commit to user
IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
(CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) DI PT SINAR MAS AGRO
RESOURCES AND TECHNOLOGY ( PT SMART Tbk.)
Oleh
Eksa Rusdiyana
H0404008
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBALAS MARET
SURAKARTA
commit to user
i
IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
(CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) DI PT SINAR MAS AGRO
RESOURCES AND TECHNOLOGY ( PT SMART Tbk.)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Oleh :
EKSA RUSDIYANA
H0404008
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
HALAMAN PENGESAHAN
IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
(CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) DI PT SINAR MAS AGRO
RESOURCES AND TECHNOLOGY ( PT SMART Tbk.)
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Eksa Rusdiyana
H0404008
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal: 5 Oktober 2010
Susunan Tim Penguji
Ketua Anggota I Anggota II
Surakarta, Oktober 2010
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. NIP. 195512171982031003 Dr. Ir. Kusnandar, MSi
NIP.196707031992031004
Agung Wibowo, SP, MSi NIP.197602262005011003
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas segala nikmat dan
karuniaNya sehingga skripsi dengan judul Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Di PT Sinar Mas Agro
Resources And Technology ( PT SMART Tbk.) bisa tersusun dengan baik.
Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar
kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan semua pihak, oleh
karenanya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta
2. Dr. Ir. Kusnandar, MSi selaku pembimbing utama dan pembimbing akademis
yang telah banyak membantu dan memberikan arahan serta motivasi.
3. Bapak Agung Wibowo, SP. MSi selaku pembimbing pendamping yang telah
banyak memberikan masukan
4. Ir. Sugihardjo, MS selaku dosen tamu atas segala masukan yang diberikan
5. Bapak Ibu Dosen dan karyawan Fakultas Pertanian UNS atas ilmu yang
diberikan
6. Keluarga besar PT SMART Tbk Jakarta dan Lampung
7. Bapak dan Ibu serta adik-adik atas semangat dan pengorbanan yang diberikan,
semoga Allah mempertemukan kita kembali di jannahNya
8. Keluarga besar mahasiswa Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
9. Keluarga besar Forum Ukhuwah dan Studi Islam (FUSI) FP UNS, Biro AAI,
Forbes LDK UNS, Puskomda SOLORAYA, MITI Mahasiswa, KSI FP UNS,
Mahasiswa berprestasi, Kos Teladan Pondok Ikhwan, LAZIS Jateng Soloraya
commit to user
iv
10. Keluarga besar aktifis dakwah kampus serta rekan-rekan dalam lingkar
perjuangan yang luar biasa jazakumullah atas semangat dan perjuangannya
selama ini
11. Adik-adik UKMI UNISRI, adik-adik peternakan, agronomi 2006 yang selama
ini membersamai dalam lingkaran kebaikan
12. Semua tim yang membersamai dalam perjuangan mencapai prestasi di
PIMNAS XX dan XXI, LKTP Jateng, LKTM UNPAD dan UGM, Mawapres,
Gelar TTG, PKM DIKTI, DIPA, serta DIKNAS Jateng.
13. Special untuk sahabat Umar Hafidz (THP 2004): jazakallah akhi atas
perjuangan kita selama ini untuk terus mengukir prestasi, atas dukungan
fasilitas, kebersamaan serta semua hal yang tidak bisa terungkapkan
14. Special untuk sahabat Abdulrohman (AGB 2005): jazakallah sudah menjadi
saudara seperjuangan yang luar biasa. Jazakallah sudah menemani ke Jakarta ,
membantu proses seminar, ujian dsb.
15. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
sehingga masukan serta saran yang sangat membangun senantiasa penulis
nantikan untuk perbaikan. Semoga hasil penelitian ini bisa memberikan manfaat
dan inspirasi bagi pembaca maupun calon peneliti berikutnya.
Wassalamualaikum wr.wb
Surakarta, Oktober 2010
commit to user
v DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAK ... xi
SUMMARY ... xii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Good Corporate Governance ... 6
2. Etika Bisnis Perusahaan ... 8
3. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) ... 10
4.Modal Sosial (Social Capital) dan Pemberdayaan Masyarakat (Community Development) ... 26
B. Kerangka Berfikir ... 35
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 39
B. Obyek Penelitian ... 40
C. Metode Penentuan Informan ... 41
D. Sumber Data ... ... 43
commit to user
vi
2. Peristiwa dan Tempat ... ... 43
3. Sumber Data Tertulis ... ... 43
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara ... ... 44
2. Observasi ... ... 44
3. Pencatatan ... ... 45
4. Kajian Dokumen dan Arsip ... ... 46
F. Validitas Data ... 46
G. Teknis Analisis Data 1. Reduksi Data ... 49
2. Penyajian Data ... ... 49
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi ... ... 50
IV. GAMBARAN UMUM PT SMART Tbk. A. Profil PT SMART Tbk ... 51
B. Standar Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT SMART Tbk ... 53
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Budaya Perusahaan dan Implementasi CSR PT SMART Tbk. ... 56
B. Konteks Program CSR PT SMART ... 64
1 Letak Topografi Perkebunan.. ... 64
2 Kondisi Masyarakat Sasaran CSR PT SMART Tbk. ... 65
C . Dukungan Input Perusahaan Menerapkan CSR 1. Sumber Daya Pelaksana Program CSR ... 69
2. Dana Program CSR ... 82
D. Proses Pelaksanaan CSR PT SMART Tbk 1. Pemberian Donasi /Bantuan yang Bersifat Hibah... 85
2. Penguatan Potensi / Daya Masyarakat dengan Partisipasi Masyarakat 86 3. Pelaksanaan Program CSR……… 87
4. Monitoring dan Evaluasi... 112
commit to user
vii
E.Dampak Pelaksanaan CSR PT SMART Tbk.
1. Bagi Kelompok Sasaran ... 115
2. Bagi Perusahaan ... 116
VI. PENUTUP A. Kesimpulan ... 118
B. Saran ... 118
DAFTAR PUSTAKA ... 119
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Interes dan Kepentingan Masing-Masing Stakeholders ... 21
2. Golongan Karyawan dan Subsidi dari Perusahaan ... 76
3. Karakteristik Program CSR PT SMART... . 99
4. Stakeholder Sasaran Program CSR PT SMART...101
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Hubungan Pekerjaan Sosial Industri (PSI), CSR, dan
Pemberdayaan Masyarakat ... 11
2 Piramida Tanggung Jawab Sosial Perusahaan... 14
3 Stakeholder Map... 20
4 Skema Kerangka Berpikir... 38
5 Triangulasi Data... 48
6. Analisis Data Model Interaktif... 49
7. Struktur Organisasi CSR PT SMART Tbk... 81
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Pedoman Wawancara ... 122
2. Pedoman Observasi ... 127
3. Catatan Lapang ... 129
4. Hasil wawancara di lapang ... 137
5. Rincian Triangulasi ... 171
commit to user
xi RINGKASAN
EKSA RUSDIYANA, H 0404008. “IMPLEMENTASI TANGGUNG
JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY) DI PT SINAR MAS AGRO RESOURCES AND
TECHNOLOGY ( PT SMART Tbk.)”. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Kusnandar, MSi dan Agung Wibowo, SP, MSi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010.
Banyak perusahaan bisnis yang dalam upaya mencari keuntungan menggusur populasi lokal, mengakibatkan polusi, serta menyalahgunakan hak asasi pekerja. Hal ini memunculkan suatu tekanan agar bisnis atau perusahaan bertanggung jawab kepada lingkungan sosialnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi tanggung jawab sosial perusahaan di PT SMART Tbk dilihat dari pengaruh budaya perusahaan, komponen konteks (context), input (masukan), proses (process) dan produk atau dampak (output). Metode dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja dengan pengambilan informan dilakukan secara snowball sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pencatatan serta kajian dari dokumen dan arsip. Validitas data diketahui dengan menggunakan triangulasi metode, serta teknis analisis data yang digunakan menggunakan model analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan manajemen PT SMART Tbk telah menunjukkan komitmennya dalam melaksanakan CSR, hal ini bisa dilihat dari budaya perusahaan serta filosofi pemilik perusahaan yang dituangkan dalam visi misi perusahaan. Konteks penentuan program dan sasaran didasarkan pada letak topografi perusahaan perkebunan. Dukungan input perusahaan dalam mengimplementasikan program CSR antara lain sumber daya pelaksanan CSR serta unit pelaksana CSR. Proses implementasi program CSR dilakukan dengan pemetaan sosial masyarakat serta penggalian prioritas kebutuhan masyarakat. Program CSR yang dilaksanakan terbagi menjadi aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Dampak implementasi CSR PT SMART antara lain terwujudnya penguatan kapasitas individu, kelompok maupun organisasi serta terbentuknya masyarakat yang menjadi perangkat lindung sosial bagi keberlangsungan usaha perusahaan.
commit to user
xii SUMMARY
EKSA RUSDIYANA, H0404008. IMPLEMENTATION OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY IN THE SINAR MAS AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY (PT SMART Tbk.). Under the guidance of Dr. Ir. Kusnandar, MSi and Agung Wibowo, SP, MSi. Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University of Surakarta. 2010
Many business firms in an effort to seek profits displacing local populations, resulting in pollution and abusing the rights of workers. This raises the pressure for a business or company is responsible to the social environment. This study aims to determine the implementation of corporate social responsibility in PT SMART Tbk seen from the influence of corporate culture, the component context (context), input (input), process (process) and the product or impact (output). The basic method used in this study is a qualitative method with case study approach. Site selection was done deliberately to capture the informant conducted in snowball sampling. Methods of data collection was done by interview, observation, recording and review of documents and archives. The validity of the data is known by using the triangulation method, as well as technical analysis of the data used to use an interactive model. The results showed the management of PT SMART Tbk has demonstrated its commitment in implementing the CSR, it can be seen from the corporate culture and philosophy of the company owners as outlined in the company's mission vision. Context and objective determination of the program is based on topographical location of the plantation company. Input support companies in implementing CSR programs among other resources implementation of CSR and CSR implementation unit. The process of implementation of CSR programs conducted by community social mapping and excavation of priority community needs. CSR programs are implemented is divided into environmental, social, and economic. Impact of implementation of CSR PT SMART, among others, the realization of strengthening the capacity of individuals, groups and organizations and formed the community that became the social protection for the continuity of business enterprise.
commit to user I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah senantiasa berupaya untuk meningkatkan pembangunan
sektor ekonomi untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. Melalui pertumbuhan ekonomi diharapkan mampu mengatasi permasalahan
ketenagakerjaan. Sebagaimana diketahui bahwa pengangguran terbuka di
Indonesia sudah berada di atas tiga puluh juta orang dan dikhawatirkan dapat
berdampak pada masalah-masalah sosial lainnya seperti meningkatnya
kriminalitas serta kerusuhan sosial. Melalui pertumbuhan ekonomi satu persen
saja diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sekitar seratus ribu orang
(Soeling, 2007). Daya serap tenaga kerja ini bisa meningkat jika sektor riil
yang banyak menggunakan tenaga kerja seperti pertanian, perkebunan, pabrik,
dan industri dapat ditingkatkan kembali.
Secara historis, banyak perusahaan bisnis yang dalam upaya mencari
keuntungan justru mengakibatkan polusi, menggusur komunitas lokal, serta
menyalahgunakan hak asasi pekerja. Lingkungan diperlakukan sebagai bahan
baku yang digunakan dalam proses produksi sekaligus sebagai tempat yang
tidak terbatas untuk membuang limbah industri. Tantangan kedepan adalah
bagaimana menciptakan suatu modernisasi yang berbeda, yang ditandai
dengan kehidupan bisnis yang tetap melestarikan lingkungan alam.
Sebagai suatu bentuk institusi ekonomi, perusahaan melakukan proses
transformasi dengan mengolah faktor-faktor produksi (bahan baku, modal,
teknologi) menjadi produk atau jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat dan
profit yang diperoleh dari hasil transaksi dipergunakan kembali untuk menjalankan usaha bisnisnya. Semakin besar profit maka akan semakin besar
pula peluang bisnis untuk tumbuh dan mengakumulasi kapital untuk ekspansi
usahanya. Namun, perlu diperhatikan bahwa bisnis juga merupakan institusi
sosial dimana ada puluhan, ratusan bahkan ribuan orang yang mengabdi
dengan menawarkan pengetahuan dan ketrampilannya dengan imbalan uang
maupun bukan uang.
commit to user
Dapat dikatakan ada keterkaitan antara perusahaan dengan sistem sosial
suatu masyarakat dan dengan unit-unit sosial dalam perusahaan. Dengan
persaingan yang cenderung bebas dan hanya berorientasi pasar maka
persaingan dalam rangka peningkatan bisnis dengan motif maksimalisasi
profit cenderung mengabaikan dampak sosial yang ditimbulkannya. Masyarakat pada akhirnya semakin menyadari bahwa persoalan-persoalan
seperti polusi, banjir, bencana alam dan kerusakan lainnya diakibatkan oleh
kegiatan bisnis. Disinilah muncul suatu tekanan agar bisnis atau perusahaan
mau bertanggung jawab sosial kepada stakeholdernya.
Perusahaan perkebunan Sinar Mas yang berada di bawah manajemen PT
SMART Tbk. merupakan perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar dan
terintegrasi di Indonesia. Perusahaan yang memiliki banyak karyawan serta
senantiasa bersinggungan dengan lingkungan ini menarik untuk diteliti tentang
bagaimana pelaksanaan tanggung jawab sosialnya.
B. Perumusan Masalah
Pertumbuhan ekonomi dan bisnis berdampak positif bagi masyarakat
seperti terpenuhinya kebutuhan, berkurangnya pengangguran, serta
peningkatan kualitas hidup. Idealnya semua perusahaan terlepas dari apapun
bentuk hukumnya, ukuran, serta jenis usahanya perlu mempraktekkan
komitmen tanggung jawab sosialnya. Namun, persoalan mendasar yang sering
dikemukakan oleh perusahaan adalah dana yang besar untuk mewujudkan
tanggung jawab sosialnya tersebut. Secara teoritis, perusahaan harus
memenuhi tanggung jawab ekonomi yaitu mencapai profit, tanggung jawab
hukum yaitu memenuhi segala rambu-rambu yang mengatur eksistensi bisnis
seperti Undang-Undang Ketenagakerjaan dan tidak kalah penting adalah tanggung jawab sosial.
Perusahaan yang bijak adalah perusahaan yang memiliki nilai-nilai kuat
untuk memberikan bantuan tanpa pamrih kepada siapapun baik individual,
organisasi dan masyarakat yang membutuhkan uluran tangannya tanpa adanya
pembedaan. Perusahaan harus menyadari bahwa selama ini telah
commit to user
keuntungan yang diperoleh tersebut sudah seharusnya dibagikan kembali.
Untuk itulah, diperlukan suatu kesadaran dari perusahaan untuk
mengaplikasikan tanggung jawab sosialnya sebagai salah satu bentuk etika
bisnis yang baik. Pada dasarnya implementasi program CSR merupakan salah
satu ciri perusahaan yang mengaplikasikan tatakelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG). GCG dapat berjalan apabila
individu-individu dalam perusahaan secara internal memiliki sistem nilai
(value system) yang mendorong mereka untuk menerima, mendukung dan
melaksanakan GCG. Nilai-nilai inilah yang disebut sebagai budaya
perusahaan. Supaya tanggung jawab sosial dan moral benar-benar terlaksana,
diperlukan kondisi internal tertentu dalam perusahaan yang memungkinkan
terwujudnya tanggung jawab sosial tersebut.
Banyaknya perusahaan yang telah memulai melaksanakan tanggung
jawab sosialnya patut diberikan suatu apresiasi atas kesadarannya tersebut.
Namun demikian, perusahaan tidak boleh asal-asalan dalam melaksanakan hal
tersebut apalagi hanya untuk alasan menggugurkan kewajiban. Oleh karena itu
penting untuk mengetahui dan menilai pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar imbas balik yang diterima oleh
masyarakat sasaran sama baiknya dengan yang diterima perusahaan.
Evaluasi program sangat bermanfaat terutama bagi pengambil
keputusan karena dengan masukan hasil evaluasi program itulah para
pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang
sedang atau telah dilaksanakan (Arikunto dan Cepi, 2004). Salah satu model
evaluasi yang bisa diaplikasikan dalam program ini adalah evaluasi dengan
model CIPP (Contect, Input, Process, Product). Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para
evaluator, oleh karena itu uraian yang diberikan relatif panjang dibandingkan
dengan model-model lainnya. Model CIPP ini dikembangkan oleh
Stufflebeam dan kawan-kawan pada tahun 1976 di Ohio State University.
CIPP yang merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata,
commit to user
(evaluasi terhadap masukan), process evaluation (evaluasi terhadap proses),
dan product evaluation (evaluasi terhadap hasil). Keempat kata yang
disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi yang
tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan
kata lain, CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang di evaluasi sebagai sebuah sistem (Arikunto dan Cepi, 2004).
Evaluasi dengan model CIPP mampu mendeskripsikan semua unsur
yang berperan dalam kegiatan program dengan kekuatan dan kelemahannya,
proses kegiatan program, kesenjangan dan keterpaduan antar unsurnya,
sehingga mampu menghasilkan saran yang bermanfaat bagi perbaikan dan
pengembangan program (Yayasan Indonesia Sejahtera (YIS), 1999).
Kerangka evaluasi CIPP inilah yang digunakan untuk melihat implementasi
program CSR PT SMART dilihat dari komponen contect, input, process dan
product.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah budaya perusahaan PT SMART mempengaruhi
implementasi tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang
dilaksanakannnya?
2. Bagaimana program CSR PT SMART Tbk. dilihat dari komponen context
(kontek)?
3. Bagaimana program CSR PT SMART Tbk. dilihat dari komponen input
(masukan)?
4. Bagaimana program CSR PT SMART Tbk. dilihat dari komponen process
(proses)?
5. Bagaimana program CSR PT SMART Tbk. dilihat dari komponen product
(dampak)?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengkaji pengaruh budaya perusahaan PT SMART terhadap implementasi
commit to user
2. Mengkaji program CSR PT SMART Tbk. ditinjau dari komponen context
(konteks).
3. Mengkaji program CSR PT SMART Tbk. dari komponen input (masukan).
4. Mengkaji program CSR PT SMART Tbk. dari komponen process (proses).
5. Mengkaji program CSR PT SMART Tbk. dari komponen product (hasil).
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai
berikut:
a. Diharapkan dapat memperluas wawasan dan khasanah pengetahuan
tentang CSR ( Corporate Sosial Responsibility) baik bagi peneliti maupun
PT SMART Tbk.
b. Melalui penelitian ini diharapkan PT SMART Tbk. dapat melakukan
review tentang kegiatan Corporate Sosial Responsibility yang telah
dilaksanakan, dan dapat dijadikan acuan bagi pengembangan kegiatan
tersebut pada waktu yang akan datang
c. Bagi masyarakat sasaran pelaksanaan program diharapkan bisa menjadi
salah satu evaluasi peran serta keterlibatannya dalam program CSR yang
telah dijalankan PT SMART.
d. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu
commit to user II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1.Good Corporate Governance
Good Corporate Governance (GCG) umumnya dipahami sebagai
suatu sistem, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit hubungan
antara pemegang saham dan dewan komisaris serta dewan direksi demi
tercapainya tujuan perusahaan. Dalam arti luas, GCG digunakan untuk
mengatur hubungan seluruh kepentingan stakeholders secara proporsional
dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi
perusahaan sekaligus memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi
dapat diperbaiki dengan segera.
Terdapat lima prinsip GCG yang bisa dijadikan pedoman dari para
pelaku bisnis : 1. Transparency (Keterbukaan Informasi) dimana perusahaan
dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat, tepat waktu
kepada segenap stakeholdersnya. 2. Accountability (Akuntabilitas) yang
menyangkut adanya kejelasan fungsi, struktur, sistem dan
pertanggungjawaban elemen perusahaan sehingga penerapan yang efektif
akan semakin memperjelas fungsi, hak dan kewajiban antara pemegang
saham, dewan komisaris, dan dewan redaksi. 3.Responsibility
(Pertanggungjawaban). Bentuk pertanggungjawaban perusahaan adalah
kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya pajak, hubungan
industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, serta penciptaan lingkungan
yang kondusif. 4. Independency (Kemandirian): Prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara professional tanpa adanya benturan
kepentingan, tekanan maupun intervensi pihak manapun yang tidak sesuai
dengan perilaku. 5. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran) Prinsip ini
menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak stakeholder
sesuai peraturan perundangan yang berlaku (Wibisono, 2007).
commit to user
Corporate Social Responsibility dalam prinsip Good Corporate
Governance (GCG) ibarat dua sisi mata uang. Keduanya sama penting dan
tidak terpisahkan. Salah satu dari empat prinsip GCG adalah prinsip
responsibility (pertanggungjawaban). Tiga prinsip GCG yang lainnya adalah
fairness, transparency, dan accountability. Ada perbedaan yang cukup
mendasar antar prinsip responsibility dengan tiga prinsip GCG lainnya.
Tiga prinsip GCG pertama lebih memberikan penekanan terhadap
kepentingan pemegang saham perusahaan (shareholders) sehingga ketiga
prinsip tersebut lebih mencerminkan shareholders-driven concept.
Contohnya, perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas
(fairness), penyajian laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu
(transparency), dan fungsi dan kewenangan RUPS, komisaris, dan direksi
(accountability). Dalam prinsip responsibility, penekanan yang signifikan
diberikan pada kepentingan stakeholders perusahaan. Disini perusahaan
diharuskan memperhatikan kepentingan stakeholders perusahaan,
menciptakan nilai tambah (value added) dari produk dan jasa bagi
stakeholders perusahaan, dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang
diciptakannya (Supomo, 2005).
Memang CSR tidak memberikan dampak finansial secara seketika,
tetapi harus diyakini bahwa CSR mampu meningkatkan performa bisnis
dalam jangka panjang. Dan, jika masih banyak kalangan yang memandang
konsep CSR sebagai program yang tidak menguntungkan (profitable), maka
tak urung CSR akan menjadi beban dan tuntutan semata. Sebaliknya, jika
CSR di pandang sebagai investasi sosial, maka perusahaan telah
mendeklarasikan dirinya telah memiliki good corporate governance (GCG). Suatu perusahaan yang telah mengaplikasikan program CSRnya dengan baik
maka sesungguhnya perusahaan tersebut telah memiliki good corporate
governance (GCG). GCG merupakan suatu sistem, dan seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang
berkepentingan. Terutama dalam arti sempit, yakni hubungan antara
commit to user
tujuan korporasi (perusahaan). Dalam arti luas, yaitu mengatur hubungan
seluruh kepentingan stakeholders agar dapat diakomodir secara
proporsional. GCG juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa
kesalahan-kesalahan dalam strategi korporasi yang terjadi dapat diperbaiki dengan
segera (Firman, 2008).
Budaya perusahaan (Corporate culture) adalah kumpulan nilai-nilai
(values) dan unsur-unsur yang menentukan identitas dan perilaku suatu
organisasi perusahaan. Budaya perusahaan merupakan bagian dari strategi
perusahaan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam visi dan misi
perusahaan. Budaya perusahaan bukan sekedar buku pintar namun
diaplikasikan dalam operasional sehari-hari. Budaya perusahaan
diaktualisasikan melalui melalui penyusunan pedoman kebijakan (policy
guidelines) sehingga diharapkan dapat memaksimalkan kontribusi seluruh
anggota perusahaan dalam mewujudkan visi misi perusahaan. Budaya
perusahaan merupakan hasil penggalian dari perjalanan panjang perusahaan
dalam menghadapi lingkungan yang terus berubah, dirumuskan dengan
dirangsang oleh berbagai inspirasi dari perusahaan lain dan berbagai
tantangan dari luar (Effendi, 2009).
2. Etika Bisnis Perusahaan
Perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban yang bersifat
ekonomis dan legal, namun juga kewajiban yang bersifat etis. Etika bisnis
merupakan tuntunan perilaku bagi dunia usaha untuk bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dilakukan dan
mana yang tidak boleh dilakukan. Dalam keadaan bersaing ketat
memperebutkan pasar demi mengejar keuntungan semaksimal mungkin, tentu mudah terjadi pelanggaran etika, yaitu pelanggran asas-asas etika
umum atau kaidah dasar moral, diantaranya: kewajiban berbuat baik
(beneficence, amar ma” ruf), kewajiban tidak berbuat yang melakukan
mudharat (nonmaleficence, do no harm, nahi munkar), menghormati
otonomi manusia (respect for person) serta berlaku adil (justice, fairness).
commit to user
Goverenance) agar perilaku para pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa
dirujuk (Wibisono, 2007).
Dari sudut tanggung jawab sosial, bagaimanapun juga tren-tren yang
terjadi menimbulkan berbagai peluang dan ancaman dalam hubungan antara
pemeran bisnis dengan lingkungan masyarakat dimana mereka berada, hal ini perlu senantiasa disimak. Sebagian besar masalah sosial yang muncul
akan sangat berkaitan dengan etika bisnis. Tentunya perusahaan segan
untuk mengeluarkan dana untuk urusan nonbisnis selama pengeluaran bisnis
bisa ditunda. Alasannnya adalah: 1.) Interaksi dalam fungsi-fungsi internal
perusahaan menghasilkan situasi saling kontrol dan persaingan disamping
kerjasama. Seorang manajer akan bersaing dengan manajer lain dalam
perusahaan yang sama untuk mendapatkan anggaran belanja yang lebih
besar bagi kebutuhan departemennya. 2.) Seorang manajer dalam sebuah
perusahaan juga harus memperlihatkan kepada atasannnya bahwa
penghasilan kerja mereka terus meningkat dan pengeluaran yng dilakukan
adalah pengeluaran yang bisa ditekan. Hal ini seringkali mendapat tempat
rendah dalam urutan prioritas adalah pengembangan SDM, pengeluaran
yang berkaitan dengan pengendalian limbah atau hal-hal sosial (Candra,
1995).
Etika bisnis memiliki beberapa prinsip,diantaranya (1) prinsip otonomi
yaitu seorang pelaku bisnis akan bertindak secara etis manakala diberi
kewenangan secara penuh untuk bertindak sesuai apa yang dianggap baik,
(2) prinsip kejujuran, misalnya kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat
kontrak serta penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga yang
relevan (3) prinsip keadilan yang menuntut setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan dan kriteria yang rasional (4) prinsip saling
menguntungkan bagi semua yang terlibat dalam bisnis (5) integritas moral
yaitu bisnis yang dijalankan mampu menjaga nama baik pemilik maupun
commit to user
3. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ( Corporate Sosial Responsibility)
Jones dalam Suharto (2009) menyebutkan bahwa pembangunan
kesejahteraan dalam konteks pembangunan nasional dapat didefinisikan
sebagai segenap kebijakan dan program yang dilakukan oleh pemerintah,
dunia usaha, civil society untuk mengatasi masalah sosial dan memenuhi kebutuhan manusia melalui pendekatan pekerjaan sosial. Tujuan
pembangunan kesejahteraan, yang pertama dan utama adalah
menanggulangi kemiskinan dalam segala bentuk manifestasinya. Pekerjaan
Sosial Industri (PSI) dapat didefinisikan sebagai praktik kegiatan sosial yang
secara khusus menangani kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan dan sosial di
dunia kerja melalui berbagai intervensi dan penerapan metode pertolongan
yang bertujuan untuk memelihara adaptasi optimal antara individu dan
lingkungannnya, terutama lingkungan kerja. Dalam konteks ini, PSI dapat
menangani beragam kebutuhan individu dan keluarga, relasi dan perusahaan,
serta relasi yang lebih luas antara tempat kerja dan masyarakat yang dikenal
dengan istilah tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Sosial
Responsibility (CSR).
Istilah pekerjaan sosial industri, sesungguhnya memiliki nama lain,
misalnya pekerjaan sosial kepegawaian (occupational social worker),
pekerjaan sosial di tempat kerja (social work in the workplace) atau
bantuan/pelayanan bagi pegawai (employee assistance). PSI memiliki
konsep yang lebih luas dibandingkan dengan konsep tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) maupun pengembangan masyarakat (community
development). PSI mencakup pelayanan sosial yang bersifat internal dan
eksternal. Secara internal, PSI melibatkan program-program bantuan bagi pegawai seperti pelayanan konseling, terapi kelompok dan pengembangan
sumber daya manusia. Secara eksternal, PSI berwujud dalam berbagai
bentuk program CSR termasuk di dalamnya strategi dan program
pengembangan masyarakat, pengembangan kebijakan sosial dan advokasi
sosial. Jika dipetakan maka hubungan antara PSI, CSR dan pengembangan
commit to user
Gambar 1. Hubungan Antara PSI, CSR dan Community Development
Tanggung jawab sosial perusahaan ( corporate sosial responsibility)
menurut World Business Council on Sustainable Development (WBSCD)
dalam Effendi (2009):
Corporate Social responsibility is the commitment of business to
contribute to sustainable economic development, working with
employees, their families, the local community and society at large to
improve their quality of live”
suatu komitmen dari perusahaan untuk melaksanakan etika
keperilakuan ( behavioural ethics) dan berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (Sustainable economic
development). Komitmen lainnya ialah meningkatkan kualitas hidup
karyawan dan keluarganya, komunitas lokal serta masyarakat luas.
Menurut Cutlip, Center & Brown, program CSR ini pertama kali
muncul di Amerika pada tahun 1960-an sampai tahun 1970-an. Pada saat itu
industri di negara ini sedang mengalami krisis kepercayaan dari public
PSI
Pelayanan Sosial Internal:
Terapi Individu, Terapi Kelompok,
Pengembangan Sumber Daya
Manusia
Pelayanan Sosial Eksternal:
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan,
Pengembangan Masyarakat,
Pengembangan Kebijakan Sosial,
commit to user
interestnya. Sehingga muncul ide untuk melakukan suatu program yang
membantu masyarakat sekitar. Program diyakini ini bisa berjalan dengan
baik dan memberikan efek yang positif di kalangan stakeholders.
Sekarang ini di Indonesia banyak perusahaan nasional mulai
melakukan program CSR (Corporate Sosial Responsibility). Indonesia mengalami pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, hal ini akan
berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi masyarakat suatu negara.
Menurut Mulyadi, tingginya angka pertumbuhan penduduk yang terjadi di
negara berkembang, seperti Indonesia dapat menghambat proses
pembangunan. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi ini akan
menimbulkan banyaknya masyarakat yang berada di garis kemiskinan,
tingginya angka pengangguran, dan rendahnya tingkat pendidikan.
Pemberian bantuan dari pemerintahpun belum merata. Oleh karena itu,
dengan adanya pelaksanaan program CSR ini akan membantu masyarakat
dan juga pemerintah dalam mensukseskan program nasional.
Tanggung jawab sosial perusahaan menurut Nickels dkk dalam
Soeling (2007) diartikan sebagai perhatian yang dilakukan bisnis untuk
kesejahteraan masyarakat. Hal ini mengacu pada keseluruhan cara dimana
bisnis berupaya untuk menyeimbangkan komitmennya. CSR merupakan
tugas dari perusahaan untuk menciptakan kemakmuran dengan berbagai
upaya menghindari untuk menyakiti, melindungi atau meningkatkan,
aset-aset masyarakat. CSR diperuntukkan untuk stakeholders baik individu di
dalam maupun di luar perusahaan yang masih dianggap relevan dalam arti
mereka dianggap terkena dampak baik langsung maupun tidak langsung dari
sepak terjang operasional perusahaan.
Pada kenyataannnya, CSR memiliki makna yang berbeda bagi orang
yang berbeda pula. Bagi sebagian orang, CSR merupakan prakarsa-prakarsa
untuk menaikkan reputasi. CSR juga merupakan tindakan kedermawanan
yang mulia. Bagi sebagian yang lain CSR merupakan filosofi yang menjadi
gerak dasar operasional perusahaan. CSR juga menunjukkan suatu
commit to user
yang berkelanjutan dan pengelolaan thriple bottom line ” (People, profit,
planet) dari kinerja sosial, ekonomi dan lingkungan (Hasibuan, 2006).
Pemikiran yang mendasari CSR (Corporate Social Responsibility)
yang sering dianggap sebagai inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan
tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal (artinya kepada pemegang saham atau shareholder) tapi juga kewajiban-kewajiban
kepada masyarakat dan lingkungan. Beberapa hal yang termasuk dalam CSR
ini antara lain adalah tatalaksana perusahaan (corporate governance) yang
sekarang sedang marak di Indonesia, kesadaran perusahaan akan
lingkungan, kondisi tempat kerja dan standar bagi karyawan, hubungan
perusahaan-masyarakat, investasi sosial masyarakat (corporate
philanthrophy). Namun yang paling banyak diterima saat ini adalah
pendapat bahwa yang disebut CSR adalah yang sifatnya melebihi laba,
melebihi hal-hal yang diharuskan peraturan dan melebihi sekedar public
relations (Sedyono, 2002).
Carrol dan Bucholtz mengajukan sebuah rumusan mengenai
tanggung jawab sosial perusahaan secara menyeluruh yaitu sebagai berikut:
Secara ringkas, rumusan di atas menyatakan adanya tanggung jawab
ekonomi yaitu mencari keuntungan, tanggung jawab hukum yaitu mentaati
hukum dan Undang-Undang yang berlaku, tanggung jawab etika yaitu
berupaya mencari yang baik dan benar dalam tindakan sesuai nilai dan norma masyarakat, tanggung jawab phylantropi yaitu menjadikan
perusahaan sebagai warga masyarakat yang baik dengan aktif berperan
sebagai donasi. Lebih jauh Carrol dan Buchholtz menggambarkannya dalam
piramida sebagi berikut :
TOTAL CSR = Economic Responsibility +
Legal Responsibility +
Ethical Responsibility +
commit to user
Gambar 2. Piramida Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Piramida CSR di atas, menunjukkan bahwa perusahaan sewajarnya
memenuhi tanggungjawab ekonominya. Sebab, dengan profit yang diperoleh
ia dapat memenuhi kebutuhan tanggung jawab sosial di atasnya. Jadi peran
profit bukan hanya semata-mata untuk meningkatkan kemakmuran pemilik
dan para pemegang saham, tetapi sebagian disisihkan sebagai landasan
untuk memenuhi tanggung jawab legal, etika serta philanthropinya.
Secara internal bahwa perusahaan adalah badan hukum yang harus
memperhatikan kepentingan pemegang saham atau stakeholder, karyawan
yang bekerja pada perusahaan tersebut, sedangkan secara eksternal
perusahaan harus mentaati ketentuan hukum, menyetor pajak kepada
pemerintah dan ikut serta bersama pemerintah memberdayakan masyarakat
(Community Development). Penetapan Undang-undang Nomor 40/ 2007
tentang Perseroan Terbatas yang mencabut undang-undang nomor 1/1995
tentang perseroan terbatas yang disahkan pada tanggal 20 juli 2007 yang
lalu, mengatur tentang adanya tanggung jawab sosial dan lingkungan
perusahaan (Corporate sosial responsibility), sehingga dengan demikian itu
merupakan kewajiban yang diperhitungan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya memperhatikan kepatutan dan kewajaran ( Vide/ lihat pasal
74 amandemen UU P.T.). Bahkan dalam pasal yang sama jika perusahaan
tidak melakukan hal tersebut akan dikenakan sanksi sesuai dengan paraturan
perundang-undangan yang berlaku. Kemudian dalam penjelasan umum
Tanggung jawab Philantropi
Tanggung jawab etika
Tanggung jawab Legal
commit to user
Undang-undang Perseroan tersebut disebutkan tentang tujuan tanggung
jawab sosial dan lingkungan yakni : mewujudkan pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan
yang bermanfaat bagi perseroan itu sendiri, komunitas setempat dan
masyarakat pada umumnya. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan perseroan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan
lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat, maka ditentukan,
perseoan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan
sumber daya alam, wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan yang harus dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
perseroan yang dilaksanakan dengan memperhatikan kepatutan dan
kewajaran. Kegiatan tersebut dimuat dalam laporan tahunan perseroan.
Belajar dari efektifitas program BUMN yang berkewajiban
memberikan sekian persen keuntungan untuk pengembangan UKM
misalnya, tentu akan lebih baik jika perusahaan tersebut menyadari sendiri
kewajiban sosialnya. Perusahaan harus menyadari bahwa program CSR itu
bisa mengambil banyak bentuk. Sebuah perusahaan bisa mensinergiskan
upaya-upaya tersebut dalam program dan fungsi rutin yang telah mereka
miliki selama ini. Sebuah perusahaan yang memproduksi tepung terigu
misalnya, bisa mengkombinasikan program tanggung jawab sosialnya dalam
marketing compaign yang telah mereka miliki seperti pelatihan UKM dan
masyarakat dalam memproduksi makanan ringan. Sebuah perusahaan
otomotif bisa memberikan pelatihan teknisi atau montir gratis kepada
masyarakat . Atau perusahaan selluler bisa memberikan pelatihan internet
bagi para pelajar.
Tanggung jawab sosial perusahaan bisa dijalankan melalui tiga pilar,
yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Kegiatan yang dilakukan berupa
community development kemudian dikembangkan untuk mencapai citra
yang baik di mata para stakeholders perusahaan. Adanya beberapa pihak
yang masih memandang pelaksanaan CSR dalam konteks profitabilitas
commit to user
juga harus memperhatikan orang dan lingkungan di sekitarnya. Di sini
kemitraan antara perusahaan dengan pemerintah dan masyarakat sipil
merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan CSR (Pambudi, 2006).
Secara umum, isu CSR mencakup 5 (lima) komponen pokok.
Pertama, Hak Asasi Manusia (HAM) ; Bagaimana perusahaan menyikapi
masalah HAM dan strategi serta kebijakan apa yang dilakukan oleh
perusahaan untuk menghindari terjadinya pelanggaran HAM di perusahaan
yang bersangkutan. Kedua, Tenaga Kerja (Buruh) ; Bagaimana kondisi
tenaga kerja disuply chain atau di pabrik milik sendiri mulai dari sistem
penggajian, kesejahteraan hari tua dan keselamatan kerja, peningkatan
ketrampilan dan profesionalisme karyawan, sampai pada soal penggunaan
tenaga kerja di bawah umur. Ketiga, Lingkungan hidup ; Bagaimana strategi
dan kebijakan yang berhubungan dengan masalah lingkungan hidup.
Bagaimana perusahaan mengatasi dampak lingkungan atas produk atau jasa
mulai dari pengadaan bahan baku sampai pada masalah buangan limbah,
serta dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi dan
distribusi produk. Keempat, Sosial - Masyarakat ; Bagaimana strategi dan
kebijakan dalam bidang sosial dan pengembangan masyarakat setempat
(Community Development), serta dampak operasi perusahaan terhadap
kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Kelima, Dampak Produk dan
Jasa Terhadap Pelanggan ; Apasaja yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memastikan bahwa produk barang dan jasa bebas dari dampak negatif
seperti ; mengganggu kesehatan, mengancam keamanan, dan produk
terlarang (Darwin, 2006).
Kotler dan Lee (2005) dalam Surjadi (2008) mengajukan enam pilihan melaksanakan inisiatif sosial perusahaan atau inisiatif menjalankan
program CSR yang semuanya terkait dan terfokus pada perusahaan bukan
pada masyarakat. Mengapa perusahaan melaksanaan program CSR tetap
bermotivasi untuk memenuhi peraturan (karena pemerintah mengharuskan),
menaikkan penjualan dan meluaskan pangsa pasar, menguatkan posisi merk,
commit to user
(terutama karyawan atau calon karyawan), menurunkan biaya operasional,
menarik bagi investor. Lima dari enam usulan kegiatan CSR Kotler dan Lee
juga tidak terlalu jauh dari mencari manfaat bagi perusahaan bukan
masyarakat yaitu (1) Alasan promosi; (2) Alasan berhubungan dengan
pemasaran; (3) Corporate social marketing; (4) Filantropi atau sumbangan langsung; (5) Menyediakan waktu karyawan untuk kerja sosial; dan (6)
Praktek tanggung jawab sosial perusahaan.
Evaluasi program CSR lebih banyak dikaitkan dengan manfaatnya
bagi perusahaan seperti diuraikan Kotler dan Lee (2005). Dari enam model
praktek CSR Kotler dan Lee, hanya satu yang melihat manfaat bukan untuk
perusahaan yaitu perusahaan melaksanakan praktek bisnis dan investasi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melindungi lingkungan.
Meskipun CSR sulit didefinisikan untuk kebutuhan praktis,
perusahaan-perusahaan multinasional yang beroperasi di Asia tidak punya pilihan lain
kecuali menunjukkan komitmennya melaksanakan CSR-nya. Salah satu
alasan kuat, menurut Zinkin (2004), adalah karena perusahaan multi
nasional perlu membangun kembali kepercayaan (trust) yang telah hilang
akibat globalisasi dan meningkatnya kecenderungan menghukum
perusahaan-perusahaan dengan perilaku yang tidak bertanggung jawab.
Seharusnya program CSR bisa membantu masyarakat bangkit dari
kemiskinan serta meningkatkan kepercayaan masyarakat pada perusahaan.
Ketika muncul kepercayaan, konflik antara perusahaan dan masyarakat
sekitarnya bisa diredam.
Saat ini, sudah sangat jauh berkembang kesadaran baru bahwa dalam
mencari laba, dunia bisnis tidak hanya perlu memperhatikan kepentingan pemilik (owner), pemegang saham (stockholder atau shareholder) atau
pemodal (investor) semata-mata, tetapi juga pihak-pihak yang terkena
dampak dari usaha mereka (stakeholder). Implementasi sebuah kebijakan
bisnis secara etis perlu melibatkan stakeholders (Nugroho, 2001). Menurut
Pareno (2002) penyebab dari adanya konglomerat hitam dalam industri
commit to user
mengeksploitasi alam maupun memonopoli perdagangan. Keuntungan dari
monopoli tersebut tidak dikembalikan pada rakyat dalam bentuk partisipasi
aktif dalam pengentasan kemiskinan, melainkan digunakan untuk
kepentingan pribadi, kelompok serta keluarga masing-masing. Tanggung
jawab sosial mereka sangat tipis, kalaupun ada, hanya sekedar untuk menunjukkan mereka masih peduli pada nasib rakyat, dan untuk
menghilangkan tuduhan tidak nasionalistis.
Stakeholders perusahaan dapat didefinisikan sebagai pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Termasuk di dalamnya
adalah karyawan, pelanggan, konsumen, pemasok, masyarakat dan
lingkungan sekitar, serta pemerintah selaku regulator Perbedaan bisnis
perusahaan akan menjadikan perusahaan memiliki prioritas stakeholders
yang berbeda. Sebagai contoh, masyarakat dan lingkungan sekitar adalah
stakholders dalam skala prioritas pertama bagi perusahaan pertambangan.
Sementara itu, konsumen adalah Stakeholders dalam skala prioritas utama
bagi perusahaan produk konsumen seperti Unilever. Dalam gagasan CSR,
perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada
single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang
direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tanggung jawab
perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines yaitu financial, social,
dan lingkungan (Supomo, 2005).
Stakeholders, yang jamak diterjemahkan dengan pemangku
kepentingan adalah pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik
langsung maupun tidak langsung terhadap eksistensi atau aktivitas
perusahaan, dan karenanya kelompok-kelompok tersebut mempengaruhi dan/ dipengaruhi oleh perusahaan (Wibisono, 2008). Menurut Ruslan (1995)
ada beberapa stakeholders yang harus diperhatikan oleh perusahaan guna
mencapai citra perusahaan yang positif, antara lain : 1.)Pemerintah sebagai
pengelola negara yang sangat menentukan eksistensi setiap perusahaan. 2)
Opinion leader yang juga sebagai penentu atau panutan bagi masyarakat
commit to user
operasional perusahaan. 3) Konsumen atau pengguna jasa yang harus
mendapat pelayanan terbaik dan merasa nyaman dan puas. 4) Mitra kerja
dan rekanan perusahaan sebagai penunjang keberhasilan bisnis dan usaha
perusahaan 5) Para generasi muda sebagai penerus pemimpin bangsa di
kemudian hari yang perlu mendapat pembinaan positif 6) Public internal, karyawan, pemilik dan pemegang saham sebagai pengelola atau pekerja
perlu diperhatikan sebagai penunjang kekuatan dari dalam perusahaan. 7)
Media massa sebagai mitra kerja untuk membentuk opini publik yang
menguntungkan.
Rhenald Kasali dalam Wibisono (2007) membagi stakeholders
menjadi sebagai berikut : 1.) Stakeholders internal dan stakeholders
eksternal. Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada di dalam
lingkungan organisasi. Misalnya karyawan dan pemegang saham
(shareholders). Sedangkan stakeholders eksternal adalah stakeholders
yang berada di luar lingkungan organisasi seperti penyalur atau pemasok,
konsumen atau pelanggan, masyarakat, pemerintah, pers, kelompok social
responsible investor, licensing partner dan lain-lain. 2) Stakeholders
primer, stakeholders sekunder dan stakeholders marginal. Tidak semua
elemen dalam stakeholders perlu diperhatikan. Perusahaan perlu menyusun
skala prioritas. Stakeholders yang paling penting disebut stakeholders
primer, stakeholders yang kurang penting disebut stakeholders sekunder
dan yang bisa diabaikan disebut stakeholders marginal. Urutan prioritas ini
bagi setiap perusahaan berbeda-beda, meskipun produk dan jasanya sama.
Urutan ini juga tidak kaku, bisa berubah dari waktu ke waktu. 3.
Stakeholders tradisional dan stakeholders masa depan. Karyawan dan
konsumen bisa disebut sebagai stakeholders tradisional, karena saat ini
sudah berhubungan dengan organisasi. Sedangkan stakeholders masa depan
ialah stakeholders pada masa yang akan datang diperkirakan akan
memberikan pengaruh pada organisasi seperti mahasiswa, peneliti dan
konsumen potensial. 4.) Proponent, opponent, dan uncommitted. Diantara
commit to user
menentang organisasi (opponent) dan ada yang tak peduli atau abai
(uncommitted). Organisasi perlu melihat stakeholders yang berbeda-beda
ini agar dengan jernih dapat melihat permasalahan, menyusun rencana dan
strategi untuk melakukan tindakan yang proporsional. 5.) Silent majority dan
vocal minority. Dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan
komplain atau mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan
penentangan atau dukungannnya secara vokal (aktif) namun ada pula yang
menyatakan secara silent (pasif).
Ilustrasi keterkaitan antara perusahaan dan stakeholders tampak dari
stakeholders map yang diungkapkan Rhenald Kasali sebagai berikut :
Gambar 3. Stakeholders Map Menurut Wibisono (2007)
Pemerintah Pemilik Kelompok
interes khusus
Pemasok Konsumen
Karyawan
Asosiasi bisnis
commit to user
Secara garis besar kriteria kepuasan masing-masing stakeholders
dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1. Interes dan Kepentingan Masing-Masing Stakeholders
STAKEHOLDERS KRITERIA KEPUASAN
CSR adalah jawaban atas inisiatif bahwa bisnis tidak hanya berjalan
demi kepentingan pemegang saham (shareholders) belaka, tetapi juga untuk
stakeholders, yaitu pekerja, konsumen, pemerintah, masyarakat, dan
lingkungan. Global impact initiative menyebut pemahaman ini sebagai 3P
(Profit, people, planet). Meski tujuan bisnis adalah mencari laba (profit),
perusahaan harus bisa menyejahterakan orang (people), dan menjamin
kelestarian planet ini. CSR seharusnya bisa membuat perusahaan
mengaplikasikan good corporate governance, mematuhi regulasi dan etika,
menjunjung transparansi, dan memnuhi harapan stakeholder. Hal inilah
yang mengkaitkan bahwa program CSR yang sempurna pasti berkaitan
dengan laba. Ini artinya program CSR harus bisa memberi benefit tertentu
bagi perusahaan, secara mudah berupa laba.
Tunggal (2008) menyebutkan terdapat empat sikap perusahaan
dalam memandang tanggung jawab sosialnya kepada para stakeholdersnya
yaitu sikap obstruktif, sikap defensif, sikap akomodatif, serta sikap proaktif.
Sikap obstruktif merupakan tindakan untuk berbuat seminimal mungkin
dengan menutupi pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan.
Perusahaan yang menganut pendapat ini tidak terlalu peduli dengan sikap
etis serta menyembunyikan kesalahan. Sikap defensif ditandai dengan
pemenuhan persyaratan hukum secara minimum atas komitmennya terhadap
commit to user
apasaja untuk mematuhi aturan hukum tetapi tidak lebih dari hal itu. Sikap
akomodatif yaitu sikap perusahaan yang bertindak mematuhi aturan hukum
dan etisnya tetapi juga mau bertindak lebih jauh pada saat-saat tertentu saja.
Sedangkan sikap proaktif merupakan sikap perusahaan yang aktif mencari
peluang untuk menyumbang demi kesejahteraan kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
Brown dalam Iriantara (2004) menunjukkan langkah yang dilakukan
korporat bisnis dalam menyusun program CSR sebagai berikut:
1. Segmentasi. Segmentasi merupakan mekanisme penggolongan sejumlah
faktor tertentu yang membedakan karakter audiens. Faktor-faktor yang
dapat digunakan tersebut, antara lain: a. Faktor demografis
Segmentasi dalam hal ini didasarkan pada karakter kependudukan. Di
dalamnya termasuk segmentasi berdasar usia/generasi, jenis dan peran
gender, serta kelompok suku/etnis. b. Faktor psikografis
Segmentasi berdasar faktor psikografis membagi audiens berdasar
ketertarikan, pendapat, kepentingan, gaya dan nilai hidup.
c. Geografis
Segmentasi geografis mendasarkan penggolongan pada cakupan
wilayah tertentu, misalkan pada kategori lokal, regional, nasional dan
internasional.
2. Skala prioritas. Proses segmentasi dilakukan untuk menghasilkan
sejumlah target audiens yang beragam. Untuk itu, penentuan skala
prioritas harus dilakukan. Skala prioritas mengkategorikan audiens dalam kelompok primer, sekunder, atau tersier. Kelompok primer merupakan
kelompok yang menjadi sasaran utama dari aktivitas CSR, disusul
kelompok sekunder dan kelompok tersier. Kelompok tersier bisa saja
hanya menjadi terpaan (exposure) karena perannya yang kecil. Kelompok
sekunder sering kali diintepretasi sebagi kelompok tetangga yang
commit to user
3. Penelitian tentang need, desires, wants, dan interes komunitas. Tahapan
ini merupakan langkah yang mutlak dilakukan guna mendapatkan data
tentang komunitas yang nantinya digunakan sebagai dasar pertimbangan
penyusunan program CSR.
4. Dialog dengan opinion leader dalam komunitas. Ini merupakan salah
satu metode yang dapat ditempuh untuk mendapatkan data asli tentang
komunitas. Selain pengumpulan data dengan dengan dialog langsung
dengan anggota masyarakat, dialog dengan pemuka pendapat juga
dianggap representatif untuk mewakili komunitas. Contoh pemuka
pendapat adalah pemuka agama, dukun, pemimpin adat, ketua partai,
tetua kampung dan sebagainya.
Sedangkan Wahyudi dan Azheri (2008) dalam Rahman (2009)
membagi aktifitas CSR ke dalam lima pilar yaitu (1) Building human capital
yang berkaitan dengan internal perusahaan untuk menciptakan SDM yang
andal serta pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat (2) Strengtening
economies yaitu perusahaan harus memberdayakan ekonomi masyarakat
sekitar agar terjadi pemerataan kesejahteraan (3) Assesing social chesion
yaitu upaya perusahaan untuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat
sekitar agar tidak terjadi konflik (4) Encouraging good governance yaitu
perusahaan senantiasa berpedoman pada good corporate governance dalam
setiap aktivitasnya (5) Protecting the environment yaitu sikap yang
mengharuskan perusahaan untuk menjaga kelestarian lingkungan di
sekitarnya.
Dalam prakteknya, suatu kegiatan disebut CSR ketika memiliki
unsur berikut yakni (1) Continuity dan Sustainability atau berkesinambungan dan berkelanjutan hal ini karena CSR merupakan
kegiatan yang terencana, sistematis dan dapat dievaluasi. Dalam pengertian
ini, maka kegiatan amal yang berdasar trend ataupun insidental tidak bisa
disebut sebagai CSR (2) Community Empowernment atau pemberdayaan
komunitas. Hal ini bermanfaat untuk membedakan CSR dengan kegiatan
commit to user
kedermawanan meskipun membantu komunitas namun pada akhirnya tidak
mampu menciptakan kemandirian. Salah satu indikasi dari suksesnya
program CSR adalah adanya kemandirian yang lebih dari komunitas
dibanding dengan sebelum adanya program CSR (3) Two Ways artinya
program CSR bersifat dua arah, perusahaan bukan saja sebagai komunikator semata namun juga harus mampu mendengar aspirasi komunitas (Rahman,
2009).
Tuntutan mengenai implementasi tanggung jawab sosial perusahaan
ternyata memunculkan pro dan kontra. Keraf (1998) mengungkapkan alasan
yang dilontarkan perusahaan yang menentang tentang CSR ini antara lain (1)
tujuan utama bisnis adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya,
dengan melibatkan perusahaan dalam aktifitas sosial maka akan
menimbulkan ketidakefisienan bisnis (2) Tujuan yang terbagi-bagi dan
harapan yang membingungkan dimana implementasi CSR hanya akan
menambah beban perusahaan (3) Biaya keterlibatan sosial yang dalam
alasan ini dibebankan kepada masyarakat sasaran program bukan pada
perusahaannnya (4) Kurangnya tenaga terampil dalam bidang sosial hal ini
karena fokus perusahaan hanya menyediakan tenaga ahli dalam bidang binis
saja.
Argumen yang mendukung perlunya keterlibatan sosial perusahaan
natra lain (1) kebutuhan dan harapan masyarakat yang semakin berubah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan bisnis adalah mencari keuntungan
namun bisnis juga harus memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin
berubah juga (2) terbatasnya sumber daya alam, hal ini menuntut agar
eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan perusahaan juga memperhatikan kelestarian lingkungan (3) lingkungan sosial yang lebih baik
artinya diperlukan suatu kondisi yang mampu mendukung keberlanjutan
usaha perusahaan yang salah satunya adalah dukungan dari lingkungan
sosial (4) perimbangan tanggung jawab dan kekuasaan serta (5) analisis
commit to user
Perusahaan memiliki tanggung jawab terkait penyediaan lapangan
kerja bagi masyarakat, membayar pajak, atau memproduksi barang dan jasa
yang murah, dan juga memberikan manfaat bagi lingkungan tempatnya
beroperasi. Secara tidak langsung perusahaan akan mendapatkan benefit
atau feedbact positif atas kepeduliannnya dari lingkungan tersebut. Brande
image atau corporate image yang baik, keamanan dan kenyamanan yang
menjamin kontinuitas operasional perusahaan, adalah sedikit manfaat dari
hal tersebut. Belajar dari kasus yanga ada, bisa dilihat
perusahaan-perusahaan yang selama ini peduli atas lingkungan sekitarnya relatif tidak
terganggu operasionalnya, meski dalam situasi yang amat buruk (Kallla,
2007).
Manfaat aplikasi CSR bagi perusahaan antara lain: 1)
Mempertahankan serta mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan.
2) Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial, 3) Mereduksi resiko
bisnis perusahaan, 4) Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha,
5) Membuka peluang pasar yang lebih luas, 6) Mereduksi biaya, misalnya
terkait dampak pembuangan limbah, 7) Memperbaiki hubungan dengan
stakeholders, 8) Memperbaiki hubungan dengan regulator, 9) Meningkatkan
semangat dan produktivitas karyawan, 10) Peluang mendapatkan perusahaan
(Untung, 2008).
CSR telah dan akan terus berperan penting dalam wacana dan praktik
bisnis di dunia. Dengan berjalannnya waktu, pengertian CSR telah
mengalami evolusi, dan kini para pemangku kepentingan menuntut bahwa
bisnis mencapai kinerjanya dalam triple bottom line dengan cara yang
sesuai dengan nilai-nilai, kepentingan dan harapan masyarakat, dimana perusahaan beroperasi. Karena itu, menjadi penting untuk melakukan
komunikasi yang tepat kepada para pemangku kepentingan (Hasibuan,
commit to user
4. Modal Sosial (Social Capital) dan Pemberdayaan Masyarakat (Community
Development)
Dalam pembangunan, selain modal ekonomi yang terukur juga
terdapat modal sosial yang kualitatif dan modal SDM. Modal sosial akan
memungkinkan semua modal lain berinteraksi secara optimal. Salah satu bentuk modal sosial yang sering terabaikan ialah TRUST atau saling
kepercayaan dengan sesama. Semakin baik kondisi modal sosial maka
secara tidak langsung juga turut mempercepat interaksi modal-modal yang
lainnya dalam pembangunan (Wahid, 2008).
Teori kapital menurut Field (2003) lebih menitikberatkan pada
adanya urusan hubungan “relationship matter.” Pendapat ini menyebutkan
bahwa orang akan senantiasa membangun dan menjaga hubungan koneksi
untuk bekerja secara bersama-sama. Mereka menyadari bahwa sesuatu tidak
mungkin dapat dikerjakan sendiri kalaupun bisa hal tersebut akan sulit
terwujud. Dalam hubungan koneksi tersebut, mereka membentuk nilai dan
norma bersama dimana semakin banyak orang meyakini dan menganut
nilai-nilai yang sama maka semakin besar kapital sosialnya.
Beberapa teori tentang modal sosial (Social Capital) sering
mengkaitkan modal sosial dengan teori yang lainnya diantaranya:
Putnam (1993) mendefinisikan modal sosial dari sudut pandang teori
ekonomi dikaitkan dengan kelembagaan sosial. Modal sosial diartikan
sebagai suatu sifat organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma-norma,
jaringan kerja, yang meningkatkan efisiensi masyarakat dengan
memfasilitasi tindakan terkoordinasi. Dalam modal sosial tersebut terdapat
tiga komponen penyusun yaitu jaringan sosial, norma-norma, dan kepercayaan sosial (Putnam, 1993). Kalau kapital fisik mengacu pada obyek
secara fisik yang nyata dan kapital manusia mengacu pada milik individu
yang ada di dalam dirinya, maka kapital sosial mengacu pada hubungan
antar-individu yaitu jaringan sosial dan norma-norma saling menghargai dan
saling percaya yang muncul dari individu-individu itu. Kapital sosial secara
commit to user
negara. Perusahaan dan masyarakat bisa dilihat sebagai organisasi yang bisa
mengembangkan kapital sosial perusahaan dan kapital sosial masyarakat.
Menurut Putnam (2000) setiap organisasi memiliki hubungan yang
memungkinkannya berkolaborasi dan bekerja sama (memanfaatkan jaringan,
saling percaya, norma, dan nilai-nilai) untuk mencapai keuntungan bersama. Kapital sosial bisa berada di dalam perusahaan antar-berbagai organisasi
atau bisa juga di luar persoalan seperti penyuplai, pelanggan, dan juga
pembuat peraturan.
Kapital sosial menurut Fukuyama (1995) merupakan kemampuan
yang muncul dari adanya kepercayaan di masyarakat baik dalam kelompok
sosial yang paling kecil dan dasar (keluarga) maupun kelompok besar dari
berbagai rupa kelompok dan negara. Kepercayaan sendiri merupakan
harapan yang muncul di dalam komunitas yang berperilaku jujur, dan
bekerja sama secara regular yang didasarkan pada norma-norma bersama di
antara anggota komunitas. Lebih jelas lagi, Fukuyama (2001)
mendefinisikan kapital sosial sebagai sebuah norma informal yang ada yang
mempromosikan kerja sama antara dua atau lebih individu. Norma yang
menentukan kapital sosial ini bisa dari sebuah norma timbal balik antara dua
orang hingga yang lebih kompleks yang muncul di dalam hubungan aktual
tersebut. Adanya kepercayaan, jaringan, masyarakat madani (civil society),
dan lain-lain muncul sebagai hasil dari kapital sosial bukan sebagai kapital
sosial itu sendiri.
Narayan dan Pritchett (1997) menulis ada lima manfaat yang akan
didapat dengan meningkatnya kapital sosial yaitu: (1) Memajukan
pemerintah; (2) Meningkatkan tindakan kerja sama komunitas dan memecahkan persoalan lokal menyangkut “common property” atau
“kepemilikan bersama”; (3) Menguatkan pertalian atau hubungan
antar-individu yang mempercepat penyebaran inovasi; (4) Meningkatkan kualitas
dan kuantitas aliran informasi dan mengurangi biaya transaksi; dan (5)
Menyatukan risiko dan memungkinkan rumah tangga mengejar kegiatan