• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tanggung jawab suatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tanggung jawab suatu"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tanggung jawab suatu organisasi perusahaan (korporasi) atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan yang sifatnya transparan, etis, konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, memperhatikan harapan para pemangku kepentingan, sesuai dengan hukum yang berlaku, sejalan dengan norma-norma perilaku internasional, dan terintegrasi dalam ketatalaksanaan organisasi perusahaan.1

Kini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (Single Bottom Line), melainkan sudah meliputi keuangan, sosial, dan aspek lingkungan yang biasa disebut Triple Bottom Line. Sinergi tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan. Penjelasan prinsip 3P yaitu : a. profit, perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang; b. people, perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia; c. planet, perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati.2

1Dikutip dari “Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibilty) Dalam Perspektif Kebijakan Pembangunan Pertanian” (Iqbal dan Sudaryanto) [3 Februari 2012].

2Jurnal “Analisis Sosiologis Terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility Pada Masyarakat Indonesia”. (Siregar, 2007) [3 Februari 2012].

(2)

Sumber: http://mattress.springintoactionnyc.com [26/02/2012]

Gambar 1. Triple Bottom Line dalam CSR

Istilah CSR pertama kali menyeruak dalam tulisan Social Responsibility of the Businessman tahun 1953. konsep yang digagas Howard Rothmann Browen ini menjawab keresahan dunia bisnis. Belakangan CSR segera diadopsi, karena bisa jadi penawar kesan buruk perusahaan yang terlanjur dalam pikiran masyarakat dan lebih dari itu pengusaha dicap sebagai pemburu uang yang tidak peduli pada dampak kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Kendati sederhana, istilah CSR amat marketable melalui CSR pengusaha tidak perlu diganggu perasaan bersalah.3

Peraturan tentang program CSR terdapat dalam UU Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 1 disebutkan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam, wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Dengan adanya undang- undang tersebut, penerapan CSR di Indonesia semakin meningkat baik dalam kuantitas maupun kualitas. Selain keragaman kegiatan dan pegelolaannya semakin bervariasi, dilihat dari kontribusi finansial jumlahnya semakin besar.

3 Idem

(3)

Penelitian PIRAC (Public Interest Research and Advocacy) pada tahun 2001 menunjukkan bahwa dana CSR di Indonesia mencapai lebih dari 115 miliar rupiah atau sekitar 11,5 juta dollar AS dari 180 perusahaan yang dibelanjakan untuk 279 kegiatan sosial yang terekam oleh media massa. Meskipun dana ini masih sangat kecil jika dibandingkan dengan CSR di Amerika Serikat, dilihat dari angka kumulatif tersebut, perkembangan CSR di Indonesia cukup menggembirakan. Angka rata-rata perusahaan yang menyumbangkan dana bagi kegiatan CSR adalah sekitar 640 juta rupiah atau sekitar 413 juta per kegiatan.

Sebagai perbandingan, di AS porsi sumbangan dana CSR pada tahun 1998 mencapai 21.51 milliar dollar dan tahun 2000 mencapai 203 miliar dollar atau sekitar 2.030 triliun rupiah.

Tabel 1 . Jenis Kegiatan CSR Berdasarkan Jumlah Kegiatan dan Dana

No Jenis/Sektor Kegiatan Jumlah Kegiatan Jumlah Dana (rupiah ) 1 Pelayanan Sosial 95 (34,1%) 14,2 milliar (33,0%) 2 Pendidikan dan Penelitian 71 (25,4%) 66,8 milliar (57,9%)

3 Kesehatan 46 (16,4%) 4,4 milliar (3,8%)

4 Kedaruratan 30 (10,8%) 2,9 milliar (2,5%)

5 Lingkungan 15 (5,4%) 395 juta (0,3%)

6 Ekonomi Produktif 10 (3,6%) 640 juta (0,6%)

7 Seni, Olahraga dan Pariwisata

7 (2,5%) 1,0 milliar (0,9%) 8 Pembangunan Prasarana dan

perumahan

5 (1,8%) 1,3 milliar (1,0%) 9 Hukum, Advokasi dan

Politik Hukum

0 0

Jumlah 279 kegiatan 115,3 milliar

Sumber : Saidi dan Abidin (2004) dimodifikasi dalam Suharto (2009)

Dari tabel di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: jenis kegiatan CSR yang paling banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar yaitu pelayanan sosial (34 persen) sedangkan program yang membutuhkan biaya

(4)

paling banyak yaitu pendidikan dan pelatihan yang menghabiskan 58 persen dari total pengeluaran.

Konsep CSR seringkali diidentikkan dengan metode Pengembangan Masyarakat (Community Development) yang akhir-akhir ini banyak diterapkan oleh perusahaan dengan istilah Comdev. Pemberdayaan masyarakat ini pada dasarnya merupakan kegiatan terencana dan kolektif yang dilakukan melalui program peningkatan kapasitas orang, terutama kelompok lemah atau kurang beruntung, agar mereka memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, mengemukakan gagasan, melakukan pilihan-pilihan hidup, melaksanakan kegiatan ekonomi, menjangkau dan memobilisasi sumber, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial.

Program CSR pengembangan ekonomi lokal telah dilaksanakan oleh Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. yang merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di bidang pembangkit listrik tenaga panas bumi, dan salah satu kegiatannya adalah membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di kawah darajat Kabupaten Garut.

Jenis program kegiatan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. pada tahun 2005 yaitu bidang kesehatan, pendidikan, pengembangan ekonomi, lingkungan, dan bidang infrastruktur. Namun, tiga pilar utama program CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. antara lain kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.4

4PUPUK.. Program Local Economic Develepment (LED) Samarang. Buletin SamaraWangi. Vol.

1 Th. 2011.

(5)

Program CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. dalam bidang ekonomi dinamakan pengembangan ekonomi lokal atau local economic development (LED). Program tersebut terletak di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Pasirwangi dan Kecamatan Samarang. Kedua kecamatan tersebut merupakan daerah yang letaknya dekat dengan operasi kerja Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.

Dalam kegiatan CSR Local Economic Development (LED) Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. telah bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) PUPUK (Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil) Garut. Posisi Lembaga PUPUK adalah sebagai lembaga pelaksana (perencanaan, pelaksanaan, evaluasi) program Local Economic Development (LED) CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. di Kecamatan Samarang dan Pasirwangi sedangkan Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. hanya menyediakan permodalan.

Jadi, Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. hanya memfasilitasi dalam hal permodalan, namun teknis pelaksanaan program Local Economic Development (LED) CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. dilaksanakan oleh LSM PUPUK.

Kegiatan pengembangan ekonomi lokal CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. diantaranya yaitu pengembangan usaha dengan berdasarkan potensi yang ada di setiap desa di kedua Kecamatan tersebut. Program CSR Local Economic Development (LED) di Kecamatan Samarang telah dimulai sejak tahun 2009, sedangkan di Kecamatan Pasirwangi dimulai pada tahun 2011 (PUPUK, 2011). Untuk pengembangan ekonomi di Kecamatan Samarang bisa dilihat dalam Tabel 2 di bawah ini.

(6)

Tabel 2. Histori Kegiatan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. pada program Local Economic Development (LED) yang bekerjasama dengan PUPUK (Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil)

KECAMATAN SAMARANG

2009 2010 2011 2012

Sukakarya Tenun Akar Wangi

Sukakarya 1. Saung Usar 2. Tenun Akar

Wangi

Sukakarya 1. Konv. Jaket 2. Konv. Tas

Wanita 3. Tenun Akar

Wangi Sukalaksana 1. Tas Lipat

2. Pemb.

Koperasi

Sukalaksana 1. Desa Wisata 2. Perk.

Koperasi 3. Ker. Akar

Wangi

Sukalaksana 1. Wisata Ciburial 2. Pend.

Koperasi 3. Ker. Akar

Wangi

Sukalaksana Padepokan Seni (Desa Wisata)

Sukarasa 1. Pangan Olahan 2. Perk.

Koperasi

Sukarasa Pangan Olahan

Sirnasari 1. PO Kerupuk 2. Pemb.

Koperasi 3. Paper Bag 4. Budidaya

Padi Jepang

Sirnasari Pangan Olahan (Pungpa &

Pupil)

Cisarua 1. Budidaya Akar Wangi 2. Pangan

Olahan : Dodol Waluh, Wajit 3. Pemb.

Koperasi

Cisarua Pangan Olahan kesemek (R&D)

Cisarua Olahan Kesemek sudah pada level produksi dan pasar

Samarang Kelompok Tani (Lumbung Padi)

Samarang Mesin Kompos (Pembuatan Pupuk Organik) Cintakarya 1. Budidaya Lele

2. Foto Copy

Cintakarya Budidaya Lele (Kelompok pemuda) Tanjungkary

a

1. Pangan Olahan (Sumpia Dodol) 2. Eceng

Gondok

Tanjungkary a

Bumdes Sewa Alat Pesta

Cintaasih Penguatan LKM R&D pangan Olahan

Sumber: Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) Kabupaten Garut Tahun 2012

(7)

Pada awalnya, program CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.

difokuskan dalam bidang infrastruktur, seperti pembangunan mushola, sarana pendidikan, jembatan dan lain sebagainya. Namun mulai tahun 2009, seperti yang terlihat pada Tabel 2 program CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. mulai diarahkan dalam pengembanagan ekonomi lokal. Pengembangan ekonomi lokal tersebut diprakarsai oleh Desa Sukakarya dengan Tenun Akar Wangi dan Desa Sukalaksana dengan Tas Lipat dan Pembangunan Koperasi. Sedangkan desa-desa lain yang belum termasuk dalam program CSR pengembangan ekonomi lokal tapi program CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. masih dalam bidang infrastruktur. Kemudian tahun 2010, pengembangan ekonomi lokalnya berkembang ke beberapa desa, yaitu Sukalaksana, Sukarasa, Sirnasari, Cisarua.

Begitu juga di tahun berikutnya pengembangan ekonomi lokal berkembang ke beberapa desa lain. Pada Tabel 2 tersebut, di tahun 2010 terdapat tabel yang kosong yaitu Desa Sukakarya yang tidak mendapatkan program dikarenakan kepala desanya terlambat mengajukan program CSR tersebut.

Salah satu pelaku usaha binaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.

yang bergerak dalam bidang pengembangan ekonomi lokal yaitu agroindustri akar wangi di Kecamatan Samarang. Seperti yang telah dipaparkan pada Tabel 2 tersebut, agroindustri akar wangi terletak di tiga desa yaitu Desa Sukakarya, Desa Sukalaksana, dan Desa Cisarua. Agroindustri akar wangi di Desa Sukakarya berupa Tenun Akar Wangi, Desa Sukalaksana berupa Kerajinan Akar Wangi dan Desa Cisarua agroidustrinya berupa Budidaya Akar Wangi. Pada Tabel 2 juga dapat diketahui bahwa untuk pengembangan ekonomi lokal agroindustri akar

(8)

wangi dimulai pada Desa Sukakarya yaitu pada tahun 2009. Namun pada tahun 2010, Desa Sukakarya tidak mendapat program tersebut, dikarenakan telat mengajukan program. Tetapi program CSR di Desa Sukakarya pada tahun 2009 masih bersifat berkelanjutan di bawah binaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Pada tahun 2010 juga terdapat Desa Sukalaksana dan Desa Cisarua dengan pengembangan ekonomi lokal agroindustri akar wangi. Kemudian pada tahun 2011, seperti yang terlihat pada Tabel 2 hanya terlihat Desa Sukakarya dan Sukalaksana dengan pengembangan ekonomi lokal agroindustri akar wangi, sedangkan Desa Cisarua tidak tertera pengembangan ekonomi lokal agroindustri akar wangi. Tetapi program pengembangan eknomi lokal di Desa Cisarua pada tahun 2010 masih bersifat berkelanjutan pada tahun berikutnya di bawah binaan program CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.

Program CSR pengembangan ekonomi lokal Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. bersifat berkelanjutan, artinya walaupun desa tersebut pengembangan ekonomi lokalnya tidak tercantum dalam histori kegiatan CSR seperti yang dipaparkan pada Tabel 2, tetapi desa-desa tersebut masih dalam binaan program CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.

Pengembangan ekonomi lokal agroindustri akar wangi mendapatkan program dari CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. yang bekerjasama dengan Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK), dengan nama Zero Waste Vetiver (akar wangi tanpa limbah). Program Local Economic Development (LED) Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. yaitu pemberian modal dari pihak perusahaan, pemberian pelatihan, pendampingan dan pengembangan usaha

(9)

kerajinan akar wangi yang dilakukan oleh LSM PUPUK sebagai mitra kerja pelaksana program CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. juga ikut memfasilitasi melalui pameran di Garut Festival serta Trade Expo Indonesia pada bulan Oktober 2010.5 Pada tahun 2010, Chevron Geothermal Indonesia Ltd mendapatkan penghargaan emas yang merupakan kualaifikasi tertinggi. Salah satu penilaian tersebut yaitu tentang program Pemberdayaan Masyarakat.6 Pada awal tahun 2012 kerajinan tenun akar wangi mendapatkan penghargaan dalam acara Garut UMKM Award (Staf PUPUK).

Menurut Soekartawi (2001), strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agroindustri pada dasarnya menuju arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian, menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien, dan fleksibel, menciptakan nilai tambah, meningkatkan penerimaan devisa, menciptakan lapangan kerja,dan memperbaiki pembagian pendapatan. Di dalam pengembangan agroindustri permasalahan yang sering dihadapi diantaranya lemahnya keterkaitan antar subsistem di dalam agribisnis, yaitu distribusi dan penyediaan faktor produksi, proses produksi pertanian, pengolahan dan pemasaran.

Menurut data Dinas Perindagkop & UKM Kabupaten Garut tahun 2008, permasalahan yang dihadapi oleh industri di Kabupaten Garut terutama UKM diantaranya penguasaaan akses pasar produk UKM yang masih lemah,

5 Laporan Community Engagment 2009-2010, Chevron Geothermal Indonesia Ltd.

6 Idem

(10)

penguasaan manajemen produksi, penguasaan pengembangan dan pemanfaatan teknologi, penguasaan iptek untuk melakukan inovasi dalam memanfaatkan SDA yang tersedia, dan tingginya biaya produksi.

Begitu juga para pelaku usaha binaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. pada program Local Economic Development (LED) agroindustri akar wangi telah menghadapi berbagai masalah. Permasalahan tersebut diantaranya pada aspek permodalan, aspek teknologi, aspek manajemen usaha, aspek pemasaran, upah pengrajin kerajinan akar wangi dan masalah mental para pelaku usaha yang terbilang cukup lemah. Penjelasan dari permasalahan tersebut yaitu :

1. Modal. Permodalan merupakan kendala utama para pelaku usaha agroindustri akar wangi binaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Modal yang mereka miliki umumnya minim. Dalam hal permodalan, hanya mengandalkan bantuan dari para pihak investor seperti bantuan dari pihak Chevron. Masalah permodalan umumnya merupakan kendala yang sering dialami oleh para pelaku usaha tersebut.

2. Teknologi dan Manajemen. Pada aspek teknologi kebanyakan pelaku usaha agroindustri akar wangi binaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd.

masih menggunakan teknologi konvensional dalam operasionalisasi produksinya dan mesin yang mereka gunakan jumlahnya terbatas. Begitu juga manajemen usaha yang digunakan masih tergolong kurang baik atau minimnya pengetahuan dalam hal manajemen usahanya. Penggunaan teknologi dan manajemen usaha yang baik menjadi hal yang sangat penting

(11)

untuk diperhatikan demi peningkatan nilai tambah produk yang menunjang nilai jual produk tersebut, serta kelangsungan usaha dalam jangka panjang.

3. Pemasaran. Pemasaran merupakan kendala yang sering dihadapi oleh pelaku usaha agroindustri akar wangi binaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Meskipun produk UKM mereka telah berkembang, namun dalam hal pemasaran masih terbilang kurang baik. Jangkauan pemasaran produk mereka baru mencapai daerah-daerah terdekat di sekitar Kabupaten Garut.

4. Upah dan Mental Pengrajin. Upah pengrajin yang minim telah menjadi penghambat dalam agroindustri akar wangi. Upah yang mereka terima terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga menyebabkan mental para pengrajin menjadi lemah, dan akhirnya banyak pengrajin akar wangi beralih ke pekerjaan lain yang lebih menguntungkan.

Berdasarkan uraian singkat di atas, maka saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Dampak Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Pada Program Local Economic Development (LED) Terhadap Perkembangan Agroindustri Akar Wangi, melalui PUPUK sebagai lembaga kerjasamanya. Penelitian ini secara garis besar akan mengkaji mengenai pelaksanaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Pada Program Local Economic Development (LED) terhadap Perkembangan Agroindustri Akar wangi. Dengan kajian tersebut, diharapkan akan diketahui bagaimana pelaksanaan CSR pada Program Local Economic Development (LED) Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. secara keseluruhan terhadap perkembangan agroindustri akar wangi di Garut khususnya di Kecamatan Samarang.

(12)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. pada program Local Economic Development (LED).

2. Bagaimana dampak pelaksanaan CSR pada program Local Economic Development (LED) Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. terhadap perkembangan agroindustrialisasi akar wangi di Kecamatan Samarang.

3. Bagaimana dampak pelaksanaan CSR pada Program Local Economic Development (LED) Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. terhadap pendapatan usaha agroindustri akar wangi di Kecamatan Samarang.

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dampak pelaksanaan CSR yang dilaksanakan oleh Program Local Economic Development (LED) Chevron Geothermal Indonesia Ltd melalui kegiatan pemberdayaaan ekonomi masyarakat terhadap pelaku usaha agroindustri akar wangi dan menjelaskan dampaknya terhadap perkembangan agroindustri di Kecamatan Samarang. Adapun Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pelaksanaan CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. pada program Local Economic Development (LED).

(13)

2. Dampak pelaksanaan CSR pada program Local Economic Development (LED) Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. terhadap perkembangan agroindustrialisasi akar wangi di Kecamatan Samarang.

3. Dampak pelaksanaan CSR pada Program Local Economic Development (LED) Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. terhadap pendapatan usaha agroindustri akar wangi di Kecamatan Samarang.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi : 1. Aspek keilmuan

1) Sebagai pengalaman berharga dan tambahan pengetahuan serta wawasaan yang berkaitan dengan pelaksanaan program pemberdyaan masyarakat.

2) Sebagai kajian pustaka atau penelaahan bagi berbagai pihak yang ingin mendapatkan gambaran mengenai proses pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam melaksanakan program CSR.

2. Aspek guna laksana (praktis)

1) Kalangan akademisi, sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya mengenai pertanian, khususnya tentang program CSR melalui kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

2) Instansi terkait (stakeholders), sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kerjasama yang terkait dengan dampak pelaksanaan program CSR Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. dalam mengetahui dampak pelaksanaan CSR selama ini. Selain itu juga, sebagai bahan rujukan dan

(14)

informasi bagi perusahaan dalam menentukan perencanaan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian menjelaskan: (1) Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan CSR pada PT HM Sampoerna Tbk terlaksana ditinjau dari perundang-undangan yang

• Strategi yang dijalankan oleh perusahaan dalam melakukan program pengembangan masyarakat untuk mewujudkan tanggung jawab sosialnya/CSR • Manfaat yang diperoleh. perusahaan

Strategi CSR PT Frisian Flag Indonesia (FFI) diharapkan dapat memberikan dampak yang signifikan bagi perusahaan khususnya dalam meningkatkan brand awareness Frisian

Laporan kegiatan CSR dapat mengacu pada Global Reporting Initiative (GRI) , yang didalam laporan tersebut tidak hanya menginformasikan mengenai proses pelaksanaan CSR, namun

Deskripsi hasil penelitian digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel penelitian yang sesuai dengan penjelasan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa variabel

kondisi yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan. 31 Mekanisme penerapan CSR berlanjut pada perencanaan, persiapan, pembiayaan, pelaksanaan, pendokumentasian,

Sebelum pelaksanaan kegiatan CSR, perusahaan dapat melakukan langkah- langkah sebagai berikut: (1) Melakukan identifikasi dampak negatif lingkungan dari rencana

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan CSR PT Otsuka Indonesia diantaranya adalah : belum ada struktur yang jelas dan kurangnya jumlah SDM untuk menangani CSR, adanya komplain