• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Sumatera Utara Berdasarkan data Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Sumatera Utara Berdasarkan data Tahun 2013"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 2000. Analisis Regresi: Teori, Kasus, dan Solusi Edisi 2. Yogyakarta:

BPFE.

Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan Edisi Keempat. STIE YKPN.

Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. 2015. Beberapa Data Pokok Kondisi Kesejahteraan Rakyat

dan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015. Sumatera Utara.

Badan Pusat Statistik. 2015. Profil Kemiskinan Sumatera Utara September 2015.

Sumatera Utara.

Badan Pusat Statistik. 2015. Sumatera Utara Dalam Angka. Sumatera Utara.

Gio, P. U. 2013. Belajar Statistika dengan SPSS. USUpress: Medan.

Mantra, I. B. 2009. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

(2)

BAB 3

PENGOLAHAN DATA DAN HASIL

3.1Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

BPS Provinsi Sumatera Utara di Jl. Asrama Medan yaitu; Data Jumlah Penduduk

Miskin, Rata-Rata Lama Sekolah, Jumlah Penduduk, dan Tingkat Pengangguran

di Provinsi Sumatera Utara tahun 2013. Datanya sebagai berikut:

Tabel 3.1 Data jumlah penduduk miskin, rata-rata lama sekolah, jumlah penduduk dan tingkat pengangguran tahun 2013

(3)

Kabupaten/Kota

73. Pematangsiantar 26.61 10.97 237.434 6.61

74. Tebing Tinggi 17.98 10.14 149.065 7.36

75. M e d a n 209.69 10.90 2123.21 10.01

76. B i n j a i 17.48 10.08 252.263 6.83

77. Padangsidimpuan 18.44 10.37 204.615 6.80

78. Gunungsitoli 41.10 8.51 129.403 8.36

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

di mana:

3.2 Persamaan Regresi Linier Berganda

Dari data tersebut akan dibentuk persamaan regresi linier berganda dengan

terlebih dahulu menentukan koefisien-koefisien regresi. Untuk menentukannya

maka diperlukan jumlah-jumlah variabel berikut:

Tabel 3.2 Masukan data

No Y X X X

1 23.28 6.47 133.388 0.87

2 40.69 7.99 413.475 8.02

(4)

27

Tabel 3.3 Kuadratik masing-masing data

(5)

No X ² X ² X ²

Total 107794.03 2634.36 12270076.02 1257.77

Rata-rata 3266.49 79.83 371820.49 38.11

Tabel 3.4 Perkalian antara variabel Xi

(6)

29

Total 122946.46 1630.34 88516.89

Rata-rata 3725.65 49.40 2682.33

(7)

No X ×Y X ×Y X ×Y

Total 12722.98 1086961.09 9029.48

Rata-rata 385.54 32938.21 273.62

Untuk membuat persamaan regresi linier dari data diatas maka dibutuhkan

(8)

31

Dengan mensubstitusikan angka-angka di atas ke dalam sistem persamaan

normal:

∑Yi = nb0 + b1∑X1ᵢ + b2∑X2i + b3∑X3i ...(1)

∑X1iYi = b0∑X1i + b1∑X1i2 + b2∑X1iX2i + b3∑X1X3 ...(2)

∑X2iYi = b0∑X2i + b1∑X1iX2i + b2∑X2i2 + b3∑X2iX3i ...(3)

∑X3iYi = b0∑X3i + b1∑X1iX3i + b2∑X2iX3i + b3∑X3i2 ...(4)

Dengan demikian terbentuk persamaannya sebagai berikut:

1416.39 = 33b0 + 292.28b1 + 13326.37b2 + 179.68b3

12722.98 = 292.28b0 + 2634.36b1 + 122946.46b2 + 1630.34b3

1086961.09 = 13326.3b0 + 122946.46b1 + 12270076.02b2 + 88516.89b3

9029.48 = 179.68b0 + 1630.34b1 + 88516.890b2 + 1257.77b3

Sistem persamaan ini kemudian dapat ditulis dalam notasi matriks sebagai

berikut:

Untuk dapat memperoleh nilai-nilai dugaan bagi parameter model, maka perlu

ditentukan invers matriks , yaitu:

Diperoleh nilai invers dari matriks yaitu:

(9)

Maka, nilai koefisien b adalah:

Sehingga diperoleh nilai koefisien-koefisien linier bergandanya yaitu:

b0 = 52.462

Untuk menghitung kekeliruan baku taksiran diperlukan harga-harga Ŷ

yang diperoleh dari persamaan regresi di atas untuk tiap harga

yang diketahui:

Tabel 3.6 Data dan taksiran kekeliruan baku

(10)

33

Lanjutan Tabel 3.6 Data dan kekeliruan taksiran aku

(11)
(12)

35

Ini berarti bahwa rata-rata tingkat kemiskinan yang terjadi menyimpang

dari rata-rata yang diperkirakan yaitu sebesar 15.95.

3.3 Pengujian Regresi Linier Berganda

Sebelum persamaan regresi yang diperoleh digunakan untuk membuat suatu

kesimpulan, maka perlu diadakan suatu pengujian hipotesa mengenai keberartian

model regresi. Perumusan hipotesanya adalah:

:

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas yaitu rata-rata lama

sekolah, jumlah penduduk dan tingkat pengangguran dengan variabel tak bebas

yaitu tingkat kemiskinan.

:

Minimal ada satu parameter koefisien regresi yang tidak sama dengan nol.

Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas yaitu rata-rata lama

sekolah, jumlah penduduk dan tingkat pengangguran dengan variabel tak bebas

yaitu tingkat kemiskinan.

Kriteria pengujan hipotesanya:

Jika , maka ditolak dan diterima

Jika , maka diterima dan ditolak

Untuk menguji model regresi yang terbentuk, diperlukan dua macam

jumlah kuadrat (JK) yaitu JK untuk regresi dan JK untuk sisa

yang akan didapatkan setelah mengetahui nilai-nilai berikut:

̅ ̅ ̅

(13)
(14)

37

Tabel 3.8 Kuadrat deviasi masing-masing variabel

No x ² x ² x ²

Jumlah 47001.28 45.65 6888546.98 279.44

(15)
(16)

39

Tabel 3.10 Perkalian deviasi antara y dengan xi

No x ×y x ×y x ×y

Jumlah 178.05 514983.88 1317.45

Rata-rata 5.40 15605.57 39.92

Dari tabel di atas maka diperlukan harga-harga nilai-nilai berikut:

(17)
(18)

41

jumlah penduduk dan tingkat pengangguran secara bersama-sama mempengaruhi

terjadinya tingkat kemiskinan.

3.4 Perhitungan Korelasi Linier Berganda

Berdasarkan Tabel 3.8 dapat dilihat harga ∑ ∑ ̅ 47001.28

sedangkan yang telah dihitung adalah . Maka selanjutnya dapat

diperoleh nilai koefisien determinasi dengan rumus:

Dan untuk koefisien korelasi ganda digunakan rumus:

Dari hasil perhitungan diperoleh korelasi (R) positif yaitu sebesar 0,918 yang

menunjukkan bahwa antara variabel bebas X dengan variabel tak bebas Y

berhubungan secara positif dengan tingkat yang tinggi. Adapun nilai koefisien

determinasi yaitu sebesar 0,843 yang digunakan untuk mengetahui presentase

pengaruh variabel independent terhadap perubahan variabel dependent. Yang

berarti bahwa rata-rata lama sekolah, jumlah penduduk dan tingkat pengangguran

berpengaruh terhadap terjadinya tingkat kemiskinan yaitu sebesar 0,84 atau 84%.

Sedangkan sisanya sebesar 100% - 84% = 16% dipengaruhi oleh faktor-faktor

lain.

3.5 Perhitungan Korelasi antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat

Untuk mengukur besarnya pegaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka

dari Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 dapat dihitung besar koefisien korelasinya yaitu:

a. Koefisien korelasi antara tingkat kemiskinan dengan rata-rata lama

(19)

∑ ∑ ∑ √{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

√{ }{ }

√{ }

√{ }

Nilai positif yang menandakan hubungan arah yang searah antara

banyaknya tindak kemiskinan yang terjadi dengan rata-rata lama sekolah.

Hubungan keduanya tergolong sangat rendah, ini ditandai dengan nilai r = 0.122.

b. Koefisien korelasi antara tingkat kemiskinan dengan jumlah penduduk

∑ ∑ ∑ √{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

√{ }{ }

√{ }

√{ }

Nilai positif yang menandakan hubungan arah yang searah antara banyaknya

tingkat kemiskinan yang terjadi dengan jumlah penduduk. Artinya banyaknya

tingkat kemiskinan yang terjadi dikarenakan banyaknya jumlah penduduk.

Hubungan keduanya tergolong sangat kuat, ini ditandai dengan nilai r = 0,905.

(20)

43

Nilai positif yang menandakan hubungan arah yang searah antara banyaknya

tingkat kemiskinan yang terjadi dengan tingkat pengangguran. Hubungan

keduanya tergolong rendah, ini ditandai dengan nilai r = 0.364.

3.6 Perhitungan Korelasi antara Variabel Bebas

a. Koefisien korelasi rata-rata rama sekolah dengan jumlah penduduk

∑ ∑ ∑

b. Koefisien korelasi antara rata-rata lama sekolah dengan tingkat pengangguran

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

(21)

√{ }

√{ }

c. Koefisien korelasi antara jumlah penduduk dengan tingkat pengangguran

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

√{ }{ }

√{ }

√{ }

(22)

BAB 4

IMPLEMENTASI DATA

4.1 Pengertian Implementasi Sistem

Implementasi sistem adalah prosedur yang dilakukan untuk menyelesaikan desain

sistem yang ada dalam desain yang telah disetujui, menginstal dan memulai

sistem baru atau sistem yang diperbaiki. Tahapan implementasi sistem adalah

tahapan penerapan hasil desain tertulis kedalam programming. Dalam pengolahan

data pada Tugas Akhir ini penulis menggunakan perangkat lunak (softwere)

sebagai implementasi sistem yaitu SPSS Inc Statistics 17 for windows dalam

masalah memperoleh perhitungan.

4.2 SPSS dalam Stastistika

SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) merupakan salah satu paket

program komputer yang digunakan dalam mengolah data statistik. SPSS

merupakan software yang paling populer, dan banyak digunakan sebagai alat

bantu dalam berbagai riset. SPSS pertama kali diperkenalkan oleh tiga mahasiswa

Standford University pada tahun 1968. SPSS sebelumnya dirancang untuk

pengolahan data statistik pada ilmu-ilmu sosial, sehingga SPSS merupakan

singkatan dari Statistical Package for the Social Sciences. Namun, dalam

perkembangan selanjutnya penggunaan SPSS diperluas untuk berbagai jenis user,

sehingga SPSS yang sebelumnya disingkat dari Statistical Package for the Social

Sciences berubah menjadi Statistical Product and Service Solutions. Penggunaan

SPSS dimaksudkan untuk melakukan analisis dengan praktis, cepat dan akurat.

4.3 Cara Kerja SPSS

Cara kerja komputer dan SPSS pada prinsipnya adalah sama, yaitu meliputi 3

bagian yaitu :

1. Input

Pada komputer, input berupa data yang akan diolah dengan komputer. Proses

(23)

statistik, input berupa data yang telah dikumpulkan, diedit, dan ditabulasi dan

kemudian dianalisis. Pada SPSS input berupa data yang telah ditabulasi pada

data editor bagian vew data, sedangkan proses coading dan pendefinisian

variabel pada view variabel.

2. Proses

Pada komputer proses berupa eksekusi program komputer menjalankan

perintah-perintah sesuai dengan apa yang telah diprogramkan. Pada statistik

proses berupa analisis perhitungan, baik secara deskriptif maupun inferensi,

baik statistik parametrik maupun statistik nonparametrik. Pada SPSS proses

berupa eksekusi program SPSS untuk menganalisis input yang ada di data

editor sesuai dengan perintah dari operator.

3. Output

Pada komputer, output berupa hasil pengolahan yang telah diproses dengan

program komputer yang sesuai. Bentuk output komputer bias dalam bentuk

cetakan, tampilan, gambar, damn suara. Pada statistik output berupa hasil

analisis, baik dalam bentuk penyajian data maupun dalam bentuk grafik atau

tabel serta kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis. Pada SPSS, bentuk

output disajikan dalam bentuk output navigator.

4.4 Langkah-Langkah Pengolahan Data dengan SPSS

Adapun langkah-langkah pengolahan data dengan menggunakan program SPSS,

yaitu :

1. Aktifkan program SPSS pada window dengan perintah:

(24)

47

Gambar 4.1 Tampilan saat membuka SPSS Inc Statistic 17.0

2. Cara Memasukan Data

Langkah-langkah dalam pengentrian data dengan menggunakan SPSS yaitu:

buka lembar kerja baru dari menu file, pilih new, lalu klik data. Pada

pemasukan data view isilah kolom dengan ketentuan data yang akan diolah.

Cara mengentri datanya adalah sebagai berikut:

1. Input Variabel Y (Jumlah Penduduk Miskin)

a. Name

Letakan pointer pada kolom name, double klik pada kolom tersebut

dan ketik Y

b. Type

Karena Y berupa angka, maka klik kotak kecil pada kanan sel

tersebut, yaitu pilih numeric.

c. Width

Untuk keseragaman pada SPSS, ketik 8

d. Decimals

Berhubung datanya berkoma, maka ketik 2

e. Label

Label adalah keterangan untuk nama variabel yang bersangkutan.

(25)

2. Input variabel (Rata-Rata Lama Sekolah)

tersebut, yaitu pilih numeric.

c. Width

Untuk keseragaman pada SPSS, ketik 8

d. Decimals

Berhubung datanya berkoma, maka ketik 2

e. Label

Label adalah keterangan untuk nama variabel yang bersangkutan.

Maka untuk ketik Rata-Rata Lama Sekolah.

tersebut, yaitu pilih numerik.

c. Width

Untuk keseragaman pada SPSS, ketik 8

d. Decimals

Berhubung datanya berkoma, maka ketik 3

e. Label

Label adalah keterangan untuk nama variabel yang bersangkutan.

Maka untuk ketik Jumlah Penduduk.

(26)

49

Letakan pointer pada kolom name, double klik pada kolom tersebut dan

ketik

b. Type

Karena berupa angka, maka klik kotak kecil pada kanan sel

tersebut, yaitu pilih numeric.

c. Width

Untuk keseragaman pada SPSS, ketik 8

d. Decimals

Berhubung datanya berkoma, maka ketik 2

e. Label

Label adalah keterangan untuk nama variabel yang bersangkutan.

Maka untuk ketik Tingkat Pengangguran.

Untuk variabel view dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.2 Tampilan ada pengentrian data di variabel view

Setelah proses variabel view telah selesai, klik pada bagian data view dan

isikan pada kolom sesuai dengan variabelnya. Tampilannya adalah sebagai

(27)

Gambar 4.3 Tampilan saat di data view

3. Analisis regresi dengan SPSS

Langkah-langkah untuk mencari analisis regresi linier berganda dengan

menggunakan SPSS adalah sebagai berikut:

1. Buka data view, pilih analyze, regression, linier maka akan muncul

(28)

51

Gambar 4.4 Tampilan saat membuka persamaan regresi

2. Langkah selanjutnya adalah masukan Y ke kolom dependent, dan

variabel ke kolom independent. Maka tampilannya adalah

sebagai berikut:

Gambar 4.5 Tampilan untuk menentukan nilai linier regression

3. Langkah selanjutnya pada kolom statistic dengan mengklik tab statistic

dan member tanda ceklist pada kotak estimate, model fit, descriptivees,

kemudian pada residuals dikosongkan, kemudian klik continue sehingga

(29)

Gambar 4.6 Tampilan pada pengentrian linier regression statistics

4. selanjutnya klik plot dan berikan tanda ceklist pada pilihan normal

probability plot, lalu klik tombol continue. Akan tampil seperti di bawah

ini:

Gambar 4.7 Tampilan pengentrian linier pada regression plot

5. Langkah selanjutnya klik save dan klik unstandardized pada residual, lalu

(30)

53

Gambar 4.8 Tampilan pada pengentrian linier regression save

6. Selanjutnya adalah klik OK untuk mengakhiri pengisian prosedur

analisis.

4. Uji normalitas dengan spss

Langkah-langkah mencari uji asumsi normalitas dengan menggunakan spss

sebagai berikut:

1. Kemudian klik analyze lalu pilih non parametric test, selanjutnya klik

1-sample-K-S

(31)

2. Langkah selanjutnya pada kotak one sample Kolmogorov-Smirnov test

masukkan unstandardized residual pada test variable list kemudian pada

test distribution klik normal, lalu klik OK.

Gambar 4.10 Tampilan untuk menentukan nilai kolmogorov-smirnov

4.5 Output Pengolahan Data dengan SPSS Regression

Tabel 4.1 Variables Entered/Removed

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Tingkat

Pengangguran , Rata-Rata Lama Sekolah, Jumlah Penduduka

. Enter

(32)

55

Jumlah Penduduk 403.82748 463.968849 33 Tingkat Pengangguran 5.4448 2.95505 33

Tabel 4.3 Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), Tingkat Pengangguran, Rata-Rata Lama Sekolah, Jumlah Penduduk

b. Dependent Variable: Jumlah Penduduk Miskin

Tabel 4.4 ANOVAb

a. Predictors: (Constant), Tingkat Pengangguran, Rata-Rata Lama Sekolah, Jumlah Penduduk

b. Dependent Variable: Jumlah Penduduk Miskin

Tabel 4.5 Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation N

Predicted Value 13.0135 167.8462 42.9209 35.18980 33

Residual -61.53114 41.84380 .00000 15.18118 33

Std. Predicted Value

-.850 3.550 .000 1.000 33

Std. Residual -3.858 2.624 .000 .952 33

(33)
(34)

57

a. Dependent Variable: Jumlah Penduduk Miskin

Uji Normalitas

Tabel 4.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize d Residual

N 33

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

(35)
(36)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pengolahan data yang dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa:

1. Persamaan regresi linier berganda yang didapatkan adalah:

Ŷ = 52.462 – 5.219X1 + 0.076X2 + 1.106X3

2. Hasil uji koefisien determinasi (R2) adalah 0.843 dan koefisien korelasi (R)

yaitu 0.918. Yang artinya, 84% variabel dependen kemiskinan dapat

dijelaskan dengan baik oleh ketiga variabel independen yakni rata-rata lama

sekolah, jumlah penduduk dan tingkat pengangguran. Sedangkan, 16%

sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya.

3. Berdasarkan perhitungan uji F diketahui bahwa (51.99) >

(2.93) sehingga referensi yang diambil adalah menerima H1 dan menolak H0. Dengan demikian, hipotesa yang berbunyi bahwa “ terdapat pengaruh yang

signifikan antara rata-rata lama sekolah, jumlah penduduk dan tingkat

pengangguran terhadap tingkat kemiskinan” diterima pada kepercayaan 95%.

4. Pada analisis korelasi antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas,

korelasi yang cukup tinggi terjadi antara jumlah penduduk dan jumlah

penduduk miskin yaitu sebesar 0.905. Yang artinya tingginya tingkat

kemiskinan dikarenakan jumlah penduduk yang sangat besar.

5.2 Saran

1. Pendidikan yang tercermin dari rata-rata lama sekolah memiliki pengaruh

negatif terhadap tingkat kemiskinan. Untuk itu, kebijakan wajib belajar 12

tahun perlu lebih ditingkatkan, dan juga memberikan jaminan pendidikan

bagi orang miskin serta meningkatkan fasilitas-fasilitas pendidikan secara

merata tidak hanya terpusat pada satu daerah, tetapi merata ke seluruh daerah

(37)

2. Pengendalian jumlah penduduk, misalnya denggan terus menggalakkan program

Keluarga Berencana (KB) dan perlu terus dilakukannya penyuluhan-penyuluhan

akan pentingnya KB serta produk KB yang dapat dijangkau kaum miskin

khususnya di desa-desa.

3. Tingkat pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan. Untuk

menurunkan tingkat kemiskinan, maka perlu tingkat pengangguran juga

diturunkan. Untuk itu, pemerintah harus mampu membuka lapangan pekerjaan

dan juga mempermudah pemberian izin pendirian usaha agar kesempatan kerja

(38)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kemiskinan

2.1.1 Defenisi Kemiskinan

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi

sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya

hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang

bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok

orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan,

air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari

perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam

penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik. Laporan Bidang Kesejahteraan

Rakyat yang dikeluarkan oleh Kementrian Bidang Kesejahteraan (Kesra) tahun

2004 menerangkan pula bahwa kondisi yang disebut miskin ini juga berlaku pada

mereka yang bekerja akan tetapi pendapatannya tidak mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan pokok/dasar.

Kemiskinan merupakan kondisi ketika seseorang atau sekelompok orang

tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan

mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar tersebut antara lain:

terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air

bersih, pertanahan, sumberdaya alam lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan

atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan

sosial-politik (Bappenas, 2004).

Menurut World Bank (Bank Dunia) dalam World Bank Institute (2005),

kemiskinan adalah deprivasi dalam kesejahteraan. Berdasarkan defenisi tersebut

kemiskinan dapat dipandang dari beberapa sisi. Dari pandangan konvensional

kemiskinan dipandang dari sisi moneter, yaitu kemiskinan diukur dengan

membandingkan pendapatan /konsumsi individu dengan batasan beberapa

tertentu, jika mereka berada di bawah batasan tersebut, maka mereka dianggap

(39)

Pandangan mengenai kemiskinan berikutnya adalah bahwa kemiskinan

tidak hanya sebatas ukuran moneter, tetapi juga mencakup miskin nutrisi yang

diukur dengan memeriksa apakah pertumbuhan anak-anak terhambat. Selain itu,

juga bisa dari miskin pendidikan, misalnya dengan menggunakan indikator angka

buta huruf. Selanjutnya pandangan yang lebih luas mengenai kemiskinan adalah

kemiskinan ada jika masyarakat kekurangan kemampuan dasar, sehingga

pendapatan dan pendidikan yang dimiliki tidak memadai atau kesehatan yang

buruk, atau ketidakamanan, atau kepercayaan diri yang rendah, atau rasa

ketidakberdayaan, atau tidak adanya hak bebas berpendapat. Definisi kemiskinan

yang digunakan di berbagai negara bermacam-macam. Kemiskinan sering

dipandang sebagai ketidakmampuan untuk membayar biaya hidup minimal (Bank

Dunia, 1990) walaupun beberapa ahli berpendapat bahwa kemiskinan juga

merupakan kurangnya akses terhadap jasa-jasa seperti pendidikan, kesehatan,

informasi, serta kurangnya akses masyarakat terhadap partisipasi pembangunan

dan politik.

Selain itu, dimensi-dimensi kemiskinan saling berkaitan, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti bahwa kemajuan dan atau

kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau

kemunduran aspek lainnya. Dan aspek lainnya dari kemiskinan ini adalah bahwa

yang miskin itu adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif.

Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan

sumberdaya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta

meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Secara politik, kemiskinan dapat

dilihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan yang mempunyai pengertian tentang

sistem politik yang dapat menentukan kemampuan sekelompok orang dalam

menjangkau dan menggunakan sumber daya. Secara sosial psikologi, kemiskinan

dapat dilihat dari tingkat kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung

dalam mendapatkan kesempatan peningkatan produktivitas.

2.1.2 Penyebab Kemiskinan

Tujuan melakukan pembangunan adalah agar alokasi sumberdaya dapat dinikmati

(40)

12

ekonomi negara semakin lemah, maka kebijakan nasional umumnya diarahkan

untuk memecahkan permasalahan jangka pendek. Sehingga kebijakan pemerintah

belum berhasil memecahkan persoalan kelompok ekonomi di tingkat bawah.

Selain itu, kebijakan dalam negeri seringkali tidak terlepas dengan keadaan yang

ada di luar negeri yang secara tidak langsung mempengaruhi kebijakan antara lain

dari segi pendanaan pembangunan.

Dengan demikian, kemiskinan dapat diamati sebagai kondisi anggota

masyarakat yang tidak/belum ikut serta dalam proses perubahn karena tidak

mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam pemilikan faktor produksi

maupun kualitas faktor produksi yang memadai sehingga tidak mendapaatkan

manfaat dari hasil proses pembangunan. Ketidakikutsertaan dalam proses

pembangunan ini dapat disebabkan karena secara alamiah tidak/belum mampu

mendayagunakan faktor produksi, dan dapat pula terjadi secara tidak alamiah.

Pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah tidak sesuai dengan

kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk berpartisipasi berakibat

manfaat pembangunan tidak menjangkau masyarakat.

Oleh karena itu, kemiskinan di samping merupakan masalah yang muncul

dalam masyarakat bertalian dengan pemilikan faktor produksi, produktivitas dan

tingkat pengembangan masyarakat sendiri, juga bertalian dengan kebijakan

pembangunann nasional yang dilaksanakan. Dengan kata lain, masalah

kemiskinan bisa selain ditimbulkan oleh hal yang sifatnya alamiah/kultural juga

disebabkan oleh miskinnya strategi dan kebijakan pembangunan yang ada,

sehingga para pakaar berfikir tentang kemiskinan kebanyakan melihat sabagai

masalah kultural. Dan pada akhirnya timbul istilah kemiskinan kultural yakni

kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial

tersebut tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang tersedia

bagi masyarakat.

2.1.3 Teori Kemiskinan

Beberapa penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara

mikro kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pada kepemilikan

sumberdaya yang menyebabkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk

(41)

rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya

manusia. Kualitas sumberdaya manusia rendah berarti produktivitasnya rendah,

yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia

ini karena rendahnya pendidikan, nasib kurang beruntung, adanya diskriminasi

atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam

modal.

Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan

kemiskinan (Vicious circle of poverty). Adanya keterbelakangan, ketidak

sempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas.

Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka

terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan

investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan. Oleh karena itu,

setiap usaha untuk mengurangi kemiskinan seharusnya diarahkan untuk

memotong lingkaran dan perangkap kemiskinan ini. Berikut gambar lingkaran

setan kemiskinan (Vicious circle of poverty):

Gambar 2.1 Lingkaran setan kemiskinan (Vicious circle of poverty)

Ada dua lingkaran perangkap kemiskinan, yaitu dari segi penawaran

(supply) dimana tingkat pendapatan masyarakat yang rendah yang diakibatkan

oleh tingkat produktivitas yang rendah menyebabkan kemampuan masyarakat

untuk menabung rendah. Kemampuan untuk menabung rendah, menyebabkan

tingkat pembentukan modal yang rendah, tingkat pembentukan modal (investasi)

yang rendah menyebabkan kekurangan modal, dan dengan demikian tingkat Ketidaksempurnaan pasar,

keterbelakangan, ketertinggalan

Kekurangan modal

Produktivitas rendah Investasi rendah

(42)

14

negara-negara yang miskin perangsang untuk menanamkan modal adalah sangat

rendah, karena luas pasar untuk berbagai jenis barang adanya terbatas, hal ini

disebabkan oleh karena pendapatan masyarakat sangat rendah. Pendapatan

masyarakat sangat rendah karena tingkat produktivitas yang rendah, sebagai

wujud dari tingkatan pembentukan modal yang terbatas di masa lalu.

Pembentukan modal yang terbatas disebabkan kekurangan perangsang untuk

menanamkan modal dan seterusnya.

2.1.4 Ukuran Kemiskinan

Ukuran kemiskinan menurut Nurkse (dalam Lincolin Arshad, 1999), secara

sederhana dan yang umum digunakan dapat dibedakan menjadi dua pengertian:

1. Kemiskinan Absolut

Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada

di bawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar

hidupnya. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan

minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan,

pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup. Kesulitan utama

dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan komposisi dan tingkat

kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat

kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan faktor-faktor

ekonomi lainnya. Walaupun demikian, untuk dapat hidup layak, seseorang

membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan fisik dan

sosialnya.

Kebutuhan dasar dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu kebutuhan

dasar yang diperlukan sekali untuk mempertahankan hidupnya dan kebutuhan lain

yang lebih tinggi. United Nation Research Institute for Social Development

(UNRISD) menggolongkan kebutuhan dasar manusia atas tiga kelompok yaitu:

1. Kebutuhan fisik primer yang terdiri dari kebutuhan gizi, perumahan, dan

kesehatan.

2. Kebutuhan kultural yang terdiri dari pendidikan, waktu luang (leisure),

(43)

Kelebihan pendapatan untuk mencapai kebutuhan lain yang lebih tinggi.

Kebutuhan dasar tidak hanya meliputi kebutuhan keluarga, tetapi juga meliputi

kebutuhan fasilitas lingkungan kehidupan manusia, seperti yang dikemukakan

oleh Internasional Labor Organization (ILO, 1976) sebagai berikut:

Kebutuhan dasar meliputi 2 unsur: pertama, kebutuhan yang meliputi

tuntutan minimum tertentu dari suatu keluarga konsumsi pribadi seperti makanan

yang cukup, tempat tinggal, pakaian, juga peralatan dan perlengkapan rumah

tangga yang dilaksanakan. Kedua, kebutuhan meliputi pelayanan sosial yang

diberikan oleh dan untuk masyarakat seperti air minum yang bersih, pendidikan,

dan kultural.

2. Kemiskinan Relatif

Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan

keadaan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan

mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep

kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada. Oleh karena itu, Kincaid

(1975) mengatakan bahwa kemiskinan dapat dilihat dari aspek ketimpangan sosial

yang berarti semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan

atas dan golongan bawah, maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang

dapat dikategorikan selalu miskin.

Indonesia melalui BPS mengadopsi defenisi kemiskinan secara absolut

yaitu dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar

(basic needs approach) untuk mengukur tingkat kemiskinan. Dengan pendekatan

ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi

pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

2.1.5 Indikator Kemiskinan

Persepsi mengenai kemiskinan telah berkembang sejak lama dan sangat bervariasi

(44)

16

tertentu dan konsep normatif mengenai kesejahteraan. Namun pada umumnya saat

negara-negara menjadi lebih kaya, persepsi mengenai tingkat konsumsi minimum

yang bisa diterima, yang merupakan garis batas kemiskinan akan berubah. Garis

kemiskinan adalah suatu ukuran yang menyatakan besarnya pengeluaran untuk

memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan kebutuhan non makanan, atau

standar yang menyatakan batas seseorang dikatakan miskin bila dipandang dari

sudut konsumsi. Garis kemiskinan yang digunakan setiap negara berbeda-beda,

sehingga tidak ada satu garis kemiskinan yang berlaku umum. Hal ini disebabkan

karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan 2.2.1 Rata-Rata Lama Sekolah

Hampir tidak ada yang membantah bahwa pendidikan adalah pionir dalam

pembangunan masa depan suatu bangsa. Jika dunia pendidikan suatu bangsa

sudah jeblok, maka kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu. Sebab,

pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan

jati diri manusia suatu bangsa. Sehingga, setiap bangsa yang ingin maju maka

pembangunan dunia pendidikan selalu menjadi prioritas utama.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Rata-rata lama sekolah mengindikasikan makin tingginya pendidikan yang

dicapai oleh masyarakat di suatu daerah. Semakin tinggi rata-rata lama sekolah

berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani. Asumsi yang berlaku

secara umum bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin

tinggi pula kualitas seseorang, baik pola pikir maupun pola tindakannya.

Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, diukur dengan lamanya

waktu untuk sekolah akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibanding

(45)

rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk yang berusia 15 tahun ke

atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Batas

maksimum untuk rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun dan batas minimum

sebesar 0 tahun (standar UNDP). Batas maksimum 15 tahun mengindikasikan

tingkat pendidikan maksimum yang ditargetkan adalah setara Sekolah Menengah

Atas (SMA).

2.2.2 Jumlah Penduduk

Pada umumnya perkembangan penduduk di negara sedang berkembang sangat

tinggi dan besar jumlahnya. Masalah pertumbuhan penduduk bukanlah sekedar

masalah jumlah, masalah penduduk juga menyangkut kepentingan pembangunan

serta kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan. Dalam konteks

pembangunan, pandangan terhadap penduduk terpecah dua, ada yang

menganggapnya sebagai pendorong pembangunan, ada pula yang menganggap

sebagai penghambat pembangunan.

Perkembangan jumlah penduduk bisa menjadi faktor pendorong dan

penghambat pembangunan. Faktor pendorong karena, pertama, memungkinkan

semakin banyaknya tenaga kerja. Kedua, perluasan pasar, karena luas pasar

barang dan jasa ditentukan oleh dua faktor penting, yaitu pendapatan masyarakat

dan jumlah penduduk. Sedangkan penduduk disebut faktor penghambat

pembangunan karena akan menurunkan produktivitas, dan akan terdapat banyak

pengangguran. Negara sedang berkembang kebanyakan mengalami dengan laju

pertumbuhan penduduk yang tinggi, fakta menunjukkan tiga per empat penduduk

dunia tinggal di Negara-negara sedang berkembang. Masalah kependudukan yang

dihadapi yaitu tingginya tingkat kelahiran dan tinggi pula angka kematiannya,

akan tetapi masih besar angka kelahirannya. Kelahiran yang tinggi salah satunya

disebabkan oleh usia pernikahan yang masih dini, dan kurangnya pengetahuan

akan KB. Sementara itu angka kematian yang tinggi disebabkan oleh masih

rendahnya kualitas kesehatan yang dimiliki penduduk Negara sedang

(46)

18

Meskipun terdapat pertentangan mengenai konsekuensi positif dan negatif

yang ditimbulkan oleh laju pertumbuhan penduduk, namun selama beberapa

dekade mulai muncul gagasan baru berupa:

1. Pertumbuhan penduduk bukan merupakan penyebab utama rendahnya

taraf hidup masyarakat, kesenjangan pendapatan atau terbatasnya

kebebasan dalam membuat pilihan yang merupakan masalah pokok dalam

suatu negara.

2. Persoalan kependudukan tidak semata-mata menyangkut jumlah akan

tetapi juga meliputi kualitas hidup dan kesejahteraan materiil.

Namun, pertumbuhan penduduk yang cepat memang mendorong

timbulnya masalah keterbelakangan dan membuat prospek pembangunan menjadi

semakin jauh. Laju pertumbuhan penduduk yang terlampau cepat, meskipun

bukan merupakan penyebab utama dari keterbelakangan, harus disadari hal itu

merupakan salah satu faktor penting penyebab keterbelakangan di banyak negara.

Untuk menghitung pertumbuhan penduduk tiap tahunnya dapat dihitung

(47)

penduduk yang meninggal dunia (D) dan yang meninggalkan wilayah tersebut

(OM).

2.2.3 Pengangguran

Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang

dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan

dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu

tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang

diinginkannya.

Menurut Edwards, 1974 (dikutip dari Lincolin,1997), bentuk-bentuk

pengangguran adalah:

1. Pengangguran terbuka (open unemployment), adalah mereka yang mampu

dan seringkali sangat ingin bekerja tetapi tidak tersedia pekerjaan yang

cocok untuk mereka.

2. Setengah pengangguran (under unemployment), adalah mereka yang

secara nominal bekerja penuh namun produktivitasnya rendah sehingga

pengurangan dalam jam kerjanya tidak mempunyai arti atas produksi

secara keseluruhan.

3. Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara penuh: yaitu mereka yang

tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah

pengangguran, termasuk di sini adalah:

a. Pengangguran tak kentara (disguised unemployment), misalnya

seorang petani yang bekerja di ladang selama sehari penuh, padahal

pekerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan waktu selama sehari

penuh.

b. Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment), misalnya orang

yang bekerja tidak sesuia dengan tingkat atau jenis pendidikannya.

c. Pensiun lebih awal, fenomena ini merupakan kenyataan yang terus

berkembang di kalangan pegawai pemerintah.

4. Tenaga kerja yang lemah (impaired), adalah mereka yang mungkin

(48)

20

5. Tenaga kerja yang tidak produktif, adalah mereka yang mampu bekerja

secara produktif tetapi tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik.

Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan

lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada

di negara yang sedang berkembang menjadi semakin serius. Tingkat

pengangguran terbuka sekarang ini yang ada di negara yang sedang berkembang

seperti Indonesia rata-rata sekitar 10 persen dari seluruh angkatan kerja di

perkotaan. Masalah ini dipandang lebih serius lagi bagi masyarakat yang berusia

antara 15 - 24 tahun yang kebanyakan mempunyai pendidikan yang lumayan.

Ada hubungan yang erat sekali antara tingginya tingkat pengangguran,

luasnya kemiskinan, dan distribusi pendapatan yang tidak merata. Bagi sebagian

besar orang, yang tidak mempunyai pekerjaan yang tetap atau hanya bekerja

paruh waktu (part time) selalu berada diantara kelompok masyarakat yang sangat

miskin. Masyarakat yang bekerja dengan bayaran tetap di sektor pemerintah dan

swasta biasanya termasuk diantara kelompok masyarakat kelas menengah ke atas.

Namun demikan, adalah salah jika beranggapan bahwa setiap orang yang tidak

mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedang yang bekerja secara penuh adalah

orang kaya. Hal ini karena kadangkala ada pekerja di perkotaan yang tidak

bekerja

secara sukarela karena mencari pekerjaan yang lebih baik yang lebih sesuai

dengan tingkat pendidikan. Masyarakat menolak pekerjaan yang dirasa lebih

rendah dan bersikap demikian karena mempunyai sumber lain yang bisa

membantu masalah keuangan masyarakat (Lincolin Arsyad, 1997).

Di samping penjelasan tersebut, salah satu mekanisme pokok untuk

mengurangi kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara

sedang berkembang adalah memberikan upah yang memadai dan menyediakan

kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat miskin (Lincolin Arsyad, 1999).

Besarnya dampak krisis terhadap kemiskinan yang menyebabkan menjamurnya

insiden kebangkrutan sebagai akibat tekanan pada kesempatan kerja di sektor

informal perkotaan semakin besar. Hal tersebut menunjukkan ada hubungan yang

erat sekali antara tingginya tingkat pengangguran dengan luasnya kemiskinan.

(49)

ketimpangan relatif tetapi juga masalah kenaikan dalam kemiskinan dan tingkat

pengangguran. Besarnya dimensi kemiskinan tercermin dari jumlah penduduk

yang tingkat pendapatan atau konsumsinya berada di bawah tingkat minimum

yang telah ditetapkan. Masyarakat miskin pada umumnya menghadapi

permasalahan terbatasanya kesempatan kerja, terbatasnya peluang

mengembangkan usaha, melemahnya perlindungan terhadap aset usaha,

perbedaan upah, serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak

dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumah

tangga.

2.3. Pengaruh Variabel Indpenden Terhadap Variabel Dependen

2.3.1 Pengaruh Rata-Rata Lama Sekolah Terhadap Tingkat Kemiskinan

Pendidikan memainkan peran kunci dalam membentuk kemampuan sebuah

Negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan untuk

mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang

berkelanjutan. Seseorang yang berpendidikan tinggi dapat menghasilkan gagasan

baru tentang bagaimana pilihan terbaik untuk memproduksi barang dan jasa. Jika

gagasan ini dapat diterima oleh pendudukan luas, maka semua orang dapat

menggunakannya sehingga gagasan tersebut dapat dikatakan sebagai manfaat

eksternal dari pendidikan.

Jika dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, semakin tinggi pendidikan

seseorang maka akan meningkatkan produktivitas. Perusahaan akan memperoleh

hasil yang lebih banyak dengan mempekerjakan tenaga kerja dengan produktivitas

yang lebih tinggi, sehingga perusahaan akan bersedia memberikan upah/gaji yang

lebih tinggi kepada yang bersangkutan. Pada akhirnya seseorang yang memiliki

produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang

dapat diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupunn konsumsinya. Oleh

karena itu, investasi pendidikan akan berpengaruh positif terhadap pengentasan

kemiskinan.

2.3.2 Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Tingkat Kemiskinan

(50)

22

banyaknya tenaga kerja. Kedua, perluasan pasar, karena luas pasar barang dan

jasa ditentukan oleh dua faktor penting, yaitu pendapatan masyarakat dan jumlah

penduduk. Sedangkan penduduk disebut faktor penghambat pembangunan karena

akan menurunkan produktivitas, dan akan terdapat banyak pengangguran.

Dalam kaitannya dengan kemiskinan, jumlah penduduk yang besar justru

akan memperparah tingkat kemiskinan. Fakta menunjukkan, di kebanyakan

Negara dengan jumlah penduduk yang besar tingkat kemiskinannya juga lebih

besar jika dibandingkan dengan Negara dengan jumlah penduduk sedikit. Jika

pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan maka suatu saat nanti sumber daya

alam akan habis. Sehingga muncul wabah penyakit, kelaparan dan berbagai

macam penderitaan manusia..

Parahnya kemiskinan absolut serta rendahnya taraf hidup mendorong

terciptanya keluarga-keluarga besar, sedangkan keluarga besar menghambat

pertumbuhan ekonomi, maka pembangunan ekonomi dan sosial yang lebih merata

merupakan syarat untuk meredakan atau menghentikan laju pertumbuhan

penduduk pada tingkat fertilitas dan mortalitas yang rendah.

Semakin banyak jumlah penduduk maka akan meningkatkan jumlah

penduduk miskin. Hal tersebut membuktikan bahwa jumlah penduduk yang besar

akan meningkatkan jumlah penduduk miskin. Oleh karena itu perlu adanya

upaya-upaya untuk mengendalikan jumlah penduduk, seperti dengan melakukan

program Keluarga Berencana (KB).

2.3.3 Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan

Lincolind Arsyad (1999) menyatakan bahwa ada hubungan yang erat sekali antara

tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan. Bagi sebagian besar masyarakat,

yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau hanya part-time selalu berada diantara

kelompok masyarakat yang sangat miskin. Masyarakat yang bekerja dengan

bayaran tetap di sektor pemerintah dan swasta biasanya termasuk diantara

kelompok masyarakat kelas menengah keatas. Setiap orang yang tidak

mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedangkan yang bekerja secara penuh

adalah orang kaya. Karena kadangkala ada juga pekerja diperkotaan yang tidak

(51)

sesuai dengan tingkat pendidika. Masyarakat menolak pekerjaan-pekerjaan yang

dirasa lebih rendah dan bersikap demikian karena mempunyai sumber-sumber lain

yang bisa membantu masalah keuangan masyarakat. Orang-orang seperti ini bisa

disebut menganggur tetapi belum tentu miskin. Sama juga halnya adalah,

banyaknya induvidu yang mungkin bekerja secara penuh per hari, tetapi tetap

memperoleh pendapatan yang sedikit. Banyak pekerja yang mandiri disektor

informal yang bekerja secara penuh tetapi mereka sering masih tetap miskin.

Efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat

yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai

seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur

tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena

tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk,

kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk

bagi kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam

jangka panjang.

2.4 Kerangka Pemikiran

Untuk memudahkan kegiatan penelitian yang akan dilakukan serta untuk

memperjelas akar pemikiran dalam penelitian ini, berikut ini gambar kerangka

pemikiran yang skematis:

Gambar 2.2 Kerangka pemikiran

2.5 Hipotesa Penelitian

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang bersifat sementara tentang adanya suatu

hubungan tertentu antara variabel-variabel yang digunakan. Sifat sementara pada

hipotesis ini berarti bahwa hipotesis dapat diubah, diganti dengan hipotesis lain Pendidikan

Jumlah Penduduk

Pengangguran

(52)

24

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga pendidikan Rata-Rata Lama Sekolah berpengaruh negatif terhadap

Tingkat Kemiskinan.

2. Diduga Jumlah Penduduk berpengaruh positif terhadap Tingkat

Kemiskinan.

3. Diduga Tingkat Pengangguran berpengaruh positif terhadap Tingkat

(53)

1.1 Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja

perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan

yang layak bagi seluruh rakyat yang pada gilirannya akan mewujudkan

kesejahteraan penduduk Indonesia. Salah satu sasaran pembangunan nasional

adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah dalam

pembangunan yang bersifat multidimensial karena dalam menanggulanginya

masalah yang dihadapi bukan saja terbatas pada hal-hal yang menyangkut

hubungan sebab-akibat timbulnya kemiskinan tetapi melibatkan juga preferensi

nilai dan politik.

Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah

Indonesia, karena selama ini pemerintah belum memiliki strategi dan kebijakan

pengentasan kemiskinan yang tepat yakni program pemberdayaan masyarakat

miskin yang benar-benar berpihak kepada lapisan yang paling miskin. Kebijakan

pembangunan dan berbagai program penanggulangan kemiskinan yang

dikembangkan seringkali kurang memperhatikan karakteristik dan konteks lokal

masyarakat miskin.

Dalam menelah kebijakan pemerintah daerah dalam menanggulangi

kemiskinan, perlu terlebih dahulu diperhatikan faktor-faktor penyebab

kemiskinan. Kebijakan pemerintah daerah yang berorientasi pada program

pengentasan kemiskinan sudah seharusnya didasarkan pada faktor-faktor yang

mempengaruhi kondisi kemiskinan tersebut. Faktor-faktor penyebab kemiskinan

dapat berupa karakteristik makro, sektor, komunitas, rumah tangga, dan individu.

Hampir tidak ada yang membantah bahwa pendidikan adalah pionir dalam

pembangunan masa depan suatu bangsa. Pendidikan memainkan peran utama

dalam membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap

(54)

2

jeblok, maka kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu. Sebab,

pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan

jati diri manusia suatu bangsa. Banyak orang miskin yang mengalami kebodohan.

Karena itu, penting untuk dipahami bahwa kemiskinan bisa mengakibatkan

kebodohan, dan kebodohan jelas identik dengan kemiskinan. Oleh karena itu,

tingkat pendidikan dapat diukur salah satunya dengan rata-rata lama sekolah.

Semakin tinggi pendidikan yang diperoleh maka peluang untuk mendapatkan

pekerjaan akan semakin besar.

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kemiskinan adalah populasi

penduduk. Perkembangan jumlah penduduk bisa menjadi faktor pendorong dan

penghambat pembangunan. Faktor pendorong karena, pertama, memungkinkan

semakin banyaknya tenaga kerja. Kedua, perluasan pasar, karena luas pasar

barang dan jasa ditentukan oleh dua faktor penting, yaitu pendapatan masyarakat

dan jumlah penduduk. Sedangkan penduduk disebut faktor penghambat

pembangunan karena akan menurunkan produktivitas, dan akan terdapat banyak

pengangguran. Dalam kaitannya dengan kemiskinan, jumlah penduduk yang besar

justru akan memperparah tingkat kemiskinan. Fakta menunjukkan, di kebanyakan

Negara dengan jumlah penduduk yang besar tingkat kemiskinannya juga lebih

besar jika dibandingkan dengan Negara dengan jumlah penduduk sedikit. Secara

teori dapat diartikan jika pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan maka suatu

saat nanti sumber daya alam akan habis. Sehingga muncul wabah penyakit,

kelaparan dan berbagai macam penderitaan manusia.

Selain faktor-faktor di atas, ada pula indikator lain yang digunakan untuk

mengukur jumlah penduduk miskin yaitu seberapa besar jumlah pengangguran

yang ada. Pengangguran bisa disebabkan oleh bertambahnya angkatan kerja baru

yang terjadi tiap tahunnya, sementara itu penyerapan tenaga kerja tidak

bertambah. Selain itu adanya industri yang bangkrut sehingga harus merumahkan

tenaga kerjanya. Hal ini berarti, semakin tinggi jumlah pengangguran maka akan

meningkatkan jumlah penduduk miskin.

Permasalahan strategis di pemerintahan Provinsi Sumatera Utara tidak

jauh berbeda dengan di pemerintahan pusat (problem nasional), yakni masih

(55)

Sumatera Utara merupakan peringkat keempat jumlah penduduk miskin terbanyak

di Indonesia. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan

pada bulan September 2014 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di

Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.360.600 orang atau sebesar 9,85 persen

terhadap jumlah total penduduk. Kondisi ini lebih buruk jika dibandingkan

dengan kondisi Maret 2014 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.286.700

orang atau sebesar 9,38 persen. Dengan demikian, ada peningkatan jumlah

penduduk miskin sebanyak 73.900 orang serta peningkatan persentase penduduk

miskin sebesar 0,47 poin. Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara kembali

mengalami peningkatan di mana pada bulan Maret 2015 bertambah sebanyak

103.070 orang dan mencapai 1.463.670 orang atau sebesar 10,53 persen terhadap

jumlah total penduduk.

Dari uraian di atas serta pemikiran di atas, maka penulis merasa terdorong

untuk mendalami dan meneliti tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Di Sumatera Utara Berdasarkan Data Tahun 2013”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Penelitian ini akan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kemiskinan di Sumatera Utara berdasarkan data tahun 2013. Penulis akan

mengemukakan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Rata-rata Lama Sekolah terhadap Tingkat Kemiskinan

di Sumatera Utara?

2. Bagaimana pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Tingkat Kemiskinan di

Sumatera Utara?

3. Bagaimana pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan

di Sumatera Utara?

4. Bagaimana pengaruh Rata-rata Lama Sekolah, Jumlah Penduduk dan

Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan di Sumatera Utara?

1.3 BATASAN MASALAH

(56)

4

agar penelitian tidak menyimpang dari tujuan yang diinginkan maka penulis

membatasi ruang lingkup berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kemiskinan yaitu pendidikan berupa rata-rata lama sekolah, jumlah penduduk dan

tingkat pengangguran serta populasi yang diambil dibatasi pada Provinsi

Sumatera Utara pada Tahun 2013. Dan untuk menganalisa data penulis

menggunakan metode regresi linier berganda.

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

a. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh rata-rata lama sekolah,

jumlah penduduk dan tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di

Sumatera Utara.

b. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian adalah:

1. Sebagai bahan masukan atau bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam

mengambil keputusan atau menetapkan kebijakan tentang pengentasan

kemiskinan di Sumatera Utara.

2. Semakin banyaknya penelitian akan semakin terbuka informasi dan

cara-cara yang efektif dalam menanggulangi masalah kemiskinan di Sumatera

Utara.

3. Dapat dijadikan kerangka penilaian ke arah pembangunan dalam

memecahkan masalah kemiskinan di Sumatera Utara.

1.5 METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yaitu suatu cara yang terdiri dari langkah-langkah atau urutan

kegiatan yang berfungsi sebagai pedoman umum yang digunakan untuk

melaksanaka penelitian sehingga apa yang menjadi tujuan dari penelitian itu

dapat terwujud. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah dengan cara

sebagai berikut:

(57)

Penelitian kepustakaan yaitu metode pengumpulan data untuk memperoleh

data dan informasi dari perpustakaan, yaitu dengan membaca buku-buku,

referensi dan bahan-bahan yang bersifat teoritis yeng mendukung penulisan

tugas akhir.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk keperluan riset ini, telah dilakukan oleh penulis

dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kantor Badan Pusat

Statistik Provinsi Sumatera Utara. Data yang dikumpulkan tersebut

kemudian disusun dan disajikan dalam bentuk angka-angka dengan tujuan

untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang sekumpulan data tersebut.

3. Metode Pengolahan Data

Data dianalisa menggunakan metode regresi linier berganda untuk melihat

persamaan regresi liniernya dan untuk mengetahui hubungan setiap variabel

digunakan analisis korelasi.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah:

a. Mengelompokkan data menjadi variabel bebas dan variabel terikat

.

b. Menentukan hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat sehingga didapat regresi atas .

c. Uji regresi linier berganda untuk mengetahui besarnya pengaruh

variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat .

d. Uji korelasi untuk megetahui seberapa besar pengaruh hubungan

variabel-variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat.

1.6 TINJAUAN PUSTAKA

Perubahan nilai variabel dapat disebabkan oleh berubahnya variabel lain yang

berhubungan dengan variabel tersebut. Untuk mengetahui pola perubahan nilai

suatu variabel yang disebabkan oleh variabel lain diperlukan alat analisis yang

memungkinkan untuk membuat perkiraan nilai variabel tersebut pada nilai

tertentu variabel yang mempengaruhinya (Algifari, 2000).

Dalam ilmu statistika, teknik yang umum digunakan untuk menganalisis

(58)

6

pada mulanya bertujuan untuk membuat perkiraan mengenai nilai satu variabel

terhadap satu variabel yang lain. Analisis regresi merupakan teknik untuk

membangun persamaan. Dalam suatu persamaan regresi terdapat dua macam

variabel yaitu variabel dependen (dependent variable) dan variabel independen

(independent variable). Variabel dependen adalah variabel yang nilainya tidak

bebas atau bergantung pada variabel lainnya sedangkan variabel independen

adalah variabel yang nilainya bebas atau tidak tergantung pada variabel lainnya.

Sehingga, persamaan ini dapat menggambarkan hubungan antara dua variabel

atau lebih variabel dan menaksir nilai variabel dependen berdasar pada nilai

tertentu variabel independennya.

Banyak data pengamatan yang terjadi sebagai akibat lebih dari dua

variabel. Secara umum, data hasil pengamatan bisa terjadi karena akibat

variabel-variabel bebas . Akan ditentukan hubungan antara dan sehingga didapat regresi atas . Yang akan ditinjau hanyalah garis regresi sederhana yaitu yang dikenal dengan nama regresi linier

ganda (Sudjana, 1992;347).

Maka persamaan regresi linier berganda adalah:

(59)

di mana:

̂ = Jumlah Penduduk Miskin ( Ribu Jiwa) = Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun)

= Jumlah Penduduk ( Ribu Jiwa)

= Tingkat pengangguran (%)

Persamaan regresi berganda mengandung makna bahwa dalam suatu

persamaan regresi terdapat satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel

independen. Semakin banyak variabel independen yang terlibat dalam suatu

persamaan regresi semakin rumit menentukan nilai statistik yang diperlukan

sehingga diperoleh persamaan regresi estimasi.

Persamaan regresi berganda tiga variabel independen masih mungkin

dibangun secara manual. Dari suatu data observasi yang akan dibangun

persamaan regresi ̂ dapat dibuat dengan

menentukan besarnya dan yang terdapat pada persamaan tersebut.

Besarnya dan dapat ditentukan dengan menggunakan empat

persamaan berikut ini:

∑ ∑ ∑ ∑ ...(1)

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ...(2)

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ...(3)

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ...(4)

Analisis korelasi adalah alat statistik yang dapat digunakan untuk

menegtahui derajat hubungan linier antara satu variabel dengan variabel lainnya.

Umumnya analisis korelasi digunakan, dalam hubungannya dengan analisis

regresi, untuk mengukur ketepatan garis regresi dalam menjelaskan variasi nilai

variabel dependen.

Ukuran statistik yang dapat menggambarkan hubungan antara suatu

variabel dengan variabel lain adalah koefisien determinasi dan koefisien korelasi.

(60)

8

a. Koefisien Determinasi

Koefisein determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat digunakan untuk

mengetahui apakah ada hubungan antara pengaruh dua variabel. Nilai koefisien

determinasi menunjukkan persentase variasi nilai variabel dependen yang dapat

dijelaskan oleh persamaan regresi yang dihasilkan. Besarnya koefisien

determinasi (r2) dapat dicari menggunakan formulasi sebagai berikut:

∑ ∑

Koefisien korelasi merupakan ukuran kedua yang dapat digunakan untuk

mengetahui bagaimana keeratan hubungan anatara suatu variabel dengan variabel

lain. Jika koefisien korelasi berhubungan dengan sampel yang digunakan maka

koefisien korelasi besarnya adalah akar koefisien determinasi. Maka formula

(61)

= Variabel terikat

Nilai r selalu terletak antara -1 dan 1, sehingga nilai r tersebut dapat ditulis

. Untuk = +1, berarti ada korelasi positif sempurna antara dan , sebaliknya jika r = -1, berarti korelasi negatif sempurna antara dan , sedangkan

= 0, berarti tidak ada korelasi antara dan .

Jika kenaikan di dalam suatu variabel diikuti dengan kenaikan di dalam

variabel lain, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai

korelasi yang positif. Tetapi jika kenaikan di dalam suatu variabel diikuti oleh

penurunan di dalam variabel lain, maka dapat dikatakan bahwa variabel tersebut

mempunyai korelasi yang negatif. Dan jika tidak ada perubahan pada variabel

walaupun variabel lainnya berubah maka dikatakan bahwa kedua variabel tersebut

tidak mempunyai hubungan. Interpretasi harga r akan disajikan dalam tabel

berikut:

Tabel 1.1 Interpretasi koefisien korelasi Besarnya Nilai Interpretasi

0,80<�≤1,00 Sangat Tinggi

0,60<�≤0,80 Tinggi

0,40<�≤0,60 Sedang

0,20<�≤0,40 Rendah

Gambar

Tabel 3.1 Data jumlah penduduk miskin, rata-rata lama sekolah, jumlah
Tabel 3.2 Masukan data
Tabel 3.4 Perkalian antara variabel Xi ����
Tabel 3.5 Perkalian antara variabel Y dengan variabel Xi ���
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

lingkungan istana Kesultanan Banten semenjak awal didirikannya kesultanan itu. Pendiri kerajaan Banten Maulana Hasanuddin, telah dibai’at untuk menganut dan mempraktekkan

Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2014.Effect of Cutting Stem Types

Iqbal Basri, Sitti Rafiah, Nikmatiah Latief, Harpiah Djayalangkara, John Irwan Lisal, Saharuddin, Asty Amalia.. Jumat, 28 Oktober

Pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga membutuhkan penyiraman yang lebih.penggunaan tunggal tanpa campuran dengan media lain membuatnya sangat kasar sehingga

Kebijakan adalah suatu peristiwa yang ditimbulkan, baik untuk mendamaikan dari pihak-pihak yang konflik atau untuk menciptakan insentif terhadap tindakan bersama

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh