HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU, DUKUNGAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK
DI KECAMATAN LHOKSUKON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2013
TESIS
Oleh
SUBKI 117032157/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU, DUKUNGAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK
DI KECAMATAN LHOKSUKON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2013
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SUBKI 117032157/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU, DUKUNGAN KELUARGA DAN SUMBER
INFORMASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK DI KECAMATAN LHOKSUKON
KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2013
Nama Mahasiswa : Subki
Nomor Induk Mahasiswa : 117032157
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, M.P.H) (
Ketua Anggota
Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
Pada Tanggal : 23 Juli 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, M.P.H
Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes
PERNYATAAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU, DUKUNGAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK
DI KECAMATAN LHOKSUKON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2013
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepajang pengaetahuan saya juga tidak tedapat karya atau pendapat yangpernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2013
ABSTRAK
Sidang Word Health Assembly (WHA) pada bulan Mei 2010 menyepakati target pencapaian pengendalian penyakit campak pada tahun 2015 yaitu: Mencapai cakupan imunisasi campak dosis pertama > 90% secara nasional dan minimal 80% di seluruh kabupaten/kota, menurunkan angka insiden campak menjadi <5/1.000.000 setiap tahun dan mempertahankannya dan menurunkan angka kematian campak minimal 95% dari perkiraan angka kematian tahun 2000.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik ibu, dukungan keluarga dan sumber informasi dengan pemberian imunisasi campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara, dilakukan pada 210 ibu yang mempunyai bayi usia > 15 bulan dengan teknik Cluster Random Sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan Uji
Chi Square,UjiExact Fisher, dan Uji Regresi Logistikberganda pada α =5%.
Hasil penelitian menunjukkan faktor umur ibu (p=0,610), pendidikan ibu (p=0,099), pekerjaan ibu (p=0,135), Jumlah anak (p=1,000) tidak ada hubungan dengan pemberian imunisasi campak pada bayi. Sedangkan faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak adalah penghasilan keluarga (p=0,018), dukungan instrumental (p=0,0001), dukungan informasional (p=0,010), dukungan penilaian (p=0,001), dukungan emosional (p=0,0001), informasi dari petugas kesehatan (p=0,011) dan informasi dari media elektronik (p=0,032). dukungan instrumental merupakan faktor yang paling dominan (Exp(B)=33,072).
Disarankan kepada: (1) keluarga memberikan informasi dan fasilitas dalam upaya agar ibu memberikan imunisasi campak pada bayi, (2) Kepada tokoh agama (Ustadz) diharapkan menyampaikan kepada keluarga (suami/orang tua) untuk memberikan dukungan kepada ibu agar memberikan imunisasi campak pada bayi (3) Puskesmas Lhoksukon perlu dilakukan upaya peningkatan sosialisasi dan cara penyampaian informasi yang efektif dan berkesinambungan.
ABSTRACT
The meeting of the world Health Assembly (WHA) in May 2010 resulted in an agreement related to the coverage of measles control in 2015 as follow: to reach the national coverage of the first dosage of measles immunization was > 90% and at least 80% in all district/cities, to decrease the rate of measles incident to < 5/1.000.000 every year, and the maintain or to decrease the measles-caused mortality rate to at least 95% of the estimated mortality rate in 2000.
The purpose of this study was to analyze to relationship between characteristics of mother, family support and source of information and measles immunization administration in Lhoksukon Subdistrict, Aceh Utara District. The samples for this study were 210 mothers with babies of > 15 months old and with Cluster Random Sampling Technical. The data for this study were obtained through distributing questionnaires to the samples. The data obtained were statistically analyzed through Chi Square Test, Exact Fisher Test, and Multiple Logistic
Regression test at α = 5%.
The result of this study showed that the factors of mother’s age (p=0.610), mother’s education (p=0.099), mother’s occupation (p=0.135), number of children (p=1.000) had no relationship with administrating measles immunization to the babies. The factors related to measles immunization administration were family’s income (p=0.018), instrumental support (p=0.0001), informational support (p=0.010), assessment support (p=0.001), emotional support (p=0.0001), information from the health workers (p=0.011) and information from electronic media (p=0.032). Instrumental support was the most dominant factor (Exp(B)=33.072).
It is recommended that (1) family provide information and facility so that mothers can give measles immunization to babies (2) religious figures (Ustadz) give information to families (husbands/parents) about giving support to mothers in giving measles immunization to babies(3) Lhoksukon Puskesmas increase socialization and information effectively and sustainably.
Keywords: Coverage, Immunization, Measles, Lhoksukon Subdistrict
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan Kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah serta Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Hubungan
Karakteristik Ibu, Dukungan Keluarga dan Sumber Informasi dengan
Pemberian Imunisasi Campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh
Utara Tahun 2013”.
Penyusunan tesis ini untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik untuk
menyelesaikan Pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Universitas Sumatera Utara.
Penulis dalam menyusun tesis ini, menyadari begitu banyak mendapat
dukungan, bimbingan, bantuan dan kemudahan dari berbagai pihak sehingga tesis ini
dapat diselesaikan.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM &
H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).
2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
4. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, M.P.H dan Bapak Drs. Alam Bakti Keloko,
M.Kes selaku komisi pembimbing dengan sabar dan tulus serta banyak
memberikan perhatian, dukungan, pengertian dan pengarahan sejak awal hingga
terselesaikannya tesis ini.
5. Bapak Drs. Eddy Syahrial, M.Sdan Bapak dr. Taufik Ahar, M.K.M selaku komisi
penguji yang telah memberi masukan sehingga dapat meningkatkan kesempurnaan
tesis ini.
6. Seluruh Dosen Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Program Studi
S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, semoga ilmu dan
pengetahuan yang diberikan selama penulis belajar menjadi amal ibadah dan
mendapat Rahmat dari Allah SWT.
7. Bapak M. Nurdin, S.K.M, M.M selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara yang telah memberikan Izin Belajar kepada penulis sehingga penulis dapat melanjutkan Pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
8. Bapak dr. H. Lukman MN selaku Kepala Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.
Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Ayahanda Abdul Jalil
Latief (Alm) dan Ibunda tersayang Nurhayati atas segala jasanya sehingga penulis
mendapatkan pendidikan terbaik.
Teristimewa ucapan terima kasih ini penulis curahkan kepada Isteri tercinta
Rosnawati, Amd.Keb, anakku tersayang Naizhifa Quwwatun Nazhura dan Huwaina
Wafra yang telah turut memberikan do’a, karena kehilangan banyak waktu bersama
dalam masa-masa menempuh pendidikan ini dan banyak sekali memberikan motivasi
serta dukungan kepada penulis dalam proses penyelesaian tesis ini.
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan yang
ada, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan tesis ini, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di
bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Agustus 2013 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Subki, lahir pada tanggal 14 Februari 1976 di Lhokseumawe, beragama
Islam, anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda Abdul Jalil Latief
(Alm) dan Ibunda Nurhayati. Mempunyai dua orang putri Naizhifa Quwwatun
Nazhura dan Huwaina Wafra, sekarang menetap di Desa Dayah Aron Kecmatan
Syamtalira Aron Kabupaten Aceh Utara.
Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) No. 1 Blang Jruen pada tahun 1982 dan diselesaikan pada tahun 1988,
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 1 Blang Jruen pada tahun 1988
dan diselesaikan pada tahun 1991, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Tanah
Luas pada tahun 1991 dan diselesaikan pada tahun 1994, Akademi Keperawatan
(Akper) Pemerintah Daerah Tingkat II Lhokseumawe pada tahun 1994 dan
diselesaikan pada tahun 1997, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Biologi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh pada tahun 1999 dan diselesaikan
pada tahun 2001, Strata Dua (S2) di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan Minat Studi
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku tahun 2011 sampai dengan saat ini.
Pada tahun 1998 sampai tahun 1999 menjadi Staf Pengajar di Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Pemerintah Daerah Tingkat II Lhokseumawe, pada tahun
1999 sampai tahun 2004 menjadi Staf Dosen di Akademi Kebidanan (Akbid) Pemerintah Daerah Tingkat II Lhokseumawe, pada tahun 2005 sampai tahun 2007
menjadi Staf Pengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Lhokseumawe
dan pada tahun 2008 sampai sekarang menjadi Staf Dosen di Akademi Kesehatan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Hipotesis ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Konsep Perilaku ... 8
2.2 Konsep Keluarga ... 20
2.3 Imunisasi Campak ... 32
2.4 Landasan Teori... 36
2.5 Kerangka Konsep ... 37
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 38
3.1 Jenis Penelitian ... 38
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38
3.3 Populasi dan Sampel ... 38
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 41
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 46
3.6 Metode Pengukuran ... 48
3.7 Metode Analisis Data ... 51
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 54
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 54
4.2 Analisis Univariat ... 57
4.3 Analisis Bivariat ... 66
BAB 5. PEMBAHASAN ... 79
5.1 Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak ... 79
5.2 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian Imunisasi Campak ... 80
5.3 Hubungan Sumber Informasi dengan Pemberian Imunisasi Campak ... 84
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86
6.1 Kesimpulan ... 86
6.2 Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
3.1 Data Nama Desa yang Terpilih sebagai Kluster... 40
3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Instrumental ... 42
3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Informasional ... 43
3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Penilaian ... 44
3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Dukungan Emosional ... 44
3.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Informasi dari Tenaga Kesehatan ... 45
3.7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Informasi dari Media Elektronik ... 46
3.8 Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen ... 48
4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Lhoksukon Tahun 2012 ... 55
4.2 Jenis dan Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 ... 55
4.3 Jenis dan Jumlah Tenaga Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012 ... 56
4.4 Distribusi Pemberian Imunisasi Campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 57
4.5 Distribusi Karakteristik Responden di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 58
4.6 Distribusi Dukungan Keluarga di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 59
4.7 Distribusi Dukungan Instrumental berdasarkan Jawaban Responden di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 60
4.9 Distribusi Dukungan Penilaian berdasarkan Jawaban Responden di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 61 4.10 Distribusi Dukungan Emosional berdasarkan Jawaban Responden
di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 62 4.11 Distribusi Sumber Informasi Responden di Kecamatan Lhoksukon
Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 63 4.12 Distribusi Sumber Informasi dari Tenaga Kesehatan berdasarkan
Jawaban Responden di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 64 4.13 Distribusi Sumber Informasi dari Media Elektronik berdasarkan Jawaban
Responden di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 65
4.14 Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak
di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 66 4.15 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak
di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 67 4.16 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak di
Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 68 4.17 Hubungan Penghasilan Keluarga dengan Pemberian Imunisasi Campak
di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 69 4.18 Hubungan Jumlah Anak dengan Pemberian Imunisasi Campak di
Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 70 4.19 Hubungan Dukungan Instrumental dengan Pemberian Imunisasi Campak
di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 71 4.20 Hubungan Dukungan Informasional dengan Pemberian Imunisasi
Campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 .... 72 4.21 Hubungan Dukungan Penilaian dengan Pemberian Imunisasi Campak di
Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 73 4.22 Hubungan Dukungan Emosional dengan Pemberian Imunisasi Campak di
Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 ... 74 4.23 Hubungan Informasi dari Tenaga Kesehatan dengan Pemberian Imunisasi
4.24 Hubungan Informasi dari Media Elektonik dengan Pemberian Imunisasi Campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2013 .... 76 4.25 Identifikasi Variabel Dominan Pemberian Imunisasi Campak
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner dari Program Studi S2
IKM USU Medan ... 92
2. Surat Telah Selesai Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner dari Puskesmas Kuta Makmur ... 93
3. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 IKM USU Medan ... 94
4. Surat Telah Selesai Penelitian dari Puskesmas Lhoksukon ... 95
5. Surat Pernyataan Kesediaan menjadi Responden ... 96
6. Kuesioner Penelitian ... 97
7. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 100
8. Tabel Skor ... 106
9. Tabel Hasil Penelitian ... 107
10. Master Tabel Penelitian ... 117
11. Analisis Univariat ... 129
12. Analisis Bivariat ... 132
13. Analisis Multivariat... 143
14. Jadwal Penelitian ... 148
15. Peta Kecamatan Lhoksukon ... 149
ABSTRAK
Sidang Word Health Assembly (WHA) pada bulan Mei 2010 menyepakati target pencapaian pengendalian penyakit campak pada tahun 2015 yaitu: Mencapai cakupan imunisasi campak dosis pertama > 90% secara nasional dan minimal 80% di seluruh kabupaten/kota, menurunkan angka insiden campak menjadi <5/1.000.000 setiap tahun dan mempertahankannya dan menurunkan angka kematian campak minimal 95% dari perkiraan angka kematian tahun 2000.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik ibu, dukungan keluarga dan sumber informasi dengan pemberian imunisasi campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara, dilakukan pada 210 ibu yang mempunyai bayi usia > 15 bulan dengan teknik Cluster Random Sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan Uji
Chi Square,UjiExact Fisher, dan Uji Regresi Logistikberganda pada α =5%.
Hasil penelitian menunjukkan faktor umur ibu (p=0,610), pendidikan ibu (p=0,099), pekerjaan ibu (p=0,135), Jumlah anak (p=1,000) tidak ada hubungan dengan pemberian imunisasi campak pada bayi. Sedangkan faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak adalah penghasilan keluarga (p=0,018), dukungan instrumental (p=0,0001), dukungan informasional (p=0,010), dukungan penilaian (p=0,001), dukungan emosional (p=0,0001), informasi dari petugas kesehatan (p=0,011) dan informasi dari media elektronik (p=0,032). dukungan instrumental merupakan faktor yang paling dominan (Exp(B)=33,072).
Disarankan kepada: (1) keluarga memberikan informasi dan fasilitas dalam upaya agar ibu memberikan imunisasi campak pada bayi, (2) Kepada tokoh agama (Ustadz) diharapkan menyampaikan kepada keluarga (suami/orang tua) untuk memberikan dukungan kepada ibu agar memberikan imunisasi campak pada bayi (3) Puskesmas Lhoksukon perlu dilakukan upaya peningkatan sosialisasi dan cara penyampaian informasi yang efektif dan berkesinambungan.
ABSTRACT
The meeting of the world Health Assembly (WHA) in May 2010 resulted in an agreement related to the coverage of measles control in 2015 as follow: to reach the national coverage of the first dosage of measles immunization was > 90% and at least 80% in all district/cities, to decrease the rate of measles incident to < 5/1.000.000 every year, and the maintain or to decrease the measles-caused mortality rate to at least 95% of the estimated mortality rate in 2000.
The purpose of this study was to analyze to relationship between characteristics of mother, family support and source of information and measles immunization administration in Lhoksukon Subdistrict, Aceh Utara District. The samples for this study were 210 mothers with babies of > 15 months old and with Cluster Random Sampling Technical. The data for this study were obtained through distributing questionnaires to the samples. The data obtained were statistically analyzed through Chi Square Test, Exact Fisher Test, and Multiple Logistic
Regression test at α = 5%.
The result of this study showed that the factors of mother’s age (p=0.610), mother’s education (p=0.099), mother’s occupation (p=0.135), number of children (p=1.000) had no relationship with administrating measles immunization to the babies. The factors related to measles immunization administration were family’s income (p=0.018), instrumental support (p=0.0001), informational support (p=0.010), assessment support (p=0.001), emotional support (p=0.0001), information from the health workers (p=0.011) and information from electronic media (p=0.032). Instrumental support was the most dominant factor (Exp(B)=33.072).
It is recommended that (1) family provide information and facility so that mothers can give measles immunization to babies (2) religious figures (Ustadz) give information to families (husbands/parents) about giving support to mothers in giving measles immunization to babies(3) Lhoksukon Puskesmas increase socialization and information effectively and sustainably.
Keywords: Coverage, Immunization, Measles, Lhoksukon Subdistrict
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini penekanan arah pembangunan kesehatan lebih diarahkan pada upaya
promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud (Mukti, 2012).
Berdasarkan hasil kajian Kemenkes dan TAG (Technical Advisory Group on
Immunization), WHO dan UNICEF, yang menyatakan bahwa campak dan polio
masih menjadi masalah di Indonesia, maka pemerintah dalam hal ini Ditjen P2PL
Kemenkes menggagas kegiatan Kampanye Imunisasi Tambahan Campak dan Polio
tahap ketiga selama satu bulan penuh mulai tanggal 18 Oktober sampai 18 November
2011 (Depkes RI, 2012).
Kampanye ini bertujuan meningkatkan perlindungan terhadap seluruh
bayi/anak dari penyakit campak dan polio. Selain itu, kampanye tambahan yang
menghabiskan dana sekitar 100 M-an ini juga bertujuan untuk melengkapi tingkat
imunitas pada sasaran yang belum terbentuk kekebalannya, menjangkau anak yang
belum mendapatkan imunisasi pada pelayanan rutin (DO), dan diharapkan herd
immunity (tingkat imunitas di populasi) dapat lebih dari 95%
Sidang Word Health Assembly (WHA) pada bulan Mei 2010 menyepakati
target pencapaian pengendalian penyakit campak pada tahun 2015 yaitu: Mencapai
cakupan imunisasi campak dosis pertama > 90% secara nasional dan minimal 80% di
seluruh Kabupaten/kota, menurunkan angka insiden campak menjadi <5/1.000.000
setiap tahun dan mempertahankannya dan menurunkan angka kematian campak
minimal 95% dari perkiraan angka kematian tahun 2000 (Kemenkes RI, 2012).
Berdasarkan penelitian
pendukung dan pendorong ibu bayi (umur 9-11 bulan) terhadap pemberian imunisasi
campak di wilayah kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh
Selatan, menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap
variabel pemberian imunisasi campak yaitu variabel pengetahuan. Variabel yang
tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pemberian imunisasi campak
adalah pendidikan, pekerjaan, kepercayaan, jarak ke sarana pelayanan kesehatan,
dukungan petugas imunisasi dan dukungan keluarga
Hasil penelitian
dan dukungan tokoh agama terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di
Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, menunjukkan
bahwa faktor yang memengaruhi perilaku ibu balita dalam imunisasi campak dari
komunikasi petugas kesehatan adalah metode, media dan isi pesan, sedangkan dari
dukungan tokoh agama adalah dukungan instrumental dan dukungan informasional.
Media merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku ibu balita dalam
Menurut
(KIE) terhadap Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi di
Kabupaten Aceh Besar, menunjukkan bahwa Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan Ada hubungan
antara pelaksanaan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dengan peningkatan
pengetahuan.
Penelitian Simangunsong (
pemberian imunisasi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kolang Kecamatan
Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah, menunjukkan bahwa sumber informasi yang
diperoleh suami tentang imunisasi paling banyak diperoleh melalui perawat/bidan.
Sementara yang paling sedikit adalah media cetak (surat kabar, brosur) dan
tetangga/teman.
Hasil penelitian
dukungan keluarga dan kepercayaan terhadap pemberian imunisasi hepatitis b (0-7
hari) pada bayi di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat,
menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemberian imunisasi
Hepatitis B pada bayi adalah pengetahuan, dukungan keluarga dan kepercayaan.
meneliti tentang pengaruh dukungan sosial terhadap
partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu di kelurahan tampan wilayah kerja
Puskesmas Tampan Pekanbaru, menunjukkan bahwa variabel dukungan emosional,
dukungan instrumental dan dukungan informasi berpengaruh terhadap partisipasi ibu
paling besar pengaruhnya terhadap penentuan partisipasi ibu balita adalah variabel
dukungan instrumental
Program imunisasi pada bayi dikelompokkan menjadi beberapa jenis
imunisasi yaitu BCG, HB0, DPT+HB1, DPT3+HB3, Polio3 dan Campak. Adanya
penurunan jumlah imunisasi pada bayi perlu mendapat perhatian dari pelaksana
program, mengingat peningkatan status kesehatan bayi sangat dipengaruhi dari
kekebalan bayi terhadap penyakit yang dimunculkan dari kekurangan imunisasi
tersebut (Dinkes Aceh, 2011).
Berdasarkan Profi Data Kesehatan Indonesia tahun 2011, cakupan imunisasi
Campak di Indonesia mencapai 93,65% dan pada tahun 2012 turun menjadi 86,3%.
Pada tahun 2011 terdapat 21.893 kasus campak di Indonesia. Sedangkan di Provinsi
Aceh pada tahun 2011 cakupan imunisasi campak menduduki peringkat 27 dari 33
Provinsi di Indonesia. Dan pada tahun 2012 Provinsi Aceh menduduki peringkat 20
dengan cakupan imunisasi campak mencapai 79,5%.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh bahwa jumlah
penduduk Provinsi Aceh pada tahun 2010 adalah 4.494.400, sedangkan balita
berjumlah 493.400 dan pada tahun 2011 jumlah penduduk 4.597.300 sedangkan
balita berjumlah 504.700 Balita (BPS Provinsi Aceh, 2013).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara bahwa
jumlah penduduk Aceh Utara pada tahun 2010 adalah 529.751, sedangkan balita
berjumlah 56.897 dan pada tahun 2011 jumlah penduduk 541.878 sedangkan balita
Berdasarkan dari Profil Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Cakupan imunisasi
Campak pada bayi di Provinsi Aceh tahun 2009 mencapai 92,3% dan pada tahun
2010 mencapai 81,2%, Hal ini menunjukkan adanya penurunan cakupan imunisasi
sebesar 11,1% dari tahun 2009. Kemungkinan drop out yang tinggi dan kegiatan luar
gedung untuk mengejar sasaran yang tidak datang ke fasilitas kesehatan harus secara
intens dilakukan. Sedangkan pada tahun 2011 mencapai 81,6%, tidak ada
peningkatan secara signifikan dari tahun 2010. Jumlah kasus Campak di Provinsi
Aceh pada tahun 2010 sebesar 650 kasus, dan pada tahun 2011 sebesar 708 kasus.
(Dinkes Aceh, 2012).
Cakupan imunisasi Campak pada bayi di Kabupaten Aceh Utara tahun 2010
adalah 83,3% dan pada tahun 2011 mencapai 86,2%. di Kecamatan Lhoksukon
khususnya wilayah kerja Puskesmas Lhoksukon pada tahun 2010 adalah 84,4% dan
pada tahun 2011 turun menjadi 74,6%. Sedangkan wilayah kerja Puskesmas Buket
Hagu pada tahun 2010 adalah 92,4% dan pada tahun 2011 mencapai 96,0%.
Dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2010
sebanyak 131 kasus (20,15% dari kasus Provinsi Aceh), paling banyak ditemukan di
Kecamatan Lhoksukon yaitu 110 kasus, pada tahun 2011 di Aceh Utara terdapat 25
kasus (3,53% dari kasus Provinsi Aceh), dan pada tahun 2012 Jumlah kasus Campak
di Kabupaten Aceh Utara sebesar 243 kasus sedangkan di Kecamatan Lhoksukon 76
kasus (Dinkes Aceh Utara, 2013).
Pemberian imunisasi campak pada bayi ada kaitannya dengan perilaku ibu
mengutip pendapat Kar (1983), dapat disimpulkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh
niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behaviour intention), dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya
(social-support), ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas
kesehatan (accessebility of information), otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam
hal ini mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy), situasi yang
memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation).
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan karakteristik ibu, dukungan keluarga dan
sumber informasi terhadap pemberian imunisasi campak di Kecamatan Lhoksukon
Kabupaten Aceh Utara.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga
dan sumber informasi dengan pemberian imunisasi campak di Kecamatan Lhoksukon
Kabupaten Aceh Utara.
1.4 Hipotesis
1. Adanya hubungan karakteristik ibu dengan pemberian imunisasi campak di
Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.
informasional, emosional, dan dukungan penilaian) dengan pemberian imunisasi
campak di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.
3. Adanya hubungan sumber informasi dengan pemberian imunisasi campak di
Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini nantinya adalah
sebagai berikut :
1.5.1 Bagi Dinas Kesehatan
Menjadi bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara dalam
upaya menurunkan angka kejadian campak upaya peningkatan derajat
kesehatan anak
1.5.2 Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
khususnya di bidang promosi kesehatan yang berkaitan dengan karakteristik
ibu, dukungan keluarga dan sumber informasi dengan pemberian imunisasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perilaku
2.1.1 Defenisi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2012) yang mengutip pendapat skiner (1938), Perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses:
StimulusOrganismeRespon, sehingga teori skiner disebut teori “S-O-R”
(Stimulus-Organisme-Respon).
Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku Tertutup (Covert Behaviour)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum
dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas
dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap
stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behaviour” atau “covert
behaviour” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.
Contoh : ibu tahu pentingnya imunisasi untuk kesehatan bayi adalah merupakan
pengetahuan (knowledge). Kemudian ibu bertanya tentang tempat pelayanan
imunisasi adalah sebuah kecendrungan untuk melakukan imunisasi yang disebut
b. Perilaku Terbuka
Perilaku terbuka terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan
atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behaviour”.
Contoh: ibu membawa bayi untuk diimunisasi ke tenaga kesehatan.
2.1.2 Domain perilaku
Menurut Notoatmodjo (2012) yang mengutip pendapat Bloom (1908),
membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain, sesuai dengan tujuan
pendidikan. Bloom menyebutkan ranah atau kawasan yakni: a) kognitif (cognitive),
b) afektif (affective), c) psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori
Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:
a. Pengetahuan (Knowledge)
1) Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetauan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).
2) Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan.
a) Tahu (know)
sebelumnya.termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu stuktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. misalnya, dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan.
Dan sebagainya terhadap suatu materi dan rumusan-rumusan yang telah ada.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
b. Sikap (Attitude)
1) Pengertian Sikap
masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. beberapa batasan
lain tentang sikap ini dapat dikutip sebagai berikut.
“An individual’s social attitude is a syndrome of rensponse consistency
with regard to social object” (Campbell,1950)
“Attitude entails an existing predisposition to response to social objecs
which in interation with situational and other dispositional variables,guides
and direct the overt behavior of the individual” (Cardno, 1955)
Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu
tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan merupakan reaksi yang bersifat emisional terhadap stimulus sosial.
Newcomb, salah seorang psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reasik terbuka atau tingkah laku
yang terbuka.Sikap suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
2) Komponen Pokok Sikap
bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok.
a) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketika komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu cotoh misalnya,
seorang ibu telah mendengar tentang penyakit campak (penyebabnya,
akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya).
3) Tingkatan Sikap
a) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap imunisasi
dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap
ceramah-ceramah tentang imunisasi.
b) Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berati bahwa orang
c) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang
mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk
pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang
imunisasi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap
positif terhadap kesehatan anak.
d) Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu
mengimunisasi anaknya, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau
orang tuanya sendiri.
c. Praktik atau Tindakan (Practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari
suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut
mengimunisasikan anaknya.
Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari
pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua, dan lain-lain.
1) Respons Terpimpin (Guided Response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang
ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan
memotong-motongnya, dan segalanya
2) Mekanisme (Mecanisme)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai
praktik tingkat kedua. Misalnya, seorang ibu yang sudah mengimunisasikan
bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang
lain.
3) Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiata-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau
bulan yang lalu (recall).
Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan
mengopservasi tindakan atau kegiatan responden. Pengukuran praktik (overt
2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku
Berdasarkan pendapat Notoatmodjo (2012) yang mengutip pendapat para ahli
(Green (1980; Kar (1983); dan WHO (1984)), dapat disimpulkan bahwa perilaku
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
a. Teori Lawrence Green
Perilaku ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor:
1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan. Misalnya : puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban
dan sebagainya.
3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
b. Teori Snehandu B. Kar
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa
perilaku itu merupakan fungsi dari:
a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behaviour intention).
b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social-support).
(accessebility of information).
d. Otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam hal inimengambil tindakan atau
keputusan (personal autonomy).
e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action
situation).
c. Teori WHO
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu
berperilaku tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok.
1) Pemahaman dan pertimbangan (thought and feeling), yakni dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian
seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan).
a) Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
b) Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan atau tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu.
c) Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling
2) Orang penting sebagai referensi (personal reference).
Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil banyak dipengaruhi oleh
orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang-orang itu dipercaya, maka apa yang
dikatakan atau perbuatan cenderung untuk dicontoh. Orang-orang yang
dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi (reference group),
antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa, dan sebagainya.
3) Sumber-sumber daya (resources)
Sumber daya mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua
itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat.
Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.
Misalnya pelayanan puskesmas, dapat berpengaruh positif terhadap perilaku
penggunaan puskesmas tetapi juga dapat berpengaruh sebaliknya.
4) Kebudayaan (culture), kebiasaan, nilai-nilai, tradisi-tradisi, sumber-sumber di
dalam masyrakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan terbentuk dalam waktu lama
sebagai akibat dari kehidupan suatu masyrakat bersama. Kebudayaan selalu
berubah, baik secara lambat maupun cepat, sesuai peradaban umat manusia.
d. Teori Ajzen dan Fishbein
Faktor- faktor yang memengaruhi perilaku manusia adalah latar belakang
individu sebagai berikut :
1) Faktor pribadi, yaitu : sikap, kepribadian , nilai, kondisi emosi, intelegensi.
religi/kepercayaan.
3) Informasi, yaitu : pengalaman, pengetahuan, media.
Individu tumbuh dalam lingkungan sosial yang berbeda-beda dan
membutuhkan informasi tentang beberapa hal, informasi yang diperoleh mendasari
keyakinan mereka tentang konsekuensi suatu perilaku, tentang harapan-harapan
normatif dari lingkungan sosial, dan juga tentang hambatan-hambatan yang dapat
mencegah mereka untuk membentuk perilaku berdasarkan intensi yang dimilikinya.
e. Teori SOR
Menurut Wawan dan Dewi (2011) yang mengutip pendapat Skinner (1938),
perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus), tanggapan (respon)
dan respons.
2.1.4 Sumber-sumber Informasi
Menurut Setiawati dan Dermawan (2008) yang mengutip pendapat para ahli
(Dale (1969); Roestyah dan Sudirman), dapat disimpulkan bahwa informasi dapat
diperoleh dari berbagai sumber:
Dale (1969), informasi diperoleh dari pengalaman langsung, benda tiruan,
dramatisasi, karyawisata, TV, gambar hidup pameran, gambar diam, lambang visual
dan lambang kata.
Roestyah, informasi atau sumber belajar berasal dari manusia, buku
massmedia, lingkungan, alat pelajaran dan musium.
Sudirman mengungkapkan bahwa yang termasuk dalam sumber informasi
2.2 Konsep Keluarga
2.2.1 Pengertian Keluarga
Pengertian keluarga menurut Suprajitno (2004) yang mengutip pendapat
para ahli:
a. Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
b. Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas
dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama
atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendiri dengan atau
tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah
tangga.
c. Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya.
Ketiga pengertian tersebut mempunyai persamaan bahwa dalam keluarga
terdapat ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap
(serumah) dengan peran masing-masing serta keterikatan emosional.
2.2.2 Tujuan Dasar Keluarga
Menurut Padila (2012), Karena keluarga merupakan unit dasar dari
perkembagan individu-individu yang dapat menentukan keberhasilan kehidupan
individu tersebut. Keluarga berfungsi sebagai buffer atau sebagai perantara antara
masyarakat dan individu, yakni mewujudkan semua harapan dan kewajiban
masyarakat dengan memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan
peran anggotanya menerima peran di masyarakat.
2.2.3 Struktur Keluarga
Menurut Padila (2012), Struktur keluarga menggambarkan bagaimana
keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Ada beberapa struktur
keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam, diantaranya
adalah :
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun dari jalur ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun dari jalur ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah.
e. Keluarga Kawin
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.
2.2.4 Fungsi Keluarga
Menurut Padila (2012), berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda,
yakni satu sisi keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain
keluarga harus memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat, maka selanjutnya akan
dibahas tentang fungsi keluarga sebagai berikut :
Friedman (1998) mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yakni:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang
bahagia. Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki
dan memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang. Reiforcement dan
support dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi
afektif adalah :
1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan mendukung.
Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih sayang dan dukungan, maka
kemampuannya untuk memberi akan meningkat sehingga tercipta hubungan
yang sangat dan saling mendukung. Hubungan yang baik dalam keluarga
2) Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang positif dimana setiap
anggota keluarga baik orang tua maupun anak diakui dan dihargai keberadaan
dan haknya.
3) Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejak pasangan sepakat hidup baru.
Kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan berbagai aspek kehidupan
dan keinginan yang tidak dapat dicapai sendiri, misalnya mempunyai anak.
Hubungan selanjutnya akan dikembangkan menjadi hubungan orang tua anak
dan antar melalui proses identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti ikatan
kasih sayang, oleh karena itu perlu diciptakan proses identifikasi yang positif
dimana anak meniru prilaku orangtua melalui hubungan interaksi mereka.
Fungi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagian
keluarga. Sering penceraian, kenalan anak atau masalah keluarga lainnya timbul
akibat fungsi afektif keluarga yang tidak terpenuhi.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami individu
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam linkungan social
(Gegas,1979 dan Friedman, 1998), sedangkan Soekato (2000) mengemukakan
bahwa sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru
mempelajari norma-norma masyarakat dimana dia menjadi anggota.
Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah meninggal.
Keluarga merupakan tempat dimana individu dan keluarga akan dicapai melalui
belajar disiplin, memiliki nilai/norma, budaya dan perilaku melalui interaksi dalam
keluarga sehingga individu mampu berperan di masyarakat.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana,
maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain banyak kelahiran yang
tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru
dengan satu orang tua (single parent).
d. Fungsi Ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan
rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi
keluarga di bawah garis kemiskinan (Gakin ataupra keluarga sejahtera).
Perawat berkontribusi untuk mencari sumber-sumber di masyarakat yang
dapat dingunakan keluarga meningkat status kesehatan mereka.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi lain keluarga adalah fungsi keperawatan kesehatan. Selain keluarga
menyediakan makanan pakaian dan rumah, keluarga juga berfungsi melakukan
asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untu mencegah terjadinya gangguan
maupun merawat anggota yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau
pertolongan tenaga professional. Kemampuan ini sangat memengaruhi status
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan terhadap
anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Tugas
kesehatan keluarga tersebut adalah (Frieman, 1998) : menggenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana rumah
yang sehat, dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu dilakukan oleh
keluarga. Perawat perlu melakukan pengkajian untuk mengetahuisejauh mana
keluarga dapat melaksanakan kelima tugas tersebut dengan baik, selanjutnya
memberikan bantuan atau pembinaan terhadap keluarga untuk memenuhi tugas
kesehatan keluarga tersebut.
2.2.5 Tugas Keluarga
Menurut Jhonson dan Leny (2010), pada dasarnya tugas keluarga ada tujuh
tugas pokok sebagai berikut : Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya,
pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga, pembagian tugas
masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing, sosialisasi
antar anggota keluarga, pengaturan jumlah anggota keluarga, pemeliharaan ketertiban
anggota keluarga dan membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
2.2.6 Ciri-ciri Struktur Keluarga
Menurut Effendi & Makhfudli (2009), ciri-ciri struktur keluarga adalah:
a. Terorganisasi
memiliki peran dan fungsinya masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat
tercapai. Organisasi yang ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara
anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.
b. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung
jawab masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa
semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab
masing-masing anggota keluarga.
c. Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan bahwa
masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda-beda dan
khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama dan peran ibu yang
merawat anak-anak.
2.2.7 Tipe Keluarga
Menurut Suprajitno (2004), pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks
keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Keluarga inti (nuclear family)
keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya
atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (extended family)
darah (kakek-nenek, paman-bibi).
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatkannya rasa
individualism, pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang
menjadi:
a. Keluarga bentukan kembali (dynadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk
dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya. Keadaan ini di
Indonesia juga menjadi tren karena adanya pengaruh gaya hidup barat yang pada
zaman dahulu jarang sekali ditemui sehingga seorang yang telah cerai atau
ditinggal pasangannya cenderung hidup sendiri untuk membesarkan anak-anaknya.
b. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah
satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
c. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
d. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone). Kecendurungan di Indonesia juga
meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak
jika telah menikah.
e. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital beterosexual
cobabiting family). Biasanya dapat dijumpai pada daerah kumuh perkotaan
(besar), tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah
meskipun usia pasangan tersebut telah tua demi status anak-anaknya.
f. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and
2.2.8 Peranan Keluarga
Menurut Jhonson dan Leny (2010), peranan keluarga menggambarkan
seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh
harapan dan pola prilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan
yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan Ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
b. Peranan Ibu
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya pelindung
sebagai dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan Anak
Anak-anaknya melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2.2.9 Bentuk Keluarga
dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola
otoritas.
a. Berdasarkan lokasi
1) Adat utrolokal,yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri
untuk memilih tempat tinggal, baik itu sekitar kediaman kaum kerabat suami
ataupun di sekitar kediaman kaum kerabat istri;
2) Adat Virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri
diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;
3) Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus
tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri;
4) Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
tinggal di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula
(bergantian);
5) Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum
kerabat suami maupun istri;
6) Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk
menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak
suami;
7) Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri
masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing-masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar
b. Berdasarkan pola otoritas
1) Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki
tertua, umumnya ayah).
2) Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan
(perempuan tertua, umumnya ibu)
3) Equalitarian, suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.
2.2.10 Ciri-ciri Keluarga Indonesia
Menurut Jhonson dan Leny (2010), Ciri-ciri keluarga Indonesia adalah
sebagai berikut: Suami sebagai pengambil keputusan, merupakan suatu kesatuan yang
utuh, berbentuk monogram, bertanggung jawab, meneruskan nilai-nilai budaya
bangsa, ikatan kekeluargaan sangat erat dan mempunyai semangat gotong royong.
2.2.11 Dukungan Sosial Keluarga
Menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat Cohen & Syme (1996),
dukungan sosial adalah suatu keadaan, yang berrnanfaat bagi individu yang diperoleh
dari orang lain yang dapat dipercaya sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang
lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.
Menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat Friedman (1998),
dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga
dengan lingkungan sosial.
Dalam sernua tahapan, dukungan keluarga menjadikan keluarga mampu
berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sehingga akan rneningkatkan
Jenis dukungan keluarga ada empat menurut Prasetyawati (2011) yang
mengutip pendapat Friedman (1998), yakni:
a. Dukungan Instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis
dan konkrit.
b. Dukungan Informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan
diseminator (penyebar informasi).
c. Dukungan Penilaian (Appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan
balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan
validator identitas keluarga.
d. Dukungan Emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai
untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.
Menurut prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat House (Smet, 1994),
setiap bentuk dukungan sosial keluarga mempunvai ciri-ciri antara lain :
a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh
seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi
pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan
dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi
persoalan yang sama atau hampir sama.
b. Perhatian Emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang
lain. Dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan
penghargaan. Dengan demikian, seseorang yang menghadapi persoalan merasa
memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati, dan empati
terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan rnau membantu memecahkan
masalah yang dihadapinya.
c. Bantuan Instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah
seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan, persoalan-persoalan
yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapinya.
4) Bantuan Penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang
kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa
positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang.
Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga, maka penilaian yang sangat
membantu adalah penilaian yang positif.
2.3 Imunisasi Campak
2.3.1 Pengertian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk
melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan
pada usia anak 9 bulan atau lebih (Lisnawati, 2011).
2.3.2 Komposisi Vaksin Campak
Vaksin dari virus hidup (CAM 70) Chick Chorioallantonik membrane) yang
dilemahkan kanamisin sulfat dan eritromisin berbentuk beku kering, dilarutkan dalam
2.3.3 Cara Pemberian dan Dosis Imunisasi Campak
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berusia 9 bulan
atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada usia 6 bulan dan diulangi 6
bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan sebanyak 0,5 ml
(Lisnawati, 2011).
2.3.4 Efek Samping Imunisasi Campak
Demam, diare, konjungtifitis, ruam setelah 7 – 12 hari pasca imunisasi.
Kejadian encefalitis lebih jarang (Lisnawati, 2011).
2.3.5 Kontra Indikasi Pemberian Vaksin Campak
Menurut Lisnawati (2011), Kontra Indikasi Pemberian Vaksin Campak:
Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38oC, gangguan sistem kekebalan,
pemakaian obat imunosupresan, alergi terhadap protein telur, hipersensitivitas
terhadap kanamisin dan eritromisin dan wanita hamil.
2.3.6 Pengertian Penyakit Campak
Penyakit campak dikenal juga sebagai Morbili atau Measles, merupakan
penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus
(Kemenkes RI, 2012).
2.3.7 Penyebab Penyakit Campak
Penyakit Campak disebabkan oleh virus RNA dari Genus Morbilivirus, dari
keluarga Paramyxoviridae yang mudah mati karena panas dan cahaya
2.3.8 Gejala
Menurut Lisnawati (2011), gejala penyakit campak terdiri dari stadium:
a. Stadium Pro-dormal
Ditandai: demam tinggi disertai 3C (Coryza/Pilek, Conjungtivitis dan Cough).
Pada pemeriksaan rongga mulut dapat dijumpai Kopliks Spot.
b. Sadium Erupsi
Timbul ruam makulopapular eritromatosus, pada saat suhu tubuh sedang tinggi.
Mulai pada daerah kepala, belakang leher, kemudian ke badan dan anggota badan
atas, selanjutnya ke anggota badan bawah.
c. Stadium Konvalesen
Gejala-gejala tersebut berkurang sampai hilang. Ditandai dengan ruam macula
hiperpigmentasi.
2.3.9 Cara Penularan Penyakit Campak
Menurut Kemenkes (2012), cara penularan penyakit campak adalah :
a. Penularan dari orang ke orang melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara
terutama melalui batuk, bersin dan sekresi hidung.
b. Masa penularan 4 hari sebelum rash sampai 4 hari setelah timbul rash, puncak
penularan pada saat gejala awal (fase pro-dormal), yaitu pada 1-3 hari pertama
sakit.
2.3.10 Komplikasi
Menurut Kemenkes RI (2012), sebagian besar penderita campak akan
dewasa usia > 20 tahun. Kasus campak pada penderita malnutrisi dan defesiensi
vitamin A serta immune defisiency (HIV), komplikasi campak dapat menjadi lebih
berat atau fatal. Komplikasi yang sering terjadi yaitu : diare, bronchopneumonia,
malnutrisi, otitis media, kebutaan, encephalitis, measles encephalitis hanya 1/1000
penderita campak, Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE) hanya 1/100.000
penderita campak dan ulkus mukosa mulut.
2.3.11 Penyebab Kematian
Kematian penderita campak umumnya disebabkan karena komplikasinya,
seperti: brochopneumonia, diare berat dan gizi buruk serta penanganan yang
2.4 Landasan Teori
Berdasarkan pendapat ahli (Ajzen dan Fishbein (1975); Skinner (1938);
Kar (1983); dan WHO (1984)), dapat disimpulkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh
[image:55.612.115.527.229.673.2]beberapa faktor:
Gambar 2.1. Faktor yang Memengaruhi Perilaku
Teori Ajzen dan Fishbein (1975) a. Faktor pribadi,
- Sikap - Kepribadian - Nilai
- Kondisi emosi - Intelegensi. b. Faktor sosial
- Usia
- Jenis kelamin - Ras dan etnis - Pendidikan - Pendapatan, - Religi/ kepercayaan. c. Informasi
- Pengalaman - Pengetahuan - media
Teori Snehandu B. Kar (1983) 1. Niat untuk bertindak
(behaviour intention). 2. Dukungan sosial
(social-support).
3. Informasi tentang kesehatan (accessebility of information). 4. Otonomi pribadi
(personal autonomy). 5. Situasi yang memungkinkan