• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH (BKD) KABUPATEN MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH (BKD) KABUPATEN MALANG"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN

PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH (BKD) KABUPATEN MALANG

SKRIPSI

Oleh:

CITRA AYU DIAN MIRANTI

(08610143)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

(2)
(3)
(4)

SKRIPSI

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PADA

BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH (BKD) KABUPATEN MALANG

Oleh:

NAMA : CITRA AYU DIAN MIRANTI

NIM : 08610143

Diterima dan disahkan

Pada tanggal ……….

Pembimbing I

Pembimbing II

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini tepat pada waktunya.

Skripsi

yang

berjudul

PENGARUH

GAYA

KEPEMIMPINAN

TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA BADAN KEPEGAWAIAN

DAERAH (BKD) KABUPATEN MALANG

disusun untuk memenuhi serta

melengkapi syarat memperoleh gelar Kesarjanaan di bidang Ekonomi, program studi

Manajemen pada Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis berusaha memberi sebaik mungkin

namun demikian, penulis menyadari akan kemampuan dan keterbatasan pengetahuan

serta pengalaman penulis. Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan

serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat:

1.

Dr. H. Nazaruddin Malik, SE, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Malang.

(6)

3.

Dra. Siti Nurhasanah, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah sudi

meluangkan waktuya untuk mengoreksi serta memberikan petunjuk yang sangat

bermanfaat guna penyusunan skripsi ini.

4.

Drs. Sobari, MM, selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang penuh kesabaran

telah memberikan bimbingan serta petunjuk hingga selesainya penulisan skripsi

ini.

5.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu terselesaikannya skripsi ini baik materiil maupun spirituil.

Akhirnya segala amal baik yang telah mereka berikan kepada penulis semoga

mendapat balasan dari Allah SWT. dan penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, Mei 2013

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

KARTU KENDALI KONSULTASI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Penelitian ... 1

B.

Rumusan Masalah ... 5

C.

Batasan Masalah... 6

D.

Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.

Tujuan Penelitian ... 7

2.

Manfaat Penelitian ... 7

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

1.

Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.

Pengertian Kepemimpinan ... 10

3.

Faktor-faktor Gaya Kepemimpinan ... 10

4.

Pentingnya Kepemimpinan Dalam Organisasi ... 12

5.

Teori Kepemimpinan Situasional ... 13

6.

Pengertian Kinerja ... 19

7.

Pengukuran Kinerja ... 20

8.

Tujuan Penilaian Kinerja Karyawan ... 22

9.

Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Kinerja Karyawan ... 23

10.

Kerangka Pikir ... 24

11.

Hipotesis ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN

A.

Lokasi Penelitian ... 26

B.

Jenis Penelitian ... 26

C.

Populasi dan Sampel ... 26

(8)

E.

Data dan Sumber Data ... 30

F.

Teknik Pengumpulan Data ... 31

G.

Uji Instrumen ... 31

H.

Metode Analisis Data ... 33

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian ... 38

1.

Sejarah Berdirinya Badan Kepegawaian Daerah ... 38

2.

Visi dan Misi BKD ... 43

3.

Tujuan ... 45

4.

Sasaran ... 45

5.

Jam Kerja ... 45

B.

Gambaran Karakteristik Responden ... 46

1.

Jenis Kelamin Responden ... 47

2.

Tingkat Usia Responden ... 47

3.

Tingkat Pendidikan Terakhir Responden ... 48

4.

Masa Kerja Responden ... 49

5.

Golongan/ Pangkat Responden ... 50

6.

Status Perkawinan Responden ... 51

7.

Gaji/ Bulan Responden ... 52

C.

Uji Instrumen ... 53

1.

Uji Validitas ... 55

2.

Uji Reliabilitas ... 55

D.

Hasil Analisis Rentang Skala ... 55

E.

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 66

F.

Hasil Uji Hipotesis ... 69

G.

Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 76

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang ... 9

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 48

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 49

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 50

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Golongan/ Pangkat Responden ... 51

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Responden ... 52

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Gaji/ Bulan Responden ... 52

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas ... 53

Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas ... 55

Tabel 4.10 Orientasi Tugas (X

1

) ... 56

Tabel 4.11 Orientasi Hubungan (X

2

)... 59

Tabel 4.12 Kinerja (Y) ... 62

Tabel 4.13 Pengaruh Gaya kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai ... 66

Tabel 4.14 Hasil Uji F ... 70

Tabel 4.15 Perbandingan Antara Nilai t

hitung

Dengan t

Tabel

... 71

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1.

Angket Penelitian

2.

Skor Hasil Penelitian

3.

Hasil Distribusi Frekuensi

4.

Hasil Uji Validitas

5.

Hasil Reability

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006.

Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek

, Edisi

Revisi Cetakan Ke VIII, , Jakarta: Penerbit Renika Cipta.

Atmosoeprapto, Kisdarto, 2001,

Produktivitas Aktualisasi Budaya Perusahaan,

Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.

Azwar, 2009,

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Prestasi Kerja

Karyawan Pada Rumah Sakit Bedah Pelita Medical Centre Batam

, Skripsi

Universitas Muhammadiyah Malang

Arifin, Amirullah, Fauziah, 2003,

Perilaku Organisasi

,

Edisi 1, Penerbit Bayumedia,

Malang.

Hasibuan, Malayu, 2003,

Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan

Produktivitas,

Cetakan Ketiga, Penerbit Bumi Aksara: Jakarta.

Hendrawan, 2010,

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan

Pada

Koperasi Karyawan BRI Malang Kawi “Arth

a

–Karya” Kota

Malang

, Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang

Muchamad Nizar, 2006,

Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja

Karyawan (Studi Pada Pemerintah Kabupaten Malang),

Skripsi Universitas

Muhammadiyah Malang.

Mohyi, Ahmad, 2005,

Teori dan Perilaku Organisasi,

Malang: CV. Cahaya Press.

Mangkunegara, Anwar Prabu, 2000,

Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan,

Cetakan Kedua, PT. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.

Sinungan, Muchdarsyah, 2000,

Produktivitas Apa Dan Bagaimana,

Edisi Kedua,

Cetakan Keempat, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Effendi, 1995,

Metode Penelitian Survai,

Edisi Revisi,

Jakarta: LP3S

Thoha, Miftah, 1992,

Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya

,

Rajawali Jakarta.

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Hampir semua organisasi yang ada, pegawai merupakan asset penting

yang wajib mereka jaga. Oleh karena itu setiap perusahaan harus

mengandalkan tingkat kinerja pegawai di organisasi, maka organisasi tersebut

dituntut untuk mampu mengoptimalkan kinerja pegawainya. Salah satu

pendekatan dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai tersebut dapat

dilakukan melalui praktek kepemimpinan atau gaya kepemimpinan yang

handal. Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang

menentukan berhasil atau tidaknya perusahaan dalam mencapai

tujuan-tujuannya. Bagi pegawai, kepemimpinan merupakan faktor pendorong

semangat dan kegairahan kerja dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan.

Pemimpin dapat pula berperan sebagai pendorong yang harus mempunyai

kemampuan memahami orang lain, bisa menghargai anak buahnya, dan

mempunyai tanggung jawab dalam memimpin organisasi.

Kepemimpinan merupakan proses atau serangkaian kegiatan yang

saling berhubungan satu dengan yang lain berisi menggerakkan, membimbing

dan mengarahkan serta mengawasi orang lain dalam berbuat sama. Seluruh

kegiatan itu dapat disebut sebagai usaha mempengaruhi perasaan, pikiran dan

tingkah laku orang lain kearah pencapaian tujuan. Kepemimpinan juga bisa

diartikan proses interaksi antara pemimpin dengan pegawainya untuk berbuat

(14)

2

organisasi sangat ditentukan oleh bagaimana pimpinan mampu menerapkan

gaya kepemimpinan yang tepat.

Kepemimpinan dibutuhkan manusia, karena adanya suatu keterbatasan

dan kelebihan-kelebihan tertentu pada manusia. Di satu pihak, manusia

terbatas kemampuannya untuk memimpin, di pihak lain ada orang yang

mempunyai kelebihan kemampuan untuk memimpin. Di sinilah timbulnya

kebutuhan akan pemimpin dan kepemimpinan. Betapa pentingnya pemimpin

dan kepemimpinan dalam suatu kelompok jika terjadi suatu konflik atau

perselisihan diantara orang-orang dalam kelompok, maka orang-orang

mencari cara pemecahan supaya terjamin keteraturan dan dapat ditaati

bersama. Melalui kepemimpinan yang tepat maka dengan sendirinya upaya

organisasi untuk meningkatkan kinerja para karyawan dapat terwujud.

Kepemimpinan dapat memotivasi para karyawan untuk bekerja secara

maksimal diperusahaan dan pada akhirnya meningkatkan kinerjanya. Kinerja

menurut Hasibuan (2001: 94), kinerja sebagai prestasi kerja yang

mengungkapkan bahwa “prestasi kerja adalah suatu hasil yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang telah dibebankan kepadanya,

yang disandarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta

waktu”.

Pemerintah Kabupaten Malang merupakan instansi pemerintah yang

bergerak dalam bidang pelayanan umum, dimana dalam melaksanakan

aktivitas instansi ini selalu berusaha memberikan dukungan atas pelayanan

yang diberikan kepada masyarakat. Dalam usaha untuk mewujudkan tujuan

tersebut maka diperlukan gaya kepemimpinan yang tepat sehingga aktivitas

(15)

3

aktivitasnya, pemerintah Kabupaten Malang terkait dengan gaya

kepemimpinan situasional dapat diketahui bahwa pihak pimpinan selalu

berusaha untuk memberikan dukungan kepada para pegawai untuk

meningkatkan prestasi kerjanya serta memberikan arahan dengan cepat

apabila terjadi suatu permasalahan yang menyangkut aktivitas pegawai pada

instansi. Kenyataan tersebut secara nyata dapat membuktikan bahwa gaya

kepemimpinan yang diterapkan kepada pegawai dalam bekerja mampu untuk

menggerakkan keinginan para pegawai untuk memenuhi target kerja yang

telah ditetapkan oleh instansi.

Para pemimpin mempunyai wewenang dalam mengarahkan berbagai

kegiatan para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat

mengarahkan kegiatan-kegiatan pemimpin secara langsung meskipun dapat

juga melalui sejumlah cara secara tidak langsung (Handoko, 1991;294). Hal

tersebut sesuai dengan yang ada pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD)

Kabupaten Malang, pemimpin memberikan wewenang secara luas kepada

para bawahannya. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan para

bawahannya untuk menyelesaiakan masalah yang sedang dihadapi. Dalam

organisasi tersebut, pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas

serta tanggung jawab yang diberikan kepada bawahannya. Badan

Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Malang mempunyai tugas-tugas yang

harus dijalankan, salah satunya yaitu melaksanakan urusan pemerintahan

daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang

kepegawaian, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai

(16)

4

Malang dipimpin oleh kepala kantor yang berada dibawah dan bertanggung

jawab langsung kepada Bupati melalui sekretaris daerah.

Dalam kurun waktu lima tahun tarakhir menunjukkan bahwa dinas

mampu keberhasilan pencapaian kinerja selama lima tahun yaitu mulai tahun

2004 – 2008 yang merupakan satu rangkaian dalam penilaian kerja sesuai

Rencana Strategik Badan Kepegawaian Daerah Tahun 2004 – 2008 untuk

setiap program capaiannya di atas 80% sehingga capaian kinerja instansi

masuk dalam katagori BERHASIL walaupun tidak semua program dapat

mencapai target yang diharapkan (Hasil wawancara Kepala BKD, Bpk. .

Dengan hasil gambaran kinerja ini, merupakan pedoman Badan Kepegawaian

Daerah dalam merencanakan dan melaksanakan program dan kegiatan

peningkatan kinerja pegawai untuk lima tahun ke depan sesuai dengan

Rencana Strategik Tahun 2009 – 2013 yang telah ditetapkan.

Di kantor BKD Kabupaten Malang sering dilakukan pergantian

kepemimpinan dalam lima tahun terakhir yaitu sebanyak 3 kali. Hal tersebut

merupakan kebijakan struktural pemerintah Kabupaten Malang dengan

mempertimbangkan berbagai aspek seperti: masa tugas akhir karena pensiun,

kepala kantor yang bersangkutan dipromosikan pada lini tugas yang lain

maupun aspek internal di lingkungan kantor BKD Kabupaten Malang. Kondisi

tersebut memberikan dampak yang kurang baik terhadap upaya

pengembangan kemampuan para pegawai dalam bekerja di instansi. Sering

terjadinya pergantian kepemimpinan yang ada di BKD Kabupaten Malang

tersebut menjadikan upaya pencapaian kinerja para pegawai kurang maksimal

yang dikarenakan sistem yang ditetapkan setiap pimpinan berbeda. Perbedaan

(17)

5

sehingga menyebabkan para pegawai kesulitan untuk melaksanakan kebijakan

baru tersebut.

Namun demikian secara keseluruhan dapat diketahui bahwa gaya

kepemimpinan yang terdapat didinas selalu sesuai dengan fungsi badan

kepegawaian daerah berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor

7 Tahun 2008 adalah: dimana pimpinan Kepala Badan mempunyai tugas

menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi sebagai pelaksana administrasi

negara dengan melakukan koordinasikan dan melakukan pengawasan melekat

terhadap unit-unit kerja di bawahnya serta melaksanakan tugas-tugas lain yang

diberikan kepada para pegawai dengan bidang tugas dan fungsinya. Tugas non

rutin dikaitkan dengan pelaksanaan pengelolaan lingkungan internal instansi

sehingga dapat mendukung proses penyelesaian pekerjaan para pegawai.

Gaya kepemimpinan yang diterapkan pada masing-masing bagian

secara langsung akan berpengaruh pada pemberian tugas maupun hubungan

antara pemimpin dengan bawahan sesuai dengan gaya kepemimpinan

situasional yang meliputi perilaku tugas dan perilaku hubungan. Kondisi yang

terjadi dengan sering berubahnya gaya kepemimpinan pada BKD Kabupaten

Malang menjadikan para pegawai kurang memahami secara maksimal atas

pelaksanaan program kerja di BKD Kabupaten Malang. Dengan adanya

perbedaan, maka akan mempengaruhi para pegawai atau karyawan dalam

mencapai tujuan perusahaan. Perubahan gaya kepemimpinan tersebut

dikarenakan sering bergantinya pimpinan sehingga para pegawai merasakan

tidak memiliki kepastian atas perintah kerja yang harus diselesaikan sehingga

(18)

6

Kondisi tersebut menjadikan para karyawan sulit untuk mencapai kinerja

secara maksimal dalam bekerja diinstansi.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis berminat melakukan

penelitian dengan judul “PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN

TERHADAP KINERJA PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

(BKD) KABUPATEN MALANG”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gaya kepemimpinan yang diterapkan pada Badan Kepegawaian

Daerah Kabupaten Malang?

2. Bagaimana Kinerja yang diterapkan pada Badan Kepegawaian Daerah

(BKD) Kabupaten Malang?

3. Apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas dan

berorientasi hubungan terhadap kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian

Daerah (BKD) Kabupaten Malang?

4. Gaya kepemimpinan manakah yang mempunyai pengaruh lebih kuat

terhadap kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD)

Kabupaten Malang?

C. Batasan Masalah

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah tentang pengelolaan sumber

daya manusia dengan fokus untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan

terhadap kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten

Malang. Dalam penelitian ini gaya kepemimpinan dilihat dari penerapan

model kepemimpinan kepala kantor Badan Kepegawaian Daerah (BKD)

Kabupaten Malang. Teori kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian ini

(19)

7

Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Malang yang meliputi

kesetiaan, prestasi kerja, kejujuran, kedisiplinan, kreativitas, kerja sama,

kepemimpinan, kepribadian, prakarsa, kecakapan dan tanggung jawab.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Untuk mendeskripsikan gaya kepemimpinan yang diterapkan pada Badan

Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Malang.

b. Untuk mendeskripsikan kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian

Daerah (BKD) Kabuparen Malang.

c. Untuk menguji pengaruh gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas dan

berorientasi hubungan terhadap kinerja pegawai pada Badan

Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Malang.

d. Untuk menguji gaya kepemimpinan manakah yang mempunyai pengaruh

lebih kuat terhadap kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah

(BKD) Kabupaten Malang.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Instansi

Sebagai masukan yang positif bagi para pemimpin untuk menerapkan

gaya kepemimpinan yang cocok untuk diterapkan pada Badan

Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Malang.

b.Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang membutuhkan

(20)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengkaji tentang pengaruh gaya kepemimpinan

yang dilakukan oleh Muchamad Nizar R (2006) dengan judul “Pengaruh Gaya

Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Pemerintah

Kabupaten Malang). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil

kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan berorientasi tugas dan berorientasi

hubungan karena terbukti dapat meningkatkan kinerja pegawai pada Badan

Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Malang.

Hasil penelitian Hendrawan (2010) yang mengambil judul penelitian

“Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada Koperasi

Karyawan BRI Malang Kawi “Artha –Karya” Kota Malang”. Tujuan dari

penelitian tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan

terhadap kinerja karyawan pada Koperasi Karyawan BRI Malang Kawi “Artha

–Karya” Kota Malang. Hasil analisis menunjukka bahwa terdapat pengaruh

gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada koperasi karyawan BRI

Malang Kawi “Artha –Karya” Kota Malang.

Sedangkan hasil skripsi dari Azwar (2009), dengan judul “Pengaruh

Gaya Kepemimpinan Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Rumah Sakit

Bedah Pelita Medical Centre Batam”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap prestasi kerja

karyawan pada Rumah Sakit Bedah Pelita Medical Centre Batam”. Hasil

(21)

9

prestasi kerja karyawan pada Rumah Sakit Bedah Pelita Medical Centre

Batam.

Tabel 1.1

Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang

Nama Perbedaan Terdahulu Sekarang

Nizar (2006) Hendrawan (2010) Azwar (2009) Judul Variabel Analisis Objek Hasil Judul Variabel Analisis Objek Hasil Judul Variabel Analisis Objek Hasil

Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan

Gaya Kepemimpinan  Gaya mendelegasi  Gaya mengarahkan  Gaya mendukung  Gaya membimbing

Rentang skala, linier berganda, uji F dan uji t

Studi Pada Pemerintah Kabupaten Malang

Adanya pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan orientasi tugas dan orientasi hubungan terhadap kinerja pada Pemerintah Kabupaten Malang)

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada Koperasi Karyawan BRI Malang Kawi “Artha – Karya” Kota Malang

Gaya kepemimpinan  Kinerja karyawan

Rentang skala, linier sederhana dengan F Karyawan Koperasi Karyawan BRI Malang Kawi “Artha –Karya” Kota Malang

Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada koperasi karyawan BRI Malang Kawi “Artha – Karya” Kota Malang

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Rumah Sakit Bedah Pelita Medical Centre Batam  Gaya kepemimpinan

 Prestasi kerja

Rentang skala, linier berganda, uji F dan uji t

Karyawan Rumah Sakit Bedah Pelita Medical Centre Batam

Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan pada Rumah Sakit Bedah Pelita Medical Centre Batam

Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan

 Perilaku tugas  Perilaku Hubungan

Rentang skala, linier berganda,dan uji F

Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Malang.

(22)

10

Hasil penelitian terdahulu digunakan sebagai dasar pemikiran dalam

penelitian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan topik penelitian

mengenai gaya kepemimpinan dan pengaruhnya terhadap pencapaian kinerja

pegawai. Penelitian ini juga akan melakukan pengembangan dari hasil

penelitian terdahulu yaitu dengan menggunakan obyek serta lokasi penelitian

yang berbeda.

2. Pengertian Kepemimpinan

Menurut Thoha (1992:256) berpendapat bahwa kepemimpinan

adalah kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain dan memiliki

semangat total terhadap usaha mencapai tujuan organisasi.

Menurut Mohyi (2005:161) yang dimaksud kepemimpinan adalah

kegiatan mempengaruhi, mengorganisir, menggerakkan, mengarahkan atau

mempengaruhi orang lain (bawahan) untuk melaksanakan sesuatu dalam

rangka mencapai tujuan.

3. Faktor-faktor Gaya Kepemimpinan

Menurut Thoha (2001:44) untuk mengukur baik tidaknya atau sehat

tidaknya suatu gaya kepemimpinan dapt diukur dengan 8 (delapan) faktor

penilaian yang masuk di dalam faktor-faktor gaya kepemimpinan yang

meliputi:

a. Faktor Memerima Tanggung Jawab

Seorang pemimpin harus bersedia bertanggung jawab terhadap segala

sesuatu yang terjadi pada organisasi yang dipimpinnya, baik apa yang

(23)

11

b. Faktor Berkemampuan Berkomunikasi

Kemampuan seorang pemimpin untuk berkomunikasi dengan bawahannya

mengenai segala perubahan atau perkembangan perubahan serta menerima

saran-saran yang baik dari bawahannya.

c. Faktor Kemampuan untuk Bisa Perceptif

Seorang pemimpin harus mampu mengatasi persoalan-persoalan yang

muncul, oleh sebab itu pemimpin harus mempunyai kelebihan-kelebihan

tertentu dari bawahannya, sehingga mampu mempengaruhi perilaku

bawahannya untuk melaksanakan pekerjaannya secara sadar dan suka rela

untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

d. Faktor kemampuan untuk bersikap objektif

Kemampuan untuk mengambil keputusan secara adil dan dapat diterima

oleh semua pihak yang menjadi bawahannya.

e. Faktor Kemampuan Menentukan Prioritas

Seorang pemimpin harus dapat mengambil keputusan manajemen yang

sangat penting, mengingat terdapat banyak masalah yang muncul yang

memerlukan pemecahan berdasarkan kepentingan yang paling mendesak

untuk diselesaikan terlebih dahulu.

f. Faktor kemampuan mengatasi masalah yang timbul

Seorang pemimpin harus bisa mengatasi persoalan-persoalan yang timbul

(24)

12

g. Faktor kemampuan untuk merencanakan

Seorang pemimpin harus mampu untuk menentukan apa yang akan

dikerjakan, siapa yang akan mengerjakan, kapan akan dikerjakan, dimana

akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

h. Faktor kemampuan untuk mengerjakan

Kemampuan pemimpin untuk memberitahukan dan menjelaskan

tujuan-tujuan kepada bawahannya, memanajemen dan mengajak para

bawahannya untuk bekerja semaksimal mungkin, membimbing tenaga

kerja untuk mencapai standar operasional, mengembangkan tenaga kerja

bawahan guna merealisasikan kemungkinan-kemingkinan, memberikan

hak kepada orang-orang untuk mendengarkan, memuji dan memberikan

solusi secara adil, serta memperbaiki hasil dipandang dari sudut

pengendalian.

4. Pentingnya Kepemimpinan Dalam Organisasi

Dalam organisasi, pemimpin dan efektifitas kepemimpinan itu

sangat penting. Pentingnya kepemimpinan dalam organisasi tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut (Mohyi 2005:162):

a. Sebagai pengatur, pengarah organisasi untuk mencapai tujuan

b. Penanggung jawab dan pembuat kebijakan-kebijakan organisasi

c. Pemersatu dan memotivasi para bawahannya dalam melaksanakan

(25)

13

d. Pelapor dalam menjalankan aktivitas manajemen, yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan pengolahan sumber

daya yang ada

e. Sebagai pelopor memajukan organisasi

5. Teori Kepemimpinan Situasional

Kemampuan mengendalikan sumber daya manusia dan dana serta faktor

lain untuk mencapai tujuan organisasi merupakan usaha yang harus dilakukan

dalam setiap organisasi. Menurut Arifin Dkk (2003:125) fungsi tersebut

adalah merupakan fungsi yang harus dilaksanakan atau merupakan beban dan

pemimpin. Keberhasilan untuk mencapai tujuan organisasi adalah merupakan

kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap pemimpin.

Menurut Arifin (2003:128) di dalam kotak segi empat yang

menggambarkan kwadran kepemimpinan situasional, perilaku tugas

digambarkan dengan garis mendatar, sedang perilaku hubungan digambarkan

dengan garis tegak. Dengan empat buah segi empat yang dibentuk dan dua

garis tersebut akan dapat terlihat empat gaya kepemimpinan perilaku

pemimpin. Untuk lebih jelasnya tentang model teori kepemimpinan

(26)

14

Gambar 2.1

Model Kepemimpinan Situasional Tinggi

Hubungan Tinggi dan Tugas Rendah (Partisipasi)

Tugas Tinggi Hubungan Tinggi (Konsultasi) Hubungan Rendah dan Tugas

Rendah (Delegasi)

Tugas Tinggi dan Hubungan Rendah (Instruksi)

Rendah Perilaku Tugas

Sumber: Arifin (2003:128)

Berdasarkan gambar 1 di atas, dapat dilihat titik potong terjadi dalam

kuadran tugas tinggi dan hubungan rendah. Oleh karena itu hendaknya

pemimpin yang bekerja dengan karyawan yang mendemonstrasikan

kematangan rendah harus memakai gaya kepemimpinan yang banyak

mengarahkan kepada bawahan.

Menurut Toha (1992:3 15) kematangan (maturity) dalam situasional

dapat dirumuskan sebagai suatu kemampuan dan kemauan dan orang-orang

yang mau bertanggung jawab dalam mengarahkan perilakunya sendiri.

Kemampuan yang merupakan salah satu unsur dalam kematangan, berkaitan

dengan pengetahuan atau ketrampilan yang dapat diperoleh dan pendidikan,

latihan atau pengalaman. Adapun kemauan merupakan unsur yang lain dari

kematangan bertalian dengan keyakinan diri dan motivasi seseorang.

Gaya kepemimpinan merupakan norma yang digunakan sewaktu

mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Menurut Toha (1992:3 13) pada

hakekatnya perilaku dasar pemimpin yang mendapat tanggapan para Perilaku

Hubungan

Rendah Kematangan

(27)

15

pengikutnya, sewaktu pemimpin tersebut melakukan proses pemecahan

masalah dan pembuatan keputusan, maka empat gaya kepemimpinan dasar

situasional, dapat diaplikasikan dengan suatu proses pengambilan keputusan

tersebut. Gaya kepemimpinan dalam pembuatan keputusan disajikan pada

gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2

Empat Gaya Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan

Partisipasi (G3) Konsultasi (G2)

Delegasi (G4) Instruksi (G1)

Sumber : Toha (1992:3 14)

Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan (G1)

dirujuk sebagai instruksi, karena gaya kepemimpinan ini dicirikan dengan

komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan batasan peranan pengikutnya

dan memberi mereka tentang apa, bagaimana, bilamana dan di mana

melaksanakan berbagai tugas. Inisiatif pemecahan masalah semata-mata

dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan

dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin.

Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan (G2)

dirujuk sebagai konsulasi, karena dalam menggunakan gaya ini, pemimpin

masih banyak memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama

dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan banyaknya

komunikasi dua arah dan perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar

perasaan pengikut tentang keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan

saran-saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian (control) atas

(28)

16

Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan (G3)

dirujuk sebagai partisipasi, karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan

pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya

kepemimpinan 3 ini, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam

pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, komunikasi dua arah

ditingkatkan dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar. Tanggung

jawab pemecahan masalah-masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar

berada pada pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya karena pengikut

memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas.

Perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah pengarahan (G4)

dirujuk sebagai delegasi, karena pemimpin mendiskusikan masalah

bersama-sama dengan bawahan, sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi

masalah yang kemudian proses pembuatan didelegasikan secara keseluruhan

kepada bawahan. Bawahan memiliki kontrol untuk memutuskan tentang

bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang

luas bagi bawahan untuk melaksanakan pertunjukkan mereka sendiri karena

mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab

dalam pengarahan perilaku mereka sendiri.

Sebagai tambahan untuk mengetahui tingkat kematangan seseorang di

dalam suatu kelompok, seorang pemimpin barang kali bisa menilai tingkat

kematangan kelompok sebagai suatu kelompok, terutama sekali jika

kelompok tersebut sering melakukan interaksi bersama. Dengan demikian,

(29)

17

kepemimpinan yang sejalan dengan tingkat kematangan atau pekembangan

yang relevan dari para pengikut. Hubungan ini dilukiskan dalam gambar 2.3

berikut:

Gambar 2.3

Model Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blanchard

TINGKAT KEMATANGAN BAWAHAN

Perilaku mengarahkan Tinggi

Rendah GAYA KEPEMIMPINAN Tinggi Konsultatif Partisipatif Instruktif Delegatif

G3 G2

G1 G4 Tinggi Hubungan dan Rendah Tugas Tinggi Tugas dan Tinggi Hubungan Tinggi Tugas dan Rendah Hubungan Rendah Hubungan dan Rendah Tugas

M am pu dan M au (M 4)

M am pu t et api t idak mau (M 3)

Tidak m am pu t et api m au (M 2)

Tidak m am pu dan t idak m au (M 1)

Sumber : Thoha (1990 : 73)

sangat tinggi tinggi rendah sangat rendah

(30)

18

Dengan membagi kontinum tingkat kematangan di bawah model

kepemimpinan ke dalam empat tingkat: rendah (M1), rendah ke sedang (M2),

sedang ke tinggi (M3), dan tinggi (M4)

1) Gaya Kepemimpinan Instruksi

Kepemimpinan instruktif adalah untuk pengikut yang rendah

kematangannya. Orang yang tidak mampu dan tidak mau (M1) memiliki

tanggung jawab untuk melaksanakan sesuatu adalah tidak kompeten atau

tidak memiliki keyakinan. Dalam banyak kasus ketidakinginan mereka

merupakan akibat ketidakyakinannya atau kurangnya pengalaman dan

pengetahuannya berkenaan dengan sesuatu tugas. Dengan demikian, gaya

pengarahan (G1) memberikan pengarahan yang jelas dan spesifik.

2)Gaya Kepemimpinan Konsultasi

Kepemimpinan konsultasi untuk tingkat kematangan rendah ke sedang.

Orang yang tidak mampu tetapi berkeinginan (M2) untuk memikul

tanggung jawab dan memiliki keyakinan tetapi kurang memiliki

keterampilan. Dengan demikian gaya konsultasi (G2) yang memberikan

perilaku mendukung untuk memperkuat kemampuan dan antusias,

tampaknya merupakan gaya yang sesuai dipergunakan bagi individu pada

tingkat kematangan seperti ini.

3) Gaya Kepemimpinan Parsitipasi

Gaya kepemimpinan partisipasi adalah bagi bawahan dengan tingkat

kematangan dari sedang ke tinggi. Orang-orang pada tingkat

(31)

19

untuk melakukan suatu tugas yang diberikan. Ketidakinginan mereka itu

seringkali disebabkan karena kurangnya keyakinan. Namun bila mereka

yakin atas kemampuannya tetapi tidak mau maka keengganan mereka

untuk melaksanakan tugas tersebut lebih merupakan persoalan motivasi

dibandingkan persoalan keamanan.

4) Gaya Kepemimpinan Delegasi

Gaya kepemimpinan delegasi adalah bagi bawahan dengan tingkat

kematangan yang tinggi. Orang-orang dengan tingkat kematangan seperti

ini adalah mampu dan mau atau mempunyai keyakinan untuk memikul

tanggung jawab (M4). Dengan demikian gaya delegasi yang berprofil

rendah (G4) yang memberikan sedikit pengarahan dan sedikit dukungan

memiliki tingkat kemungkinan efektif yang paling tinggi dengan

individu-individu dalam tingkat kematangan seperti ini. Bawahan diperkenankan

untuk melaksanakan sendiri dan memutuskannya tentang bagaimana,

kapan, dan dimana melakukan pekerjaan. Pada saat yang sama, mereka

secara psikologis adalah matang, oleh karenanya tidak memerlukan

banyak komunikasi dua arah atau perilaku mendukung. Gaya ini

melibatkan perilaku hubungan kerja yang rendah dan perilaku berorientasi

tugas yang rendah pula.

6. Pengertian Kinerja

Kinerja pegawai merupakan hasil yang dicapai oleh seorang baik

berupa barang maupun jasa. Dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya

(32)

20

adanya standart kerja yang ditentukan pula. Kinerja yang baik merupakan

suatu langkah awal untuk menuju tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena

itu perlu diupayakan untuk meningkatkan kinerja pegawai meskipun hal

tersebut tidaklah mudah karena banyaknya faktor yang mempengaruhi.

Menurut Mangkunegara (2000:67) mengatakan pengertian kinerja

adalah: “Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya”. Sedangkan menurut Dharma (1993:212) “Kinerja

adalah sesuatu yang dikerjakan atau produk atau jasa yang dihasilkan atau

diberikan seseorang atau kelompok orang”.

Dari kedua pendapat di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa

kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan

tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

Kinerja dapat digunakan sebagai ukuran hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang telah dicapai oleh seorang karyawan atau pegawai dalam

rangka melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang telah

dibebankan kepadanya.

7. Pengukuran Kinerja

Secara umum pengukuran kinerja berarti perbandingan yang dapat

dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda. Seperti yang dikemukakan

(33)

21

1) Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan secara historis yang tidak

menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan, namun hanya

mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya.

2) Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan, tugas, seksi,

proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti ini menunjukkan pencapaian

relatif

3) Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang

terbaik sebagai memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan.

Penerapan standar diperlukan untuk mengetahui apakah kinerja

karyawan sesuai sasaran yang diharapkan sekaligus melihat besarnya

penyimpangan dengan cara membandingkan antara hasil yang aktual dengan

hasil yang diharapkan olah karena itu adanya suatu standar yang baku

merupakan tolak ukur bagi kinerja yang akan dievaluasi.

Sedangkan menurut Atmosoeprapto (2001: 6) menyatakan bahwa

“Kinerja tidak dapat diukur secara kuantitatif semata-mata, sehingga

mempunyai nilai mutlak, melainkan menggambarkan keragaman dari suatu

kegiatan”. Ada dua titik kunci untuk mengukur keragaman pada setiap situasi

atau kegiatan, yaitu meliputi:

1. Lebih memusatkan pada hasil akhir daripada kegiatan-kegiatan. Sebagai

contoh, bagi bisnis yang berorientasi pada keuntungan, sasaran nilai dolar

penjualan lebih berarti daripada jumlah penjualan yang tercapai.

2. Berfikir pada perbandingan dari “kenyataan” terhadap “yang seharusnya”.

(34)

22

kuantitatif, hasil bagi output terhadap input saja kurang berarti apabila

tidak diperbandingkan dengan hasil bagi atau sasaran yang diharapkan.

8. Tujuan Penilaian Kinerja Karyawan

Menurut Atmosoeprapto (2001: 12), tujuan penilaian kinerja karyawan

yaitu sebagai berikut:

a. Meningkatkan prestasi kerja karyawan, baik secara individu maupun

sebagai kelompok, sampai setinggi-tingginya dengan memberikan

kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri

dalam kerangka pencapaian tujuan perusahaan.

b. Peningkatan yang terjadi pada prestasi karayawan secara perorangan

pada gilirannya akan mendorong kinerja sumber daya manusia secara

keseluruhan, yang direfleksikan dalam kenaikan produktivitas

c. Merangasang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan

meningkatkan hasil karya dan prestasi pribadi serta potensi laten

karyawan dengan cara memberikan umpan balik pada mereka tentang

prestasi mereka.

d. Membantu perusahaan untuk dapat menyusun program pengembangan

dan pelatihan karyawan yang lebih tepat guna.

e. Menyediakan alat/sarana untuk membandingkan prestasi kerja pegawai

dengan tingkat gajinya atau imbalannya sebagai bagian dari kebijakan

dan sistem imbalan yang baik.

f. Memberikan kesempatan pada pegawai untuk mengeluarkan

(35)

23

Dengan demikian jalur komunikasi dan dialog akan terbuka dan dengan

demikian diharapkan bahwa proses penilaian prestasi kerja akan

mengeratkan hubungan antara atasan dan bawahan.

9. Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Kinerja Karyawan

Hubungan kepemimpinan dengan kinerja karyawan fungsi

kepemimpinan yang paling penting adalah memberikan motivasi kepada

bawahannya, kepemimpinan diyakini memiliki pengaruh terhadap perusahaan

dalam bentuk non keuangan. Pemimpin memotivasi pengikutnya untuk

melakukan sesuatu (kinerja) diluar dugaan (beyond normal expectation)

melalui transformasi pemikiran dan sikap mereka untuk mencapai kinerja

diluar dugaan tersebut, pemimpin menunjukkan berbagai perilaku berikut :

pengaruh idealisme, motivasi insporasional, stimulasi intelektual dan

konsiderasi individual. Suatu determinasi penting dari kinerja individu adalah

motivasi. Namun motivasi bukanlah satu-satunya determinan, variabel-variabel

lain: seperti usaha yang diberikan, kemampuan pengalaman masa lalu juga

mempengaruhi kinerja. Dengan adanya motivasi, maka terjadilah kemauan

kerja dan dengan adanya kemauan untuk bekerja serta dengan adanya kerja

sama., maka kinerja akan meningkat. Kinerja karyawan merupakan tolok ukur

kinerja perusahaan, semakin tinggi kinerja karyawan semakin tinggi pula

kinerja perusahaan.

10. Kerangka Pikir

Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang selalu terlihat pada

(36)

24

bawahannya. Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah

bahwa kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten

Malang secara individu merupakan sesuatu yang dianggap penting, baik bagi

pegawai maupun bagi organisasi yang bersangkutan. Kinerja yang tinggi

memungkinkan tercapainya tujuan individu dan organisasi.

Adapun indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja

karyawan (Hasibuan 2002:95) adalah kesetiaan, prestasi kerja, kejujuran,

kedisiplinan, kreativitas, kerja sama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa,

kecakapan dan tanggung jawab. Kinerja pegawai Badan Kepegawain Daerah

(BKD) Kabupaten Malang akan tercapai apabila pimpinan menerapkan gaya

kepemimpinan dengan tepat. Gaya kepemimpinan situasional tercermin dari

gaya menggerakkan, gaya membimbing, dan gaya menarahkan. Adapun

[image:36.612.139.515.483.673.2]

kerangka pikir penelitian dapat disajikan pada gambar 2.3.

Gambar 2.3

Hubungan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja

Gaya Kepemimpinan Situasional  Orientasi tugas (X1)

1. Memberikan instruksi. (X1.1)

2. Menjelaskan kepada pegawai (X1.2)

3. Memberikan dorongan . (X1.3)

4. Melakukan pengendalian. (X1.4)

5. Menetapkan batas waktu. (X1.5)

 Orientasi hubungan (X2)

1.Memberikan dorongan atau motivasi. . (X2.1)

2.Berusaha untuk memperhatikan setiap keluhan. (X2.2)

3.Melibatkan para pegawai (X2.3)

4.Mendelegasikan tanggung jawab. (X2.4)

5.Menciptakan hubungan baik . (X2.5)

Kinerja Pegawai (Y) 1.Kesetiaan (Y1.1)

2.Prestasi Kerja (Y1.2)

3.Kejujuran (Y1.3)

4.Kedisiplinan (Y1.4)

5.Kreativitas (Y1.5)

6.Kerja Sama (Y1.6)

7.Kepemimpinan (Y1.7)

8.Kepribadian (Y1.8)

9.Prakarsa (Y1.9)

10. Kecakapan (Y1.10)

(37)

25

Kerangka pikir penelitian digunakan sebagai alur penelitian yang

akan dilakukan, melalui kerangka pikir di atas maka dapat diketahui pengaruh

gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD)

Kabupaten Malang tehadap upaya instansi untuk meningkatkan kinerja

pegawai.

11. Hipotesa

Menurut Djarwanto dan Subagyo (1996:165), hipotesis adalah

pernyataan mengenai sesuatu hal yang harus diuji kebenarannya dengan data

yang lebih lengkap dan menunjang. Berdasarkan definisi tersebut, dapat

disimpulkan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang merupakan jawaban

sementara yang akan dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian.

Dengan dapat dirumuskan suatu hipotesis yaitu:

1. Diduga ada pengaruh gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas dan

berorientasi hubungan terhadap kinerja pegawai pada Badan

Kepegawaian Daerah (BKD) Kabuparen Malang.

2. Diduga gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas mempunyai

pengaruh dominan terhadap kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian

Gambar

Tabel 1.1 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang
Gambar 2.1 Model Kepemimpinan Situasional
Gambar 2.3
Gambar 2.3 Hubungan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan keterampilan proses sains mengajak anak untuk berpikir karena sains tidak lebih dari sekedar menghafal fakta, tetapi juga kombinasi dari keterampilan proses dan materi atau

Untuk mewujudkan suatu sumber daya kompetitif berkelanjutan,terdapat empat kondisi yang harus dipenuhi oleh suatu sumber daya sebelum disebut sebagai sumber daya

Pembelajaran pada jaringan syaraf tiruan pada dasarnya dideskripsikan lewat perubahan bobot w antara neuron, tujuan akhir pembelajaran terhadap variabel masukan x

[r]

Dengan mengetahui besarnya kandungan bahan aktif fomesafen di dalam biji kedelai dan kacang hijau yang dihasilkan dari tanaman yang ditumbuhkan pada tanah

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 Ayat (8) Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2009 tentang Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Lembaga

Animasi iklan sebuah produk merupakan suatu iklan animasi yang berisi tentang informasi barang / jasa, dengan animasi visualisasi dinamis yang dihasilkan Macromedia Flash MX 2004

(3) Apabila  dalam  jangka  waktu  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (2)  Menteri  tidak  memberikan keputusan  terhadap  permohonan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat