• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelas II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kelas II"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

SD Kelas II Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

MATERI PELATIHAN GURU

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

TAHUN 2014

SD KELAS II

PUSAT PENGEMBANGAN PROFESI PENDIDIK

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN

DAN KEBUDAYAAN

DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

KEBUDAYAAN

(2)

SD Kelas II Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

Diterbitkan oleh:

Pusat Pengembangan Profesi Pendidik

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014

Copyright © 2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

(3)

SD Kelas II Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

SAMBUTAN KEPALA BADAN PSDMPK-PMP

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Kurikulum 2013 akan diterapkan di semua sekolah pada tahun 2014. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya untuk merespon berbagai tantangan tantangan internal dan eksternal.

Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal pada bidang pendidikan pendidikan. Oleh karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.

Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013.

Mudah-mudahan implementasi Kurikulum 2013 ini bisa berjalan dengan baik. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah mendedikasikan dirinya dalam mempersiapkan Kurikulum 2013, saya mengucapkan banyak terima kasih. Semoga bermanfaat untuk mencerdaskan bangsa Indonesia.

Kepala Badan PSDMPK-PMP

Syawal Gultom

(4)

SD Kelas II Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Materi pelatihan ini merupakan bahan ajar wajib dalam rangka pelatihan calon Narasumber Nasional, instruktur Nasional, dan Guru Sasaran untuk memahami Kurikulum 2013 dan kemudian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Kurikulum 2013 ini diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2013-2014 melalui pelaksanaan terbatas, khususnya bagi sekolah-sekolah yang sudah siap melaksanakannya. Pada Tahun Ajaran 2014/2015, Kurikulum 2013 dilaksanakan bertahap menyeluruh untuk Kelas I, II, IV dan V, Sekolah Dasar/Madrasah Ibtida’iyah (SD/MI), Kelas VII, VIII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Kelas X, XI Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA/MAK). Pada Tahun Ajaran 2015/2016 diharapkan Kurikulum 2013 telah dilaksanakan di seluruh kelas I sampai dengan Kelas XII.

Menjelang implementasi Kurikulum 2013, penyiapan guru dan tenaga kependidikan lainnya sebagai pelaksana kurikulum di lapangan perlu dilakukan. Sehubungan dengan itu, Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK dan PMP), telah menyiapkan Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas. Materi ini diharapkan dapat membantu semua pihak menjalankan tugas dalam Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.

Kami menyampaikan terima kasih atas atas arahan dan bimbingan dari Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Pendidikan, dan Kepala BPSDMPK dan PMP dalam penulisan buku ini. Kami juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis dan berbagi pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu atas terselesaikannya buku ini dengan baik. Semoga bermanfaat.

Jakarta, Maret 2014

Kepala Pusat

Pengembangan Profesi Pendidik

(5)

SD Kelas II Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

DAFTAR ISI

SAMBUTAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

Materi Pelatihan 1 : Konsep Kurikulum 2013 1.

1

Rasional Pengembangan dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013 2

1.

2 SKL, KI, KD dan Strategi Implementasi Kurikulum 2013 12 1.

3 Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu, Pendekatan Saintifik, Model-model Pembelajaran, dan Penilaian Autentik pada Kurikulum 2013

16

A

. Pembelajaran Tematik Terpadu 15

B

. Pendekatan Saintifik 19

C

. Model-model Pembelajaran (Based Learning, Discovery Learning)Project Based Learning, Problem 22 D

. Penilaian Autentik 34

Materi Pelatihan 2 : Penggunaan Buku Guru dan Buku Siswa 2.

1 Penggunaan Buku Guru dan Buku Siswa 42

A

. Kedudukan dan Fungsi Buku Siswa dan Buku Guru 43 B

.

Struktur dan Hubungan Fungsional Buku Siswa dan Buku Guru 46

C

. Penggunaan Buku Guru dan Buku Siswa 48

D

. Proses Analisis Buku Guru dan Buku Siswa 51

Materi Pelatihan 3: Perancangan Pembelajaran dan Penilaian 3.

1 Penerapan Pendekatan Saintifik dan Model-model Pembelajaran dalam Pembelajaran Tematik Terpadu 67 3.

2

Perancangan Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik Terpadu

80

3.

3 Pelaporan Hasil Penilaian Pembelajaran 97

Materi Pelatihan 4 : Praktik Pembelajaran Terbimbing 4.

1 Analisis Video Pembelajaran 117

4.

2 Penyusunan RPP 121

4.

(6)
(7)

MATERI PELATIHAN 1

KONSEP KURIKULUM 2013

1.1 RASIONAL PENGEMBANGAN DAN ELEMEN

PERUBAHAN KURIKULUM

1.2 SKL, KI, KD,DAN STRATEGI IMPLEMENTASI

KURIKULUM 2013

1.3 KONSEP PEMBELAJARAN TEMATIK

(8)

1.1 RASIONAL PENGEMBANGAN DAN ELEMEN

PERUBAHAN

KURIKULUM 2013

A. Latar Belakang Perlunya Pengembangan Kurikulum 2013

Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut. Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis, bertanggung jawab.

Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

B. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.

1. Tantangan Internal

a. Pemenuhan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

b. Perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. SDM usia produktif yang melimpah apabila memiliki kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya. Namun, apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi beban pembangunan.

2. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka.

a. Tantangan masa depan antara lain globalisasi, kemajuan teknologi informasi.

b. Kompetensi masa depan antara lain kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, dan memiliki kesiapan untuk bekerja.

(9)

c. Persepsi masyarakat antara lain terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa terlalu berat, kurang bermuatan karakter.

d. Perkembangan pengetahuan dan pedagogi antara lain Neurologi, Psikologi, Observation based [discovery] learning dan Collaborative learning.

e. Fenomena negatif antara lain perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, dan kecurangan dalam ujian.

3. Penyempurnaan Pola Pikir

Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir dalam proses pembelajaran sebagai berikut ini.

a. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa. b. Dari satu arah menuju interaktif.

c. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring. d. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki.

e. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata.

f. Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim. g. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan. h. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru. i. Dari alat tunggal menuju alat multimedia.

j. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif. k. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan. l. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.

m.Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak.

n. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan. o. Dari pemikiran faktual menuju kritis.

p. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.

4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Penyusunan kurikulum 2013 dimulai dengan menetapkan Standar Kompetensi Lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan menyusun silabus, tetapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru.

5. Pendalaman dan Perluasan Materi

Hasil studi internasional untuk reading dan literacy (PIRLS) yang ditujukan untuk kelas IV SD juga menunjukkan hasil bahwa lebih dari 95% peserta didik Indonesia di SD kelas IV hanya mampu mencapai level menengah, sementara lebih dari 50% siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advance.

(10)

- low mengukur kemampuan sampai level knowing

- intermediate mengukur kemampuan sampai level applying

- high mengukur kemampuan sampai level reasoning

- advance mengukur kemampuan sampai level reasoning with incomplete information.

Dalam kaitan itu, perlu dilakukan langkah penguatan materi dengan mengevaluasi ulang ruang lingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum dengan cara meniadakan materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi peserta didik, mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan menambahkan materi yang dianggap penting dalam perbandingan internasional.

C. Karakteristik Kurikulum 2013

Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang berikut ini.

1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.

2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.

3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.

4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi). 5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements)

Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.

6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.

D.Proses Pembelajaran

(11)

a. Proses pembelajaran intrakurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat.

b. Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru.

c. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted).

d. Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten kompetensi yaitu pengetahuan yang merupakan konten yang bersifat mastery dan diajarkan secara langsung (direct teaching), keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah konten yang bersifat developmental yang dapat dilatih (trainable) dan diajarkan secara langsung (direct teaching), sedangkan sikap adalah konten developmental dan dikembangkan melalui proses pendidikan yang tidak langsung (indirect teaching).

e. Pembelajaran kompetensi untuk konten yang bersifat developmental dilaksanakan berkesinambungan antara satu pertemuan dengan pertemuan lainnya dan saling memperkuat antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

f. Proses pembelajaran tidak langsung (indirect) terjadi pada setiap kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, rumah dan masyarakat. Proses pembelajaran tidak langsung bukan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) karena sikap yang dikembangkan dalam proses pembelajaran tidak langsung harus tercantum dalam silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru.

g. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui kegiatan mengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak), menanya (lisan, tulis), menganalis (menghubungkan, menentukan keterkaitan, membangun cerita/konsep), mengkomunikasi-kan (lisan, tulis, gambar, grafik, tabel, chart, dan lain-lain).

h. Pembelajaran remedial dilaksanakan untuk membantu peserta didik menguasai kompetensi yang masih kurang. Pembelajaran remedial dirancang dan dilaksanakan berdasarkan kelemahan yang ditemukan berdasarkan analisis hasil tes, ulangan, dan tugas setiap peserta didik. Pembelajaran remedial dirancang untuk individu, kelompok atau kelas sesuai dengan hasil analisis jawaban peserta didik.

i. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan. 2. Pembelajaran Ekstrakurikuler.

(12)

wajib. Kegiatan ekstrakurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung kegiatan intrakurikuler.

E. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013

Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini.

1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.

2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun.

3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.

4. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaidah kurikulum berbasis kompetensi.

5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.

6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni.

8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.

9. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 10. Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan

daerah.

(13)

F. Struktur Kurikulum SD/MI

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.

Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama satu semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II, dan III masing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar SD/MI adalah 35 menit. Struktur Kurikulum SD/MI adalah sebagai berikut.

Tabel 1.1 Struktur Kurikulum SD/MI

MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU I II III I

V V VI Kelompok A

1 .

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4 2

. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 5 5 6 5 5 5 3

. Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7

4 .

Matematika 5 6 6 6 6 6

5

. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3 6

.

Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3

Kelompok B

1

. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 4 4 4 2

.

Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan

4 4 4 4 4 4 Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 30 32 34 36 36 36

Keterangan:

Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat memuat Bahasa Daerah. Integrasi Kompetensi Dasar IPA dan IPS didasarkan pada keterdekatan makna dari konten Kompetensi Dasar IPA dan IPS dengan konten Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang berlaku untuk kelas I, II, dan III, sedangkan untuk kelas IV, V

(14)

dan VI, Kompetensi Dasar IPA dan IPS berdiri sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam tema-tema yang ada untuk kelas IV, V dan VI.

Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi peserta didik aktif. Proses pembelajaran peserta didik aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

G.Elemen-elemen Perubahan Kurikulum 2013

Elemen-elemen perubahan kurikulum 2013 mencakup Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi (SI), Standar Proses, dan Standar Penilaian.

1. Perubahan Kurikulum 2013 pada Kompetensi Lulusan adalah: konstruksi holistik, didukung oleh semua materi atau mapel, terintegrasi secara vertikal maupun horizontal.

2. Perubahan Kurikulum 2013 pada materi pembelajaran dikembangkan berbasis kompetensi sehingga memenuhi aspek kesesuaian dan kecukupan, kemudian mengakomodasi konten lokal, nasional, dan internasional antara lain TIMMS, PISA, PIRLS.

3. Perubahan Kurikulum 2013 pada proses pembelajaran mencakup: a) berorientasi pada karakteristik kompetensi yang mencakup: 1) sikap (Krathwohl): menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan, 2) keterampilan (Dyers): mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyajikan, dan mencipta, dan 3) pengetahuan (Bloom & Anderson): mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta; b) menggunakan pendekatan saintifik, karakteristik kompetensi sesuai jenjang. Untuk SD: tematik terpadu; untuk SMP: tematik terpadu untuk IPA dan IPS, serta mapel; untuk SMA: tematik dan Mapel; c) mengutamakan Discovery Learning dan Project Based Learning.

4. Perubahan Kurikulum 2013 pada penilaian mencakup penilaian berbasis tes dan nontes (portofolio), menilai proses dan output dengan menggunakan authentic assesment, rapor memuat penilaian kuantitatif tentang pengetahuan dan deskripsi kualitatif tentang sikap dan keterampilan.

(15)

Gambar 1.1 Elemen Utama Perbaikan Kurikulum 2013

Selanjutnya Kurikulum 2013 mengusung adanya keseimbangan antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk membangun soft skills dan hard skills seperti terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1.2 Elemen Perubahan

(16)

Adanya keseimbangan soft skills dan hard skills tersebut dapat terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.3 Keseimbangan antara Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan untuk Membangun Soft Skills dan Hard Skills

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa salah satu karakteristik Kurikulum 2013 adanya keseimbangan antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk membangun soft skills dan hard skills peserta didik dari mulai jenjang SD, SMP, SMA/ SMK, dan PT seperti yang diungkapkan Marzano (1985) dan Bruner (1960). Pada jenjang SD ranah attitude harus lebih banyak atau lebih dominan dikenalkan, diajarkan dan atau dicontohkan pada anak, kemudian diikuti ranah skill, dan ranah knowledge lebih sedikit diajarkan pada anak. Hal ini berbanding terbalik dengan membangun soft skills dan hard skills pada jenjang PT. Di PT ranah knowledge lebih dominan diajarkan dibandingkan ranah skills dan attitude.

Gambar 1.4 Rumusan Proses dalam Kurikulum 2013

(17)

Krathwohl, keterampilan (skill) dari Dyers, dan Pengetahuan (knowledge) dari Bloom dengan revisi oleh Anderson.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa kreativitas dapat dipelajari dan dapat diterapkan di mana saja, sehingga pendidikan harus diarahkan pada penguatan keterampilan kreatif. Terdapat beberapa perkembangan pemahaman tentang kreativitas. Pemahaman lama terhadap istilah kreatif hanya berlaku untuk dunia seni, kini berkembang untuk bidang yang lain termasuk pendidikan. Menurut Dyers, 2/3 dari kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidikan, 1/3 sisanya berasal dari genetik. Hal tersebut menunjukkan bahwa kreativitas terbentuk bukan hanya karena bakat namun dapat dipelajari.

Terdapat beberapa hukum dalam kreativitas, yakni (1) kreativitas itu menular (Einstein Law), (2) kretivitas itu benda gas (Nathan Law), (3) kreativitas hanya dibatasi oleh ambisi dan imajinasi, (4) berlaku hukum universal pengetahuan (Wiener). Pada kreativitas juga tidak berlaku hukum kekekalan massa, tidak berlaku hukum kekekalan energi, tidak berlaku hukum beda potensial. Hukum tersebut menjelaskan bahwa kreativitas merupakan sesuatu aktivitas yang bisa dipelajari bersama. Kegiatan yang dilakukan secara kolaboratif akan menularkan kreativitas dalam kelompoknya. Pada pelaksanaan pembelajaran guru juga perlu menyediakan “ruang” pada anak untuk mengembangkan kreativitasnya seluas mungkin karena kreativitas memiliki hukum layaknya gas yang menempati ruangnya. Untuk itu aktivitas pembelajaran hendaknya dirancang agar peserta didik bisa bebas mengeksplorasi ide-ide dan kemampuannya dalam mengerjakan tugas. Tampunglah semua ide-ide tersebut, kemudian diskusikan bersama untuk menetapkan ide mana yang bisa diwujudkan. Dengan demikian peserta didik akan terbiasa untuk menggali potensi dan kreativitasnya dalam proses belajar.

(18)

Berdasarkan gambar 5 menjelaskan ruang lingkup keterpaduan dan prosesnya yang mencakup: a) keterpaduan dalam mapel (integrasi vertikal) bersifat intradisipliner, b) keterpaduan antarmapel (integrasi horizontal) yang bersifat multidisipliner dan interdisipliner, dan c) keterpaduan luar mapel (transdisipliner) yang bersifat berbasis konteks melalui observasi. Langkah penguatan terjadi pada proses pembelajaran dan proses penilaian. Penguatan pada proses pembelajaran karakteristik penguatannya mencakup: a) menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan dengan tetap memperhatikan karakteristik siswa, b) menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran, c) menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberitahu (discovery learning), dan d) menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berpikir logis, sistematis, dan kreatif. Penguatan pada penilaian pembelajaran karakteristik penguatannya mencakup: a) mengukur tingkat berpikir mulai dari rendah sampai tinggi, b) menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam (bukan sekedar hafalan), c) mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa, dan d) menggunakan portofolio pembelajaran siswa.

Critical point implementasi Kurikulum 2013 dapat dilihat dari: a) perancangan RPP, b) pelaksanaan pembelajaran sesuai RPP, c) supervisi pendampingan, dan d) budaya mutu sekolah.

a. Perancangan RPP mencakup: Kompetensi Dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran, mengalir secara logis ke materi ajar, rancangan proses dan aktivitas belajar, sumber dan media, output/produk siswa, dan penilaian.

b. Pelaksanaan pembelajaran sesuai RPP mencakup: instrumen pengendalian, dan indeks kesesuaian RPP dengan pelaksanaan.

c. Supervisi pendampingan mencakup: pedoman pelaksanaan supervisi, pelaksanaan, eksekusi rekomendasi supervisi, dan sistem pelaporan perbaikan pasca supervisi.

(19)

1.2 SKL, KI, KD DAN STRATEGI IMPLEMENTASI

KURIKULUM 2013

A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL)

Standar Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 35 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang akan menjadi acuan bagi pengembangan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

1. Cakupan Kompetensi Lulusan

Penetapan pendekatan kompetensi lulusan didahului dengan mengidentifikasi apa yang hendak dibentuk, dibangun, dan diberdayakan dalam diri peserta didik sebagai jaminan yang akan mereka capai setelah menyelesaikan pendidikannya pada satuan pendidikan tertentu. Pendekatan kompetensi lulusan menekankan pada kemampuan holistik yang harus dimiliki setiap peserta didik. Hal itu akan membawa implikasi terhadap apa yang seharusnya dipelajari oleh setiap individu peserta didik, bagaimana cara mengajarkan, dan kapan diajarkannya. Cakupan kompetensi lulusan satuan pendidikan berdasarkan elemen-elemen yang harus dicapai dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 1.2Kompetensi Lulusan Berdasarkan Elemen-Elemen yang Harus Dicapai

DOMAIN Elemen SD SMP SMA-SMK

SIKAP

Proses Menerima + Menjalankan + Menghargai +Menghayati + Mengamalkan

Individu

beriman, berakhlak mulia (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun), rasa ingin tahu,

estetika, percaya diri, motivasi internal Sosial toleransi, gotong royong, kerjasama, danmusyawarah

Alam pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik,dan cinta perdamaian

PENGETAHUAN

Proses Mengetahui + Memahami + Menerapkan +Menganalisis + Mengevaluasi Objek ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya Subyek manusia, bangsa, negara, tanah air, dan dunia KETERAMPILAN Proses Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah

+ Menyaji + Menalar + Mencipta

Abstrak membaca, menulis, menghitung, menggambar,mengarang Konkret menggunakan, mengurai, merangkai,

(20)

DOMAIN Elemen SD SMP SMA-SMK

(21)

Cakupan kompetensi lulusan satuan pendidikan secara holistik dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1.3 Kompetensi Lulusan secara Holistik

DOMAIN SD SMP SMA-SMK

SIKAP

Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan

pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta

dunia dan peradabannya

PENGETAHUAN

Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisis + Mengevaluasi

pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban

KETERAMPILAN

Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji + Menalar + Mencipta

pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret

Dari tabel di atas, cakupan kompetensi lulusan secara holistik dirumuskan sebagai berikut:

a. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Sikap

Manusia yang memiliki pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya.

Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui proses: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan.

b. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Pengetahuan

Manusia yang memiliki pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban

Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui proses: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.

c. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Keterampilan

Manusia yang memiliki pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret.

Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui proses: mengamati; menanya; mencoba dan mengolah; menalar; mencipta; menyajikan dan mengkomunikasikan

Perumusan kompetensi lulusan antar satuan pendidikan mempertimbangkan gradasi setiap tingkatan satuan pendidikan dan memperhatikan kriteria sebagai berikut:

(22)

d. fungsi satuan pendidikan.

2. Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan

Kompetensi lulusan satuan pendidikan SD/MI/SDLB/Paket A

Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A adalah manusia yang memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan berikut ini.

Tabel 1.4 Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/PAKET A

DIMENSI KOMPETENSI LULUSAN

SIKAP

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan

bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain.

PENGETAHUAN

Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

KETERAMPILAN Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.

B. KOMPETENSI INTI

Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.

Rumusan Kompetensi inti menggunakan notasi berikut ini. 1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual. 2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial. 3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan. 4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kelas II adalah sebagai berikut.

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

C. KOMPETENSI DASAR

(23)

peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:

1. Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1;

2. Kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2;

3. Kelompok 3: kelompok kompetensi dasasr pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3;

4. Kelompok 4: kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.

Penjabaran lengkap mengenai kompetensi dasar per jenjang kelas dan per mata pelajaran dapat dilihat dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.

D. STRATEGI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

1. Pengembangan Kurikulum 2013 pada Satuan Pendidikan

Pengembangan Kurikulum 2013 dilakukan atas prinsip berikut ini.

a. Sekolah adalah satu kesatuan lembaga pendidikan dan kurikulum adalah kurikulum satuan pendidikan, bukan daftar mata pelajaran. b. Guru di satu satuan pendidikan adalah satu satuan pendidik

(community of educators), mengembangkan kurikulum secara bersama-sama.

c. Pengembangan kurikulum di jenjang satuan pendidikan langsung dipimpin kepala sekolah.

d. Pelaksanaan implementasi kurikulum di satuan pendidikan dievaluasi oleh kepala sekolah.

2. Manajemen Implementasi

a. Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan pemerintah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota. b. Pemerintah bertanggung jawab dalam mempersiapkan guru dan

kepala sekolah untuk melaksanakan kurikulum.

c. Pemerintah bertanggung jawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum secara nasional.

d. Pemerintah provinsi bertanggung jawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait. e. Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab dalam memberikan

bantuan profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupaten/kota terkait.

3. Evaluasi Kurikulum

Evaluasi Kurikulum dilaksanakan selama masa pengembangan ide (deliberation process), pengembangan desain dan dokumen kurikulum, dan selama masa implementasi kurikulum. Evaluasi dalam deliberation process menghasilkan penyempurnaan dalam Kompetensi Inti yang dijadikan organising element dalam mengikat Kompetensi dasar mata pelajaran.

(24)

a. Sampai tahun pelajaran 2015-2016: untuk memperbaiki berbagai kesulitan pelaksanaan kurikulum.

b. Sampai tahun pelajaran 2016 secara menyeluruh untuk menentukan efektivitas, kelayakan, kekuatan, dan kelemahan implementasi kurikulum.

(25)

1.3 PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU, PENDEKATAN

SAINTIFIK,

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN, DAN PENILAIAN

AUTENTIK

A. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

Pembelajaran tematik terpadu (PTP) atau integrated thematic instruction (ITI) dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1970-an. Belakangan PTP diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif (highly effective teaching model) karena mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik peserta didik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah. PTP pada awalnya dikembangkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talented), anak-anak yang cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat. PTP ini pun sudah terbukti secara empirik berhasil memacu percepatan dan meningkatkan kapasitas memori peserta didik (enhance learning and increase long-term memory capabilities of learners) untuk waktu yang panjang.

Premis utama PTP adalah bahwa peserta didik memerlukan peluang-peluang tambahan (additional opportunities) untuk menggunakan talentanya, menyediakan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis. Pada sisi lain, PTP relevan untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan kualitatif lingkungan belajar. PTP diharapkan mampu menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar.

PTP memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively different) dengan model pembelajaran lain. PTP sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangnan dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Implemementasi PTP menuntut kemampuan guru dalam mentransformasikan materi pembelajaran di kelas. Karena itu, guru harus memahami materi apa yang diajarkan dan bagaimana mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di kelas. Oleh karena PTP ini bersifat ramah otak, guru harus mampu mengidentifikasi elemen-elemen lingkungan yang mungkin relevan dan dapat dioptimasi ketika berinteraksi dengan peserta didik selama proses pembelajaran.

Ada sepuluh elemen yang terkait dengan hal ini dan perlu ditingkatkan oleh guru.

1. Mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif. 2. Memberkaya sensori pengalaman di bidang sikap, keterampilan, dan

pengetahuan.

3. Menyajikan isi atau substansi pembelajaran yang bermakna. 4. Lingkungan yang memperkaya pembelajaran.

5. Bergerak memacu pembelajaran (Movement to Enhance Learning). 6. Membuka pilihan-pilihan.

(26)

7. Optimasi waktu secara tepat. 8. Kolaborasi.

9. Umpan balik segera. 10. Ketuntasan atau aplikasi.

1. Fungsi dan Tujuan

Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.

Tujuan pembelajaran tematik terpadu adalah:

a. mudah memusatkan perhatian pada

satu tema atau topik tertentu;

b. mempelajari pengetahuan dan

mengembangkan berbagai kompetensi muatan pelajaran dalam tema yang sama;

c. memiliki pemahaman terhadap materi

pelajaran lebih mendalam dan berkesan;

d. mengembangkan kompetensi berbahasa

lebih baik dengan mengkaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik;

e. lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain;

f. lebih merasakan manfaat dan makna

belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas;

g. guru dapat menghemat waktu, karena

mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan; dan

h. budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu a. Berpusat pada anak.

b. Memberikan pengalaman langsung pada anak.

c. Pemisahan antar muatan pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan).

d. Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses pembelajaran (saling terkait antar muatan pelajaran yang satu dengan lainnya).

e. Bersifat luwes (keterpaduan berbagai muatan pelajaran).

f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (melalui penilaian proses dan hasil belajarnya).

(27)

Anak pada usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret, mulai menunjukkan perilaku yang mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, mulai berpikir secara operasional, mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, pembelajaran yang tepat adalah dengan mengaitkan konsep materi pelajaran dalam satu kesatuan yang berpusat pada tema adalah yang paling sesuai. Kegiatan pembelajaran akan bermakna jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman, bersifat individual dan kontekstual, anak mengalami langsung yang dipelajarinya, hal ini akan diperoleh melalui pembelajaran tematik. Pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.

4. Peran Tema dalam Proses Pembelajaran

Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran dengan memadukan beberapa muatan pelajaran sekaligus. Adapun muatan pelajaran yang dipadukan adalah muatan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, IPS, IPA, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan. Dalam Kurikulum 2013, tema sudah disiapkan oleh pemerintah dan sudah dikembangkan menjadi subtema dan satuan pembelajaran.

Di dalam Struktur Kurikulum Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah disebutkan bahwa untuk peserta didik kelas I sampai dengan kelas VI penyajian pembelajarannya menggunakan pendekatan tematik terpadu. Penyajian pembelajaran untuk kelas II memiliki alokasi waktu kumulatif 32 JP per minggu. Namun demikian penjadwalan tidak terbagi secara kaku melainkan diatur secara luwes.

5. Tahapan Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran Tematik Terpadu melalui beberapa tahapan yaitu pertama guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu berbagai muatan pelajaran untuk satu tahun. Kedua guru melakukan analisis Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan membuat indikator dengan tetap memperhatikan muatan materi dari Standar Isi. Ketiga membuat hubungan pemetaan antara kompetensi dasar dan indikator dengan tema. Keempat membuat jaringan KD, indikator. Kelima menyusun silabus tematik dan keenam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dengan menerapkan pendekatan saintifik.

Untuk lebih jelasnya akan dibahas di bawah ini. a. Memilih/Menetapkan Tema

Di bawah ini adalah tema-tema yang telah disiapkan untuk peserta didik Sekolah Dasar kelas I dan IV serta kelas II dan V pada Kurikulum 2013.

Tabel 1.5 Tema-Tema di Sekolah Dasar

(28)

1. Diriku 2. Kegemaranku 3. Kegiatanku 4. Keluargaku 5. Pengalamanku 6. Lingkungan

Bersih, Sehat, dan Asri

7. Benda, Hewan

dan Tanaman di Sekitar

8. Peristiwa alam

1. Indahnya

Kebersamaan

2. Selalu

Berhemat Energi

3. Peduli

terhadap Makhluk Hidup

4. Berbagai Pekerjaan 5. Pahlawanku 6. Indahnya Negeriku 7. Cita-citaku 8. Tempat Tinggalku 9. Makananku

Sehat dan Bergizi

KELAS II KELAS V

1. Hidup Rukun

2. Bermain di Lingkunganku

3. Tugasku Sehari-hari

4. Aku dan Sekolahku

5. Hidup Bersih dan Sehat

6. Air, Bumi, dan Matahari

7. Merawat Hewan dan Tumbuhan

8. Keselamatan di Rumah dan Perjalanan

1. Benda-benda di Lingkungan Sekitar 2. Peristiwa dalam Kehidupan

3. Kerukunan dalam Bermasyarakat

4. Sehat itu Penting

5. Bangga sebagai Bangsa Indonesia 6. Organ Tubuh Manusia dan Hewan 7. Sejarah Peradaban Indonesia

8. Ekosistem

9. Akrab dengan Lingkungan b. Melakukan Analisis SKL, KI, Kompetensi Dasar dan Membuat

Indikator

Analisis Kurikulum (SKL, KI dan KD serta membuat indikator) dilakukan dengan cara membaca semua Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, serta Kompetensi Dasar dari semua muatan pelajaran. Setelah memiliki sejumlah tema untuk satu tahun, barulah dapat dilanjutkan dengan menganalisis Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti serta Kompetensi Dasar (SKL, KI dan KD) yang ada dari berbagai muatan pelajaran (PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, SBdP, dan Penjasorkes). Masing-masing Kompetensi Dasar setiap muatan pelajaran dibuatkan indikatornya dengan mengikuti kriteria pembuatan indikator.

c. Membuat Hubungan Pemetaan antara Kompetensi Dasar dan Indikator dengan Tema

Kompetensi Dasar dari semua muatan pelajaran telah disediakan dalam Kurikulum 2013. Demikian juga sejumlah tema untuk proses pembelajaran selama satu tahun untuk Kelas I sampai dengan Kelas VI telah disediakan. Namun demikian guru masih perlu membuat indikator dan melakukan pemetaan Kompetensi Dasar dan indikator tersebut berdasarkan tema yang tersedia. Hasil pemetaan dimasukkan ke dalam format pemetaan agar lebih mudah proses penyajian pembelajaran. Indikator mana saja yang dapat disajikan secara terpadu diberikan tanda cek (√).

(29)

Kegiatan berikutnya adalah membuat Jaringan KD dan indikator dengan cara menurunkan hasil cek dari pemetaan ke dalam format Jaringan KD dan indikator.

e. Menyusun Silabus Tematik Terpadu

Setelah dibuat Jaringan KD dan Indikator, langkah selanjutnya adalah menyusun silabus tematik untuk lebih memudahkan guru melihat seluruh desain pembelajaran untuk setiap tema sampai tuntas tersajikan di dalam proses pembelajaran. Silabus tematik memberikan gambaran secara menyeluruh tema yang telah dipilih akan disajikan berapa minggu dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam penyajian tema tersebut.

Silabus tematik terpadu memuat komponen sebagaimana panduan dari Standar Proses yang meliputi 1) Kompetensi Dasar mana saja yang sudah terpilih (dari Jaringan KD), 2) Indikator (dibuat oleh guru, juga diturunkan dari Jaringan) 3) Kegiatan Pembelajaran yang memuat perencanaan penyajian untuk berapa minggu tema tersebut akan dibelajarkan, 4) Penilaian proses dan hasil belajar (diwajibkan memuat penilaian dari aspek sikap, keterampilan dan pegetahuan) selama proses pembelajaran berlangsung 5) Alokasi waktu ditulis secara utuh kumulatif satu minggu berapa jam pertemuan (misalnya 32 JP x 35 menit) x 4 minggu; 6) Sumber dan Media.

f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Langkah terakhir dari sebuah perencanaan adalah dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu. Dalam RPP Tematik Terpadu ini diharapkan dapat tergambar proses penyajian secara utuh dengan memuat berbagai konsep mata pelajaran yang disatukan dalam tema. Di dalam RPP Tematik Terpadu ini peserta didik diajak belajar memahami konsep kehidupan secara utuh. Penulisan identitas tidak mengemukakan mata pelajaran, melainkan langsung ditulis tema apa yang akan dibelajarkan. (Untuk lebih jelasnya akan dibahas pada submateri pelatihan 4.2 Penyusunan RPP)

B. PENDEKATAN SAINTIFIK

1. Esensi Pendekatan Saintifik/ Pendekatan Ilmiah

(30)

pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.

Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah

Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:

a. mengamati; b. menanya;

c. mengumpulkan informasi/eksperimen; d. mengasosiasikan/mengolah informasi; dan e. mengkomunikasikan.

[image:30.595.80.546.390.769.2]

Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 1.6 Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya

Langkah

Pembelajaran Kegiatan Belajar

Kompetensi yang Dikembangkan Mengamati Membaca, mendengar, menyimak,

melihat (tanpa atau dengan alat) Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi

Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)

Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu

untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat

Mengumpulkan informasi/ eksperimen

- melakukan eksperimen

- membaca sumber lain selain buku teks

- mengamati objek/ kejadian/ - aktivitas

- wawancara dengan narasumber

Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,

menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,

(31)

Langkah

Pembelajaran Kegiatan Belajar

Kompetensi yang Dikembangkan hayat.

Mengasosiasika n/

mengolah informasi

- mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

- Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan

menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam

menyimpulkan .

Mengkomunikasi kan

Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,

(32)

C. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

1. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

a. Konsep/Definisi

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.

Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik berikut ini. 1) Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja. 2) Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta

didik.

3) peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan.

4) Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.

5) Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu.

6) Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan.

7) Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.

8) Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

(33)

Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain berikut ini.

1) Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.

2) Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru.

3) Banyak guru merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana guru memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi guru yang kurang atau tidak menguasai teknologi.

4) Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah.

Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa contoh perubahan lay-out ruang kelas, seperti: traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan pembagian tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle (presentasi). Atau buatlah suasana belajar bebas dan menyenangkan.

b. Fakta Empirik Keberhasilan

Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijelaskan berikut ini.

Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek

1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar dan mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting. 2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.

4) Meningkatkan kolaborasi.

5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan berkomunikasi.

6) Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber. 7) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik

dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

8) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

9) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.

10) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek

1) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah. 2) Membutuhkan biaya yang cukup banyak.

(34)

4) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

5) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.

6) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok. 7) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,

dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan

Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalisir dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran. Pembelajaran Berbasis Proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi penelitian, Pembelajaran Berbasis Proyek membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa.

Pelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika anak-anak bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka sering mendapatkan lebih banyak terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran lainnya.

c. Langkah-langkah Operasional

Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijelaskan dengan diagram sebagai berikut.

Diagram 1.1 Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek

Penjelasan Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut.

1 PENENTUAN PERTANYAAN MENDASAR

2 MENYUSUN PERECANAAN

PROYEK

3 MENYUSUN

JADWAL

4 MONITORING 5

MENGUJI HASIL 6

(35)

1) Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Guru berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.

2) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project) Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

3) Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)

Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

5) Menguji Hasil (Assess the Outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

6) Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

(36)

pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

d. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek

Penilaian pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Proyek harus diakukan secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapat menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk. Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Penilaian Proyek

a) Pengertian

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.

Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:

(1) Kemampuan pengelolaan

Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan. (2) Relevansi

Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

(3) Keaslian

Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

b) Teknik Penilaian Proyek

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

(37)

2) Penilaian Produk

a) Pengertian

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.

Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:

(1) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.

(2) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.

(3) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

b) Teknik Penilaian Produk

Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik. (1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk,

biasanya dilakukan pada tahap appraisal.

(2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.

2. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

a. Konsep/Definisi

1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).

2) Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar,” bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.

Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran.

Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL).

1) Permasalahan sebagai kajian.

2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman. 3) Permasalahan sebagai contoh.

(38)

Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan berikut ini.

Tabel 1.7 Peran Guru, Peserta Didik dan Masalah dalam PBL

Guru sebagai Pelatih sebagai Peserta DidikProblem Solver

Masalah sebagai Awal Tantangan

dan Motivasi

o Asking about thinking (bertanya tentang pemikiran).

o Memonitor pembelajaran.

o Probbing ( menantang peserta didik untuk berpikir ).

o Menjaga agar peserta didik terlibat.

o Mengatur dinamika kelompok.

o Menjaga berlangsungnya proses.

o Peserta yang aktif.

o Terlibat langsung dalam

pembelajaran.

o Membangun pembelajaran.

o Menarik untuk dipecahkan. o Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari.

Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini.

1) Kurikulum: PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional karena memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.

2) Responsibility: PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta didik ke diri dan kelompoknya.

3) Realisme: kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas autentik dan menghasilkan sikap profesional.

4) Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri.

5) Umpan Balik: diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap

Gambar

Tabel 1.1 Struktur Kurikulum SD/MI
Gambar 1.2 Elemen Perubahan
Gambar 1.3 Keseimbangan antara Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilanuntuk Membangun Soft Skills dan Hard Skills
Gambar 1.5 Ruang Lingkup Keterpaduan dan Prosesnya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisa penelitian tentang pengaruh penambahan berbagai minyak nabati sebagai bahan pelunak terhadap sifat fisik produk karet sol sepatu Sifat fisika

Statistik deskriptif yang diambil merupakan suatu data yang disajikan untuk mengukur sejauh mana realitas yang terjadi di Kota Medan khususnya di dalam pemberdayaan masyarakat

Additional Tier 1 capital: regulatory adjustments Modal Inti Tambahan: Faktor Pengurang ( Regulatory Adjustment ) 37 Investments in own Additional Tier 1 instruments Investasi

57 Pengembangan dan Pengembangan dan Perencanaan dan Pengawasan 1 pkt Pendahara 44,814,000 DDL Pengadaan Maret 2014 30 HK Pemanfaatan Sarana Prasarana Pemanfaatan Sarana

43. Tugas untuk mengawasi manajemen senior dalam mengelola risiko kredit, pasar, likuiditas, operasional, hukum dan risiko lainnya yang melekat dalam aktivitas usaha bank

Akhirnya pada pertemuan kedua peneliti mendapat suatu gambaran, bahwa metode yang tepat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran

Penyelenggara pelatihan melaksanakan perannya sesuai dengan tugasnya untuk mendukung pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan. Penyelenggara program pelatihan di Balai

Teknik analisis data yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data, yaitu dengan mencatat peristilahan berdasarkan hasil rekaman dan wawancara, melakukan