• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PROJECT CITIZEN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL PROJECT CITIZEN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PROJECT CITIZEN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

oleh : Eka Jayadiputra

Prodi PPKn

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara, Bandung

ABSTRACT

Research background as a writer I am concern to look about the reality of our civic education study learning where is the material not so completed to the student needs. Sometimes the students get bored and not so motivated when they want to study, passive in learning process without full of experiencing of the students. With that, we need to develop learning process which is help the student could solve the problem. One of the strategy of learning process to develop critical thinking is Project Citizen. Method for this research do with Quasi Experiment Method. Instrument analysis in this research consist of question validity, realibility test from questionnaire with semantic differensial Osgood scale, interview, observation, and document study. The result show that project citizen model there are significant differences between students citizenship skills that use the model citizen with a project without treatment for 84,5% with students critical thinking and democration concept.

Keywords: project citizen, civic education, critical thinking.

Pendahuluan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran di persekolahan yang mempunyai kontribusi penting dalam membentuk dan mewujudkan warganegara yang cerdas seperti diamanatkan dalam UUD 1945, yaitusmart and good citizenship. Hal ini diperkuat oleh visi Pendidikan Nasional (UU No.20 tahun 2003) bahwa aspek kepribadian warganegara yang perlu dikembangkan adalah menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman. Selain itu dalam Standar Isi (Permen No.22 Tahun 2006) dan Standar Kompetensi Lulusan (Permen No.23 Tahun 2006) bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang Cerdas, terampil, dan berkarakter.

(2)

kepekaan terhadap dan mempertahankan hak asasi manusia seperti hak kaum wanita, minoritas, dan lain-lain; 8) kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik pada tingkatan pemerintah lokal, nasional, dan internasional.

Untuk mewujudkan berbagai tujuan tersebut di atas, salah satu jalan yang bisa ditempuh yakni melalui pendidikan. Berbicara mengenai pendidikan secara otomatis akan berkaitan dengan proses pembelajaran di persekolahan. Sekolah sebagai komponen utama pendidikan perlu memperhatikan kegiatan pembelajaran yang berlangsung, apakah sesuai atau tidak dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Menurut Fajar (2004:15) kegiatan pembelajaran perlu: (1) berpusat pada siswa; (2) mengembangkan kreativitas siswa; (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang; (4) bermuatan nilai, etika, estetika, dan kinestetika; (4) menyediakan pengalaman belajar yang beragam.

Namun demikian, jika melihat realita pembelajaran PKn saat ini di Indonesia menurut pengamatan Kerr (1999:5-7) menunjukkan kategori minimal yang hanya mewadahi aspirasi tertentu, berbentuk pengajaran kewarganegaraan yang bersifat formal, terikat oleh isi, berorientasi pada pengetahuan, menitikberatkan pada proses pengajaran, dan hasilnya mudah diukur. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Winataputra dan Budimansyah (2007:121) yang mengemukakan tiga sumber kegagalan pengembangang civic education, yaitu: 1) penggunaan alokasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum pendidikan dijabarkan secara kaku dan konvensional sebagai jam pelajaran tatap muka di kelas yang sangat dominan, sehingga guru tidak bisa berimprovisasi secara kreatif untuk melakukan aktivitas lainnya selain pembelajaran rutin tatap muka yang terjadwal dengan ketat; 2) pelaksanaan pembelajaran PKn yang lebih didominasi oleh kegiatan peningkatan dimensi kognitif mengakibatkan porsi peningkatan dimensi lainnya menjadi terbengkalai, disamping keterbatasan media pembelajaran; 3) pembelajaran yang terlalu menekankan pada dimensi kognitif berimplikasi pada penilaian yang juga menekankan pada penguasaan kemampuan kognitif saja, sehingga mengakibatkan guru harus selalu mengejar target pencapaian materi. Selain itu, menurut Wahab & Sapriya (2008) “selama ini siswa beranggapan pelajaran PKn itu tidak menarik dan membosankan”. Kesan ini timbul dikarenakan secara substansif pelajaran PKn kurang menyentuh kebutuhan siswa. Guru kurang memunculkan permasalahan aktual yang dihadapi siswa sebagai masyarakat muda dan mengarahkan siswa untuk bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya agar bisa mengatasi berbagai permasalahan tersebut. Padahal kalau dicermati lebih mendalam, objek kajian Pendidikan Kewarganegaraan adalah masyarakat dengan segala dinamikanya yang seharusnya menarik dan menantang untuk dipelajari.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, proses pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah “critical thinking oriented and problem solving oriented modes” (CCE:1992-2000). Sebab, siswa yang hanya menguasai konsep saja tanpa disertai dengan kemampuan berpikir kritis terkadang sulit mengkomunikasikan ilmunya kepada orang lain dan mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari (Lie:2002).

Saat ini secara adaptif di Indonesia dikembangkan model praktik belajar kewarganegaraan kami bangsa Indonesia atau biasa disebut Project Citizen yang di dalamnya terdapat portofolio hasil belajar siswa.Project citizenmerupakan satuinstructional treatmentyang berbasis masalah untuk mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan watak kewarganegaraan demokratis yang memungkinkan dan mendorong keikutsertaan dalam pemerintahan dan masyarakat sipil. Tujuan

(3)

Mengacu pada berbagai teori yang telah dikemukakan di atas, dan berdasarkan berbagai penemuan pada penelitian sebelumnya project citizen merupakan salah satu alternative yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran PKn melalui proses belajar konstruktif yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir dan membentuk warganegara yang demokratis,smart and good citizen.

Fokus Masalah

Fokus masalah yang dikaji secara umum mengenai Project Citizen dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Selanjutnya disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh keterlibatan siswa dalam mengidentifikasi masalah-masalah demokrasi terhadap peningkatatan keterampilan berpikir kritis siswa?

2. Seberapa besar pengaruh aktivitas siswa dalam kegiatan memilih masalah tentang demokrasi untuk kajian kelas terhadap keterampilan berpikir kritis siswa?

3. Seberapa besar pengaruh keterlibatan siwa dalam mengumpulkan informasi tentang masalah-masalah demokrasi yang akan dikaji terhadap keterampilan berpikir kritis siswa?

4. Seberapa besar pengaruh keterlibatan siswa dalam mengembangkan portofolio kelas terhadap keterampilan berpikir kritis siswa?

5. Seberapa besar pengaruh keterlibatan siswa dalam menyajikan portofolio kelas tentang masalah demokrasi terhadap keterampilan berpikir kritis siswa?

6. Seberapa besar pengaruh keterlibatan siswa dalam merefleksikan pengalaman belajarnya terhadap keterampilan berpikir kritis siswa?

7. Apakah terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran Project Citizen dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran konvensional?

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode quasi eksperimen “the nonequivalent control group design”. Pada design ini kelompok eksperimen maupun kelompok control tidak dipikih secara random (Schumcher & Millan, 2001:459). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri I lembang kelas VIII. Sampel dibagi dalam dua kelompok yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen menggunakan model project citizen dan kelompok control menggunakan model pembelajaran konvensional. Terhadap dua kelompok tersebut diberikan pre test-post test untuk melihat pengaruh penggunaan model project citizen terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Instrument penelitian yang digunakan adalah angket skala semantic differential dari Osgood, observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Sedangkan teknik pengolahan data penelitian menggunakan uji statistic dengan metode successive interval (MSI) untuk mentransformasikan data dan merubah data yang berskala ordinal menjadi skala interval.

Kerangka Teoritis ModelProject Citizen

(4)

Model Project citizen merupakan salah satu instructional treatment yang berbasis masalah untuk mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan watak kewarganegaraan demokratis yang memungkinkan dan mendorong keikutsertaan dalam pemerintahan dan masyarakat sipil (Budimansyah, 2009:1). Model ini pertama kali digunakan di California pada tahun 1992 dan kemudian dikembangkan menjadi satu program nasional olehCenter For Civic Education(CCE) dan Konferensi Nasional Badan Pembuat Undang-Undang Negara pada tahun 1995. Selanjutnya secara paradigmatik model ini diadaptasi di Indonesia dari “We the People….Project Citizen” yang dikembangkan oleh Center for Civic Education (CCE) Calabas, dan dalam 15 tahun terakhir ini telah diadaptasi di sekirar 50 negara di dunia.

Di Indonesia model ini dikenal dengan Model Projek Belajar Kewarganegaraan… Kami Bangsa Indonesia (PKKBI), yang mulai dirintis pengembangannya di sekolah dasar dan menengah. Sebagai model pembelajaran, dipilih topik generik “Public Policy” (Kebijakan Publik), yang memang berlaku di negara manapun. Misi dari model ini adalah mendidik para siswa agar mampu menganalisis berbagai dimensi kebijakan publik dalam konteks proses demokrasi, dan dengan kapasitasnya sebagai “young citizen” atau warganegara muda mencoba memberi masukan terhadap kebijakan publik di lingkungannya. Hasil yang diharapkan adalah meningkatnya kualitas warganegara yang “cerdas, kreatif, partisipatif, prospektif, dan bertanggung jawab”.

Sebagai suatu inovasi model project citizen dilandasi oleh Empat pilar pendidikan yakni

learning to do, learning to know, learning to be, learning to live together); Pandangan Konstruktivisme; Democratic teaching dan beberapa prinsip pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang meliputi Prinsip Belajar Siswa Aktif, Kelompok Belajar Kooperatif, Pembelajaran Partisipatorik, Reactive Teaching (Budimansyah, 2002:4, 8-13). Fokus perhatian dari model ini adalah pengembangan “civic knowledge (pengetahun kewarganegaraan), civic dispositions(kebajikan kewarganegaraan),civic confidence(kepercayaan diri kewarganegaraan),

civic commitment (komitmen kewarganegaraan), civic competence (kompetensi kewargenagaraan)” yang bermuara pada berkembangnya well-informed, reasoned, and responsible decision making (kemampuan mengambil keputusan, berwawasan, bernalar dan bertanggung jawab)”. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Project Citizen, yaitu: 1) Mengidentifikasi Masalah, 2) Memilih suatu masalah untuk dikaji oleh kelas, 3) Mengumpulkan informasi yang terakit pada masalah itu, 4) Mengembangkan portofolio kelas, 5) Menyajikan portofolio dihadapan dewan juri, 6) Melakukan refleksi pengalaman belajar.

Keterampilan Berpikir Kritis

(5)

penilaian, (4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, (5) mengidentifikais bias yang ada, (6) mengidentifikasi sudut pandang, (7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan”.

Berpikir kritis merupakan proses mental yang terorganisasi dengan baik dan berperan dalam proses mengambil keputusan untuk memecahkan masalah dengan menganalisis dan menginterpretasi data dalam kegiatan inkuiri ilmiah. Sedangkan berpikir kreatif adalah proses berpikir yang menghasilkan gagasan asli atau orisinal, konstruktif, dan menekankan pada aspek intuitif dan rasional. Pemahaman umum mengenai berpikir kritis, sebenarnya adalah pencerminan dari apa yang digagas oleh John Dewey sejak tahun 1916 sebagai inkuiri ilmiah dan merupakan suatu cara untuk membangun pengetahuan.

Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian didasari oleh analisis data hasil penelitian, hasil uji hipotesis dan keadaan yang terjadi di tempat penelitian. Pembelajaran PKn dengan menggunakan model

project citizenmemiliki pengaruh positif terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan hasil penelitian, masing-masing komponen yang terdapat dalam model project citizen memiliki besaran korelasi dan pengaruh yang bervariasi terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Untuk lebih jelasnya, perbandingan tiap komponen yang terdapat dalam project citizen bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1

Korelasi Variabel X1-X6 yang Terdapat DalamProject CitizenTerhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Korelasi Variabel X1-X6 terhadap Y

VariabelProject Citizen(X)

Korelasi Keterampilan Berfikir Kritis (Y)

Mengidentifikasi Masalah (X1) 0.371

Memilih Masalah (X2) 0.249

Mengumpulkan Infromasi (X3) 0.523

Mengembangkan Portofolio (X4) 0.606

Menyajikan Portofolio di Kelas (X5) 0.811

Merefleksikan (X6) 0.884

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2010

(6)

enam yaitu merefleksi pengalaman belajar, kemudian menyajikan portofolio, mengembangkan portofolio kelas, mengumpulkan informasi, mengidentifikasi masalah sebesar, dan memilih masalah sebesar. Komponen yang sangat kecil pengaruhnya terhadap keterampilan berpikir kritis yaitu aktifitas mengidentifikasi masalah dan memilih masalah.

Namun demikian, hal tersebut tidak mengurangi kebermaknaan proses pembelajaran siswa. Sebab berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, aktivitas siswa dalam kegiatan mengidentifikasi masalah diantaranya berbagi informasi dengan teman, berdiskusi, mencari informasi seputar permasalahan apa yang sedang terjadi yang menarik untuk dikaji, mengumpulkan bahan-bahan materi/permasalahan, mengumpulkan informasi seputar permasalahan yang akan dikaji, bermusyawarah mengenai masalah apa yang menjadi bahan kajian kelas. Dari sejumlah aktivitas tersebut terlihat bahwa melaluiproject citizensiswa dituntut untuk bisa peka terhadap permasalahan yang sedang terjadi di lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, siswa tertantang untuk bisa melihat kenyataan yang terjadi di lingkungan sekitar dan mengkritisinya.

Perbedaan pembelajaran project citizen dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa perbedaan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan project citizen dengan pembelajaran konvensional. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2

Perbedaan Model Pembelajaran Konvensional Dengan ModelProject CitizenPada PKn

Aspek Model Konvensional ModelProject Citizen

Tujuan yang ditekankan

Empatt pilar pendidikan (learning to do, learning to know, learning to be, learning to live together);

Pandangan konstruktivisme

Democratic teaching

Materi, Metode, Media dan

Sumber Pembelajaran Ti Kurang bervariatif

Multi materi, multi metoda, multimedia dan multi sumber baik buku maupun masyarakat

Domain yang ditekankan Aspek kognitif saja Aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sertacivic kompetences dari awal sampai akhir dan mencakup ketiga domain

(7)

Berdasarkan tabel di atas, hasil pembelajaran antara kelas kontrol yang menggunakan model konvensional dengan kelas eksperimen yang menggunakan model Project Citizen jelas akan berbeda. Implementasi model project citizen sangat berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Melalui model pembelajaran ini, seluruh rangkaian pembelajaran melibatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Tidak hanya aspek kognitifnya saja yang diasah tetapi juga aspek afektif dan psikomotoriknya. Siswa diajak untuk peka terhadap permas alahan-permasalahan social yang ada di lingkungan sekitarnya. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dilihat dari keterampilan intelektual siswa dalam berpikir kritis pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan seperti keterampilan dalam memecahkan masalah sosial. Hal lain yang bisa dicermati bahwa pembelajaran project citizen juga dapat merangkum civic knowledge seperti yang dikemukakan Branson (1999:4) bahwa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan harus mencakup tiga komponen, yaitu

Civic Knowledge(pengetahuan kewarganegaraan),Civic Skills (keterampilan kewargenageraan), dan Civic Disposition (watak kewarganegaraan). Komponen pertama, yaitu civic knowledge

berkaitan dengan “nilai apa yang harus diketahui oleh warganegara” (Branson, 1999:8). Aspek ini menyangkut kemampuan akademik-keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum dan moral. Dengan kata lain pendidikan kewarganegaraan merupakan bidang kajian multidisipliner yang memuat materi pengetahuan kewarganegaraan tentang hak dan tanggung jawab warganegara, hak asasi manusia, prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasarkan pada hukum(rule of law)dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.

Komponen kedua, civics skills meliputi keterampilan intelektual (intellectual skills) dan keterampilan berpartisipasi (participatory skills)dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keterampilan intelektual bisa dilihat dari perwujudan seseorang dalam merespon berbagai persoalan politik, misalnya melakukan aksi demontrasi secara tertib dan damai dalam menganggapi kebijkaan pemerintahan yang dirasa kuarang sesuai dengan aspirasi masyarakat. Sedangkan keterampilan berpartisipasi dapat dilihat dari perwujudan seseorang dalam menggunakan hak dan kewajibannya di bidang hukum dan pemerintahan.

Komponen ketiga, civic Disposition (watak-watak kewarganegaraan) yang merupakan komponen yang paling substantive dan esensial dalam mata pelajaran PKn. Dimensi watak kewarganegaraan merupakan “muara” dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya. Dengan demikian, mengacu kepada visi, misi, dan tujuan pendidikan kewarganeagraan, dimensi ini lebih mendapat penekanan karena akan berengaruh terhadap pembetukan watak, sikap, karakter dan potensi afektif lainnya. Melalui model project citizen kompetensi siswa dapat tergali dan dikembangkan dan siswa memiliki kecenderungan serta kemampuan berpikir kritis yang lebih meningkat. Sehingga akhirnya, siswa mampu merefleksikan ketiga komponen tersebut dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan itu diharapkan bermakna bagi kehidupan siswa.

(8)

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu:

1. Project Citizen pada pembelajaran Pendidikan Kewarganeagraan terbukti dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Aktivitas peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi masalah diantaranya berbagi informasi dengan teman, berdiskusi, mencari informasi seputar permasalahan apa yang sedang terjadi yang menarik untuk dikaji, mengumpulkan bahan-bahan materi/permasalahan, mengumpulkan informasi seputar permasalahan yang akan dikaji, bermusyawarah mengenai masalah apa yang menjadi bahan kajian kelas. Dari sejumlah aktivitas tersebut, melaluiproject citizen

peserta didik dituntut untuk bisa peka terhadap permasalahan yang sedang terjadi di lingkungan sekitarnya dan memberikan solusi permasalahan.

2. Dalam kegiatan memilih masalah-masalah demokrasi secara parsial pengaruhnya kurang signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini terjadi karena faktor waktu yang sangat terbatas sehingga peserta didik kurang optimal dalam malakukan kegiatan ini. Oleh karena itu faktor waktu perlu diperhatikan oleh guru untuk kegiatan pembelajaran project citizen pada waktu yang akan datang.

3. Dalam kegiatan mengumpulkan informasi berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa SMP kelas VIII. Sebab dalam kegiatan ini, setiap siswa dilatih untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri, dan dituntut memiliki keberanian serta keterampilan berkomunikasi secara baik dengan pihak luar.

4. Kegiatan mengembangkan portofolio kelas dalam model Project Citizen berpengaruh signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis, karena melalui kegiatan ini, mereka dibiasakan untuk bisa memecahkan permasalahan dengan mengambil alternative solusi dari permasalahan yang dibahas guna dijadikan kebijakan public, siswa diarahkan menjadi pembelajar mandiri. Siswa dapat mengaitkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan siswa yang berbeda, siswa terdorong untuk merancang dan melakukan kegiatan ilmiah, siswa termotivasi untuk menerapkan materi yang telah dipelajari sehingga siswa memiliki “civic competences”berupacivic knowledge(pengetahuan dan wawasan kewarganegaraan), dan civic disposition (nilai, komitmen, dan sikap kewarganegaraan), serta keterampilan berpikir kritisnya semakin meningkat.

5. Menyajikan portofolio (show case) dalam Project Citizen berpengaruh signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa SMP kelas VIII. Karena melalui kegiatan ini,

civic skills siswa berupa keterampilan intelektual dan keterampilan partisipatoris termasuk keterampilan sosial, komunikasi dan personal kewarganegaraan dapat tercapai, sebab salah satu ciri orang yang memiliki keterampilan berpikir kritis adalah mampu mengkomunikasikan ide atau pengetahuan yang diperolehnya kepada orang lain.

6. Merefleksikan pengalaman belajar dalam Project Citizen berpengaruh signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa SMP kelas VIII, karena melalui kegiatan refleksi, siswa mengendapkan apa-apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan yang baru diterima. Selain itu, siswa juga ikut berperan dalam menanggapi pembelajaran yang telah dilakukannya, apakah menarik, berkesan atau membosankan, sehingga hal ini dapat membantu guru untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran berikutnya.

(9)

Rekomendasi

Merujuk pada kesimpulan penelitian, bahwa model project citizen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu, disampaikan kepada pihak-pihak terkait yaitu:

1. Kepada guru-guru Pendidikan Kewarganegaraan hendaknya model ini dikembangkan di sekolahnya masing-masing supaya siswa tidak merasa bosan dalam belajar dan siswa memiliki kemampuan pengetahuan yang luas.

2. Kepada dinas pendidikan atau kepala sekolah supaya senantiasa mendukung guru dalam melakukan inovasi-inovasi pembelajaran. Selain itu, sarana dan prasana penunjang pembelajaran di sekolah perlu diperhatikan untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran serta program pelatihan peningkatan mutu kompetensi guru perlu dilakukan agar tenaga pendidik memiliki kemampuan yang kredibel dibidang pengajaran

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2003). UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, Jakarta: Cemerlang.

Azis Wahab, A & Sapriya. (2008). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan.

Bandung: UPI Press Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Budimansyah, Dasim. (2002).Model Pembelajaran dan Penilaian berbasis Portofolio. Bandung: PT Ganesindo.

_________________. (2009). Inovasi Pembelajaran Project Citizen. Program Studi Kewarganegaraan, UPI.

Budimansyah, D. & Suryadi, K.(2008). PKN dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.

Center For Indonesia Civic Education/CICED. (1999). Democratic Citizens in a Civic Society: Report of the Conference on Civic Education for Civic Society.Bandung: CICED.

Cogan, J.J. dan Derricott, R. (1998). Citizenship for the 21st Century; An International Perspective on Education. London: Kogan Page.

Djahiri, Kosasih. (2006).Pendidikan Nilai Moral dalam dimensi Pendidikan Kewarganegaraan.

Bandung: Laboratorium PKn FPIPS UPI.

______________. (2002). Pembelajaran Ajel Portofolio-Terpadu Multidimensional dan Pendidikan Budi Pekerti. Bandung: Lab. PMPKN FPIPS IKIP Bandung.

______________. (2000). Model Pembelajaran Portofolio Terpadu, edisi ke 3. Bandung: Lab. PMPKN FPIPS IKIP Bandung.

Ennis. R.H. (1985). Goals for A Critical Thinking I Curriculum. Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: Association for Suopervisions and Curriculum Development (ASCD) pp. 54-57.

Fajar, Arnie. (2005).Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: Rosda.

Hasoubah, Z.I. (2003).Developing Creative and Critical Thinking Skills (Cara Berpikir Kreatif dan Kritis). Bandung: Yayasan Nuansa Cendikia.

Johnson. E.B. (2000). Contextual Teaching and Learning . California: Corwin Press,Inc.Kerr, David. (1999).Citizenship Education: An International Comparisson. London: NFER

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995)

Kerr, D. (1999). Citizenship Education: an International Comparison. London: Quality Curriculum Association.

Lie, Anita. (2002).Cooperative Learning. Jakarta: Granesindo.

Marzano, R. J. (1992). Dimensions of Thinking: A Framework for Curriculum and Instuction.

Alexandria, Va: ASCD.

Millan & Schumcher. (2001). Research in Education a Conceptual Introduction. New York & London: Longman, Inc.

Gambar

Tabel 1
Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

It includes the characteristics of the Institutional Profile of Teacher Education Institutions (TEIs) in the Bicol Region in terms of curricular program

Pertamina (Persero) Tbk. Kegiatan KEM menyasar lahan non produktif yang sudah tidak diolah lagi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, karena tandus, berbukit, dan

Sahabat MQ/ Pemerintah Kota Yogyakarta/ mulai menutup banyak tempat pembuangan sampah yang berlokasi di tepi jalan/ terutama jalan protokol// Kepala Bidang Kebersihan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini bahwa pembelajaran daring yang dilaksanakan selama pandemi covid-19 dengan kolaborasi Zoom dan WA Group sebagai potret

Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari.. penerimaan perpajakan, yang jenisnya sebagaimana dimaksud dalam lampiran I dan

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pendekatan Matematika Realistik.. Disertasi Doktor pada SPS UPI:

Hasil analisis korelasi pada tanaman berumur 7 dan 10 tahun dengan analisis dua arah pada taraf uji 1% menunjukkan variabel curah hujan dan hari hujan memiliki hubungan yang

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul, “PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, LIQUIDITY, UKURAN