• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMA NEGERI DI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMA NEGERI DI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMA NEGERI DI BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh EKA SUSANTI

Masalah dalam penelitian ini adalah unjuk kerja konselor sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada SMA Negeri di Bandarlampung yang kurang baik. Adapun permasalahannya adalah “sejauhmana pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri Bandarlampung?”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas unjuk kerja konselor sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan populasi seluruh konselor sekolah di SMA Negeri Bandarlampung. Teknik pengumpulan datanya adalah menggunakan angket tentang pelaksanaan unjuk kerja layanan bimbingan dan konseling dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling yaitu dari layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan bimbingan belajar, layanan individual, layanan konseling kelompok, dan layanan bimbingan kelompok sudah terlaksana secara optimal, kontinyu, dan konsisten. Berdasarkan interval yang telah ditentukan sebelumnya diperoleh kategori, 52%-69% merupakan kategori kurang baik, 70%-87% merupakan kategori cukup baik, 88%-104% merupakan kategori baik. Secara keseluruhan unjuk kerja konselor sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling sudah terlaksana cukup baik, yaitu sebesar 85.04 %. Berdasarkan hasil dan kesimpulan, ada beberapa saran yang dapat disampaikan: (1) konselor diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan layanan yang sudah terlaksana secara baik, serta layanan yang kurang terlaksana secara baik diharapkan terlaksana secara baik, agar pemberian layanan bimbingan dan konseling yang akan datang lebih baik lagi dan perkembangan diri siswa semakin optimal. (2) peneliti berikutnya disarankan untuk dapat melakukan penelitian lainnya mengenai keefektivan unjuk kerja tersebut dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, dan mengenai unjuk kerja konselor sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling didaerah lain.

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah

Evaluasi merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan.

Tanpa evaluasi tidak dapat mengetahui dan mengidentifikasi keberhasilan

pelaksanaan program layanan bimbingan yang telah direncanakan. Evaluasi

program bimbingan merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan

program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain bahwa

keberhasilan program dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi

yang hendak dilihat lewat kegiatan penilaian. Evaluasi kinerja konselor

sekolah dalan pelaksanaan layanan bimbingan konseling di sekolah adalah

segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas

kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di

sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai

dengan program bimbingan yang dilaksanakan.

Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan

program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada

(3)

pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu

siswa memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang lebih baik.

Prayitno (2008: 114), menjelaskan bahwa:

“tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan yang dimilikinya seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya, berbagai latar belakang yang ada seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi, serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan sesuai dengan kompleksitas permasalahnnya itu.”

Hal ini sejalan dengan tujuan umum layanan bimbingan dan konseling yang telah ditetapkan oleh SK Mendikbud No 025/0/1995 bahwa bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

(4)

merupakan proses perkembangan yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan.

Asmani, (2010: 196) menyatakan bahwa:

“guru bimbingan konseling memiliki tugas, tanggung jawab, dan wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan konseling konseling berhubungan dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah. Tugas guru bimbingan konseling di sekolah yaitu membantu peserta didik dalam beberapa hal, yaitu dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, pengembangan kehidupan sosial, pengembangan kemampuan belajar, pengembangan dan karier.”

Layanan bimbingan dan konseling di sekolah harus dikaitkan dengan perkembangan sumber daya manusia seutuhnya, pelayanan bimbingan, dan konseling semestinya dapat menyediakan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya seperti masalah pribadi, sosial, pekerjaan, dan lain sebagainya. Selain itu program bimbingan dan konseling pada dasarnya memberikan bantuan kepada siswa agar dapat mengenal dirinya secara matang.

(5)

ditemui di sekolah-sekolah, dan diharapkan terdapat perubahan pada konselor sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling di sekolah.

Ilfiandra (2006) mengemukakan bahwa mutu proses pelayanan bimbingan konseling merujuk pada sejauh mana layanan bimbingan konseling mengintegrasikan, mendistribusikan, mengelola, dan mendayagunakan program, personel, fasilitas, dan pembiayaan secara optimal.

Sesuai dengan ketentuan Surat Keputusan Bersama Mentri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Nomor 0433/P/1993 dan nomor 25 tahun 1993, (dalam Muhammad, 2004: 28) diharapkan pada setiap sekola ada petugas yang melaksanakan layanan bimbingan, yaitu konselor sekolah dengan rasio satu orang konselor sekolah untuk 150 orang peserta didik.

(6)

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SMA N 14 Bandarlampung, tanggal 9 Januari 2012 masih terdapat guru bidang studi yang merangkap sebagai konselor sekolah hal ini karena konselor sekolah yang pendidikan terakhirnya bimbingan konseling hanya dua orang saja dan tidak sesuai dengan banyaknya kelas yang harus diasuhnya yaitu 17 kelas. Disana hanya terdapat tiga konselor sekolah, bimbingan dan konseling yang dilakukan disana pun lebih terfokus pada masalah-masalah yang ditimbulkan oleh siswa, melakukan razia kerapihan, dan razia alat komunikasi yang dilarang untuk dibawa ke sekolah, guru-guru disana juga beranggapan bahwa konselor sekolah dapat dilaksanakan oleh siapa saja hal ini diketahui saat peneliti menanyakan kepada salah satu konselor sekolah yang ada di SMA tersebut.

(7)

Menurut Prayitno (2004:341) keseluruhan unjuk kerja konselor sekolah meliputi beberapa gugus yang masing-masing gugus terdiri atas sejumlah butir unjuk kerja. Unjuk kerja tersebut merupakan kegiatan yang ditampilkan oleh seorang guru pembimbing dalam rangka pelaksanaan tugas atau pengembangan profesional bimbingan dan konseling. Selanjutnya masing-masing butir unjuk kerja itu dilengkapi dengan dasar-dasar teori keilmuan atau rasional, tekhnik-tekhnik khusus sarana serta perlengkapan pendukungnya. Sehingga butir unjuk kerja itu dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Lebih jauh lagi, pelaksanaan butir-butir unjuk kerja tersebut perlu ditunjang oleh sarana kerja nilai dan sikap, serta kemampuan khusus konselor sekolah, tampaklah bahwa masing-masing butir untuk kerja tersebut merupakan kegiatan yang cukup kompleks yang sekaligus terpadukan didalamnya unsur-unsur keilmuan, tehnik, nilai, sikap, dan kemauan.

(8)

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka diidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Ada sekolah yang konselor sekolahnya kurang memahami pelaksanaan layanan bimbingan konseling.

b. Ada sekolah yang konselornya hanya berfokus pada siswa yang bermasalah saja.

c. Ada konselor sekolah yang kurang berperan dalam melaksanakan layanan bimbingan konseling disekolah.

d. Ada sekolah yang beranggapan konselor bisa dilaksanakan oleh siapa saja.

3. Batasan Masalah

Dalam pembatasan masalah, peneliti memfokuskan penelitian pada unjuk kerja konselor sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

4. Rumusan Masalah

(9)

B. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian

Adapun secara umum tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui unjuk kerja konselor sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri Bandarlampung.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dilihat dari segi teoritis dan praktis, yaitu sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu pengetahuan, mengenai unjuk kerja konselor sekolah dalam pelaksanaan bimbingan konseling.

b. Kegunaan Praktis

(10)

C. Ruang Lingkup Penelitian

Supaya lebih jelas dan penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:

1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan konseling tentang pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

2. Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah unjuk kerja konselor sekolah SMA Negeri Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013

3. Ruang Lingkup Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah konselor sekolah yang ada di SMA Negeri Bandarlampung.

4. Ruang Lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini adalah SMA Negeri Bandarlampung.

5. Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan surat penelitian pendahuluan yaitu Tahun Pelajaran 2012/2013.

D. Kerangka Pemikiran

(11)

konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Menurut Winkel (1991:105) konselor sekolah adalah tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di Perguruan Tinggi dam mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan. Jadi yang dimaksud dengan unjuk kerja konselor sekolah adalah cara kerja seorang konselor sekolah dalam mewujudkan tugas dan perannya dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. Konselor sekolah merupakan petugas profesional, artinya secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Mereka dididik secara khusus untuk mengusai seperangkat kompetensi yang diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling.

Menurut Sukardi (2002:1) bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita, mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Menurut Djamarah (2005: 37) unjuk kerja konselor sekolah, tidak dapat diabaikan karena konselor sekolah harus terlibat dengan kehidupan di masyarakat, dengan interaksi sosial, tidak sebatas dinding sekolah tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.

(12)
(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia. Dari manusia artinya pelayanan ini diselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan manusia dengan segenap dimensi kemanusiaannya. Bimbingan secara umum dapat diartikan berada dalam bentuk pendidikan, bimbingan mengandung layanan kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan siapa saja yang dapat dibantu, bimbingan tegasnya merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain sehubungan dengan membuat dan memutuskan pilihan.

(14)

Menurut pandangan Crow & Crow (dalam Prayitno dan Erman Amti 2008: 94) menyatakan bimbingan adalah:

“Bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, dan menanggungnya bebannya sendiri”.

Sedangkan pengertian konseling menurut Jones (dalam Prayitno dan Erman Amti 2008 : 100):

“konseling adalah egiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung memecahkan masalah itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditunjukkan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan”.

Dari pendapat diatas maka jelas bahwa bimbingan dan konseling di sekolah adalah proses pemberi bantuan yang diberikan oleh konselor kepada seorang klien atau siswa terus menerus. Dengan bimbingan dan konseling diharapkan klien atau siswa dapat menentukan pilihan-pilihan menyesuaikan diri, memahami dirinya mencapai kemampuan yang optimal memikul tanggung jawab.

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling

(15)

terkandung didalam masing-masing fungsi. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsi bimbingan, agar hasil yang dicapai secara jelas dapat di identifikasi dan dievaluasi.

Menurut Prayitno (2008: 197) terdapat empat fungsi dari bimbingan dan konseling yaitu:

a. Fungsi Pemahaman

Bimbingan merupakan suatu usaha bantuan yang diberikan secara terus-menerus dan sistematis oleh seorang pembimbing kepada siswa atau peserta didik. Pembimbing harus dapat memahami berbagai aspek yang menunjang dan dapat membantu perkembangan siswa secara sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta kepribadian yang ada. Pemahaman yang sangat perlu dihasilkan oleh layanan bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh klien sendiri dan oleh pihak-pihak yang akan membantu klien, serta pemahaman tentang lingkungan klien oleh klien.

b. Fungsi Pencegahan

(16)

c. Fungsi Pengentasan

Dalam kenyataan tidaklah mungkin anak terbatas dan kadang ia mengalami masalah atau kesulitan ringan atau berat. Dalam berbagai masalah itu anak belum tentu dapat memecahkan permasalahan yang ia hadapi walaupun itu hanya masalah ringan apalagi masalah yang sangat berat dan komplit permasalahannya. Dalam hal ini fungsi pengentasan membantu memecahkan masalah yang dihadapi.

d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan

Seluruh potensi yang dimiliki seseorang itu perlu dikembangkan agar petensi itu dapat berkembang sesuai yang diharapkan dan seoptimal mungkin. Seseorang perlu mendapatkan beberapa hal, diantaranya ada dorongan atau motivasi dari pihak lain, seperti dari keluarga, fasilitas maupun dari guru pembimbing.

(17)

3. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling

Menurut Prayitno (2008: 218) dalam pelayanan bimbingan dan konseling perlu diperhatikan sejumlah prinsip yaitu:

a. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan

1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi.

2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi tingkah laku individu yang unik dan dinamis.

3) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.

4) Bimbingan kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.

b. Prinsip berkenaan dengan masalah individu

1) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu tehadap penyesuai diri dirumah, disekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial, dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental, dan fisik individu.

(18)

c. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan

1) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan perkembangan individu. Oleh karena itu program Bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta perkembangan peserta didik.

2) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, sesuai dengan kebutuhan individu, kondisi, masyarakat, dan kondisi lembaga.

3) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan dari yang terendah sampai yang tertinggi.

4) Tahap isi dan pelaksaan program bimbingan dan konseling perlu diadakan penilaian yang teratur dan terarah.

d. Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan

1) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi masalahnya.

2) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemampuan individu itu sendiri, bukan kerena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain. 3) Permasalahan individu harus ditangani oleh ahli dalam bidang yang

relevan dengan permasalahan yang dhadapi.

4) Dilaksanakan oleh tenaga ahli yang memperoleh pendidikan dan latihan khusus dalam bidang bimbingan dan konseling.

(19)

6) Guru dan konselor berada dalam satu rangka upaya pelayanan.

7) Perkembangan program-program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang efektif maksimal dari hasil pengukuran dan penelitian terhadap individu.

8) Organisasi program bimbingan hendaknya fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan lingkungannya.

9) Tanggung jawab pengelolaan program bimbingan dan konseling hendaknya diletakkan dipundak seorang pemimpin program yang terlatih dan terdidik.

10) Penilaian periodik perlu dilakukan terhadap program yang sedang berjalan.

Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil-hasil teori dan praktek yang dirumuskan dan dijadikan pedoman dan dasar bagi penyelenggaraan pelayanan. Prinsip-prinsip itu berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah individu, program, dan penyelenggaraan pelayanan dan bimbingan konseling. Konselor terikat oleh prinsip-prinsip tersebut, disekolah maupun di luar sekolah.

4. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Menurut Prayitno (2008: 112) terdapat dua tujuan dari bimbingan dan konseling yaitu:

a. Tujuan umum program bimbingan dan konseling

(20)

1) Mengikuti kemauan-kemauan atau saran-saran konselor. 2) Mengadakan perubahan tingkah laku secara positif. 3) Melakukan pemecahan masalah.

4) Melakukan mengambil keputusan, pengembangan kesadaran, dan pengembangan pribadi.

b. Tujuan khusus program bimbingan dan konseling

Setelah siswa memperoleh layanan bimbingan di sekolah, maka tujuan khusus yang ingin dicapai di antaranya:

1) Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya termasuk lingkungan sekolah, keluarga, dan kehidupan masyarakat yang lebih luas.

2) Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

3) Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi dan menyalurkan potensi-potensi yang dimilikinya dalam pendidikan dalam lapangan kerja.

(21)

5. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling

Penyelenggaraan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan atas asas-asas itu akan memperlancar pelaksanaan dan menjamin keberhasilan layanan atau kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.

Asas-asas bimbingan dan konseling menurut Prayitno (2008:114-120) a. Asas Kerahasiaan

Yaitu mengandung arti bahwa segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain.

b. Asas Kesukarelaan

(22)

c. Asas Keterbukaan

Dalam pelaksanaan bimbingan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik keterbukaan konselor maupun keterbukaan dari klien.

d. Asas Kekinian

Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan bukan masalah yang mungkin akan dialami dimasa yang akan datang.

e. Asas Kemandirian

Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan peserta didik dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, atau tergantung pada konselor.

f. Asas Kegiatan

Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling.

g. Asas kedinamisan

Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.

h. Asas keterpaduan

(23)

kepribadian yang kalau keadaanya tidak seimbang, serasi, dan terpadu justru akan menimbulkan masalah.

i. Asas kenormatifan

Bahwa usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma-norma agama, norma-norma adat, norma-norma hukum negara, norma ilmu, atau kebiassaan sehari-hari.

j. Asas keahlian

Usaha bimbingan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, tekhnik, dan alat (instrumentasi bimbingan dan konseling) yang memadai.

k. Asas alih tangan

Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas ahli tangan jika konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, namun individu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana diharapkan, maka konselor dapat mengirim individu tersebut kepada petugas atau badan yang lebih ahli.

l. Asas tutwuri handayani

(24)

hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.

Apabila asas-asas itu diikuti dan terselenggara dengan baik diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Sebaliknya apabila asas-asas itu diabaikan atau dilanggar sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan bimbingan dan konseling, bahkan akan dapat merugikan orang-orang yang terlibat didalam pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri.

6. Jenis- Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

Adapun jenis layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang dikemukakan oleh Sukardi (2002: 43) adalah sebagai berikut:

1) Layanan orientasi yaitu memberikan pengenalan kepada siswa tentang kegiatan dan situasi pendidikan yang akan ditempuhnya agar siswa memperoleh penyesuaian diri dalam situasi pendidikan yang dihadapinya. Materi kegiatan layanan orientasi menyangkut:

a) Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah. b) Peraturan dan hak- hak serta kewajiban siswa.

c) Organisasi dan wadah-wadah yang dapat membantu dan meningkatkan hubungan sosial siswa.

d) Kurikulum dengan seluruh aspek-aspeknya. e) Peranan kegiatan bimbingan karir.

(25)

2) Layanan informasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak-pihak lain menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan, jabatan, dan informasi sosial) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan.

Materi layanan informasi menyangkut:

a) Tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir tentang kemampuan dan perkembangan pribadi.

b) Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta bentuk-bentuk penyaluran, dan pengembangannya.

c) Tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata karma, dan sopan santun. d) Nilai-nilai sosial, adat istiadat, dan upaya yang berlaku dan berkembang

di masyarakat.

e) Mata pelajaran dan pembidangannya seperti progam inti, program khusus, dan program tambahan.

f) Sistem penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat mengikuti ujian. g) Fasilitas penunjang atau sumber belajar.

h) Cara mempersiapkan diri dan belajar disekolah.

i) Syarat-syarat memasuki suatu jabatan, kondisi jabatan, karir, serta prospeknya.

j) Langkah-langkah yang perlu ditempuh guna menetapkan karir. k) Memasuki perguruan tinggi yang sejalan dengan cita-cita karir.

(26)

3) Layanan penempatan dan penyaluran layanan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat (penempatan atau penyaluran didalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program khusus kegiatan koekstrakurikuler atau ekstrakulikuler) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat, serta kondisi pribadinya .

Materi kegiatan layanan penempatan dan penyaluran meliputi:

a) Penempatan kelas siswa, jurusan, dan pilihan ekstrakurikuler yang dapat menunjang pengembangan sikap, kebiasaan, kemampuan, bakat, dan minat

b) Penempatan dan penyaluran dalam kelompok sebaya, kelompok belajar, dan organisasi kesiswaan serta kegiatan sosial sekolah.

c) Membantu dalam kegiatan program khusus sesuai dengan kebutuhan siswa, baik pengajaran, perbaikan maupun program pengayaan, dan seleksi masuk perguruan tinggi.

d) Penempatan dan penyaluran siswa pada kelompok yang membahas pilihan khusus program studi sesuai rencana karir, kelompok latihan keterampilan, dan kegiatan ekstrakurikuler, atau magang, yang diadakan sekolah atau lembaga kerja.

4) Layanan bimbingan belajar yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa berkenaan dengan mengembangkan diri sikap, dan kebiasaan belajar yang baik, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainya.

Materi kegiatan layanan bimbingan belajar meliputi:

(27)

kelemahan-kelemahan, dan penanggulangannya, dan usaha-usaha pencapaian cita-cita atau perencanaan masa depan.

b) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi bertingkah laku dalam hubungan sosial dengan sebaya, guru, dan masyarakat luas.

c) Mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam diskusi belajar dan berlatih secara efektif dan efesien.

d) Tekhnik penguasaan materi pelajaran.

e) Membantu memantapkan pilihan karir yang hendak dikembangkan melalui orientasi dan informasi dunia kerja dan perguruan tinggi yang sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan.

f) Orientasi belajar diperguruan tinggi.

5) Layanan konseling individual yaitu layanan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada seorang siswa dengan tujuan berkembangnya potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri, dan dapat menyesuaikan diri secara positif.

Materi layanan konseling individual meliputi:

a) Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan diri, dan kelemahan, bakat, dan minat, serta penyalurannya.

b) Pengentasan kelemahan diri dan pengembangan kekuatan diri.

(28)

d) Mengembangkan sikap kebiasaan belajar yang baik, disiplin, terlatih, dan pengenalan belajar sesuai dengan kemampuan, kebiasaan, dan potensi diri.

e) Pemantapan pilihan jurusan dan perguruan tinggi.

f) Pengembangan dan pemantapan kecenderungan karir dan pendidikan lanjutan yang sesuai dengan rencana karir.

g) Informasi karir, dunia kerja, penghasillan, dan prospek masa depan karir. h) Pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi pribadi, keluarga, dan

sosial.

6) Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari konselor) yang berguna untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Materi layanan bimbingan kelompok meliputi:

a) Pengenalan dan sikap belajar, bakat, minat, dan cita-cita serta penyalurannya.

b) Pengenalan kelemahan diri dan penanggulangannya, kekuatan diri, dan pengembangannya.

c) Pengembangan kemampuan berkomunikasi, menerima, dan menyampaikan pendapat, bertingkah laku dan hubungan sosial, baik dirumah, sekolah maupun di masyarakat, teman sebaya di sekolah dan luar sekolah dan kondisi atau peratuaran sekolah.

(29)

e) Pengembangan tekhnik-tekhnik penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian sesuai dengan kondisi fisik, sosial, dan budaya.

f) Orientasi dan informasi karir, dunia kerja, dan upaya memperoleh penghasilan.

g) Orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan.

h) Pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan.

7) Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.

Materi layanan konseling kelompok meliputi:

a) Pemahaman dan pengembangan sikap, kebiasaan, bakat, minat, dan penyalurannya.

b) Pemahaman kelemahan diri dan penanggulangannya, pengenalan kekuatan diri, dan pengembangannya.

c) Perencanaan dan perwujudan diri.

d) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima, dan meyampaikan pendapat, bertingkah laku, dan hubungan sosial, baik dirumah, sekolah, maupun masyarakat.

e) Mengembangkan hubungan teman sebaya baik dirumah, sekolah, masyarakat, sesuai dengan kondisi.

(30)

g) Pemahaman kondisi fisik, sosial, dan budaya dalam kaitannya dengan orientasi belajar diperguruan tinggi.

h) Mengembangkan kecenderungan karir yang menjadi pilihan siswa. i) Orientasi dan informasi karir, dunia kerja, dan prospek masa depan. j) Informasi perguruan tinggi yang sesuai dengan karir yang akan

dikembangkan.

k) Pemantapan dalam mengambil keputusan dalam rangka perwujudan diri.

Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan, dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan konseling menfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual, kelompok, atau klasikal sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik.

B. Unjuk Kerja Konselor Sekolah 1. Pengertian Konselor Sekolah

(31)

tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, dan pelatihan serta melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Semua pendidik, termasuk di dalamnya konselor melakukan kegiatan pembelajaran, penilaian, pembimbingan, dan pelatihan dengan berbagai muatan dalam ranah belajar kognitif, afektif, psikomotor, serta keimanan, dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990, bab X pasal 27 ayat 2, istilah guru pembimbing atau konselor sekolah adalah seorang guru yang diangkat dengan Surat Keputusan sebagai guru. Akan tetapi karena dia lulusan bimbingan dan konseling maka diberi tugas sebagai guru pembimbing yang biasa disebut juga konselor sekolah.

Dari pengertian diatas sebagai seorang pendidik konselor sekolah adalah tenaga profesional yang bertugas:

a. Merencanakan dan menyelenggarakan proses pembelajaran. b. Menilai hasil pembelajaraan.

c. Melakukan pembimbingan dan pelatihan.

(32)

merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan, dan pengembangan karir.

2. Tugas Pokok Konselor Sekolah

Konselor sekolah adalah konselor yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan untuk membantu siswa dalam upaya menemukan dirinya, penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa depannya.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan “konselor adalah pendidik” dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2005 mengemukakan konselor adalah pelaksana pelayanan konseling di sekolah. Konselor sekolah mempunyai tugas berkenaan dengan pelayanan bimbingan dan konseling.

(33)

Menurut Prayitno (2004: 209) mengemukakan tugas konselor sekolah, sebagai berikut:

a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling

b. Merencanakan program bimbingan dan konseling terutama program-program satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung untuk satuan-satuan waktu tertentu, program-program tersebut dikemas dalam program harian, mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan

c. Melaksanakan segenap satuan layanan bimbingan dan konseling.

d. Melaksanakan segenap progam satuan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

e. Menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukung.

f. Menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

g. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

h. Mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakan.

i. Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada koordinator bimbingan dan konseling dan kepala sekolah.

(34)

kepribadian yang matang dan mengenal potensi dirinya secara menyeluruh. Dengan demikian diharapkan siswa tersebut mampu membuat keputusan terbaik untuk dirinya, baik dalam memecahkan masalah mereka sendiri maupun dalam menetapkan karir mereka dimasa yang akan datang ketika individu tersebut terjun di masyarakat.

3. Definisi Unjuk Kerja Konselor Sekolah

Menurut Daryanto (1998) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia unjuk kerja adalah sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan kemampuan kerja. Menurut Winkel (1991: 105) konselor sekolah adalah tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus diperguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan. Jadi yang dimaksud unjuk kerja konselor adalah cara kerja atau kinerja seorang konselor sekolah dalam mewujudkan tugasnya dan perannya dalam melaksanakan layanan bimbingan konseling.

(35)

sarana kerja nilai dan sikap, serta kemampuan khusus konselor sekolah. Dengan demikian, tampaklah bahwa masing-masing butir untuk kerja tersebut merupakan kegiatan yang cukup kompleks yang sekaligus terpadukan didalamnya unsur-unsur keilmuan, tehnik, nilai, sikap dan kemauan.

Perwujudan tugas dan peranan tersebut berupa unjuk kerja pelayanan bimbingan. Unjuk kerja itulah yang menjadi ukuran apakah konselor sekolah benar-benar telah melakukan sesuatu yang berharga dan yang diharapkan oleh sekolah yang selalu dinamis dan berkembang.

4. Bentuk-Bentuk Unjuk Kerja Konselor

Menurut Prayitno (2004: 341) rumusan tentang unjuk kerja itu mengacu kepada wawasan dan keterampilan yang hendaknya dapat ditampilkan oleh para lulusan program studi bimbingan dan konseling. Keseluruhan rumusan unjuk kerja itu meliputi 28 gugusan yang masing-masing terdiri dari atas sejumlah butir unjuk kerja, butir. Ke-28 gugus adalah:

a. Mengajar dalam bidang psikologi dan bimbingan dan konseling. b. Mengorganisasikan program bimbingan dan konseling. c. Menyusun program bimbingan dan konseling.

d. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling. e. Mengungkapkan masalah klien.

f. Menyelenggarakan pengumpulan data tentang minat, bakat, kemampuan, dan kondisi kepribadian.

g. Menyusun dan mengembangkan himpunan data. h. Menyelenggarakan konseling perorangan.

i. Menyelenggrakan bimbingan dan konseling kelompok. j. Menyelenggarakan orientasi studi siswa.

k. Menyelenggarakan kegiatan kooekstrakurikuler dan ekstrakurikuler. l. Membantu guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa. m. Membantu guru bidang studi dalam menyelenggarakan pengajaran

perbaikan dan program pengayaan.

(36)

p. Menyelenggarakan bimbingan karier dan pemberian informasi pendidikan atau jabatan.

q. Menyelenggarakan konferensi kasus. r. Menyelenggrakan terapi perpustakaan. s. Melakukan kunjungan rumah.

t. Menyelenggarakan lingkungan klien. u. Merangsang perubahan lingkungan klien. v. Menyelenggarakan konsultasi khusus. w. Mengantar dan menerima alih tangan. x. Menyelenggarakan diskusi profesional.

y. Memahami dan menulis karya-karya ilmiah dalam bidang bimbingan dan konseling.

z. Memahami hasil dan meyelenggarakan penelitian dalam bidang bimbingan dan konseling.

aa. Menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan konseling pada lembaga atau lingkungan yang berbeda.

bb. Berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesi bimbingan dan konseling.

Jadi yang dimaksud dengan unjuk kerja konselor sekolah adalah cara kerja konselor sekolah dalam mewujudkan tugas dan perannya dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. Selanjutnya masing-masing dari kinerja tersebut dilengkapi dengan dasar-dasar teori keilmuan, teknik-teknik khusus, sarana serta perlengkapan pendukungnya, sehingga unjuk kerja tersebut dapat terlaksana dengan baik dan efisien.

C. EvaluasiUnjuk Kerja Konselor Sekolah dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

(37)

memberikan motivasi, dan terakhir mengevaluasi kegiatan serta hasil yang dicapai melalui aktivitas layanan yang telah dicapai.

Menurut Djamarah (2005: 37) unjuk kerja konselor sekolah, tidak dapat diabaikan karena konselor sekolah harus terlibat dengan kehidupan di masyarakat, dengan interaksi sosial, tidak sebatas dinding sekolah tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Konselor sekolah merupakan petugas profesional, artinya secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Mereka dididik secara khusus untuk mengusai seperangkat kompetensi yang diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling.

Solehudin (1993) menyimpulkan bahwa:

“ruang lingkup kinerja guru bimbingan konseling di sekolah meliputi aktivitas-aktivitas seperti, menyusun program bimbingan, mengumpulkan data dan mengolah data siswa, menyelenggarakan program informasi dan orientasi, menyelenggarakan pelayanan penempatan, menyelenggarakan konseling, menyelenggarakan pelayanan pelimpahan (referal), menyelenggarakan bimbingan kelompok dan bimbingan karier, menyelenggarakan pelayanan konsultasi bagi staf sekolah dan orang tua, menyelenggarakan hubungan masyarakat, mengorganisasikan dan mengadministrasikan pelaksanaan program bimbingan, mengembangkan kemampuan profesioanal, dan menyelenggarakan evaluasi dan pengembangan program”.

(38)

mengambil keputusan. Evaluasi kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah adalah segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan drajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan pelaksanaan program bimbingan dan konseling dengan mengacu pada kriteria tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.

Repositori UPI mengemukakan bahwa kriteria yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan siswa dan pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu siswa memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang lebih baik.

Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, evaluasi diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektifan layanan bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini apat diketahui sampai sejauh mana derajat keberhasilan kegiatan layanan bimbingan dan konseling.

(39)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk

mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode

dimaksudkan agar kebenaran yang diungkapkan benar-benar dibentengi

dengan bukti ilmiah yang kuat. Dengan metode yang tepat akan

meningkatkan objektivitas hasil penelitian, karena merupakan penemuan

kebenaran yang memiliki tingkat ketepatan (validitas) dan tingkat kepercayaan (reliabilitas) yang tinggi.

Menurut Nazir (2005: 54) metode penelitian deskriptif adalah “Metode

yang dipergunakan untuk meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek,

suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, maupun suatu kelas peristiwa yang

memiliki tujuan untuk membuat gambaran, atau lukisan secara sistematis,

faktual, dan akuran tentang fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara

fenomena yang diteliti”.

Metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang

keadaan-keadaan nyata yang sedang berlangsung. Tujuan utama dalam

penggunaan metode ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaaan

yang sementara berjalan saat penelitian dilakukan, dan memeriksa

(40)

adalah cara yang digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan, dan

menjawab pertanyaan dilapangan dengan teori-teori, konsep-konsep dan

data hasil penelitian di lapangan.

Sedangkan menurut Sugiyono (2011:207) bahwa “deskriptif digunakan

untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

karena dengan metode ini penulis ingin menunjukkan keadaan sebenarnya

mengenai unjuk kerja konselor sekolah dalam pelaksanaan layanan

bimbingan dan konseling di SMA Negeri Bandarlampung.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Bandarlampung. Waktu penelitian

adalah Tahun Pelajaran 2012/2013.

C. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:117) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga

(41)

objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik,

atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konselor sekolah yang ada di

SMA Negeri Bandarlampung. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti di SMA Negeri Se-Bandar Lampung, terdapat 72 konselor sekolah

didengan rincian sebagai berikut:

Tabel. 3.1. Jumlah Populasi Penelitian di SMA Negeri Bandarlampung

NO NAMA SEKOLAH Jumlah Konselor Sekolah

1. SMA N1 Bandar Lampung 6

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini hanya satu variabel, yaitu unjuk kerja konselor

(42)

2. Definisi Operasional Variabel

Menurut Winkel (1991:105) unjuk kerja adalah kegiatan-kegiatan yang

dilakukan konselor sekolah dalam memberikan layanan bimbingan dan

konseling di sekolah. Konselor sekolah adalah seorang tenaga profesional

yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan

seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan. Unjuk kerja konselor sekolah

pada dasarnya merupakan perwujudan konselor sekolah yang secara sadar

dan terarah untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.

Definisi operasional berisi pengertian variabel yang akan dikembangkan.

Pada penelitian ini terdapat satu variabel penelitian yaitu unjuk kerja konselor

sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Maka yang

dimaksud dengan unjuk kerja konselor sekolah dalam kegiatan layanan

bimbingan dan konseling adalah cara kerja konselor sekolah dalam

melaksanakan tugas dan peranannya dalam layanan bimbingan dan konseling

bagi siswa yang meliputi: layanan orientasi, informasi, penempatan dan

pnyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan

konseling kelompok.

Jadi yang dimaksud dengan unjuk kerja konselor sekolah adalah cara kerja

atau kinerja konselor sekolah dalam mewujudkan tugas dan perannya dalam

melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. Unjuk kerja konselor

sekolah yang menjadi penelitian ini adalah unjuk kerja konselor dalam

(43)

Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang memiliki kualifikasi dari

bimbingan dan konseling.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

angket dan wawancara. Hal ini untuk mengetahui unjuk kerja konselor

sekolah dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, apakah sudah

maksimal, atau belum terlaksana secara optimal.

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan pada penelitian ini akan

digunakan berbagai metode yaitu:

1. Angket

Dalam penelitian ini, menggunakan angket. Mengingat sample penelitiannya

tidak berfokus pada satu tempat, yaitu terdapat di 17 sekolah yang berada di

Kota BandarLampung. Disamping itu juga dapat lebih mengoptimalkan

waktu. Angket merupakan salah satu alat pengumpul data yang berisi

pertanyaan atau pernyataan.

Angket yang dibuat adalah angket yang mengungkap pelaksanakan layanan

bimbingan dan konseling. Dalam kriteria dari angket tersebut dibuat dengan 2

alternatif jawaban yaitu: Ya dan Tidak .

2. Dokumentasi

Metode ini dimaksud untuk mencari dan meneliti bahan-bahan tertulis yang

(44)

melaksanakan bimbingan konseling di sekolah. Peneliti akan mericek

data-data hasil evaluasi program dan arsip - arsip penunjang penyusunan program

bimbingan konseling serta kelengkapan inventaris bimbingan konseling di

sekolah.

F. Uji Pernyataan Instrumen

Dalam suatu penelitian, hendaknya harus dilakukan terlebih dahulu pengujian

terhadap instrumen yang akan digunakan. Pengujian tersebut diantaranya

adalah pengujian validitas dan reliabilitas. Dengan menggunakan instrumen

yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil

penelitian akan menjadi valid dan reliabel.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Arikunto (2006: 168) menyebutkan bahwa

sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengukur apa yang diinginkan.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari

variabel yang diteliti secara tepat.

Validitas instrumen dilakukan secara eksternal dengan pengujian validitas

konstrak. Dalam pengujian terhadap validitas konstrak dapat digunakan

pendapat ahli (judgmen experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi

tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu,

(45)

jika dirasa instrumen tersebut sudah benar, setelah konsultasi dengan ahli

selanjutnya diteruskan dengan uji coba instrument.

Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstrak dilakukan

dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara sekor item

instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor

total dengan menggunakan rumus product moment yang dikemukakan oleh

Pearson (dalam Arikunto 2006: 170).

=== (∑ )−(∑ )(∑ ) { ∑ 2−(∑ )2 − ∑ 2−(∑ )2

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi ∑X : skor butir item ∑Y : jumlah skor total N : jumlah responden.

a. Hasil Uji Validitas

Melalui hasil perhitungan instrumen dengan menggunakan rumus product

moment dengan bantuan computer melalui program SPSS (Statistic Product

Service Solution), setelah dilakukan perhitungan maka instrument tersebut

dinyatakan valid dengan tingkat kevalidan 0,362-0,999. Berdasarkan hasil uji

validitas yang telah dilakukan oleh peneliti, ternyata masih terdapat beberapa

kesalahan pada kisi-kisi angket dan perlu diperbaiki. Kesalahan-kesalahan

tersebut diantaranya adalah terdapat pada indikator ketigabelas, pada

indikator tersebut kurang sesuai dengan definisi operasional yang ada,

(46)

indikator kedua puluh tujuh, selain itu juga terdapat kesalahan pada indikator

ketiga puluh satu dan keempat puluh sembilan, pada indikator tersebut kurang

sesuai dengan definisi operasional yang ada.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen,

cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Arikunto (2006: 178) menyatakan

instrumen yang dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang

dapat dipercaya juga. Apabila data yang diambil memang sesuai dengan

kenyataannya, maka berapa kalipun diambil hasilnya akan tetap sama.

Reliabilitas instrumen dilakukan secara internal dengan menganalisis

konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik belah dua dari

Spearman Brown (Split half).

= + Keterangan :

ri : reliabilitas internal seluruh instrumen

rb : korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh

(47)

analisis data yang digunakan adalah metode statistik deskriptif. Seperti yang

diungkapkan oleh Sugiyono (2010:208) penelitian yang dilakukan pada

populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik

deskriptif dalam analisisnya.

Dengan menggunakan statistik deskriptif peneliti hanya ingin

mendeskripsikan data dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku

untuk populasi dimana data diambil. Hal ini seperti yang ditegaskan oleh

Sugiyono (2010:207-208) bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Kegiatan yang dilakukan dalam analisis data adalah :

1. Mengumpulkan data yang diperoleh dari angket.

2. Mengelompokkan hasil dari data yang telah diperoleh.

3. Menpersentasikan hasil data yang telah dikelompokkan tersebut dengan

menggunakan rumus persentase yang dikemukakan oleh Ali (1985: 184).

= %

keterangan :

P : prosentase

n : jumlah jawaban dari seluruh item N : jumlah perkalian item dengan responden

4. Mengadakan pembahasan hasil penelitian ini dan sekaligus menarik suatu

(48)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, khususnya

analisis data seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan dapat

disimpulkan bahwa, pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada

SMA Negeri di Bandarlampung sudah baik. Hal ini dilihat dari kegiatan -

kegiatan yang sudah terlaksana secara baik. Layanan bimbingan dan

konseling sudah terlaksana secara optimal, dan sudaah dirasakan

manfaatnya oleh siswa, staf sekolah dan masyarakat.

B. Saran

Setelah peneliti menyelesaikan penelitian, membahas, dan mengambil

kesimpulan, maka dengan ini penulis mengajukan saran-saran yang akan

diberikan berupa anjuran maupun konsep dan ditujukan kepada:

1. Kepada Guru Bimbingan dan Konseling

a. Agar dapat mempertahankan dan meninggkatkan kegiatan yang

sudah terlaksana dengan baik dan optimal.

b. Memperdalam pengetahuan tentang layanan bimbingan dan

konseling agar layanan bimbingan belajar dimasa yang akan datang

(49)

2. Kepala Sekolah SMA Negeri Bandarlampung

a. Agar lebih banyak mengikut sertakan guru-guru BK yang ada

dibawah pimpinannya dalam berbagai kegiatan pelatihan tentang

BK.

b. Memperhatikan pelaksanaan layanan bimbingan konseling dan

mengawasi pelaksanaannya.

c. Layanan orientasi sebaiknya dikerjakan oleh konselor sekolah

bukan Waka Kesiswaan, karena Waka Kesiswaan hanya bertugas

untuk membantu melaksanakan tugas-tugas Kepala Sekolah

3. Peneliti Berikutnya

Peneliti berikutnya agar dapat meneliti lebih banyak sekolah terkait

dengan unjuk kerja kerja konselor sekolah dalam pelaksanaan layanan

(50)

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

OLEH EKA SUSANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(51)

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMA NEGERI DI BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013 (Skripsi)

Oleh: EKA SUSANTI

0713052026

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(52)

DAFTAR ISI A. Layanan Bimbingan dan Konseling ... 12

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ... 12

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling ... 13

3. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling ... 16

4. Tujuan Bimbingan dan Konseling ... 18

5. Azas-azas Bimbingan dan Konseling ... 20

(53)

3. Defenisi Unjuk Kerja Konselor Sekolah ... 33

4. Bentuk-bentuk Unjuk Kerja Konselor Sekolah ... 34

C. Evaluasi Unjuk Kerja Konselor Sekolah Dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ... 35

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Metode Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Populasi Penelitian ... 39

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 40

1. Variabel Penelitian ... 40

2. Definisi Operasional Variabel ... 40

E. Tekhnik Pengumpulan Data ... 42

1. Angket ... 42

2. Dokumentasi ... 42

F. Uji Pernyaratan Instrumen ... 43

G. Tekhnik Analisis Data ... 45

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47

B. Pembahasan ... 61

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulam ... 67

B. Saran ... 67

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1985. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmani, Jamal M. 2010. Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

Yogyakarta. DIVA Press.

Daryanto. 1998. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo.

Djamarah, S. B. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Giyono. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Universitas Lampung

Hadi, S. 1986. Metode Research . Jakarta. PT Rineka Cipta

Hartono. 2004. Statistik untuk penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Repository UPI.

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_ppb_0704212_chapter2.pdf. Sabtu, 02 Februari 2013

Masya, H. 2009. Implementasi Pengetahuan Keterampilan Konseling

dalam Pelaksanaan Layanan Konseling Individual Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri di Bandar Lampung Tahun 2008-2009”. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Bandar Lampung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas lampung.

Muhammad, H. 2004. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ciawi: Ghalia Indonesia.

Nurihsan, AJ. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

(55)

---. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: FIP- UNP.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA

Sukardi. DK. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

---. DK. 2003. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Alvabeta CV.

Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional.

(56)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Jumlah Populasi Penelitian………. 37 4.1. Rekapitulasi unjuk kerja konselor dalam pelaksanaan layanan orientasi 48 4.2. Rekapitulasi unjuk kerja konselor dalam pelaksanaan layanan informasi 50 4.3. Rekapitulasi unjuk kerja konselor dalam pelaksanaan layanan

penempatan dan penyaluran………... 52 4.4. Rekapitulasi unjuk kerja konselor dalam pelaksanaan layanan

bimbingan dan belajar……… 54 4.5. Rekapitulasi unjuk kerja konselor dalam pelaksanaan layanan

konseling individual……… 56 4.6. Rekapitulasi unjuk kerja konselor dalam pelaksanaan layanan

bimbingan kelompok……….. 58 4.7. Rekapitulasi unjuk kerja konselor dalam pelaksanaan layanan

(57)

DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman

4.1 Pelaksanaan layanan orientasi……… 50

4.2 Pelaksanaan layanan informasi………... 51

4.3 Pelaksanaan layanan penempatan dan penyaluran………. 53

4.4 Pelaksanaan layanan bimbingan dan belajar……….. 55

4.5 Pelaksanaan layanan konseling individual………. 57

4.6 Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok……….... 59

(58)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 (Kisi-kisi Angket Unjuk Kerja Konselor Sekolah dalam Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan

Konseling……….. 69

Lampiran 2 (Angket Unjuk Kerja Konselor Sekolah dalam Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Koneling)………. … 75

Lampiran 3 (Hasil Perhitungan Validitas Angket)……… 80

Lampiran 4 (Hasil Perhitungan Realibilitas Angket)………. 85

Lampiran 5 (Hasil Analisis Deskriptif)………... 86

Lampiran 6 (Surat Izin Penelitian)……….. 97

(59)

MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai

tetaplah bekerja keras, dan hanya kepada TuhanMulah engkau berharap”.

(Qs. Al-Insyirah: 6-8).

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.

(60)

BANDARLAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Nama Mahasiswa : Eka Susanti

No. Pokok Mahasiswa : 0713052026

Program Studi : Bimbingan dan Konseling

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama, Pembimbing Pembantu

Dr. Syarifuddin Dahlan, M.Pd. Ratna Widiastuti, S.Psi, M.A, Psi.

NIP 19591110 198603 1 005 NIP 19730315 200212 2 002

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(61)

1. Tim Penguji

Ketua :Dr. Syarifuddin Dahlan, M.Pd. ...

Sekretaris :Ratna Widiastuti, S. Psi, M.A, Psi. ...

Penguji

Bukan Pembimbing :Drs. Giyono, M.Pd. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003

(62)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, adalah:

1. Nama : Eka Susanti

2. NPM : 0713052026

3. Program Studi : Bimbingan dan Konseling 4. Jurusan/Fakultas : Ilmu Pendidikan/FKIP Unila

5. Alamat : Jl. Raya Kedondong simpang Cimanuk, desa

Gunung Rejo Kec. Waylima Kab. Pesawaran (Telp/Hp) 085658776384

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah dijadikan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Februari 2013

(63)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada

Bapak, orang terhebat dalam hidupku, kau selalu mendidik dan mengajariku

untuk terus semangat, bersabar, ikhlas, berani, dan selalu memberikan

kesempatan kepada anak-anakmu untuk memilih yang terbaik tanpa

memaksakan kehendakmu.

Ibu, kata sederhana untukmu yaitu ibu terhebat di dunia ini, do’amu selalu

menyertai langkah-langkahku.

Adik-adikku Nopa Irawan dan Angel Rhomadhona, terima kasih sudah

(64)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan ridhonya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pelaksanaan

Layanan Bimbingan dan Konseling Di SMA Negeri Se-Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2012/2013”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus diselesaikan mahasiswa

Program Studi Bimbingan dan Konseling agar bisa meraih gelar Sarjana

Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak sekali mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, tidak lupa penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku dekan Fakultas Keguruan Dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan izin bagi

penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling FKIP Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Syarifuddin Dahlan, M. Pd. selaku pembimbing utama yang telah

(65)

memberikan ilmunya selama perkuliahan.

6. Bapak Drs. Giyono, M. Pd. selaku pembahas atau penguji dalam skripsi ini,

yang telah memberikan masukan, kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi

ini.

7. Bapak dan Ibu dosen program studi Bimbingan dan Konseling FKIP

Universitas Lampung, terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan selama

perkuliahan berlangsung.

8. Seluruh staf FKIP Universitas Lampung yang secara tidak langsung

membantu dalam penyelesaian skripsi penulis.

9. Seluruh guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri Se-Bandar Lampung

yang telah memberikan izin dan membantu selama proses penelitian.

10.Kedua orang tuaku yang tak henti-hentinya menyayangi, mendoakan,

mendukung, dan selalu menanti keberhasilanku.

11.Adik-adikku, Nopa Irawan dan Angel Rhomadhona yang kusayangi dan

senantiasa memberikan do’a, semangat, dan motivasi kepadaku.

12.Seluruh keluarga besarku yang telah memberikan semangat dan motivasinya

untukku.

13.Sahabatku nthe-genk Dian Novitasari, Diah Arum Prihatin, Izniarti, Wita

Febritus, Wuri Sundari terima kasih sudah mewarnai kehidupanku dikampus

dan diluar kampus, kalian memberiku banyak hal, memberiku banyak cinta

sehingga aku tidak merasakan kesepian, terima kasih banyak, aku berharap

(66)

Winta, Mb Iyah, Mb Nurma, Ratna, Lena, Yeni.

15.Kawan-kawan bimbingan konseling 2007: Ambar Kusumawati, Bety Octaria,

Boyce Saputra, Eka Lisdiana, Lisa Epiya, Muharrom, Nikmah Ranti

Maulidah, Yusbowo, Agus Purwanto, Alfitri Asmaul Husna, Ardian Mandela,

Asep Lukman Efendi, Astutik Riyanti, Citra Passa Hartadi, Diah Arum

Prihatin, Dian Novitasari, Ema Widya Sari, Ira Yulyatin, Irfan Prima Aldi,

Izniarti, M Wahid Nurrohman, Maleluan Pramana, Maratur Rafiqah,

Marlinda, Meity Fitri Yani, Nadia Arissanti Wardhani, Rekta Herwina, Resti

Septiana, Shufiyanti Arfalah, Siska Liana, Sulistiana Pela, Susi Novianti, Widi

Sujatmiko, Wita Febritus, Yudhi Riski Prihantoro, Yunis Mutiara Putri

Ayogo, Wuri Sundari. Terima kasih atas kebersamaannya.

16.Adik tingkat BK 2008 yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih

atas bantuan dan dukungannya selama ini.

17.Kawan-kawan PPL di SMP Negeri 8 Bandar Lampung terima kasih atas

kebersamaannya.

18.Semuanya yang pernah mengisi dan mewarnai hidup penulis, terima kasih atas

kasih, sayang, cinta, kebaikan, dukungan yang telah memberikan kesan buat

penulis sekaligus pelajaran berharga dalam memahami arti kehidupan.

19.Semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat

(67)

Bandar Lampung, Februari 2013

Penulis,

(68)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di desa Gunung Rejo tanggal 28 Juni 1988. Merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara, buah hati pasangan Bapak Saniman dan Ibu

Koriah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 01 Gunung Rejo tahun

2001, menyelesaikan pendidikan lanjutan di SLTP Negeri 1 Waylima pada

2004, kemudian menyelesaikan pendidikan menengah di SMAN 1 Gedung Tataan tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling

Unversitas lampung melalui jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB). Pada tahun 2010

penulis melaksanakan praktek layanan bimbingan konseling (PLBK) di SMP Negeri 8 Bandar

Lampung. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 2011 penulis melaksanakan kuliah kerja lapangan

(KKL) di Universitas Negeri Malang, di rumah sakit jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang,

Gambar

Tabel. 3.1. Jumlah Populasi Penelitian di SMA Negeri Bandarlampung

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa benar Terdakwa telah meninggalkan dinas tanpa ijin yang sah, dimana pada waktu itu Terdakwa sedang menjalankan pendidikan Raider di Rindam XVII/Cendrawasih

Gesekan (friction) merupakan faktor utama dalam pengereman. Oleh karena itu komponen yang dibuat untuk sistem rem harus mempunyai sifat bahan yang tidak hanya menghasilkan jumlah

Dalam Pedoman Observasi: Proses pembelajaran yang menjadi amatan yaitu : (1) Memaparkan tujuan pembelajaran pengertian Rasul Ulul Azmi sehingga menumbuhkan minat

Gears menghubungkan poros kecepatan tinggi di poros kecepatan rendah dan meningkatkan kecepatan sekitar 30-60 rotasi per menit (rpm), sekitar 1000-1800 rpm, kecepatan rotasi

Ketika aliran udara dibelokkan oleh angin, resultan kecepatan aliran melebihi profile adalah lebih besar daripada kecepatan resultan aliran udara dibawah profil.Karena perbedaan

Khusus pada jenis survei gravitasi dengan cara mengumpulkan data berketelitian baik tetapi dengan jumlah yang pas-pasan atau melakukan survei gravitasi di daerah

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Winataputra dan Budimansyah (2007:121) yang mengemukakan tiga sumber kegagalan pengembangang civic education , yaitu: 1) penggunaan alokasi

Hasil pengujian menunjukkan tingkat keberhasilan menerima perintah suara dari kondisi yang sudah ditentukan dan pengucapan perintah suara yang memiliki variasi sama