TINJAUAN YURIDIS NORMATIF TERHADAP PUTUSAN NO. 64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR TENTANG NARKOTIKA
(Studi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No. 64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR)
PENULISAN HUKUM
Oleh:
ADI TIYA GAMA PUTRA 09400109
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM
PENULISAN HUKUM
TINJAUAN YURIDIS NORMATIF TERHADAP PUTUSAN NO. 64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR TENTANG NARKOTIKA
(Studi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No. 64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR)
Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Kesarjanaan Dalam Bidang Ilmu Hukum
Oleh:
ADI TIYA GAMA PUTRA 09400109
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbi ’alamin
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah S.W.T atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : TINJAUAN
YURIDIS NORMATIF TERHADAP PUTUSAN NO.
64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR TENTANG NARKOTIKA (Studi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No. 64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR).
Sholawat serta salam selalu tertuju kepada Rasulullah Muhammad SAW,
pembawa rahmar seluruh alam semesta.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Kesarjannaan
Strata-1 (S1) dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan, serta pegarahan
dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Muhadjir Effendy, M.Ap selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Malang
2. Sulardi SH., M.Si, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang.
3. Ibu Hj. Komariah, SH., M.Si, M.Hum selaku dosen wali Kelas B angkatan
2009 yang tanpa mengenal kelelahan memberikan pengawalan dan nasehat
kepada penulis mulai dari awal perkuliahan sehingga penulis dapat
4. Sidik Sunaryo, SH., M.Si., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat selesai.
5. Moh. Najih, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat selesai.
6. Seluruh dosen dan Staf Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Malang yang turut mendukung segala urusan perkuliahan dan administrasi
penulis selama mengikuti perkuliahan.
7. Kepada Kawan Fuad Sardar Suratman SH yang telah membantu dan
memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi serta arahan dan
bimbingannya sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Untuk Ayahanda Sunardi tercinta yang berada di kota Probolinggo , yang
tidak ada henti-hentinya memberikan doa, dukungan serta subsidi dana yang
cukup besar selama penulis menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum
9. Untuk Ibunda Hayati tercinta yang tiada hentinya memberikan motivasi,
saran, arahan serta doa kepada penulis agar segera menyelesaikan
perkuliahan di Fakultas Hukum.
10. Terimakasih kepada adikku Criza cahya Nugraha, kakakku Rifana Prihatina
Dan kakak Bayu Nata Buana beliau selaku orang-orang yang dimana
sebagai sumber inspirasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta
dukungan serta doa yang tiada henti selalu dilakukan.
11. Kepada seluruh Kader/anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Komisariat Supremasi Hukum selaku tepat dimana penulis berproses dan
penggerak dan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
motivasi, saran dan kritikan yang telah diberikan sangat luar biasa.
12. Kepada seluruh Pimpinan Harian ikatan mahasiswa muhammadiyah
komisariat supremasi hukum periode 2013-2014 yang telah menjadi partner
yang sangat solid dalam menjalankan tugas serta menjadi kawan kolektif
sehingga memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Penelitian ini telah dilaksanakan dengan cermat, dan telah dibimbing oleh
Dosen yang berkompeten. Oleh karenanya, Penelitian ini dinilai layak untuk
di ajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam
bidang ilmu hukum.
Malang, 09 Januari 2015
Peneliti,
DAFTAR ISI
Lembar Cover/ Sampul Dalam... i
Lembar Pengesahan... ii
Surat Pernyataan... iv
Abstraksi...v
Abstract...vi
Kata Pengantar... vii
Daftar Isi...x
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Kegunaan Penelitian... 11
F. Metode Penelitian... 12
F.1. Jenis Penelitian ... 12
F.2. Pendekatan ... 13
F.3. Sumber Bahan Hukum ... 13
F.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 14
F.5. Analisa Bahan Hukum ... 14
F.6. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...17
A. Tinjauan Umum tentang Hakim ... 17
B. Tinjauan Umum tentang Putusan Hakim ... 20
C. Jenis Putusan Hakim ... 21
C.1. Putusan Pemidanaan (Veroordeling) ... 21
C.2. Putusan Bebas (Vrijspraak /Acquittal) ... 22
C.3. Putusan Lepas dari Segala Tuntutan (Onslag Van Alle ... Rechtvervolging) ... 23
D.1. Tahap Menganalisis Perbuatan Pidana ... 23
D.2. Tahap Menganalisa Tanggungjawab Pidana ... 25
D.3. Tahap Penentuan Pemidanaan ... 26
E. Tinjauan Umum Asas Kepastian Hukum ... 26
F. Tinjauan Umum Asas Kemanfaatan ... 29
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...34
A. Analisis Pasal 185 KUHAP terhadap Putusan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR Ditinjau dari Perspektif Kepastian Hukum ... 34
B. Analisis Putusan Pengadilan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT Ditinjau dari Aspek Kemanfaatan ... 48
BAB IV PENUTUP ...53
A. Kesimpulan ... 53
B. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ...56
INDEKS ...58
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Andi Hamzah. 1990. Pengantar Hukum Acara Pidana. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Carl Joachim Friedrich. 2004. Filsafat Hukum Perspektif Historis. Bandung. Kerjasama Penerbit Nuansa dengan Penerbit Busamedis.
CSTKansil dan Charisline Kansil. 2004. Kamus Istilah Aneka Hukum. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.
De Vos, H. 1987. Pengantar Etika. Yogyakarta. Tiara Wacana.
Fernando M. Manulang. 2007. Menggapai Hukum Berkeadilam. Jakarta. Kompas.
Frans Magnis Suseno. 1987. Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Frans Magnis Suseno. 1997. 13 Tokoh Etika, Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19. Yogyakarta. Kanisius.
Heilbroner, Robert L. 1953. The Worldly Philosophers, The Lives, Time, and Ideas of The Great Economic Thinkers. New York. Tent Printing. Simond and Schuster Inc.
Lilik Mulyadi. 2010. Seraut Wajah Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana Indonesia; Prespektif, Teoritis, Praktik, Teknik Membuat dan Permasalahanya. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.
M. Yahya Harahap. 1997. Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.
Moeljatno. Asas-Asas hukum Pidana. 2002. Jakarta. Rhineka Cipta.
Mr. R. Tresna. 1957. Peradilan di Indonesia dari Abad ke Abad. Jakarta. W. Versluys N.V.
Peter Mahmud Marzuki. 2007. Penelitian Hukum. Cet. III. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Sudikno Martokusumo. Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi Kelima.
Yogyakarta. Penerbit Liberty.
Internet:
A.Rifai Abun. Etika Utilitarianisme Mill. http://rifaiabun.com/2012/07/etika-utilitarianisme-mill.html, diakses tanggal 5 Januari 2014.
Khairul Fahmi. Utilitarianisme Bentham. http://www.negarahukum.com/hukum/ utilitarianisme-bentham.html, diakses tanggal 10 Januari 2014.
Sanjaya Yasin. Pengertian Hakim Tugas, Fungsi dan Kedudukan Kewenangan, Hakim. http://www.sarjanaku.com, diakses tanggal 1 Januari 2014.
Zain Al-Muhtar. Tujuan Hukum. http://sergie-zainovsky.com/2011/07/tujuan-hukum.html, diakses tanggal 10 Januari 2014.
Zainal Asikin. Mashab Utility, Naskah Buku Filsafat Hukum.
http://asikinzainal.com /2012/10/mashab-utility.html, diakses tanggal 1 Januari 2014.
Perundang-undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
Sumber lain:
Jimmy Hari Budiyamo. 2009. Tinjauan Perbedaan Amara Sislem Hukum Civil Law (EROPA Kontinentalj dengan Common Law (Anglo Saxon).
Yogyakana. Makalah Hukum Bisnis. Program Pasca Sarjana Magister dan Manajeman, Universitas Gadjah Mada.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peradilan adalah salah suatu urusan di dalam rumah tangga negara yang
teramat penting. Bagaimanapun baiknya segala peraturan hukum yang diciptakan
di dalam suatu negara, guna menjamin keselamatan masyarakat dan yang menuju
kepada tercapainya kesejahteraan rakyat, peraturan-peraturan itu tak akan
memberikan faedah, apabila tidak ada suatu tahapan (instansi), yang harus
memberikan isi dan kekuatan kepada kaidah-kaidah hukum, yang diletakkan di
dalam undang-undang dan peraturan hukum lainnya.1
Sampai sekarang umat manusia masih memandang kehadiran dan
keberadaan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman tetap perlu dan
dibutuhkan. Tempat dan kedudukan peradilan dalam negara hukum dan
masyarakat demokrasi masih tetap diandalkan sebagai2:
1) Katup penekan atau “the pressure valve” atas segala pelanggaran hukum, ketertiban masyarakat dan pelanggaran ketertiban umum. 2) Tempat terakhir mencari kebenaran dan keadilan atau “the last resort”,
sehingga pengadilan diandalkan sebagai badan yang berfungsi menegakkan kebenaran dan keadilan (to enforce the truth and to enforce justice).
1
Mr. R. Tresna. 1957. Peradilan di Indonesia dari Abad ke Abad. Jakarta. W. Versluys N.V. Hal. 101.
2
2
Dari kedudukan dan keberadaannya sebagai “the pressure valve” dan “the
last resort”, peradilan masih tetap diakui memegang peran, fungsi, dan
kewenangan sebagai3:
1) Penjaga kemerdekaan masyarakat, atau in guarding the freedom of society.
2) Wali masyarakat, atau are regarding as costudian of society.
3) Pelaksana penegakan hukum yang lazim disebut dalam ungkapan “judiciary as the upholders of the rule of law”.
Dalam susunan peradilan di Indonesia dikenal empat komponen peradilan
pidana yaitu Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan.
Namun, dengan memperhatikan tujuan hukum pidana, pembuat undang-undang
dan advokat juga mempunyai peran penting dalam sistem peradilan pidana.
Di Indonesia yang mendasari bekerjanya komponen sistem peradilan pidana di
atas mengacu kepada Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 atau KUHAP.
Tujuan peradilan tidak dapat dipisahkan dari tujuan hukum, karena
peradilan itu sendiri adalah bagian dari sistem hukum. Dalam ilmu hukum telah
dikenal tiga asas tujuan hukum, yakni asas keadilan, kemanfaatan, dan kepastian
hukum. Ketiga tujuan hukum tersebut merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan dengan titik tolak utamanya adalah dalam rangka mencari keadilan
sebagai asas tujuan hukum yang paling utama.
Persoalan hukum mempunyai posisi yang sentral dalam penegakan hukum.
Kegagalan para pihak dalam membangun argumentasi untuk memecahkan isu
hukum yang menjadi objek perkara mempunyai implikasi ditolaknya gugatan atau
dakwaan tidak terbukti oleh hakim atau bahkan sebaliknya, yang seharusnya
3
3 gugatan ditolak malah dikabulkan atau dakwaan yang seharusnya dapat ditolak
dan tidak terbukti malahan terbukti secara sah dan meyakinkan sehingga terdakwa
harus dihukum.
Begitu pula jika hakim salah membangun argumentasi yang menjadi alasan
atau pertimbangan dalam putusannya juga berakibat gugatan yang semestinya
ditolak tetapi dikabulkan atau dakwaan yang semestinya tidak terbukti tetapi
dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan, atau sebaliknya.4 Jika hal ini
terjadi, akan menimbulkan implikasi lebih jauh yakni terganggunya rasa keadilan
secara yuridis atau paling tidak terganggunya kepastian hukum. Di dalam ilmu
hukum disebutkan bahwa tujuan hukum adalah untuk menciptakan ketertiban dan
keadilan dalam masyarakat. Menurut L.J. van Apeldoorn, tujuan hukum adalah
untuk mempertahankan ketertiban masyarakat. Dalam mernpertahankan ketertiban
tersebut hukum harus secara seimbang melindungi kepentingan-kepentingan yang
ada dalam masyarakat.5
Dalam rangka mendapatkan sebuah keadilan dan demi menciptakan ketertiban
hukum dalam masyarakat, jajaran aparatur penegak hukum memiliki posisi yang
sentral di dalamnya. Merekalah yang memiliki kapasitas dalam mengawal penegakan
sebuah aturan hukum hingga proses peradilan dan pada tahap akhir pemutusan
sebuah perkara di persidangan. Komponen peradilan pidana mulai dari Kepolisian,
Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan, semuanya memiliki andil yang
sentral dalam sebuah sistem peradilan.
4
Peter Mahmud Marzuki. 2007. Penelitian Hukum. Cet. III. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Hal. 57-58.
5
4 Dalam memecahkan sebuah kasus pidana tertentu, rangkaian proses dari
setiap komponen peradilan akan menentukan bagaimana hasil dari sebuah
persidangan di pengadilan nantinya. Mulai dari proses penyelidikan dan
penyidikan oleh pihak Kepolisian, hingga sampai pada tahap pertimbangan Hakim
yang memimpin persidangan dalam memutuskan suatu perkara pidana tertentu.
Untuk memecahkan sebuah kasus pidana tertentu demi penegakan hukum,
kerja semua pihak komponen peradilan pidana telah diatur melalui aturan-aturan
hukum tertentu, salah satunya adalah melalui KUHAP (Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana).
Sudarto (dalam Suryono Sutarto) berpandangan bahwa hukum acara pidana
ialah aturan-aturan yang memberikan petunjuk apa yang harus dilakukan oleh
aparat penegak hukum dan pihak-pihak atau orang-orang lain yang terlibat di
dalamnya, apabila ada persangkaan bahwa hukum pidana dilanggar.6 Hukum
pidana tidak akan mempunyai arti sama sekali kalau tidak ada hukum acara
pidananya.7
Dalam menegakkan sebuah hukum demi tercapainya sebuah keadilan dan
juga kemanfaatan dan kepastian hukum, tentu tidaklah semudah membalikkan
telapak tangan. Ada kalanya muncul berbagai macam persoalan dalam sebuah
proses peradilan itu sendiri. Salah satu persoalan yang bisa saja muncul adalah
ketika ada ketidak sesuaian kinerja komponen peradilan sesuai dengan aturan
6
Suryono Sutarto. 1991. Hukum Acara Pidana Jilid I. Semarang. Badan Penerbit UNDIP. Hal.2.
7
5 hukum yang mengaturnya. Hal ini tentu akan mempengaruhi hasil dari putusan
dalam sebuah proses peradilan terhadap suatu perkara pidana terntentu.
Salah satu contohnya adalah ketika dalam sebuah persidangan ada ketidak
sesuaian keterangan saksi yang dihadirkan. Lebih dari itu ada pula dijumpai adanya
keterangan saksi yang sama sekali berbeda dan bertolak belakang dengan isi BAP
dari pihak penyidik Kepolisian. Di sinilah peran seorang hakim harus jeli dan mampu
memecahkan persoalan yang demikian, dan tidak lain hal tersebut adalah demi
tercapainya keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Analisa hakim dalam
melihat persesuaian alat bukti yang sah di pengadilan akan menentukan
pertimbangannya dalam memutus sebuah perkara pidana di pengadilan.
Mengenai alat bukti yang sah telah diatur dalam Pasal 184 KUHAP, yakni:
(1) Alat bukti yang sah ialah: a. Keterangan saksi; b.Keterangan ahli; c. Surat;
d.Petunjuk;
e. Keterangan terdakwa.8
Sementara itu dalam Pasal 185 KUHAP juga dijelaskan sebagai berikut:
(1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan.
(2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila
disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.
(4) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada .hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.
8
6 (5) Baik pendapat maupun rekàan, yang diperoleh dari hasil pemikiran
saja, bukan merupakan keterangan saksi.
(6) Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan:
a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain; b. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain; c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi
keterangan yang tertentu;
d. cara hidup dan kesusilaán saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.
(7) (Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan yang lain tidak merupakan alat bukti namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan dari saksi yang disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang lain.9
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 185 ayat (6) di atas, telah ditegaskan
bahwa dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi hakim harus dengan
sungguh-sungguh memperhatikan persesuaian antara keterangan saksi satu
dengan yang lain; persesuaian saksi dengan alat bukti lain; alasan yang mungkin
dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang tertentu; dan cara hidup
dan kesusilaan serta segala sesuatu yang ada pada umumnya dapat mempengaruhi
dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.
Atas dasar hal tersebut di atas, diharapkan dapat memecahkan sebuah
persoalan pidana dalam sebuah perkara pidana di pengadilan ketika ditemukan
sebuah kondisi dimana ada keterangan saksi yang bertolak belakang antara yang
satu dengan yang lain, termasuk dengan isi BAP dari pihak penyidik.
Lantas apa jadinya ketika dalam mengambil sebuah keputusan, seorang
hakim tidak mengindahkan ketentuan dalam Pasal 185 ayat (6) KUHAP tersebut?
Tentunya hal tersebut akan memberikan dampak tersendiri atas kualitas sebuah
9
7 putusan hakim, karena dalam pertimbangannya tidak menutup kemungkinan tidak
cukup komperhensif dan holistik untuk memutus perkara seadil-adilnya.
Atas dasar hal tersebut di atas, penulis berpandangan bahwa ada hal yang
cukup menarik untuk dikaji secara mendalam dan ilmiah mengenai sebuah
putusan hakim yang dihasilkan dalam sebuah proses peradilan dimana ada sebuah
kenyataan adanya ketidak sesuaian keterangan antara saksi yang satu dengan yang
lain, dan ketidak sesuaian antara keterangan saksi dalam pengadilan dengan isi
BAP atas sebuah kasus pidana tertentu.
Dalam Putusan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR, fakta kejadian dalam
persidangan seperti yang telah penulis sebutkan di atas terjadi dalam proses
peradilannya. Dimana keterangan saksi 1 (Beni S Pandiangan) dan saksi 2 (Ajiz Al
Rais) yang keduanya merupakan petugas dari Kepolisian yang menangkap dan
melakukan penyidikan terhadap terdakwa (Ratu Nero Latar Als. Latar) dalam kasus
narkoba yang didakwakan memang telah bersesuaian dengan isi BAP dari keterangan
saksi yang lain yakni saksi 3 (Indah Widya Natalia), saksi 4 (Trisnawati Als. Lisna),
dan saksi 5 (Debi Als. Adel), termasuk juga dengan BAP dari terdakwa.
Hal yang cukup menarik dari proses pengadilan dalam Putusan
No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR adalah bahwa dalam persidangan, saksi 3, 4,
dan 5 serta terdakwa sendiri menyatakan mencabut isi BAP yang diajukan oleh
pihak penyidik Kepolisian, sekaligus menyatakan bahwa isi BAP tersebut tidak
benar. Para saksi tersebut, yakni saksi 3, 4, dan 5 juga menyatakan dalam
keterangannya di persidangan bahwa BAP yang telah mereka tandatangani adalah
8 Pasal 187 huruf a KUHAP mengatur bahwa berita acara, termasuk berita
acara pemeriksaan saksi (BAP Saksi) merupakan alat bukti surat. Mengenai BAP
Saksi sebagai alat bukti surat dikuatkan dengan adanya Surat Edaran Mahkamah
Agung No. 1 Tahun 1985 tentang Kekuatan Pembuktian Berita Acara
Pemeriksaan Saksi dan Visum et Repertum yang dibuat di Luar Negeri oleh
Pejabat Asing. Ketentuan Surat Edaran Mahkamah Agung ini memberi penegasan
bahwa berita acara, termasuk berita acara pemeriksaan saksi, bukan hanya sekedar
pedoman hakim untuk memeriksa suatu perkara pidana, melainkan sebuah alat
bukti yang memiliki kekuatan pembuktian. Dalam hal ini merujuk pada Pasal 187
huruf a KUHAP BAP merupakan alat bukti surat.
Berdasarkan Pasal 162 KUHAP, KUHAP memberikan sebuah pengecualian
bagi ketentuan bahwa keterangan saksi harus diberikan di depan persidangan.
Pasal 162 ayat (1) KUHAP memungkinkan untuk membacakan keterangan saksi
dalam tahap penyidikan, yakni BAP saksi, bilamana saksi yang bersangkutan
dalam alasan:
1. Meninggal dunia; atau
2. Berhalangan hadir karena alasan yang sah; atau
3. Tidak dipanggil karena jauh tempat kediaman atau tempat tinggalnya;
atau
4. Bilamana ada kepentingan negara.
Berdasarkan ketentuan yang penulis jelaskan di atas dapat diartikan bahwa
BAP memang bukanlah satu-satunya alat bukti yang sah untuk memutuskan
9 tetap sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 185 KUHAP seperti yang
telah penulis jelaskan sebelumnya. Kesesuian keterangan semua saksi dalam
pengadilan dan juga alat bukti yang lain harus benar-benar secara jeli di cermati
oleh hakim dalam pertimbangan putusannya.
Berdasarkan Putusan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR, terdakwa Ratu
Nero Latar Als. Latar dinyatakan bersalah oleh hakim dan dijatuhi pidana 5 (lima)
tahun penjara dan denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) atas dasar
melanggar ketentuan Pasal 114 ayat (1) UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Penulis berpandangan bahwa perlu dilakukan pengkajian secara detail dan
komperhensif atas Putusan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR. Apakah putusan
hakim dalam Putusan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR telah sesuai dengan
prinsip-prinsip kepastian hukum dalam Pasal 185 KUHAP dan apakah putusan
hakim tersebut memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat dan penegakan
hukum di Indonesia ataukah tidak.
Berdasarkan hal tersebut di atas yang telah penulis jelaskan dalam latar
belakang penulisan hukum ini, penulis memilih judul penulisan hukum:
“Tinjauan Yuridis Normatif Terhadap Proses Pengambilan Keputusan Oleh Hakim Dalam Putusan No.64/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Bar”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah implementasi Pasal 185 KUHAP terhadap Putusan
No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR ditinjau dari perspektif kepastian
10 2. Bagaimanakah Putusan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR ditinjau dari
aspek kemanfaatan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui implementasi Pasal 185 KUHAP terhadap Putusan
No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR ditinjau dari perspektif kepastian
hukum.
2. Untuk mengetahui aspek kemanfaatan atas Putusan No.64/PID.SUS/
2013/PN.JKT.BAR.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan
yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat dan kegunaan
yang diharapkan dari penelitian ini.
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini mampu memberikan wawasan pengetahuan
baru dalam rangka pengembangan ilmu hukum pidana mengenai putusan
pengadilan dalam hal persesuaiannya dengan unsur-unsur asas kepastian
hukum dalam perspektif Pasal 185 KUHAP dan asas kemanfaatan sebuah
putusan.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat luas
11 dalam perseuainnya dengan asas kepastian hukum berdasarkan
perspektif Pasal 185 KUHAP dan asas kemanfaatan.
b. Melalui penelitian ini, aparatur penegak hukum di Indonesia
diharapkan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam
memutus suatu perkara pidana dengan mengedepankan prinsip
sesuai dengan asas kepatian hukum dalam hal persesuaian antar alat
bukti dalam pengadilan sesuai dengan ketentuan Pasal 185 KUHAP
dan demi tercapainya asas kemanfaatan.
c. Untuk meningkatkan kemampuan analisa dan pola pikir yang ilmiah,
serta pengujian aplikatif atas ilmu yang diperoleh penulis selama
studi di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.
E. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis
Penulisan hukum ini diharapkan dapat menjadi pijakan baru di bidang
ilmu hukum dalam rangka menambah pengetahuan dan wawasan tentang
studi kasus yang diteliti oleh penulis, sekaligus sebagai syarat akademik
untuk memperoleh gelar kesarjanaan (S1) di bidang ilmu hukum.
2. Bagi Masyarakat
Melalui penulisan hukum ini, diharapkan dapat memberikan gambaran
yang konkrit atas studi kasus yang diteliti oleh penulis, sehingga masyarakat
mampu memahami dan terpacu untuk bersama-sama menegakkan hukum
12 tengah masyarakat dalam upaya mempertahankan dan memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Bagi Aparat Penegak Hukum
Melalui penulisan hukum ini diharapkan para aparatur penegak hukum
di Indonesia dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan penuh
tanggungjawab sesuai dengan koridor aturan yang telah ditetapkan tanpa
adanya manipulasi dalam penegakan hukum atas sebuah kasus pidana
tertentu demi tegaknya hukum yang adil, bermanfaat, dan memiliki
kepastian hukum yang kokoh.
4. Bagi Mahasiswa
Penulisan hukum ini diharapkan dapat dijadikan bahan bagi para
mahasiswa untuk menambah pengetahuan baru mengenai studi kasus yang
diangkat, dengan demikian para mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan
ilmu hukum dapat memberikan kontribusi positif dalam penegakan hukum
di Indonesia sebagai pengabdian konkrit di tengah masyarakat kelak.
F. Metode Penelitian F.1. Jenis Penelitian
Penulisan dalam penelitian hukum ini, penulis memilih jenis penelitian
hukum normatif (Normatif Legal Research). Penelitian hukum normatif adalah
jenis penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data
sekunder belaka. Jenis penelitian hukum normatif juga didasarkan atas
penelusuran sumber-sumber referensi ilmiah dan peraturan perundang-undangan
13
F.2. Pendekatan
Sebuah penelitian tidak terlepas dari metode yang digunakan, dalam
kaitannya dengan permasalahan yang dikemukakan maka metode pendekatan
yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis normatif,10 yaitu dengan
menganalisa kasus dan penyelesaiannya dengan prosedur undang-undang, dan
melihat hukum sebagai norma dalam masyarakat.11
F.3. Sumber Bahan Hukum
Dalam penelitian hukum ini, penulis mengumpulkan berbagai macam
bahan hukum yang kemudian dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) sumber bahan
hukum yaitu:
1. Bahan hukum primer; merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif artinya mempunyai otoritas yang terdiri dari
perundang-undangan. Bahan hukum primer dalam penulisan hukum ini adalah:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
c. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
d. Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman.
2. Bahan hukum sekunder; berupa semua publikasi tentang hukum yang
bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum
meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum,
10
Ibid.
11
14 dan pandangan tokoh, serta artikel yang berhubungan dengan obyek
penelitian.
F.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Pada penelitian hukum ini, penulis mengumpulkan bahan-bahan hukum
dengan metode studi kepustakaan. Studi Kepustakaan dilakukan dengan cara
melakukan penelusuran atas berbagai bahan hukum seperti buku, jurnal-jurnal,
majalah, artikel, surat kabar dan bulletin.
F.5. Analisa Bahan Hukum
Analisa data dalam suatu penelitian adalah penulis menggunakan metode
analisis isi (Contet Analysis). Metode tersebut merupakan suatu metode dalam
menganalisa bahan hukum guna diperolehnya gambaran umum penelitian yang
tidak didasarkan atas bilangan kualitatif melainkan didasarkan pada pengujian
objek penelitian hukum terhadap teori-teori/ kaidah hukum yang sesuai, di sertai
dengan menganalisa bahan hukum dari segi isi.
F.6. Sistematika Penulisan
Penulisan hukum ini ini akan dibagi dalam 4 (empat) bab, yang mana akan
dibagi menjadi sub bab didalam bab tersebut. Adapun sistematika penulisan
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penulisan hukum. Didalam sub bab
15 metode pendekatan yang dipilih penulis, sumber bahan hukum,
teknik pengumpulan bahan hukum serta analisa bahan hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka meliputi deskripsi yaitu pertama membahas
mengenai tinjauan umum tentang hakim. Pada bagian selanjutnya
menjelaskan mengenai proses penjatuhan putusan oleh hakim.
Bagian yang ketiga menjelaskan mengenai tinjauan umum asas
kepastian hukum, dan yang terakhir menjelaskan mengenai
tinjauan umum asas kemanfaatan.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas dan menjawab permasalahan
yang telah ditentukan sebelumnya. Bab ini terdiri dari 2 (dua) sub
bahasan, yang pertama adalah mengenai implementasi Pasal 185
KUHAP terhadap Putusan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR
ditinjau dari perspektif kepastian hukum. Sub bab yang kedua
membahas mengenai Putusan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR
ditinjau dari aspek kemanfaatan.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupkan
inti atas hasil penelitian dan analisa penulis terhadap obyek yang
diteliti berdasarkan rumusan masalah yang diajukan. Saran berisi
16 dianggap penting untuk menjawab persoalan yang telah dianalisa