PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR
DAN MOTIVASI BELAJAR
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD
GUGUS DEWI SARTIKA DAN GUGUS HASANUDIN
KOTA TEGAL
Skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Khoiru Nawawi
1401412507
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
iii
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang
Panitia Ujian Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Hari, tanggal : Kamis, 2 Juni 2016
iv
Skripsi dengan judul Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus
Hasanudin Kota Tegal, oleh Khoiru Nawawi 1401412507, telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
v
Motto
1. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya
(QS. Al Baqoroh: 286).
2. Manakala kalian lewat taman-taman surga (majelis-majelis ilmu), maka
berbahagialah! (HR.Imam Thabrani).
3. Terkadang kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan
yang sempurna datang kepadamu (R.A. Kartini).
4. Rumus 6x2 lebih baik daripada rumus 2x6, artinya enam kali belajar
masing-masing dua topik lebih baik hasilnya daripada dua kali belajar masing-masing-masing-masing
enam topik (Penulis).
Persembahan
Untuk Ibu Shofi’ah dan Bapak Abdul Qodar,
Adik-adikku Indah dan Salisa, serta keluarga
besarku.
Guru-guruku dan Dosen-dosenku, mahasiswa
PGSD UPP Tegal FIP UNNES angkatan 2012, dan
vi
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga dapat
menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kebiasaan Belajar dan
Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Gugus Dewi Sartika
dan Gugus Hasanudin Kota Tegal”.
Tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memenuhi sebagian syarat untuk
mencapai gelar sarjana pendidikan. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan,
tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kesulitan itu dapat teratasi.
Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di
Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan izin dan dukungan dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan
kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi ini.
4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal yang telah memberikan izin
vii
penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Drs. Utoyo, M.Pd., sebagai dosen pembimbing 2 yang telah memberikan
bimbingan pengarahan, saran, dan motivasi yang sangat bermanfaat bagi
penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Kesbangpolinmas, BAPPEDA Kota Tegal, Dinas Pendidikan Kota Tegal, dan
UPPD Tegal Selatan yang telah memberikan izin penelitian.
8. Kepala Sekolah Dasar Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
9. Guru kelas V SD Negeri Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal
yang telah memberikan kesempatan dan bantuan dalam mengadakan penelitian.
10.Segenap siswa kelas V SD Negeri Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin
Kota Tegal yang telah bersedia bekerjasama dalam penelitian.
11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga mendapat
berkah dari Allah SWT. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk
skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang terkait.
Tegal, 23 Mei 2016
viii
Nawawi, Khoiru. 2016. Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing: Drs. Noto Suharto, M.Pd dan Drs. Utoyo, M.Pd
Kata Kunci: Hasil belajar; kebiasaan belajar; motivasi belajar
Mutu pendidikan dapat diketahui salah satunya melalui hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Ada beberapa faktor yang memengaruhi hasil belajar diantaranya kebiasaan belajar dan motivasi belajar. Siswa yang mempunyai kebiasaan belajar yang teratur dan rutin akan memengaruhi hasil belajar yang diperoleh. Begitu pula siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan memengaruhi nilai hasil belajar yang tinggi juga. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal.
Penelitian ini menggunakan metode ex post facto dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal yang berjumlah 197 siswa. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dan Proporsional Random Sampling sehingga didapatkan sampel sebanyak 132 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi untuk hasil belajar dan angket tertutup dengan skala likert 4 untuk kebiasaan belajar serta motivasi belajar. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan regresi linier sederhana dan analisis regresi ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan belajar terhadap hasil belajar dengan hasil penelitian diperoleh
thitung > ttabel yaitu 2,503 > 1,978 dan korelasi keduanya sebesar 0,214 atau rendah.
Besar sumbangan kebiasaan belajar terhadap hasil belajar siswa sebesar 4,6%; (2) Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar dengan hasil penelitian diperoleh diperoleh thitung > ttabel (3,522 > 1,978) dan korelasi
keduanya dalam kategori rendah (0,295). Besar sumbangan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa sebesar 8,7%; (3) Ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar dengan hasil penelitian diperoleh Fhitung > Ftabel (6,171 > 3,066) dan korelasi ganda dalam kategori rendah
ix
JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 12
1.3 Pembatasan Masalah ... 13
1.4 Rumusan Masalah ... 13
1.5 Tujuan Penelitian ... 14
1.5.1 Tujuan Umum ... 14
1.5.2 Tujuan Khusus ... 14
x
2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori ... 17
2.1.1 Hakikat Hasil Belajar ... 17
2.1.2 Kebiasaan Belajar ... 23
2.1.3 Motivasi Belajar ... 32
2.1.4 Hubungan antar Variabel ... 44
2.2 Penelitian yang Relevan ... 46
2.3 Kerangka Berpikir ... 53
2.4 Hipotesis Penelitian ... 56
3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 57
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 59
3.2.1 Waktu Penelitian ... 59
3.2.2 Tempat Penelitian ... 59
3.3 Populasi dan Sampel ... 59
3.3.1 Populasi ... 59
3.3.2 Sampel dan Teknik Sampling ... 60
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 62
3.4.1 Variabel Penelitian ... 62
xi
3.5.2 Angket atau Kuesioner ... 66
3.5.3 Dokumentasi ... 66
3.6 Instrumen Penelitian ... 66
3.6.1 Instrumen Variabel Hasil Belajar ... 67
3.6.2 Instrumen Variabel Kebiasaan Belajar ... 67
3.6.3 Instrumen Variabel Motivasi Belajar ... 68
3.6.4 Uji Validitas Instrumen ... 70
3.6.5 Reliabilitas Instrumen ... 72
3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 73
3.7.1 Analisis Deskriptif ... 73
3.7.2 Teknik Prasyarat Analisis ... 74
3.7.3 Analisis Akhir (Pengujian Hipotesis) ... 78
4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 83
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 83
4.1.2 Deskripsi Responden ... 84
4.1.3 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 85
4.1.4 Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 102
4.1.5 Hasil Analisis Akhir ... 106
xii
5 PENUTUP
5.1 Simpulan ... 140
5.2 Saran ... 141
5.2.1 Bagi Orang Tua ... 141
5.2.2 Bagi Guru ... 142
5.2.3 Bagi Kepala Sekolah ... 142
Daftar Pustaka ... 143
Glosarium ... 147
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Populasi Penelitian ... 60
3.2 Proporsi Pengambilan Sampel Penelitian ... 62
3.3 Kisi-kisi Angket Kebiasaan Belajar (Uji Coba) ... 68
3.4 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar (Uji Coba) ... 69
3.5 Hasil Uji Validitas Angket Kebiasaan Belajar ... 71
3.6 Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Belajar ... 72
3.7 Pedoman Konversi Skala-5 ... 73
3.8 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai R ... 79
3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai R ... 81
4.1 Data Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 84
4.2 Data Responden Penelitian Berdasarka Usia ... 85
4.3 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 86
4.4 Rentang Nilai Indeks (Three Box Method) ... 90
4.5 Pedoman Konversi Skala-5 ... 90
4.6 Frekuensi Hasil Nilai Rata-rata UTS Genap ... 91
4.7 Nilai Indeks Kebiasaan Belajar ... 96
4.8 Nilai Indeks Motivasi Belajar ... 100
4.9 Rekapitulasi Rata-Rata Indeks Variabel ... 101
4.10 Hasil Uji Normalitas Data ... 102
4.11 Hasil Uji Linieritas Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar ... 103
4.12 Hasil Uji Linieritas Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar ... 104
4.13 Hasil Uji Multikolinearitas Data ... 105
4.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas Data ... 106
4.15 Hasil Uji Regresi Sederhana Variabel Kebiasaan Belajar ... 107
4.16 Hasil Uji Regresi Sederhana Variabel Motivasi Belajar ... 107
4.17 Hasil Uji Regresi Ganda ... 111
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Daftar Nama Siswa Populasi Penelitian ... 147
2 Daftar Nama Siswa Sampel Penelitian ... 151
3 Daftar Nama Siswa Sampel Uji Coba Angket ... 155
4 Kisi-Kisi Angket Kebiasaan Belajar (Uji Coba) ... 156
5 Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar (Uji Coba) ... 157
6 Angket Uji Coba Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar ... 158
7 Kisi-Kisi Angket Penelitian Kebiasaan Belajar (Setelah Uji Coba) ... 164
8 Kisi-Kisi Angket Penelitian Motivasi Belajar (Setelah Uji Coba) ... 165
9 Angket Penelitian Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar ... 166
10 Lembar Validasi Angket ... 171
11 Tabel Pembantu Analisis Hasil Uji Coba Angket Kebiasaan Belajar ... 176
12 Tabel Pembantu Analisis Hasil Uji Coba Angket Motivasi Belajar ... 178
13 Uji Validitas dan Reabilitas Uji Coba Angket Kebiasaan Belajar ... 180
14 Uji Validitas dan Reabilitas Uji Coba Angket Motivasi Belajar ... 182
15 Rekapitulasi Uji Validitas Angket Penelitian ... 184
16 Rekapitulasi Uji Reabilitas ... 186
17 Data Hasil Penelitian Angket Kebiasaan Belajar ... 187
18 Data Hasil Penelitian Angket Motivasi Belajar ... 195
19 Rekapitulasi Skor Hasil Data Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar ... 201
20 Daftar Nilai Rata-rata UTS pada Sampel Penelitian ... 205
21 Rekapitulasi Skor Hasil Belajar (Y), Kebiasaan Belajar (X1) dan Motivasi Belajar (X2) ... 209
22 Tabel Kriteria Penilaian Hasil Belajar ... 213
23 Tabel Nilai Indeks Variabel Kebiasaan Belajar ... 214
24 Tabel Nilai Indeks Variabel Kebiasaan Belajar ... 216
25 Hasil Uji Normalitas Data ... 218
26 Hasil Uji Linearitas Data ... 220
xvi
28 Hasil Uji Heteroskedastisitas Data ... 226
29 Hasil Analisis Regresi Sederhana Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar ... 227
30 Hasil Analisis Regresi Sederhana Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar ... 228
31 Hasil Analisis Regresi Linier Ganda ... 229
32 Surat Rekomendasi Permohonan izin Penelitian dari BAPEDA ... 230
33 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 232
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Perkembangan dan kemajuan pembangunan suatu negara sangat bergantung
dari kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Suatu negara yang memiliki
sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, maka pembangunan negara tersebut
akan berkembang secara pesat. Sebaliknya, kualitas sumber daya manusia yang
rendah dapat menghambat pembangunan nasional suatu negara. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu wadah yang dapat mencetak sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi dalam hal ini adalah pendidikan.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu hak setiap individu anak
bangsa untuk dapat menikmatinya. Pendidikan merupakan usaha sadar yang
dilakukan oleh manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses
pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut, telah diakui
dan sekaligus memiliki legalitas yang sangat kuat sebagaimana yang tertuang dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyebutkan bahwa: “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Selanjutnya pada ayat 3 dituangkan
pernyataan yang berbunyi: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Langeveld dalam Munib (2012: 23) mengemukakan bahwa “pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum
dewasa untuk mencapai tujuan yaitu kedewasaan”. Manusia dikatakan dewasa
apabila sudah mencakup indikator berikut: manusia yang mandiri,
bertanggungjawab kepada perbuatannya dan dapat dimintai pertanggungjawaban
atas perbuatannya tersebut, serta telah mampu memahami dan melaksanakan
norma-norma atau moral dalam kehidupan. Manusia dapat menjadi manusia hanya
melalui pendidikan, dalam konteks ini pendidikan dapat didefinisikan sebagai
humanisasi (upaya memanusiakan manusia) artinya suatu upaya dalam rangka
membantu manusia agar mampu hidup sesuai dengan martabat kemanusiaannya
(Wahyudin, dkk, 2007: 1.29). Ada beberapa konsepsi dasar tentang pendidikan
yang akan dilaksanakan, yaitu: pendidikan berlangsung seumur hidup,
tanggungjawab pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga,
masyarakat, dan pemerintah, serta pendidikan merupakan suatu keharusan bagi
manusia sebab dengan pendidikan, manusia akan memiliki kemampuan dan
kepribadian yang berkembang (Munib, 2012: 24).
Selama berkembangnya manusia untuk berusaha meningkatkan
kehidupannya, seperti pengetahuan, kepribadian, dan kemampuan maka selama
menghasilkan manusia yang berbudaya dan generasi yang baik. Pendidikan
menyangkut kehidupan seluruh umat manusia yang digambarkan bahwa tujuan
pendidikan adalah mencapai suatu kehidupan yang lebih baik. Tujuan pendidikan
nasional yang sekarang berlaku mengacu berdasarkan Undang-Undang No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan nasional akan tercapai apabila didukung oleh semua
komponen yang ada di dalam sistem yang bersangkutan. Unsur-unsur yang
memengaruhi pendidikan meliputi: peserta didik, pendidik, tujuan, isi pendidikan,
metode, dan lingkunagn (Munib, 2012 : 38). Demi terwujudnya tujuan pendidikan
nasional, maka kegiatan pendidikan nasioanl dilaksanakan melalui tiga jalur
sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 10
yang berbunyi: “Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada
setiap jenjang dan jenis pendidikan”.
Salah satu jalur pendidikan yang diselenggarakan pemerintah Indonesia
adalah pendidikan formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang. Adapun yang dimaksud jenjang pendidikan adalah
tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan siswa,
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (UU
No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 11). Jenjang pendidikan dasar merupakan jenjang
pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah (BAB VI Pasal 17 ayat
1). Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat (BAB VI Pasal 17
ayat 2).
Pendidikan dasar berbentuk SD dapat diartikan sebagai proses
membimbing, mengajar, dan melatih siswa yang berusia 6-13 tahun untuk memberi
bekal kemampuan dasar dalam aspek intelektual, sosial, dan personal yang sesuai
dengan karakteristik perkembangannnya sehingga dia dapat melanjutkan
pendidikan di SMP atau sederajat (Mikarsa, 2008: 1.13). Tujuan pendidikan di SD
mencakup pembentukan dasar kepribadian siswa sebagai manusia Indonesia
seutuhnya sesuai dengan tingkat perkembangan dirinya, pembinaan pemahaman
dasar, dan seluk-beluk ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan untuk
belajar pada jenjang yang lebih tinggi serta hidup dalam masyarakat. Sementara
fungsi pendidikan SD adalah fungsi edukatif daripada fungsi pengajaran, yaitu
upaya bimbingan dan pembelajaran diorientasikan pada pembentukan landasan
kepribadian yang kuat (Mikarsa, 2008: 1.17).
Menurut Wahyudin, dkk (2007: 8.23) bahwa “kegiatan pendidikan hakikatnya belangsung sepanjang hayat, diselenggarakan di berbagai satuan
pendidikan berlangsung seumur hidup yang bisa diperoleh seseorang di lingkungan
keluarga dan masyarakat. Maka peserta didik baik di dalam sekolah maupun di luar
sekolah tetap melaksanakan pendidikan diantaranya dengan cara belajar.
Pengertian belajar Menurut Siregar dan Nara (2011: 3) adalah sebuah proses
yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak
masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Sementara itu, Spears
dalam Sardiman (2014: 20) mengatakan “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction (Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar,
dan mengikuti aturan)”. Pendapat lain dikemukakan Ahmadi dan Supriyono (2013:
128), “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memeroleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur
yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Gagne (1997)
dalam Rifa’i dan Anni (2012: 68) membagi unsur belajar menjadi empat, yaitu:
peserta didik, rangsangan atau stimulus, memori, dan respon. Kegiatan belajar akan
terjadi pada diri peserta didik apabila terdapat interaksi antara stimulus dan memori,
sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan sesudah adanya stimulus
tersebut.
Siswa terpacu belajar karena ada berbagai faktor. Menurut Slameto (2013:
54) faktor-faktor yang memengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor
individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di
luar individu. Faktor intern dibagi tiga golongan, yaitu: faktor jasmaniah, faktor
psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor ekstern digolongkan menjadi tiga, yaitu:
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Senada dengan itu, Rifa’i dan Anni (2012: 80-81) membagi faktor-faktor yang memengaruhi belajar menjadi
dua, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal mencakup
kondisi fisik, psikis, dan sosial. Sedangkan kondisi eksternal seperti variasi dan
tingkat kesulitan materi belajar yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana
lingkungan, dan budaya belajar masyarakat yang akan memengaruhi kesiapan,
proses, dan hasil belajar.
Hasil belajar menurut Winkel (1996) dalam Purwanto (2011: 45) adalah
perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
Rifa’i dan Anni (2012: 69) berpendapat bahwa “hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar”. Hasil belajar
merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan sehingga hasil belajar yang
diukur sangat tergantung pada tujuan pendidikannya. Hasil belajar peserta didik
akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tertentu (Hamalik, 2012: 30).
Aspek-aspek tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan,
apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap.
Menurut Wasliman (2007) dalam Susanto (2013: 12), “hasil belajar yang
dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
memengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal”. Faktor internal
kesehatan, ketekunan, sikap, kondisi fisik, perhatian, motivasi, minat, dan
kebiasaan belajar. Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar siswa,
seperti: faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, dan faktor
masyarakat. Salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi hasil belajar siswa
yaitu kebiasaan belajar dan motivasi belajar.
Faktor yang dapat memengaruhi hasil belajar adalah kebiasaan belajar.
Aunurrahman (2013: 185) menyatakan “kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan
ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya”. Hal ini berarti kebiasaan belajar merupakan perilaku belajar yang dilakukan siswa secara berulang-ulang dan
lama-kelamaan akan menjadi menetap dan bersifat otomatis. Menurut Djaali (2008: 128),
“kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri
siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan
pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan”. Setiap siswa memiliki kebiasaan
belajar yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan dirinya masing-masing.
Kebiasaan belajar seseorang memengaruhi aktivitas belajarnya dan pada tujuannya
dapat memengaruhi hasil belajar yang diperoleh.
Tujuan adanya kebiasaan belajar pada siswa adalah agar memeroleh
sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam
arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (Syah, 2015: 128). Djaali (2008:
128) mengungkapkan kebiasaan belajar menjadi dua, yaitu: delay avodian (menghindari keterlambatan) dan work methods (cara kerja). Delay avodian
sedangkan work methods menunjukkan penggunaan cara belajar yang efektif dan efisien.
Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara yang
dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 dan 6 Februari 2016 dengan kepala sekolah,
guru kelas V, dan beberapa siswa di SD Negeri Gugus Dewi Sartika dan Gugus
Hasanudin Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal, bahwa hasil belajar siswa masih
rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi adanya faktor kebiasaan belajar
siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kecamatan Tegal
Selatan Kota Tegal yang masih buruk. Kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering
dilakukan siswa berupa belajar tidak teratur, siswa mudah jenuh atau cepat bosan
saat belajar, belajar hanya menjelang ulangan atau ujian, sering mencontek teman,
kurang memiliki catatan pelajaran yang lengkap, dan lain-lain. Ketidak teraturan
belajar siswa saat di rumah merupakan hal yang dianggap biasa saja oleh siswa.
Ketidak teraturan tersebut dipicu anak ingin melihat TV atau ingin bermain serta
tidak mempunyai jadwal belajar yang teratur. Kebanyakan anak juga kurang
perhatian atau bimbingan dari orang tua sehingga anak tidak terbiasa untuk belajar
mandiri. Hal lain yang sering dialami siswa adalah mencontek saat ulangan
berlangsung. Kegiatan seperti ini dilakukan siswa karena pada malam harinya tidak
belajar sehingga saat ulangan berlangsung anak tidak memiliki pandangan jawaban
yang berkaitan dengan soal serta kurang konsentrasi. Bentuk-bentuk perilaku yang
buruk tersebut dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa yang pada akhirnya
Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya sendiri ada
keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan
pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang
disebut dengan motivasi (Sardiman, 2014: 40). Motivasi menurut Sardiman (2014:
73) diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif
saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan
atau mendesak. Menurut Wlodkowski (1985) dalam Siregar dan Nara (2011: 49)
menyatakan “motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan
perilaku tertentu dan memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut”. Motivasi belajar menurut Uno (2014: 23) adalah dorongan internal dan
eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah
laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
“Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual”
(Sardiman, 2014: 75). Ali Imron (1996) dalam Siregar dan Nara (2013: 53-54)
mengemukakan enam faktor yag memengaruhi motivasi belajar, sebagai berikut:
cita-cita atau aspirasi pembelajar, kemampuan pembelajar, kondisi pembelajar,
kondisi lingkungan pembelajar, unsur-unsur dinamis belajar, dan upaya guru dalam
membelajarkan pembelajaran.
Siregar dan Nara (2011: 51) menyatakan terdapat dua peranan penting
motivasi dalam belajar yaitu: pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan
belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting
yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk
melaksanakan kegiatan belajar. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila
anak mempunyai semangat atau motivasi belajar yang tinggi, maka akan terjadi
kegiatan belajar sehingga menghasilkan hasil belajar siswa yang baik. Sebaliknya,
jika anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar
pada diri anak tersebut. Apabila motivasi peserta didik rendah, maka diasumsikan
bahwa hasil belajar siswa yang bersangkutan akan rendah.
Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara yang
dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 dan 6 Februari 2016 dengan kepala sekolah,
guru kelas V, dan beberapa siswa di SD Negeri Gugus Dewi Sartika dan Gugus
Hasanudin Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal, diperoleh informasi bahwa hasil
belajar siswa kelas V masih tergolong rendah. Hasil belajar siswa rendah selain
disebabkan kebiasaan belajar, juga dipengaruhi motivasi belajar siswa yang masih
kurang. Kurang termotivasinya belajar siswa dikarenakan berbagai faktor, baik dari
dalam siswa maupun luar siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain anggapan siswa
yang penting masuk sekolah, kurang semangat mengikuti kegiatan proses
belajar-mengajar, kurang bimbingan belajar dari keluarga, banyak teman yang ganggu saat
hendak belajar, kurang konsentrasi saat di kelas, kurangnya pujian dan hadiah dari
guru, serta guru kurang variasi dalam pembelajaran. Hal ini dirasa siswa kurang
bersemangat dalam belajar sehingga nilai hasil belajar siswa masih banyak yang
kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Tanda siswa yang kurang
motivasi belajar dapat dilihat saat mereka mengikuti pembelajaran, contohnya pasif
kelompok, mudah mengeluh, susah menerima materi dari guru, dan sebagainya.
Tanda semacam ini yang sangat dikeluhkan guru saat berlangsungnya
pembelajaran. Jika guru menemui siswa yang seperti ini tidak dibiarkan begitu saja,
namun guru memberikan pendekatan khusus agar mereka mau mengikuti
pembelajaran dengan lebih giat.
Kemampuan yang dimiliki setiap siswa berbeda-beda, baik tingkat
kebiasaan belajar maupun motivasi belajar. Kebiasaan belajar siswa ada yang
teratur dan ada yang kurang teratur. Guru hendaknya membangun kebiasaan belajar
siswa yang teratur saat pembelajaran berlangsung. Orang tua juga dituntut agar
lebih memerhatikan atau membimbing anak saat belajar di rumah. Tujuannya agar
anak terbiasa melakukan belajar secara terus-menerus dan lama-kelamaan akan
menjadi kebiasaan pada diri anak. Begitu pula motivasi belajar siswa, ada siswa
yang motivasi belajar tinggi dan ada pula motivasi belajarnya rendah. Perbedaan
tingkat motivasi ini dapat disikapi guru dengan cara membangkitkan motivasi siswa
yang kurang motivasi belajarnya dan memuji siswa yang mempunyai motivasi
tinggi. Orang tua juga perlu memotivasi anak agar lebih giat dalam belajarnya.
Motivasi belajar yang tinggi dan seringnya siswa melakukan belajar setiap hari,
secara tidak langsung akan berdampak pada tujuannya yaitu nilai hasil belajar yang
memuaskan.
Penelitian yang relevan dengan masalah tersebut yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Setyowati (2007) dengan judul penelitian “Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 13 Semarang”. Hasil
Semarang dalam kategori cukup. Berdasarkan perhitungan diperoleh 29,766
dengan taraf signifikansi 5% yang berarti ada pengaruh yang signifikan motivasi
belajar terhadap hasil belajar pada siswa kelas VII SMPN 13 Semarang. Besarnya
motivasi belajar yang memengaruhi hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13
Semarang sebesar 29,766 sedangkan 71,344 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang tidak diteliti oleh peneliti dikarenakan keterbatasan dana, waktu, serta
kemampuan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Abdul Rohman M.S (2012)
dengan judul “Hubungan Kebiasaan Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD pada Mata Pelajaran Matematika di Gugus V Kecamatan Wonosari
Kecamatan Gunung Kidul Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian ini
menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan
prestasi belajar matematika, hal tersebut ditunjukkan dari harga rhitung yang diolah
dengan bantuan SPSS versi 17 sebesar 0,300 sedangkan rtabel dengan N=89 (90)
pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,207, sehingga rhitung > rtabel (0,300 > 0,207).
Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai kebiasaan belajar dan motivasi belajar siswa dengan judul
“Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal”.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai
berikut:
(1) Sebagian hasil belajar siswa masih kurang dari Kriteria Ketuntasan
(2) Kebiasaan belajar siswa yang kurang teratur atau kurang disiplin saat
dirumah.
(3) Kebiasaan belajar siswa yang masih buruk saat mengikuti pembelajaran di
sekolah.
(4) Orang tua siswa kurang membimbing saat anak belajar.
(5) Siswa kurang termotivasi saat proses belajar mengajar.
(6) Siswa masih perlu lebih banyak bentuk motivasi belajar dari luar siswa.
1.3
Pembatasan Masalah
Dalam penelitian perlu adanya pembatasan masalah untuk menghindari
kesalahpahaman maksud dan tujuan penelitian serta agar lebih efektif dan efisien.
Oleh karena itu, peneliti perlu membatasi masalah sebagai berikut:
(1) Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Gugus
Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal.
(2) Variabel yang akan diteliti yaitu kebiasaan belajar, motivasi belajar, dan
hasil belajar siswa.
(3) Hasil belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai
Ulangan Tengah Semester (UTS) genap Tahun Ajaran 2015/2016.
1.4
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
(1) Bagaimanakah pengaruh kebiasaan belajar terhadap hasil belajar siswa
kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun
(2) Bagaimanakah pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas
V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran
2015/2016?
(3) Bagaimanakah pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap
hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin
Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016?
1.5
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan. Tujuan penelitian yang akan
diuraikan dalam bagian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum merupakan tujuan penelitian dari sudut pandang secara luas. Tujuan khusus
adalah tujuan penelitian dari sudut pandang yang lebih sempit. Berikut uraian
tujuannya:
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD
Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016.
1.5.2 Tujuan Khusus
(1) Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh kebiasaan belajar terhadap
hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin
Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016.
(2) Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh motivasi belajar terhadap hasil
belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota
(3) Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh kebiasaan belajar dan
motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi
Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016.
1.6
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.6.1 Manfaat Teoritis
(1) Memberikan gambaran tentang pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi
belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan
Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016.
(2) Menambah referensi bahan kajian penelitian yang relevan di bidang
psikologi.
1.6.2 Manfaat Praktis 1.6.2.1Bagi Siswa
(1) Menumbuhkan kebiasaan belajar yang teratur dan baik.
(2) Menumbuhkan motivasi kepada siswa agar giat belajar dan memiliki
motivasi belajar yang tinggi.
1.6.2.2Bagi Guru
(1) Guru mampu membiasakan siswa agar memiliki kebiasaan belajar yang
baik dalam kelas.
(2) Hasil penelitian digunakan sebagai bahan masukan guru untuk
meningkatkan keterampilan memberikan motivasi kepada siswa.
(3) Pedoman guru untuk mengajak orang tua siswa untuk lebih memerhatikan
1.6.2.3Bagi Sekolah
(1) Memberikan informasi bagi sekolah untuk dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
(2) Meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
1.6.2.4Bagi Orang Tua
(1) Membiasakan anak agar teratur belajar saat di rumah.
(2) Menambah pengetahuan dan menimbulkan kesadaran bagi orang tua untuk
lebih memerhatikan dan memotivasi anaknya dalam belajar.
1.6.2.5Bagi Peneliti
(1) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan peneliti untuk mengadakan
penelitian dalam bidang psikologi pendidikan.
(2) Meningkatkan wawasan peneliti dalam bidang psikologi pendidikan
berkaitan dengan kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil
17
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kerangka Teori
Bagian ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian. Teori
yang berhubungan dengan penelitian ini adalah hakikat hasil belajar, kebiasaan
belajar, motivasi belajar, dan hubungan antar variabel. Uraian selengkapnya
sebagai berikut:
2.1.1 Hakikat Hasil Belajar 2.1.1.1Pengertian Belajar
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan
proses pendidikan di sekolah. Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks
yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi
bahkan dalam kandungan hingga liang lahat (Siregar dan Nara, 2011: 3). Sementara
itu, Spears dalam Sardiman (2014: 20) mengatakan “Learning is to observe, to read,
to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction” (Belajar
adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri,
mendengar, dan mengikuti aturan). Pendapat Gagne yang dikutip oleh Rifa’i dan
Anni (2012: 66) menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan disposisi atau
kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu dan perubahan
perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan”. Sementara Whittaker dalam
Pendapat lain dikemukakan Abdillah dalam Aunurrahman (2013: 35)
menyatakan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memeroleh tujuan
tertentu”. Menurut Slameto (2013: 2) “belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memeroleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan, sikap,
dan keterampilan atau psikomotorik (Susanto, 2015: 4). Perubahan-perubahan
tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.
Seseorang yang telah melakukan belajar akan memiliki ciri-ciri perubahan
tingkah lakunya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku tersebut seperti diungkap oleh
Slameto (2013: 3-7), diantaranya: perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan
dalam belajar bersifat fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif,
perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar
terarah, dan perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan terjadi
secara sadar berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan
itu sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam
dirinya. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional, artinya satu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan
Perubahan tingkah laku yang ketiga adalah perubahan dalam belajar bersifat
positif dan aktif, maksudnya perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan
tertuju untuk memeroleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan
dalam belajar bukan bersifat sementara, berarti seseorang yang telah belajar akan
bersifat menetap atau permanen. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah,
berarti perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.
Perubahan tingkah laku yang terakhir adalah perubahan mencakup seluruh aspek
tingkah laku. Aspek tingkah laku tersebut adalah sikap kebiasaan, keterampilan,
pengetahuan, dan sebagainya.
Beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses yang dilakukan seseorang untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba
sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar, dan mengikuti aturan yang berlangsung
periode waktu tertentu demi perubahan kecakapan manusia dan perubahan perilaku.
2.1.1.2Pengertian Hasil Belajar
Proses pendidikan selalu ada input (masukan) berupa peserta didik kemudian dilakukan proses atau pembelajaran yang akhirnya menghasilkan output (keluaran) berupa lulusan yang memeroleh hasil belajar yang diinginkan. Hasil
belajar menurut Winkel (1996) dalam Purwanto (2014: 45) adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Rifa’i dan Anni (2012: 69) berpendapat bahwa “hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar”.
Nawawi dalam Susanto (2015: 5) menyatakan bahwa “hasil belajar dapat
di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal
jumlah materi pelajaran tertentu”. Sudjana (2011: 22) menyatakan bahwa “hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya”. Pendapat lain oleh Karwati dan Priansa (2014: 216)
mendefinisikan “hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa
berkat adanya usaha atau pikiran yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan,
pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan
sehingga nampak perubahan tingkah laku pada diri individu”. Hasil belajar siswa
akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tertentu (Hamalik, 2012: 30).
Aspek-aspek tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan,
apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap.
Berdasarkan pengertian para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah belajar sehingga tampak
pada dirinya perubahan tingkah laku. Tingkah laku yang berubah bisa berupa
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
2.1.1.3Macam-Macam Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar siswa mencakup berbagai hal yang dipelajari di
sekolah. Kingsley dalam Sudjana (2011: 22) membagi macam-macam hasil belajar
menjadi tiga macam, yaitu: (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan
pengertian; (3) sikap dan cita-cita. Hampir sama yang diungkap oleh Gagne dengan
mengklasifikasikan kategori hasil belajar menjadi lima, yaitu: (1) informasi verbal;
(2) keterampilan intelektual; (3) strategi kognitif; (4) sikap; dan (5) keterampilan
Macam-macam hasil belajar menurut Susanto (2015: 6) meliputi
pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan
sikap siswa (aspek afektif). Pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari, sedangkan konsep merupakan
sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu
pengertian. Jadi, pemahaman konsep adalah seberapa besar siswa mampu
menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan guru atau seberapa
jauh siswa mengerti tentang gagasan atau suatu pengertian berupa hasil penelitian
atau observasi langsung yang telah dilakukan. Orang yang telah memiliki konsep,
berarti orang tersebut telah memiliki pemahaman yang jelas tentang sesuatu konsep
atau citra. Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep,
guru dapat melakukan evaluasi produk. Evaluasi produk dapat dilaksanakan dengan
mengadakan berbagai macam tes, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam
pembelajaran di SD, umumnya tes diselenggarakan dalam berbagai bentuk ulangan,
baik ulangan harian, ulangan semesteran, maupun ulangan umum.
Bentuk atau macam hasil belajar yang kedua adalah keterampilan proses.
Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada
pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Selain kedua
macam hasil belajar tersebut, ada satu macam hasil belajar lagi yaitu sikap. Sikap
merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola,
dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu
tindakan seseorang. Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa, maka domain
yang sangat berperan adalah pemahaman konsep dengan domain kognitif.
2.1.1.4Faktor-Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar
Peristiwa belajar yang dialami siswa dapat diamati dari perbedaan perilaku
sebelum dan setelah berada dalam peristiwa belajar. Penentuan keberhasilan belajar
siswa adalah dengan mendapat nilai hasil belajar yang baik. Rifa’i dan Anni (2012:
80) menjelaskan faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan
hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal siswa. Kondisi internal mencakup
kondisi fisik (kesehatan organ tubuh), kondisi psikis (kemampuan intelektual dan
emosional), serta kondisi sosial (kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan),
sedangkan kondisi eksternal mencakup variasi dan tingkat kesulitan materi belajar
yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar
masyarakat. Belajar yang berhasil mempersyaratkan pendidik memperhatikan
kemampuan internal siswa dan situasi stimulus di luar siswa.
Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman (2007) dalam Susanto
(2013: 12) bahwa “hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang memengaruhi baik internal maupun eksternal”. Faktor
internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa dalam
memengaruhi belajarnya, meliputi kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar,
ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan
faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa yang memengaruhi
hasil belajar, meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lebih lanjut Djaali (2009)
memengaruhi pencapaian hasil belajar bisa berasal dari dalam diri orang yang
belajar dan ada dari luar dirinya. Faktor dari dalam misalnya kesehatan, intelegensi,
minat, cara belajar, dan motivasi, sedangkan faktor dari luar misalnya keluarga,
sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Dengan demikian, semakin jelas bahwa hasil belajar siswa merupakan hasil
dari suatu proses yang didalamnya terlibat sejumlah faktor yang saling
memengaruhinya. Tinggi rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari diri siswa maupun dari luar siswa.
Faktor yang datang dari diri siswa jauh lebih berpengaruh besar terhadap
pencapaian hail belajar siswa, seperti kecerdasan anak, minat, kondisi fisik,
kebiasaan belajar, dan motivasi belajar.
2.1.2 Kebiasaan Belajar
2.1.2.1Pengertian Kebiasaan Belajar
Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan
keterampilan yang dilalui siswa agar menjadi kebiasaan (Slameto 2013: 82).
Witherington dalam Djaali (2008: 128) mengartikan “kebiasaan adalah cara
bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang yang pada akhirnya
menjadi menetap dan bersifat otomatis”. Sementara itu, Burghardt (1973) dalam
Syah (2013: 121) berpendapat bahwa “kebiasaan itu timbul karena proses
penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang
berulang-ulang”. Maksud dari penyusutan kecenderungan respons adalah pembiasaan
pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Proses penyusutan atau pengurangan
Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap mereka
melakukan kegiatan belajar. Djaali (2008: 128) mengungkapkan tentang “kebiasaan belajar diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu
menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu
untuk menyelesaikan kegiatan”. Aunurrahman (2011: 185) mendefinisikan
“kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam
waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang
dilakukannya”. Sementara itu, Syah (2013: 128) mengemukakan bahwa “kebiasaan
belajar adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan
kebiasaan-perbaikan yang telah ada”. Tujuannya agar siswa memeroleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti
selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu. Pendapat lain dikemukakan Sudjana
(2014: 173) “keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran banyak bergantung kepada kebiasaan belajar yang teratur dan berkesinambungan”.
Berdasarkan pengertian para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kebiasaan belajar adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru dalam
aktivitas belajar siswa dengan waktu yang lama agar muncul suatu pola tingkah
laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Perbuatan menyenangkan dalam
belajar cenderung untuk diulang. Oleh karena itu, tindakan kebiasaan belajar akan
memengaruhi siswa dalam memraktikkan belajar dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.2.2Peranan Kebiasaan Belajar dalam Kegiatan Belajar
Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap mereka
dan tidak memerlukan konsentrasi dan perhatian yang besar. Suryabrata dalam
Djaali (2008: 129) merumuskan cara belajar yang efisien adalah dengan usaha
sekecil-kecilnya memberikan hasil yang sebesar-besarnya bagi perkembangan
individu yang belajar. Mengenai cara belajar yang efisien belum menjamin
keberhasilan dalam belajar. Namun, yang paling penting siswa mampu
memraktikkannya dalam belajar sehari-hari, sehingga lama-kelamaan menjadi
kebiasaan, baik di dalam kelas maupun di luar sekolah.
Syah (2015: 128) mengungkapkan peranan kebiasaan belajar agar siswa
memeroleh sikap-sikap perbuatan baru yang lebih positif dalam arti selaras dengan
kebutuhan waktu dan ruang. Arti positif tersebut selaras dengan norma dan tata nilai
moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural.
Kebiasaan belajar dapat diberlakukan untuk menopang pendidikan karakter. Djaali
(2008: 128) mengungkapkan peranan kebiasaan belajar menjadi dua, yaitu: delay avoidan dan work methods. Delay Avoidan (menghindari keterlambatan)
merupakan kebiasaan belajar yang merujuk pada ketepatan waktu penyelesaian
tugas-tugas akademis, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan
tertundanya penyelesaian tugas, dan menghilangkan rangsangan yang akan
mengganggu konsentrasi dalam belajar. Work Methods (cara kerja) merupakan kebiasaan belajar yang menunjuk kepada penggunaan cara (prosedur) belajar yang
efektif dan efisien dalam mengerjakan tugas akademik dan keterampilan belajar.
2.1.2.3Kebiasaan Tidak Baik dalam Belajar dan Cara Mengatasi
Melihat kondisi nyata yang ada dalam kegiatan sehari-hari ditemukan
antara lain berupa: (1) belajar pada akhir semester; (2) belajar tidak teratur; (3)
menyia-nyiakan kesempatan belajar; (4) bersekolah hanya untuk bergengsi; (5)
datang terlambat bergaya pemimpin; (6) bergaya jantan seperti merokok; (7) sok
menggurui teman; dan (8) bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar (Dimyati
dan Mudjiono, 2009: 246). Senada dengan pendapat tersebut, Aunurrahman (2011:
185) mengungkapkan ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan
tidak baik dalam belajar diantaranya: (1) belajar tidak teratur; (2) daya tahan belajar
rendah (belajar secara tergesa-gesa); (3) belajar ketika menjelang ulangan atau
ujian; (4) tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap; (5) tidak terbiasa membuat
ringkasan; (6) tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran; (7)
senang menjiplak pekerjaan teman dan kurang percaya diri di dalam menyelesaikan
tugas; (8) sering datang terlambat; dan (9) melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk,
seperti merokok.
Jenis-jenis kebiasaan belajar tersebut merupakan bentuk-bentuk yang tidak
baik dalam belajar karena akan memengaruhi aktivitas belajar siswa yang pada
akhirnya menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Maka dibutuhkan cara
mengatasi atau mengubah sikap siswa yang tidak baik dalam belajar menjadi
cara-cara yang baik dalam belajar. Crow and Crow (t.t) dalam Purwanto (2011: 116-120)
mengemukakan cara-cara belajar yang baik, diantaranya: (1) adanya tugas-tugas
yang jelas dan tegas; (2) belajar membaca yang baik; (3) gunakan metode
keseluruhan dan metode bagian; (4) pelajari dan kuasai bagian-bagian yang sukar
dari bahan yang dipelajari; (5) buat catatan-catatan pada waktu belajar; (6) kerjakan
bahan yang lama; (8) gunakan berbagai sumber belajar; (9) pelajari baik-baik tabel,
peta, grafik, dan gambar; serta (10) membuat rangkuman.
Cara yang pertama dalam perbaikan sikap siswa adalah dengan adanya tugas
yang jelas dan tegas. Adanya tugas-tugas yang jelas dari guru akan membentuk
kebiasaan belajar yang efektif. Tugas yang jelas membuat perhatian siswa dapat
diarahkan kepada hal-hal khusus mana saja yang perlu dipelajari dengan baik dan
bagaimana cara mempelajarinya. Semakin jelas tugas yang diberikan oleh guru,
semakin besar pula perhatian dan kemauan siswa untuk mengerjakan atau
mempelajarinya.
Kemampuan membaca seseorang memengaruhi pencapaian hasil belajar
yang baik. Kepandaian membaca sangat diperlukan untuk memeroleh pengetahuan
dan benar-benar mengerti apa yang dibacanya. Bahan-bahan dalam buku bukan
hanya untuk dimengerti kata demi kata atau kalimat demi kalimat, tetapi harus
diusahakan mengetahui apa isi buku tersebut. Bahkan lebih baik lagi jika pembaca
dapat mengerti apa dan bagaimana pandangan pengarang dengan tulisanya itu.
Membaca cepat dan efektif dapat tercapai dengan latihan terus-menerus.
Pemilihan metode yang tepat merupakan hal yang penting dalam belajar.
Pemilihan metode belajar harus berdasarkan tingkat keluasan dan tingkat kesulitan
materi atau bahan yang dipelajari. Misalnya untuk mempelajari materi yang luas
mungkin kurang sesuai jika menggunakan metode keseluruhan. Namun, untuk
mempelajari bab demi bab lebih sesuai menggunakan metode keseluruhan.
Mempelajari sebuah bab kurang tepat jika menggunakan metode bagian karena
kebulatan. Setelah bab demi bab dikuasai, baru kita gabungkan lagi menjadi
keseluruhan isi buku tersebut.
Pada tiap pelajaran biasanya terdapat bagian-bagian yang sukar dan
membutuhkan perhatian dan pengerjaan yang lebih teliti. Bagian-bagian yang sukar
itu harus dipelajari baik-baik agar dapat menguasai keseluruhan pengetahuan dari
bahan pelajaran yang dipelajari. Pembuatan ringkasan (summary) dalam belajar sangat diperlukan. Selain itu, guru juga harus memberikan petunjuk atau
pengarahan agar siswa mengetahui bagian-bagian yang penting.
Catatan-catatan tentang materi bacaan atau pelajaran sangat membantu
siswa itu sendiri. Catatan-catatan tersebut disusun ke dalam bentuk outline yang dapat menggambarkan garis besaar keseluruhan dari apa yang telah dipelajari.
Outline dan catatan-catatan yang tersusun itu akan membantu siswa pada saat
mereka akan mengulangi pelajaran ketika akan menghadapi ujian. Mereka tidak
perlu lagi membaca seluruh buku yang akan memerlukan waktu lebih lama.
Pada tiap akhir bab buku pelajaran terdapat beberapa pertanyaan yang
bermaksud untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari serta memperluas
pengetahuan mereka tentang sesuatu yang berhubungan dengan isi bab itu.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Sebelum siswa
mempelajari tugas untuk hari berikutnya, dia harus mengulangi pelajaran-pelajaran
yang lampau yang ada hubungannya dengan bahan pelajaran yang akan
dipelajarinya. Sumber yang digunakan dalam belajar tidak hanya satu saja.
Berbagai macam sumber belajar akan dapat memperluas dan memperdalam
gambar tetapi siswa juga harus paham. Guru memiliki tugas untuk membimbing
siswa bagaimana menginterpretasikan gambar, grafik, tabel, dan peta yang ada di
dalam buku pelajaran serta bagaimana menyusun atau mengambil kesimpulan.
Melalui penjelasan guru, siswa dapat membuat rangkuman yang baik dan mudah
dipahami. Semakin pandai siswa membuat rangkuman, maka semakin mudah untuk
melakukan review atau mengulang kembali pelajaran yang telah diterimanya. Rangkuman dan review berfungsi untuk merefleksikan, mengingat kembali, dan
mengevaluasi isi pengetahuan yang telah dikuasai.
2.1.2.4Aspek Kebiasaan Belajar
Sudjana (2014: 165-173) mengemukakan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam proses belajar, yaitu: cara mengikuti pelajaran, cara belajar
mandiri di rumah, cara belajar kelompok, mempelajari buku teks, dan menghadapi
ujian. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah cara mengikuti pelajaran. Cara
mengikuti pelajaran di sekolah merupakan bagian penting dari proses belajar, siswa
dituntut untuk dapat menguasai bahan pelajaran. Pada saat pembelajaran, siswa
berkosentrasi menerima pelajaran, mencatat pokok-pokok materi, dan mencatat hal
yang tidak jelas untuk ditanyakan guru.
Cara belajar mandiri di rumah besar pengaruhnya dengan kebiasaan belajar.
Belajar mandiri di rumah merupakan tugas pokok setiap siswa. Syarat utama belajar
di rumah adalah keteraturan belajar yaitu memiliki jadwal belajar meskipun
waktunya terbatas. Belajar bukan merujuk lamanya tetapi kebiasaan teratur dan
Cara belajar sendiri di rumah sering menimbulkan kebosanan dan
kejenuhan. Perlu adanya variasi cara belajar lain seperti belajar bersama atau belajar
kelompok dengan teman yang bisa dilakukan di sekolah, perpustakaan, di rumah
teman ataupun tempat-tempat yang nyaman untuk belajar. Dengan belajar
kelompok, siswa dapat memecahkan soal dengan kelompoknya.
Mempelajari buku teks juga akan memengaruhi kebiasaan belajar siswa.
Buku adalah sumber ilmu, oleh karena itu keharusan bagi siswa untuk membaca
buku. Kebiasaan membaca buku harus dibudayakan oleh siswa agar lebih
memahami bahan pelajaran dan dapat pula lebih tahu terlebih dahulu sebelum
bahan pelajaran tersebut diberikan guru.
Keadaan yang paling mencemaskan bagi siswa adalah saat menghadapi tes,
ulangan, ataupun ujian. Cemas, sibuk, dan kurang istirahat karena mengejar belajar
untuk ujian sehingga menimbulkan ketegangan psikologis yang berakibat
kepercayaan diri menurun. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik pada
saat menghadapi ujian akan dapat menyelesaikannya dengan tenang.
Belajar merupakan cara yang harus dilalui siswa demi mendapatkan
pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Cara atau jalan yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar
juga akan memengaruhi hasil belajar itu sendiri. Slameto (2013: 82-91)
mengungkapkan kebiasaan belajar yang dapat memengaruhi hasil belajar, meliputi:
(1) pembuatan jadwal dan pelaksanaannya; (2) membaca dan membuat catatan; (3)
Pembuatan jadwal dan melaksanakan dengan baik merupakan langkah awal
yang tepat dalam membina kebiasaan belajar. Jadwal adalah pembagian waktu
untuk sejumlah kegiatan yang dilaksanaakan oleh sesorang tiap harinya. Kegiatan
belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil jika seorang siswa mempunyai
jadwal yang baik dan melaksanakannya dengan teratur dan disiplin. Siswa yang
mampu membuat jadwal dan melaksanakannya sesuai jadwal, menandakan siswa
tersebut bisa membagi waktu untuk memilih kegiatan yang penting dan tidak
penting. Kegiatan belajar yang sesuai dengan jadwal dan pelaksanaanya akan
meningkatkan hasil belajar.
Selain pembuatan jadwal dan pelaksanaanya, membaca dan membuat
catatan juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Membaca merupakan alat belajar
untuk mencapai hasil belajar yang baik. Sebelum membaca, sebaiknya mencari
garis besar dari bab atau buku yang akan dibaca. Setelah itu, membuat pertanyaan
terkait isi bab atau buku yang dibaca dengan harapan pertanyaan tesebut dapat
dijawab setelah membaca. Kemudian menghafal pokok-pokok yang penting,
mencatat pokok-pokok untuk membuat ringkasan atau kesimpulan tentang apa yang
sudah dipelajari. Membuat catatan memiliki pengaruh besar dalam membaca.
Catatan yang baik, rapi, lengkap, dan teratur akan menambah semangat dalam
belajar, khususnya dalam membaca. Catatan tersebut tidak menimbulkan
kebosanan dalam membaca.
Mengulangi bahan pelajaran merupakan besar pengaruhnya dalam langkah
membina kebiasaan belajar, karena dengan adanya pengulangan bahan yang belum
Ringkasan yang telah dibuat dapat digunakan untuk mengulang bahan pelajaran
yang sudah dipelajari. Selain itu, dalam kegiatan belajar juga membutuhkan
konsentrasi agar dapat menyerap apa yang telah dipelajari. Siswa yang sudah bisa
berkonsentrasi dapat belajar dengan baik kapan saja dan dimana saja. Tidak hanya
konsentrasi saja yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, agar siswa berhasil
dalam belajarnya perlulah mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tugas itu
mencakup mengerjakan PR, menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku
pengayaan, tes atau ulangan harian, ulangan umum, dan ujian.
2.1.2.5Dimensi dan Indikator Kebiasaan Belajar
Dimensi dan indikator kebiasaan belajar yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan pengembangan pendapat Sudjana (2014: 165-173) dan pendapat
Slameto (2013: 82-91). Dimensi dan indikator tersebut yaitu (1) pembuatan jadwal
dan pelaksanaannya, indikatornya pembuatan jadwal belajar dan melaksanakan
jadwal belajar secara teratur; (2) membaca dan membuat catatan dari buku teks,
indikatornya membaca buku teks atau buku pelajaran dan membuat catatan atau
rangkuman; (3) penyelesaian tugas, indikatornya mengerjakan tugas di sekolah dan
menyelesaikan tugas PR; (4) cara mengikuti pelajaran, indikatornya konsentrasi
mengikuti pelajaran dan aktif dalam proses pembelajaran; (5) cara belajar
kelompok; serta (6) cara belajar mandiri di rumah.
2.1.3 Motivasi Belajar
2.1.3.1Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti menggerakkan.
melakukan sesuatu (Sardiman, 2014: 73). Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi
dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah aktif. Motif menjadi aktif pada
saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan
atau mendesak. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang.
Wlodkowski (1985) dalam Siregar dan Nara (2011: 49) menjelaskan
“motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perlikau
tertentu dan yang memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut”.
Menurut Slavin dalam Rifa’i dan Anni (2012: 135) “motivasi merupakan proses
internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara
terus-menerus”. Sementara itu motivasi menurut Donald dalam Sardiman (2014: 73) adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Berdasarkan
pengertian yang dikemukakan Donald, motivasi mengandung tiga elemen penting,
diantaranya: motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia, motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling seseorang,
dan motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan
anak di dalam belajar. Motivasi belajar menurut Uno (2014: 23) adalah dorongan
internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual”. Peranannya yang
khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang, dan semangat untuk
belajar. Sumiati dan Asra (2011: 59) berpendapat “motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong siswa untuk berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya
perilaku dalam belajar”.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
merupakan perubahan energi dalam diri seorang siswa yang menimbulkan
dorongan untuk mencapai tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan
memiliki dorongan dan semangat yang besar dalam belajar, sebaliknya siswa yang
memiliki motivasi rendah akan memiliki dorongan dan semangat yang rendah
dalam belajar.
2.1.3.2Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar
seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi
berarti tidak ada kegiatan belajar. Menurut Djamar