persamaan berikut :

BOD (mg/L) = (D -D ) x P

Keterangan:

(33)

D5= Nilai oksigen terlarut sampel setelah diinkubasi selama 5 hari (mg/L)

P = Faktor pengenceran

3. Penentuan kekeruhan

Penentuan kekeruhan dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada

panjang gelombang 420 nm. Absorbansi pada panjang gelombang tersebut

diketahui memiliki hubungan linier dengan kekeruhan. Adapun percobaan secara

keseluruhan dirangkum dalam diagram alir percobaan yang dapat dilihat pada

(34)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan,

sebagai berikut:

1. Spektrum karakteristik UV-Vis sampel menunjukkan adanya penurunan

absorbansi dengan adanya pertambahan panjang gelombang. Namun, tidak

ada nilai maksimum maupun minimum yang teramati.

2. Kondisi optimum yang diperoleh dari percobaan dengan susunan elektroda

monopolar yakni diperoleh potensial 6 volt, waktu kontak 30 menit dan pH 7.

Sedangkan untuk susunan elektroda dipolar seharusnya kation yang terbentuk

lebih banyak dan seharusnya proses elektrokoagulasi bisa lebih optimal.

3. Diperoleh persen penurunan nilai kekeruhan, COD dan BOD sebesar

-21,17%; 10,05% dan 20,75%. Persen penurunan nilai kekeruhan yang

diperoleh meningkat karena sifat logam Fe yang korosif sehingga

kemungkinan Fe ikut bereaksi membentuk Fe(OH)4-pada katoda yang

menyebabkan kekeruhan dalam proses elektrokoagulasi.

(35)

5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses elektrokoagulasi menggunakan

logam Fe tidak cukup efektif untuk mengurangi polutan organik dalam

limbah cair.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian menggunakan elektroda yang lain untuk

mengoptimalkan proses elektrokoagulasi dalam menurunkan nilai COD, BOD dan

(36)

(Skripsi)

Oleh

KURRATUL UYUN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(37)

(Skripsi)

Oleh

KURRATUL UYUN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(38)
(39)

ELEKTRODA Fe DENGAN SUSUNAN MONOPOLAR DAN DIPOLAR

Nama Mahasiswa : Kurratul Uyun

Nomor Pokok Mahasiswa : 0617011039

Jurusan : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dra. Ilim, M.S. Wasinton Simanjuntak, Ph.D.

NIP 196505251990032002 NIP 195907061988111001

2. Ketua Jurusan

Dr. Andi Setiawan, Ph.D.

(40)
(41)

1. Tim Penguji

Ketua :Dra. Ilim, M.S. ...

Sekretaris :Wasinton Simanjuntak, Ph.D. ..………….

Penguji Utama :Diky Hidayat, M.Si. ..………...

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Prof. Suharso, Ph.D.

NIP 196905301995121001

(42)

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan

sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi

orang-orang yang khusyu (QS. Al-Baqarah, 2:45)

Berfikirlah diluar kebiasaan, karena tantangan yang

kita hadapi sungguh luar biasa

Sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan belajar, kesantunan itu

diperoleh dengan kerendahan hati, sedangkan kesabaran itu

diperoleh dengan keteguhan hati

(HR. Ibnu Fajar)

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini

adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling

setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh

(43)

teruntuk :

Mama dan Papa Tercinta , atas segala do a, kasih sayang serta

kesabarannya dalam mendidik putra-putrinya. Tak terlukiskan cinta,

pengorbanan, kasih dan sayang yang kalian berikan, dan takkan pernah

terbalaskan

Kakak-kakakku Terhebat , atas saran, motivasi, kasih sayang dan

tauladan yang telah diberikan kepadaku

Ponakan-ponakan Tersayang atas keceriaan, canda, tawa dan senyuman

kalian yang tulus

Keluarga besarku Tercinta , keluarga besar Drs. H. Ismail dan Siti

Aisyah

Almamaterku Tercinta Universitas Lampung

(44)

Penulis dilahirkan di Serang, Provinsi Banten pada tanggal 17 April

1988, sebagai anak keenam dari enam bersaudara, pasangan Bapak Drs.

H. Ismail dan Ibu Hj. Siti Aisyah.

Pendidikan formal dimulai dengan memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) di

SDN 1 Tegal Jetak Kecamatan Ciruas, yang diselesaikan pada tahun 2000. Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) di MTsN 1 Ciruas Serang-Banten, yang diselesaikan pada

tahun 2003 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Ciruas Serang-Banten,

yang diselesaikan pada tahun 2006.

Tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kimia, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung, melalui jalur Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif

diberbagai organisasi diantaranya sebagai anggota muda BEM Universitas Lampung,

anggota muda Bidang Sosial dan Kemasyarakatan (SosMas) Himpunan Mahasiswa

Kimia (HIMAKI) dan Rohani Islam (ROIS) FMIPA Universitas Lampung periode

2006/2007. Anggota Bidang Sosial dan Kemasyarakatan HIMAKI dan ROIS FMIPA

Universitas Lampung periode 2007/2008. Sekretaris Bidang (SekBid) ROIS FMIPA

FMIPA Universitas Lampung pada periode 2008/2009 dan Sekretaris Biro (SekBir)

(45)

2009/2010 untuk mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian. Asisten

praktikum Kimia Fisik Dasar periode 2008/2009 dan 2009/2010 untuk mahasiswa

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, serta asisten praktikum Kimia Fisik I periode

(46)

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menjadikan ilmu sebagai sifat kesempurnaan

yang paling tinggi. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada suri tauladan

umat yaitu Nabi Muhammad saw. Alhamdullillah atas rahmat, lipahan berkah dan

hidayah- Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :

STUDI PENGARUH POTENSIAL, WAKTU KONTAK, DAN pH TERHADAP METODE ELEKTROKOAGULASI LIMBAH CAIR RESTORAN

MENGGUNAKAN ELEKTRODA Fe

DENGAN SUSUNAN MONOPOLAR DAN DIPOLAR

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak luput dari bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra.Ilim, M.S, sebagai pembimbing I atas kesediaannya meluangkan waktu,

memberikan bimbingan, motivasi, nasehat, saran dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi.

2. Bapak Wasinton Simanjuntak, Ph.D., sebagai pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan saran selama

penelitian dan penyelesaian skripsi.

3. Bapak Diky Hidayat, M.Si., sebagai pembahas atas bimbingan, saran dan kritik

(47)

5. Bapak Prof. Suharso Ph.D. selaku Dekan Fakultas FMIPA Unversitas Lampung.

6. Bapak dan Ibu dosen, staf pengajar dan karyawan di lingkungan FMIPA

Universitas Lampung.

7. Ibu dan Bapak “Tercinta” atas segala do’a, kasih sayang, nasehat, kesabaran serta

cinta kasih yang tiada henti yang diberikan untuk kesuksesanku.

8. Kakak kakakku tersayang yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan do’a

untuk kesuksesanku.

9. Teman-teman seperjuangan di Rois FMIPA, Himaki, BEM FMIPA Unila, BEM

Unila atas kerjasama dan semangatnya.

10. Sahabat-sahabat terbaikku Sumartini Dwi Astuti, Feraliana, S.Si., Tutik, S.Si.,

Kartika Fandika, S.Si., Triana Widya Sari, S.Si., Rikayana, S.Si., , Vera Septaria,

S.Si. dan Ekawati S.Si. Terima kasih atas waktu, dukungan, motivasi, keceriaan

dan kebersamaan yang telah kalian berikan untuk menyemangatiku dalam

menyelesaikan skripsi.

11. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian Mbak Yesi S.Si dan Mbak Karlin

terima kasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaannya selama penelitian.

12. Teman-teman 2006 Sinta Ardiarti, S.Si., Idra Herlina, S.Si., Nurma Hayati S.Si.,

Rusyda Ulfa S.Si., Mustika Soraya S.Si., Nina Anggraeni, S.Si., Oktaviani A. M,

S.Si., Eka Eva Krisna, S.Si., Ni Putu Inda S.Si., RR. Ari, S.Si., Septiyana S.Si.,

Yulistia Anggraeni, S.Si., Yuniarti, S.Si., Lince Dameria, S.Si., Nova Fransisca,

(48)

Fretti, Wuri Putri, Prio Santoso,S.Si., Roni Setyo Nugroho, S.Si., Edwin Riski

Safitra S.Si., Tomi Sutrisno, S.Si., Purwanto, Slamet Kosasi, Alex Sufyantoro,

Awan Nurfatwa Sandi., Hadi Prayoga, Agung, Deri, Riski (kiki), dan Anju terima

kasih untuk kebersamaannya.

13. Teman-teman angkatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 dan 2009 yang tidak bisa ku

sebutkan satu persatu.

14. Teman-teman HIMSAC Kak Lukman, S.Si., Kak Iman L. H, S.Si., Kak Cepi Arif,

S.P., dr. Rifki Fathurrosyidin, Kang Rohmat, S.T., Kang Gigin, S.T., Teh Isna.,

S.Pd., Teh Farhat, S.Pd., Teh Leli, S.Pd., Teh Hani, S.Si., Teh Ratna., S.E., Wawan

Sofwan, S.Si., Dika Ferdiansyah., Tb. Ahmad Hizbullah, Hidayat, Rizki, S.I.P.,

Afiyah, S.Pd., Sinta., S.P., Rara., S.E.,Ade Faturrohman, Widi, Ujang, Syu’eb,

Muhajir, Ina, Ummi, Tiara, Teh Iyul, Ibu HIMSAC dan seluruh anggota HIMSAC

yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan dan

kekeluargaan yang telah diberikan.

15. Teman-teman kosan Aisyah Mbak Iyo, Mbak Ninda, Mbak Ayi, Mbak Lia, Mbak

Hastin, Mbak Riri, Mbak Elva, Mbak Evi, Mbak Indar, Anisa Narullita, Rusyda

Fitriani, Anggi Handari, Nanik Agustina, Risma, Ayu, Ila dan keluarga besar Ayuk

Vera. Terima kasih atas bantuan dan kebersamaan yang telah diberikan, semoga

persaudaraan kita tidak terputus sampai di sini.

16. Ryandi, Novan Giri Prasetyo, karyawan dan karyawati Restoran Sederhana. Terima

(49)

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan

tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat

untuk orang lain. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2012

Penulis

Gambar

Gambar 2.1 Peralatan khusus refluks untuk pengukuran COD
Gambar 2.2 Perangkat Elektrokoagulasi
Gambar 2.3 Reaksi yang terjadi dalam reaktor elektrokoagulasi
Gambar 2.3 menunjukkan berbagai macam rekasi yang terjadi di dalam reaktor

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap proses penjernihan limbah cair pabrik kelapa sawit dengan metode elektrokoagulasi dengan variasi waktu 15, 30, 45, 60 menit, dan

organik cair dialirkan dari reservoar ke bagian dalam kolom gelas yang sudah disinari dengan lampu UV dan kemudian larutan uji yang ke luar dari kolom gelas ditampung kembali

Untuk menurunkan kadar COD, TS, dan TSS dari effluent kolam anaerobik dari limbah cair pabrik kelapa sawit dengan menggunakan metode elektrokoagulasi agar dapat dibuang ke

Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya menggunakan metode koagulasi flokulasi (waktu detensi 3 dan 6 jam) dengan koagulan PAC yang ditambahkan pada limbah cair

1 ) Terdapat pengaruh variasi voltase dan jarak elektroda terhadap penurunan kadar pH, COD, BOD dan TSS pada limbah cair industri tahu. Semakin tinggi voltase dan

Untuk menurunkan kadar COD, TS, dan TSS dari effluent kolam anaerobik dari limbah cair pabrik kelapa sawit dengan menggunakan metode elektrokoagulasi agar dapat dibuang ke

Untuk menurunkan dan mengetahui persentase penurunan kadar COD, TS dan TSS limbah cair pabrik kelapa sawit dari effluent kolam anaerobik dengan menggunakan metode

Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit mengandung senyawa organik terlarut yang dapat berperan dalam meningkatkan kelarutan senyawa P yang sukar larut yang terdapat