• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENGANGKATANPENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PENGANGKATANPENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Keberadaan aparat penegak hukum selaku penyidik di luar penyidik Polisi Negara Republik Indonesia (POLRI) antara lain diatur dalam Pasal 6 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang-Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang menyatakan: "Penyidik adalah: a. pejabat polisi negara Republik Indonesia; b. pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang. Permasalahan Penelitian adalah Bagaimana pelaksanaan pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pada Pemerintah Kota Bandar Lampung? dan apa saja faktor-faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pada Pemerintah Kota Bandar Lampung?.

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian yang bersifat sosial adalah analisis secara deskriptif kualitatif. Pengertian deskriptif kualitatif adalah tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilaku yang nyata.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pada Pemerintah Kota Bandar Lampung dilakukan sebagai berikut, yaitu pengusulan pengangkatan dan pemberhentian Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilakukan oleh Menteri yang membawahi Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dalam hal ini Menteri dapat menunjuk dan memberi kuasa kepada Sekretaris Jenderal untuk pelaksanaanya. Faktor-faktor yang Menjadi Penghambat Pelaksanaan Pengangkatan PPNS pada Pemerintah Kota Bandar Lampung adalah terbatasnya jumlah personil PPNS di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan syarat-syarat untuk dijadikan seorang PPNS, terbatasnya kualitas PPNS dari sisi sumber daya manusia, karena tidak adanya dukungan secara institusional struktural.

(2)

ABSTRACT

APPOINTMENT OF CIVIL SERVANT CITY GOVERNMENT BANDAR LAMPUNG

By Adhi Sofian

The presence of law enforcement officers as investigators outside investigator Indonesian National Police (INP), among others set forth in Article 6 Paragraph (1) of Law No. 8 of 1981 on the Code of Criminal Procedure Code (Criminal Code) which states: "Investigators are: a. officials of the Republic of Indonesia Police, b. official civil servant who was given special authority by the Act. Issues Research is How the implementation appointment Civil Servant (investigators) in the City of Bandar Lampung?, and what factors which is the bottleneck of the implementation of the removal of the Civil Servant (investigators) in the City of Bandar Lampung?.

(3)

PELAKSANAAN PENGANGKATAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KOTA

BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

Oleh

ADHI SOFIAN

0912011007

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pelaksanaan Mekanisme Pengangkatan PPNS... 7

B. Penyidik Pegawai Negeri Sipil(PPNS)... 14

C. Syarat-Syarat Penyidik Pegawai Negeri Sipil ... 17

D. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban PPNS... 18

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 22

B. Sumber Data ... 22

C. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data... 24

D. Analisis Data ... 25

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 27

A.1. Sejarah Singkat Pembentukan dan Perkembangan Kantor Kesatuan Polisi Pamong Praja ... 27

A.2 . Tugas dan Fungsi Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung 30 A.3 . Kedudukan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung... 39

B. Pelaksanaan Pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pada Pemerintah Kota Bandar Lampung... 39

(5)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan... 48 B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA

(6)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Agung Yuriandi,Perbandingan Teori Hukum Roscoe Pound & Friedrich Karl von Savigny dalam Pembentukan dipandang dari Perspektif Politik Hukum. Universitas Sumatera Utara. 2008.

Alkostar, A., Alternative Dispute Resolution Sebagai Salahsatu Bentuk Mekanisme Pemecahan dan Penanganan Masalah dalam Proses Penegakan Hukum Polri, Makalah, Jakarta, 2007

Amir Thaib, Peraturan Perundang-undangan yang menjadi Dasar Hukum PPNS di Lingkungan Pemenintah Daerah. UGM Press, Yogyakarta. 1998.

Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Ghalia Indonesia, Jakarta. 1983.

Azhar, Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia, palembang, Universitas Sriwijaya, September, 2003.

Daniel S. Lev, Hukum dan Politik di Indonesia, kesinambungan dan Perubahan.LP3ES. Jakarta. 1990.

Djenal Hoesen Koesoemahatmadja, Fungsi dan Struktur Pamong Praja./ Alumni. Bandung. 1978

Eggi Sudjana Riyanto, Penegakan Hukum Lingkungan dan Perspektif Etika Bisnis di Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1999. Hadjon, Philipus. M, et al. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. UGM

Press, Yogyakarta. 1998.

I.S. Susanto, Tinjauan Yuridis Kniminologis terhadap Kejahatan Perbankan, Makalah Seminar (Semarang Fakultas Hukum Undip). 1990

Kapolri, Kebijakan dan Strategi Penerapan Model Perpolisian Masyarakat dalam Penyelenggaraan Tugas Polri, Surat Keputusan, November 2005

(7)

LP3ES, Program Penguatan Balai Mediasi Desa, Naskah Proposal, Jakarta, 2005

Lumbuun, T.G.., Alternative Dispute Resolution Di Dalam Sistem Peradilan Pidana, Makalah, Jakarta, 2007

Meliala, A. et. al, Restorative Justice: Sistem Pembinaan Narapidana untuk Pencegahan Residivisme, Laporan, AusAID & Departemen Kriminologi FISIP UI, 2004

Meliala, A., Adakah Model-Model Resolusi Konflik, artikel, Koran Tempo, 2001

Meliala, A., Dampak Proses ADR dalam Penegakan Hukum Polri, Makalah, Jakarta, 2007

Mudzakkir, Alternative Dispute Resolution (ADR): Penyelesaian Perkara Pidana Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia”, Makalah, Jakarta, 2007

Muladi, Kejahatan orang-orang Terhormat dan permasalahannya Ditinjau dan Penegakan Hukam Pidana. Makalah Penataran (Semarang: Fakultas Hukum Undip). 1993.

Nordholt, H.S.,Bali: an open fortress, draft buku, KITLV-Leiden. 2000 Santosa, M.A & Wiwiek A., Alternative Dispute Resolution (Negosiasi &

Mediasi), Naskah Presentasi, Jakarta, tanpa tahun

Soedarsono, T., Sosialisasi Penanganan Perkara Melalui Proses Alternative Dispute Resolutions Sebagai Tindak Lanjut Dalam Mewujudkan Strategi Community Policing dan Kultur Polisi Sipil Dalam Proses Reformasi Polri, Makalah, Jakarta, 2006

Teer Haar, B., Adat Law in Indonesia, New York: Institute of Pacific Relations, 1948

B. UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN LAINNYA

Undang-Undang Dasar 1945

UU No.8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok

(8)

Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1986 tentang Kedudukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah Peraturan Menteri Kehakiman RI No. M-04-PW.07.03 Tahun 1984 tentang

Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Peraturan Menteri Kehakiman RI No. M-05-PW.07.03 Tahun 1984 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengusulan dan Pengangkatan dan Pemberhentian PPNS

Peraturan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah No. 1 Tahun 1963

Peraturan Kapolri No. 12 Tahun 2012 tentang Penyelidikan dan Penyidikan Peraturan Menteri Hukum dan Ham No.M.HH.01.AH.09.01Tahun 2011

(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

PELAKSANAAN PENGANGKATAN PENYIDIK PEGAWAI

NEGERI SIPIL PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, SH., MS., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Administrsi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung sekaligus selaku Pembahas I atas waktu, saran, masukan dan kritik yang membangun kepada penulis.

3. Ibu Amnawati, SH., MH., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang dengan ikhlas memberikan bimbingan dan bantuannya.

(10)

5. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. selaku pembimbing II yang berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membaca, mengoreksi, mengarahkan dan mendukung penulis selama penulisan skripsi dengan penuh perhatian dan kesabaran.

6. Ibu Eka Deviani, S.H., MH., selaku Pembahas II atas waktu, saran, masukan dan kritik yang membangun kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak memberikan ilmu, khususnya ilmu hokum kepada penulis.

8. Bapak Drs. Hi. Cik Raden MM selaku Kasat Polisi Pramong Praja

9. Bapak Roespansyah Arpan S.H., selaku KASUBAG Tata Usaha Polisi Pamong Praja

10. Rekan-rekan ku, di Provos satuan Polisi Pamong Praja atas dukunganya 11. Keluarga ku tercinta Ayah, Bunda, Kakak, dan Adik ku

12. Atta Marbun S.H., atas dukungan dan semangatnya

13. Kepada teman-teman Otto Ravolsa S.H., Radina Ardiyansyah S.H.,Ramdhonal Habibi S.H.,

14. Seluruh angkatan 2007 Fakultas Hukum

15. Seluruh teman-teman IMKOBAL, IMMEL, & Gabunk Manajement

16. Seluruh staf karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung baik di bidang kemahasiswaan maupun akademik yang telah banyak membantu penulis demi kelancaran skripsi ini yang tidak dapat saya tulis kan nama-namanya satu per satu,saya ucapkan terimakasih yang tak terhingga

(11)

semua Kaka,Kaka sepupuku,Kakak Ipar, Yang Telah Memberikan Dukungan Secarah Moral Dan Moril

18. Sahabatku yang selalu mendukung dan bantuan selama ini, Sukarman, Nisa Irham Mudin Farit, Arif Hidaya Tullah, Mat Riswan, Teriy, Ardat Putra, Adit, M Tofan, Kocu.

19. Teman-teman seperjuangan di Kampus Universitas Lampung, Tukul, Retno Anggreni, Irma, Alaila, Berian, Ana,Ariska, teman-teman angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya. 20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dan memberikan dukungan baik berupa moril maupun materiil kepadaku selama menempuh studi.

Akhirnya khusus kepada Ayah dan Ibu tersayang kupersembahkan karya kecilku ini sebagai tanda bhaktiku, ananda taruhkan sembah bhakti, terima kasih yang tiada terkira atas do’a dan limpahan kasih sayang yang telah diberikan kepada saya yang tak pernah pudar.

Hanya kepada Allah SWT penulis memanjatkan do’a semoga semua amal kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang lebih besar dari Allah SWT. Akhir kata penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

(12)
(13)

1

I. LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara hukum sehingga banyak peraturan yang dibuat oleh pemerintah untuk menjaga tata tertib dan keseimbangan dalam masyarakat. Hukum dibuat untuk mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan bagi masyrakatnya, oleh karena itu, segala hal yang dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyarakatnya berusaha diatur oleh pemerintah.

Menegakkan sistem hukum dan perundang-undangan merupakan tugas dan kewajiban yang memang sangat berat, tetapi harus dilaksanakan secara profesional oleh para penegak hukum di berbagai instansi-instansi yang ada di Republik Indonesia. Berbagai upaya dilakukan baik melalui pemberdayaan dari pihak masyarakat maupun usaha-usaha merevisi peraturan perundang-undangan dalam pembenahan sistem hukum itu sendiri.

(14)

2

Berdasarkan Pasal 7 Ayat (2) KUHAP selanjutnya dikatakan "Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Ayat (1) huruf b mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik tersebut dalam Pasal 6 Ayat (1) huruf a."

Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang dapat disingkat PPNS adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang berdasarkan undang-undang ditunjuk selaku penyidik dan mempunyai wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.

Berawal dari rumusan pasal-pasal undang-undang di atas terdapat perbedaan, yang mana KUHAP hanya menyatakan adanya PPNS di luar pejabat penyidik Polri seperti pejabat bea cukai, imigrasi kehutanan dan lingkungan hidup sedangkan UU Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) membedakan antara Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) khusus dan PPNS. Meskipun terdapat perbedaan nama, tetapi pada dasarnya mempunyai fungsi yang sama, yaitu pelaksanaan fungsi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan tidak bersifat struktural, dengan demikian keberadaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) khusus merupakan pelaksanaan fungsi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang oleh atau atas kuasa peraturan perundang-undangan berwewenang di bidangnya masing-masing.

(15)

3

Polri, persoalan koordinasi dengan pelaksanaan tugas dan fungsi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), serta pemanfaatan PPNS lebih rumit lagi di kalangan pemerintah daerah karena lingkup pelaksanaan fungsi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tidak hanya mencakup pada satu atau dua peraturan perundang-undangan sama seperti PPNS yang ada di departemen, melainkan pada puluhan peraturan perundang-undangan, yaitu berupa Peraturan-Peraturan Daerah (PERDA). Oleh karena itu, keberadaan PPNS sebenarnya telah terlebih dulu diatur dalam peraturan perundang-undangan sebelum adanya KUHAP dan UU Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).

Tugas yang diemban pemerintah daerah cukup berat dalam rangka penegakan perda yang dibuat yang berkaitan dengan substansi yang diatur dalam perda seperti di bidang ketertiban, keamanan, lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat. Tanpa dukungan PPNS yang profesional dan berintegritas serta ditunjang sarana dan prasarana yang memadai sulit diharapkan bahwa pemerintah daerah akan dapat melaksanakan penegakan hukum atas perda yang berlaku. Di samping hal tersebut terdapat kelemahan mendasar keberadaan PPNS, antara lain: 1. Sampai saat ini pada beberapa dinas dan instansi masih belum ada PPNS.

PPNS harus sudah diadakan yang ditempatkan pada dinas atau instansi tersebut untuk menegakkan perda di bawah lingkup tugas dinas atau instansi tersebut.

(16)

4

3. Kurang adanya koordinasi baik antara Polisi Pamong Praja di lingkungan pemerintah daerah (dinas dan instansi) maupun dengan penyidik Polri dalam kegiatan penyidikan dan penyelesaian pelanggaran hukum yang dilakukan oleh dunia industri

4. Meningkatnya perbuatan melanggar hukum terhadap lingkungan hidup sebagai akibat kurang adanya penyelenggaraan sistem penegak hukum secara tegas sehingga menimbulkan kerugian baik bagi pemerintah daerah maupun masyarakat luas pada umumnya berupa kurang adanya kepatuhan hukum masyarakat dan sedikitnya pendapatan daerah dari penerimaan yang ditargetkan.

(17)

5

sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan wilayah kerja Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang diusulkan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: Pelaksanaan pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Bandar Lampung.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Permasalahan Penelitian

a. Bagaimana pelaksanaan pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pada Pemerintah Kota Bandar Lampung?

b. Apa saja faktor-faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pada Pemerintah Kota Bandar Lampung?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Penulis membatasi ruang lingkup dalam penelitian terbatas pada kajian hukum pidana yang meliputi:

a. Pelaksanaan pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pada Pemerintah Kota Bandar Lampung.

(18)

6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pada Pemerintah Kota Bandar Lampung b. Untuk mengetahui dan memahami Faktor-faktor yang menjadi

penghambat pelaksanaan pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pada Pemerintah Kota Bandar Lampung

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini meliputi kegunaan teoritis dan praktis, yaitu : 1. Kegunaan Teoritis

Secara Teoritis, peneliti berharap agar hasil dari penelitian dapat mengetahui sekaligus menganalisis pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pada Pemerintah Kota Bandar Lampung.

2. Kegunaan Praktis

(19)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelaksanaan Mekanisme Pengangkatan

Pelaksanaan mekanisme pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dilakukan sebagai berikut, yaitu:

a. Pengusulan pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilakukan oleh Menteri yang membawahi Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dalam hal ini Menteri dapat menunjuk dan memberi kuasa kepada Sekretaris Jenderal untuk pelaksanaanya. Usul tersebut diajukan kepada Menteri Hukum dan Hak asasi Manusia Republik Indonesia dan tembusannya dikirimkan kepada Jaksa Agung dan kepada Kepolisian Republik Indonesia guna mendapatkan pertimbangan.

b. Dalam surat pengusulan pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil harus dicantumkan: Nomor, tahun dan nama undang-undang yang menjadi dasar hukum pemberian kewewenang sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan wilayah kerja Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang diusulkan.

Selain itu surat pengusulan sebagaimana tersebut di atas harus dilampirkan adalah:

(20)

8

c. Foto copyijasah pendidikan umum dan sertifikat pendidikan khusus di bidang penyidikan yang diperoleh melalui Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan oleh Kementerian Hukum dan HAM RI bekerjasama dengan Pusdik Reskrim Lembaga pendidikan Polri dalam rangka Seleksi Calon Peserta PPNS.

d. Foto copyDP3 Pegawai Negeri Sipil untuk 2 (dua) tahun berturut-turut

e. Surat keterangan dokter yang menyatakan pegawai negeri yang bersangkutan berbadan sehat.

Selain itu persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang PPNS adalah: a. Pegawai Negeri Sipil baik Pegawai Negeri Sipil Daerah atau Pegawai Negeri

Sipil Pusat diperbantukan berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda Tk.I (Golongan II/b) atau yang disamakan dengan itu yang bertugas dalam bidang penyidik sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing

b. Berpendidikan serendah-rendahnya Sarjana Muda (D3)

c. Ditugaskan di bidang tehnik operasional atau berpengalaman minimal 2 (dua) tahun pada bidang tehnik operasional dan telah lulus pendidikan khusus di bidang Penyidikan.

(21)

9

yang selanjutnya disingkat STTPP adalah surat tanda lulus dan bukti PNS yang telah mengukuti pendidikan dan pelatihan khusus di bidang Penyidikan Peraturan Daerah.

B. Penyidik Pegawai Negeri Sipil(PPNS)

Pelaksanaan merupakan suatu rangkaian tindakan yang sistematis yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Pelaksanaan merupakan bagian lanjutan setelah perancangan dan penetapan produk dilakukan.1

Pengangkatan suatu peristiwa aktual yang akan terjadi di suatu saat di masa depan, barangkali di masa depan yang tidak lama lagi2

Penyidik, yaitu pejabat polisi negara Republik Indonesia dan pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan (PPNS).3

Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang dapat disingkat PPNS adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang berdasarkan undang-undang ditunjuk selaku penyidik dan mempunyai wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 (KUHAP) memberikan peran utama kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk melaksanakan tugas penyelidikan dan penyidikan tindak pidana (secara umum) tanpa batasan lingkungan kuasa soal-soal sepanjang masih termasuk dalam lingkup hukum publik. Namun

1

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998, hlm. 512 2

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998, hlm. 512 3

(22)

10

demikian, KUHAP masih memberikan kewenangan kepada ”pejabat pegawai negeri sipil tertentu” untuk melakukan penyidikan sesuai dengan wewenang khusus yang diberikan oleh undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.

Ketentuan peralihan KUHAP Pasal 284 ayat (2) dijelaskan bahwa ”dalam waktu dua tahun setelah diundangkan, maka terhadap semua perkara diberlakukan ketentuan undang-undang ini, dengan pengecualian untuk sementara mengenai ketentuan khusus acara pidana sebagaimana tersebut pada undang-undang tertentu, sampai ada perubahan dan atau dinyatakan tidak berlaku lagi”. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ”ketentuan khusus acara pidana tersebut, antara lain: Undang-Undang Pengusutan, Penuntutan, dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi dan Undang- Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU No 3 Tahun 1971), dengan catatan bahwa semua ketentuan khusus acara pidana sebagaimana tersebut pada undang-undang tertentu akan ditinjau kembali, diubah atau dicabut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

(23)

11

organisasi digunakan dengan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi.4

Wewenang penyidikan yang dimiliki oleh pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil hanya terbatas sepanjang yang menyangkut dengan tindak pidana yang diatur dalam tindak pidana khusus. Wewenang pejabat penyidik diatur dalam Pasal 7 Ayat(1) KUHAP sebagai berikut:

a) Menerima laporan atau pengaduan tentang adanya tindak pidana b) Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian,

c) Menyuruh berhenti dan memeriksa tanda pengenal diri seseorang tersangka d) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan

e) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat, f) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang,

g) Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi h) Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan

pemeriksaan perkara

i) Mengadakan penghentian penyidikan.

j) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.5

Pengertian tentang kesejahteraan negara tidak dapat dilepaskan dari empat definisi kesejahteraan di atas. Secara substansial, kesejahteraan negara mencakup pengertian kesejahteraan yang pertama, kedua, dan keempat, dan ingin menghapus citra negatif pada pengertian yang ketiga. Dalam garis besar, kesejahteraan negara menunjuk pada sebuah model ideal pembangunan yang

4Ibid

, hlm. 25 5Ibid

(24)

12

difokuskan pada peningkatan kesejahteraan melalui pemberian peran yang lebih penting kepada negara dalam memberikan pelayanan sosial secara universal dan komprehensif kepada warganya.

Di Inggris, konsepwelfare statedifahami sebagai alternatif terhadap the Poor Law yang kerap menimbulkan stigma, karena hanya ditujukan untuk memberi bantuan bagi orang-orang miskin. Berbeda dengan sistem dalam the Poor Law, kesejahteraan negara difokuskan pada penyelenggaraan sistem perlindungan sosial yang melembaga bagi setiap orang sebagai cerminan dari adanya hak kewarganegaraan (right of citizenship), di satu pihak, dan kewajiban negara (state obligation), di pihak lain. Kesejahteraan negara ditujukan untuk menyediakan pelayanan-pelayanan sosial bagi seluruh penduduk – orang tua dan anak-anak, pria dan wanita, kaya dan miskin, sebaik dan sedapat mungkin. Ia berupaya untuk mengintegrasikan sistem sumber dan menyelenggarakan jaringan pelayanan yang dapat memelihara dan meningkatkan kesejahteraan (well-being) warga negara secara adil dan berkelanjutan.6

Negara kesejahteraan sangat erat kaitannya dengan kebijakan sosial (social policy) yang di banyak negara mencakup strategi dan upaya-upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan warganya, terutama melalui perlindungan sosial (socialprotection) yang mencakup jaminan sosial (baik berbentuk bantuan sosial dan asuransi sosial), maupun jaring pengaman sosial (social safety nets).7

6

Suharto dan Spicker,Welfare State(Kesejahteraan Negara), 2002, hlm. 24. 7Ibid

(25)

13

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terkaji dan guna menemukan tersangkanya. Penyidik yaitu serangkaian tindakan penyidik yang dilakukan untuk mencari dan sekaligus mengumpulkan bukti dari suatu tindak pidana. Bukti yang dikumpulkan tersebut akan digunakan untuk mengungkap suatu tindak pidana yang terjadi sehingga dapat diketahui pelaku dari tindak pidana yang bersangkutan. Kemampuan penyidik dalam kasus tindak pidana lingkungan mempunyai peran dalam keberhasilannya menangani kasus tersebut. Pengajuan alat bukti dalam kasus tindak pidana lingkungan bukan hal yang mudah, karena pencemaran maupun kerusakan lingkungan sering terjadi dalam keadaan kumulatif, dengan banyak faktor yang berperan sehingga sulit untuk membuktikan sumber dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan tersebut.

(26)

14

B. Syarat-Syarat Penyidik Pegawai Negeri Sipil

1. Ketentuan Umum

Berdasarkan Pasal 94 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dinyatakan bahwa: (1) Selain penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia, pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya diberi wewenang sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana lingkungan hidup.

(2) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil berwenang:

a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana.

b. Melakukan pemeriksaan terhadap setiap orang yang diduga melakukan tindak pidana.

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari setiap orang berkenaan dengan peristiwa tindak pidana.

d. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana.

e. Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti, pembukuan, catatan, dan dokumen lain.

f. Melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana.

g. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana.

(27)

15

i. Memasuki tempat tertentu, memotret, dan/atau membuat rekaman audio visual.

j. Melakukan penggeledahan terhadap badan, pakaian, ruangan, dan/atau tempat lain yang diduga merupakan tempat dilakukannya tindak pidana. dan/atau

k. Menangkap dan menahan pelaku tindak pidana.

(3) Dalam melakukan penangkapan dan penahanan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) huruf k, penyidik pejabat pegawai negeri sipil berkoordinasi dengan penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia.

(4) Dalam hal penyidik pejabat pegawai negeri sipil melakukan penyidikan, Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil memberitahukan kepada penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia dan Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia memberikan bantuan guna kelancaran penyidikan.

(5) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil memberitahukan dimulainya penyidikan kepada penuntut umum dengan tembusan kepada penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia.

(6) Hasil penyidikan yang telah dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil disampaikan kepada penuntut umum.

(28)

16

2. Syarat-Syarat Untuk Dapat Diangkat Menjadi PPNS

Menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.M.HH.01.AH.09.01 Tahun 2011 tentang Pengambilan Sumpah atau Janji Penyabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Bentuk, Ukuran, Warna, Format, serta Penerbitan Kartu Tanda Pengenal Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil, disebutkan syarat-syarat untuk dapat diangkat menjadi PPNS adalah sebagai berikut:

a. Pegawai Negeri Sipil berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda Tingkat I (Golongan II/B) dalam bidang penyidikan sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.

b. Berpendidikan serendah-rendahnya SLTA atau berpendidikan khusus di bidang penyidikan atau khusus di bidang teknis operasional atau berpengalaman minimal dua tahun pada bidang teknis opersional. Dalam pengangkatan tersebut diutamakan bagi Pegawai Negeri Sipil yang mengikuti pendidikan khusus di bidang penyidikan.

c. Daftar penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) Pegawai Negeri Sipil untuk selama dua tahun berturut harus terisi dengan nilai baik.

d. Berbadan sehat yang dinyatakan dengan keterangan dokter.

(29)

17

seharusnya dengan peranan yang sebenarnya dilakukan atau peranan aktual, maka terjadi suatu kesenjangan peranan.

C. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban PPNS

Berdasarkan beberapa peraturan perundang-undangan yang menyebut tentang PPNS seperti KUHAP, Pedoman Pelaksanaan KUHAP, UU Pemerintahan Daerah, UU Kepolisian dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 pada dasarnya merumuskan pengertian PPNS dengan unsur-unsur sebagai berikut: 1. PPNS adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang

khusus oleh undang-undang

2. Wewenang khusus tersebut adalah wewenang untuk melakukan 'penyidikan tindak pidana".

3. Tindak pidana yang dimaksud adalah 'tindak pidana tertentu yang menjadi lingkup bidang tugas suatu departemen atau instansi.

4. PPNS harus mernenuhi persyaratan tertentu, antara lain serendah-rendahnya pangkat Pengatur Muda Tingkat I Gol. Il/b dan berijazah SLTA.

5. PPNS diangkat oleh Menteri Kehakiman setelah mendapat pertimbangan dari Kapolri dan Jaksa Agung.

6. Dalam pelaksanaan tugasnya (penyidikan) PPNS diberikan kewenangan melakukan penyidikan tanpa harus berkoordinasi dan penyidikan dengan penyidik Polri.

Selanjutnya mengenai tugas dan wewenang PPNS meliputi sebagai berikut:

(30)

18

2. PPNS mempunyai wewenang penyidikan sesual dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya.

3. Dalam melakukan tugas sebagaimana tersebut di atas, PPNS tidak berwenang melakukan penangkapan dan atau penahanan.

Berdasarkan Pasal 94 Ayat (2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 dinyatakan bahwa Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil berwenang:

1) Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana

2) Melakukan pemeriksaan terhadap setiap orang yang diduga melakukan tindak pidana.

3) Meminta keterangan dan bahan bukti dari setiap orang berkenaan dengan peristiwa tindak pidana.

4) Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana.

5) Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti, pembukuan, catatan, dan dokumen lain.

6) Melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana.

7) Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana.

8) Menghentikan penyidikan.

(31)

19

10) Melakukan penggeledahan terhadap badan, pakaian, ruangan, dan/atau tempat lain yang diduga merupakan tempat dilakukannya tindak pidana. dan/atau 11) Menangkap dan menahan pelaku tindak pidana.

Adapun mengenai kewajiban PPNS adalah sebagai berikut.

a. Sejak awal wajib memberitahukan tentang penyidikan yang dilakukan kepada penyidik polri.

b. Wajib memberitahukan perkembangan penyidikan yang dilakukan. c. Meminta petunjuk dan bantuan penyidikan kepada Penyidik Polri.

d. Menyerahkan berkas hasil penyidikan penuntut Umum melalui penyidik Polri. e. Wajib memberitahukan tentang penyidikan yang dilakukannya kepada

Penyidik Polri dan Penuntut Umum

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.HH.01.AH.09.01 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengangkatan, Pemberhentian, Mutasi, dan Pengambilan Sumpah atau Janji Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil, dan Bentuk, Ukuran, Warna,Format, Serta Penerbitan Kartu Tanda Pengenal Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil disebutkan bahwa:

(1) Pejabat PPNS diangkat oleh Menteri.

(2) Untuk dapat diangkat menjadi Pejabat PPNS harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Masa kerja sebagai pegawai negeri sipil paling singkat 2(dua) tahun. b. Berpangkat paling rendah Penata Muda/golongan III/a.

(32)

20

e. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter pada rumah sakit pemerintah.

f. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil paling sedikit benilai baik dalam 2(dua) tahun terakhir. dan

g. Mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan di bidang penyidikan. (3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) huruf a sampai dengan

huruf f diajukan kepada Menteri oleh pimpinan kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian yang membawahi pegawai negeri sipil yang bersangkutan.

(4) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) huruf g diselenggarakan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia bekerjasama dengan instansi terkait.

Menurut Pasal 4 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.HH.01.AH.09.01 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengangkatan, Pemberhentian, Mutasi, dan Pengambilan Sumpah atau Janji Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil, dan Bentuk, Ukuran, Warna,Format, Serta Penerbitan Kartu Tanda Pengenal Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil disebutkan bahwa:

(1) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (2), calon pejabat PPNS harus mendapat pertimbangan dari Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Jaksa Agung Republik Indonesia.

(33)

21

(3) Pertimbangan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Jaksa Agung Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) harus diberikan masing-masing dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan pertimbangan diajukan.

(4) Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari pertimbangan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) tidak diberikan, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Jaksa Agung Republik Indonesia dianggap menyetujui.

(5) Dalam hal pertimbangan dari Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Jaksa Agung Republik Indonesia telah diterima maka pimpinan kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian menyampaikan surat pertimbangan beserta surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan di bidang penyidikan kepada Menteri

(6) Dalam hal pertimbangan sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) tidak diberikan, pimpinan kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian menyampaikan surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan di bidang penyidikan kepada Menteri dengan melampirkan bukti asli tanda terima penyampaian permohonan pertimbangan kepada Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Jaksa Agung Republik Indonesia.

(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Berdasarkan klasifikasi penelitian hukum baik yang bersifat normatif maupun yang bersifat empiris serta ciri-cirinya, maka pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Pendekatan yuridis normatif dilakukan melalui studi kepustakaan, dengan cara mempelajari buku-buku, bahan-bahan bacaan literatur peraturan perundang-undangan yang menunjang dan berhubungan sebagai penelaahan hukum terhadap kaedah yang dianggap sesuai dengan penelitian hukum tertulis. Penelitian normatif terhadap hal-hal yang bersifat teoritis asas-asas hukum, dasar hukum dan konsep-konsep hukum.

Pendekatan ini dilaksanakan dengan mempelajari norma atau kaidah hukum yaitu Undang-Undang tindak pidana dan peraturan-peraturan lainnya serta literatur-literatur yang berhubungan dengan pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pada Pemerintah Kota Bandar Lampung.

B. Sumber Data

(35)

23

a. Bahan hukum primer yaitu antara lain meliputi:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2) UU No.8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana

3) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Kepolisian Negara

4) Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI

5) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1986 tentang Kedudukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah

6) Peraturan Menteri Kehakiman RI No. M-04-PW.07.03 Tahun 1984 tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil

7) Peraturan Menteri Kehakiman RI No. M-05-PW.07.03 Tahun 1984 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengusulan dan Pengangkatan dan Pemberhentian PPNS

8) Peraturan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah No. 1 Tahun 1963

b. Bahan Hukum sekunder yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer seperti buku-buku, literatur dan karya ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan.

(36)

24

C. Prosedur Pengumpulan Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Studi Pustaka, studi pustaka ini dilakukan dengan cara menguitip, menelaah bahan hukum yang ada kaitannya dengan pokok bahasan dari bahan-bahan berupa literatur hukum, dokumen-dokumen dan peraturan perundang-undangan.

b. Studi Lapangan dilakukan dengan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan masalah penelitian yaitu wawancara dengan Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung yaitu Drs. Hi. Cik Raden, MM dan Kepala Seksi Ketertiban Umum yaitu Hi. Herman Karim, SH., MH,

2. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data yang telah diperoleh maka penulis melakukan kegiatan-kegiatan antara lain:

a. Editing yaitu memeriksa kembali mengenai kelengkapan, kejalasan dan kebenaran data yang telah diterima serta relevansinya dalam penelitian

(37)

25

c. Sistematika data yaitu melakukan penyusunan data secara sistematis sesuai dengan jenis dan pokok bahasan dengan maksud memudahkan dalam menganalisa data tersebut.

D. Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian yang bersifat sosial adalah analisis secara deskriptif kualitatif.

1. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung..

(38)

26

(39)

48

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung dapat disimpulkan bahwa:

1. Dalam pelaksanaan pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pada Pemerintah Kota Bandar Lampung dilakukan sebagai berikut, yaitu pengusulan pengangkatan dan pemberhentian Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilakukan oleh Menteri yang membawahi Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dalam hal ini Menteri dapat menunjuk dan memberi kuasa kepada Sekretaris Jenderal untuk pelaksanaanya. Usul tersebut diajukan kepada Menteri Hukum dan Hak asasi Manusia Republik Indonesia dan tembusannya dikirimkan kepada Jaksa Agung dan kepada Kepolisian Republik Indonesia guna mendapatkan pertimbangan. Dalam surat pengusulan pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil harus dicantumkan: Nomor, tahun dan nama undang-undang yang menjadi dasar hukum pemberian kewewenang sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan wilayah kerja Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang diusulkan.

(40)

49

a. Terbatasnya jumlah personil penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan syarat-syarat untuk dijadikan seorang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).

b. Terbatasnya kualitas penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) dari sisi sumber daya manusia, karena tidak adanya dukungan secara institusional struktural.

c. Keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung untuk melakukan penyidikan terhadap suatu pelanggaran Perda.

d. Belum adanya regulasi teknis, berupa Perda yang mengatur tentang beberapa penanganan permasalahan ketentraman dan ketertiban umum di Kota Bandar Lampung, seperti tentang pedagang kaki lima (PKL), anak jalanan, gelandangan dan pengemis, dan perbuatan kesusilaan.

(41)

50

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan beberapa saran antara lain: 1. Sebaiknya Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Satuan Polisi

Pamong Praja Kota Bandar Lampung perlu ada peningkatan komitmen dari petugas PPNS terkait dengan upaya peningkatan kualitas tidak hanya dalam profesionalitas tetapi juga pelayanan kepada masyarakat. Selain itu ke depan hendaknya upaya preventif yang dilakukan jajaran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung dapat lebih ditingkatkan. Serta meningkatkan kualitas penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) dari sisi sumber daya manusia, karena tidak adanya dukungan secara institusional struktural

Referensi

Dokumen terkait

Begitu pula apabila terlalu tinggi konsentrasi IPTG (1,00 mM) yang digunakan, maka dapat memberikan efek racun atau tidak akan dapat terekspresikannya protein

PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN BERDASARKAN ANALISA MODEL Z-SCORE ALTMAN STUDI KASUS PADA PT.. TELEKOMUNIKASI

• Sumber naik-turunnya kepuasan publik terhadap kinerja SBY-JK terutama adalah evaluasi publik terhadap kondisi ekonomi nasional, apakah keadaan ekonomi nasional sekarang lebih

Hasil selengkapnya dari skala perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik dapat dilihat pada lampiran B-1, sedangkan sebaran item yang valid dan gugur dapat dilihat

Jika jumlah tersebut lebih kecil dari nilai wajar atas aset bersih teridentifikasi entitas anak yang diakuisisi dan pengukuran atas seluruh jumlah tersebut telah ditelaah ulang,

keluhan jaminan kesehatan masyarakat.. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan 2014 17 Untuk UPTD, tugas pokok, fungsi dan tata kerjanya diatur dalam. Peraturan Bupati Lombok

Steroids help enhancing cell development and distribution that results in the expansion of different tissues, mainly the muscle and bone.. Steroids are often used for a number

Pada Tahun 2014 Pemerintah Kabupaten Grobogan menerima Tugas Pembantuan dan Urusan Bersama dari Pemerintah Pusat, melalui 6 (enam) Kementerian, yang meliputi: