• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFICATION AND MAPPING OF PLUS PALM SUGAR PLANT (Arenga pinnata) IN THE INTEGRATION CONSERVATION EDUCATION FOREST AT GREAT FOREST WAN ABDUL RACHMAN IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN TANAMAN AREN (Arenga pinnata) PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN KONSERVASI TERPADU TAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFICATION AND MAPPING OF PLUS PALM SUGAR PLANT (Arenga pinnata) IN THE INTEGRATION CONSERVATION EDUCATION FOREST AT GREAT FOREST WAN ABDUL RACHMAN IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN TANAMAN AREN (Arenga pinnata) PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN KONSERVASI TERPADU TAH"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

IDENTIFICATION AND MAPPING OF PLUS PALM SUGAR PLANT (Arenga pinnata) IN THE INTEGRATION CONSERVATION

EDUCATION FOREST AT GREAT FOREST WAN ABDUL RACHMAN

By Elya Artika

(2)

16 plus palm sugar plant identified. Most of the plus palm sugar (93.75 %) growth on altitude of 400--525 upper sea level. Palm plus that have high productivity its those that growth with less of competition and managed in a good way.

(3)

ABSTRAK

IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN TANAMAN AREN (Arenga pinnata) PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN KONSERVASI TERPADU

TAHURA WAN ABDUL RACHMAN

Oleh Elya Artika

(4)

aren yang memenuhi kriteria sebagai tanaman aren plus. Sebagian besar tanaman aren plus (93,75 %) hidup pada ketinggian 400--525 m dpl. Tanaman aren plus yang memiliki produktivitas nira tinggi bebas terhadap persaingan dan menggunakan teknik penyadapan yang baik.

(5)

IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN TANAMAN

AREN (

Arenga pinnata

) PLUS HUTAN PENDIDIKAN

KONSERVASI TERPADU TAHURA WAN ABDUL RACHMAN

Oleh Elya Artika

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN TANAMAN

AREN (

Arenga pinnata

)PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN

KONSERVASI TERPADU TAHURA WAN ABDUL RACHMAN

(skripsi)

Oleh

ELYA ARTIKA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)
(8)
(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil alamin, Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dan kupersembahkan skripsi ini kepada:

Bapak dan ibu tercinta yang telah membesarkan dan merawatku serta mendidikku dengan penuh cinta dan

kasih sayang, yang selalu memberikan dukungan dan membiayai seluruh kehidupan saya selama ini.

Kakak-kakakku M.zen dan Nain beserta istri dan keponakan ku (M. Alyasa dan Putri) tersayang yang selalu memberiku semangat serta menanti keberhasilanku

dengan penuh kesabaran.

Tak lupa juga saya ucapkan terimakasih untuk Abang AS atas kesabaran, bimbingan, arahan beserta doanya dan Sahabat-sahabatku (Elfri, Luksi, tintin, yupi, Esra, Puput,

Noe, Fitri, Rega, Eno, Ali, Aris, dkk.) yang selalu memberiku semangat dan motivasi.

(10)

SANWACANA

Assalamu’alaikum war. wab.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Identifikasi dan Pemetaan Tanaman Aren (Arenga pinnata) Plus di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak sebagai berikut:

1. Bapak Duryat S.Hut., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan masukan, bimbingan, dan motivasi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

2. Ibu Susni Herwanti S.Hut., M.Si., selaku Dosen Pembimbing ke-2 yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 3. Bapak Drs. Afif Bintoro, M.P., selaku Dosen Penguji sekaligus Pembimbing

(11)

4. Bapak Wiyogo selaku kepala UPTD Tahura Wan Abdul Rachman dan Pak Asep yang telah memberikan banyak bantuan kepada saya selama penelitian. 5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak

membantu saya khususnya dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi.

Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi perkembangan Program Studi Jurusan Kehutanan di masa mendatang dan dapat bermanfaat bagi saya khususnya bagi para pembaca. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas semua bantuannya semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikannya. Aamiin Yaa Robbal’Alamiin

Bandar Lampung, Mei 2014

(12)
(13)
(14)

iii

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 27

A. Hasil Penelitian ... 28

B. Pembahasan ... 38

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA... ... 44

LAMPIRAN... 45

Peta Sebaran Tanaman Aren Plus di Hutan Pendidikan Konservasi Tarpadu Tahura Wan Abdul Rachman... 48

(15)

DAFTAR TABEL

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan alir kerangka pikir... 5

2. Peta lokasi penelitiandi Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman... 16

3. Tanaman aren milik Sapri dengan no identifikasi S-S-01... 30

4. Tanaman aren milik Abdari dengan noidentifikasi S-A-01... 31

5. Tanaman aren milik Abdari dengan noidentifikasi S-A-04... 31

6. Tanaman aren milik Jumiarti dengan noidentifikasi S-J-02... 32

7. Tanaman aren milik Jumiarti dengan noidentifikasi S-J-03... 32

8. Tanaman aren milik Dodoy dengan no identifikasi S-D-11... 33

9. Tanaman aren milik Wagiman dengan no identifikasi S-W-13... 33

10. Tanaman aren milik Dodoy dengan noidentifikasi S-D-16... 34

11. Tanaman aren milik Dodoy dengan no identifikasi S-D-17... 34

12. Tanaman aren milik Wagiman dengan no identifikasi S-W-18... 35

13. Tanaman aren milik Wagiman dengan no identifikasi S-W-22... 35

14. Tanaman aren milik Wagiman dengan no identifikasi S-W-23... 36

15. Tanaman aren milik Wagiman dengan noidentifikasi S-W-27... 36

16. Tanaman aren milik Wagiman dengan noidentifikasi S-W -30... 37

17. Tanaman aren milik Jahari dengan noidentifikasi S-J-01... 37

(17)

vi 19. Peta sebaran tanaman aren plus di Hutan Pendidikan

Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman... 48 20. Kegiatan wawancara kepada pengepul gula aren di

Kelurahan Sumber Agung... 49 21. Verivikasi dilapangan berdasarkan wawancara di Lokasi

Penelitian... 49 22. Pengukuran kriteria lingkar mayang tanaman plus aren di

Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul

Rachman... 50 23. Pengukuran lingkar batang tanaman plus arendi Hutan Pendidikan

Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman... 50 24. Kegiatanpenyadapan tanaman aren plus sebesar

30 iter/pohon/hari... 51 31. Kondisivegetasi di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan merupakan sumber daya alam yang fungsi dan manfaatnya selalu di-butuhkan oleh manusia baik sekarang maupun di masa yang akan datang, dalam rangka menunjang hidup dan kehidupannya (Nurningsih, 2006). Hutan dapat memberikan manfaat dan fungsi melalui hasil hutan kayu dan hasil hutan nonkayu. Hasil hutan nonkayu di antaranya rotan, getah, madu, damar dan nira (Kementerian Kehutanan RI, 2007).

(19)

2 tangkai mayang jantan minimal 29 cm, pohon sehat, tidak terserang penyakit dan memiliki produktivitas nira sebesar 15--25 liter/pohon/hari.

Produktivitas tanaman aren yang baik menunjukkan bahwa wilayah Tahura Wan Abdul Rachman memiliki kondisi tempat tumbuh yang sesuai untuk kegiatan budidaya tanaman aren. Jika kondisi tempat tumbuh baik, maka daerah tersebut memiliki potensi yang besar untuk pengembangan tanaman aren di wilayah ini. Berkaitan dengan kegiatan budidaya dan pengembangan tanaman aren di masa yang akan datang, diperlukan informasi terkait lokasi dan kondisi tanaman aren plus. Tanaman aren plus diharapkan dapat digunakan sebagai sumber benih lokal yang unggul bagi pengembangan tanaman aren. Mengingat belum adanya peme-taan tanaman aren di wilayah tersebut. Dengan demikian menjadi tantangan bagi pihak terkait untuk menyediakan data dan informasi tentang tanaman tersebut. Sehingga diperlukan penelitian tentang identifikasi dan pembuatan peta penye-baran tanaman aren plus.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Minimnya informasi mengenai tanaman aren plus di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachmnan

2. Belum diketahuinya letak ketinggian tempat tanaman aren plus yang ada di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachmnan

(20)

3 C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi tanaman aren yang memiliki kriteria plus di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman.

2. Mengetahui letak ketinggian tanaman aren plus yang ada di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachmnan

3. Membuat peta penyebaran tanaman aren plus di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachmnan

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan informasi mengenai potensi dan posisi tanaman aren di kawasan Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman, sehingga dapat digunakan sebagai panduan dalam pengembangan dan seleksi jenis tersebut oleh masyarakat.

E. Kerangka Pemikiran

(21)

di-4 perlukan pembuatan peta penyebaran tanaman aren dan identifikasi tanaman aren plus sebagai areal penyediaan bibit lokal bergenetik unggul.

Informasi keberadaan tanaman yang berpotensi sebagai tanaman aren plus di-dapatkan melalui wawancara dengan penyadap aren yang memiliki produktivitas nira sebesar 15 liter/pohon/hari. Kemudian dilakukan verifikasi di lapangan dan penilaian berdasarkan kriteria tanaman aren plus. Selanjutnya dilakukan klasi-fikasi tanaman aren plus dengan melihat semua kriteria yang ada, sehingga dapatkan tanaman aren yang tergolong plus. Data yang diperoleh kemudian di-aplikasikan dalam pemetaan tanaman aren plus dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis.

(22)

5

Gambar 1. Bagan kerangka pikir Identifikasi dan Pemetaan tanaman aren (Arenga pinnata) plus di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman.

Aren bergenetik unggul di Tahura Wan Abdul Rachman

Lokasi tempat tumbuh yang sesuai

Potensi pengembangan tanaman aren

Pengumpulan informasi

Verifikasi dilapangan

Klasifikasi

berdasarkan kriteria tanaman aren plus

Data posisi titik koordinat tanaman aren plus

Pemetaan SIG

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman

Berdasarkan SK Menhut No.742/Kpts-VI/1992 tanggal 21 Juli 1992, kawasan hutan Register 19 Gunung Betung (hutan lindung) diubah fungsinya menjadi Taman Hutan Raya, selanjutnya pada tahun 1993, Menteri Kehutanan dengan pertimbangan untuk menjamin pelestarian lingkungan dan konservasi alam, status hutan lindung Register 19 Gunung Betung ditingkatkan menjadi hutan konservasi berupa Taman Hutan Raya (Tahura) dengan nama Tahura Wan Abdul Rachman dengan luas 22.249,31 ha, melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 408/Kpts-II/1993 tanggal 10 Agustus 1993 (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2009). Taman Hutan Raya (Tahura) adalah hutan yang ditetapkan pemerintah dengan fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu penge-tahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (Direktorat Jendral Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam, 2003).

(24)

7 1. Blok Koleksi Tumbuhan, sesuai dengan fungsi Tahura pada blok ini diarah-kan untuk koleksi tanaman asli dan budiarah-kan asli serta langka atau tidak langka. 2. Blok Pemanfaatan, bentuk pemanfatan dalam kawasan Tahura adalah untuk

kegiatan pendidikan, penelitian dan wisata alam, pada blok ini juga dapat di-bangun sarana dan prasarana kegiatan tersebut (maksimal 10% dari luas blok pemanfatan).

3. Blok Perlindungan, bagian dari kawasan Tahura sebagai tempat perlindungan jenis tumbuhan, satwa dan ekosistem serta penyangga kehidupan.

4. Blok lainnya (pendidikan, penelitian, dansocial forestry), pada blok ini dapat dilakukan aktivitas pendidikan dan penelitian serta pengelolaan hutan bersama masyarakat terbatas dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah kon-servasi.

B. Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu

(25)

8 C. Tanaman Aren (Arenga pinnata)

Tanaman aren tumbuh pada beberapa daerah dengan nama yang berbeda. Di Aceh diberi nama bakjuk, di Batak Karo diberi nama paula, di Nias diberi nama peto, di Minangkabau diberi nama biluluk, di Lampung diberi nama hanau, di Jawa Tengah diberi nama aren, dan di Bali nama Hano. Sementara di Nusa Tenggara diberi nama: jenaka, pola, nao, karodi, moka, make, bale, dan bone. Pemberian nama tanaman ini untuk Sulawesi: apele, naola, puarin, onau, dan inau, sedangkan kepulauan Maluku diberi nama: seko, siho, dan tuna (Rindengan dan Manaroinsong, 2009).

1. Taksonomi Tanaman Aren

Tanaman aren diklasifikasi secara taksonomi sebagai berikut (USDA, 2012). Rhegnum : Plantae (Tumbuhan)

Sub rhegnum : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu/monokotil) Sub Kelas : Arecidae

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)

Genus : Arenga

(26)

9 2. Marfologi Tanaman Aren

Berdasarkan habitus, tanaman aren berdiri tegak dan tinggi, berbatang bulat warna hijau kecoklatan, daun terbentuk dalam reset batang dengan anak daun menyirip berwarna hijau muda/tua, bunga terdiri atas bunga jantan yang menyatu dalam satu tongkol ukuran panjang 1--1,2 cm. Bunga betina pada tongkol yang lain bentuk bulat yang terdiri atas bakal buah tiga buah, warna kuning keputihan. Buah yang telah terbentuk berbentuk bulat panjang dengan ujung melengkung ke dalam, diameter 3--5 cm. Di dalam buah terdapat biji yang berbentuk bulat dan apabila sudah matang warna hitam (USDA, 2012).

3. Penyebaran dan Tempat Tumbuh Tanaman Aren

Tanaman aren dapat tumbuh dengan baik di dekat pantai sampai pada dataran tinggi 1.200 m dari permukaan laut. Tanaman aren sangat cocok pada kondisi landai dengan kondisi agroklimat beragam seperti daerah pegunungan di mana curah hujan tinggi dengan tanah bertekstur liat berpasir. Dalam pertumbuhan tanaman ini membutuhkan kisaran suhu 20--25°C, terutama untuk mendorong perkembangan generatif agar dapat berbunga dan berbuah. Sedangkan untuk pembentukan mahkota tanaman, kelembaban tanah dan ketersediaan air sangat diperlukan di mana curah hujan yang dibutuhkan antara 1.200--3.500 mm/tahun agar kelembaban tanah dapat dipertahankan (Sopianur dkk., 2011).

(27)

10 dikarenakan kondisi fisik dari lahan tempat tumbuh aren memiliki ciri tertentu yang mendukung dalam pertumbuhannya sehingga akan berkorelasi dengan proses pertumbuhanya. Dilihat dari fungsinya, aren merupakan salah satu tumbuhan yang mempunyai fungsi penting bagi lingkungan yang di dalamnya terdapat manusia. Hal ini bisa dilihat dari fungsinya sebagai tanaman konservasi, yang menjaga tanah dari proses erosi, mengurangi pengaruh global warming. Pada dasarnya aren merupakan tanaman yang dapat tumbuh di berbagai jenis tanah pada ketinggian antara 0--1.500 m dpl. Sedangkan Sifat fisik lahan tempat tumbuh tanaman aren pada lokasi penelitian adalah sebagai berikut suhu udara berkisar antara 26--27,5°C; curah hujan 2.803,66 mm tahun.

D. Tanaman Aren Plus

Pohon aren akan mencapai tingkat kematangan pada umur 6--12 tahun. Kondisi penyadapan terbaik pada umur 8--9 tahun saat mayang bunga sudah keluar. Penyadapan dapat dilakukan pagi dan sore, setiap tahun dapat disadap 3--12 tangkai bunga dengan hasil rata-rata 6,7 liter/pohon/hari (Balitka, 1992). Pohon induk dapat dipilih sebagai sumber benih yaitu melalui penyadapan nira mayang jantan dengan memiliki produktivitas nira yang tinggi antara 15--25 liter/ pohon/hari (Bernhard, 2007).

(28)

11 1. Tinggi batang 8 meter.

2. Keliling batang 150 cm. 3. Jumlah pelepah 25 helai. 4. Jumlah mayang betina 6 buah.

5. Jumlah mayang jantan minimal 3 buah.

6. Panjang tangkai mayang jantan lebih dari 100 cm. 7. Lingkar tangkai mayang jantan minimal 29 cm.

8. Pohon sehat, tidak terserang penyakit(Tenda dkk., 2010).

Pohon superior atau pohon terseleksi adalah pohon yang direkomendasikan untuk produksi, kebun pembiakan berdasarkan penyeleksian. Pohon ini mempunyai fenotip superior pada pertumbuhan, bentuk, kualitas kayu, atau karakteristik lain yang diinginkan dan terlihat adaptif atau mudah menyesuaikan diri (Zobel dan Talbert 1966).

Pohon induk disebut juga sebagai pohon plus, mengingat pohon ini memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan sifat-sifat pohon lain dalam tegakan hutan.

Setiap pohon yang akan dipilih sebagai pohon plus harus memiliki kriteria sifat unggul sebagai berikut:

a. Bentuk batang pohon lurus

b. Tajuk pohon simetris dan mendapat cahaya matahari baik dari arah samping maupun dari atas. Dengan kata lain, pohon tidak ternaungi oleh pohon-pohon lain di sekitarnya

c. Pertumbuhan pohon secara umum normal

(29)

12 e. Berbunga dan berbuah secara teratur sesuai dengan musimnya, dan produksi

buahnya lebat

f. Pohon dalam keadaan sehat atau tidak terserang oleh hama dan penyakit (Indriyanto, 2010).

Pohon plus merupakan salah satu upaya dalam rangka peningkatan produktifitas hutan melalui penyediaan benih yang berkualitas atau unggul yang berasal dari pohon-pohon superior. Sumbangan keberhasilan pohon plus akan dapat diidentifikasi bahwa pertumbuhan tanaman, kualitas produksi, ke-tahanan terhadap hama dan penyakit dan daya adaptasi terhadap lingkungan akan menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan tanpa adanya pohon plus (Badan Penelitian dan Pengembangan Pemuliaan Tanaman Hutan, 1997).

E. Pertumbuhan Tanaman

(30)

13 F. Pembuatan Peta

Peta adalah pengukuran dan penyelidikan yang dilaksanakan baik langsung maupun tidak langsung mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan permukaan bumi dan didasarkan pada landasan ilmiah (Sostrodarsono, 1983).

Peta memiliki banyak manfaat antara lain dipergunakan sebagai sumber data dan informasi bagi yang memerlukan yaitu pengguna peta, sarana bantu bagi pe-nuangan ide atau pemikiran dalam rangka pelaksanaan kegiatan perencanaan serta sebagai sarana bantu dalam rangka pelaksanaan pengamatan (survei) terhadap areal yang akan diamati (Hardjoprajitno, 2000).

Menurut Cahyono dkk. (2009), peta yang umumnya digunakan adalah peta topo-grafi. Peta ini memetakan tempat-tempat di permukaan bumi yang berketinggian sama menjadi bentuk garis kontur. Fungsi peta secara umum dikelompokkan sebagai berikut :

1. Memperlihatkan posisi (baik horisontal maupun posisi vertikal dari suatu objek di permukan bumi).

2. Memperlihatkan ukuran dan bentuk.

3. Serta menghimpun dan menseleksi objek-objek tersebut .

Menurut Nurningsih (2006), pada dasarnya pemetaan digital terdiri dari tiga operasi, yaitu :

(31)

14 b. pengelolaan data, selanjutnya ditransformasi, kemudian dimanipulasi dan dibentuk yang satu ke bentuk yang lain untuk melayani berbagai fungsi yang berbeda.

c. penyajian data dengan teknik komputer grafis untuk penampilan visual di-layar komputer atau metode elektronik untuk mengubah data ke dalam bentuk yang lain misalnyahardcopy.

Ditinjau dari peranannya peta adalah bentuk penyajian informasi spasial tentang permukaan bumi untuk dapat dipakai dalam pengambilan keputusan. Supaya bermanfaat, suatu peta harus dapat menampilkan informasi secara jelas, me-ngandung ketelitian yang tinggi, walaupun tidak dapat dihindari akan bersifat selektif dan mempunyai unsur generalisasi. Data pada suatu peta biasanya telah mengalami pengolahan, umumnya ditambah dengan ilmu pengetahuan agar lebih dapat dimanfaatkan langsung oleh pengguna. Semua kegiatan untuk meng-hasilkan tampilan informasi tersebut secara keruangan (spasial) adalah apa yang disebut dengan pemetaan. Pemetaan ini adalah suatu bentuk komunikasi secara grafis antara pembuat dan pemakai peta yang telah lama dikenal orang (Barus dan Wiradisastra, 2000).

G. Sistem Informasi Georafis

(32)

15 H. Aplikasi SIG dengan Bidang Kehutanan

(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman di Kelurahan Sumber Agung dari Agustus sampai dengan September 2013. Lokasi penelitian tanaman aren plus dapat dilihat pada Gambar 2.

(34)

17 B. Alat dan Objek Penelitian

Alat-alat yang digunakan terdiri dari peta dasar,Global Positioning System(GPS) Garmin 72, kamera digital Nicon COOL PIX S3500, bitterlitch , gelas ukur 2L, jerigen 25L, binokuler 10x42, pita meter, tallysheet dan software Arc View 3.3 untuk mengolah data dan pembuatan peta. Objek dalam penelitian ini adalah tanaman aren dan lahan tanaman aren di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman di Kelurahan Sumber Agung.

C. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder.

1. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:

a. Data seluruh petani di Kelurahan Sumber Agung yang menyadap aren mencakup identitas petani, jumlah tanaman aren serta estimasi produktivitas nira per pohon/hari.

b. Data karakteristik tanaman aren yang memiliki genetik unggul.

Menurut Tenda dkk. (2010), tanaman aren yang bergenetik unggul memiliki ka-rakteristik sebagai berikut:

a. Tinggi batang 8 m. b. Keliling batang 150 cm.

(35)

18 e. Jumlah mayang jantan minimal 3 buah.

f. Panjang tangkai mayang jantan lebih dari 100 cm. g. Lingkar tangkai mayang jantan minimal 29 cm. h. Pohon sehat, tidak terserang penyakit.

i. Produktivitas nira sebesar 15--25 liter/pohon/hari (Bernhard, 2007). Akan tetapi dalam penelitian ini digunakan produktivitas nira sebesar 15 liter/ pohon/hari.

c. Posisi geografis koordinat masing-masing tanaman aren yang bergenetik unggul.

2. Data sekunder

Data sekunder yang mendukung penelitian ini berupa peta dasar Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman, data kependudu-kan kelurahan Sumber Agung, peta geografis Hutan Pendidikependudu-kan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman, peta tofografi, dan kondisi iklim.

D. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut: a. Pengumpulan data petani penyadap aren

Data petani yang memiliki tanaman aren didapatkan dari pengepul gula aren yang ada di Kelurahan Sumber Agung.

(36)

19 Untuk mencari informasi tanaman aren plus lebih dahulu digali keterangan dari petani penyadap aren mengenai tanaman aren yang mereka kelola dan budida-yakan yang memiliki produktivitas nira sebesar 15 liter/pohon/hari.

c. Verifikasi di lapangan berdasarkan kriteria tanaman aren plus

Berdasarkan hasil wawancara, kemudian dilakukan verifikasi di lapangan untuk mengecek informasi yang didapatkan dari keterangan petani dengan kriteria tanaman aren plus.

d. Pengkategorian tanaman aren plus

Setelah verifikasi lapangan, kemudian dilakukan pengkategorian tanaman aren plus. Tanaman aren plus dikategorikan sebagai tanaman plus apabila memiliki semua kriteria tanaman aren plus.

e. Penentuan titik koordinat tanaman aren plus

Setelah tanaman aren plus didapatkan maka pencatatan posisi titik koordinat di-tentukan dengan menggunakan GPS dengan metode penentuan posisi Stop-and-Go, kemudian titik-titik yang akan ditentukan posisinya tidak bergerak (statik), sementara receiver GPS bergerak dari titik-titik dimana pada setiap titiknya receiver yang bersangkutan diam beberapa saat dititik tersebut. Selama pengamatan sinyal dari satelit pergerakan antar titik,receiver tidak boleh terputus.

(37)

20 titik koordinat diperoleh setelah melakukan identifikasi tanaman aren yang bergenetik plus. Selanjutnya peletakan titik-titik koordinat aren plus pada peta dasar wilayah Sumber Agung dengan menggunakansoftware Arc View 3.3. g. Penambahan atribut peta

Atribut peta diletakan didalam peta dasar setelah peletakan titik-titik koordiat. Data tersebut terdiri dari batas atministrasi, letak jalan (jalan kampung dan jalan kebun) danlandmark(masjid Al-Barokah dan permukiman).

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengutip data hasil publikasi yang diperlukan dan sesuai dengan penelitian. Selain itu data juga diambil dari instansi terkait seperti dinas kehutanan, kantor kelurahan setempat dan data lain yang relevan dengan penelitian.

E. Analisis Data

(38)

21

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Status Hutan Pendidikan

Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu merupakan bagian dari Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ditetapkan sebagai Kawasan Pelestarian Alam berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No. 408/Kpts-II/1993. Hutan Pendidikan merupakan hasil dari Perjanjian Kerjasama antara Dinas Kehutanan Propinsi Lampung dengan Fakultas Pertanian Universitas Lampung tentang Pengembangan Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Nomor: G/745.A/III.16/HK/2009 dan Nomor: 3632/H26/4/DT/2009 (UPTD Tahura WAR, 2009).

B. Kondisi Biologi 1. Flora

(39)

22 Pada hutan sekunder dapat dijumpai jenis durian (Durio sp), makaranga (Macaranga gigantea), kenanga (Cananga odorata), jabon (Anthocephalus cadamba), vitex (Vitexsp), dan bambu betung (Dendrocalamus asper).

2. Fauna

Fauna yang terdapat di kawasan ini dan diperkirakan menghuni hutan primer adalah siamang (Symphalagus syndactilus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruang madu (Helarctos malayanus), babi hutan (Sus scrofa), ayam hutan (Gallus gallus) serta berbagai jenis burung (UPTD Tahura WAR, 2009).

C. Potensi Wisata

Menurut Dinas Kehutanan Propinsi Lampung (2009), berdasarkan hasil inventarisasi di beberapa wilayah dalam kawasan Tahura WAR terdapat keunikan alam yang berpotensi dikembangkan sebagai obyek wisata alam yaitu :

1. Beberapa air terjun yaitu: Air Terjun Way Sau, Air Terjun Gunung Tanjung, Air Terjun Talang Teluk, Air Terjun Batu Peratur, Air Terjun Kupu Jambu, Air Terjun Pelangi, dan Air Terjun Sinar Tiga atau Air Terjun Kabut.

2. Pemandangan alam yang indah ke arah Kota Bandar Lampung, Kabupaten Tanggamus (Gisting, Pagelaran, dan Pringsewu), dan sebagian Kecamatan Padang Cermin, Kedondong, Gedong Tataan, Natar, Teluk Lampung, dan Teluk Taratai.

(40)

23

D. Aksesibilitas

Tahura Wan Abdul Rachman relatif mudah dicapai dari Kota Bandarlampung karena dilingkari oleh poros jalan Kota Bandarlampung ke Padang Cermin (kota kecamatan) sepanjang ± 40 Km di sebelah Selatan kawasan, dan rute jalan raya Kota Bandarlampung Gedong Tataan Kedondong (kota kecamatan) sepanjang ± 50 Km di sebelah Utara kawasan. Dengan demikian untuk mencapai bagian tertentu dari kawasan ini seperti air terjun di Hurun, Wiyono dan lokasi Youth Camp Center (areal wisata perkemahan) dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat (mobil) dan kendaraan roda dua (sepeda motor), dengan waktu tempuh ± 30 menit. Beberapa areal lain seperti lokasi pemanfaatan hutan kemasyarakatan (social forestry) di lokasi Sumber Agung dapat ditempuh ± 15 menit (jarak ± 15 Km) (UPTD Tahura WAR, 2009).

E. Tanah dan Bahan Induk

Kawasan Tahura WAR dibentuk dari komposisi geologi basalt endesit dan lapisan tufa intermedier dengan bahan plato basalt dan sedikit endapan kwarter dan sedimen tufa masam. Dari komposisi geologi tersebut, jenis tanah yang dibentuk di kawasan Tahura terdiri dari jenis tanah andosol coklat kekuningan, jenis tanah latosol cokelat tua kemerahan dan latosol kemerahan (Dinas Kehutanan Propinsi Lampung, 2009).

F. Hidrologi

(41)

24 kawasan mengalir sungai Way Sabu yang merupakan aliran sungai yang cukup panjang di kawasan ini dan bermuara di Teluk Ratai. Sungai Way Ngeluk, Way Langka dan Way Berenung yang bermuara di sungai Way Sekampung yang terdapat di bagian Utara kawasan. Selain itu Way Semah, Way Harong, Way Padang Ratu, Way Kedondong, dan Way Awi merupakan sungai/anak sungai yang terdapat di barat kawasan. Di sisi Timur kawasan mengalir sungai/anak sungai Way Balak, Way Betung, Way Jernih dan Way Simpang Kanan, dll (Dinas Kehutanan Propinsi Lampung, 2009).

G. Tipe Iklim

Klasifikasi iklim menurut Koppen dikenal dan digunakan secara internasional. Klasifikasi ini didasarkan pada curah hujan dan temperatur. Berdasarkan klasifikasi koppen, daerah dengan curah hujan tahunan rata-rata sebesar 1.627,5 mm dan temperatur lebih dari 18 C secara umum diklasifikasikan ke dalam tipe iklim A. dengan rata-rata hujan pada bulan kering lebih besar dari 60 mm (yakni bulan Juni, Juli, dan Agustus) maka wilayah Tahura WAR termasuk pada zona iklim A (Iklim monsoon tropis) (Dinas Kehutanan Propinsi Lampung, 2009).

(42)

25 Schmidt dan Ferguson wilayah Tahura WAR termasuk zona iklim B yakni daerah Basah (Dinas Kehutanan Propinsi Lampung, 2009).

H. Penutupan Lahan

Hasil interpretasi citra Quick Bird hasil pemotretan Juli 2006 memperlihatkan bahwa keadaan vegetasi kawasan Tahura WAR terdiri luas hutan lahan kering primer 5.778,00 ha (26%), hutan lahan kering sekunder 7.892.42 ha (13%), ladang/tanah terbuka 1.019,12 ha (5%), kebun campuran/pertanian 12.306,97 (55%), dan semak belukar 252.80 ha (1%) (Dinas Kehutanan Propinsi Lampung, 2009).

I. Gambaran Umum Lokasi Hutan Pendidikan

Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR memiliki luasan 1.143 ha. Secara geografis terletak di antara 1050 09 22,17 s/d 1050 11 39,13 BT dan 050 24 09,78 s/d 050 26 11,41 LS. Secara administratif, sebagian besar wilayah hutan pendidikan berbatasan langsung dengan 2 (dua) kelurahan, yaitu Kelurahan Sumber Agung dan Kelurahan Batu Putu, sehingga sebagian besar masyarakat yang ikut menggarap pada lokasi hutan pendidikan berasal dari 2 kelurahan tersebut.

1. Keadaan penduduk Kelurahan Sumber Agung

(43)

26 penduduk pada tahun 2007 tercatat 1.610 jiwa atau lebih kurang 318 KK. Sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani.

2. Keadaan Penduduk Kelurahan Batu Putu

(44)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat 16 tanaman aren yang teridentifikasi sebagai pohon plus di Hutan

Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman.

2. Sebagian besar tanaman aren plus di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman (93,75 %) tumbuh pada ketinggin 400--525 m dpl.

3. Tanaman aren plus yang memiliki produktivitas nira tertinggi 30 liter/pohon/ hari dikelola dengan teknik penyadapan yang tepat dan tumbuh dengan per-saingan yang rendah.

4. Telah teridentifikasi tanaman aren plus dan telah dibuat peta peyebaran tanaman plus di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman.

B. Saran

(45)

43 mengambil benih tanaman aren yang telah terkatagori sebagai tanaman aren plus.

2. Budidaya tanaman aren di wilayah Tahura Wan Abdul Rachaman akan memberikan hasil terbaik jika ditanam pada ketinggian 400--525 m dpl. 3. Sebaiknya untuk pembudidayaan tanaman aren, agar dapat menghasilkan

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Balitka. 1992.Prospek Tanaman Kelapa, Aren, Lontar dan Gewang Untuk Menghasilkan Gula.Media Komunikasi Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 37-40 hlm.

Barus, B dan U. S. Wiradisastra. 2000.Sarana Manajemen Sumberdaya. Skripsi. Jurusan tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bernhard. M. R.2007Teknik Budidaya dan Rehalibitasi Tanaman Aren.Buletin

palma. ( 3): 67-77.

Cahyono, A.B., Willy, I.G.N., dan D.G. Pratomo. 2009. Pembuatan Peta 3

dimensi Kampus its.Program Studi Teknik Geomatika FTSP-ITS Sukolilo, Surabaya.

Departemen Kehutanan Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2003.UndangUndang No.5 Tahun 1990, Tentang :Konservasi Sumber daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya.

http://bk.menlh.go.id/files/UU-590.pdf. Diakses tanggal 2 April 2013. Departemen Kehutanan. 2006.Seleksi Pohon Plus. Balai Perbenihan Tanaman

Hutan Jawa dan Madura. 28 hlm.

Destriani, A.H. 2008.Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Kesesuaian Habitat Banteng (Bos Javanicus D’alton 1832) di Taman Nasional Ujung Kulon. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. 2006. Master Plan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. PT Laras Sembada. Jakarta. 94 hlm.

___________. 2009.Buku Informasi Tahura.Buku. Bandar Lampung. 17 hlm

(47)

45 Hardjoprajitno, 2000.Peran Survei Dan Pemetaan Kehutanan Dalam Menjaga

Kelestarian Hutan Sebagai Bahan Masukan Pelaksanaan Otonomi Daerah. Majalah Ilmiah Globe. 2 (1): 6-13.

Howard, John. A. 1996. Penginderaan Jauh Untuk Sumber daya Hutan Teori Dan Aplikasi. Buku. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 201 hlm. Indriyanto. 2010.Panduan Praktikum Silvikultur Intensif.Buku. Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.Bandar Lampung. 43 hlm.

Irawan ,B., E.Rahmayani, dan J.Iskandar. 2009.Studi variasi, pemanfaatan, pengolahan dan pengelolaan aren di desa rancakalong,kecamatan Rancakalong, kabupaten Sumedang, Jawa Barat. 1-25 hlm. Seminar Nasional Etnobotani IV, 18 Mei 2009.

Kementrian Kehutanan RI, 2007.Hasil Hutan Nonkayu.

http://bk.menlh.go.id/files/UU-590.pdf. Diakses tanggal 24 Agustus 2013. Lempang, M. 2012.Pohon aren dan manfaat produksinya.Jurnal Teknis Eboni.

9(1): 37-54.

Nurningsih, M. 2006.Pemetaan pohon plusdi hutan pendidikan gunung walat dengan teknologi sistem informasi geografis.Jurnal Institut Pertanian Bogor.2(3): 89-99.

Pusat Perbenihan Kehutanan. 1997.Buku. Direktorat Jenderal Kehutanan. Jakarta 18 hlm.

Puturuhu, F., J. Riry., A. J. Nging. 2011.Kondisi fisik lahan tanaman aren (Arenga Pinnata L.) di Desa Tuhaha Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah.Jurnal budidaya pertanian. 7( 2) : 94-99.

Rindengan, B dan E.Manaroinsong. 2009.Aren Tanaman Perkebunan Penghasil Bahan Bakar Nabati (BBM).Buku Informasi Pusat penelitian dan

Pengembangan Perkebunan. 1-22.

Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995.Analisis Pertumbuhan Tanaman.Buku. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 412.

Sopianur, D., R, Mariati., dan Juraiemi. 2011.Studi pendapatan usaha gula aren kecamatan Samarinda Utara.Jurnal Pendapatan Usaha Gula Aren.8 (2): 34-40.

Sotodarsono, S. 1983.Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan.Buku. Pradnya Paramita. Jakarta.153 hlm.

(48)

46 Tenda,T. E., I. Maskromo dan B. Heliyanto. 2010.Eksplorasi plasma nutfah aren

(Arenga pinnata Merr) di Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Buletin Palma.(38): 8894 hlm.

UPTD Tahura Wan Abdul Rachman. 2002.Statistik Data Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman Register 19 Gunung Betung. Bandar Lampung. 11 p. USDA. 2012.Clasivikasion. http: // Plant . Udsa. GOP/ clasivikasionserlpet =

display danclassip = pemo13. diakses 3 April 2013.

Gambar

Gambar 1.  Bagan kerangka pikir Identifikasi dan Pemetaan tanaman aren(Arenga pinnata) plus di Hutan Pendidikan Konservasi TerpaduTahura Wan Abdul Rachman.

Referensi

Dokumen terkait

Bakteri pendegradasi inulin dari rizosfer umbi dahlia yang diperoleh berjumlah 5 isolat yaitu 2 isolat dari rizosfer umbi dahlia Padang Panjang dengan kode isolat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada masyarakat suku Topo Uma di Desa Oo Parese, diketahui ada 32 spesies dari 20 famili yang dimanfaatkan

Berdasarkan data di atas, sebanyak 5 ekor dari 84 ekor Sapi Bali yang positif paramphistomiasis sehingga prevalensi paramphistomiasis pada Sapi Bali di Desa

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

6. Jika 27 gram Al direaksikan dengan 24 gram S, maka berdasarkan hukum Proust, pernyataan berikut yang benar adalah.. Jika dalam senyawa kalsium oksida terdapat 4 gram Ca

Zonasi wilayah perikanan tangkap di Kabupaten Takalar terdiri dari dua wilayah yakni wilayah pantai utara dimana terdapat satu kecamatan yakni Kecamatan Galesong

Denah yang baik untuk bangunan rumah di daerah gempa adalah sebagai berikut: (Sumber: (Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan.. Gempa,

Beberapa hasil penelitian tersebut memberikan, gambaran bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu proses pembelajaran yang dapat melibatkan siswa lebih aktif