• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS NORMATIF TERHADAP PUTUSAN NO. 64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR TENTANG NARKOTIKA (Studi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No. 64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS NORMATIF TERHADAP PUTUSAN NO. 64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR TENTANG NARKOTIKA (Studi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No. 64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS NORMATIF TERHADAP PUTUSAN NO. 64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR TENTANG NARKOTIKA

(Studi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No. 64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR)

PENULISAN HUKUM

Oleh:

ADI TIYA GAMA PUTRA 09400109

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

(2)

PENULISAN HUKUM

TINJAUAN YURIDIS NORMATIF TERHADAP PUTUSAN NO. 64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR TENTANG NARKOTIKA

(Studi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No. 64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR)

Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Kesarjanaan Dalam Bidang Ilmu Hukum

Oleh:

ADI TIYA GAMA PUTRA 09400109

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbi ’alamin

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah S.W.T atas berkat dan

rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : TINJAUAN

YURIDIS NORMATIF TERHADAP PUTUSAN NO.

64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR TENTANG NARKOTIKA (Studi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No. 64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR).

Sholawat serta salam selalu tertuju kepada Rasulullah Muhammad SAW,

pembawa rahmar seluruh alam semesta.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Kesarjannaan

Strata-1 (S1) dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan, serta pegarahan

dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Muhadjir Effendy, M.Ap selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Malang

2. Sulardi SH., M.Si, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang.

3. Ibu Hj. Komariah, SH., M.Si, M.Hum selaku dosen wali Kelas B angkatan

2009 yang tanpa mengenal kelelahan memberikan pengawalan dan nasehat

kepada penulis mulai dari awal perkuliahan sehingga penulis dapat

(7)

4. Sidik Sunaryo, SH., M.Si., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat selesai.

5. Moh. Najih, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat selesai.

6. Seluruh dosen dan Staf Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Malang yang turut mendukung segala urusan perkuliahan dan administrasi

penulis selama mengikuti perkuliahan.

7. Kepada Kawan Fuad Sardar Suratman SH yang telah membantu dan

memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi serta arahan dan

bimbingannya sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Untuk Ayahanda Sunardi tercinta yang berada di kota Probolinggo , yang

tidak ada henti-hentinya memberikan doa, dukungan serta subsidi dana yang

cukup besar selama penulis menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum

9. Untuk Ibunda Hayati tercinta yang tiada hentinya memberikan motivasi,

saran, arahan serta doa kepada penulis agar segera menyelesaikan

perkuliahan di Fakultas Hukum.

10. Terimakasih kepada adikku Criza cahya Nugraha, kakakku Rifana Prihatina

Dan kakak Bayu Nata Buana beliau selaku orang-orang yang dimana

sebagai sumber inspirasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta

dukungan serta doa yang tiada henti selalu dilakukan.

11. Kepada seluruh Kader/anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Komisariat Supremasi Hukum selaku tepat dimana penulis berproses dan

(8)

penggerak dan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

motivasi, saran dan kritikan yang telah diberikan sangat luar biasa.

12. Kepada seluruh Pimpinan Harian ikatan mahasiswa muhammadiyah

komisariat supremasi hukum periode 2013-2014 yang telah menjadi partner

yang sangat solid dalam menjalankan tugas serta menjadi kawan kolektif

sehingga memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Penelitian ini telah dilaksanakan dengan cermat, dan telah dibimbing oleh

Dosen yang berkompeten. Oleh karenanya, Penelitian ini dinilai layak untuk

di ajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam

bidang ilmu hukum.

Malang, 09 Januari 2015

Peneliti,

(9)

DAFTAR ISI

Lembar Cover/ Sampul Dalam... i

Lembar Pengesahan... ii

Surat Pernyataan... iv

Abstraksi...v

Abstract...vi

Kata Pengantar... vii

Daftar Isi...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Kegunaan Penelitian... 11

F. Metode Penelitian... 12

F.1. Jenis Penelitian ... 12

F.2. Pendekatan ... 13

F.3. Sumber Bahan Hukum ... 13

F.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 14

F.5. Analisa Bahan Hukum ... 14

F.6. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...17

A. Tinjauan Umum tentang Hakim ... 17

B. Tinjauan Umum tentang Putusan Hakim ... 20

C. Jenis Putusan Hakim ... 21

C.1. Putusan Pemidanaan (Veroordeling) ... 21

C.2. Putusan Bebas (Vrijspraak /Acquittal) ... 22

C.3. Putusan Lepas dari Segala Tuntutan (Onslag Van Alle ... Rechtvervolging) ... 23

(10)

D.1. Tahap Menganalisis Perbuatan Pidana ... 23

D.2. Tahap Menganalisa Tanggungjawab Pidana ... 25

D.3. Tahap Penentuan Pemidanaan ... 26

E. Tinjauan Umum Asas Kepastian Hukum ... 26

F. Tinjauan Umum Asas Kemanfaatan ... 29

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...34

A. Analisis Pasal 185 KUHAP terhadap Putusan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR Ditinjau dari Perspektif Kepastian Hukum ... 34

B. Analisis Putusan Pengadilan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT Ditinjau dari Aspek Kemanfaatan ... 48

BAB IV PENUTUP ...53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ...56

INDEKS ...58

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Andi Hamzah. 1990. Pengantar Hukum Acara Pidana. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Carl Joachim Friedrich. 2004. Filsafat Hukum Perspektif Historis. Bandung. Kerjasama Penerbit Nuansa dengan Penerbit Busamedis.

CSTKansil dan Charisline Kansil. 2004. Kamus Istilah Aneka Hukum. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.

De Vos, H. 1987. Pengantar Etika. Yogyakarta. Tiara Wacana.

Fernando M. Manulang. 2007. Menggapai Hukum Berkeadilam. Jakarta. Kompas.

Frans Magnis Suseno. 1987. Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.

Frans Magnis Suseno. 1997. 13 Tokoh Etika, Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19. Yogyakarta. Kanisius.

Heilbroner, Robert L. 1953. The Worldly Philosophers, The Lives, Time, and Ideas of The Great Economic Thinkers. New York. Tent Printing. Simond and Schuster Inc.

Lilik Mulyadi. 2010. Seraut Wajah Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana Indonesia; Prespektif, Teoritis, Praktik, Teknik Membuat dan Permasalahanya. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.

M. Yahya Harahap. 1997. Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.

Moeljatno. Asas-Asas hukum Pidana. 2002. Jakarta. Rhineka Cipta.

Mr. R. Tresna. 1957. Peradilan di Indonesia dari Abad ke Abad. Jakarta. W. Versluys N.V.

Peter Mahmud Marzuki. 2007. Penelitian Hukum. Cet. III. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Sudikno Martokusumo. Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi Kelima.

Yogyakarta. Penerbit Liberty.

(12)

Internet:

A.Rifai Abun. Etika Utilitarianisme Mill. http://rifaiabun.com/2012/07/etika-utilitarianisme-mill.html, diakses tanggal 5 Januari 2014.

Khairul Fahmi. Utilitarianisme Bentham. http://www.negarahukum.com/hukum/ utilitarianisme-bentham.html, diakses tanggal 10 Januari 2014.

Sanjaya Yasin. Pengertian Hakim Tugas, Fungsi dan Kedudukan Kewenangan, Hakim. http://www.sarjanaku.com, diakses tanggal 1 Januari 2014.

Zain Al-Muhtar. Tujuan Hukum. http://sergie-zainovsky.com/2011/07/tujuan-hukum.html, diakses tanggal 10 Januari 2014.

Zainal Asikin. Mashab Utility, Naskah Buku Filsafat Hukum.

http://asikinzainal.com /2012/10/mashab-utility.html, diakses tanggal 1 Januari 2014.

Perundang-undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

Sumber lain:

Jimmy Hari Budiyamo. 2009. Tinjauan Perbedaan Amara Sislem Hukum Civil Law (EROPA Kontinentalj dengan Common Law (Anglo Saxon).

Yogyakana. Makalah Hukum Bisnis. Program Pasca Sarjana Magister dan Manajeman, Universitas Gadjah Mada.

(13)
(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peradilan adalah salah suatu urusan di dalam rumah tangga negara yang

teramat penting. Bagaimanapun baiknya segala peraturan hukum yang diciptakan

di dalam suatu negara, guna menjamin keselamatan masyarakat dan yang menuju

kepada tercapainya kesejahteraan rakyat, peraturan-peraturan itu tak akan

memberikan faedah, apabila tidak ada suatu tahapan (instansi), yang harus

memberikan isi dan kekuatan kepada kaidah-kaidah hukum, yang diletakkan di

dalam undang-undang dan peraturan hukum lainnya.1

Sampai sekarang umat manusia masih memandang kehadiran dan

keberadaan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman tetap perlu dan

dibutuhkan. Tempat dan kedudukan peradilan dalam negara hukum dan

masyarakat demokrasi masih tetap diandalkan sebagai2:

1) Katup penekan atau “the pressure valve” atas segala pelanggaran hukum, ketertiban masyarakat dan pelanggaran ketertiban umum. 2) Tempat terakhir mencari kebenaran dan keadilan atau “the last resort”,

sehingga pengadilan diandalkan sebagai badan yang berfungsi menegakkan kebenaran dan keadilan (to enforce the truth and to enforce justice).

1

Mr. R. Tresna. 1957. Peradilan di Indonesia dari Abad ke Abad. Jakarta. W. Versluys N.V. Hal. 101.

2

(15)

2

Dari kedudukan dan keberadaannya sebagai “the pressure valve” dan “the

last resort”, peradilan masih tetap diakui memegang peran, fungsi, dan

kewenangan sebagai3:

1) Penjaga kemerdekaan masyarakat, atau in guarding the freedom of society.

2) Wali masyarakat, atau are regarding as costudian of society.

3) Pelaksana penegakan hukum yang lazim disebut dalam ungkapan “judiciary as the upholders of the rule of law”.

Dalam susunan peradilan di Indonesia dikenal empat komponen peradilan

pidana yaitu Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan.

Namun, dengan memperhatikan tujuan hukum pidana, pembuat undang-undang

dan advokat juga mempunyai peran penting dalam sistem peradilan pidana.

Di Indonesia yang mendasari bekerjanya komponen sistem peradilan pidana di

atas mengacu kepada Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 atau KUHAP.

Tujuan peradilan tidak dapat dipisahkan dari tujuan hukum, karena

peradilan itu sendiri adalah bagian dari sistem hukum. Dalam ilmu hukum telah

dikenal tiga asas tujuan hukum, yakni asas keadilan, kemanfaatan, dan kepastian

hukum. Ketiga tujuan hukum tersebut merupakan satu kesatuan yang tak

terpisahkan dengan titik tolak utamanya adalah dalam rangka mencari keadilan

sebagai asas tujuan hukum yang paling utama.

Persoalan hukum mempunyai posisi yang sentral dalam penegakan hukum.

Kegagalan para pihak dalam membangun argumentasi untuk memecahkan isu

hukum yang menjadi objek perkara mempunyai implikasi ditolaknya gugatan atau

dakwaan tidak terbukti oleh hakim atau bahkan sebaliknya, yang seharusnya

3

(16)

3 gugatan ditolak malah dikabulkan atau dakwaan yang seharusnya dapat ditolak

dan tidak terbukti malahan terbukti secara sah dan meyakinkan sehingga terdakwa

harus dihukum.

Begitu pula jika hakim salah membangun argumentasi yang menjadi alasan

atau pertimbangan dalam putusannya juga berakibat gugatan yang semestinya

ditolak tetapi dikabulkan atau dakwaan yang semestinya tidak terbukti tetapi

dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan, atau sebaliknya.4 Jika hal ini

terjadi, akan menimbulkan implikasi lebih jauh yakni terganggunya rasa keadilan

secara yuridis atau paling tidak terganggunya kepastian hukum. Di dalam ilmu

hukum disebutkan bahwa tujuan hukum adalah untuk menciptakan ketertiban dan

keadilan dalam masyarakat. Menurut L.J. van Apeldoorn, tujuan hukum adalah

untuk mempertahankan ketertiban masyarakat. Dalam mernpertahankan ketertiban

tersebut hukum harus secara seimbang melindungi kepentingan-kepentingan yang

ada dalam masyarakat.5

Dalam rangka mendapatkan sebuah keadilan dan demi menciptakan ketertiban

hukum dalam masyarakat, jajaran aparatur penegak hukum memiliki posisi yang

sentral di dalamnya. Merekalah yang memiliki kapasitas dalam mengawal penegakan

sebuah aturan hukum hingga proses peradilan dan pada tahap akhir pemutusan

sebuah perkara di persidangan. Komponen peradilan pidana mulai dari Kepolisian,

Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan, semuanya memiliki andil yang

sentral dalam sebuah sistem peradilan.

4

Peter Mahmud Marzuki. 2007. Penelitian Hukum. Cet. III. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Hal. 57-58.

5

(17)

4 Dalam memecahkan sebuah kasus pidana tertentu, rangkaian proses dari

setiap komponen peradilan akan menentukan bagaimana hasil dari sebuah

persidangan di pengadilan nantinya. Mulai dari proses penyelidikan dan

penyidikan oleh pihak Kepolisian, hingga sampai pada tahap pertimbangan Hakim

yang memimpin persidangan dalam memutuskan suatu perkara pidana tertentu.

Untuk memecahkan sebuah kasus pidana tertentu demi penegakan hukum,

kerja semua pihak komponen peradilan pidana telah diatur melalui aturan-aturan

hukum tertentu, salah satunya adalah melalui KUHAP (Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana).

Sudarto (dalam Suryono Sutarto) berpandangan bahwa hukum acara pidana

ialah aturan-aturan yang memberikan petunjuk apa yang harus dilakukan oleh

aparat penegak hukum dan pihak-pihak atau orang-orang lain yang terlibat di

dalamnya, apabila ada persangkaan bahwa hukum pidana dilanggar.6 Hukum

pidana tidak akan mempunyai arti sama sekali kalau tidak ada hukum acara

pidananya.7

Dalam menegakkan sebuah hukum demi tercapainya sebuah keadilan dan

juga kemanfaatan dan kepastian hukum, tentu tidaklah semudah membalikkan

telapak tangan. Ada kalanya muncul berbagai macam persoalan dalam sebuah

proses peradilan itu sendiri. Salah satu persoalan yang bisa saja muncul adalah

ketika ada ketidak sesuaian kinerja komponen peradilan sesuai dengan aturan

6

Suryono Sutarto. 1991. Hukum Acara Pidana Jilid I. Semarang. Badan Penerbit UNDIP. Hal.2.

7

(18)

5 hukum yang mengaturnya. Hal ini tentu akan mempengaruhi hasil dari putusan

dalam sebuah proses peradilan terhadap suatu perkara pidana terntentu.

Salah satu contohnya adalah ketika dalam sebuah persidangan ada ketidak

sesuaian keterangan saksi yang dihadirkan. Lebih dari itu ada pula dijumpai adanya

keterangan saksi yang sama sekali berbeda dan bertolak belakang dengan isi BAP

dari pihak penyidik Kepolisian. Di sinilah peran seorang hakim harus jeli dan mampu

memecahkan persoalan yang demikian, dan tidak lain hal tersebut adalah demi

tercapainya keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Analisa hakim dalam

melihat persesuaian alat bukti yang sah di pengadilan akan menentukan

pertimbangannya dalam memutus sebuah perkara pidana di pengadilan.

Mengenai alat bukti yang sah telah diatur dalam Pasal 184 KUHAP, yakni:

(1) Alat bukti yang sah ialah: a. Keterangan saksi; b.Keterangan ahli; c. Surat;

d.Petunjuk;

e. Keterangan terdakwa.8

Sementara itu dalam Pasal 185 KUHAP juga dijelaskan sebagai berikut:

(1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan.

(2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila

disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.

(4) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada .hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.

8

(19)

6 (5) Baik pendapat maupun rekàan, yang diperoleh dari hasil pemikiran

saja, bukan merupakan keterangan saksi.

(6) Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan:

a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain; b. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain; c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi

keterangan yang tertentu;

d. cara hidup dan kesusilaán saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.

(7) (Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan yang lain tidak merupakan alat bukti namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan dari saksi yang disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang lain.9

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 185 ayat (6) di atas, telah ditegaskan

bahwa dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi hakim harus dengan

sungguh-sungguh memperhatikan persesuaian antara keterangan saksi satu

dengan yang lain; persesuaian saksi dengan alat bukti lain; alasan yang mungkin

dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang tertentu; dan cara hidup

dan kesusilaan serta segala sesuatu yang ada pada umumnya dapat mempengaruhi

dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.

Atas dasar hal tersebut di atas, diharapkan dapat memecahkan sebuah

persoalan pidana dalam sebuah perkara pidana di pengadilan ketika ditemukan

sebuah kondisi dimana ada keterangan saksi yang bertolak belakang antara yang

satu dengan yang lain, termasuk dengan isi BAP dari pihak penyidik.

Lantas apa jadinya ketika dalam mengambil sebuah keputusan, seorang

hakim tidak mengindahkan ketentuan dalam Pasal 185 ayat (6) KUHAP tersebut?

Tentunya hal tersebut akan memberikan dampak tersendiri atas kualitas sebuah

9

(20)

7 putusan hakim, karena dalam pertimbangannya tidak menutup kemungkinan tidak

cukup komperhensif dan holistik untuk memutus perkara seadil-adilnya.

Atas dasar hal tersebut di atas, penulis berpandangan bahwa ada hal yang

cukup menarik untuk dikaji secara mendalam dan ilmiah mengenai sebuah

putusan hakim yang dihasilkan dalam sebuah proses peradilan dimana ada sebuah

kenyataan adanya ketidak sesuaian keterangan antara saksi yang satu dengan yang

lain, dan ketidak sesuaian antara keterangan saksi dalam pengadilan dengan isi

BAP atas sebuah kasus pidana tertentu.

Dalam Putusan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR, fakta kejadian dalam

persidangan seperti yang telah penulis sebutkan di atas terjadi dalam proses

peradilannya. Dimana keterangan saksi 1 (Beni S Pandiangan) dan saksi 2 (Ajiz Al

Rais) yang keduanya merupakan petugas dari Kepolisian yang menangkap dan

melakukan penyidikan terhadap terdakwa (Ratu Nero Latar Als. Latar) dalam kasus

narkoba yang didakwakan memang telah bersesuaian dengan isi BAP dari keterangan

saksi yang lain yakni saksi 3 (Indah Widya Natalia), saksi 4 (Trisnawati Als. Lisna),

dan saksi 5 (Debi Als. Adel), termasuk juga dengan BAP dari terdakwa.

Hal yang cukup menarik dari proses pengadilan dalam Putusan

No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR adalah bahwa dalam persidangan, saksi 3, 4,

dan 5 serta terdakwa sendiri menyatakan mencabut isi BAP yang diajukan oleh

pihak penyidik Kepolisian, sekaligus menyatakan bahwa isi BAP tersebut tidak

benar. Para saksi tersebut, yakni saksi 3, 4, dan 5 juga menyatakan dalam

keterangannya di persidangan bahwa BAP yang telah mereka tandatangani adalah

(21)

8 Pasal 187 huruf a KUHAP mengatur bahwa berita acara, termasuk berita

acara pemeriksaan saksi (BAP Saksi) merupakan alat bukti surat. Mengenai BAP

Saksi sebagai alat bukti surat dikuatkan dengan adanya Surat Edaran Mahkamah

Agung No. 1 Tahun 1985 tentang Kekuatan Pembuktian Berita Acara

Pemeriksaan Saksi dan Visum et Repertum yang dibuat di Luar Negeri oleh

Pejabat Asing. Ketentuan Surat Edaran Mahkamah Agung ini memberi penegasan

bahwa berita acara, termasuk berita acara pemeriksaan saksi, bukan hanya sekedar

pedoman hakim untuk memeriksa suatu perkara pidana, melainkan sebuah alat

bukti yang memiliki kekuatan pembuktian. Dalam hal ini merujuk pada Pasal 187

huruf a KUHAP BAP merupakan alat bukti surat.

Berdasarkan Pasal 162 KUHAP, KUHAP memberikan sebuah pengecualian

bagi ketentuan bahwa keterangan saksi harus diberikan di depan persidangan.

Pasal 162 ayat (1) KUHAP memungkinkan untuk membacakan keterangan saksi

dalam tahap penyidikan, yakni BAP saksi, bilamana saksi yang bersangkutan

dalam alasan:

1. Meninggal dunia; atau

2. Berhalangan hadir karena alasan yang sah; atau

3. Tidak dipanggil karena jauh tempat kediaman atau tempat tinggalnya;

atau

4. Bilamana ada kepentingan negara.

Berdasarkan ketentuan yang penulis jelaskan di atas dapat diartikan bahwa

BAP memang bukanlah satu-satunya alat bukti yang sah untuk memutuskan

(22)

9 tetap sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 185 KUHAP seperti yang

telah penulis jelaskan sebelumnya. Kesesuian keterangan semua saksi dalam

pengadilan dan juga alat bukti yang lain harus benar-benar secara jeli di cermati

oleh hakim dalam pertimbangan putusannya.

Berdasarkan Putusan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR, terdakwa Ratu

Nero Latar Als. Latar dinyatakan bersalah oleh hakim dan dijatuhi pidana 5 (lima)

tahun penjara dan denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) atas dasar

melanggar ketentuan Pasal 114 ayat (1) UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Penulis berpandangan bahwa perlu dilakukan pengkajian secara detail dan

komperhensif atas Putusan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR. Apakah putusan

hakim dalam Putusan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR telah sesuai dengan

prinsip-prinsip kepastian hukum dalam Pasal 185 KUHAP dan apakah putusan

hakim tersebut memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat dan penegakan

hukum di Indonesia ataukah tidak.

Berdasarkan hal tersebut di atas yang telah penulis jelaskan dalam latar

belakang penulisan hukum ini, penulis memilih judul penulisan hukum:

“Tinjauan Yuridis Normatif Terhadap Proses Pengambilan Keputusan Oleh Hakim Dalam Putusan No.64/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Bar”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah implementasi Pasal 185 KUHAP terhadap Putusan

No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR ditinjau dari perspektif kepastian

(23)

10 2. Bagaimanakah Putusan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR ditinjau dari

aspek kemanfaatan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui implementasi Pasal 185 KUHAP terhadap Putusan

No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR ditinjau dari perspektif kepastian

hukum.

2. Untuk mengetahui aspek kemanfaatan atas Putusan No.64/PID.SUS/

2013/PN.JKT.BAR.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan

yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat dan kegunaan

yang diharapkan dari penelitian ini.

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini mampu memberikan wawasan pengetahuan

baru dalam rangka pengembangan ilmu hukum pidana mengenai putusan

pengadilan dalam hal persesuaiannya dengan unsur-unsur asas kepastian

hukum dalam perspektif Pasal 185 KUHAP dan asas kemanfaatan sebuah

putusan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat luas

(24)

11 dalam perseuainnya dengan asas kepastian hukum berdasarkan

perspektif Pasal 185 KUHAP dan asas kemanfaatan.

b. Melalui penelitian ini, aparatur penegak hukum di Indonesia

diharapkan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam

memutus suatu perkara pidana dengan mengedepankan prinsip

sesuai dengan asas kepatian hukum dalam hal persesuaian antar alat

bukti dalam pengadilan sesuai dengan ketentuan Pasal 185 KUHAP

dan demi tercapainya asas kemanfaatan.

c. Untuk meningkatkan kemampuan analisa dan pola pikir yang ilmiah,

serta pengujian aplikatif atas ilmu yang diperoleh penulis selama

studi di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

E. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis

Penulisan hukum ini diharapkan dapat menjadi pijakan baru di bidang

ilmu hukum dalam rangka menambah pengetahuan dan wawasan tentang

studi kasus yang diteliti oleh penulis, sekaligus sebagai syarat akademik

untuk memperoleh gelar kesarjanaan (S1) di bidang ilmu hukum.

2. Bagi Masyarakat

Melalui penulisan hukum ini, diharapkan dapat memberikan gambaran

yang konkrit atas studi kasus yang diteliti oleh penulis, sehingga masyarakat

mampu memahami dan terpacu untuk bersama-sama menegakkan hukum

(25)

12 tengah masyarakat dalam upaya mempertahankan dan memperkuat

persatuan dan kesatuan bangsa.

3. Bagi Aparat Penegak Hukum

Melalui penulisan hukum ini diharapkan para aparatur penegak hukum

di Indonesia dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan penuh

tanggungjawab sesuai dengan koridor aturan yang telah ditetapkan tanpa

adanya manipulasi dalam penegakan hukum atas sebuah kasus pidana

tertentu demi tegaknya hukum yang adil, bermanfaat, dan memiliki

kepastian hukum yang kokoh.

4. Bagi Mahasiswa

Penulisan hukum ini diharapkan dapat dijadikan bahan bagi para

mahasiswa untuk menambah pengetahuan baru mengenai studi kasus yang

diangkat, dengan demikian para mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan

ilmu hukum dapat memberikan kontribusi positif dalam penegakan hukum

di Indonesia sebagai pengabdian konkrit di tengah masyarakat kelak.

F. Metode Penelitian F.1. Jenis Penelitian

Penulisan dalam penelitian hukum ini, penulis memilih jenis penelitian

hukum normatif (Normatif Legal Research). Penelitian hukum normatif adalah

jenis penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data

sekunder belaka. Jenis penelitian hukum normatif juga didasarkan atas

penelusuran sumber-sumber referensi ilmiah dan peraturan perundang-undangan

(26)

13

F.2. Pendekatan

Sebuah penelitian tidak terlepas dari metode yang digunakan, dalam

kaitannya dengan permasalahan yang dikemukakan maka metode pendekatan

yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis normatif,10 yaitu dengan

menganalisa kasus dan penyelesaiannya dengan prosedur undang-undang, dan

melihat hukum sebagai norma dalam masyarakat.11

F.3. Sumber Bahan Hukum

Dalam penelitian hukum ini, penulis mengumpulkan berbagai macam

bahan hukum yang kemudian dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) sumber bahan

hukum yaitu:

1. Bahan hukum primer; merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif artinya mempunyai otoritas yang terdiri dari

perundang-undangan. Bahan hukum primer dalam penulisan hukum ini adalah:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

c. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

d. Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan

Kehakiman.

2. Bahan hukum sekunder; berupa semua publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum

meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum,

10

Ibid.

11

(27)

14 dan pandangan tokoh, serta artikel yang berhubungan dengan obyek

penelitian.

F.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Pada penelitian hukum ini, penulis mengumpulkan bahan-bahan hukum

dengan metode studi kepustakaan. Studi Kepustakaan dilakukan dengan cara

melakukan penelusuran atas berbagai bahan hukum seperti buku, jurnal-jurnal,

majalah, artikel, surat kabar dan bulletin.

F.5. Analisa Bahan Hukum

Analisa data dalam suatu penelitian adalah penulis menggunakan metode

analisis isi (Contet Analysis). Metode tersebut merupakan suatu metode dalam

menganalisa bahan hukum guna diperolehnya gambaran umum penelitian yang

tidak didasarkan atas bilangan kualitatif melainkan didasarkan pada pengujian

objek penelitian hukum terhadap teori-teori/ kaidah hukum yang sesuai, di sertai

dengan menganalisa bahan hukum dari segi isi.

F.6. Sistematika Penulisan

Penulisan hukum ini ini akan dibagi dalam 4 (empat) bab, yang mana akan

dibagi menjadi sub bab didalam bab tersebut. Adapun sistematika penulisan

yang dimaksud adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulisan hukum. Didalam sub bab

(28)

15 metode pendekatan yang dipilih penulis, sumber bahan hukum,

teknik pengumpulan bahan hukum serta analisa bahan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka meliputi deskripsi yaitu pertama membahas

mengenai tinjauan umum tentang hakim. Pada bagian selanjutnya

menjelaskan mengenai proses penjatuhan putusan oleh hakim.

Bagian yang ketiga menjelaskan mengenai tinjauan umum asas

kepastian hukum, dan yang terakhir menjelaskan mengenai

tinjauan umum asas kemanfaatan.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas dan menjawab permasalahan

yang telah ditentukan sebelumnya. Bab ini terdiri dari 2 (dua) sub

bahasan, yang pertama adalah mengenai implementasi Pasal 185

KUHAP terhadap Putusan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR

ditinjau dari perspektif kepastian hukum. Sub bab yang kedua

membahas mengenai Putusan No.64/PID.SUS/2013/PN.JKT.BAR

ditinjau dari aspek kemanfaatan.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupkan

inti atas hasil penelitian dan analisa penulis terhadap obyek yang

diteliti berdasarkan rumusan masalah yang diajukan. Saran berisi

(29)

16 dianggap penting untuk menjawab persoalan yang telah dianalisa

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk (1) Mengevaluasi debit air sungai bawah tanah Gua Bendo terhadap kebutuhan air masyarakat di Kelurahan Bayemharjo, (2) Mengetahui pola

Tipe 4 Jawaban benar atau salah yang dengan jelas menunjukkan ciri-ciri karakteristik yang menonjol dari dua urutan tahap berpikir van Hiele dan mengandung

Seharusnya dari Pihak manajemen banknya daIam menggarap jumIah dana kredit yang diberikan harus Iebih baik Iagi kepada nasabah/konsumen supaya Ioan to deposit ratio (LDR)

Korelasi parsial yang dihitung antara kelimpahan fitoplankton pada saat t dan parameter lingkungan dan kelimpahan pemangsa pada saat t-1 dan t-2 didapatkan hasil

Analisis internal dilakukan untuk mendapatkan faktor kekuatan yang akan digunakan dan faktor kelemahan yang akan diantisipasi terkait dari hasil daya dukung

Sampel swab bukal terbukti dapat digunakan sebagai sumber DNA untuk sexing secara molekuler piyikan burung kenari dan merpati dengan menggunakan pasangan primer CHD1F/

Dalam hal ini ppenulis mencoba menulis dan membuat suatu alat yang banyak digunakan masyarakat, yaitu tentang jam melayang sebagian orang mungkin akan bertanya bagaimana sebenarnya

- Tabel ini berisi informasi mengenai perkiraan jumlah biaya sekolah (pengembangan dan operasional) dalam kurun 4 tahun mendatang - Inputlah jumlah peserta yang akan dilatih