TAHUN AJARAN 2010/2011
OLEH SERI SUSANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2010/2011
( S k r i p s i )
OLEH SERI SUSANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1
1. Latar Belakang ... 1
2. Fokus Penelitian... 6
3. Rumusan Masalah ... 7
4. Tujuan Penelitian ... 7
5. Kegunaan Penelitian ... 7
6. Kerangka Pikir ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bimbingan dan Konseling... 11
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ... 11
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling ... 13
3. Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling ... 13
4. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling... 15
5. Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling ... 17
6. Azas-Azas Bimbingan dan Konseling ... 19
B. Unjuk Kerja Konselor Sekolah ... 23
1. Pengertian Unjuk Kerja Konselor Sekolah ... 23
2. Bentuk-Bentuk Unjuk Kerja Konselor Sekolah... 25
C. Program Bimbingan dan Konseling... 28
1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling... 28
2. Jenis-Jenis Program Bimbingan dan Konseling ... 29
3. Unsur-Unsur Program Bimbingan dan Konseling ... 30
4. Persyaratan Pokok Program Bimbingan dan Konseling ... 32
5. Ciri dan Sasaran Program Bimbingan dan Konseling ... 33
C. Variabel dan Definisi Operasional variabel ... 45
D. Instrumen Penelitian ... 46
E. Alat Bantu Penenlitian ... 47
F. Teknik Pengumpulan Data... 48
G. Pengujian Kredibilitas Data ... 48
H. Teknik Analisis Data... 50
IV. HASIL DAN ANALISIS A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 53
B. Hasil dan Analisis Penelitian ... 55
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 87
Lampiran Halaman
1. Kisi-kisi wawancara ... 90
2. Pedoman Wawancara ... 91
3. Pedoman Observasi... 93
4. Lembar observasi ... 94
5. Transkrip Verbatim ... 95
6. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling SMP N 10... 119
7. Program Bimbingan dan Konseling ... 120
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Giyono, M.Pd. ...
Sekretaris : Diah Utaminingsih, S. Psi. M.A. Psi ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Yusmansyah, M.Si. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
Dengan penuh rasa syukur pada ALLAH SWT, karya sederhana ini ku persembahkan untuk:
Bak dan Mak yang tak henti-hentinya selalu menyayangiku, memanjatkan doa untuk kesuksesanku, dukungan, serta
selalu sabar menanti keberhasilanku
Kakak dan ayukku tersayang, Fredy, Ida Puspita, Etra Eduarsyah, atas kasih sayang, pengorbanan dan doa tulus
kalian untuk keberhasilanku
Keponakanku tercinta Shinta dan Afif serta kakak iparku Bustam dan yuk Op yang telah melengkapi kebahagiaanku
Para pendidikku
DI SMA NEGERI 1 NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Nama Mahasiswa : Nopita Sari Nomor Pokok Mahasiswa : 0613052035
Program Studi : Bimbingan dan Konseling
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama, Pembimbing Pembantu,
Drs. Giyono, M.Pd Diah Utaminingsih, S. Psi. M.A. Psi NIP. 19511115 198303 1 002 NIP. 19790714 200312 2 001
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Penulis dilahirkan di Pajar Menang, Lintang 4 Lawang, Sumatera Selatan pada tanggal 12 Februari 1987, sebagai anak ke empat dari empat bersaudara dari
pasangan Bapak Harmain dan Ibu Bulkiah. Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 33 Pajar Menang
diselesaikan pada tahun 1999, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 3 Seleman Ilir diselesaikan pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
di SMA Negeri 1 Muara Pinang diselesaikan pada tahun 2005.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan (HIMAJIP) FKIP Unila pada tahun 2007 sebagai Sekbid
Kerohanian dan aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI) FKIP Unila pada tahun 2008 sebagai Sekbid DANUS. Penulis juga aktif pada organisasi diluar kampus Unila yaitu pada tahun 2009 aktif di
FPM2KB Kampung Baru sebagai Sekbid BK. Dan pada tahun 2010 aktif di Ikatan Mahasiswa Pemuda Pagar Alam (IMPP) sebagai Wakil Ketua Umum.
Penulis melaksanakan Praktek Layanan Bimbingan dan Konseling (PLBK) di
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT karena hanya atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul: “Unjuk Kerja Konselor Sekolah Dalam Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun
Ajaran 2010/2011” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.
3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling.
4. Bapak Drs. Muswardi Rosra, M.Pd., selaku pembimbing utama sekaligus
5. Bapak Drs. Giyono, M.Pd., selaku pembimbing kedua terima kasih atas
bimbingan, arahan dan masukannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Dr. Syarifuddin Dahlan, M.Pd selaku dosen pembahas yang telah
memberikan masukkan dan saran kepada penulis selama penulisan skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP
Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi
saya.
8. Bapak dan Ibu staf dan karyawan Unila, terima kasih atas bantuannya dalam
memenuhi segala urusan administrasi selama penulis kuliah.
9. Kepala sekolah SMP N 10 Bandar Lampung, beserta guru, siswa, dan staf tata usaha.
10. Kedua orang tua ku, Bak dan Mak yang sangat aku sayangi, pendengar risau dan pendamai hati ku, terimakasih untuk semua doa, dukungan, nasehat, kasih sayang, dan kesabaran kalian dalam menanti keberhasilan ku .
11. Ketiga kakakku: Fredy, Ida Puspita S.Pd, Eduarsyah, motivasi terbesarku untuk selalu berbuat yang terbaik yang selalu membantu disetiap langkahku
khususnya ayuk dan duaca, pengorbanan kalian tak akan pernah ku lupakan. 12. Keponakanku tercinta Shinta dan Afif serta kakak iparku Bustam yang telah
banyak membantu baik moril maupun materil, dan ayuk Op yang telah
melengkapi kebahagiaanku.
13. Sahabat Kucar Kacir ku Indri, Yeni, Sepri (Edo), Jumliadi (Adit) atas canda
14. Sahabat sekaligus saudara yang aku sayangi: Aulia Fitri (BK’06), Fitri Sari
(BK’06), Herlina (English’06), Binti (Bio’06), Ima (Eko’06), Mei (B.Indo’06), Yuli (Pertanian’07), Desti (B.Indo’06). Yang selalu
mengingatkan untuk selalu dekat dengan-Nya.
15. Sahabatku Desma yang selalu setia mendengar keluh kesahku dan membuat ku ingin belajar dan terus belajar, Wulan yang selalu sabar berbagi ilmu
denganku, Terima kasih untuk semua kebersamaan yang telah kalian berikan. 16. Teman-teman seperjuanganku anak-anak BK’06: Masliyah, Meita, Dian,
Rista, Juwita, Nani, Oky, Bundo, Maya, Wela, Rere, Penti, Cipy, Linda, Bude, Vivin, Nene, Lucy, Sucy, Araw, Eka, , Mery, Wiwin, Encep, Madam, Macil , Ami, Mbak Yuni, Nopay, Adel, Era, Nucil, Yeni, Kiki, mas Hendi, Qiay,
Ridho, mas Roni, mas Aris, mas Dwi, Om Panca, Dian, Hendra. Terimakasih untuk kebersamaan dan bantuan kalian. Marah, tawa, canda bersama kalian pelajaran besar bagiku menuju pendewasaan.
17. Teman – teman mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2005 –2012 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas do’a dan dukungan
yang diberikan.
18. Teman-teman organisasi di HIMAJIP, FPM2KB, FPPI, dan IMPP terimakasih untuk kebersamaan kita.
19. Teman-teman organisasi di IMPP: Ani, Dela, Yosa, Yesi, Ferdy, July, Randy, Rendy, Africo, Rozi, Ujang, Kristo, Eva,, V3, Yeni, Azrina, Bang Dafy,
K’Ramox, Yuk Nana, K’Andi, K’Bani, Noca, K’Ndoy, Bang Buntax, atas
canda tawa dan kebersamaanya.
20. Teman-teman PLBK di SMA Utama 2 Bandar Lampung Iyai, Ami, Dika,
Devi, Mery, Eny, Siska, Rani, Rachel, terimakasih atas canda tawa kalian, kebersamaan itu membuat PLBK terasa begitu menyenangkan dan tak terlupakan.
21. Anak-anak Pondokan Maleo Masliyah (sekaligus teman seperjuangan) Rawa (Popeye), Yayuk Winarti (Yawi), Dwi (adik paling cilik) Riri (Ribon), Rini,
Ulirum, Bang Yes, Ana, Yuk Evty, Yuk Leni, Endank, Icha, Mba E (May), Mba Adis. Terimakasih atas do’a, kebersamaan, berantem-berantem kecilnya dan motivasi yang telah diberikan.
22. Semua pihak yang tak mungkin disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan moral maupun material hingga terselesaikannya skripsi ini.
Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak, hanya Allah SWT yang dapat membalas dan memberi rahmat-Nya atas segala usaha dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Bandar Lampung, April 2012 Penulis
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Seri Susanti
NPM : 0613052046
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan/Program Studi: Ilmu Pendidikan/Bimbingan dan Konseling
menyatakan bahwa skripsi dengan judul”Unjuk Kerja Konselor Sekolah dalam Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2010-2011” benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau
temuan orang lain yang tedapat dalam skripsi dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Bandar Lampung, April 2012 Penulis,
Seri Susanti
1.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu usaha menjawab permasalahan serta berbagai tantangan yang selalu hadir di dalam kehidupan manusia.
Pendidikan dapat mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia pendidikan memiliki tujuan yang sangat penting seperti tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Bab 1 Pasal 1 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu :
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Lebih lanjut, pada pasal 3 mengenai fungsi pendidikan dinyatakan bahwa: “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Berdasarkan dua batasan di atas, maka pendidikan di Indonesia tidak hanya
didik, namun juga perkembangan individu sebagai pribadi yang unik secara
utuh. Oleh karena setiap satuan pendidikan harus memberikan layanan yang dapat memfasilitasi perkembangan pribadi siswa secara optimal berupa bimbingan dan konseling.
Bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara
optimal, dalam bimbingan pribadi, social, belajar dan karir, melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistemik
dalam memfasilitasi individu mencapai perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan perkembangan,
dan peningkatan keberfungsian individu dalam lingkungannya. Semua perilaku tersebut merupakan proses perkembangan yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan. Pengampu bimbingan dan konseling
adalah guru bimbingan dan konseling atau konselor yang merupakan salah satu kualifikasi pendidik.
Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling sebagai upaya membantu perkembangan siswa secara optimal. Maka secara umum
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah harus dikaitkan dengan perkembangan sumber daya manusia seutuhnya. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling semestinya dapat menyediakan berbagai jenis
pribadi, sosial, pekerjaan, dan lain sebagainya. Selain itu program
bimbingan dan konseling pada dasarnya memberikan bantuan kepada siswa agar dapat mengenal dirinya secara matang. Hal ini dimungkinkan supaya layanan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan baik dan siswa
dapat memahami fungsi pelayanan bimbingan dan konseling.
Upaya untuk mewujudkan itu semua, konselor sekolah dituntut untuk
menyusun suatu program bimbingan dan konseling, hal ini sesuai dengan standarisasi unjuk kerja konselor sekolah yang salah satunya yaitu menyusun program bimbingan dan konseling (Oleh IPBI sekarang ABKIN
dalam Prayitno dan Erman Amti). Hal ini dipertegas lagi dalam SK Menpan No.84/1993 bahwa salah satu tugas pokok konselor sekolah adalah
menyusun program bimbingan dan konseling (Juntika, 2007). Di samping itu dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 dijelaskan tentang kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang konselor yaitu merancang program bimbingan dan konseling yang salah satu butirnya adalah menyusun program bimbingan
dan konseling (Syamsu Yusuf, 2009).
Program bimbingan dan konseling adalah dimana program tersebut tertuju
pada apa yang ingin dicapai dari tujuan bimbingan sehingga program tersebut dapat berjalan secara efisien dan efektif. Untuk membuat program bimbingan dan konseling yang efektif diperlukan perencanaan yang matang,
“Sehubungan denganpenyusunan program bimbingan dan konseling, Sukardi (dalam Uman Suherman: 38,2009) “mengungkapkan bahwa kegiatan penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah merupakan seperangkat kegiatan yang dilakukan melalui berbagai bentuk survey untuk menginventarisasi tujuan, kebutuhan, kemampuan sekolah serta persiapan sekolah untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling”.
Di mana penyusunan program bimbingan dan konseling tersebut merupakan
kegiatan yang pertama yang harus dilakukan oleh konselor sekolah sebelum melaksanakan kegiatan pelayanan. Adapun tujuan dari penyusunan program bimbingan dan konseling tidak lain adalah agar kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah dapat terlaksana dengan lancar, efektif dan efisien.
Secara konseptual sebuah program sangat menentukan berhasil tidaknya
suatu kegiatan dilaksanakan, namun dalam pelaksanaannya beberapa konselor sekolah seringkali mengabaikan keberadaan program bimbingan dan konseling. Artinya aktivitas yang dilakukan tidak mengacu pada
program yang disusunnya. Ada beberapa alasan program bimbingan dan konseling yang disusun tidak dijadikan bahan acuan kegiatan, yaitu program
yang disusun semata-mata dilatar belakangi oleh kepentingan administrative, program tidak disusun berdasarkan analisis yang cermat terhadap kebutuhan siswa, program yang disusun kurang mempertimbangan
kondisi sekolah.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti melakukan observasi di SMP N 10
program bimbingan dan konseling, sehingga komitmen untuk melaksanakan
program yang sudah dibuat tidaklah terlalu penting karena memang belum tentu dibutuhkan oleh para peserta didik.
Dalam menyusun program bimbingan dan konseling masih dilatar belakangi
oleh kepentingan administrative sehingga program itu yang penting ada, bahwa dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang disusun itu masalah
lain sehingga dalam pelaksanaannya seringkali tidak sesuai dengan yang telah direncanakan. Dalam artian bahwa program bimbingan dan konseling masih menjadi sebuah keharusan administrative. Program yang disusun
kurang mempertimbangkan kondisi sekolah termasuk personilnya, sehingga besarnya cakupan kegiatan dalam program itu tidak sebanding dengan
jumlah dan kualifikasi konselor sekolah yang ada apalagi jika tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga program yang disusun sulit untuk dilaksanakan.
Di sisi lain terdapat konselor sekolah yang masih menggunakan atau menyalin program bimbingan tahun sebelumnya. Hal ini akan sangat
berdampak pada proses pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. Tersusun dan terlaksananya program bimbingan dan
konseling dengan baik selain akan lebih menjamin pencapaian tujuan kegiatan bimbingan dan konseling pada khususnya, tujuan sekolah pada umumnya, juga akan lebih menegakkan kiprah bimbingan dan konseling di
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,penulis akan mengangkat judul
“ Unjuk Kerja Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di SMP N 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran
2010/2011”.
2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian yang
bersifat kualitatif. Hal ini untuk membatasi studi pada bidang penelitian. Tanpa fokus penelitian, maka peneliti akan terjebak oleh banyaknya data yang diperoleh di lapangan. Oleh karena itu fokus penelitian memiliki
peranan yang sangat penting untuk memandu dan mengarahkan jalannya penelitian. Fokus penelitian ini diarahkan pada unjuk kerja guru bimbingan
dan konseling dalam penyusunan program bimbingan dan konseling.
3. Rumusan masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan, masalah dalam penelitian ini adalah penyusunan program bimbingan dan konseling di SMP Negeri 10 Bandar Lampung belum optimal. Adapun permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah unjuk kerja guru bimbingan dan konseling dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di SMP N
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mendeskripsikan unjuk kerja konselor sekolah dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di SMP N 10 Bandar Lampung.
C. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis yaitu sebagai berikut :
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan konsep-konsep ilmu pada program studi bimbingan dan konseling,
khususnya tentang profesionalisme bimbingan dan konseling. Selain itu juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi peneliti tentang cara menyusun program bimbingan dan konseling dengan cara yang semestinya.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan,
sumbangan informasi dan pemikiran bagi konselor sekolah, peneliti selanjutnya dan tenaga kependidikan lainnya di SMP N 10 Bandar Lampung. Serta menjadi bahan masukan kepada guru bimbingan dan
konseling dalam menyusun program bimbingan dan konseling di sekolah.
D. Kerangka Pikir
diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling. Jadi dengan demikian
dapatlah dikatakan bahwa konselor sekolah memang sengaja dibentuk menjadi tenaga-tenaga yang profesional dalam pengetahuan, pengalaman dan kualitas pribadinya dalam bimbingan dan konseling. Oleh karena itu tugas dan peranan
yang diembannya pun mempunyai kriteria khusus dan tidak semua orang atau semua profesi dapat melakukannya.
Perwujudan tugas dan peranan tersebut berupa unjuk kerja konselor sekolah dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah. Sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang konselor yaitu merancang program bimbingan dan
konseling yang salah satu butirnya adalah menyusun program bimbingan dan konseling (Syamsu Yusuf, 2009).
”Kegiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif bila
dimulai dari adanya program yang disusun dengan baik” (Soetjipto dan Raflis
Kosasi,2007:90). Program bimbingan dan konseling merupakan suatu
kumpulan rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah yang dilakukan dalam waktu tertentu. Hal
ini sesuai dengan pendapat Winkel (1991:105) yang menyatakan bahwa ”program bimbingan dan konseling adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan
yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu,
“Sukardi (dalam Uman Suherman: 38, 2009) mengungkapkan bahwa kegiatan penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah merupakan seperangkat kegiatan yang dilakukan melalui berbagai bentuk survey untuk menginventarisasi tujuan, kebutuhan, kemampuan sekolah serta persiapan sekolah untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling”.
Jadi, guru bimbingan dan konseling perlu memperhatikan tujuan yang ingin
dicapai, kebutuhan dan kemampuan sekolah dalam menjalankan program, dengan demikian diharapkan pelaksanaan bimbingan dan konseling akan
berhasil dan berjalan lancar. Sesuai dengan pendapat Soetjipto dan Kosasi (2007:92) menyatakan bahwa ”keberhasilan dalam merumuskan program,
merupakan titik awal keberhasilan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah”.
Penyusunan program bimbingan dan konseling akan berjalan dengan baik bila
konselor sekolah mengetahui kebutuhan dan permasalahan siswa, menentukan tujuan program layanan bimbingan, menentukan jenis kegiatan, menetapkan
metode dan teknik yang digunakan dalam kegiatan, menetapkan personil dalam menyusun dan melaksanakan kegiatan, serta penetapan fasilitas dan biaya.
Unjuk kerja tersebut merupakan kegiatan yang harus ditampilkan oleh konselor
sekolah dalam rangka pelaksanaan tugas dan pengembangan profesional dalam menyusun program bimbingan dan konseling. Selanjutnya masing-masing dari
Konselor sekolah diharapkan dapat menjalankan peranannya sesuai dengan
tugas-tugas yang dimilikinya, diantaranya menyusun program bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu mengumpulkan data-data mengenai siswa, menggunakan berbagai macam instrument psikologis untuk mengungkap
masalah yang dihadapi oleh siswa, bekerja sama dengan kepala sekolah, guru bidang studi, wali kelas, dan orang tua siswa untuk membantu mengawasi
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia dan oleh manusia. Dari manusia artyinya pelayanan ini
diselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan manusia dengan segenap dimensi kemanusiaannya. Bimbingan secara umum dapat diartikan berada dalam bentuk pendidikan, bimbingan mengandung layanan kepada siapa
saja yang membutuhkan bantuan, bimbingan tegasnya merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain sehubungan dengan
membuat dan memutuskan pilihan.
Sehubungan dengan kegiatan menyesuaikan diri dapat pula sehubungan dengan jalan memecahkan masalah atau kesulitan. Tujuannya supaya orang
yang dibantu atau dibimbing dapat meningkatkan derajat kemandiriannya dan kecakapan ataupun potensinya. Pada ungkapan tujuan tadi terkandung
Telah banyak pengertian yang telah dirumuskan para ahli tentang bimbingan
dan konseling, diantaranya:
Crow & Crow (dalam Prayitno & Erman Amti, 1999) menyatakan bahwa: “Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, lkai-laki atau perempuan yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggungnya sendiri”.
Sedangkan pengertian konseling menurut Jones (dalam Prayitno & Erman Amti 1999) adalah :
“Kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasai sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.”
Dengan melihat pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor atau pembimbing kepada seorang klien atau siswa secara terus
menerus dan menyeluruh , agar mereka dapat menentukan pilihan-pilihan untuk menyesuaikan diri, dan memahami dirinya dalam mencapai kemampuan yang optimal untuk memikul tanggung jawab.
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Sejalan dengan perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling maka
1) untuk membantu individu dalam membuat pilihan-pilihan,penyesuaian-penyesuaian dan interpretasi-interpretasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu ( menurut Hamrin dan Chifford )
2) untuk memperkuat fungsi-fungsi pendidikan ( menurut Bradshow ) 3) untuk membantu orang-orang menjadi insane yang berguna,bukan
sekedar mengikuti kegiatan-kegiatan yang berguna saja ( menurut Tiedemen )
( Prayitno,dkk;1999;112 ).
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Semua pihak perlu menyadari akan pentingnya bimbingan dan koseling pada
setiap lembaga pendidikan. Dengan adanya bimbingan dan konseling di sekolah, banyak manfaat dan fungsi yang dapat dirasakan oleh semua pihak. Tidak hanya guru, namun juga oleh karyawan dan semua pegawai yang ada
di sekolah, yang terpenting juga bagi siswa sebagai sasaran utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Selanjutnya dikemukakan secara rinci
oleh Prayitno (1999: 197-215) bahwa layanan bimbingan dan konseling mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Fungsi Pemahaman
Pemahaman yang sangat perlu dihasilkan oleh pelayanan bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya
oleh klien sendiri dan banyak pihak-pihak yang akan membantu klien, serta pemahaman tentang lingkungan klien (lingkungan sekolah kerja dan lain sebagainya.
2) Fungsi Pencegahan
Usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah dalam fungsi ini layanan
sehingga hal-hal yang menghambat seperti kesulitan belajar, masalah
sosial, kurang informasi, dan sebagainya dapat terhindar. 3) Fungsi Pengentasan
Yaitu memberikan bantuan kepada klien sebelum dia menghadapi
permasalahan yang mungkin timbul. 4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala yang baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. Inteligensi yang tinggi,
bakat yang istimewa, minat yang menonjol untuk hal yang positif dan produktif, sikap dan kebiasaan yang telah terbina dalam bertindak dan
bertingkah laku sehari-hari. Cita-cita yang tinggi dan cukup realistik serta berbagai aspek positif yang lainnya yang dimiliki oleh individu perlu dipertahankan.
Dari fungsi bimbingan dan konseling diatas, yang banyak dilakukan saat ini di sekolah-sekolah pada umumnya adalah fungsi pengentasan (corrective).
Siswa mendapatkan layanan apabila ia sedang menghadapi masalah atau melakukan pelanggaran. Padahal yang sesungguhnya fungsi bimbingan dan konseling yang utama adalah pengembangan, yakni siswa diarahkan untuk
mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Siswa yang bermasalah memang menjadi prioritas utama untuk mendapatkan layanan, namun
4. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip-prinsip bimbingan adalah hal-hal yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan layanan bimbingan.
1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan
a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosila ekonomi.
b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku yang unik dan dinamis.
c. Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan
berbagai aspek perkembangan individu.
d. Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada
perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
2. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu a. Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut
pengaruh kondisi mental (fisik) individu terhadap penyesuaian dirinya
di rumah, di sekolah serta dalam kaitannya dengan kontak social dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi
mental dan fisik individu.
b. Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan, merupakan faktor timbulnya masalah pada individu dan kesemuanya menjadi perhatian
utama pelayanan bimbingan.
3. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan
disesuaikan dan dipadukan dengan program pendidikan serta
pengembangan peserta didik.
b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga.
c. Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi.
d. Terhadap isi dan dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu adanya penilaian yan g teratur dan terarah.
4. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan
a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam
menghadapi permasalahan.
b. Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu
sendiri, bukan karena kemauan atas desakan dari pembimbing atau pihak lain.
c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
d. Kerjasama antara pembimbing, guru dan orang tua sangat menentukan
hasil pelayanan bimbingan.
e. Pengembangan proram pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh
5. Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Untuk mengembangkan potensi siswa dan membantu pemecahan masalah yang dihadapinya, perlu ada kegiatan layanan bimbingan dan konseling yan terorganisir, terprogram, dan terarah.
Adapun jenis layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang dikemukakan oleh Sofyan S. Willis (2004:32-35) adalah sebagai berikut:
1. Layanan Orientasi
Yaitu memberikan pengenalan kepada siswa tentang kegiatan dan situasi pendidikan yang akan ditempuhnya agar siswa memperoleh penyesuaian
diri dalam situasi pendidikan yang dihadapinya. 2. Layanan Informasi
Layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak-pihak lain menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan, jabatan, dan informasi sosial) yang dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dan pengambilan keputusan. 3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara teapt (penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program khusus, keiatan ko/ekstrakurikuler)
sesuai dengan potensi, bakat, dan minat, serta kondisi pribadinya. 4. Layanan Bimbingan Belajar
5. Layanan Konseling Individual
Yaitu layanan yang diberikan oleh konselor sekolah kepada seorang siswa dengan tujuan berkembangnya potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri, dan dapat menyesuaikan diri secara positif.
6. Layanan Bimbingan Kelompok
Yaitu layanan yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari
konselor/guru pembimbing) yang berguna untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan
7. Layanan Konseling Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan masalah
yang dialami melalui dinamika kelompok.
Rahman (2003:69-79) memaparkan tentang lima kegiatan pendukung
pelaksanaan bimbingan dan konseling, sebagai berikut:
1. Instrumentasi bimbingan adalah pengadaan segala jenis instrumen baik berupa tes maupun non tes guna menjaring data dan mencatat segala keterangan siswa dalam proses pelaksanaan bimbingan dan konseling. 2. Himpunan data atau pengumpulan data adalah kegiatan mengumpulkan,
menyeleksi, menata dan menyimpan data serta keterangan siswa dengan teknik tes maupun non tes.
3. Konferensi kasus adalah membahas suatu kasus dengan melibatkan banyak pihak.
4. Kunjungan rumah adalah kegiatan guru pembimbing mengunjungi tempat tinggal orang tua atau wali siswa.
6. Azas-Azas Bimbingan dan Konseling
Penyelenggaraan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip–prinsip bimbingan, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan atas asas–
asas itu akan memperlancar pelaksanaan dan menjamin keberhasilan layanan / kegiatan, sedangkan pengingkaranya akan dapat menghambat atau
bahkan menggagalkan pelaksanaan serta menggurangi atau mengaburkan hasil layanan / kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.
Asas–asas bimbingan dan konseling tersebut (Prayitno, 1997 : 23 ) ialah:
1) Asas kerahasiaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakan segenap
data dan keterangan tentang peserta didik ( klien ) yang menjadi segenap sasaran layanan yaitu data dan keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain.
2) Asas kesukarelaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan
dan kerelaan peserta didik ( klien ) mengikuti / menjalani layanan / kegiatan yang diperuntukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
3) Asas keterbukaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik
sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar
yang berguna bagi pengembangan dirinya. 4) Asas kegiatan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik
( klien ) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalm penyelenggaraan layanan / kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru
pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan.
5) Asas kemandirian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu peserta didik ( klien ) sebagai sasaran
layanan bimbingan dan konseling diharap menjadi individu–individu yang mandiri dengan ciri–ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungan, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta
mewujudkan diri sendiri sebagaimana telah diutarakan terdahulu. 6) Asas kekinian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik ( klien ) dalam kondisinya sekarang .
7) Asas kedinamisan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan
8) Asas keterpaduan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan
terpadukan.
9) Asas kenormatifan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai–nilai dan norma yang ada.
10) Asas keahlian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah– kaidah professional. Guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelengaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling 11) Asas alih tangan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak–pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik ( klien )
mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. 12) Asas tut wuri handayani
dan dorongan serta kesempatan yang seluas–luasnya.kepada peserta didik
( klien ) untuk maju.
Apabila asas-asas tersebut diikuti dan diselenggarkan dengan baik maka proses pelayanan akan dapat mengarah pada pencapaian tujuan. Oleh karena
itu perlu suatu kerjasama yang baik dari konselor sendiri, peserta didik atau guru bidang studi bahkan jika perlu seluruh warga sekolah juga dapat
dilibatkan demi kelancarannya proses pelayanannya.
B. Unjuk Kerja Konselor Sekolah
1. Pengertian Unjuk Kerja Konselor Sekolah
Unjuk kerja adalah cara bekerja, perilaku dan penampilan (Sulchan Yasin, 2000). Unjuk kerja/kinerja adalah cara kerja seseorang dalam melaksanakan
tugas dan peran yang dijalaninya.
Guru bimbingan dan konseling atau biasa disebut konselor sekolah adalah
seorang tenaga professional yang memperoleh pendidikan khusus diperguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan. ( WS. Winkel, 1991,164 ). Dikatakan tenaga professional artinya
secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Mereka dididik secara khusus untuk menguasai
seperangkat kompetensi yang diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konselor sekolah memang sengaja dibentuk atau disiapkan untuk menjadi tenaga-tenaga yang
yang dimaksud dengan unjuk kerja konselor sekolah adalah cara kerja
seorang konselor sekolah dalam mewujudkan tugas dan perannya dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.
Perwujudan tugas dan peranan tersebut berupa unjuk kerja dalam layanan
bimbingan dan konseling. Unjuk kerja tersebut menjadi ukuran apakah konselor sekolah benar-benar telah melakukan sesuatu yang berharga dan
yang diharapkan oleh masyarakat yang selalu dinamis dan berkembang khususnya di dunia pendidikan yaitu sekolah. Keseluruhan unjuk kerja konselor sekolah meliputi beberapa gugus yang masing-masing gugus terdiri
atas sejumlah butir unjuk kerja. Masing-masing unjuk kerja yang telah ditetapkan merupakan kegiatan yang ditampilkan oleh seorang konselor
sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dalam upaya pengembangan profesional bimbingan dan konseling. Masing-masing unjuk kerja tersebut dilengkapi dengan dasar-dasar teori keilmuan, tehnik-tehnik
khusus, sarana serta perlengkapan pendukung lainnya. Sehingga dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan baik
dan efektif, serta sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu pengembangan diri siswa seutuhnya.
2. Bentuk-Bentuk Unjuk Kerja Konselor
Rumusan tentang unjuk kerja mengacu kepada wawasan dan keterampilan yang hendaknya dapat ditampilkan oleh para konselor sekolah. Adapun
sekolah dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling adalah
sebagai berikut:
1) Menyusun program bimbingan dan konseling
2) Mengajar dalam bidang psikologi dan bimbingan dan konseling 3) Mengorganisasikan program bimbingan dan konseling
4) Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling 5) Mengungkapkan masalah klien
6) Menyusun dan mengembangkan himpunan data
7) Mengadakan pengumpulan data tentang minat, bakat, kemampuan, dan kondisi kepribadian
8) Menyelenggarakan konseling perorangan
9) Menyelenggarakan bimbingan dan konseling kelompok 10) Menyelenggarakan orientasi studi siswa
11) Menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler
12) Membantu guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa
13) Menbantu guru bidang studi dalam menyelenggarakan pengajaran perbaikan dan program pengayaan
14) Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajar 15) Menyelenggarakan pelayanan penempatan siswa
16) Menyelenggraakan bimbingan karir dan pemberian informasi pendidikan/jabatan
17) Menyelenggarakan konferensi kasus 18) Menyelenggarakan terapi kepustakaan 19) Melakukan kunjungan rumah
20) Menyelenggarakan lingkungan klien 21) Merangsang perubahan lingkungan klien 22) Menyelenggarakan konsultasi khusus 23) Mengantar dan menerima alih tangan 24) Menyelenggarakan diskusi professional
25) Memahami dan menulis karya-karya ilmiah dibidang BK
26) Memahami hasil dan menyelenggarakan penelitian dibidang BK
27) Menyelenggarakan kegiatan BK pada lembaga/lingkungan yang berbeda 28) Berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesi BK
(IPBI dalam Prayitno dan Erman Amti: 1999, 341-342)
Pelaksanaan butir-butir unjuk kerja tersebut perlu ditunjang oleh suasana
terpadukan didalamnya unsur-unsur keilmuan, tehnik, nilai, sikap dan
kemauan.
Adapun bentuk unjuk kerja konselor yang ditetapkan oleh American School Association (ASCA):
1) Menyusun program BK
2) Menyelenggarakan konseling perorangan 3) Memahami diri siswa
4) Merencanakan pendidikan dan pengembangan pekerjaan siswa 5) Mengalihtangankan siswa
6) Menyelenggarakan penempatan siswa 7) Memberikan bantuan kepada orang tua 8) Mengadakan konsultasi deangan staf 9) Mengadakan hubungan dengan masyarakat
(Prayitno & Erman Amti:1999,341-342)
Masing-masing unjuk kerja tersebut dilengkapi dengan dasar-dasar teori keilmuan, tehnik-tehnik khusus, sarana serta perlengkapan pendukung
lainnya. Sehingga dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan baik dan efektif, serta sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai yaitu pengembangan diri siswa seutuhnya.
Bentuk unjuk kerja konselor sekolah dalam penyusunan program bimbingan dan kosneling adalah sebagai berikut:
1) Mengadakan orientasi dan studi kelayakan yang hasilnya akan dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling.
2) Mempergunakan instrument tertentu untuk mengungkapkan kebutuhan warga lembaga akan pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya siswa.
3) Menyususn konsep program pelayanan bimbingan dan konseling dengan memperhatikan hasil orientasi, studi kelayakan, dan kebutuhan warga lembaga akan pelayanan bimbingan dan konseling.
5) Menyusun bentuk akhir program bimbingan dan kosneling pada suatu lembaga secara menyeluruh, lengkap dan tepat.
6) Menjelaskan program bimbingan dan konseling yang telah disusun kepada pimpinan lembaga.
7) Mengajak warga lembaga tempat program itu akan dilaksanakan untuk mewujudkan program bimbingan dan konseling tersebut.
8) Memantau dan mensupervisi pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
9) Mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap pelaksanaan program bimbingan dan kosneling agar lebih efektif dan efisien untyk memenuhi kebutuhan warga.
(IPBI dalam Prayitno dan Erman Amti, 1999:362)
Masing-masing butir unjuk kerja tersebut merupakan kegiatan yang ditampilkan oleh konselor sekolah dalam rangka pelaksanaan tugas dan pengembangan professional bimbingan dan konseling. Dengan demikian
tampaklah bahwa unjuk kerja konselor sekolah sangat menentukan keberhasilan suatu pelayanan bimbingan dan konseling.
C. Program Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling
Kegiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif bilamana dimulai dari adanya program yang disusun dengan baik. Program bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka
pemberian layanan bimbingan dan konseling. Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan Mitchel (dalam Soetjipto dan Raflis, 2004) menyatakan
Jadi program bimbingan dan konseling adalah satuan rencana keseluruhan
kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada suatu periode tertentu yang bertujuan untuk mempermudah konselor sekolah dalam memberikan pelayanan kepada peserta didik dalam upaya
pengembangan potensi diri peserta didik. Hal ini menekankan bahwa betapa pentingnya suatu program bimbingan dan konseling di sekolah, dimana
program bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian integral dari keseluruhan program di sekolah. Hal ini mengandung makna bahwa program bimbingan dan konseling bukan berarti program milik konselor
sekolah sendiri tetapi lebih dari itu, program bimbingan dan konseling merupakan milik semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan di
sekolah. Program tersebut mengandung unsur-unsur yang terdapat didalam berbagai ketentuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling dan berorientasikan pada pencapaian tujuan kegiatan bimbingan dan konseling
di sekolah.
Program bimbingan dan konseling disusun oleh konselor sekolah dan
dilakukan penilaian program yang dilakukan oleh semua pihak terkait dan hasil penilaian akan menjadi program bimbingan dan konseling yang dipedomani oleh konselor sekolah dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan
2. Jenis-Jenis Program Bimbingan dan Konseling a. Program Tahunan
Yaitu program bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan secara penuh dalam kurun waktu satu tahun pelajaran dalam unit semester dan
bulanan.Program tahunan merupakan akumulasi, sinkronisasi, dan rekapitulasi dari seluruh kegiatan bimbingan dan konseling selama satu
tahun ajaran untuk masing-masing kelas. b. Program Bulanan
Yaitu program bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan secara
penuh dalam kurun waktu satu bulan dalam unit mingguan dan harian, program bulanan merupakan akumulasi, sinkronisasi, dan rekapitulasi
dari seluruh kegiatan bimbingan dan konseling selama satu bulan untuk kurun waktu yang samadengan tahun-tahun sebelumnya dengan modifikasi sesuai dengan kebutuhan siswa.
c. Program Harian
Program harian merupakan program bimbingan dan konseling yang akan
dilaksanakan secara penuh pada hari-hari tertentu dalam satu minggu, yang merupakan jabaran dari program mingguan untuk kelas tertentu pada satu satuan pendidikan.program harian dicantumkan secara tertulis
pada satuan layanan dan atau kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
3. Unsur-Unsur Program Bimbingan dan Konseling
erat kaitanya dengan berbagai ketentuan yang ada, Unsur program
bimbingan dan konseling merupakan sesuatu yang penting yang harus diperhatikan (dalam Giyono: 2007, 39-41) , unsur-unsur tersebut adalah: a. Kebutuhan peserta didik akan layanan bimbingan dan konseling
Kebutuhan peserta didik akan layanan bimbingan dan konseling dapat diketahui dengan cara mengungkap atau mendata akan kebutuhan peserta
didik berkaitan dengan permasalahan peserta didik. Untuk mengetahui data tersebut dapat diungkap menggunakan alat ungkap masalah (AUM) yang memang didesain untuk itu.
b. Jumlah peserta didik yang dibimbing
Jumlah siswa asuh yang wajib dibimbing oleh guru pembimbing
sebanyak 150 orang (minimal), kepala sekolah yang berasal dari guru bimbingan dan konseling sebanyak 40 orang , wakil kepala sekolah yang berasal dari guru bimbingan dan konseling sebanyak 75 orang.
c. Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan
Dalam jam belajar sekolah dan diluar jam belajar sekolah maksimum
50%.
d. Unsur BK Pola 17
Dalam hal ini berhubungan dengan empat bidang bimbingan, tujuh
jenis-jenis layanan, dan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling. e. Frekuensi layanan terhadap peserta didik
f. Waktu kegiatan
Setiap kegiatan (kegiatan layanan dan pendukung) berlangsung sekitar 2 jam.
g. Waktu pelaksanaan
Kegiatan layanan dan pendukung dilaksanakan pada jam pelajaran sekolah dan diluar jam pelajaran sekolah, sampai 50% dari seluruh
kegiatan bimbingan dan konseling sesuai dengan SK Mendikbud No. 25/O/1995.
4. Persyaratan Pokok Program Bimbingan dan Konseling
Untuk merencanakan dan melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah perlu diperhatikan beberapa persyaratan pokok agar perencanaan
dan pelaksanaannya dapat berjalan lancar dan terarah, persyaratan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Personal
Dalam hal personal yang perlu mendapatkan perhatian adalah jenis tenaga bimbingan dan konseling, banyaknya tenaga bimbingan dan konseling
yang menangani peserta didik maksimal 250 orang, serta kualifikasi dari tamatan guru bimbingan dan konseling.
2) Fasilitas Fisik
Adalah perlengkapan yang diperlukan untuk dapat melaksanakan program bimbingan di sekolah meliputi ruang kerja bimbingan dan
3) Fasilitas Teknis
Yang dimaksud adalah alat-alat pengumpul data seperti alat tes, inventori, daftar cek masalah, AUM, dan angket.
4) Anggaran Biaya
Untuk kelancaran program bimbingan dan konseling perlu disediakan anggaran yang memadai untuk pos-pos pembiayaan personil, pengadaan
dan pengembangan alat-alat teknis, biaya operasional, dan biaya riset. 5) Profesionalisasi
Persyaratan profesionalisasi yang harus dipenuhi adalah pendidikan
formal, dikembangkannya sistem ilmu pengetahuan tentang bimbingan dan konseling sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan
tugas dan wewenang, dikembangkan penelitian eksperimental untuk menjajagi dan memperkembangkan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, organisasi professioanal untuk mempersatukan para konselor
di seluruh Indonesia, kode etik jabatan yang bertujuan untuk mengatur tata tertib dan sopan santun kerja koselor, adanya kebijaksanaan yang
menunjang program bimbingan dan konseling yang meliputi kebijaksanaan dalam bidang personil, bidang ketatalaksanaan pendidikan di sekolah , serta bidang tata usaha dan logistik.
5. Ciri dan Sasaran Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Di Indonesia telah banyak sekolah yang menyelenggarakan layanan
baik dan benar. Program yang disusun secara baik dan benar akan
memberikan banyak keuntungan bagi yang diberikan layanan maupun yang memberikan layanan.
1) Ciri Program Bimbingan dan Konseling yang Baik
Program bimbingan yang baik yaitu program bimbingan yang apabila dilaksanakan akan efektif dan efisien yang memilliki ciri-ciri sebagai
berikut
a) Program disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para peserta didik yang besangkutan.
b) Kegiatan bimbingan diatur berdasarkan skala proritas yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan peserta didik dan kemampuan petugas.
c) Program dikembangkan secara berangsur-angsur dengan melibatkan semua tenaga pendidikan di sekolah dalam merencanakannya.
d) Program dikembangkan dengan melibatkan tenaga di luar sekolah dalam pelaksanaan program (misal pihak kepolisian, dokter)
e) Program memiliki tujuan yang ideal tetapi realistis maksudnya dapat dicapai dengan mudah dalam pelaksanaannya.
f) Program tersebut mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua anggota staf pelaksananya.
g) Menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan program. h) Penyusunan program disesuaikan dengan program pendidikan di
lingkungan sekolah yang bersangkutan.
i) Memberikan kemungkinan untuk memberikan pelayanan kepada semua peserta didik di sekolah yang bersangkutan.
j) Memperlihatkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan memadukan sekolah dengan masyarakat.
k) Berlangsung sesuai dengan proses penilaian diri, baik mengenai program itu sendiri maupun kemajuan para peserta didik.
l) Program itu menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan dalam hal pelayanan individual dan kelompok.
m)Program memiliki alat ukur yang objektif dan mencakup berbagai bidang layanan yaitu bidang pribadi, sosial, belajar, dan bidang karir. n) Program bimbingan merupakan bagian yang integral dari program
pendidikan di sekolah. (dalam Giyono, 2007).
konseling merupakan bagian yang integral dari program pendidikan di
sekolah dalam artian bahwa program bimbingan dan konseling merupakan komponen yang sangat penting dalam satuan pendidikan. Dengan adanya program bimbingan dan konseling akan mempermudah konselor sekolah
dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Dalam pelaksanaannya pun konselor sekolah dapat melibatkan pihak-pihak tertentu
seperti staf dan jajaran guru, pihak diluar sekolah, wali murid. 2) Sasaran Pelayanan Bimbingan dan Konseling
a.Layanan kepada peserta didik
Bimbingan melayani semua peserta didik, dengan pengertian bahwa program bimbingan hanya diperuntukkan kepada peserta didik tertentu
atau peserta didik yang mengalami kesulitan saja. Bimbingan juga membantu peserta didik membuat perencanaan dan mengambil keputusan dan bukan menyiapkan nasehat. Bimbingan membantu guru
mata pelajaran dan tenaga pendidik lainnya dalam membantu peserta didik tetapi bukan mengambil alih tugas mereka.
b.Layanan kepada kepala sekolah
Membantu penyelenggaraan latihan dalam jabatan bagi guru dan staf sekolah lainnya dalam upaya meningkatkan kemampuan mereka untuk
melaksankan program bimbingan di sekolah. Membantu pelaksanaan seleksi atau penerimaan dan penempatan peserta didik serta tindak
dalam rangka partisipasi sekolah dalam masyarakat untuk memecahkan
atau menangani masalah sosial yang berkaitan dengan masalah pendidikan.
c.Layanan kepada guru
Penyajian informasi mengenai diri peserta didik kepada guru dan bantuan menafsirkan informasi tersebut. Membantu guru
mempersiapkan mental peserta didik untuk mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Membantu guru memecahkan masalah belajar yang dihadapi oleh peserta didik. Bersama-sama guru
mata pelajaran dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan kurikuler, serta membantu guru dalam pengelolaan kelas.
d.Layanan kepada orang tua dan masyarakat
Membantu orang tua untuk lebih memahami anaknya, membantu orang tua untuk mengenal dan memahami program pembelajaran di sekolah
tempat anaknya belajar, serta memberikan informasi kepada masyarakat sekitar sekolah yang bersangkutan mengenai rencana-rencana,
program-program yang dilaksanakan di sekolah tersebut.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dipahami bahwa program bimbingan dan konseling di sekolah itu tidak terbatas pada layanan bimbingan kepada
peserta didik yang secara nyata mengalami kesulitan . Akan tetapi lebih dari itu program bimbingan mencakup layanan kepada semua peserta didik baik
6. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Penyusunan program merupakan seperangkat kegiatan yang merumuskan masalah dan tujuan, bentuk-bentuk kegiatan, personal, fasilitas, anggaran, serta berbagai bentuk usulan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka
waktu tertentu (Hibana, S. Rahman,2003). Penyusunan program bimbingan di sekolah harus disusun secara sistematik supaya dapat diselenggarakan
secara efisien dan efektif. Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling diperlukan adanya perencanaan-perencanaan sehingga mempermudah konselor sekolah dalam penyusunan program. Dalam artian
adanya kejelasan arah dalam pelaksanaan program bimbingan serta terlaksananya program bimbingan secara lancar, efisien dan efektif. Ada
beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu:
“Analisis kebutuhan dan permasalahan siswa, penentuan tujuan program layanan bimbingan yang akan dicapai, analisis situasi dan kondisi sekolah, penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan, penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan, penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan, persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan, perkiraan tentang hambatan dan usaha yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan”
(Nurihsan,2007:40)
1. Analisis kebutuhan dan permasalahan siswa
Konselor perlu mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan peserta didik. Seperti yang diungkapkan Ohlsen (Sukardi 1990) “program
bimbingan dan konseling haruslah disusun atas dasar kebutuhan dan permasalahan siswa”. Kebutuhan atau masalah peserta didik dapat
intelektual, mencapai kematangan hubungan dengan teman sebaya, dan
mencapai kematangan dalam pilihan karir (Syamsu, 2009:74).
Selain menidentifikasi tugas-tugas perkembangan siswa, hal yang perlu dilakukan adalah menganalisis masalah-masalah yang dialami siswa
seperti masalah pribadi, sosial, belajar dan karir.
Teknik untuk memahami kebutuhan dan permasalahan siswa dapat
dilakukan melalui tes dan nontes. (Syamsu,2009:70).
2. Penentuan tujuan program layanan bimbingan yang akan dicapai
Tujuan merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil yang
diharapkan atau sesuatu yang ingin dicapai melalui kegiatan yang diprogramkan.. Tujuan bimbingan dan konseling merupakan pernyataan
yang menggambarkan kualitas perilaku atau pribadi siswa yang diharapkan berkembang melalui strategi layanan kegiatan yang telah diprogramkan. (Syamsu, 2009:71). Bimbingan dan konseling bertujuan
untuk membantu siswa agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dan mampu mengatasi
setiap permasalahan yang dihadapi. Perumusan tujuan bimbingan dan konseling didasarkan pada hasil “need assessment” yang telah dilakukan (Syamsu,2009).
3. Analisis situasi dan kondisi sekolah
Melakukan analisis terhadap situasi dan kondisi sekolah merupakan
analisis terhadap situasi dan kondisi sekolah akan mempermudah
konselor dalam penentuan tujuan program bimbingan dan konseling serta mempermudah dalam penyusunan program bimbingan dan konseling.
4. Penetapan teknik dan metode yang akan digunakan dalam kegiatan
Untuk dapat melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling dengan baik dan tercapai tujuan yang diinginkan diperlukan berbagai teknik dan
metode. Penggunaan teknik dan metode yang tepat akan sangat membantu keberhasilan proses bimbingan dan konseling. Menurut Tijan
(2000) “pada garis besarnya, teknik dan metode bimbingan dan konseling
dibagi menjadi dua yaitu bimbingan secara kelompok dan bimbingan secara individual”. Dalam pelaksanaannya bimbingan kelompok
dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu bimbingan kelompok, klasikal, dan bimbingan massal. Menurut Syamsudin (dalam Tijan,2000) “perbedaan tersebut didasarkan pada tujuan dan cara-cara
pelaksanaannya”.
5. Penentuan jenis kegiatan yang akan dilakukan
Penentuan jenis kegiatan dalam pelayanan bimbingan dan konseling meliputi ke tujuh layanan dan empat bidang bimbingan. Yaitu layanan
orientasi, layanan informasi, layanan penempatan/penyaluran, layanan pembelajaran, layanan konseling individual, layanan bimbingan kelompok dan layanan konseling kelompok. Sedangkan ke empat bidang
konseling seperti instrumen layanan dan himpunan data, alih tangan
kasus, kunjungan rumah, dan konferensi kasus.
6. Penetapan personil yang akan melaksanakan kegiatan
Personel pelaksana program bimbingan dan konseling adalah semua
unsur yang terkait dalam organigram pelayanan bimbingan dan konseling dengan koordinator dan konselor sekolah sebagai pelaksana utamanya.
Artinya layanan bimbingan dan konseling bukan hanya tanggung jawab konselor sekolah tetapi juga tanggung jawab pimpinan sekolah (kepala sekolah dan wakil kepala sekolah), wali kelas, dan guru bidang studi, staf
administrasi sesuai dengan kemampuan dan kewenangan masing-masing (Uman, 2009:7).
7. Persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan
Fasilitas dan pembiayaan merupakan aspek penting yang harus
diperhatikan dalam suatu program bimbingan dan konseling. Kedua aspek ini tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya, karena tanpa adanya pembiayaan yang memadai maka pengadaan fasilitas
ataupun sarana dan prasarana akan terhambat. Menurut Nurihsan (50:2007) pos-pos penting lain yang perlu dibiayai adalah honorium
personel bimbingan, pemeliharaan sarana fisik, pengadaan alat-alat tes, pelaksanaan penataran bagi personel bimbingan, pengadaan alat-alat tes, serta pengadaan alat-alat tulis. Adapun sarana dan prasarana yang
data, serta kelengkapan penunjang teknis dan administrasi
(Syamsu,2009:98).
Sukardi dan Sumiati (1990:23) menyatakan bahwa ”fasilitas fisik dan
fasilitas teknis merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah”. Fasilitas fisik terdiri dari ruang bimbingan dan konseling dan alat perlengkapan
ruangan, fasilitas teknis terdiri dari alat pengumpul data seperti angket, tes, dan lainnya.
Di samping rumusan tentang aspek-aspek di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1) Program hendaknya selaras dengan program pendidikan dan pembelajaran di sekolah yang bersangkutan dengan menggunakan sarana yang ada di sekolah dan dan luar sekolah.
2) Semua staf sekolah dibantu dalam menelaah kebutuhan, masalah, dan sifat-sifat peserta didik.
3) Program bimbingan diusahakan mendapat bantuan yang berkesinambungan dari semua staf sekolah dan program bimbingan itu harus dipahami oleh mereka semua.
4) Usahakan untuk mengetahui kemampuan setiap anggota staf sekolah dalam kaitannya dengan bimbingan dan konseling.
5) Usahakan pula bantuan dari pihak orang tua peserta didik, masyarakat, dan unsur-unsur setempat lainnya.
6) Teliti pelayanan dan kegiatan lain yang sudah dan sedang dilakukan dalam program bimbingan di sekolah yang bersangkutan.
7) Buat analisis bagi setiap pelayanan pokok dalam program bimbingan kemudian diuji dan dinilai berdasarkan analisis tugas itu.
8) Tentukan pimpinan program dan berikan tugas kepada semua anggota pelaksanaanya sesuai dengan analisis tugas.
9) Rencanakan dan laksanakan latihan dalam jabatan sesuai dengan penelaahan tentang kebutuhan dan kemampuan setiap anggota staf sekolah.
11) Rencanakan dan laksanakan penilaian yang memadai tentang efektivitas program bimbingan tersebut.
(dalam Giyono, 49).
Dalam penyusunan program bimbingan perlu ditempuh langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Miller (dalam Soejipto dan Raflis, 2007)
menggunakan tahapan kegiatan sebagai berikut: 1) Tahap persiapan
Pada tahap ini dilakukan survey untuk inventarisasi tujuan, kebtuhan-kebutuhan dan kemampuan sekolah akan program bimbingan , serta kesiapan sekolah untuk melaksanakan program bimbingan. Tahap ini penting untuk menarik perhatian anggota staf sekolah dalam bidang bimbingan, untuk menentukan titik tolak program, dan memelihara suasana psikologis yang menguntungkan karena semua pihak yang bersangkutan diajak berpartisipasi sejak permulaan.
2) Pertemuan-pertemuan awal
Tahap kedua yaitu pertemuan antara personal ynag tertarik dan mempunyai kemampuan dalam bidang bimbingan dan konseling. Hal ini dipergunakan untuk mendiskusikan pentingnya akan kebutuhan program bimbingan. Tujuan utama dari pertemuan ini adalah untuk menanamkan pengertian bagi para peserta tentang tujuan dari program bimbingan di sekolah.
3) Pembentukan panitia sementara
Tahap ketiga untuk merumuskan program bimbingan adalah tugas panitia sementara adalah menentukan tujuan program bimbingan di sekolah, mempersiapkan bagan organisasi program bimbingan, membuat kerangka dasar dari program bimbingan.
4) Pembentukan panitia penyelenggara program
Tugas dari panitia penyelenggara program adalah mempersiapkan program tes, mempersiapkan dan melaksanakan sistem pencatatan, mempersiapkan dan melaksanakan latihan bagi pelaksana program bimbingan.
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling akan dapat mencapai hasil yang
efektif bilamana dimulai dari adanya program yang disusun dengan baik, program bimbingan dan konseling akan memberikan arah yang jelas dalam
Di samping rumusan tentang tahapan-tahapan penyusunan program
bimbingan dan konseling sebagaimana dikemukakan di atas , berikut ini disajikan langkah atau mekanisme penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah yang urutannya cukup sederhana, yaitu:
1) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sekolah terutama yang berkaitan kegiatan bimbingan. Pada kegiatan ini dapat dilakukan pertemuan-pertemuan dengan personel sekolah lainnya guna mendapatkan masukan (input) mengenai berbagai hal yang perlu ditangani oleh konselor.
2) Setelah data terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas kegiatan yang akan dilakukan, sekaligus menyusun konsep program bimbingan yang akan dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Dalam kegiatan ini ditentukan personalia yang akan melaksanakan program kegiatan serta sasaran dari program.
3) Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah,
4) Penyempurnaan konsep program yang telah dibahas bersama kepala sekolah.
5) Pelaksanaan program yang telah direncanakan 6) Mengadakan evaluasi program bimbingan.
7) Dari hasil evaluasi program dilakukan penyempurnaan untuk program berikutnya.
(Soetjipto & Raflis:92-93).
Tersusunnya program bimbingan dengan baik merupakan sebagian dari keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling. Dalam penyusunan
program bimbingan, kerjasama konselor dengan personel lain disekolah merupakan suatu syarat yang tidak dapat dipisahkan. Kerjasama ini akan menjamin tersusunnya program bimbingan dan konseling yang
komprehensif, memenuhi sasaran, serta realistik.
Rochman Natawidja dan Moh. Surya (dalam Soetjipto dan Raflis, 2004),
a) Memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha, biaya dengan menghindari kesalahan-kesalahan, dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan.
b) Memungkinkan siswa untuk mendapatkan layanan bimbingan secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan, ataupun dalam jenis layanan bimbingan yang diperlukan
c) Memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami peranannya masing-masing dan mengetahui bagaimana dan dimana mereka harus melakukan upaya secara tetap.
d) Memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan siswa yang dibimbingnya.
Pendapat di atas menekankan perlunya rumusan program bimbingan dan konseling yang jelas dan sistematik, terciptanya program bimbingan yang baik merupakan sebagian dari keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan
konseling. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyusunan program bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang penting karena
penyusunan program bimbingan dan konseling merupakan langkah awal dalam pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Sehingga dapat diharapkan pelayanan bimbingan dapat terlaksana dengan efektif dan
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini meneliti mengenai unjuk kerja guru bimbingan dan konseling
dalam penyusunan program bimbingan dan konseling, hal tersebut merupaka