• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA SELAMA KONFRONTASI DENGAN MALAYSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA SELAMA KONFRONTASI DENGAN MALAYSIA"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya tanpa berhubungan dengan negara lain. setiap negara pasti akan memiliki kepantingan terhadap negara lain mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Maka untuk memenuhi kepentingan dalam negeri negaranya, diambil kebijakan politik luar negeri.

Dalam masa revolusi nasional, dilaksanakan dua cara pelaksanaan politik luar negeri yang sangat berbeda dan bersaing. Cara pertama adalah dengan cara diplomasi yang merupakan alat yang digunakan untuk menjamin penyerahan kedaulatan. Sedangkan cara kedua yaitu dengan cara perjuangan yang timbul dari suatu keyakinan bahwa kemerdekaan sejati dapat dicapai melalui konfrontasi yang penyelesaiannya secara militer1.

Pengertian politik luar negeri menurut Gibson yang dikutif dari S.L. Roy yaitu suatu rencana koferehensif yang dibuat dengan baik,didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman untuk menjalankan bisnis pemerintahan dengan negara lain yang ditujukan pada peningkatan dan perlindungan bangsa2.

1

Michael Leifer, Politik Luar Negeri Indonesia, 1989, hal. Xii

2

(2)

Dalam beberapa hal, politik luar negeri memang agak sulit dibedakan dengan istilah diplomasi. Namun sebernanya terdapat perbedaan diantara keduanya. J.R. Child mencoba menjelaskan perbedaan ini dengan singkat, bahwa menurutnya :

politik luar negeri suatu negara adalah “substansi hubungan luar negeri”,

sedangkan diplomasi adalah proses dengan mana kebijakan dilaksanakan sehingga dapat dikatakan bahwa politik luar negeri adalah substansi sedangkan diplomasi adalah metodenya 3.

Setiap negara pasti memiliki tujuannya sendiri dan untuk memenuhi hal itu suatu negara perlu menyusun politik luar negerinya, begitu pula dengan Indonesia. Dewasa ini, memang Indonesia merupakan salah satu negara yang mengedepankan persahabatan di dunia, khususnya di Asia. Sejumlah program dibuat oleh pemerintah Indonesia untuk menjalin persahabatan di kalangan para pemuda di Asia dalam rangka menjaga kestabilan politik luar negerinya. Namun apabila menengok ke belakang, banyak dari kebijakan luar negeri Indonesia yang menimbulkan kesan buruk bagi negara-negara di Asia, dalam hal ini khususnya bagi Malaysia.

Kepentingan nasional untuk menunjukan karakter adalah dengan menonjolkan karakter bangsa Indonesia yang merupakan bangsa mandiri dan tidak bersedia berada dibawah tekanan bangsa lain. Oleh sebab itu, pada masa kepemimpinan Soekarno sangat menolak sagala bentuk penjajahan oleh negara lain. Sesuai dengan prinsip dan sifat politik luar negeri yang dianut pada masa orde lama yaitu bebas aktif, anti-imperialisme serta anti-kolonialisme.

3

(3)

3 Politik bebas aktif Indonesia bukanlah suatu politik netralisme dan dalam hubungannya dengan agligment, Indonesia berpendirian bahwa politik non-agligment juga bukan politik yang netralisme. Oleh karena hakikat non-non-agligment itu adalah aktif, maka diplomasi Indonesia senantiasa diarahkan untuk menempatkan Indonesia pada posisi subyek dan bukan sebagai obyek dalam pergolakan politik Internasional.

Indonesia dimasa lampau menentang Malaysia oleh karena menganggap bahwa Malaysia merupakan suatu proyek neo-kolonialisme Inggris, yang membahayakan revolusi Indonesia, suatu pangkalan militer asing yang ditunjukan antara lain kepada Indonesia untuk menentang Indonesia dan juga menentang New Emerging Force di Asia Tenggara4.

Pada masa konfrontasi dengan Malaysia, hubungan politik luar negeri Indonesia semakin militan. Konsep bebas aktif tidak menjadi ciri khas pada masa ini melainkan lebih kearah negara-negara beraliran komunis. Hal ini ditandai keluarnya Indonesia sebagai anggota PBB sebagai bentu protes diterimanya Malaysia sebagai anggota sementara di PBB.

Setelah keluar dari PBB Indonesia dibawah pemerintahan Soekarno bekerjasama dengan Republik rakyat Cina dan mendirkan Conefo (The Conference of New Emerging Force) bermarkas besar di Jakarta. Organisasi yang dibentuk oleh Indonesia dan Cina berharap dapat menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa bagi

4

(4)

negara-negara miskin. Negara komunis lainnya seperti Korea Utara da Vietnam Utara tertarik untuk bergabung dengan kelompok baru ini. Poros Peking-Pyongyang-Hanoi-Jakarta terbentuk dengan aksi dan oreantasi anti Barat.

Politik poros tersebut telah mengakibatkan:

a. Menjadi sempitnya ruang gerak Indonesia, terutama ruang gerak diplomasinya diforum internasional.

b. Penyimpangan secara prinsipil dari dasar-dasar politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif menuju perdamaian dunia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

c. Memasukan Indonesia kedalam lingkungan strategi politik RRC5.

Selama konfrontasi banyak yang dilakukan Indonesia untuk tetap menjalankan politik luar negeri dengan negara lain. Banyaknya kerjasama internasional yang dilakukan Indonesia untuk memperbaiki perekonomian dalam negeri, baik melakukan kerjasama bilateral maupun multilateral.

Konfrontasi melawan Malaysia ternyata juga mempersulit kedudukan indonesia dalam percaturan Internasional. Terutama negara-negara barat memencilkan Indonesia dan bersimpati kepada Malaysia. Hanya Republik Rakyat Cina yang

menunjukan minatnya “membantu” Indonesia6

. Bantuan dana yang diberikan Perdana Menteri Cina kepada Indonesia merupakan bentuk kepedulian Cian kepada Indonesia. Bukan hanya bantuan berbentuk dana yang diberikan Cina kepada Indonesia tetapi juga dari segi militer yaitu bantuuan senjata.

5 Ibid, hal. 353-354

6

(5)

5

Hubungan dengan negara komunis lainnya yaitu dengan negara Vietnam Utara, hubungan yang terjalin antara Vietnam sangat erat hal ini ditandai dengan terbentuknya apa yang dikenal sebagai poros Jakarata-Hanoi-Phom Penh-Beijing-Pyongyang. Dari hubungan yang terjalin sehingga Soekarno memutuskan untuk meningkatkan hubungan diplomatik dengan Hanoi dari tingkat konsulat menjadi tingkat Duta Besar. Serta Indonesia memutuskan untuk mengakui Front Pembebasan Nasional Vietnam Utara (NLFSV-National Liberation Front of South Vietnam) dan mengizinkan pembukanaan kantor perwakilannya di Jakarta7.

Selain menjalin hubungan dengan negara-negara Komunis, Indonesia juga menjalin hubungan dengan Jepang. Hubungan yang terjalin antara Jepang dengan Indonesia tidak bersifat politik tetapi lebih kearah kerjasama ekonomi. Ketika terjadi konfrontasi Indonesia dengan Malaysia, perdana Menteri Ikeda berusaha bertindak sebagai penengah dan memanfaatkan hubungan baiknya dengan Indonesia untuk membantu mencari penyelesaian konflik tersebut8.

Selain kerjasama bilateral, Indonesia juga menjalankan kerjasama Multilateral. Hubungan yang terjalin antara Indonesia dengan banyak negara tergabung dalam organisasi. Conefo adalah organisasi kerjasama yang banyak membantu Indonesia dalam menyelesaikan masalah politik luar negerinya. Hubungan kerjasama yang terjalin ini tidak hanya bersifat ekonomi tetapi juga menjaga stabititas keamanan negara.

7

Leo Suryadinata, Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto, 1998, hal. 159.

8

(6)

Berdasarkan alasan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai politik luar negeri Indonesia dengan negara lain pada masa terjadinya konfrontasi dengan Malaysia tahun 1963-1965 dalam sebuah judul “Politik Luar Negeri Indonesia Pada Masa Konfrontasi Dengan Malaysia Tahun 1963-1965”.

B. Analisis Masalah

B.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hubungan politik luar negeri Indonesia selama terjadinya konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia lebih mengarah pada negara-negera Komunis.

2. Hubungan Indonesia dengan negara lain yang bersifat ekonomi dari pada politik.

3. Hubungan bilateral antara Indonesia dengan negara-negara komunis. 4. Hubungan Multilateral antara Indonesia dengan negara lain yang terjalin

dalam bentuk organisasi.

5. Proses haluan politik luar negeri Indonesia dengan negara lain pada masa konfrontasi dengan Malaysia tahun 1963-1965.

B.2. Pembatasan Masalah

(7)

7 B.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Proses Haluan Politik Luar Negeri Indonesia dengan negara lain pada masa Konfrontasi Dengan Malaysia tahun 1963-1965?.

C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian C.1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah suatu cara untuk menemukan mengembangkan dan membuktikan pengetahuan dan tujuan penelitian secara khusus adalah salah satu konsep dalam penelitian untuk menemukan suatu arti pengetahuan yang sebelumnya belum pernah ada ataupun belum diketahui9

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses haluan politik luar negeri Indonesia dengan negara lain pada masa konfrontasi dengan Malaysia tahun 1963-1965.

C.2. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan tentang kesejarahan khususnya politik luar negeri indonesia dengan negara lain selama konfrontasi dengan Malaysia.

2. Dapat mengetahui apa yang menjadi latar belakang terjadinya konfrontasi.

9

(8)

3. Dapat mengetahui alasan penyelesaian konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia

4. Sebagai materi perkuliahan Sejarah Politik dan Hubungan Internasional dan Sejarah Hubungan Internasional.

5. Sebagai materi bahan ajar SMP kelas IX dan SMA kelas XII.

C.3. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah Politik Luar Negeri Indonesia dengan negara lain pada masa konfrontasi. yang menjadi objek penelitian ini adalah politik luar negeri Indonesia pada masa konfrontasi Indonesia-Malaysia. Sedangkan yang menjadi subjeknya adalah negara-negara yang menjalin hubungan dengan Indonesia pada masa konfrontasi dengan Malaysia. Tempat penelitian ini dilakukan di perpustakaan Universitas Lampung dan Perpustakaan Daerah Tingkat 1 Bandar Lampung. Batasan waktu objek yang diteliti adalah sejak tahun 1963 sampai tahun 1965 dan waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tahun 2009-2010.

(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA

A. Tinjauan Pustaka

Penulis dalam kajian ini pertama-tama mengkaji terlebih dahulu penelitian yang telah ada. Setelah itu penulis meletakkan kedudukan masing-masing, sehingga jelas hal apa yang belum tersentuh oleh peneliti terlebih dahulu. Kemudian dijelaskan pengertian konsep-konsep dan istilah yang dapat membantu mengarahkan penulis dalam mengkaji pokok permasalahan utama dalam penelitian istilah dan konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji yaitu politik luar negeri dan konfrontasi dan diplomasi.

A.1. Konsep Politik Luar Negeri

Definisi yang standar menyatakan bahwa politik luar negeri adalah politik untuk mencapai tujuan nasional dengan menggunakan segala kekuasaan dan kemampuan yang ada1.

Menurut Karl Marx politik luar negeri adalah bagian dari perkembangan sistem kapitalis atau sebagai hasil dari kekuatan ekonomi dan dialektikanya 2.

1

Sufri Yusuf, Hubungan Internasional dan Politik Luar negeri, 1989, hal. 110

2Ibid,

(10)

Menurut teori Marxis, politik luar negeri adalah semata-mata berdasarkan musabab keadaan-keadaan ekonomi dan dikatakan bahwa kontradiksi antar sistem kapitalis adalah asalmulanya imperialisme 3.

“Politik luar negeri adalah kumpulan kebijakan suatu negara untuk mengatur

hubungan-hubungan luar negerinya. Ia merupakan bagian dari kebijakan nasional dan yang telah ditetapkan khususnya tujuan untuk suatu kurun waktu yang sedang dihadapi lazim disebut kepentingan nasional. Pada hakikatnya ia merupakan suatu pola sikap atau respon terhadap lingkungan ekologinya4”.

Dalam pergaulan Internasional setiap bangsa melakukan Politik Luar Negeri yaitu berupa kumpulan kebijakan atau setiap yang ditetapkan oleh suatu negara untuk mengatur hubungan dengan negara lainyang diabdikan kepada kepentingan nasional negara-negaranya.5

Ada tiga periode politik luar negeri yaitu Demokrasi Parlementer, Demokrasi Terpimpin, di bawah Soekarno, dan periode kepemimpinan Soeharto. namun, Liefer juga membahas mengenai benih-benih politik luar negeri pada masa Revolusi Nasional. Pada Demokrasi Parlementer pemerintah berusaha mencerminkan citra politik luar negeri “Bebas dan Aktif” namun condong ke negara-negara barat. Periode Demokrasi Terpimpin mempererat hubungan dengan negara-negara komunis dengan mengorbankan hubungannya dengan negara barat. Periode Soeharto lebih beroreantasi ke Barat, khususnya Amerika Serikat.

3Ibid

, hal. 68

4

Prawira Saputra, Politik Luar Negeri Republik Indonesia, 1985, hal. 7

5

(11)

11 Politik luar negeri pada masa Soekarno menanggapi perselisihan internasional dengan cara desakan yang kuat dan penuh semarak tetapi tidak mengabaikan penggunaan diplomasi dan mediasi pihak ketiga. Politik luar negeri pada masa Soeharto ditandai oleh sikap Pragmatisme yang disertai sikap hati-hati tetapi juga menunjukann ambisi regional.6

Berdasarkan pendapat di atas bahwa politik luar negeri adalah sekumpulan kebijakan yang berperan dan berpengaruh dalam hubungan suatu negara dengan negara lainnya dengan mempertimbangkan dan juga sebagai tanggapan atau respon terhadap kajadian dan masalah di lingkungan internasional

A.2. Konsep Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Konfrontasi adalah perjuangan yang timbul dari suatu keyakinan bahwa kemerdekaan sejati hanya dapat dicapai dengan cara pertempuran tanpa mengenal kompromi 7.

Konfrontasi dalam hubungan interrnasional adalah konflik antara dua negara atau lebih mengenai masalah yang dipertentangkan 8.

Konfrontasi Malaysia adalah soal prinsip karena Malaysia adalah Projec neo-kolonialisme Inggris dalam rangka mengepung Indonesia setjara militer maupun politis ekonomi9.

Harlod Crouch, Militer dan Politik Di Indonesia, 1999, hal. 118

9

(12)

Konfrontasi militer adalah persaingan yang menimbulkan situasi perpecahan10. Konfrontasi dapat dilihat dari tiga segi yaitu segi situasi, segi kondisi, dan segi tujuan. Sedangkan konfrontasi itu sendiri diartikan sebagai suasana dalam mana dua negara atau lebih beranggapan akan adanya kepentingan-kepentingan yang berbeda yang satu dengan yang lain tidak dapat diakomodasikan sebagai kondisi, konfrontasi berarti suatu kondisi atau perbedaan atau keadaan dimana dua negara berada dalam hubungan bemusuhan, akibat adanya perbedaan kepentingan yang saling tidak dapat diakomodasikan. Selanjutnya sebagai tujuan, konfrontasi merupakan suatu sarana untuk mencapai tujuan masing-masing negara11.

Jadi menurut pendapat diatas maka dapat disimpulkan konfrontasi adalah hubungan antara dua negara atau lebih yang berbeda pendapat sehingga menyebabkan negera itu menjadi berselisih atau bermusuhan bahkan sampai pada perselisihan fisik dan senjata.

A.3. Konsep Diplomasi

Diplomasi adalah suatu alat yang digunakan terutama untuk menjamin penyerahan kedaulatan12.

Diplomasi juga diartikan sebagai penggunaan sebagai kecerdasan dan kelincahan dalam melaksanakan hubungan resmi antara pemerintah dari negara-negara merdeka13.

10

K.J. Holsti dan M. Tahir Azhary, politik internasional, 1988, hal. 113

11

Hidayat Mukmin, Peran serta TNI dalam Politik Luar negeri Indonesia, 1991, hal. 102-105

12

Michael Leifer, Log, Cit, hal. Xii

13

(13)

13

Diplomatic berasal dari kata “diplomacy” yang berarti sarana yang sah atau legal, terbuka dan terang-terangan yang digunakan oleh sesuatu negara dalam melaksanakan politik luar negerinya14.

Dalam arti luas diplomasi meliputi seluruh kegiatan polotik luar negeri suatu negara dalam hubungannya dengan bangsa dan negara lain 15.

Diplomasi meliputi kegiatan :

1. menentukan tujuan dengan mempergunakan semua daya dan tenaga untuk mencapai tujuan tersebut.

2. penyesuaian kepentingan dari bangsa lain dengan kepentingan nasional sesuai dengan daya dan tenaga yang ada padanya.

3. menentukan apa tujuan nasional sejalan atau berbeda dengan kepentingan bangsa atau negara lain.

4. mempergunakan sarana dan kesempatan yang ada sebaik-baiknya.16

Perwakilan Indonesia di luar negeri dapat berupa :

1. Perwakilan diplomatik yaitu perwakilan yang kegiatannya meliputi semua kepentingan negara Republik Indonesia dan wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah negara penerima atau kegitannya meliputi bidang kegiatan suatu organisasi Internasional.

2. Perwakilan konseler adalah perwakilan yang kegitannya meliputi semua kepentingan negara negara Republik Indonesia di bidang konseler dan mempunyai wilayahkerja tertentu didalam wilayah negera penerima17.

14

Ahmad Rustandi S.H dan Zul Afdi Ardian S.H, Log Cit, hal,. 217

15

Sumarsono mestoko, indonesia dan hubungan antar bangsa, 1985, hal. 25

16

Ibid, hal. 25

17

(14)

Diplomasi dalam ketegangan dua negara hanya sebatas ultimatum belaka. Begitu tindakan permusuhan bermula, masalah yang diambil alih oleh militer. Setelah perang atau pertikaian fisik berakhir, maka diplomasi dapat dimulai kembali. Hal ini dialami oleh Indonesia ketika memutuskan bahwa konfrontasi dengan Malaysia harus dihentikan18. Konfrontasi dianggap membawa dampak buruk bagi Indonesia terutama dalam ekonomi, maka Indonesia memutuskan untuk mengakhiri konfrontasi. Indonesia mulai melakukkan misi diplomatiknya dengan melakukan perundingan dengan pihak Malaysia.

Jadi dari pendapat diatas dapat simpulkan bahwa diplomasi adalah pelaksanaan hubungan luar negeri secara nyata yang bertujuan sebagai alat negosiasi atau perundingan antar dua negara atau lebih untuk mencapai suatu kesepakatan.

A.4. Konsep Kerjasama Internasional

Kerjasama Internasional adalah kerjasama yang dilakukan untuk mendukung perjuangan melawan segalah bentuk pelanggaran nilai-nilaikemanusiaan19.

Kerjasama internasional juga dapat mengatasi segala bentuk agresi atau ancaman kedaulatan nasional, persatuan nasional atau integrasi torotorial, dan penolakan terhadap hak rakyat untuk menentukan nasib sendiri dan hak setiap orang untuk melaksanakan kedaulatan sepenuhnya atas kekayaan dan sumber daya nasional20.

18

Yusuf Sufri. Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri. 1989. hal. 122

19

Y, Sri, T.D Haryo Tamtomo, Dkk. IPS Terpadu Untuk SMP dan MTS Kelas IX Semester 2, 2007, hal. 109

20

(15)

15 Kerjasama internasional adalah kerjasama yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing bangsa, untuk bantu membantu, mengatur batas-batas kekuasaan suatu bangsa, tukar menukar utusan dan lain sebagainya21.

Bentuk hubungan antar bangsa atau hubungan internasional dibagi menjadi : 1. hubungan individu, seperti perdagangan, pelajar atau mahasiswa, misi

agama turis.

2. hubungan antar kelompok, seperti lembaga keahlian (dokter, ahli geografi), kelompok perdagangan,lembaga kebudayaan.

3. hubungan antar bangsa22.

Menurut para ahli sejarah hubungan masyarakat internasional dapat dikelompokan menjadi 4 periode sesuai dengan urutan waktu, yaitu :

1. zaman kuno sampai berakhirnya zaman romawi. 2. zaman pertengahan sampai abad ke-16.

3. zaman antar modern yaitu zaman pertenganhan sampai abad ke-19. 4. zaman modern yaitu periode abad ke-20 23.

Sebagai pelaksanaan dasar negara pancasila dan tujuan negara ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka negara dan bangsa mengadakan hubungan dan kerjasama internasional24.

21

Gunawan, Widayat. IPS Sub Bidang Studi Geografi Dan Kependidikan Untuk Kelas 3 SMP. 1988. hal. 53

(16)

Kerjasama itu meliputi hubungan diplomatik, ekonomi, sosial, kebudayaan dan lain-lain. pelaksanaan kerjasama ini ada yang diorganisir oleh PBB, kerjasama antar pemarintah seperti IGGI adapula berdasarkan perjanjian antar suatu negara dengan negara lain (perjanjian bilateral)25.

Jadi kerjasama Internasional adalah kerjasama yang dilakukan oleh setiap negara untuk membangun hubungan antar negara yang bertujuan untuk saling membantu dalam segala aspek kehidupan.

A.5. Kerjasama Bilateral

Kerjasama bilateral adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua negara. Kerjasama bilateral ini meliputi kerjasama antara Indonesia dengan Jepang, kerjasama antara Indonesia dengan Amerika Serikat, kerjasama Indonesia dengan Jerman Barat26. Kerjasama bilateral juga diartikan kerjasama yang dilakukan antara satu negara dengan negara tertentu. Dengan kata lain, kerjasama bilateral adalah kerjasama yang dibangun oleh dua negara saja. Kerjasama bilateral tidak hanya dibangun dalam bidang ekonomi saja, tetapi kerjasama ini dibangun dalam bidang politik juga.27

Selain melakukan kerjasama bilateral hubungan antar negara juga harus adanya suatu perjanjian internasional yang berfungsi sebagai pengatur kerjasama antar negara yang terlibat.

25Ibid

, hal. 184

26

Drs Supendi Haryadhi. Ilmu Pengetahuan Sosial Geografi Kependudukan SMP Kelas 3, 1990, hal. 18

27

(17)

17

Dalam hal ini kerjasama bilateral juga melibatkan perjanjian bilateral. Yang dimaksud dengan perjanjian bilateral adalah perjanjian yang dibuat atau diadakan oleh dua negara. Biasanya perjanjian bilateral mengatur tentang hal-hal yang menyangkut kepentingan kedua negara saja. Artinya tertutup kemungkinan bagi negara lain untuk turut serta dalam perjanjian tersebut28.

Jadi kerjasama Bilateral adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua negara untuk mengadakan hubungan kerjasama.

A.6. Kerjasama Multilateral

Kerjasama Multilateral adalah kerjasama antara dua negara atau lebih yang tidak dibatasi oleh wilayah atau kawasan tertentu dan bersifat internasional29.

Kerjasama Multilateral adalah kerjasama yang dilakukan oleh lebih dari dua negara. Kerjasama multilateral meliputi kerjasama antara Indonesia dengan negara yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), kerjasama Indonesia dengan Liga Arab, dan PBB30.

(18)

kepentingan negara lain yang tidak turut (bukan peserta) dalam perjanjian multilateral tersebut31.

Suatu perjanjian yang dinamakan perjanjian multilateral selalu terbuka dan memberi kesempatan bagi negara lain yang tadinya tidak turut serta dalam perjanjian, karena yang diatur dalam perjanjian multilateral ini merupakan masalah-masalah umum yang menyangkut kepentingan semua anggota masyarakat internasional32.

Jadi kerjasama multilateral adalah kerjasama yang dilakukan oleh banyak negara untuk menjain hubungan kerjasama yang dapat berbentu organisasi.

B. Kerangka Pikir

Kerjasama internasional merupakan suatu kerjasama yang dilakukan oleh negara untuk menjalin hubungan antar negara. Dengan melakukan kerjasama internasional maka Indonesia sebagai negara yang baru merdeka dapat menjalankan politiknya terutama politik luar negeri Indonesia baik dalam bidang ekonomi maupun bidang-bidang yang lain Bentuk kerjasama internasional dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu kerjasama bilateral dan kerjasama mulilateral.

Kerjasama Bilateral merupakan kerjasama yang dilakukan hanya dua negara. Kerjasama bilateral ini misalnya saja kerjasama antara Indonesia denggan Jepang, kerjasama Indonesia dengan Cina.

31

Achmad Roestandi S. H dan Zul Afdi Ardian S.H, Log Cit, hal. 176

32

(19)

19 Sedangkan kerjasama Multilateral merupakan kerjasama yang dilakukan oleh dua negara atau lebih yang tidak dibatasi oleh wilayah atau kawasan tertentu dan bersifat internasional. Kerjasama multilateral selama konfrontasi dengan Malysia lebih kea rah ekonomi dan keamanan. Negara yang melakukan kerjasama multilateral dengan Indonesia hanya Cina, Jepang.

(20)

HALUAN POLITIK LUAR NEGERI

INDONESIA KERJASAMA INTERNASIONAL C. Paradigma

Keterangan

= Garis Bentuk

= Garis Sebab KERJASAMA

BILATERAL

(21)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Yang Digunakan

Metode adalah suatu cara atau tekhnis yang dilakukan dalam proses penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperileh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran 1.

Metode juga menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode adalah cara atau jalan yang dilakukan peneliti untuk menyelesaikan suatu permasalahan di dalam suatu kegiatan penelitian. ”Metode yang berhubungan dengan ilmiah adalah menyangkut masalah cara kerja, yakni cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan”2. Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh pemecahan terhadap suatu permasalahan. Oleh karena itu, metode penelitian sangat dibutuhkan dalam memecahkan suatu masalah yang turut menentukan kebarhasilan suatu penelitian.

Dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada pada setiap penelitian, berbagai metode digunakan oleh para peneliti. Dengan menggunakan metode maka

1

Mardalis, Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal), 2004, hal. 24

2

(22)

permasalahan dalam suatu penelitian tidak akan telalu sulit untuk dipecahkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, karena data dan fakta yang diambil dalam penelitian ini adalah peristiwa-peristiwa masa lampau.

Metode historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan, baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu, untuk kemudian hasilnya juga dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang3.

Pendapat lain mengattakan bahwa metode penelitian historis adalah perkumpulan prinsip-prinsip aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa dari pada hasil-hasilnya 4.

Sehingga dapat dijelaskan bahwa penelitian historis adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mengetahui dan menyelesaiakan suatu masalah dengan cara mengumpulkan data-data, fakta berupa arsip-arsip atau dokumen-dokumen yang disusun secara sistematis dan evaluasi yang objektif dari data-data yang berhubungan dengan kejadian masa lampau untuk memahami kejadian atau keadaan masa lalu maupun masa sekarang.

3

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, 1993, hal. 78-79

4

(23)

23 Adapun langkah-langkah dalam penelitian historis yaitu :

1. Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber sejarah.

2. Kritik yaitu menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli baik isi maupun bentuknya.

3. Interprestasi yaitu setelah memperoleh fakta yang diperlukan maka harus menerangkai fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal.

4. Historiografi yaitu kegiatan penulisan dalam bentuk laporan hasil penelitian5.

Berdasarkan langkah-langkah di atas maka langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti adalah :

1. Heuristik (pengumpulan sumber-sumber sejarah), pada tahap ini penulis mengmpulkan dan menghimpun sumber-sumber yang diperlukan untuk bahan penelitian. Dalam tahap ini penulis berusaha mengumpulkan sumber-sumber sejarah berhubungan dengan politik luar negeri Indonesia, sumber mengenai Konfrntasi Indoneia-Malaysia.

2. Kritik atau Analisa Sumber, pada tahap ini penulis melakukan penilaian terhadap sumber sejarah baik isi maupun bentuknya.

3. Interprestasi, peneliti melakukan penafsiranadalah hal yang dilakukan untuk melihat kredibilitas atas informasi yang bersifat objektif tentang politik luar negeri Indonesia pada masa konfrontasi dengan Malaysia. 4. Historiografi, merupakan proses penyusunan dan penuangan seluruuh hasil

penelitian ke dalam bentuk tuliasan.

5Ibid,

(24)

B. Variabel Penelitian

Pada tinjauan pustaka telah dikemukakan konsep-konsep berbeda yang menunjang dasar penelitian ini. Dan agar konsep-konsep tersebut dapat diteliti secara empiris, maka mereka harus dioperasional dengan mengubahnya menjadi variabel yang berarti sesuatu yang memiliki nilai bervariasi6.

Variabel dapat juga diartikan sebagai objek suatu penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian 7.

Dari pendapat-pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel penelitian adalah objek yang mempunyai nilai dan yang dijadikan pusat dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu hubungan politik luar negeri Indonesia pada masa konfrontasi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dalam pengumpulan data dapat diartikan ssebagai cara atau metode dalam mengumpulkan data-data dan sumber-sumber informasi untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tema penelitian ini, oleh karena itu peneliti menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data-data serta sumber-sumber yang dijadikan bahan untuk penelitian antara lain melalui

6

Sofian Efendi,Metode Penelitian Survei, 1998, hal. 97.

7

(25)

25 C.1. Teknik Kepustakaan

Adapun yang dimaksud dengan teknik kepustakaan adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi secara lengkap serta untuk menentukan tindakan yang akan diambil sebagai langkah penting dalam kegiatan ilmiah 8.

Riset kepustakaan atau sering juga disebut studi kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian 9.

Jadi dengan teknik kepustakaan ini peneliti berusaha untuk mempelajari buku-buku literatur sehingga peneliti mendapatkan informasi, data-data, serta sumber-sumber yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu poliik luar negeri Indonesia pada masa konfrontasi dengan Malaysia tahun 1963-1967.

C.2. Tehnik Dokumentasi

Teknik dokumentasi dapat diartikan sebagai metode atau cara pengumpulan data melalui sumberr tertulis terutama arsip-arsip, dokumen dan termasuk juga buku-buku, teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lainyang berhubungan dengan masalah yang diteliti10.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan penelusuran data terhadap buku-buku atau disebut juga dokumen yang telah ditetapkan sebagai sumber data. Teknik dokumentasi adalah setiap proses pembuktian yang

8

Joko Subagyo, Metode Penelitian, 1997, hal.109

9

Mestika Zed,Metode Penelitian Kepustakaan, 2004, hal. 3

10

(26)

didasarkan atas jenis sumber apapun baik berupa tulisan, lisan, gambar atau arkeologi.

D. Teknik Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini merupakan bagian yang sangat penting dalam proses penelitian, karena dengan analisa inilah data yang ada akan nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir penelitian 11.

Dengan teknik analis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengunakan teknik analisis data kualitatif, yang berupa fenomena-fenomena dan kasus-kasus yang berupa karangan dan laporan para sejarahwan sehingga memerlukan pemikiran yang diteliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

Sehubungan dengan analisis kualitatif, Muhammad Ali berpendapat :

Analisis Kualitatif adalah menggunakan proses berfikir induktif untuk menguji hipotesis yang dirumuskan sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti 12.

Adapun langkah-langkah penyusunan penulisan menggunakan analisis data kualitatif dengan tahapan sebagai berikut :

D.1. Penyusunan Data

Penyusunan data ini dipergunakan untuk mempermudah dalam penelitian apakah semua data yang digunakan sudah sesuai atau belum, apakah semua data yang terkumpul bermanfaat, maka diperlukan penyusunan data.

11

Joko Subagyo, Op, Cit, hal. 104-105

12

(27)

27

D.2. Klasifikasi Data

Klasifikasi data merupakan usaha untuk menggolongkan data yang ada berdasarkan ciri-ciri atau katagori tertentu. Penggolongan ini sesuai dengan sub-sub permasalahan yang dibuat.

D.3. Pengolahan Data

Dari data yang telah diperoleh dan diseleksi kemudian data tersebut diolah berdasarkan teknik analisis data yang diperlukan yaitu analisis kualitatif.

D.4. Penyimpulan

Sebagai langkah terakhir dalam suatu penelitian adalah membuat suatu kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

(28)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

A.1. Politik Luar Negeri Indonesia

Kepentingan politik luar negeri Indonesia dalam hubungan internasional pada umumnya sebagai penyambung kehendak nasional kedalam dunia Internasioanal. Setiap Negara yang merdeka didunia ini selalu mempunyai kehendak kolektif. Politik luar negeri mempunyai kewajiban dalam hubungan Internasional untuk bisa menerangkan dan menjelaskan yang menjadi kehendak kolektif atau kehendak nasionalnya, agar bisa dikenal, dimengerti, dan tidak disalah artikan oleh Negara-negara lain.

Politik luar negeri Indonesia berpijak pada landasan-landasan sebagai berikut : 1. landasan Ideal yaitu pancasila

Republik Indonesia sebagai suatu Negara yang memiliki ideology pancasila berarti sitiap tindakan/sikap Negara kia baik kedalam maupun ke luar negari harus berlandasan pancasila. Dengan demikian ideology pancasila itulah yang membedakan antara pandangan hidup kita dengan pandangan Negara lain, seperti blok barat dan blok timur.pancasila juga telah memberikan arah dan pedoman dalam melaksanakan politik luar negerinya. Hal ini tercermin didalam setiap sila dari pancasila, seperti yang akan diuraikan sebagai berikut :

(29)

29

b. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, menunjukan pandangan bangsa Indonesia yang menolak penindasan dan penghisapan dari Negara lain. Oleh karena itu bangsa Indonesia selalu aktif menentang segalah bentuk penjajahan.

c. Sila persatuan Indonesia, menunjukan pandangan bangsa Indonesia yang menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa yang sangat teramat penting.oleh karena itu politik luar negeri Indonesia harus tetap memperhatikan dan mengabdi pada kepentingan nasional bangsa kita sendiri.

d. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, menunjukan pandangan bangsa Indonesia agar setiap masalah internasional diselesaikan melalui musyawarah untuk mncapai mufakat.

e. Sila kaedilann social, menunjukan pandangan bangsa yang menginginkan terwujudnya keadilan social yang berlingkup internasional dengan mengembangkan perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dalam tata ergaulan internasional.

2. landasan struktural yaitu UUD 1945

seperti yang diuraikan diatas bahwa pada alenia pertama dank e dua berisi rumusan cita-cita bangsa, sedangkan pada alenia keempat berisi rumusan tujuan nasional. Cita-cita nasinal dan tujuan nasional itu harus dijadikan acuan dalam penentuan politik luar negeri kita. Selain dalam pembukaan, juga dalam batang tubuh UUD 1945 terdapat beberapa pasal yang merupakan landasan politik luar negeri Indonesia :

a. Alinea pertama, berbunyi:

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segalah bangsa

dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan

karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”

b. Alinia keempat, berbunyi :

“Kemudian daripada itu untuk membentuk sesuatu pemerintahan

Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajuukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial…..”

Dari alinia pertama dapat disimpulkan bahwa Negara Republik Indonesia wajib membantu bangsa-bangsa lain didunia yang masih dijajah oleh bangsa asing. Selanjutnya dari alinia keempat dapat disimpulkan juga bahwa Negara Republik Indonesia harus Aktif didalam perjuanagan bangsa-bangsa untuk mencapai suatu ketertiban dan keadilan diseluruh penjuru dunia. Selanjutnya didalam batang tubuh UUD 1945, yaitu :

Pasal 11

Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain.

Pasal 13

(30)

3. landasan Operasional yaitu

a. ketetapan MPR tentang GBHN

b. kebijakan presiden berbentuk keputusan presiden (Kepres)

c. kebijakan Menteri Luar negeri yang berbentuk peraturan yang dibuat oleh menteri luar negeri1.

Serangkaian dokumen-dokumen yang mendasari Politik Luar negeri Indonesia, Yakni :

1. Agustus 1959 yang berjudul ”Penemuan Kembali Revolusi Kita” dan yang

terkenal adalah ”Manifasto Politik Republik Indonesia”. Dengan

penetapan Presiden No. 1 tahun 1960, yang diperkuat pula dengan Ketetapan MPRS No. 1/MPRS/I/1960, tangal 19 November 1960,

Manifasto tersebut telah dijadikan ”Garis Besar Haluan Negara”.

2. Amanat Presiden tanggal 17 Agustus 1960 yang terkenal dengan nama

”Jalannya Revolusi kita” yang dengan ketetapan MPRS No. I/MPRS/1960, tanggal 9 November 1960 telah dijadiakan Pedoman

Pelaksanakan Manifasto Politik Republik Indonesia”.

3. Pidato Presiden tanggal 30 September 1960 dimuka sidang umum PBB

yang berjudul ”To Build The World anew” (Membangun Dunia

Kembali). Yang degan ketetapan MPRS No. I/MPRS/1960, tanggal 19 November 1960, ditetapkan sebagai Pedoman Pelaksanaan Manifasto Republik Indonesia dan yang dengan keputusan DPA No.2/Kpts/Sd/61,

tanggal 19 Januari 1960, dinyatakan sebagai ”Pedoman Pelaksanaan

Manifasto Politik Republik Indonesia dibidang Politik Luar Negeri RI”2

. Kebijakan luar negeri itulah yang menyeret diplomasi Indonesia berhadapan dengan panggung politik dunia. Dinsilah berlaku teori bahwa Politik adalah Panglima. Sehingga membuka pintu lebar bagi setiap kemungkinan pengingkaran dan penyelewengan.

A.1.1. Konsepsi Politik Luar Negeri Bebas Aktif

Maju atau lambatnya pembangunan suatu negara salah satunya ditentukan oleh situasi poltik negara tersebut. Baik politik yang terjadi di dalam negeri maupun di

1

Ahmad Rustandi SH dan Zul Afdi Ardian SH, Tata Negara Jilid 2, 1988, hal. 209-212 2

(31)

31

luar negeri. keduanya memegang peranan penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa.

Politik luar negeri Indonesia terkenal dengan Politik bebas aktif. Politik luar negeri Indonesia sejak merdeka mengalami pasang surut, meskipun demikian namun pada akhirnya tetap politik luar negeri yang bebas dan aktif. Pengalaman sebagai bangsa yang terjajah, terikat kemerdekaannya dan kebebasannya selama kurang lebih 350 tahun telah cukup untuk tidak terulang kembali setelah Indonesia melepaskan diri dari penjajah. Pengalaman ini telah sifat kewaspadaan nasional pada bangsa Indonesia khususnya dibidang hubungan poliik luar negeri Indoesia bertahan untuk tidak memihak kepada negara manapun dengan maksud meminta bantuan-bantuan untuk turut serta melakukan perlawanan terhadap kolonialisme yang hendak dipaksakan kembali kepada bangsa Indonesia, sekalipun keadaan Indonesia sangat memprihatinkan. Seperti yang diungkapkan oleh Moh, Hatta didepan Komite Nasional Indonesia Pusat mengenai arah yang tepat bagi kebijaksanaan luar negeri Indonesia :

“Tetapi mestikah kita bangsa Indonesia yang memperrjuangkan kemerdekaan bangsa dan negara kita, hanya harus memilih pro Rusia atau pro Amerika apakah tak ada pendirian yang harus kita ambil dalam mengejar cita-cita kita?

Pemerintah berpendapat pendirian yang harus kita ambil ialah supaya kita jangan menjadi objek dalam pertarungan politik internasional, melainnkan kita harus tetap menjadi subyek yang berhak menentukan sikap kita sendiri, berhak mmperjuangkan tujuan kita sendiri, yaitu Indonesia merdeka seluruhnya3.

Politik luar negeri Indonesia prinsip aktif dapat kita temukan sumbernya dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-empat antara lain berbunyi :

3

(32)

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial...”4.

Berdasarkan perkataan di atas bahwa negara RI harus ikut melaksanakan suatu kewajiban dunia yang dicita-citakan oleh Revolusi Indonesia. Politik luar negeri Indonesia harus aktif bukan sesuatu yang diharapkan sikap dan tindakan yang pasif. Aktif di sini adalah suatu kegiatan yang terarah turut serta dengan kegiatan-kegiatan internasional yang menuju kepada terbentuknya ketertiban dunia baru. Yang mempunyai tiga unsur dasar yaitu kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sedangkan bebas yaitu bebas mengadakan hubungan dengan negara manapun dalam arti bebas menentukan sendiri sikap dan keputusan-keputusan terhadap masalah-masalah internasional menurut nilai dan manfaatnya masing-masing tanpa mengikatkan diri kepada suatu blok. Haluan politik LN yang digariskan Proklamator RI pada prinsipnya tidak ingin menjadi obyek dalam percaturan internasional. Indonesia harus dapat menjadi subyek yang dapat menentukan kebijakannya sendiri.

Prinsip bebas dan aktif dipilih untuk menolak tuntutan sayap kiri agar Indonesia berkiblat ke Uni Soviet dan di sisi lain untuk membuat jarak dengan Amerika Serikat (AS). Sikap bebas dan aktif ini juga mendefinisikan peranan yang tepat bagi Indonesia dalam konflik antara dua negara adi kuasa tersebut.

4

(33)

33

Sejak kemerdekaan, eksistensi negeri yang masih belia ini mendapat tantangan dari Belanda. Perjuangan dengan melakukan diplomasi untuk memperjuangkan pengakuan internasional atas kemerdekaan dan upaya mencegah kembalinya kekuasaan kolonial telah menjadi ciri pelaksanaan politik luar negeri pada masa awal berdirinya RI.

Diplomasi sangat erat hubungannya dengan unsur-unsur tentang cara bagaimana melaksanakannya. Menurut Manipol ada tiga cara yang harus dilakukan yaitu :

1. Tidak mengenal kompromi 2. Haraus radikal

3. Revolusioner

Mengenai Politik Luar Negeri Indonesia yang aktif menuju kepada persahabatan dengan segalah bangsa sesuai dengan ketiga kerangka tujuan Revolusi dalam Manifasto Politik, Menteri Luar Negeri Indonesia Subandrio menyatakan terdapat dua aspeek politk dalam politik luar negeri Indonesia, yaitu :

1.Menjalankan politik dengan persahabatan dengan negara dunia luar secara konvensional, seperti yang dilakukan oleh negara.

2.Berjuang menyelesaikan Revolusi Indonesia yang merupakan kenyataan dan harus diterima oleh negara luar.

A.1.2. Politik Nasional Bagi Indonesia

(34)

dalam kurun waktu tertentu, yang berisi sasaran-sasaran nyata yang harus diwujudkan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa, dengan mempertimbangkan keadaan masa kini dan masa depan. Untuk mewujudkan sasaran yang demikian itu bisa menimbulkan kerjasama atau sengketa antar bangsa dalam salah satu atau beberapa bidang tertentu.

Kebijakan luar negeri merupakan refleksi dari politik dalam negeri dan dipengaruhi perubahan dalam tata hubungan internasional, baik dalam bentuk regional maupun global. Karena itu, setiap dinamika yang terjadi dalam perpolitikan dalam negeri akan mempengaruhi diplomasi sebagai manifestasi kebijakan luar negeri. Secara umum visi dan orientasi politik luar negeri RI seharusnya tidak berubah. Namun, perubahan dimungkinkan jika berkaitan dengan usaha perbaikan ekonomi dan citra RI di mata dunia internasional. Dasarnya tetap bertitik tolak pada konstitusi, tetap ikut membantu menciptakan perdamaian dan keadilan sosial, serta politik bebas-aktif yang diabdikan pada kepentingan nasional.

(35)

35

A.2. Ketegangan-Ketegangan Regional Selama Konfrontasi Dengan Malaysia

Pada awal tahun 1955, Organisasi Pakta Asia Tenggara (SEATO-the Southeast Asian Treaty Organization) didirikan oleh Amerika Serikat untuk menghadapi komunisme di wilayah Asia Tenggara. Tetapi hanya dua yakni Filipina dan Thailand dari delapan anggota berasal dari Asia Tenggara.pakta militer ini gagal untuk mencapai tujuannya karena ancaman yang dijalankan Komunisme mengambil bentuk kegiatan subversif dan tidak dapat dilawan dengan cara-cara militer yang konvensional. Seperti negara-negara Komunis Indonesia tidak yang anti kolonial bertentangan dengan organisai ini. Malaya merupakan sekutu Inggris tetapi bukan anggota SEATO.

Tahun 1961 dengan dukungan dari Filipina dan Thailand, Malaya membentuk suatu organisasi budaya dan ekonomi yang dikenal sebagai Asosiasi Asia Tenggara (ASA- Associaton of Southeast Asia) yang bertujuan mendorong kerjasama ekonomi dan budaya. Tuanku Abdul Rahman dari Malaya berkeinginan untuk mengundang negara-negara Asia Tenggara lainnya untuk bergabung, tetapi tidak satupun negara yang tertarik untuk bergabung, Soekarno curiga terhadap ASA dan melihat Organisasi ini sebagai pelayan dari kepentingan Imperialis Barat. ASA tidak berkembang karena persetujuan karena persetujuan diantara negara-negara anggotanya.

(36)

bertahan lama disebabkan oleh Indonesia melancarkan Konfrontasi dengan Malaysia5.

Akibat dari konfrontasi ini terciptanya ketegangan-ketegangan regional antara negara-negara tetangga. Ketika Soekarno masih berkuasa, hubungan antara Jakarta dengan Kuala Lumpur jauh dari hangat, hal ini disebabkan karena Indonesia bersikap antikolonialisme dan anti imperialisme yang berbeda dengan sikap Malaysia.

Bukan saja hubungan yang tidak baik dengan Malaysia saja tetapi juga dengan negara Singapura karena Indonesia menganggap Singapura suatu tempat dimana kekuatan-kekuatan asing dan para pemberontak Indonesia memanfaatkannya sebagai batu loncatan. Pemerintah Jakarta juga melihat Singapura sebagai suatu tempat dimana para penyelundup Indonesia bertempat tinggal. Selama Konfrontasi dengan Malaysia, Singapura sebagai bagian integral dari Malaysia6.

Salah satu konsekuensi berakhirnya Perang Dingin adalah munculnya kecurigaan dan konflik-konflik regional. Konflik regional mempunyai otonomi yang lebih besar untuk berkembang menjadi eskalasi konflik yang lebih serius dan mengancam kawasan. Sampai saat ini saling curiga tetap berlangsung di Asia Tenggara akibat warisan pola politik masa lalu. Persepsi ancaman diantara mereka sangat kompleks. Indonesia, Malaysia dan Vietnam tetap khawatir terhadap Cina.

5

Untuk suatu pembicaraan mengenai Maphilindo, Lihat J.A. C. Mackie, Konfrontasi; Indonesia’s

Dispute againts Malaysia (Kuala Lumpur: Oxpord University Perss, 1974), Khususnya hal. 165-170. Dikutip dalam Leo Suryadinata,Politik Luar Negeri Indonesia Di Bawah Soeharto. 1998. hal. 85

6Ibid

(37)

37

Thailand, Vietnam dan negara Indoncina lainnya tetap masih memandang satu sama lain sebagai ancaman potensial.23 Persepsi ancaman dan saling curiga ini juga diperumit oleh masalah klaim kedaulatan dan konflik-konflik teritorial, seperti antara Indonesia dan Malaysia mengenai Sipadan dan Ligitan; Malaysia-Singapura mengenai pulau Batu Puteh (Pedra Branca) di selat Johor; Filipina-Malaysia mengenai Sabah; Filipina-Malaysia-Thailand atas perbatasan darat bersama mereka; Malaysia-Brunei atas teritori Limbang di Serawak, maupun perbatasan laut antara Indonesia-Vietnam, Indonesia-Filipina, Thailand-Kamboja-Vietnam, Thailand-Malaysia; dan Vietnam-Cina Sabah; Malaysia-Thailand atas perbatasan darat bersama mereka; Malaysia-Brunei atas teritori Limbang di Serawak, maupun perbatasan laut antara Indonesia-Vietnam, Indonesia-Filipina, Thailand-Kamboja-Vietnam, Thailand-Malaysia; dan Vietnam-Cina mengenai pulau Paracel. Serta yang lebih menghawatirkan adalah sengketa klaim tumpang tindih atas Kepulauan Spratly tepat berada di wilayah Asia Tenggara di Laut Cina Selatan yang melibatkan Cina, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Filipina dan Brunei.

A.3. Hubungan Bilateral Antara Indonesia Dengan Negara Tetangga

(38)

A.3.1. Kawasan Asia Pasifik

A.3.1.1. Hubungan bilateral antara Indonesia dengan RRC (Republik Rakyat Cina)

Kerjasama yang dilakukan Cina dengan Indonesia pada saat itu adalah dibidang ekonomi. Bantuan ekonomi Beijing ke Jakarta mengalir deras, pada tahun 1961 Menteri Luar negeri Cina, Chen Yi memberikan bantuan kredit sebesar US$50 juta, setelah itu tiga tahun kemudian tahun 1964 ketika menjamu Soekarno di Shanghai, Perdana Menteri Chou En-Lai menyetujui tambahan bantuan US$30 juta untuk pabrik-pabrik tekstil di Indonesia. Bahkan Wakil Perdana Menteri Subandrio pernah menyebut bantuan dari Cina akan bertambah, nilainya sekitar US$100 juta7.

Tidak hanya di segi ekonomi. Cina pun menawarkan kerjasama militer, termasuk pengembangan fasilitas teknologi nuklir. Tidak dijelaskan kerjasama teknologi nuklir seperti apa yang ditawarkan Cina melalui Chou kepada Soekarno. Namun, niat Indonesia untuk mengadakan kerjasama pengembangan teknologi nuklir dengan Cina telah menarik perhatian masyarakat dunia, terutama dari kalangan Barat.

Bukan saja bantuan ekonomi dan kerjasama nuklir, Cina pun berjanji membantu memasok senjata ke Indonesia dalam konfrontasi dengan Malaysia.Namun Cina tidak hanya memberi bantuan materi. Melalui Tidak hanya di segi ekonomi. Cina pun menawarkan kerjasama militer, termasuk pengembangan fasilitas teknologi nuklir. Tidak dijelaskan kerjasama teknologi nuklir seperti apa yang ditawarkan

7

(39)

39

Cina melalui Chou kepada Soekarno. Namun, niat Indonesia untuk mengadakan kerjasama pengembangan teknologi nuklir dengan Cina telah menarik perhatian masyarakat dunia, terutama dari kalangan Barat.

Selain itu juga Perdana Menteri Chou menyarankan kepeda Soekarno agar memperkuat kekuatan militer dengan mempersenjatai kaum buruh dan tani.

Konsep itulah yang disebut ”Angkatan Kelima”. Chou yakin bahwa angkatan

kelima merupakan senjata ampuh saat melancarkan perang gerilya diperbatasan Indonesia dengan Malaysia, yang dihuni kaum tani yang tentunya telah mengenal seluk-beluk wilayah mereka.

A.3.1.2. Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Vietnam

Negara kawasan Asia Pasifik adalah Vietnam. Negara Vietnam mempunyai hubungan baik dengan Indonesia. Hal ini disebabkan karena Indonesia dan Vietnam memiliki pengalaman yang sama, yakni memperoleh kemerdekaannya melalui revolusi. Indonesia memiliki hubungan informal dengan Vietnam sejak tahun 1940-an. Hubungan diplomatik antara Jakarta dan Hanoi diperkokohkan setelah Konferensia Asia-Afrika di Bandung. Jakarta membuka konsulat Jenderal Hanoi padda bulan Desember 1955.politik berjarak sama jauh kedua Vietnam ini ditinggalkan selama periode Soekarno, ketika semangat revolusioner sedang bangkit dan politik luar negeri Indonesia condong ke arah kiri.

(40)

banyak anggota elit Indonesia yang terlibat dalam gerakan anti kolonial, memberikan simpati pada masyarakat Vietnam Utara. Mereka beranggapan bahwa Vietnam Selatan merupakan negera boneka yang dibuat oleh Amerika Serikat.

Tanggal 10 Agustus 1964, Soekarno akhirnya memutuskan untuk meningkatkan hubungan diplomatik dengan Hanoi dari tingkat konsulat menjadi duta besar. Setelah itu, Indonesia memutuskan untuk mengakui Fron Pembebasan Nasional Vietnam Utara ( NLSFV – National Liberation Front of South Vietnam) dan menizinkan membuka kantor perwakilannya di Jakarta. Hubugan Indonesia dengan negara-negara Komunis, termasuk Vietnam Utara, menjadi sangat erat. Bersama dengan RRC mereka membentuk apa yang dikenal sebagai poros Jakarta-Hanoi-Phonm Penh-Beijing-Pyongyang8. Inilah yang dikenal sebagai

periode “bulan Madu”, tidak hanya hubungan antara Indonesia dengan RRC saja

tetapi juga hubungan dengan Vietnam Utara.

Jatuhnya Soekarno setelah kudeta 1965 dan naiknya pemerintahan Soeharto yang anti komunis dengan segera mengakhiri bulan madu tersebut. Politik luar negeri Indonesia disesuaikan. Hubungan diplomatik antara Jakarta dan Hanoi dipertahankan selama era Soeharto, sedangkan hubungan antara Jakarta dengan Saigon tidak pernah dilaksanakan9.

8

Lihat pidato Soekarno yang disampaikan pada tanggal 17 Agustus 1965, “Menemukan Kembali

Revolusi Kta”, di kutip dalam “Dua Puluh Lima Tahun Dapertemen Luar Negeri”, hal. 249.

untuk suatu diskusi mengenai hal ini, lihat Peter Christian Hauswedell, The Anti-Imperialistt International United Front in Chinese and Indonesia Foreighn Policy 1963-1965 : A Study of anti-Status Quo Politics”, (tesis PH. D, Cornell Universiy, 1976), terutama hal. 242-249. Ibid,

hal. 156

9Ibid

(41)

41

Hubungan Indonesia-Vietnam mungkin dipertahankan karena beberapa alasan, yaitu :

1. Vietnam Utara tidak memainkan peranan yang menentukan dalam kudeta 1965, meskipun mereka merupakan sekutu dari RRC. Tidak ada juga

pengaruh dari “masyarakat Vietnam dirantauan” (Overseas Vietnamesa

Community)dibandingkan dengan etnis Cina di Indonesia.

2. Adam Malik dengan persetujuan Soeharto ingin menciptakan citra politik luar negeri non blok dibawah orde baru.

3. para pemimpin Indonesia kagum atas perjuangan kemerdekaan Vietnam Utara melewan kekuatan-kekuatan adidaya Barat10.

Meskipun demikian, selama orde baru, sikap Indonesia terhadap Vietnam Utara terpecah. Kalangan nasionalis, seperti Adam Malik dan Ruslan Abdulgani bersimpati terhadap Vietnam Utara. Mereka menganggap bahwa negara ini sebagai negara nasionalis daripada negera komunis, dalam perjuangan mereka melawan dominasi asing, yaitu kekaisaran Cina, Perancis dan Amerika Serikat.

A.3.1.4. Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Jepang

Interaksi diplomatik antara Indonesia dan Jepang telah berlangsung lebih dari 35 tahun. Hubungan yang dikembangkan dalam periode-periode tertentu selama waktu itu mempunyai arti penting dan dan memberi manfaat bagi kedua negara. Meskipun hubungan antara Indonesia dan Jepang pernah mengalamii pasang surut.

Interaksi yang dilakukan antara Indonesia dengan Jepang tidak hanya dilakukan melalui jalur resmi pemerintahan tetapi juga melalui jalur forum swasta, antara lain berbentuk seminar atau konfrensi yang membahas berbagai aspek hubungan

10 Ibid

(42)

bilateral kedua negara. Interaksi melalui sektor swasta dilakukan melalui seminar bilateral yang secara tetap yang diorganisasi oleh Jakarta dan Jepang. Interaksi yang dilakukkan melalui forum semacam ini tidak hanya membantu kedua negara memahami berbagai persoalan yang mereka hadapi tetapi juga telah membentu dan mempererat dan meningkatkan hubungan bilateral kedua negera itu.

Jepang adalah negara terkuat ekonomi kedua di dunia. Kerjasama yang dilakukan antara Jepang dengan Indonesia lebih kearah Ekonomi dari pada politik dan keamanan. Hal ini ditandai sejak tahun 1963 telah banyaknya modal yang ditanamkan disektor tambang, hutan-hutan (perkayuan), perikanan laut. Kerjasama yang dilakukan antara Indonesia dengan Jepang bukan bentuk bantuan yang mendukung konfrontasi yang dilakukan Indonesia dengan Malaysia. Kerjasama ini lebih mengarah pada penanaman modal atau saham yang bertujuan menguntungkan Negara Jepang. Walaupun Jepang tidak memberikan bantuan untuk melawan Malaysia tetapi Jepang berusaha mendamaikan Indonesia dengan Malysia. Karena menrut Jepang peperangan dan sengketa tidak akan membuat Negara lebih baik tetapi akan memperbiuruk perekonomian dalam negeri.

(43)

43

A.3.2. Kawasan Asia Tenggara

A.3.2.1. Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Singapura

Barangkali tidak terlalu berlebihan jika dinyatakan bahwa hubungan dengan Singapura masih tetap merupakan salah satu pulang punggung kebijaksanaan luar negeri Indonesia di kawasan Asia Tenggara.

Dalam suatu realitas suatu hubungan, baik hubungan personal maupun interpersonal, memiliki beberapa keterkaitan dan ketergantungan satu sama lainnya. Keterkaitan tersebut memberikan kontribusi yang sangat kuat bagi hubungan pihak-pihak yang bersangkutan. Namun, ketika kita memahami suatu hubungan antar negara satu dengan lainnya yang diartikan sebagai hubungan internasional ini, hal-hal yang mempengaruhi baik dari segi positif maupun negatifnya masih cukup banyak. Entitas Globalisasi membuat negara-negara menjadi satu dan bergabung membentuk wadah organisasi yang mana tujuan kedepannya ialah agar dapat tercapainya suatu bentuk kerjasama regional maupun keamanan bersama.

(44)

para pedagang yang berlayar di selat malaka. Selama konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia, Singapura merupakan bagian integral dari Malaysia, di bawah serangan langsung. Pasukan rahasia dikirim ke Singapura untuk melakukan kegiatan subversive.

Pada bulan Agustus 1965, Singapura lepas dari Malaysia dan merdeka. Kemudian menjalin hubungan diplomatik dengan dengan Indonesia. Namun, pada tahun 1968 hubungan antara kedua Negara tersebut memburuk karena tindakan dua marinir Indonesia yang dikirim pada era Soekarno dalam konfrontasi dengan Singapura meledakkan bom di Orchad Road. Kedua anggota militer tersebut langsung dihukum mati oleh pengadilan Singapura. Pihak Indonesia pada saat itu dipimpin oleh Soeharto dan Adam Malik berusaha mengusahakan keringanan hukuman dengan meminta merubah hukuman menjadi hukuman seumur hidup. Namun, permintaan tersebut ditolak. Akibatnya terjadi kerusuhan di Jakarta dan Surabaya dengan merusak kedubes Singapura dan tindakan unjuk rasa anti-Cina karena para pengunjuk rasa yakin bahwa etnis Cina Indonesia menaruh simpati terhadap etnis Cina Singapura yang menjadi mayoritas penduduk negara tersebut.

A.4. Hubungan Multilateral Periode Konfrontasi Dengan Malaysia

A.4.1. Kerjasama Di Bidang Ekonomi

(45)

45

hanya dua negara yaitu Filipina dan Thailand dari delapan anggota berasal dari Asia Tenggara. Fakta militer ini gagal untuk mencaai tujuuannya karena ancaman yang dijalankan Komunisme menggambil bentuk kegiatan subversif dan tidak dapat dilawandengan cara-cara militer konvenional.

Kebanyakan dari anggota tidak tidak memiliki omitmen terhadap tujuan tersebut, seperti negara-negara Komunis, Indonesia yag anti kolonial bertentangan terhadap organisasi ini. Malaysia sekutu Inggris tetapi bukan anggota SEATO menyadari ketidakpopuleran SEATO di antara beberapa negara diwilayah tersebut dan menginginkan untuk mendirikan suatu organisasi keamanan di luar SEATO. Akhirnya SEATO dibubarkan.

Pada tahun 1961, dengan dukungan Filipina, Thailand, Malaya membentuk suatu organisasi budaya dan ekonomii yang dikenal sebagai Asosiasi Asia Tenggara (ASA-Association of Southeast Asia) yang bertujuan mendorong kerjasama ekonomi dan budaya11. Organisasi yang lain adalah Maphilindo (Malaysia, Filipina, Indonesia) yang dibentuk pada periode tahun 1963, tetapi pecah setelah Indonesia melancarkan konfrontasi dengan Malaysia.

Keterlibatan dan kepentingan utama Jepang pada era Perang Dingin di Asia-Pasifik, bahkan secara global, adalah lebih pada pertimbangan ekonomi, bukan geopolitik dan militer. Jepang merupakan faktor utama dinamika ekonomi dan pembangungan negara-negara Asia-Pasifik, mitra dagang terbesar dan sumber

11Untuk suatu diskusi yang baik mengenai ide awal yang diusulkan Malaysia, lihat J,

Saravanamuttu, The Dillema Independence : Two Decades of Malaysia’s Foreightgn Policy,

(46)

utama investasi serta bantuan ekonomi dari hampir semua negara di wilayah ini, terutama negara-negara Asia Tenggara.

Kepentingan ekonomi dan “pengebirian peran internasional’ Jepang sejak akhir Perang Dunia II itulah telah memungkinkannya menjalin hubungan-hubungan kerja sama yang menguntungkannya dengan semua negara di Asia-Pasifik, dan yang telah menjadikan wilayah itu suatu wilayah pertumbuhan ekonomi yang paling dinamis di dunia. Dengan demikian pertimbangannya untuk meninggalkan politik yang telah memberi manfaat begitu besar baginya dan bagi Asia-Pasifik --apalagi dengan telah tercapainya Persetujuan Nuklir Jarak Sedang (PNJS) antara kedua negara adikuasa.

Pada masa konfrontasi dengan Malysia Indonesia tidak banyak melakukan hubungan multilateral dengan Negara lain. Hal ini ditandai dengan adanya kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia lebih mengarah ke kerjasama dengan Negara-negara komunis yang tergabung dalam organisasi Conefo. Sedangkan kerjasama yang dilakukan dengan Negara Asia yang bukan komunis hanya kerjasama dengan Negara Jepang.

A.4.2. Kerjasama Di Bidang Pertahanan dan Keamanan

(47)

47

berkembang seperti halnya yang terjadi di negara-negara Asia Tenggara, ternyata memiliki latar belakang (faktor pendorong) motivasi yang lebih kompleks dan multi faktor dari sekedar yang terjadi pada negara adidaya karenanya lebih pas diteropong melalui pendekatan struktur domestik. meningkatnya kecanggihan teknologinya di kedua belah pihak mungkin memperlihatkan bahwa inovasi teknologi militer merupakan suatu fonemena global yang penting diperhitungkan.

Sebagai kontribusi terhadap para pengambill kebijakan akan dilihat peta dan posisi realitas dinamika persenjataan negara-negara Asia Tenggara, dan khususnya implikasinya terhadap negara Indonesia (TNI). Sebagai barometer untuk melihat tingkat signifikansi perbandingan dinamika persenjataan, diidentifikasikan indikator-indikator perbandingan sebagai berikut: anggaran pertahanan/belanja militer (military/defence expenditure), pengembangan kekuatan personel militer (military manpower), dan perlengkapan/akuisisi persenjataan (military equipment/acquisition). Ketiga indikator ini adalah elemen-elemen dari struktur kekuatan militer (force structure) yang menjadi tampilan dari postur militer sebuah negara.

Hubungan Internasional (HI), khususnya terhadap perkembangan kajian strategis dan keamanan. Adanya fenomena khusus yang terjadi di kawasan Asia Pasifik khususnya di Asia Tenggara, mengapa setelah berakhirnya Perang Dingin antara AS-US terdapat kecenderungan meningkatnya dinamika persenjataan di kawasan ini.

(48)

tentang perlunya pengurangan anggaran militer dan tuntutan akan keuntungan dari suatu perdamaian (peace dividend) sehingga terjadi penurunan tingkat dinamika persenjataan yang signifikan.

Jawaban atas fenomena di atas akan memperkaya khasanah kajian studi strategis dan keamanan, dilihat dari beberapa hal berikut:

1. Arah dan kecenderungan pergeseran fenomena konflik global ke konflik kawasan setelah berakhirnya Perang Dingin,khususnya di kawasan Asia Tenggara;

2. Reaksi, antisipasi dan upaya-upaya diplomasi negara-negara kawasan (dalam hal pengaturan pertahanan dan keamanan) terhadap perubahan konfigurasi keamanan diatas; dan

3. Pola akuisisi senjata dan faktor-faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam dinamika persenjataan negara-negara di Asia Tenggara.

Kerjasama multilateral yang dilakukan ini sebagaian besar untuk membantu negara-negara yang sedang bersengketa dengan negara-negara lain. Kerjasama multilateral yang dilakukan Indonesia dengan Negara lain dalam bidang pertahanan keamanan lebih kenegara Komunis yang tergabung dalam organisasi CONEFO. Organisasi ini banyak membantu dalam memberikan senjata dengan alasan yang diperlukan untuk melawan Malaysia.

(49)

49

untuk menemui Presiden Soekarno di Jakarta. Pembicaraan untuk keamanan dan penghentian konfrontasi dengan Malaysia dilakukan kembali. Atas bantuan Jepang pertemuan antara Presiden Soekarno dan Jaksa Agung Robert Kenedy barlangsung di Tokyo. Keputusan untuk mengutus Robert Kenedy sebagai utusan Presiden Johnson untuk memainkan peran seperti dua tahun sebelumnya ketika Amerika berusaha menjadi mediator dalam pertikaian Irian Barat.

Hubungan Multilateral yang lain dalam bidang pertahanan dan keamanan yaitu dalam pertemuan sidang Konferensi Asia Afrika yang dilaksanakan pada tanggal 10-15 April 1964 yang diselenggarakan di Jakarta. Dalam sidang ini Indonesia meminta bantuan untuk menyelesaikan pertikaian yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia. Hal ini dilakukan untuk menjaga pertahanan dan keamanan dalan negeri Indonesia.

B. Pembahasan

B.1. Haluan politik luar negeri Indonesia selama konfrontasi dengan Malaysia

(50)

Setelah masalah Irian Barat terselesaikan, politik luar negeri tetap militan. Soekarno membagi dunia menjadi Nefos (New EmercingForces) dan Oldefos (Old Stablished Forces). Oldefos dianggap sebagai negara-negara bagian barat. Sedangkan yang termasuk Nefos adalah negara-negara baru Asia, Afrika, dan negara Komunis. Setelah Irian Barat menjadi Bagian dari Indonesia, Soekarno melakukan kampanye untuk menentang pembentukan Federasi Malaysia tahun 1963 yang dikenal dengan Konfrontasi. Kampanye ini dilakukan karena Soekarno merasa bahwa sebagai pemimpin besar seharusnya dimintai pendapat mengenai pembentukan ini dan juga Soekarno menaruh tetap menaruh curiga atas kehadiran kekuatan asing di Asia Tenggara.

Soekarno mencoba mengintervensi kemerdekaan Malaysia yang dipimpin oleh kelompok-kelompok pro Barat sembari membantu gerilyawan komunis di utara semenanjung Malaka. Asia Tenggara dan Afrika menjelang 1965, memang seperti ladang pergolakan antara kelompok-kelompok pro Barat di satu pihak dan aliansi kelompok-kelompok nasionalis dan komunis di pihak lain. Situasi ini membuat Perang Dingin kurang lebih bermakna sebagai perang lanjutan antara rakyat negeri-negeri yang baru merdeka dengan mantan penjajahnya.

(51)

51

Haluan politik luar negeri yang dijalankan Indonesia selama konfrontasi banyak mengalami kegagalan hal ini ditandai karena Indonesia tetap pada pendiriannya anti imperialisme dan anti kolonialisme yang banyak menyebabkan kerugian karena selama tahun konfrontasi dengan Malaysia, Indonesia hanya menjalankan hubungan dengan negara komunis seperti Cina dan Vietnam serta negara Jepang.

B.1.1. Hubungan Indonesia dengan Cina

Hubungan yang terjalin antara Indonesia dengan Cina adalah kerjasama bilateral. Banyaknya bantuan yang diberikan Cina ke Indonesia membuat hubungan ini menjadi erat. Bantuan-bantuan yang dibarikan Cina ke Indonesia yaitu pada tahun 1961, Perdana Menteri Cina Chen Yi memberikan bantuan kredit sebesar US$ 50 Juta. Pada tahun 1964, bantuan kedua diberikan oleh Perdana Menteri Chou En Lai menyetujui tambahan bantuan sebesar US$ 30 Juta untuk pabrik-pabrik tekstil yang ada di Indonesia.

(52)

B.1.2. Hubungan Indonesia dengan Vietnam

Hubungan bilateral dengan negara komunis lainnya yaitu dengan Vietnam, kerjasama bilateral yang terjadi antara Indonesia dengan Vietnam lebih berarah ke arah persahabatan. Kerjasama persahabatan ini beralasan karena Indonesia dengan Vietnam mempunyai nasib yang sama yaitu sama-sama mendapatkan kemerdekaan revolusioner. Pada tahun 1964, Presiden Soekarno meningkatkan hubungan diplomatik dari tingkat konsulat menjadi Duta Besar. Indonesia memutuskan untuk mengakui Fron Pembebasan Nasional Vietnam Utara (NLSFV).

B.1.3. Hubungan Indonesia dengan Jepang

Referensi

Dokumen terkait

nasional adalah, “untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Supervisi klinis di SD Islam Baburrohmah dilaksanakan dengan empat tahapan, yaitu (1) tahap pertemuan awal (pre-converence) , pada pertemuan ini kepala sekolah memanfaatkan

[r]

yönelmesi anlamına gelmektedir. Gierek yönetiminin 1976 ve 1979 

Penelitian “Implementasi Keamanan File dengan Kompresi Huffman dan Kriptografi menggunakan Algoritma RC4 serta Steganografi menggunakan End of File berbasis Desktop

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI), dan Debt Equity Ratio (DER) terhadap

The average social cost of a road injury was estimated to be $77,500 and the total social cost to be $3.84 billion ( Ministry of Transport, 2008 ), consistent with a much higher