• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN TAI BERBANTUAN MEDIA KARTU BILANGAN BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS 8 MENGWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN TAI BERBANTUAN MEDIA KARTU BILANGAN BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS 8 MENGWI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN TAI BERBANTUAN MEDIA KARTU

BILANGAN BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS V

SD GUGUS 8 MENGWI

Ni L. Pt. Deni Purnamayanti

1

, I Wyn. Wiarta

2

, I Gst. Agung Oka Negara

3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: deni.purnamayanti@yahoo.com

1

,wayan.wiarta@yahoo.com

2

,

Igustiagungokanegara@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar operasi hitung matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Team

Assisted Individualization (TAI) berbantuan media kartu bilangan dengan siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus 8 Mengwi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Gugus 8 Mengwi berjumlah 248 orang. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Data yang dikumpulkan adalah nilai kognitif (post test). Data dianalisis dengan uji t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar operasi hitung matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (thitung = 4,082 > ttabel = 2,000) di peroleh rata-rata hasil belajar operasi hitung matematika kelas V yang mengikuti model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan lebih dari nilai rata-rata operasi hitung siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (71,23>67,27). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan berpengaruh terhadap hasil belajar operasi hitung matematika siswa kelas V SD Gugus 8 Mengwi Tahun Ajaran 2013/2014.

Kata kunci: TAI, Media kartu bilangan, hasil belajar operasi hitung matematika

Abstract

The purpose of this research is to know about significant differences about the outcomes in counting operational of math between students who taught by using Team Assisted Individualization (TAI) learning model helped by card number media with the students who taught by using conventional learning in grade five at Gugus 8 Mengwi. The research was a quasi-experimental study (quasi experiment) with the design of the study was Nonequivalent Control Group Design. The population in this study were all students in grade five at SD Gugus 8 Mengwi which consist of 248 people. The samples used a random sampling technique. The data were collected is cognitive scores (post-test). The obtained data were analyzed by t-test.The results shows that there are significant differences in learning outcomes in counting operational of math between students who taught by using TAI learning model helped by card number media with the students who taught by using conventional learning (tvalue = 4.082 > ttable = 2.000) obtained an average of outcomes in counting operational of math between students who taught by using TAI learning model helped by card number media is more than average of outcomes the students who taught by using conventional learning (71.23> 67.27). Thus, it can concluded that Team Assisted Individualization (TAI)

(2)

learning model helped by card number media has an effect toward the result of counting operasional of math study in grade five SD Gugus 8 Mengwi 2013/2014 academic year.

Keywords: TAI, Card numbers media, counting operational of math outcomes

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan, masyarakat, bangsa, dan negara yang tercermin dalam tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurut Hamalik (2010:1) “Pendidikan merupakan usaha integral dalam pembangunan”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Hal ini berarti pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas memperoleh pengetahuan serta dapat mengembangkan kemampuan baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendidikan menjadi pilar utama dalam mewujudkan perubahan manusia kearah yang positif dan menuju pencapaian potensi kemanusiaan tertinggi.

Hal tersebut berarti bahwa pendidikan harus menjadi skala prioritas yang utama manusia agar manusia mempunyai arah dan tujuan yang jelas mengenai apa yang akan dikerjakan dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dengan cara perbaikan pembelajaran. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang pembelajaran di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satunya dalam pendidikan matematika.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa di sekolah pada jenjang pendidikan dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta berkemampuan bekerjasama (BNSP, 2011:9). Kenyataan yang ada secara umum

siswa masih memiliki persepsi yang negatif terhadap pelajaran matematika. Sebagian siswa menganggapnya sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan. Dari pandangan yang kurang baik itu akan menimbulkan perasaan takut tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Dengan demikian diperlukan pembelajaran yang bisa memberikan ruang bagi siswa untuk berdiskusi, berinteraksi dengan temannya sehingga bisa mengurangi rasa takut yang dihadapi siswa. Selanjutnya Muhsetyo (2007:1.2) mengemukakan bahwa matematika sebagai pengetahuan dalam berfikir abstrak, konsisten hierarkis dan logis yang merupakan ciri pelajaran matematika”.

Pendekatan pemecahan masalah perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika yakni keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menafsirkan solusinya untuk mengefektifkan pembelajaran dalam menguasai konsep matematika (BNSP, 2011:9). Pendekatan pemecahan masalah ini yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi zaman yang semakin berkembang. Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran matematika yaitu: Pelajaran yang kurang diminati oleh siswa berkaitan dengan guru dalam menyampaikan materi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam memahami atau menyerap materi yang diberikan. Tugas utama guru adalah menciptakan suasana didalam pembelajaran agar terjadi interaksi belajar-mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih baik dan sungguh-sungguh. Namun kenyataannya, kebanyakan siswa di sekolah dasar belum mampu berpikir secara abstrak dalam menerima pelajaran khususnya konsep yang bersifat abstrak mereka sulit untuk memahami konsep yang diberikan.

Hal ini sejalan dengan teori Bruner bahwa siswa dalam belajar konsep matematika melalui tiga tahap yaitu tahap

(3)

enactive, ekonik, dan simbolik (Muhsetyo,

2007:1.2). Tahap enactive yaitu tahap belajar dengan manipulasi benda atau obyek kongkret, tahap ekonik yaitu tahap belajar dengan menggunakan gambar, dan tahap simbolik yaitu tahap belajar matematika melalui manipulasi lambang atau simbul sedangkan menurut “teori Piaget taraf berpikir anak sekolah dasar masih dalam periode operasional kongkret artinya untuk memahami suatu konsep siswa masih harus diberikan kegiatan yang berhubungan dengan benda nyata atau kejadian nyata yang dapat diterima dan masuk akal, sehingga dalam pembelajaran perlu didukung dengan penggunaan media yang dapat memvisualisasikan konsep yang bersifat abstrak”(Aisyah,2003:2-3). Namun, penggunaan media di sekolah belum terealisasikan secara optimal, dalam arti tidak semua guru matematika menggunakan media dalam mengajar sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan. Ini disebabkan bukan lantaran siswa tidak mampu dalam belajar, melainkan pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher center).

Terkait dengan masalah hasil belajar, terdapat beberapa faktor penentu seperti, raw input, instrumental input,

proses, dan enviromental input (Arikunto,

2010:4). Keempat faktor tersebut merupakan faktor penentu yang berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran untuk dapat mencapai hasil belajar yang maksimal guna meningkatkan kualitas pendidikan. Namun yang masih sering terjadi dalam dunia pendidikan adalah pembelajaran masih dilakukan secara klasikal atau kelompok besar dan pembelajaran ini dilakukan tanpa memperhatikan karakteristik siswa. Peranan guru sangat penting dalam pembelajaran yaitu guru memiliki kekuasaan penuh untuk mengatur dan menentukan proses pembelajaran sehingga menyebabkan siswa kurang mengembangkan kemampuan berpikirnya. Peningkatan kualitas pendidikan sangat tergantung dari berberbagai faktor pendidikan yang memiliki pengaruh antara satu dengan yang lainnya dalam menciptakan suatu pembelajaran yang efektif. Salah satu faktor yang

mempengaruhi efektivitas pembelajaran adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan suatu pembelajaran. Salah satunya adalah model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif. Menurut Suyatno (2009:51) “ pembelajaran kooperatif adalah motode belajar yang menekankan belajar dalam kelompok heterogen saling membantu satu sama lain, bekerja sama menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual”.

Keunggulan pembelajaran Kooperatif antara lain (1) Aktivitas belajar siswa dalam kelas menjadi optimal, (2) Melatih siswa berbicara dan mengajukan pendapat di depan umum dan kelompok,(3) Terciptanya interaksi antar siswa, dan antar siswa dengan guru, (4) Proses belajar yang diperoleh dalam kelompok mudah diingat kembali karena merupakan hasil berpikir dan bekerja sama, (5) Hasil belajar lebih bermakna karena siswa belajar memecahkan masalah persoalannya melalui diskusi dalam kelompok, (6) Memotivasi siswa yang cemas untuk belajar secara aktif, (7) Membantu siswa yang lemah atau kurang menguasai pelajaran oleh siswa yang pandai” (Taniredja, 2012:59).

Mencermati berbagai permasalahan dan realita belajar sebagaimana diuraikan di atas, model pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan media kartu bilangan tampaknya dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Model pembelajaran TAI adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menetapkan siswa dalam kelompok belajar, siswanya yang memiliki kemampuan heterogen atau beda tingkat kecepatannya menerima pelajaran dan memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Asma (2006:56) menyatakan bahwa “model pembelajaran TAI setiap siswa bekerja sesuai dengan unit-unit yang diprogramkan secara individu yang dipilih sesuai dengan level kemampuannya”. Selain itu ada beberapa alasan perlunya menggunakan model pembelajaran TAI untuk dikembangkan sebagai variasi model

(4)

pembelajaran, agar pemahaman konsep dapat tercapai. Alasan tersebut diantaranya, dapat meningkatkan partisipasi siswa, terutama pada kelompok kecil, karena siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah.Dengan demikian siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi (Suyitno, 2002:9). Selain itu merupakan model pembelajaran yang menarik, karena menerapkan gabungan dari dua hal yaitu belajar dengan kemampuan masing-masing individu dan belajar kelompok. Asma (2006:56) mengemukakan bahwa “pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat mengakomodasikan karakteristik siswa sebagai mahluk individu dan mahluk sosial”.

Lebih lanjut model pembelajaran TAI memiliki 8 (delapan) komponen yaitu: (1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa, (2) Plecement test, yakni pemberian test awal (penempatan) kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu, (3) Studentcreative,

melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu di tentukan atau dipengaruhi keberhasilan kelompoknya (4)

Team study, yaitu tahapan tindakan belajar

yang harus di laksanakan oleh kelompok, dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya, (5) Team score and

team recognition, yaitu pemberian skor

terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang dipandang berhasil dalam menyelesaikan tugas, (6) Teaching group, yakni pemberian meteri secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok, (7) Facts test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang di peroleh siswa, (8) Whole and class units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah. Selain memiliki sintaks yang jelas, model pembelajaran TAI juga memiliki keunggulan yakni: (1)

Meningkatkan hasil belajar; (2)Meningkatkan motivasi belajar; (3) Mengurangi perilaku yang mengganggu dan konflik antar pribadi; (4) Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah; (5) Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok; (6) Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya; (7) Adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah; (8) Menghemat presentasi guru sehingga waktu pembelajaran lebih efaktif; (9) Membantu siswa yang lemah/ siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi belajar; (10) Model pembelajaran TAI membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dan mengurangi anggapan banyak peserta didik bahwa matematika itu sulit; (11) Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI peserta didik mendapatkan penghargaan atas usaha mereka; (12) Melatih peserta didik untuk bekerja secara kelompok; (13) melatih keharmonisan dalam hidup bersama atas dasar saling menghargai.

Pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam pelajaran matematika, seorang guru mata pelajaran matematika dapat menempuh tahapan sebagai berikut yakni diikuti dengan pemberian bantuan dalam proses belajar kelompok secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Setelah diimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam pembelajaran serta materi yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh siswa, siswa juga merasa senang dan antusias selama proses pembelajaran sehingga dapat menyelesaikan masalah yang diberikan.

Terjadinya interaksi dalam kelompok dapat melatih siswa menerima anggota kelompok lain yang berkemampuan dan berlatar belakang berbeda. Siswa bertanggung jawab memberi penjelasan kepada temannya sebagai anggota kelompok belajar. Kerjasama antar anggota dalam kelompok akan tercipta, karena siswa merasa bahwa keberhasilan kelompok ditentukan oleh masing-masing anggota untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Setelah tumbuh motivasi untuk belajar yang disebabkan oleh pengaruh kerja kelompok maka kemampuan belajar

(5)

berkembang dan hasil belajar akan menjadi lebih baik. Selain model pembelajaran, salah satu yang mempengaruhi minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika yaitu penggunaan media pembelajaran. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2009:6).

Salah satu media yang digunakan dalam pembelajaran operasi hitung matematika adalah media kartu bilangan yang menjadi sumber belajar yang dapat membantu guru dalam memperkaya wawasan dalam pemahaman konsep matematika yang menjadi sumber pengetahuan bagi siswa.

Media kartu bilangan ini merupakan media tiga dimensi berupa gambar dan simbol bilangan (angka) yang terbuat dari kertas atau sejenisnya. Aisyah,dkk (2007: 2.26) mengemukakan bahwa “kartu bilangan merupakan media permainan yang terbuat dari kertas berbentuk persegi dengan ukuran 10 cm x 10 cm dengan tulisan bilangan menggunakan warna mencolok”. Dalam pembelajaran matematika, salah satu media yang di gunakan dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan ketrampilan salah satunya adalah penggunaan kartu bilangan. Pemakaian kartu bilangan merupakan variasi pengajaran dengan tujuan mengaktifkan siswa dalam belajar. Pada pemakaian Kartu bilangan harus terpadu dengan dengan bagian-bagian lain dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini media bukan hanya berfungsi sebagai alat bantu tetapi sebagai penyalur pesan kepada penerima pesan (siswa) sehingga pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan khususnya dalam mata pelajaran operasi hitung matematika. Menurut Suherman (2003:7) manfaat mengunakan media dalam pembelajaran matematika yaitu: (1) Proses belajar mengajar termotivasi. Siswa akan senang, terangsang, tertarik dan karena itu akan bersikap positif terhadap pengajaran matematika,(2) Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret dan karena

itu dapat dipahami dan dimengerti,(3) Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat dipahami, (4) Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret.

Berdasarkan uraian di atas dapat dirangkum bahwa model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan adalah suatu model pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok belajar kecil yang heterogen terdiri dari 4 sampai 5 siswa. Setiap kelompoknya memberi kesempatan bagi siswa bekerja secara kelompok diikuti dengan pemberian bantuan dalam proses belajar secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Disertai dengan penggunaan media kartu bilangan sebagai media pembelajaran untuk memvisualisasikan konsep dalam pembelajaran operasi hitung matematika.

Depdiknas (2011:2) konsep-konsep operasi hitung dasar adalah konsep yang mendasari operasi hitung dasar yang meliputi (1) penjumlahan (penambahan) yaitu operasi penjumlahan adalah dasar dari operasi hitung pada sistem bilangan. Operasi penjumlahan selalu kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pembicaraan sehari-hari kita menggunakan “penjumlahan” untuk banyak tindakan yang berbeda, penjumlahan yang cukup sederhana bisa digunakan baik untuk situasi yang memerlukan aksi (penggabungan dan pemisahan) dan situasi statis yang tidak memerlukan adanya aksi,(2) pengurangan adalah lawan (invers) dari operasi tambah, (3) perkalian adalah penjumlahan berulang dan (4) Pembagian adalah pengambilan berulang sampai habis. Belajar konsep merupakan unsur penting dalam belajar di sekolah, khususnya dalam matematika. Hasil belajar operasi hitung matematika ialah produk yang mencerminkan penguasaan siswa secara kuantitatif maupun kualitatif terhadap tujuan pengajaran matematika tertentu yang pada hakekatnya hasil belajar operasi hitung matematika dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh siswa dan kualitas dalam pembelajaran operasi hitung matematika.

(6)

Berdasarkan uraian di atas adapun tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar operasi hitung pada mata pelajaran matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus 8 Mengwi tahun ajaran 2013/2014.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus 8 Mengwi Badung pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen karena tidak semua variabel dan kondisi eksperimen dapat diatur secara ketat, penelitian ini dikategorikan eksperimen semu. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group

Desain. Pre-test dilakukan untuk menyetarakan kelompok dengan menganalisis nilai ulangan umum matematika semester genap sebelumnya yang dibandingkan hanya skor post test.

Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan dan variabel terikat yaitu hasil belajar operasi hitung matematika. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus 8 Mengwi tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 248 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

random sampling. Sampling adalah cara

melakukan pengambilan contoh dari populasi yang diketahui, baik dairi cara penentuan jumlah sampel dengan harapan agar sampel yang digunakan dapat mewakili populasinya. Untuk mendapatkan sampel dilakukan random pada populasi sehingga diperoleh sampel yaitu kelas V SD N 1 Mengwi dan kelas V SD N 2 Werdi Buwana. Selanjutnya untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan random dengan teknik undian. Didapatkan kelas V SD N 1 Mengwi yang berjumlah 47 orang siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD N 2 Werdi Buwana yang berjumlah 45 orang siswa

sebagai kelompok kontrol. Untuk mengetahui sampel benar-benar setara dilakukan analisis hasil pre test dari hasil analisis nilai ulangan umum matematika semester genap dengan menggunakan rumus polled varians. Diperoleh

564 , 0 

hitung

t dan ttabel pada taraf signifikan

5% dengan derajat kebebasan db=(n1+n2

-2) = 2,000 sehingga thitungt(1)

berarti kedua kelompok setara.

Metode pengumpulan data menggunakan metode tes. Sudjana (2011:35) mendefinisikan tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa dalam bentuk lisan, dalam bentuk tulisan (tes tulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Metode tes dilakukan dengan membagikan sejumlah tes untuk mengukur hasil belajar operasi hitung pada mata pelajaran matematika. Pemberian post test merupakan teknik pengumpulan data tentang hasil belajar operasi hitung yang digunakan untuk menilai hasil belajar operasi hitung matematika terbatas hanya kemampuan dalam ranah kognitif siswa. Instrumen yang digunakan adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa dengan satu jawaban benar. Data tentang nilai akhir hasil belajar operasi hitung matematika merupakan nilai post test. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, tes yang telah disusun diujicobakan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai kelayakan tes tersebut dipergunakan sebagai instrumen penelitian yaitu:(1)Uji Validitas (diperoleh 30 soal valid dari 40 soal yang diujicobakan yang digunakan dalam

post-test), (2)Uji Reliabilitas (r11= 0,849) ini

berarti soal tes tergolong reliabel (0,849>0,70),(3) Uji Daya Beda diperoleh 1 butir soal dengan kriteria sangat baik, 18 butir soal dengan kriteria baik,dan 11 butir soal dengan kriteria cukup baik,(4) Uji Tingkat kesukaran diperoleh 6 butir soal dalam kriteria sukar, 20 butir soal dengan kriteria sedang dan 4 butir soal dengan kriteria mudah. Untuk uji prasyarat analisis menggunakan uji

(7)

normalitas sebaran data dengan uji

Chi-Kuadrat, uji homogenitas varians menggunakan uji F, dan uji hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus polled

varians.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis data diperoleh rata-rata nilai hasil belajar operasi hitung matematika dari nilai kognitif yaitu nilai

post test untuk kelompok eksperimen

yang mengikuti model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan adalah 71,23 dengan varian 21,67 dan standar deviasi 4,66 sedangkan rata-rata nilai nilai post test untuk kelompok kontrol yang mengikuti model pembelajaran konvensional adalah 67,27 dengan varian sebesar 21,44, dan standar deviasi 4,63.

Skor hasil belajar operasi hitung matematika yang mengikuti model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan siswa kelas V SD N 1 Mengwi menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa 80 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai siswa adalah 100, sedangkan skor terendah yang dicapai adalah 60 dari skor yang mungkin dicapai 0, rentangan sebesar 20, rata-rata sebesar 71,23, modus sebesar 70 dan median sebesar 70.

Hasil perhitungan di atas, menunjukkan bahwa pengelompokkan distribusi frekuensi untuk hasil belajar operasi hitung siswa kelas V SD N 1 Mengwi dengan menggunakan model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan yang mendapat nilai di sekitar rata-rata sebanyak 14 orang dengan prosentase 30%, di bawah rata-rata sebanyak 10 orang dengan prosentase sebesar 22%, dan di atas rata-rata sebanyak 23 orang dengan prosentase 49%.

Selanjutnya Skor hasil belajar operasi hitung matematika yang mengikuti model pembelajaran konvensional siswa kelas V SD N 2 Werdi Buwana menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa 77 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai siswa adalah 100, sedangkan skor terendah yang dicapai adalah 57 dari skor yang mungkin dicapai

0, rentangan sebesar 20, rata-rata sebesar67,27, modus sebesar 67 dan median sebesar 67.

Hasil perhitungan di atas, menunjukkan bahwa pengelompokkan distribusi frekuensi untuk hasil belajar operasi hitung matematika siswa kelas V SD N 2 Werdi Buwana dengan menggunakan pembelajaran konvensional yang mendapat nilai disekitar rata-rata 13 orang dengan prosentase sebanyak 29%, di bawah rata-rata sebanyak 13 orang dengan prosentase 28 %, dan di atas rata-rata sebanyak 9 orang dengan prosentase 42%.

Ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan memiliki rata – rata nilai hasil belajar operasi hitung pada mata pelajaran matematika yang lebih daripada kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional. Sebelum me-lakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.

Uji normalitas data dilakukan pada dua kelompok data, meliputi data kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan dan data kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui sebaran data nilai akhir operasi hitung pada mata pelajaran matematika yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji normalitas sebaran data dilakukan dengan menggunakan Chi-Kuadrat (

2) pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan db = k-1.

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas kelompok eksperimen untuk χ2 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh (α = 0,95) dan derajat kebebasan (db) = 5 diperoleh χ 2tabel = χ 2 (0,95,5) = 11,07,

sedangkan χ 2hitung = 3,91 karena χ 2tabel >

χ 2

hitung , ini berarti sebaran data nilai akhir hasil belajar operasi hitung matematika kelompok eksperimen yang mengikuti model pembelajaran TAI

(8)

berbantuan media kartu bilangan berdistribusi normal.

Sedangkan hasil perhitungan uji normalitas kelompok kontrol untuk χ 2 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh (α = 0,95) dan derajat kebebasan (db) = 5 diperoleh χ 2tabel = χ 2 (0,95,5) = 11,07,

sedangkan χ 2hitung = 3,23 karena χ 2tabel >

χ 2

hitung , ini berarti sebaran data nilai akhir hasil belajar operasi hitung matematika yang mengikuti pembelajaran konvensional berdistribusi

normal.

Uji homogenitas varian dilakukan berdasarkan data hasil belajar operasi hitung matematika yang meliputi data kelompok eksperimen yang mengikuti model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan dan kelompok kontrol yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Jumlah kelompok eksperimen adalah 47 orang siswa dan jumlah kelompok kontrol adalah 45 orang siswa. Uji homogenitas varian menggunakan uji F. Kriteria pengujian jika Fhitung < Ftabel maka sampel homogen.

Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1-1

(47-1=46) dan derajat kebebasan untuk penyebut n2-1 (45-1=44) adalah 1,66 dan

hasil analisis Fhitung=1,01, karena Fhitung <

Ftabel, maka data nilai akhir kelompok

eksperimen dan data nilai akhir kelompok kontrol adalah homogen.

Hipotesis penelitian yang diuji adalah tidak terdapat perbedaan hasil belajar operasi hitung matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan dengan siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan pembelajaran konvensional. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda mean (uji t). Dengan kriteria pengujian adalah H0 ditolak

jikathitungt(1),dimana t(1)didapat dari

tabel distribusi t pada taraf signifikan (

) 5% dengan derajat kebebasan dk = (n1+n2

-2). Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t. Hasil uji hipotesis dapat dibaca pada Tabel 1.

Tabel 1. Uji Hipotesis

Kelompok Varian N Dk thit ttabel Simpulan

Kelompok Eksperimen 21,67 47

90 4,082 2,000 Ha diterima

Kelompk Kontrol 21,44 45

Berdasarkan Tabel 1, nilai ttabel

pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (47+45-2=90) diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 2,000 dan hasil analisis data diperoleh thitung

sebesar 4,082. Berarti thitung>ttabel maka

hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima.

Pembahasan hasil penelitian dan pengujian hipotesis terkait dengan nilai akhir hasil belajar operasi hitung pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi operasi hitung bilangan bulat yang mengikuti model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan maupun yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 4,082. Dengan

menggunakan taraf signifikansi 5% dan dk=90 diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 2,000. Berarti thitung 4,082 > ttabel

2,000 maka hipotesis nol yang diajukan berbunyi tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar operasi hitung pada mata pelajaran matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus 8 Mengwi tahun ajaran 2013/2014 ditolak dan menerima hipotesis alternatif yang berbunyi terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar operasi hitung pada mata pelajaran matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan

(9)

dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus 8 Mengwi tahun ajaran 2013/2014.

Jadi dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar operasi hitung pada mata pelajaran matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus 8 Mengwi tahun ajaran 2013/2014. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat mengakomodasikan karakteristik siswa sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sesuai dengan sintaks pembelajarannya diawali dengan pembelajaran individual dan dilanjutkan dengan belajar berkelompok, dan diakhiri penilaian secara individu. Selain itu, pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok belajar kecil yang heterogen terdiri dari 4 sampai 5 siswa dalam setiap kelompoknya dan adanya bantuan dalam proses belajar kelompok secara individu bagi siswa yang memerlukannya serta materi yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh siswa, siswa juga merasa senang dan antusias selama proses pembelajaraan sehingga dapat menyelesaikan masalah yang diberikan.

Terjadinya interaksi dalam kelompok dapat melatih siswa menerima anggota kelompok lain yang berkemampuan dan berlatar belakang berbeda. Siswa bertanggung jawab memberi penjelasan kepada temannya sebagai anggota kelompok belajar. Kerjasama antar anggota dalam kelompok akan tercipta, karena siswa merasa bahwa keberhasilan kelompok ditentukan oleh masing-masing anggota untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Tumbuhnya motivasi untuk belajar yang disebabkan oleh pengaruh kerja kelompok mengakibatkan kemampuan belajar berkembang dan hasil belajar menjadi lebih baik. Selain model pembelajaran, salah satu yang mempengaruhi minat belajar siswa dalam pembelajaran operasi hitung matematika yaitu penggunaan media pembelajaran kartu bilangan yang juga merupakan salah satu sumber belajar yang dapat membantu

dalam memperkaya wawasan dalam pemahaman konsep matematika khususnya dalam pembelajaran operasi hitung bilangan bulat. Dengan adanya media kartu bilangan ini pemahaman konsep matematika lebih mudah, di samping itu pembelajaran operasi hitung matematika lebih menarik karena disertai dengan permainan kartu sehingga pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan.

Berbeda dengan pembelajaran operasi hitung matematika yang menggunakan pembelajaran konvensional, selama pembelajaran siswa terlihat pasif. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centre) yang lebih banyak memberikan ceramah daripada kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran konvensional mengakibatkan siswa sangat tergantung pada guru, hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa kurang optimal. Sehingga siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru dan proses pembelajaran cenderung membosankan.

Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar operasi hitung pada mata pelajaran matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus 8 Mengwi tahun ajaran 2013/2014.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sulendri (2012:75) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran TAI dapat meningkat keaktifan dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 4 Mekar Bhuana Badung, sehingga hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya.

PENUTUP

Dari hasil perhitungan rata-rata kelompok eksperimen sebesar 71,23 dan kelompok kontrol di peroleh rata-rata sebesar 67,27. Dari perhitungan uji-t diperoleh thitung sebesar 4,082 dan ttabel pada

taraf signifikan 5% dengan dk= 90 sebesar 2,000. Kedua nilai tersebut dibandingkan maka diperoleh thitung > ttabel (4,082 > 2,000).

(10)

Dari perbandingan ini maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar operasi hitung pada mata pelajaran matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus 8 Mengwi tahun ajaran 2013/2014.

. Hal tersebut menyatakan bahwa terdapat pengaruh model TAI berbantuan media kartu bilangan terhadap hasil belajar operasi hitung dalam mata pelajaran matematika siswa kelas V SD gugus 8 Mengwi Tahun ajaran 2013/2014.

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut.

Bagi Guru, dilakukan penelitian ini, pendidik disarankan mengimplementasikan model pembelajaran yang kooperatif salah satunya model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan dalam pembelajaran operasi hitung matematika di kelas agar tercipta pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan sehingga hasil belajar menjadi optimal .

Bagi Siswa, dengan diterapkannya model pembelajaran TAI berbantuan media kartu bilangan, diharapkan siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran serta mampu membangun pengetahuannya sendiri untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

Bagi Sekolah, diiharapkan dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan, untuk dapat menciptakan kondisi yang lebih kondusif dalam menyediakan sarana dan prasarana serta mampu mendorong para guru untuk mencoba menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah khususnya pada mata pelajaran matematika di sekolah dasar.

Bagi Peneliti, diharapkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan model yang sama tetapi dengan subjek yang berbeda dalam pembelajaran matematika, sehingga siswa dapat belajar lebih aktif dan menyenangkan.

DAFTAR RUJUKAN

Aisyah, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka

Cipta

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran

Kooperatif. Jakarta: Depdiknas

BNSP.2011. Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Depdiknas. 2011. Pedoman Pembelajaran

Matematika Sekolah Dasar.

Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional

Hamalik,Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Muhsetyo,dkk. 2007. Pembelajaran

Matematika SD. Jakarta:

Universitas Terbuka

Sadiman, Arief S, dkk. 2009. Media

Pendidikan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Suherman, E. 2003. Strategi Pengajaran

Matematika Kontemporer.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Sulendri, Ni Wayan. 2012. Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ( Team Assisted

Individualization) untuk

Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN 4 Mekar Bhuana Badung. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Singaraja: Undiksha Singaraja

(11)

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran

Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka

Suyitno Amin. (2002). Mengadopsi Model

Pembelajaran TAI (Team Assisted

Individualization) dalam

Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika. Semarang : Seminar

Nasional.

Taniredja, dkk. 2012. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung:

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa alokasi anggaran PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Tobelo telah sesuai atau tepat pemanfaatannya, bahwa masyarakat

Indeks nilai penting dan SDR lima jenis dominan vegetasi dasar yang ditemukan di bawah tegakan Jati Emas dan Jati Putih di kampus Universitas

Penulis memanjatkan rasa syukur yang tak terhingga kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

SELEKSI KOMPETENSI DASAR LOKASI TES PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR REGIONAL VI BKN MEDAN. PENGADAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

Peneliti hanya membatasi masalah yang menurut peneliti cukup menarik untuk diteliti yaitu masalah kualitas pelayanan dalam hubungan dengan kepuasan pelanggan dalam

Namun sebagai gambaran ditentukan bahwa amplitudo crest voltage dapat mencapai jutaan volt, namun memiliki waktu rambat yang sangat singkat (dalam skala mikro detik). Tail adalah

[r]

Metode evaluasi yang digunakan adalah sistem gugur yaitu evaluasi penilaian penawaran dengan cara memeriksa dan membandingkan dokumen penawaran terhadap pemenuhan persyaratan yang