• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS DEWI SARTIKA DAN GUGUS HASANUDIN KOTA TEGAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS DEWI SARTIKA DAN GUGUS HASANUDIN KOTA TEGAL"

Copied!
262
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR

DAN MOTIVASI BELAJAR

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD

GUGUS DEWI SARTIKA DAN GUGUS HASANUDIN

KOTA TEGAL

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Khoiru Nawawi

1401412507

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)

iii

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang

Panitia Ujian Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Hari, tanggal : Kamis, 2 Juni 2016

(4)

iv

Skripsi dengan judul Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus

Hasanudin Kota Tegal, oleh Khoiru Nawawi 1401412507, telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu

(5)

v

Motto

1. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya

(QS. Al Baqoroh: 286).

2. Manakala kalian lewat taman-taman surga (majelis-majelis ilmu), maka

berbahagialah! (HR.Imam Thabrani).

3. Terkadang kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan

yang sempurna datang kepadamu (R.A. Kartini).

4. Rumus 6x2 lebih baik daripada rumus 2x6, artinya enam kali belajar

masing-masing dua topik lebih baik hasilnya daripada dua kali belajar masing-masing-masing-masing

enam topik (Penulis).

Persembahan

Untuk Ibu Shofi’ah dan Bapak Abdul Qodar,

Adik-adikku Indah dan Salisa, serta keluarga

besarku.

Guru-guruku dan Dosen-dosenku, mahasiswa

PGSD UPP Tegal FIP UNNES angkatan 2012, dan

(6)

vi

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga dapat

menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kebiasaan Belajar dan

Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Gugus Dewi Sartika

dan Gugus Hasanudin Kota Tegal”.

Tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memenuhi sebagian syarat untuk

mencapai gelar sarjana pendidikan. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan,

tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kesulitan itu dapat teratasi.

Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di

Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan izin dan dukungan dalam penyusunan

skripsi ini.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan

kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi ini.

4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal yang telah memberikan izin

(7)

vii

penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Drs. Utoyo, M.Pd., sebagai dosen pembimbing 2 yang telah memberikan

bimbingan pengarahan, saran, dan motivasi yang sangat bermanfaat bagi

penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Kesbangpolinmas, BAPPEDA Kota Tegal, Dinas Pendidikan Kota Tegal, dan

UPPD Tegal Selatan yang telah memberikan izin penelitian.

8. Kepala Sekolah Dasar Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

9. Guru kelas V SD Negeri Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal

yang telah memberikan kesempatan dan bantuan dalam mengadakan penelitian.

10.Segenap siswa kelas V SD Negeri Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin

Kota Tegal yang telah bersedia bekerjasama dalam penelitian.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam penulisan skripsi ini.

Atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga mendapat

berkah dari Allah SWT. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk

skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang terkait.

Tegal, 23 Mei 2016

(8)

viii

Nawawi, Khoiru. 2016. Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing: Drs. Noto Suharto, M.Pd dan Drs. Utoyo, M.Pd

Kata Kunci: Hasil belajar; kebiasaan belajar; motivasi belajar

Mutu pendidikan dapat diketahui salah satunya melalui hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Ada beberapa faktor yang memengaruhi hasil belajar diantaranya kebiasaan belajar dan motivasi belajar. Siswa yang mempunyai kebiasaan belajar yang teratur dan rutin akan memengaruhi hasil belajar yang diperoleh. Begitu pula siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan memengaruhi nilai hasil belajar yang tinggi juga. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal.

Penelitian ini menggunakan metode ex post facto dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal yang berjumlah 197 siswa. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dan Proporsional Random Sampling sehingga didapatkan sampel sebanyak 132 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi untuk hasil belajar dan angket tertutup dengan skala likert 4 untuk kebiasaan belajar serta motivasi belajar. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan regresi linier sederhana dan analisis regresi ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan belajar terhadap hasil belajar dengan hasil penelitian diperoleh

thitung > ttabel yaitu 2,503 > 1,978 dan korelasi keduanya sebesar 0,214 atau rendah.

Besar sumbangan kebiasaan belajar terhadap hasil belajar siswa sebesar 4,6%; (2) Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar dengan hasil penelitian diperoleh diperoleh thitung > ttabel (3,522 > 1,978) dan korelasi

keduanya dalam kategori rendah (0,295). Besar sumbangan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa sebesar 8,7%; (3) Ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar dengan hasil penelitian diperoleh Fhitung > Ftabel (6,171 > 3,066) dan korelasi ganda dalam kategori rendah

(9)

ix

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 12

1.3 Pembatasan Masalah ... 13

1.4 Rumusan Masalah ... 13

1.5 Tujuan Penelitian ... 14

1.5.1 Tujuan Umum ... 14

1.5.2 Tujuan Khusus ... 14

(10)

x

2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori ... 17

2.1.1 Hakikat Hasil Belajar ... 17

2.1.2 Kebiasaan Belajar ... 23

2.1.3 Motivasi Belajar ... 32

2.1.4 Hubungan antar Variabel ... 44

2.2 Penelitian yang Relevan ... 46

2.3 Kerangka Berpikir ... 53

2.4 Hipotesis Penelitian ... 56

3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 57

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 59

3.2.1 Waktu Penelitian ... 59

3.2.2 Tempat Penelitian ... 59

3.3 Populasi dan Sampel ... 59

3.3.1 Populasi ... 59

3.3.2 Sampel dan Teknik Sampling ... 60

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 62

3.4.1 Variabel Penelitian ... 62

(11)

xi

3.5.2 Angket atau Kuesioner ... 66

3.5.3 Dokumentasi ... 66

3.6 Instrumen Penelitian ... 66

3.6.1 Instrumen Variabel Hasil Belajar ... 67

3.6.2 Instrumen Variabel Kebiasaan Belajar ... 67

3.6.3 Instrumen Variabel Motivasi Belajar ... 68

3.6.4 Uji Validitas Instrumen ... 70

3.6.5 Reliabilitas Instrumen ... 72

3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 73

3.7.1 Analisis Deskriptif ... 73

3.7.2 Teknik Prasyarat Analisis ... 74

3.7.3 Analisis Akhir (Pengujian Hipotesis) ... 78

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 83

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 83

4.1.2 Deskripsi Responden ... 84

4.1.3 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 85

4.1.4 Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 102

4.1.5 Hasil Analisis Akhir ... 106

(12)

xii

5 PENUTUP

5.1 Simpulan ... 140

5.2 Saran ... 141

5.2.1 Bagi Orang Tua ... 141

5.2.2 Bagi Guru ... 142

5.2.3 Bagi Kepala Sekolah ... 142

Daftar Pustaka ... 143

Glosarium ... 147

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Populasi Penelitian ... 60

3.2 Proporsi Pengambilan Sampel Penelitian ... 62

3.3 Kisi-kisi Angket Kebiasaan Belajar (Uji Coba) ... 68

3.4 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar (Uji Coba) ... 69

3.5 Hasil Uji Validitas Angket Kebiasaan Belajar ... 71

3.6 Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Belajar ... 72

3.7 Pedoman Konversi Skala-5 ... 73

3.8 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai R ... 79

3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai R ... 81

4.1 Data Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 84

4.2 Data Responden Penelitian Berdasarka Usia ... 85

4.3 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 86

4.4 Rentang Nilai Indeks (Three Box Method) ... 90

4.5 Pedoman Konversi Skala-5 ... 90

4.6 Frekuensi Hasil Nilai Rata-rata UTS Genap ... 91

4.7 Nilai Indeks Kebiasaan Belajar ... 96

4.8 Nilai Indeks Motivasi Belajar ... 100

4.9 Rekapitulasi Rata-Rata Indeks Variabel ... 101

4.10 Hasil Uji Normalitas Data ... 102

4.11 Hasil Uji Linieritas Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar ... 103

4.12 Hasil Uji Linieritas Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar ... 104

4.13 Hasil Uji Multikolinearitas Data ... 105

4.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas Data ... 106

4.15 Hasil Uji Regresi Sederhana Variabel Kebiasaan Belajar ... 107

4.16 Hasil Uji Regresi Sederhana Variabel Motivasi Belajar ... 107

4.17 Hasil Uji Regresi Ganda ... 111

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Nama Siswa Populasi Penelitian ... 147

2 Daftar Nama Siswa Sampel Penelitian ... 151

3 Daftar Nama Siswa Sampel Uji Coba Angket ... 155

4 Kisi-Kisi Angket Kebiasaan Belajar (Uji Coba) ... 156

5 Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar (Uji Coba) ... 157

6 Angket Uji Coba Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar ... 158

7 Kisi-Kisi Angket Penelitian Kebiasaan Belajar (Setelah Uji Coba) ... 164

8 Kisi-Kisi Angket Penelitian Motivasi Belajar (Setelah Uji Coba) ... 165

9 Angket Penelitian Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar ... 166

10 Lembar Validasi Angket ... 171

11 Tabel Pembantu Analisis Hasil Uji Coba Angket Kebiasaan Belajar ... 176

12 Tabel Pembantu Analisis Hasil Uji Coba Angket Motivasi Belajar ... 178

13 Uji Validitas dan Reabilitas Uji Coba Angket Kebiasaan Belajar ... 180

14 Uji Validitas dan Reabilitas Uji Coba Angket Motivasi Belajar ... 182

15 Rekapitulasi Uji Validitas Angket Penelitian ... 184

16 Rekapitulasi Uji Reabilitas ... 186

17 Data Hasil Penelitian Angket Kebiasaan Belajar ... 187

18 Data Hasil Penelitian Angket Motivasi Belajar ... 195

19 Rekapitulasi Skor Hasil Data Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar ... 201

20 Daftar Nilai Rata-rata UTS pada Sampel Penelitian ... 205

21 Rekapitulasi Skor Hasil Belajar (Y), Kebiasaan Belajar (X1) dan Motivasi Belajar (X2) ... 209

22 Tabel Kriteria Penilaian Hasil Belajar ... 213

23 Tabel Nilai Indeks Variabel Kebiasaan Belajar ... 214

24 Tabel Nilai Indeks Variabel Kebiasaan Belajar ... 216

25 Hasil Uji Normalitas Data ... 218

26 Hasil Uji Linearitas Data ... 220

(16)

xvi

28 Hasil Uji Heteroskedastisitas Data ... 226

29 Hasil Analisis Regresi Sederhana Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar ... 227

30 Hasil Analisis Regresi Sederhana Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar ... 228

31 Hasil Analisis Regresi Linier Ganda ... 229

32 Surat Rekomendasi Permohonan izin Penelitian dari BAPEDA ... 230

33 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 232

(17)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan kemajuan pembangunan suatu negara sangat bergantung

dari kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Suatu negara yang memiliki

sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, maka pembangunan negara tersebut

akan berkembang secara pesat. Sebaliknya, kualitas sumber daya manusia yang

rendah dapat menghambat pembangunan nasional suatu negara. Oleh karena itu,

dibutuhkan suatu wadah yang dapat mencetak sumber daya manusia yang

berkualitas tinggi dalam hal ini adalah pendidikan.

Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu hak setiap individu anak

bangsa untuk dapat menikmatinya. Pendidikan merupakan usaha sadar yang

dilakukan oleh manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses

pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut, telah diakui

dan sekaligus memiliki legalitas yang sangat kuat sebagaimana yang tertuang dalam

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyebutkan bahwa: “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Selanjutnya pada ayat 3 dituangkan

pernyataan yang berbunyi: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

(18)

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Langeveld dalam Munib (2012: 23) mengemukakan bahwa “pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum

dewasa untuk mencapai tujuan yaitu kedewasaan”. Manusia dikatakan dewasa

apabila sudah mencakup indikator berikut: manusia yang mandiri,

bertanggungjawab kepada perbuatannya dan dapat dimintai pertanggungjawaban

atas perbuatannya tersebut, serta telah mampu memahami dan melaksanakan

norma-norma atau moral dalam kehidupan. Manusia dapat menjadi manusia hanya

melalui pendidikan, dalam konteks ini pendidikan dapat didefinisikan sebagai

humanisasi (upaya memanusiakan manusia) artinya suatu upaya dalam rangka

membantu manusia agar mampu hidup sesuai dengan martabat kemanusiaannya

(Wahyudin, dkk, 2007: 1.29). Ada beberapa konsepsi dasar tentang pendidikan

yang akan dilaksanakan, yaitu: pendidikan berlangsung seumur hidup,

tanggungjawab pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga,

masyarakat, dan pemerintah, serta pendidikan merupakan suatu keharusan bagi

manusia sebab dengan pendidikan, manusia akan memiliki kemampuan dan

kepribadian yang berkembang (Munib, 2012: 24).

Selama berkembangnya manusia untuk berusaha meningkatkan

kehidupannya, seperti pengetahuan, kepribadian, dan kemampuan maka selama

(19)

menghasilkan manusia yang berbudaya dan generasi yang baik. Pendidikan

menyangkut kehidupan seluruh umat manusia yang digambarkan bahwa tujuan

pendidikan adalah mencapai suatu kehidupan yang lebih baik. Tujuan pendidikan

nasional yang sekarang berlaku mengacu berdasarkan Undang-Undang No. 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional akan tercapai apabila didukung oleh semua

komponen yang ada di dalam sistem yang bersangkutan. Unsur-unsur yang

memengaruhi pendidikan meliputi: peserta didik, pendidik, tujuan, isi pendidikan,

metode, dan lingkunagn (Munib, 2012 : 38). Demi terwujudnya tujuan pendidikan

nasional, maka kegiatan pendidikan nasioanl dilaksanakan melalui tiga jalur

sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 10

yang berbunyi: “Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada

setiap jenjang dan jenis pendidikan”.

Salah satu jalur pendidikan yang diselenggarakan pemerintah Indonesia

adalah pendidikan formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang

terstruktur dan berjenjang. Adapun yang dimaksud jenjang pendidikan adalah

tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan siswa,

(20)

terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (UU

No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 11). Jenjang pendidikan dasar merupakan jenjang

pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah (BAB VI Pasal 17 ayat

1). Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)

atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat (BAB VI Pasal 17

ayat 2).

Pendidikan dasar berbentuk SD dapat diartikan sebagai proses

membimbing, mengajar, dan melatih siswa yang berusia 6-13 tahun untuk memberi

bekal kemampuan dasar dalam aspek intelektual, sosial, dan personal yang sesuai

dengan karakteristik perkembangannnya sehingga dia dapat melanjutkan

pendidikan di SMP atau sederajat (Mikarsa, 2008: 1.13). Tujuan pendidikan di SD

mencakup pembentukan dasar kepribadian siswa sebagai manusia Indonesia

seutuhnya sesuai dengan tingkat perkembangan dirinya, pembinaan pemahaman

dasar, dan seluk-beluk ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan untuk

belajar pada jenjang yang lebih tinggi serta hidup dalam masyarakat. Sementara

fungsi pendidikan SD adalah fungsi edukatif daripada fungsi pengajaran, yaitu

upaya bimbingan dan pembelajaran diorientasikan pada pembentukan landasan

kepribadian yang kuat (Mikarsa, 2008: 1.17).

Menurut Wahyudin, dkk (2007: 8.23) bahwa “kegiatan pendidikan hakikatnya belangsung sepanjang hayat, diselenggarakan di berbagai satuan

(21)

pendidikan berlangsung seumur hidup yang bisa diperoleh seseorang di lingkungan

keluarga dan masyarakat. Maka peserta didik baik di dalam sekolah maupun di luar

sekolah tetap melaksanakan pendidikan diantaranya dengan cara belajar.

Pengertian belajar Menurut Siregar dan Nara (2011: 3) adalah sebuah proses

yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak

masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Sementara itu, Spears

dalam Sardiman (2014: 20) mengatakan “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction (Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar,

dan mengikuti aturan)”. Pendapat lain dikemukakan Ahmadi dan Supriyono (2013:

128), “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memeroleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur

yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Gagne (1997)

dalam Rifa’i dan Anni (2012: 68) membagi unsur belajar menjadi empat, yaitu:

peserta didik, rangsangan atau stimulus, memori, dan respon. Kegiatan belajar akan

terjadi pada diri peserta didik apabila terdapat interaksi antara stimulus dan memori,

sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan sesudah adanya stimulus

tersebut.

Siswa terpacu belajar karena ada berbagai faktor. Menurut Slameto (2013:

54) faktor-faktor yang memengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor

(22)

individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di

luar individu. Faktor intern dibagi tiga golongan, yaitu: faktor jasmaniah, faktor

psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor ekstern digolongkan menjadi tiga, yaitu:

faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Senada dengan itu, Rifa’i dan Anni (2012: 80-81) membagi faktor-faktor yang memengaruhi belajar menjadi

dua, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal mencakup

kondisi fisik, psikis, dan sosial. Sedangkan kondisi eksternal seperti variasi dan

tingkat kesulitan materi belajar yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana

lingkungan, dan budaya belajar masyarakat yang akan memengaruhi kesiapan,

proses, dan hasil belajar.

Hasil belajar menurut Winkel (1996) dalam Purwanto (2011: 45) adalah

perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Rifa’i dan Anni (2012: 69) berpendapat bahwa “hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar”. Hasil belajar

merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan sehingga hasil belajar yang

diukur sangat tergantung pada tujuan pendidikannya. Hasil belajar peserta didik

akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tertentu (Hamalik, 2012: 30).

Aspek-aspek tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan,

apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap.

Menurut Wasliman (2007) dalam Susanto (2013: 12), “hasil belajar yang

dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang

memengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal”. Faktor internal

(23)

kesehatan, ketekunan, sikap, kondisi fisik, perhatian, motivasi, minat, dan

kebiasaan belajar. Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar siswa,

seperti: faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, dan faktor

masyarakat. Salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi hasil belajar siswa

yaitu kebiasaan belajar dan motivasi belajar.

Faktor yang dapat memengaruhi hasil belajar adalah kebiasaan belajar.

Aunurrahman (2013: 185) menyatakan “kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan

ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya”. Hal ini berarti kebiasaan belajar merupakan perilaku belajar yang dilakukan siswa secara berulang-ulang dan

lama-kelamaan akan menjadi menetap dan bersifat otomatis. Menurut Djaali (2008: 128),

“kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri

siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan

pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan”. Setiap siswa memiliki kebiasaan

belajar yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan dirinya masing-masing.

Kebiasaan belajar seseorang memengaruhi aktivitas belajarnya dan pada tujuannya

dapat memengaruhi hasil belajar yang diperoleh.

Tujuan adanya kebiasaan belajar pada siswa adalah agar memeroleh

sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam

arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (Syah, 2015: 128). Djaali (2008:

128) mengungkapkan kebiasaan belajar menjadi dua, yaitu: delay avodian (menghindari keterlambatan) dan work methods (cara kerja). Delay avodian

(24)

sedangkan work methods menunjukkan penggunaan cara belajar yang efektif dan efisien.

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara yang

dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 dan 6 Februari 2016 dengan kepala sekolah,

guru kelas V, dan beberapa siswa di SD Negeri Gugus Dewi Sartika dan Gugus

Hasanudin Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal, bahwa hasil belajar siswa masih

rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi adanya faktor kebiasaan belajar

siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kecamatan Tegal

Selatan Kota Tegal yang masih buruk. Kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering

dilakukan siswa berupa belajar tidak teratur, siswa mudah jenuh atau cepat bosan

saat belajar, belajar hanya menjelang ulangan atau ujian, sering mencontek teman,

kurang memiliki catatan pelajaran yang lengkap, dan lain-lain. Ketidak teraturan

belajar siswa saat di rumah merupakan hal yang dianggap biasa saja oleh siswa.

Ketidak teraturan tersebut dipicu anak ingin melihat TV atau ingin bermain serta

tidak mempunyai jadwal belajar yang teratur. Kebanyakan anak juga kurang

perhatian atau bimbingan dari orang tua sehingga anak tidak terbiasa untuk belajar

mandiri. Hal lain yang sering dialami siswa adalah mencontek saat ulangan

berlangsung. Kegiatan seperti ini dilakukan siswa karena pada malam harinya tidak

belajar sehingga saat ulangan berlangsung anak tidak memiliki pandangan jawaban

yang berkaitan dengan soal serta kurang konsentrasi. Bentuk-bentuk perilaku yang

buruk tersebut dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa yang pada akhirnya

(25)

Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya sendiri ada

keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan

pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang

disebut dengan motivasi (Sardiman, 2014: 40). Motivasi menurut Sardiman (2014:

73) diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif

saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan

atau mendesak. Menurut Wlodkowski (1985) dalam Siregar dan Nara (2011: 49)

menyatakan “motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan

perilaku tertentu dan memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut”. Motivasi belajar menurut Uno (2014: 23) adalah dorongan internal dan

eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah

laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

“Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual”

(Sardiman, 2014: 75). Ali Imron (1996) dalam Siregar dan Nara (2013: 53-54)

mengemukakan enam faktor yag memengaruhi motivasi belajar, sebagai berikut:

cita-cita atau aspirasi pembelajar, kemampuan pembelajar, kondisi pembelajar,

kondisi lingkungan pembelajar, unsur-unsur dinamis belajar, dan upaya guru dalam

membelajarkan pembelajaran.

Siregar dan Nara (2011: 51) menyatakan terdapat dua peranan penting

motivasi dalam belajar yaitu: pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan

belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting

(26)

yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk

melaksanakan kegiatan belajar. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila

anak mempunyai semangat atau motivasi belajar yang tinggi, maka akan terjadi

kegiatan belajar sehingga menghasilkan hasil belajar siswa yang baik. Sebaliknya,

jika anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar

pada diri anak tersebut. Apabila motivasi peserta didik rendah, maka diasumsikan

bahwa hasil belajar siswa yang bersangkutan akan rendah.

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara yang

dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 dan 6 Februari 2016 dengan kepala sekolah,

guru kelas V, dan beberapa siswa di SD Negeri Gugus Dewi Sartika dan Gugus

Hasanudin Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal, diperoleh informasi bahwa hasil

belajar siswa kelas V masih tergolong rendah. Hasil belajar siswa rendah selain

disebabkan kebiasaan belajar, juga dipengaruhi motivasi belajar siswa yang masih

kurang. Kurang termotivasinya belajar siswa dikarenakan berbagai faktor, baik dari

dalam siswa maupun luar siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain anggapan siswa

yang penting masuk sekolah, kurang semangat mengikuti kegiatan proses

belajar-mengajar, kurang bimbingan belajar dari keluarga, banyak teman yang ganggu saat

hendak belajar, kurang konsentrasi saat di kelas, kurangnya pujian dan hadiah dari

guru, serta guru kurang variasi dalam pembelajaran. Hal ini dirasa siswa kurang

bersemangat dalam belajar sehingga nilai hasil belajar siswa masih banyak yang

kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Tanda siswa yang kurang

motivasi belajar dapat dilihat saat mereka mengikuti pembelajaran, contohnya pasif

(27)

kelompok, mudah mengeluh, susah menerima materi dari guru, dan sebagainya.

Tanda semacam ini yang sangat dikeluhkan guru saat berlangsungnya

pembelajaran. Jika guru menemui siswa yang seperti ini tidak dibiarkan begitu saja,

namun guru memberikan pendekatan khusus agar mereka mau mengikuti

pembelajaran dengan lebih giat.

Kemampuan yang dimiliki setiap siswa berbeda-beda, baik tingkat

kebiasaan belajar maupun motivasi belajar. Kebiasaan belajar siswa ada yang

teratur dan ada yang kurang teratur. Guru hendaknya membangun kebiasaan belajar

siswa yang teratur saat pembelajaran berlangsung. Orang tua juga dituntut agar

lebih memerhatikan atau membimbing anak saat belajar di rumah. Tujuannya agar

anak terbiasa melakukan belajar secara terus-menerus dan lama-kelamaan akan

menjadi kebiasaan pada diri anak. Begitu pula motivasi belajar siswa, ada siswa

yang motivasi belajar tinggi dan ada pula motivasi belajarnya rendah. Perbedaan

tingkat motivasi ini dapat disikapi guru dengan cara membangkitkan motivasi siswa

yang kurang motivasi belajarnya dan memuji siswa yang mempunyai motivasi

tinggi. Orang tua juga perlu memotivasi anak agar lebih giat dalam belajarnya.

Motivasi belajar yang tinggi dan seringnya siswa melakukan belajar setiap hari,

secara tidak langsung akan berdampak pada tujuannya yaitu nilai hasil belajar yang

memuaskan.

Penelitian yang relevan dengan masalah tersebut yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Setyowati (2007) dengan judul penelitian “Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 13 Semarang”. Hasil

(28)

Semarang dalam kategori cukup. Berdasarkan perhitungan diperoleh 29,766

dengan taraf signifikansi 5% yang berarti ada pengaruh yang signifikan motivasi

belajar terhadap hasil belajar pada siswa kelas VII SMPN 13 Semarang. Besarnya

motivasi belajar yang memengaruhi hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13

Semarang sebesar 29,766 sedangkan 71,344 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

yang tidak diteliti oleh peneliti dikarenakan keterbatasan dana, waktu, serta

kemampuan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Abdul Rohman M.S (2012)

dengan judul “Hubungan Kebiasaan Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD pada Mata Pelajaran Matematika di Gugus V Kecamatan Wonosari

Kecamatan Gunung Kidul Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian ini

menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan

prestasi belajar matematika, hal tersebut ditunjukkan dari harga rhitung yang diolah

dengan bantuan SPSS versi 17 sebesar 0,300 sedangkan rtabel dengan N=89 (90)

pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,207, sehingga rhitung > rtabel (0,300 > 0,207).

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian mengenai kebiasaan belajar dan motivasi belajar siswa dengan judul

“Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa

Kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal”.

1.2

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai

berikut:

(1) Sebagian hasil belajar siswa masih kurang dari Kriteria Ketuntasan

(29)

(2) Kebiasaan belajar siswa yang kurang teratur atau kurang disiplin saat

dirumah.

(3) Kebiasaan belajar siswa yang masih buruk saat mengikuti pembelajaran di

sekolah.

(4) Orang tua siswa kurang membimbing saat anak belajar.

(5) Siswa kurang termotivasi saat proses belajar mengajar.

(6) Siswa masih perlu lebih banyak bentuk motivasi belajar dari luar siswa.

1.3

Pembatasan Masalah

Dalam penelitian perlu adanya pembatasan masalah untuk menghindari

kesalahpahaman maksud dan tujuan penelitian serta agar lebih efektif dan efisien.

Oleh karena itu, peneliti perlu membatasi masalah sebagai berikut:

(1) Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Gugus

Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal.

(2) Variabel yang akan diteliti yaitu kebiasaan belajar, motivasi belajar, dan

hasil belajar siswa.

(3) Hasil belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai

Ulangan Tengah Semester (UTS) genap Tahun Ajaran 2015/2016.

1.4

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

(1) Bagaimanakah pengaruh kebiasaan belajar terhadap hasil belajar siswa

kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun

(30)

(2) Bagaimanakah pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas

V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran

2015/2016?

(3) Bagaimanakah pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap

hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin

Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016?

1.5

Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan. Tujuan penelitian yang akan

diuraikan dalam bagian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan

umum merupakan tujuan penelitian dari sudut pandang secara luas. Tujuan khusus

adalah tujuan penelitian dari sudut pandang yang lebih sempit. Berikut uraian

tujuannya:

1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD

Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016.

1.5.2 Tujuan Khusus

(1) Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh kebiasaan belajar terhadap

hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin

Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016.

(2) Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh motivasi belajar terhadap hasil

belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan Gugus Hasanudin Kota

(31)

(3) Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh kebiasaan belajar dan

motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi

Sartika dan Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016.

1.6

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1.6.1 Manfaat Teoritis

(1) Memberikan gambaran tentang pengaruh kebiasaan belajar dan motivasi

belajar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Dewi Sartika dan

Gugus Hasanudin Kota Tegal Tahun Ajaran 2015/2016.

(2) Menambah referensi bahan kajian penelitian yang relevan di bidang

psikologi.

1.6.2 Manfaat Praktis 1.6.2.1Bagi Siswa

(1) Menumbuhkan kebiasaan belajar yang teratur dan baik.

(2) Menumbuhkan motivasi kepada siswa agar giat belajar dan memiliki

motivasi belajar yang tinggi.

1.6.2.2Bagi Guru

(1) Guru mampu membiasakan siswa agar memiliki kebiasaan belajar yang

baik dalam kelas.

(2) Hasil penelitian digunakan sebagai bahan masukan guru untuk

meningkatkan keterampilan memberikan motivasi kepada siswa.

(3) Pedoman guru untuk mengajak orang tua siswa untuk lebih memerhatikan

(32)

1.6.2.3Bagi Sekolah

(1) Memberikan informasi bagi sekolah untuk dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

(2) Meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

1.6.2.4Bagi Orang Tua

(1) Membiasakan anak agar teratur belajar saat di rumah.

(2) Menambah pengetahuan dan menimbulkan kesadaran bagi orang tua untuk

lebih memerhatikan dan memotivasi anaknya dalam belajar.

1.6.2.5Bagi Peneliti

(1) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan peneliti untuk mengadakan

penelitian dalam bidang psikologi pendidikan.

(2) Meningkatkan wawasan peneliti dalam bidang psikologi pendidikan

berkaitan dengan kebiasaan belajar dan motivasi belajar terhadap hasil

(33)

17

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1

Kerangka Teori

Bagian ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian. Teori

yang berhubungan dengan penelitian ini adalah hakikat hasil belajar, kebiasaan

belajar, motivasi belajar, dan hubungan antar variabel. Uraian selengkapnya

sebagai berikut:

2.1.1 Hakikat Hasil Belajar 2.1.1.1Pengertian Belajar

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan

proses pendidikan di sekolah. Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks

yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi

bahkan dalam kandungan hingga liang lahat (Siregar dan Nara, 2011: 3). Sementara

itu, Spears dalam Sardiman (2014: 20) mengatakan “Learning is to observe, to read,

to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction” (Belajar

adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri,

mendengar, dan mengikuti aturan). Pendapat Gagne yang dikutip oleh Rifa’i dan

Anni (2012: 66) menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan disposisi atau

kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu dan perubahan

perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan”. Sementara Whittaker dalam

(34)

Pendapat lain dikemukakan Abdillah dalam Aunurrahman (2013: 35)

menyatakan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang

menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memeroleh tujuan

tertentu”. Menurut Slameto (2013: 2) “belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memeroleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”. Belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam tingkah laku

sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan, sikap,

dan keterampilan atau psikomotorik (Susanto, 2015: 4). Perubahan-perubahan

tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.

Seseorang yang telah melakukan belajar akan memiliki ciri-ciri perubahan

tingkah lakunya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku tersebut seperti diungkap oleh

Slameto (2013: 3-7), diantaranya: perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan

dalam belajar bersifat fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif,

perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar

terarah, dan perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan terjadi

secara sadar berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan

itu sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam

dirinya. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional, artinya satu perubahan yang

terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan

(35)

Perubahan tingkah laku yang ketiga adalah perubahan dalam belajar bersifat

positif dan aktif, maksudnya perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan

tertuju untuk memeroleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan

dalam belajar bukan bersifat sementara, berarti seseorang yang telah belajar akan

bersifat menetap atau permanen. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah,

berarti perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.

Perubahan tingkah laku yang terakhir adalah perubahan mencakup seluruh aspek

tingkah laku. Aspek tingkah laku tersebut adalah sikap kebiasaan, keterampilan,

pengetahuan, dan sebagainya.

Beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

proses yang dilakukan seseorang untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba

sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar, dan mengikuti aturan yang berlangsung

periode waktu tertentu demi perubahan kecakapan manusia dan perubahan perilaku.

2.1.1.2Pengertian Hasil Belajar

Proses pendidikan selalu ada input (masukan) berupa peserta didik kemudian dilakukan proses atau pembelajaran yang akhirnya menghasilkan output (keluaran) berupa lulusan yang memeroleh hasil belajar yang diinginkan. Hasil

belajar menurut Winkel (1996) dalam Purwanto (2014: 45) adalah perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Rifa’i dan Anni (2012: 69) berpendapat bahwa “hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar”.

Nawawi dalam Susanto (2015: 5) menyatakan bahwa “hasil belajar dapat

(36)

di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal

jumlah materi pelajaran tertentu”. Sudjana (2011: 22) menyatakan bahwa “hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya”. Pendapat lain oleh Karwati dan Priansa (2014: 216)

mendefinisikan “hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa

berkat adanya usaha atau pikiran yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan,

pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan

sehingga nampak perubahan tingkah laku pada diri individu”. Hasil belajar siswa

akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tertentu (Hamalik, 2012: 30).

Aspek-aspek tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan,

apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap.

Berdasarkan pengertian para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah belajar sehingga tampak

pada dirinya perubahan tingkah laku. Tingkah laku yang berubah bisa berupa

pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

2.1.1.3Macam-Macam Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar siswa mencakup berbagai hal yang dipelajari di

sekolah. Kingsley dalam Sudjana (2011: 22) membagi macam-macam hasil belajar

menjadi tiga macam, yaitu: (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan

pengertian; (3) sikap dan cita-cita. Hampir sama yang diungkap oleh Gagne dengan

mengklasifikasikan kategori hasil belajar menjadi lima, yaitu: (1) informasi verbal;

(2) keterampilan intelektual; (3) strategi kognitif; (4) sikap; dan (5) keterampilan

(37)

Macam-macam hasil belajar menurut Susanto (2015: 6) meliputi

pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan

sikap siswa (aspek afektif). Pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari, sedangkan konsep merupakan

sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu

pengertian. Jadi, pemahaman konsep adalah seberapa besar siswa mampu

menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan guru atau seberapa

jauh siswa mengerti tentang gagasan atau suatu pengertian berupa hasil penelitian

atau observasi langsung yang telah dilakukan. Orang yang telah memiliki konsep,

berarti orang tersebut telah memiliki pemahaman yang jelas tentang sesuatu konsep

atau citra. Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep,

guru dapat melakukan evaluasi produk. Evaluasi produk dapat dilaksanakan dengan

mengadakan berbagai macam tes, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam

pembelajaran di SD, umumnya tes diselenggarakan dalam berbagai bentuk ulangan,

baik ulangan harian, ulangan semesteran, maupun ulangan umum.

Bentuk atau macam hasil belajar yang kedua adalah keterampilan proses.

Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada

pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai

penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Selain kedua

macam hasil belajar tersebut, ada satu macam hasil belajar lagi yaitu sikap. Sikap

merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola,

dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu

(38)

tindakan seseorang. Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa, maka domain

yang sangat berperan adalah pemahaman konsep dengan domain kognitif.

2.1.1.4Faktor-Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Peristiwa belajar yang dialami siswa dapat diamati dari perbedaan perilaku

sebelum dan setelah berada dalam peristiwa belajar. Penentuan keberhasilan belajar

siswa adalah dengan mendapat nilai hasil belajar yang baik. Rifa’i dan Anni (2012:

80) menjelaskan faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan

hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal siswa. Kondisi internal mencakup

kondisi fisik (kesehatan organ tubuh), kondisi psikis (kemampuan intelektual dan

emosional), serta kondisi sosial (kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan),

sedangkan kondisi eksternal mencakup variasi dan tingkat kesulitan materi belajar

yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar

masyarakat. Belajar yang berhasil mempersyaratkan pendidik memperhatikan

kemampuan internal siswa dan situasi stimulus di luar siswa.

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman (2007) dalam Susanto

(2013: 12) bahwa “hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi

antara berbagai faktor yang memengaruhi baik internal maupun eksternal”. Faktor

internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa dalam

memengaruhi belajarnya, meliputi kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar,

ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan

faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa yang memengaruhi

hasil belajar, meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lebih lanjut Djaali (2009)

(39)

memengaruhi pencapaian hasil belajar bisa berasal dari dalam diri orang yang

belajar dan ada dari luar dirinya. Faktor dari dalam misalnya kesehatan, intelegensi,

minat, cara belajar, dan motivasi, sedangkan faktor dari luar misalnya keluarga,

sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa hasil belajar siswa merupakan hasil

dari suatu proses yang didalamnya terlibat sejumlah faktor yang saling

memengaruhinya. Tinggi rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari diri siswa maupun dari luar siswa.

Faktor yang datang dari diri siswa jauh lebih berpengaruh besar terhadap

pencapaian hail belajar siswa, seperti kecerdasan anak, minat, kondisi fisik,

kebiasaan belajar, dan motivasi belajar.

2.1.2 Kebiasaan Belajar

2.1.2.1Pengertian Kebiasaan Belajar

Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan

keterampilan yang dilalui siswa agar menjadi kebiasaan (Slameto 2013: 82).

Witherington dalam Djaali (2008: 128) mengartikan “kebiasaan adalah cara

bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang yang pada akhirnya

menjadi menetap dan bersifat otomatis”. Sementara itu, Burghardt (1973) dalam

Syah (2013: 121) berpendapat bahwa “kebiasaan itu timbul karena proses

penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang

berulang-ulang”. Maksud dari penyusutan kecenderungan respons adalah pembiasaan

pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Proses penyusutan atau pengurangan

(40)

Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap mereka

melakukan kegiatan belajar. Djaali (2008: 128) mengungkapkan tentang “kebiasaan belajar diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu

menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu

untuk menyelesaikan kegiatan”. Aunurrahman (2011: 185) mendefinisikan

“kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam

waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang

dilakukannya”. Sementara itu, Syah (2013: 128) mengemukakan bahwa “kebiasaan

belajar adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan

kebiasaan-perbaikan yang telah ada”. Tujuannya agar siswa memeroleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti

selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu. Pendapat lain dikemukakan Sudjana

(2014: 173) “keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran banyak bergantung kepada kebiasaan belajar yang teratur dan berkesinambungan”.

Berdasarkan pengertian para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kebiasaan belajar adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru dalam

aktivitas belajar siswa dengan waktu yang lama agar muncul suatu pola tingkah

laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Perbuatan menyenangkan dalam

belajar cenderung untuk diulang. Oleh karena itu, tindakan kebiasaan belajar akan

memengaruhi siswa dalam memraktikkan belajar dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.2.2Peranan Kebiasaan Belajar dalam Kegiatan Belajar

Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap mereka

(41)

dan tidak memerlukan konsentrasi dan perhatian yang besar. Suryabrata dalam

Djaali (2008: 129) merumuskan cara belajar yang efisien adalah dengan usaha

sekecil-kecilnya memberikan hasil yang sebesar-besarnya bagi perkembangan

individu yang belajar. Mengenai cara belajar yang efisien belum menjamin

keberhasilan dalam belajar. Namun, yang paling penting siswa mampu

memraktikkannya dalam belajar sehari-hari, sehingga lama-kelamaan menjadi

kebiasaan, baik di dalam kelas maupun di luar sekolah.

Syah (2015: 128) mengungkapkan peranan kebiasaan belajar agar siswa

memeroleh sikap-sikap perbuatan baru yang lebih positif dalam arti selaras dengan

kebutuhan waktu dan ruang. Arti positif tersebut selaras dengan norma dan tata nilai

moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural.

Kebiasaan belajar dapat diberlakukan untuk menopang pendidikan karakter. Djaali

(2008: 128) mengungkapkan peranan kebiasaan belajar menjadi dua, yaitu: delay avoidan dan work methods. Delay Avoidan (menghindari keterlambatan)

merupakan kebiasaan belajar yang merujuk pada ketepatan waktu penyelesaian

tugas-tugas akademis, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan

tertundanya penyelesaian tugas, dan menghilangkan rangsangan yang akan

mengganggu konsentrasi dalam belajar. Work Methods (cara kerja) merupakan kebiasaan belajar yang menunjuk kepada penggunaan cara (prosedur) belajar yang

efektif dan efisien dalam mengerjakan tugas akademik dan keterampilan belajar.

2.1.2.3Kebiasaan Tidak Baik dalam Belajar dan Cara Mengatasi

Melihat kondisi nyata yang ada dalam kegiatan sehari-hari ditemukan

(42)

antara lain berupa: (1) belajar pada akhir semester; (2) belajar tidak teratur; (3)

menyia-nyiakan kesempatan belajar; (4) bersekolah hanya untuk bergengsi; (5)

datang terlambat bergaya pemimpin; (6) bergaya jantan seperti merokok; (7) sok

menggurui teman; dan (8) bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar (Dimyati

dan Mudjiono, 2009: 246). Senada dengan pendapat tersebut, Aunurrahman (2011:

185) mengungkapkan ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan

tidak baik dalam belajar diantaranya: (1) belajar tidak teratur; (2) daya tahan belajar

rendah (belajar secara tergesa-gesa); (3) belajar ketika menjelang ulangan atau

ujian; (4) tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap; (5) tidak terbiasa membuat

ringkasan; (6) tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran; (7)

senang menjiplak pekerjaan teman dan kurang percaya diri di dalam menyelesaikan

tugas; (8) sering datang terlambat; dan (9) melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk,

seperti merokok.

Jenis-jenis kebiasaan belajar tersebut merupakan bentuk-bentuk yang tidak

baik dalam belajar karena akan memengaruhi aktivitas belajar siswa yang pada

akhirnya menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Maka dibutuhkan cara

mengatasi atau mengubah sikap siswa yang tidak baik dalam belajar menjadi

cara-cara yang baik dalam belajar. Crow and Crow (t.t) dalam Purwanto (2011: 116-120)

mengemukakan cara-cara belajar yang baik, diantaranya: (1) adanya tugas-tugas

yang jelas dan tegas; (2) belajar membaca yang baik; (3) gunakan metode

keseluruhan dan metode bagian; (4) pelajari dan kuasai bagian-bagian yang sukar

dari bahan yang dipelajari; (5) buat catatan-catatan pada waktu belajar; (6) kerjakan

(43)

bahan yang lama; (8) gunakan berbagai sumber belajar; (9) pelajari baik-baik tabel,

peta, grafik, dan gambar; serta (10) membuat rangkuman.

Cara yang pertama dalam perbaikan sikap siswa adalah dengan adanya tugas

yang jelas dan tegas. Adanya tugas-tugas yang jelas dari guru akan membentuk

kebiasaan belajar yang efektif. Tugas yang jelas membuat perhatian siswa dapat

diarahkan kepada hal-hal khusus mana saja yang perlu dipelajari dengan baik dan

bagaimana cara mempelajarinya. Semakin jelas tugas yang diberikan oleh guru,

semakin besar pula perhatian dan kemauan siswa untuk mengerjakan atau

mempelajarinya.

Kemampuan membaca seseorang memengaruhi pencapaian hasil belajar

yang baik. Kepandaian membaca sangat diperlukan untuk memeroleh pengetahuan

dan benar-benar mengerti apa yang dibacanya. Bahan-bahan dalam buku bukan

hanya untuk dimengerti kata demi kata atau kalimat demi kalimat, tetapi harus

diusahakan mengetahui apa isi buku tersebut. Bahkan lebih baik lagi jika pembaca

dapat mengerti apa dan bagaimana pandangan pengarang dengan tulisanya itu.

Membaca cepat dan efektif dapat tercapai dengan latihan terus-menerus.

Pemilihan metode yang tepat merupakan hal yang penting dalam belajar.

Pemilihan metode belajar harus berdasarkan tingkat keluasan dan tingkat kesulitan

materi atau bahan yang dipelajari. Misalnya untuk mempelajari materi yang luas

mungkin kurang sesuai jika menggunakan metode keseluruhan. Namun, untuk

mempelajari bab demi bab lebih sesuai menggunakan metode keseluruhan.

Mempelajari sebuah bab kurang tepat jika menggunakan metode bagian karena

(44)

kebulatan. Setelah bab demi bab dikuasai, baru kita gabungkan lagi menjadi

keseluruhan isi buku tersebut.

Pada tiap pelajaran biasanya terdapat bagian-bagian yang sukar dan

membutuhkan perhatian dan pengerjaan yang lebih teliti. Bagian-bagian yang sukar

itu harus dipelajari baik-baik agar dapat menguasai keseluruhan pengetahuan dari

bahan pelajaran yang dipelajari. Pembuatan ringkasan (summary) dalam belajar sangat diperlukan. Selain itu, guru juga harus memberikan petunjuk atau

pengarahan agar siswa mengetahui bagian-bagian yang penting.

Catatan-catatan tentang materi bacaan atau pelajaran sangat membantu

siswa itu sendiri. Catatan-catatan tersebut disusun ke dalam bentuk outline yang dapat menggambarkan garis besaar keseluruhan dari apa yang telah dipelajari.

Outline dan catatan-catatan yang tersusun itu akan membantu siswa pada saat

mereka akan mengulangi pelajaran ketika akan menghadapi ujian. Mereka tidak

perlu lagi membaca seluruh buku yang akan memerlukan waktu lebih lama.

Pada tiap akhir bab buku pelajaran terdapat beberapa pertanyaan yang

bermaksud untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari serta memperluas

pengetahuan mereka tentang sesuatu yang berhubungan dengan isi bab itu.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Sebelum siswa

mempelajari tugas untuk hari berikutnya, dia harus mengulangi pelajaran-pelajaran

yang lampau yang ada hubungannya dengan bahan pelajaran yang akan

dipelajarinya. Sumber yang digunakan dalam belajar tidak hanya satu saja.

Berbagai macam sumber belajar akan dapat memperluas dan memperdalam

(45)

gambar tetapi siswa juga harus paham. Guru memiliki tugas untuk membimbing

siswa bagaimana menginterpretasikan gambar, grafik, tabel, dan peta yang ada di

dalam buku pelajaran serta bagaimana menyusun atau mengambil kesimpulan.

Melalui penjelasan guru, siswa dapat membuat rangkuman yang baik dan mudah

dipahami. Semakin pandai siswa membuat rangkuman, maka semakin mudah untuk

melakukan review atau mengulang kembali pelajaran yang telah diterimanya. Rangkuman dan review berfungsi untuk merefleksikan, mengingat kembali, dan

mengevaluasi isi pengetahuan yang telah dikuasai.

2.1.2.4Aspek Kebiasaan Belajar

Sudjana (2014: 165-173) mengemukakan ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam proses belajar, yaitu: cara mengikuti pelajaran, cara belajar

mandiri di rumah, cara belajar kelompok, mempelajari buku teks, dan menghadapi

ujian. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah cara mengikuti pelajaran. Cara

mengikuti pelajaran di sekolah merupakan bagian penting dari proses belajar, siswa

dituntut untuk dapat menguasai bahan pelajaran. Pada saat pembelajaran, siswa

berkosentrasi menerima pelajaran, mencatat pokok-pokok materi, dan mencatat hal

yang tidak jelas untuk ditanyakan guru.

Cara belajar mandiri di rumah besar pengaruhnya dengan kebiasaan belajar.

Belajar mandiri di rumah merupakan tugas pokok setiap siswa. Syarat utama belajar

di rumah adalah keteraturan belajar yaitu memiliki jadwal belajar meskipun

waktunya terbatas. Belajar bukan merujuk lamanya tetapi kebiasaan teratur dan

(46)

Cara belajar sendiri di rumah sering menimbulkan kebosanan dan

kejenuhan. Perlu adanya variasi cara belajar lain seperti belajar bersama atau belajar

kelompok dengan teman yang bisa dilakukan di sekolah, perpustakaan, di rumah

teman ataupun tempat-tempat yang nyaman untuk belajar. Dengan belajar

kelompok, siswa dapat memecahkan soal dengan kelompoknya.

Mempelajari buku teks juga akan memengaruhi kebiasaan belajar siswa.

Buku adalah sumber ilmu, oleh karena itu keharusan bagi siswa untuk membaca

buku. Kebiasaan membaca buku harus dibudayakan oleh siswa agar lebih

memahami bahan pelajaran dan dapat pula lebih tahu terlebih dahulu sebelum

bahan pelajaran tersebut diberikan guru.

Keadaan yang paling mencemaskan bagi siswa adalah saat menghadapi tes,

ulangan, ataupun ujian. Cemas, sibuk, dan kurang istirahat karena mengejar belajar

untuk ujian sehingga menimbulkan ketegangan psikologis yang berakibat

kepercayaan diri menurun. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik pada

saat menghadapi ujian akan dapat menyelesaikannya dengan tenang.

Belajar merupakan cara yang harus dilalui siswa demi mendapatkan

pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. Cara atau jalan yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar

juga akan memengaruhi hasil belajar itu sendiri. Slameto (2013: 82-91)

mengungkapkan kebiasaan belajar yang dapat memengaruhi hasil belajar, meliputi:

(1) pembuatan jadwal dan pelaksanaannya; (2) membaca dan membuat catatan; (3)

(47)

Pembuatan jadwal dan melaksanakan dengan baik merupakan langkah awal

yang tepat dalam membina kebiasaan belajar. Jadwal adalah pembagian waktu

untuk sejumlah kegiatan yang dilaksanaakan oleh sesorang tiap harinya. Kegiatan

belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil jika seorang siswa mempunyai

jadwal yang baik dan melaksanakannya dengan teratur dan disiplin. Siswa yang

mampu membuat jadwal dan melaksanakannya sesuai jadwal, menandakan siswa

tersebut bisa membagi waktu untuk memilih kegiatan yang penting dan tidak

penting. Kegiatan belajar yang sesuai dengan jadwal dan pelaksanaanya akan

meningkatkan hasil belajar.

Selain pembuatan jadwal dan pelaksanaanya, membaca dan membuat

catatan juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Membaca merupakan alat belajar

untuk mencapai hasil belajar yang baik. Sebelum membaca, sebaiknya mencari

garis besar dari bab atau buku yang akan dibaca. Setelah itu, membuat pertanyaan

terkait isi bab atau buku yang dibaca dengan harapan pertanyaan tesebut dapat

dijawab setelah membaca. Kemudian menghafal pokok-pokok yang penting,

mencatat pokok-pokok untuk membuat ringkasan atau kesimpulan tentang apa yang

sudah dipelajari. Membuat catatan memiliki pengaruh besar dalam membaca.

Catatan yang baik, rapi, lengkap, dan teratur akan menambah semangat dalam

belajar, khususnya dalam membaca. Catatan tersebut tidak menimbulkan

kebosanan dalam membaca.

Mengulangi bahan pelajaran merupakan besar pengaruhnya dalam langkah

membina kebiasaan belajar, karena dengan adanya pengulangan bahan yang belum

(48)

Ringkasan yang telah dibuat dapat digunakan untuk mengulang bahan pelajaran

yang sudah dipelajari. Selain itu, dalam kegiatan belajar juga membutuhkan

konsentrasi agar dapat menyerap apa yang telah dipelajari. Siswa yang sudah bisa

berkonsentrasi dapat belajar dengan baik kapan saja dan dimana saja. Tidak hanya

konsentrasi saja yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, agar siswa berhasil

dalam belajarnya perlulah mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tugas itu

mencakup mengerjakan PR, menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku

pengayaan, tes atau ulangan harian, ulangan umum, dan ujian.

2.1.2.5Dimensi dan Indikator Kebiasaan Belajar

Dimensi dan indikator kebiasaan belajar yang digunakan dalam penelitian

ini merupakan pengembangan pendapat Sudjana (2014: 165-173) dan pendapat

Slameto (2013: 82-91). Dimensi dan indikator tersebut yaitu (1) pembuatan jadwal

dan pelaksanaannya, indikatornya pembuatan jadwal belajar dan melaksanakan

jadwal belajar secara teratur; (2) membaca dan membuat catatan dari buku teks,

indikatornya membaca buku teks atau buku pelajaran dan membuat catatan atau

rangkuman; (3) penyelesaian tugas, indikatornya mengerjakan tugas di sekolah dan

menyelesaikan tugas PR; (4) cara mengikuti pelajaran, indikatornya konsentrasi

mengikuti pelajaran dan aktif dalam proses pembelajaran; (5) cara belajar

kelompok; serta (6) cara belajar mandiri di rumah.

2.1.3 Motivasi Belajar

2.1.3.1Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti menggerakkan.

(49)

melakukan sesuatu (Sardiman, 2014: 73). Motif dapat dikatakan sebagai daya

penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas

tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi

dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah aktif. Motif menjadi aktif pada

saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan

atau mendesak. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang.

Wlodkowski (1985) dalam Siregar dan Nara (2011: 49) menjelaskan

“motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perlikau

tertentu dan yang memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut”.

Menurut Slavin dalam Rifa’i dan Anni (2012: 135) “motivasi merupakan proses

internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara

terus-menerus”. Sementara itu motivasi menurut Donald dalam Sardiman (2014: 73) adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Berdasarkan

pengertian yang dikemukakan Donald, motivasi mengandung tiga elemen penting,

diantaranya: motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap

individu manusia, motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling seseorang,

dan motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.

Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan

anak di dalam belajar. Motivasi belajar menurut Uno (2014: 23) adalah dorongan

internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan

tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang

(50)

adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual”. Peranannya yang

khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang, dan semangat untuk

belajar. Sumiati dan Asra (2011: 59) berpendapat “motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong siswa untuk berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya

perilaku dalam belajar”.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar

merupakan perubahan energi dalam diri seorang siswa yang menimbulkan

dorongan untuk mencapai tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan

memiliki dorongan dan semangat yang besar dalam belajar, sebaliknya siswa yang

memiliki motivasi rendah akan memiliki dorongan dan semangat yang rendah

dalam belajar.

2.1.3.2Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar

seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi

berarti tidak ada kegiatan belajar. Menurut Djamar

Gambar

Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Tabel 3.2 Proporsi Pengambilan Sampel Penelitian
Tabel 3.3 kisi-kisi Angket Kebiasaan Belajar (Uji Coba)
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar (Uji Coba)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau bawaan (hereditas) akan tetapi merupakan perilaku yang dipelajari secara sengaja ataupun tanpa sadar dari waktu-waktu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara minat belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS,

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa masalah, yaitu: (1) IPA dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari, sehingga siswa malas untuk belajar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) minat pada siswa dapat diklasifikasikan cukup baik, motivasi pada siswa adalah baik, dan sebagian besar siswa memiliki hasil belajar

Keempat, Berdasarkan analisis diperoleh hasil uji Tukey,Qt hitung = 8,246 > Q tabel = 3,900 sehingga telah berhasil menolak hipotesis nol yang menyatakan

Salah satunya mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang memilki peranan

Berdasarkan uraian di atas adapun tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar operasi hitung pada mata pelajaran

Refleksi Merefleksi hasil pengamatan, motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan Multimedia Projector, serta menganalisis hasil belajar