• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE BERBASIS OPEN-ENDED PROBLEM DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Trimurjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE BERBASIS OPEN-ENDED PROBLEM DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Trimurjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE BERBASIS OPEN-ENDED PROBLEM DITINJAU DARI KEMAMPUAN

BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Trimurjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh LIZA ISTIANAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif TPS berbasis Open-Ended Problem ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Desain yang digunakan adalah pretest posttest control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Trimurjo Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam delapan kelas, dengan sampel siswa kelas VIIID dan VIIIE yang diambil dengan teknik

purposive random sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran tipe TPS dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Dengan demikian pembelajaran kooperatif TPS berbasis Open-Ended Problem efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro, Lampung pada tanggal 14 Juli 1992. Penulis merupakan anak bungsu dari empat bersaudara pasangan Bapak Tuhri dan Ibu Murtiah.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK PKK I Yosodadi pada tahun 1998, pendidikan dasar di SD Negeri 4 Metro Timur pada tahun 2004, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 4 Metro pada tahun 2007, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 3 Metro pada tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan mengambil Program Studi Pendidikan Matematika.

(7)

MOTO

Berusaha mensyukuri apa yang telah didapat tetapi tetap

berusaha melakukan yang terbaik agar memperoleh sesuatu

yang lebih baik.

(8)

Persembahan

Bismillahirahmanirohim....

Segala Puji dan syukur Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna. Sholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Baginda

Rasululloh Muhammad SAW

Dengan kerendahan hati dan rasa sayang, kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku kepada:

Bapakku tercinta (Tuhri) dan Ibuku tercinta (Murtiah), yang telah membesarkanku dengan penuh Kasih Sayang, Cinta, Pengorbanan, Semangat,

dan Doa. Terimakasih atas setiap tetes keringat dan doa yang Bapak dan Ibu lantunkan untuk kebahagiaan dan kesuksesan putrimu ini, sungguh semua yang

Bapak dan Ibu berikan tak mungkin terbalaskan.

Kakak-kakakku

(Nani Murwati, Saiful Ma’ruf, dan Sri Chuniroh)

serta seluruh keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doanya padaku.

Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran

Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku.

(9)

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil „Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share

Berbasis Open-Ended Problem Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Trimurjo T.P. 2013/2014)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(10)

iii

Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, kritik, dan saran kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, kritik, dan saran kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. 6. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku pembahas yang telah

masukan dan saran-saran kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 8. Bapak (Tuhri) dan Ibu (Murtiah) tercinta, atas perhatian dan kasih sayang

yang telah diberikan selama ini yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik.

9. Kakak-kakakku (Nani Murwati, Saiful Ma‟ruf, dan Sri Chuniroh), serta keluarga besarku yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku.

(11)

iv

11.Bapak Ign. Suyono, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam penelitian.

12.Siswa/siswi kelas VIII SMP Negeri 2 Trimurjo Tahun Pelajaran 2013/2014, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

13.Agung Odi Prasojo yang senantiasa memberiku semangat dan motivasi. Terimakasih atas kesabaran, nasehat dan pengalaman yang diberi.

14.Sahabat yang sangat kusayangi, Ira Selfiana, Woro Ningtyas, Mella triana, Wahyu Sukesi, Noviana Laksmi, Resti Rahma Sari, yang selama ini memberiku semangat dan doa serta selalu menemani saat suka dan duka. Semoga persahabatan dan kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang indah sampai kapanpun.

15.Sahabat Pondok Ratu yang kusayangi, Ades Putri Pertiwi, Mira Olivia Hr., Siti Rohana, Anggun Novita Sari, Agita Viola Putri, Fajria Faizah, Fitrivani Amalia Rahardi yang selama ini telah memberiku semangat dan telah menjadi keluarga selama di Pondok Ratu tercinta.

16.Sahabat-sahabat KKN di Desa Bumi Hantatai dan PPL di SMP Negeri 2 Bandar Negeri Suoh, (Gadis Pratiwi, Garsinia Dw., Arum Mawarni, Meitri Astutu, Tanjung Asmara, Muhammad Efendi, Fahmi Iskandar, Kak Budi Nurcahyo. Kak Rio Sanjaya, Nur Hadi, Badri Rahmatulloh) atas kebersamaan dan kekeluargaan yang penuh makna dan kenangan yang tak terlupakan. 17.Teman-teman skripsiku tersayang: Elfira Puspita W., Engla Oktavia Aidi,

(12)

v

Matematika: Febby, Sovian, Iisy, Gesca, Clara, Agustin, Selvi, Perdan, Desi, Zuma, Ardiyanti, Imam, Nando, Cahya, Ayu, Syafril, Silo atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah.

19.Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 Kelas A, kakak-kakakku angkatan 2009, 2008, dan 2007 serta adik-adikku angkatan 2011, 2012, dan 2013 terima kasih atas kebersamaannya.

20.Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.

21.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Agustus 2014

Penulis

(13)

vi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 9

A.Tinjauan Pustaka ... ... 9

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 9

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ... 13

3. Open-Ended Problem dalam Pembelajaran Matematika ... 18

4. Efektivitas Pembelajaran ... 21

B. Kerangka Pikir... ... 22

C.Anggapan Dasar ... 26

D.Hipotesis Penelitian... 26

III. METODE PENELITIAN ... 28

(14)

vii

B. Jenis Penelitian ... 29

C. Desain Penelitian ... 29

D. Data Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Instrumen Penelitian. ... 30

G. Prosedur Penelitian ... 37

E. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan ... 52

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(15)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ujian Mid Semester Ganjil T.P 2013/2014 ... 28

Tabel 3.2 The Pretest-Postest Control Group Desain... 29

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif ... 31

Tabel 3.4 Interprestasi Koefisien Reliabilitas ... 33

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat kesukaran ... 34

Tabel 3.6 Interprestasi Nilai Daya Pembeda ... 35

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ... 36

Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Direvisi ... 36

Tabel 3.9 Uji Normalitas Data Penelitian ... 40

Tabel 3.10 Uji Homogenitas Data Penelitian ... 42

Tabel 4.1 Data Skor Kemampuan BKM Awal Siswa ... 46

Tabel 4.2 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Kemampuan BKM Awal Siswa ... 49

Tabel 4.3 Pencapaian Awal Indikator BKM ... 48

Tabel 4.4 Data Skor Akhir Kemampuan BKM Siswa ... 49

Tabel 4.5 Pencapaian Akhir Indikator BKM... 50

Tabel 4.6 Data Skor Gain Kemampuan BKM Siswa ... 51

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) TPS ... 67

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional .... 87

Lampiran A.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 107

Lampiran B.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes ... 151

Lampiran B.2 Tes Kemampuan BKM ... 153

Lampiran B.3 Pedoman Pemberian Skor dan Kunci Jawaban Tes Kemampuan BKM ... 155

Lampiran B.4 Kunci Jawanan Soal Pretest dan Posttest ... 156

Lampiran B.5 Form Validasi Instrumen ... 162

Lampiran C.1 Perhitungan Reliabilitas Tes Hasil Uji Coba ... 164

Lampiran C.2 Analisis Daya Pembeda ... 165

Lampiran C.3 Taraf Kesukaran ... 166

Lampiran C.4 Perhitungan Reliabilitas Tes Hasil Uji Coba Setelah Revisi ... 167

Lampiran C.5 Perhitungan Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Setelah Revisi ... 168

Lampiran C.6 Data Perhitungan Gain Kemampuan BKM kelas Eksperimen ... 169

(17)

x

Lampiran C.8 Presentase indikator Kemampuan Awal BKM kelas

Eksperimen ... 171

Lampiran C.9 Presentase indikator Kemampuan Awal BKM kelas Kontrol ... 173

Lampiran C.10 Presentase indikator Kemampuan Akhir BKM kelas Eksperimen ... 175

Lampiran C.11 Presentase indikator Kemampuan Akhir BKM kelas Kontrol ... 177

Lampiran C.12 Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Kelas Eksperimen ... 179

Lampiran C.13 Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Kelas Kontrol ... 182

Lampiran C.14 Uji Normalitas Gain Kelas Eksperimen ... 185

Lampiran C.15 Uji Normalitas Gain Kelas Kontrol ... 188

Lampiran C.16 Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal Kelas Eksperimen dan kelas kontrol ... 191

Lampiran C.17 Uji Homogenitas Data Gain Kelas Eksperimen dan kelas kontrol ... 192

Lampiran C.18 Uji Hipotesis Penelitian Data Kemampuan Awal BKM Siswa ... 193

Lampiran C.19 Uji Hipotesis Penelitian Data Gain BKM Siswa ... 196

Lampiran C.20 Uji Normalitas Data Postest Kelas Eksperimen ... 199

Lampiran C.21 Uji Normalitas Data Postest Kelas Kontrol ... 202

Lampiran D.1 Surat Izin Penelitian ... 206

Lampiran D.2 Surat Keterangan Penelitian ... 207

Lampiran D.3 Daftar Hadir Seminar Proposal ... 208

Lampiran D.4 Daftar Hadir Seminar Hasil ... 210

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh semua manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan pendidikan. Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses atau usaha dalam mewujudkan suasana pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembang-kan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan seperti keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Usaha dalam mengembangkan potensi tersebut dilakukan agar setiap siswa dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk meningkatkan kesejahteraannya.

(19)

2 dapat seimbang. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan salah satunya dengan melakukan perubahan atau pengembangan dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan timbal balik antara guru dan siswa agar terjadi komunikasi dua arah. Menurut Fontana dalam Suherman (2003:7), belajar adalah proses perubahan individu yang relatif tetap sebagai hasil pengamatan, sedangkan pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh karena itu proses pembelajaran merupakan hal yang penting dalam pendidikan.

Salah satu pembelajaran yang penting dalam setiap jenjang pentidikan adalah pembelajaran matematika yang merupakan suatu cabang ilmu yang menjadi dasar dari cabang ilmu-ilmu lainnya. Dalam PP RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar Isi, disebutkan bahwa untuk tiap jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi wajib memuat mata pelajaran atau mata kuliah matematika. Matematika memiliki peran yang penting dalam proses pengembangan nalar dan kreativitas siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis. Namun di Indonesia, prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika sangat rendah. Bahkan mata pelajaran matematika menjadi sebuah ketakutan tersendiri bagi sebagian besar siswa di Indonesia. Dengan demikian kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika menjadi rendah.

Rendahnya kemampuan matematika siswa Indonesia tercermin dari hasil survei

(20)

menunjukkan bahwa rata-rata skor 5000-an siswa indonesia adalah 386. Skor ini masih jauh dari skor rata-rata Internasional yaitu 500. Laporan tersebut menyatakan pembelajaran matematika di Indonesia lebih banyak pada penguasaan keterampilan dasar (basic skill), pembelajaran masih berkonsentrasi pada hal-hal prosedural dan mekanik, pembelajaran berpusat pada guru, konsep matematika sering disampaikan secara informatif, dan siswa dilatih menyelesaikan banyak soal tanpa pemahaman yang mendalam. Dengan demikian siswa cenderung kurang aktif dalam proses pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran yang selalu berpusat pada guru tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya. Siswa cenderung mengikuti cara yang diberikan oleh gurunya di sekolah tanpa mengetahui dengan pasti maksud dan tujuan dari pembelajaran saat ini. Dengan demikian dalam pembelajaran siswa menjadi pasif. Banyaknya siswa yang pasif dalam pembelajaran matematika mengakibatkan kemampuan berpikir kreatif matematis mereka tidak berkembang. Di pihak lain dalam tujuan pembelajaran tercermin bahwa siswa dituntut dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam menyelesaikan berbagai masalah pada saat maupun setelah proses pembelajaran tersebut terjadi. Oleh karena itu, pengembangan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa merupakan salah satu fokus dalam pembelajaran matematika.

(21)

4 siswa dituntut dapat mengaitkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa tidak hanya mendapatkan materi saja atau sekedar latihan soal, namun siswa diharapkan dapat mengkonstruksi dan memahami konsep pembelaran matematika dengan baik. Dengan demikian kemampuan berpikir kreatif siswa dapat terbangun.

Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat dibangun dengan beberapa cara, salah satunya dengan memberikan soal terbuka (open-ended problem). Pemberian soal terbuka pada siswa menekankan bagaimana cara siswa agar sampai pada suatu jawaban. Pemberian soal ini bukanlah suatu pendekatan atau metode yang menginginkan satu jawaban saja, melainkan beberapa atau banyak. Begitu pula dalam pembelajaran matematika, karena pembelajaran matematika membutuhkan proses berpikir kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

Selain pemberian masalah terbuka, pemilihan model pembelajaran yang tepat juga dapat mempengaruhi siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Dalam hal ini, model pembelajaran yang dipilih dapat menarik minat belajar siswa, sehingga siswa aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran dituntut untuk melakukan diskusi antar siswa sehingga mereka dapat mengetahui kemampuan mereka masing-masing. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa dalam keadaan tersebut adalah model pembelajaran kooperatif.

(22)

mempelajari atau menyelesaikan suatu masalah. Dalam hal ini masalah diberikan oleh guru agar dapat meningkat kemapuan dari masing-masing siswa dan memperoleh hasil yang optimal. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran secara langsung sehingga siswa dapat lebih ingat dan dapat mengembangkan sendiri materi yang mereka peroleh dibandingkan dengan pembelajaran yang berpusat pada guru.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran TPS merupakan model pembelajaran yang menarik dan dapat memicu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu model pembelajaran TPS merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa. Melalui model pembelajaran TPS, siswa diberikan waktu lebih lama untuk berpikir secara mandiri sehingga kemampuan individu masing-masing siswa dapat ditingkatkan, siswa juga diarahkan untuk bekerja sama meskipun dalam kelompok kecil. Selain itu dalam pembelajaarn TPS siswa juga dituntut dapat bertanggung jawab secara individu dalam mengerjakan tugas, sehingga kemampuan dan kreativitas masing-masing individu dapat ditingkatan.

(23)

6 mandiri kemudian dilanjutkan dengan diskusi diharapkan siswa dapat memperoleh keyakinan atas jawaban mereka bahkan siswa dapat memperoleh variasi cara maupun jawaban dari diskusi yang dilakukan. Dengan demikian pemberian soal terbuka dalam proses pembelajaran yang menggunakan model TPS dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang masih rendah terjadi juga di SMP Negeri 2 Trimurjo. Dengan demikian, perlu dilakukan studi eksperimen untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif TPS berbasis Open-Ended Problem ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah pembelajaran kooperatif TPS berbasis Open-Ended

Problemefektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis?”

Pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut:

“Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif metematis siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbasis

(24)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif TPS berbasis Open-Ended Problem ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pembelajaran matematika terutama dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa melalui model pembelajaran TPS berbasis Open-Ended Problem.

2. Manfaat Praktis

Bagi guru dan calon guru, diharapkan penelitian ini berguna sebagai bahan pemikiran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas siswa dan efektivitas pembelajaran.

E. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut:

(25)

8 2. Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan suatu model pembelajaran dengan diskusi kelompok kecil yang mengembangkan kemampuan berpikir secara individu maupun kelompok. Dalam pembelajaran ini, siswa diberikan kesempatan untuk berpikir (Thinking) atas masalah yang diberikan oleh guru berupa LKS, kemudian berpasangan (Pairing) dengan teman sebangku untuk berdiskusi, dan berbagi (Sharing) dengan seluruh kelas atas hasil diskusinya. 3. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide atau

cara baru dalam kegiatan pembelajaran. Aspek-aspek yang dikembangkan dalam kemampuan berpikir kreatif yaitu: (1) Kepekaan (Sensitivity), yaitu mampu memahami masalah dan menentukan langkah penyelesaian; (2) Kelancaran (Fluency), yaitu mampu mengungkapkan banyak gagasan, cara, atau lebih dari satu jawaban.; (3) Keluwesan (Flexibility), yaitu mampu memandang dari sudut pandang berbeda, mencari alternatif jawaban, gagasan, atau pertanyaan yang bervariasi; (4) Keaslian (Originalilty), yaitu mampu melahirkan sesuatu yang baru dan unik; (5) Elaboratif (Elaboration), yaitu mampu mengembangkan gagasan secara detail.

4. Permasalahan terbuka (Open-Ended Problem) merupakan bentuk permasalah-an ypermasalah-ang memiliki solusi atau cara penyelesaipermasalah-an lebih dari satu.

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Leikin (2012: 123) menyatakan bahwa kreativitas adalah sebuah ide atau tindakan dimana dalam tindakan tersebut terdapat sebuah proses yang menghasilkan sesuatu yang baru atau produk kreatif. Kemudian menurut Haylock (1997: 1), kreativitas adalah gagasan yang mencakup berbagai bentuk kognitif, kategori kinerja, dan jenis hasi atau produk. Selain itu kreativitas digunakan untuk menghasilkan sebuah produk yang dianggap kreatif, seperti hasil karya seni, arsitektur atau musik begitu juga dalam matematika.

(27)

10 dua keterampilan, yaitu kemampuan berpikir kreatif yang disebut dengan intuisi dan kemampuan berpikir analitik yang disebut dengan kemampuan berpikir logis.

Kemampuan berpikir kreatif sebenarnya dimiliki oleh setiap individu. Pada dasarnya kemampuan berpikir kreatif dapat ditumbuh kembangkan melalui proses pembelajaran dalam pendidikan. Pehkonen (1997: 65) mengungkapkan bahwa berpikir kreatif merupakan kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang berdasarkan pada intuisi dengan kesadaran. Berpikir kreatif merupakan suatu proses berpikir yang menggunakan logika dan intuisi secara bersama-sama dalam menghasilkan sesuatu yang baru. Indikasi berpikir kreatif dalam matematika yaitu menghasilkan sesuatu yang baru. Oleh karena itu, kreativitas dalam matematika dapat juga dipandang sebagai kemampuan berpikir kreatif matematis.

(28)

Menurut Noer (2007: 367), kemampuan berpikir kreatif dibangun melalui pendidikan, pendidikan memungkinkan siswa dalam mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal. Kemudian Wena (2010: 139) menyatakan mengajari siswa agar menjadi kreatif dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya yaitu 1) mengembangkan ide sebanyak-banyaknya. 2) mengembangkan ide berdasarkan ide orang lain. 3) jangan memberi kritik pada saat mengembangkan ide. 4) mengevaluasi ide-ide yang telah ada. 5) menyimpulkan ide yang terbaik. Hal yang penting lainnya adalah menerima ide-ide siswa dan membantu membangun ide-ide lebih cemerlang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberi catatan tentang aspek positif dari ide, memberi catatan tentang aspek negatif dari ide, dan memberi catatan yang sangatt menarik dari ide.

Berpikir kreatif memiliki empat tahapan, seperti yang diungkapkan mulyasa dalam Rusman (2010: 325) yaitu (1) tahap persiapan, yaitu proses pengumpulan informasi untuk diuji; (2) tahap Inkubasi, yaitu suatu rentang waktu yang dibutuhkan untuk merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional; (3) tahap Iluminasi, yaitu suatu kondisi dimana seseorang dapat menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional; (4) tahap verifikasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan sebuah rekomendasi, konsep atau teori.

(29)

12 diberikan soal cerita yang menghasilkan banyak cara atau jawaban (open-ended).

Soal cerita tersebut dapat memperlihatkan proses berpikir divergen atau berpikir kreatif.

Untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif, beberapa ahli mengembangkan instrumen. Balka (1974) mengembangkan Creative Ability Mathematical Test

(CAMT) dan Torrance mengembangkan Torrence Test of Creative Thingking

(TTCT). Dalam instrument tersebut soal disajikan dalam permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kemudian Jensen (1973) mengungkapkan dalam mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis diberikan sejumlah pertanyaan atau permasalahan yang disajikan dalam bentuk narasi, grafik atau diagram (Mahmudi, 2010: 4).

Torrance dalam Noer (2007: 369) mengungkapkan bahwa kreativitas memuat kemampuan yang pada dasarnya mencerminkan kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), orisinalitas (originality), elaboratif (elaboration), penilaian (evaluation), perumusan kembali (redefinition), dan kepekaan (sensitivity) dalam berpikir. Selanjutnya Gulford dalam Asmara (2011: 52), mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir kreatif dicerminkan kedalam lima macam perilaku, yaitu: (1)

fluency, kelancaran atau kemampuan menghasilkan banyak gagasan; (2)

(30)

Kelancaran merupakan kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. Keluwesan adalah kemampuan untuk mengemukakan berbagai pendekatan atau pemecahan terhadap masalah. Keaslian dalam mengembangkan gagasan pada cara-cara yang baru, bukan merupakan klise. Sementara elaborasi adalah kemampuan menguraikan sesuati secara rinci (Fitriana, 2010).

Menurut Mahmudi (2010: 5), (1) aspek kelancaran meliputi kemampuan: (a) menyelesaikan masalah dan memberikan banyak jawaban; (b) memberikan banyak contoh atau pernyataan terkait konsep. (2) aspek keluwesanmeliputi kemampuan: (a) menggunakan beragam strategi penyelesaian masalah; (b) memberikan beragam contoh atau pernyataan terkait konsep atau situasi matematis tertentu. (3) aspek kebaruan meliputi kemampuan: (a) menggunakan strategi baru, unik, atau tidak biasa dalam menyelesaikan masalah; (b) memberi-kan contoh atau pernyataan yang bersifat baru, unik, atau tidakbiasa. (3) aspek keterincian meliputi kemampuan menjelaskan secara terperinci, runtut, dan koheren terhadap prosedur matematis, jawaban, atau situasi matematis tertentu. Penjelasan ini menggunakan konsep, representasi, istilah, atau notasi matematis yang sesuai.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

(31)

14 yang mengacu pada suatu strategi pembelajaran, dimana siswa belajar dalam suatu kelompok-kelompok kecil untuk berkerjasama dalam memahami suatu pelajaran, memaksimalkan kondisi belajar, sehingga dapat saling memperbaiki satu sama lain untuk mencapai tujuan belajar.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang penting seperti hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keberagaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Berdasarkan hasil pe-nelitian Slavin dalam Muslimin (2003: 16), menunjukkan bahwa “Teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau

kompetitif.” Dari hasil penelitian Lundgren dalam Muslimin (2003: 17),

menunjukkan bahwa Pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya.

(32)

Sounders dalam Komalasari (2010: 8-10) menyatakan bahwa pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa belajar menguasai materi pembelajaran, tetapi juga memberikan wawasan pada kehidupan sehari-hari bahwa untuk menyelesaikan suatu tugas akan lebih berhasil jika dilakukan secara bersama-sama. Jadi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan kerjasama antar individu untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga kreativitas setiap siswa dapat muncul. Dengan demikian pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Pembelajaran Think-pair-share dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland pada tahun 1981 (Huda, 2011:132). Metode ini memberi waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain. Dalam TPS memiliki prosedur yang ditetapkan untuk memberi waktu yang lebih banyak kepada siswa dalam berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. alam strategi ini guru hanya berperan sebagai fasilitator sehingga guru menyajikan satu materi dalam waktu pembahasan yang relatif singkat. Setelah itu giliran siswa untuk memikirkan secara mendalam tentang apa yang telah dijelaskan.

(33)

16 (b) ungggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit; (c) membantu siswa dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif dan kritis.

Pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki prosedur atau langkah-langkah dalam pembelajaran. Trianto (2009: 82) mengungkapkan untuk membandingkan hasil tanya jawab kelompok keseluruhan, guru memilih menggunakan TPS. Guru menggunakan langkah-langkah (fase) berikut: (1) langkah pertama yaitu, Berpikir (Thinking). Dalam langkah ini guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri dalam memperoleh jawaban atau memecahkan masalah; (2) langkah kedua yaitu, Berpasangan (Pairing). Dalam langkah ini guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari langkah pertama; (3) langkah ketiga yaitu, Berbagi (Sharing). Pada langkah terakhir, guru meminta pasangan-pasangan yang telah terbentuk untuk berbagi hasil diskusi mereka dengan teman-teman dalam kelasnya.

(34)

Kagan dalam Maesuri (2002) menyatakan manfaat Think-Pair-Share sebagai berikut: (1) Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya sendiri dan untuk mendengarkan satu sama lain dalam diskusi. (2) Para guru juga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Guru dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan atau permasalahan-permasalah yang membutuhkan kreativitas.

Hal yang sama diungkapkan Lie (2003: 45) mengemukakan bahwa teknik belajar mengajar berpikir-berpasangan-berbagi sebagai struktur kegiatan pembelajaran gotong-royong yang memiliki manfaat: (1) memberi kesempatan siswa untuk berpikir sendiri serta bekerjasama dengan orang lain dalam pasangan. (2) dengan berkelompok secara berpasangan memiliki beberapa keunggulan, memberikan lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, interaksi lebih mudah, dan cepat membentuknya serta cocok untuk tugas sederhana. Dipihak lain, Nurhadi (2004: 23) menyatakan bahwa Think-pair-share

merupakan sebuah model yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa yang dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan pembelajaran dan keterampilan siswa.

(35)

18

3. Open-Ended Problem dalam Pembelajaran Matematika

Open-Ended Problem adalah suatu bentuk permasalahan terbuka. Permasalahan-permasalahan yang termuat tidak hanya memiliki sebuah jawaban atau cara dalam penyelesaiannya. Menurut Eric (2006: 2), pertanyaan terbuka merupakan pertanyaan tingkat tinggi yang dapat menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi siswa untuk memecahkannya. Pertanyaan terbuka merupakan suatu pertanyaan yang rutin, yang dapat menarik siswa dalam mencari solusi yang masuk akal. Dalam mengukur kemampuan yang dimiliki oleh siswa, terlebih dahulu harus ditelaah bagaimana siswa tersebut menggunakan apa yang telah dimilikinya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian pemikiran yang mendalam untuk mengatasi suatu permasalahan itu akan muncul dengan sendirinya.

Menurut Hancoc dalam Erhan (2011: 19) soal terbuka (open-ended problem) adalah bentuk soal non rutin dalam pembelajaran matematika yang meberikan kesempatan pada iswa dalam memperoleh hasil yang berbeda. Stenmark,dkk dalam Erhan (2011: 19), menyatakan bahwa solusi yang berbeda dalam penyelesaian masalah dan pertanyaan memiliki potensi untuk mengubah sudut pandang kelas, meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, dan mendukung proses belajar koseptual siswa. Shimada (1997) menyatakan bahwa pembelajaran

open-ended merupakan pembelajaran yang menyajikan suatu masalah dan memiliki penyelesaian lebih dari satu.

(36)

permasalahan tersebut siswa dituntut untuk mampu mengaplikasikan kemampuan dan keterampilan matematis yang mereka miliki ( Noer, 2011).

Menurut Mahmudi (2008: 3), aspek keterbukaan dalam soal terbuka dapat diklasifikasikan kedalam tiga tipe yaitu: (1) terbuka proses penyelesaiannya, yakni soal tidak hanya memiliki satu jawaban melainkan memiliki beragam cara penyelesaiannya (2) terbuka hasilnya, yakni soal memiliki banyak jawaban yang benar (3) terbuka pengembangannya, yaitu siswa dapat mengembangkan soal baru dari soal yang telah mereka selesaikan.

Menurut Noer (2011: 120), Penggunaan soal terbuka, dapat memberikan kebebasan bagi siswa dalam mengemukakan jawaban. Melalui presentasi dan diskusi dalam menyelesaikan soal terbuka, akan membuat siswa menyadari adanya penyelesaian yang beragam dalam menyelesaikan masalah. Penggunaan soal terbuka juga dapat memicu timbulnya kemampuan berpikir kreatif. Menurut Shimada (1997), penggunaan soal terbuka dapat menstimulasi kreativitas, kemampuan berpikir original, dan mengembangkan inovasi dalam pembelajaran matematika.

Menurut Takahashi dalam Mahmudi (2008: 4), terdapat beberapa manfaat dari penggunaan soal terbuka, yaitu: (1) siswa dapat lebih aktif dalam mengembangkan ide-ide mereka (2) siswa diberikan kesempatan yang lebih dalam mengeksplor kemampuan mereka (3) siswa mempunyai pengalaman dan karya baru dalam proses pembelajaran dan dapat menerima persetujuan dari siswa lain terhadap ide-ide mereka.

(37)
(38)

Berdasarkan penjabaran diatas, pertanyaan terbuka (open-ended problem) merupakan suatu bentuk permasalahan yang memiliki lebih dari satu penyelesaian baik cara maupun solusi, sehingga menuntut kreativitas siswa dalam menjawab permasalahan yang diberikan.

4. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 7) mengungkapkan bahwa efektivitas pembelajaran merupakan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan mudah, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh. Dengan demikian, tercapainya tujuan pebelajaran dipengaruhi oleh efektivitas dari suatu pembelajaran.

(39)

22 Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran atau acuan keberhasilan dari suatu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa dapat memperoleh pengalaman baru dan kesempatan belajar sendiri, sehingga kemampuannya meningkat dengan cara melakukan aktivitas yang seluas-luasnya sehingga terbentuk kompetensi siswa dan dapat menghasilkan sesuatu yang diharapkan.

B. Kerangka Pikir

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaraan kooperatif tipe

Think Pair Share berbasis open-ended problem, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kreatif matematis. Pembelajaran matematika memiliki beberapa tujuan yang harus dikembangkan, salah satunya adalah mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis. Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, perlu diperhatikan beberapa indikator dalam penilaiannya. Indikator tersebut antara lain: (1) fluency

(kelancaran); (2) elaboration (elaborasi); (3) sensitivity (kepekaan); (4) flexibility

(keluwesan), dan (5) originality (keaslian)

(40)

permasalahan yang tidak rutin, sehingga dapat menarik siswa dalam mencari solusi yang masuk akal. Dengan demikian siswa dapat mengembagkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemampuan berpikir kreatif matematis.

Untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis, diperlukan sebuah model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk dapat berpikir tingkat tinggi. Model yang dapat mengembangkan kemampuan tingkat tinggi siswa, yaitu pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif menyelesaikan masalah dengan berbagai cara, yaitu pembelajaran matematika dengan model pembelajaraan kooperatif tipe Think Pair Share berbasis open-ended problem.

Model pembelajaran kooperatif TPS merupakan model pembelajaran yang menekankan agar siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Dalam model pembelajaran TPS siswa tidak hanya dituntut agar dapat memecahkan masalah dalam kelompok, namun siswa juga diberi waktu untuk dapat menyelesaikan masalahnya secara individu. Tahapan dalam model pembelajaran TPS dimulai dengan pendahuluan, berpikir secara mandiri (Thinking), kemudian dilanjutkan dengan berpasangan (Pairing), selanjutnya yaitu berbagi (Sharing), dan yang terakhir adalah pemberian reward.

(41)

24 terhadap masalah yang disajikan. Dengan demikian salah satu indikator BKM dapat ditingkatkan.

Tahap kedua yaitu berpikir (Thinking). Memasuki tahap ini, guru membagikan Lembar Kerja siswa (LKS) kepada setiap siswa. Pada tahap ini siswa dituntut dapat berkerja secara mandiri untuk menyelesaikan masalah yang tertuang dalam LKS. Masalah yang disajikan dalam LKS berupa masalah terbuka, yang menuntut siswa untuk dapat berpikir tingkat tinggi. Dengan pemberian masalah terbuka, siswa dapat peka atau memahami masalah yang diberikan, dan siswa dapat melahirkan suatu ide baru yang mereka miliki dalam menyelesaikan masalah. Kepekaan siswa dalam memahami masalah berkaitan dengan indikator BKM yaitu sensitivity. Selain itu, ide baru yang dihasilkan siswa siswa itu sendiri berkaitan dengan originality yang merupan indikator kemampuan BKM. Dengan demikian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat ditingkatkan.

(42)

secara detail ide yangmereka tuangkan berkaitan dengan elaboration yang merupakan indikator BKM. Dengan demikian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat ditingkatkan.

Tahap selanjutnya yaitu berbagi (Sharing). Pada tahap ini, masing-masing pasangan berbagi dengan pasangan lainnya. Guru membantu siswa dalam mengevalusi hasil diskusi, serta bersama-sama dengan siswa menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan. Pada fase ini siswa dapat memerinci ide-ide pokok permasalahan menjadi suatu konsep. Selain itu siswa akan lebih lancar dalam menggunakan konsep matematika, karena dengan berbagi siswa dapat mengetahui berbagai macam jawaban yang mungkin benar dan berbeda dengan yang telah mereka hasilkan. Pemerincian (elaboration) ide pokok dan kelancaran (fluency) dalam menyelesaikan masalah merupakan indikator dalam kemampuan BKM. Dengan demikian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat ditingkatkan. Setelah itu dilanjutkan tahap terakhir yaitu pemberian reward. Pada tahap ini guru memberikan sebuah penghargaan kepada siswa yang telah berani menyampaikan pendapatnya. Dengan hal ini diharapkan siswa semakin percaya diri dengan kemampuan yang mereka miliki.

(43)

26 Dengan demikian, guru memiliki kesempatan untuk mengetahui dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan. Oleh karena itu, model pembelajaraan kooperatif tipe Think Pair Share berbasis open-ended problem dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Dengan demikian penggunaan model pembelajaraan kooperatif tipe Think Pair Share berbasis open-ended problem dalam pembelajaran matematika efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif metematis dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

C. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai angapan dasar yaitu:

1. Semua siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 2 Trimurjo Kabupaten lampung tengah tahun pelajaran 2013/2014 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif matematis selain model pembelajaran tidak diperatikan.

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis umum

(44)

2. Hipotesis khusus

(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Trimurjo. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Trimurjo yang terdiri dari 8 kelas yang homogen yaitu VIIIA – VIIIH. Untuk kepentingan penelitian ini, pengambilan sampel diambil dengan menggunakan Purposive Random Sampling,

yaitu dengan mengambil dua kelas dari delapan kelas yang ada yang memiliki nilai rata-rata yang mendekati sama dengan nilai rata-rata kelas VIII pada mid semester ganjil untuk mata pelajaran matematika.

Tabel 3.1. Rata-rata nilai ujian mid semester ganjil T.P 2013/2014. Kelas Jumlah Siswa tiap Kelas Rata-Rata Nilai Kelas

VIII A 30 66,33

VIII B 29 64,97

VIII C 28 66,67

VIII D 27 65,97

VIII E 29 65,35

VIII F 30 66.33

VIII G 29 66,57

VIII H 28 64,97

Rata-rata Nilai Mid Semester Kelas VIII 65,895

(46)

mendapatkan pembelajaran TPS berbasis open-ended problem dan kelas VIII E yang terdiri dari 29 siswa yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experimental research). Hal ini agar tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mengendalikan dan memanipulasi semua faktor yang relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono (2003: 82-83) bahwa tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretest – postest control design. Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, sedangkan postest dilakukan untuk memperoleh data penelitian. Pelaksanaan penelitian dapat digambarkan dalam Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2. Desain Penelitian

Kelas Perlakuan

Pretest Pembelajaran Postest

E Y X Y

P Y C Y

Keterangan:

(47)

30 X : kelas yang memperoleh pembelajaran TPS berbasis open-ended problem

C : kelas yang memperoleh pembelajaran konvensional

Y : dilaksanakan pretest dan postest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol (Fraenkel dan Wallen, 1993:248)

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data berupa nilai yang diperoleh melalui tes kemampuan berpikir kreatif yang terdiri dari: (1) data awal berupa nilai yang diperoleh melalui pretest sebelum memulai pembelajaran; (2) data akhir berupa nilai yang diperoleh melalui posttest yang dilakukan di akhir pokok pembelajaran dan (3) data gain.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, baik dalam pembelajaran yang menggunakan kooperatif tipe TPS berbasis open-ended problem maupun dengan pembelajaran konvensional. Tes diberikan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan berpikir kreatif yang berbentuk tes uaraian pada pokok bahasan garis singgung lingkaran.

F. Instrumen Penelitian

(48)

Tabel 3.3 Pedoman Penyekoran Kemampuan Berpikir Kreatif

 Tidak memberikan ide yang diharapkan

untuk memecahkan masalah 1  Memberi ide yang tidak relevan dengan

memecahkan masalah 2

 Memberi ide tetapi penyelesaian salah 3  Memberi ide dan penyelesaian benar 4

Elaboration (Elaborasi)

 Tidak memberi jawaban 0

 Memberi jawaban yang tidak rinci dan

salah 1

 Memberi jawaban yang tidak rinci tetapi

hasil benar 2

 Memberi jawaban yang rinci tetapi hasil

salah 3

 Memberi jawaban yang rinci tetapi hasil

benar 4

Flexibility (Keluwesan)

 Tidak menjawab 0

 Memberikan jawaban yang tidak beragam

dan salah 1

 Memberi jawaban yang tidak beragam

tetapi benar 2

 Memberi jawaban yang beragam tetapi

salah 3

 Memberi jawaban yang beragam dan

benar 4

Originality (keaslian)

 Tidak menjawab 0

 Tidak memberikan uraian penyelesaian 1  Memberikan uraian penyelesaian hasil

pemikiran sendiri yang tidak tepat dengan konsep

2

 Memberikan uraian berdasarkan hasil pemikiran sendiri dan terperinci tetapi jawaban salah

3

 Memberikan uraian berdasarkan hasil pemikiran sendiri dan terperinci dan jawaban benar

4

Sensitivity (Kepekaan)

 Tidak menjawab 0

 Tidak menggambarkan kepekaan dalam memberikan jawaban dan mengarah pada jawaban salah

1

 Tidak menggambarkan kepekaan dalam memberikan jawaban tetapi mengarah

 Menggambarkan kepekaan dalam memberikan jawaban dan jawaban benar

4

(49)

32 Pada indikator Originality, penilaian mengenai jawaban yang diperoleh siswa tidak hanya berdasarkan pada Tabel 3.3, namun penilain pada saat pelaksanaan tes juga diperhatikan. Pengawasan guru kepada siswa pada saat tes, dilakukan untuk menjamin siswa tidak memperoleh jawaban dari siswa lain melainkan berdasarkan pemikiran sendiri. Pemberian soal tes yang bersifat terbuka, memungkinkan siswa memilik solusi cara maupun jawaban lebih dari satu. Dengan demikian masing-masing siswa memiliki jawaban yang beragam.

Setelah perangkat tes tersusun, kemudian diujicobakan pada kelas di luar sampel penelitian. Uji coba dilakukan untuk menguji apakah soal-soal tersebut memenuhi kriteria soal yang layak digunakan, yaitu soal valid dan reliabel. Setelah diadakan uji coba, selanjutnya adalah menganalisis hasil uji coba untuk diteliti kualitasnya.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validasi terhadap perangkat tes kemampuan berpikir kreatif dilakukan dengan tujuan agar diperoleh perangkat tes yang memenuhi validitas isi, yaitu adanya kesesuaian isi yang terkandung dalam tes berpikir kreatif matematis dengan indikator pembelajaran yang ditentukan.

(50)

instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Tes yang dikategorikan valid adalah yang telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur berdasarkan penilaian guru matematika.

Validasi instrumen dilakukan untuk menentukan kesesuaian isi tes dengan indikator tes yang diukur. Begitu pula struktur bahasa yang digunakan. Validasi ini dilakukan oleh guru matematika dengan menggunakan daftar check list. Hasil penilaian terhadap tes menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.5). Soal tes yang dinyatakan valid tersebut kemudian diujicobakan pada siswa kelas di luar sampel, yaitu kelas IX A untuk mengetahui reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya.

2. Analisis Reliabilitas Instrumen

Analisis reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana instrumen dapat dipercaya atau diandalkan dalam penelitian. Perhitungan koefisien reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat Arikunto (2006: 195) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu :



r = Koefisien reliabilitas tes k = Banyaknya butir item tes

2

k

 = Jumlah varians skor dari tiap butir item

2

t

(51)

34

Harga r11yang diperoleh diimplementasikan dengan koefisien reliabilitas.

Arikunto (2006: 195) mengatakan bahawa kriteria koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Interprestasi Koefisien Reliabilitas

Nilai Interpretasi

berarti instrumen tes memenuhi kriteria reliabilitas tinggi. Namun karena ada soal yang perlu dibuang, maka dilakukan lagi perhitungan reliabilitas dan diperoleh nilai r11= 0,74 yang berarti instrumen tes memenuhi kriteria reliabilitas tinggi.

Perhitungan reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1 dan Lampiran C.4.

3. Tingkat Kesukaran (TK)

Untuk menentukan derajat kesukaran setiap butir soal yang digunakan, maka dilakukan perhitungan tingkat kesukarannya. Menurut Sudijono (dalam Noer, 2010:23), untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus :

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal

T T

(52)

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran sebagai berikut :

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan tingkat kesukaran butir soal yang telah diujicobakan memiliki kriteria sukar, sedang, dan mudah. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 dan Lampiran C.5. Berikut ini rekapitulasi hasil tes uji coba dan kesimpulan.

4. Analisis Daya Pembeda (DP)

Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari hasil tes dengan nilai tertinggi sampai nilai terendah. Kemudian diambil 20% nilai yang tertinggi (disebut kelompok atas) dan 20% nilai yang terendah (disebut kelompok bawah). Sudijono (2008: 389-390) mengungkapkan menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus:

D = PA - PB ; dimana PA= dan PB =

Keterangan:

D : indeks diskriminasi satu butir soal

PA : proporsi kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir soal yang diolah

PB : proporsi kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir soal yang diolah

BA : banyaknya kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir soal yang diolah

BB : banyaknya kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir soal yang diolah

(53)

36 JB : jumlah kelompok bawah

Sudijono (2008: 388) menyatakan bahwa hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam tabel berikut:

Tabel 3.6. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Kurang dari 0,20 Buruk

0,20-0,40 Sedang

0,40-0,70 Baik

0,70-1,00 Sangat Baik

Bertanda negatif Buruk sekali

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan daya pembeda butir soal yang telah diujicobakan memiliki kriteria baik, sedang, dan sangat baik. Perhitungan daya pembeda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3 dan Lampiran C.5.

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba

No. Soal

Validitas Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

0,32 (Sedang) 0,53 (Sedang) Digunakan 1.b 0,31 (Sedang) 0,46 (Sedang) Digunakan

4 0,35 (Sedang) 0,57(Sedang) Digunakan

5 0,40 (Baik) 0,23(Sukar) Digunakan

(54)

akan mengurangi indikator pembelajaran maupun indikator tes berpikir kreatif matematis. Kemudian dilakukan perhitungan ulang sehingga diperoleh reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran seperti pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Direvisi No.

Soal Awal

No. Soal

Revisi Validitas Reliabilitas

Daya

0,28 (Sedang) 0,53 (Sedang)

1b 1b 0,35 (Sedang) 0,46 (Sedang)

Pada tabel 3.8 instrumen tes telah memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas, serta setiap butir tes telah memenuhi daya pembeda dan tingkat kesukaran yang ditentukan, maka soal tersebut telah layak digunakan untuk pengambilan data penelitian.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini terbagi menjadi empat tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Observasi sekolah, yaitu melihat kondisi di lapangan seperti jumlah kelas yang ada, jumlah siswa, dan cara mengajar guru matematika.

b. Menyusun proposal penelitian.

(55)

38 d. Mengonsultasikan perangkat pembelajaran dan instrumen dengan dosen

pembimbing.

e. Menguji coba instrumen penelitian di kelas IX A (5 Maret 2014). f. Perbaikan instrumen penelitian (6 Maret 2014)

2. Tahap Pelaksanaan

a. Mengadakan pretest dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol (7 Maret 2014).

b. Melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada kelas eksperimen dan model pem-belajaran konvensional pada kelas kontrol (8 Maret - 28 Maret 2014) c. Mengadakan posttest dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol (29 Maret

2014).

3. Tahap Pengolahan Data

a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari masing-masing kelas.

b. Mengambil kesimpulan. 4. Tahap Laporan

a. Melaporkan hasil penelitian pada dosen pembimbing.

b. Menyusun laporan akhir dari penelitian yang telah dilakukan.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda diperoleh data pre-test dan

(56)

matematis. Dari tes kemampuan berpikir kreatif diperoleh skor pre-test, skor

post-test dan peningkatan (gain skor) kemampuan. Menurut Hake (1999:1) besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain) = g, yaitu :

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terhadap data skor kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, maka dilakukan uji prasyarat terhadap data kuantitatifdari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian prasyarat ini dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari data populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.

a. Uji Prasyarat 1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Rumus Chi-kuadrat yang digunakan adalah rumus berikut: 1) Hipotesis

Ho : sampel berasal dari populasi yang datanya berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang datanya berdistribusi tidak normal

2) Taraf signifikan : = 5 % 3) Statistik uji

Keterangan:

= frekuensi harapan

(57)

40

= banyaknya pengamatan 4) Keputusan uji

Terima H0 jika , dengan =

(Sudjana, 2005: 273).

Uji normalitas data kemampual awal BKM dan data gain dilakukan menggunakan uji Chi Kuadrat. Setelah dilakukan pengujian normalitas pada data penelitian dari kemampuan berpikir kreatif matematis didapat hasil normalitas dari data kemampuan awal BKM dan data gain yang disajikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Uji Normalitas Data Penelitian Sumber Data Kelompok

kemampuan berpikir kreatif matematis diketahui bahwa baik kelas eksperimen

maupun kelas kontrol memiliki pada taraf signifikansi = 5%,

sehingga H0 diterima. Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa data skor awal kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dari kelas TPS berbasis open-ended problem dan kelas konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas data skor awal dapat dilihat pada Lampiran C.12 dan Lampiran C.13.

(58)

konvensional memiliki pada taraf signifikansi  = 5%, yang

berarti H0 diterima. Dengan demikian data gain skor dari kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas data indeks gain dapat dilihat pada Lampiran C.14 dan Lampiran C.15.

Berdasarkan hasil uji normalitas data skor awal dan data gain dari kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, dapat diketahui bahwa data-data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dengan demikian dilakukan uji homogenitas terhadap kedua data tersebut.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran TPS berbasis open-ended problem dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional memiliki variansi yang sama atau tidak, sehingga dapat menentukan rumus uji t yang akan digunakan. Uji homogenitas dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

1) Hipotesis

H0 : σ12= σ22 (data kedua kelompok mempunyai variansi yang homogen) H1 : σ12≠ σ22 (data kedua kelompok mempunyai variansi yang tidak homogen) 2) Taraf signifikasi : α = 5%

3) Statistik uji :

Keterangan :

(59)

42

4) Keputusan uji adalah Tolak H0 jika , dimana

didapat dari daftar distribusi F dengan taraf signifikan 5% dan

derajat kebebasan masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut (Sudjana, 2005: 249-250).

Hasil uji homogenitas data penelitian disajikan dalam Tabel 3.10 dan data selengkapnya pada Lampiran C.16 hingga Lampiran C.17.

Tabel 3.10 Uji Homogenitas Data Penelitian Sumber

Data

Kelompok

Penelitian Varians Fhitung Ftabel H0

Pretest

Berdasarkan hasil uji, dapat diketahui bahwa pada taraf signifikansi  = 5%. Pada

data kemampuan awal diperoleh nilai dan dan pada

data gain diperoleh nilai dan Hal ini berarti H0

dapat diterima karena nilai . Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa data skor awal dan data gain skor dari kemampuan berpikir kreatif matematis memiliki varians yang homogen atau sama.

3. Uji Hipotesis

(60)

a) Uji Hipotesis untuk Skor Awal

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, diperoleh bahwa data skor awal dari kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki varian yang sama. Menurut Sudjana (2005 : 243), apabila data dari kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki varian yang sama maka analisis data dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata, yaitu uji t dengan hipotesis uji sebagai berikut.

Ho: μ1 = μ2, (Rata-rata kemampuan awal berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TPS berbasis

open-ended problem sama dengan rata-rata kemampuan awal berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)

H1: μ1 μ2, (Rata-rata kemampuan awal berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TPS berbasis

open-ended problem lebih tinggi dari rata-rata kemampuan awal berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)

Menurut Sudjana ( 2005: 243) untuk menguji hipotesis menggunakan rumus:

(61)

44

Keterangan:

̅ = rata-rata skor awal pada kelas eksperimen ̅ = rata-rata skor awal pada kelas kontrol n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen n2 = banyaknya subyek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan

Kriteria pengujian: terima H0 jika dengan derajat kebebasan dk =

(n1 + n2 – 2) dan peluang dengan taraf signifikan = 5%. Untuk harga t lainnya H0 ditolak (Sudjana, 2005: 243).

b)Uji Hipotesis untuk Koefisien Gain

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, diperoleh bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama. Menurut Sudjana (2005 : 243), apabila data dari kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki varian yang sama maka analisis data dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata, yaitu uji t dengan hipotesis uji sebagai berikut.

Ho: μ1 = μ2, (peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TPS berbasis

open-ended problem sama dengan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional) H1: μ1 μ2, (Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TPS berbasis

(62)

berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)

Menurut Sudjana ( 2005: 243) untuk menguji hipotesis menggunakan rumus:

̅ ̅ n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen n2 = banyaknya subyek kelas kontrol

(63)

59

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Trimurjo tahun 2013/2014:

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbasis open-ended problem efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbasis open-ended problem lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

B.Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, saran-saran yang dapat dikemukan yaitu:

1. Kepada guru, pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) berbasis

(64)

60

2. Kepada pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai efektivitas penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta.

Asmara, Adi. 2011. Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) Untuk Meningkatkan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Dalam prosiding “Pengembangan Pembelajaran MIPA Berorientasi Soft Skill”. [Online]. http://semnaspendmipa.files.wordpress.com/2012/02/prosiding-seminar-nasional-pendidikan-mipa-2011.pdf. [ diakses pada 4 Februari 2014]

Bingolbali, E. 2011. Multiple Solutions to Problems in Mathematics Teaching: Do Teachers Really Value Them?.Australian Journal of Teacher Education volume 36, issue 1. [Online] http://ro.ecu.edu.au /cgi/viewcontent.cgi? article=1511&context=aje[ diakses pada1 Februari 2014] Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Eric, Chan Chun Ming. 2006. Engaging Students in Open-Ended Mathematics

Problem Tasks A Sharing on Teachers’ Production and Classroom

Experience(primary). Nanyang Technological University. http://www. math.ecnu.edu.cn/earcome3/TSG2/06_EARCOME_Chan_Chun_Ming_Eric _TSG2().doc. [ diakses pada 23 Desember 2013]

Fraenkel, Jack R. dan Norman E. Wallen. 1993. How to Design and Evaluatif Research in Education. New York: Mcgraw-hill Inc.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

_____________ . 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Haylock, Derek. (1997). Recognising Mathematical Creativity in Schoolchildren. Zentralblatt fürDidaktik der Mathematik (ZDM)–The International Journal on Mathematics Education. [Online]. http://www.emis.de/journals/ZDM/ zdm973a2.pdf. [ diakses pada 6 juni 2014].

Gambar

Tabel 3.1.  Rata-rata nilai ujian mid semester ganjil T.P 2013/2014.
Tabel 3.2. Desain Penelitian
Tabel 3.3 Pedoman Penyekoran Kemampuan Berpikir Kreatif
Tabel 3.4 Interprestasi Koefisien Reliabilitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan LAZISH Amanatul

Aak (1982), dengan meracikan jagung dan dedak padi yang ditambahkan kepakan konsentrat komersil maka hal ini akan dapat mengefisiensikan konsumsi pakan komersil

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk membangung sebuah aplikasi laporan kehilangan barang serta sebagai sebuah forum berbentuk sosial media berbasis android untuk memudahkan

Penting bagi kita sebagai manusia untuk tetap selalu melestarikan dan menjaga agar air yang kita gunakan tetap terjaga kelestariannya dengan melakukan pengelolaan air yang

Fungsi Keanggotan Bin Warna Output Hasil inferensi fuzzy tipe mamdani adalah berupa himpunan fuzzy, dari himpunan fuzzy tersebut dapat dicari nilai crisp-nya menggunakan

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa variabel Turnover Intention , Persepsi Dukungan Supervisor dan Komitmen Organisasi memiliki reliabilitas yang baik dengan nilai

Pengujian pengaruh pada produk politik terhadap keputusan pemilih adalah negatif sebesar -0,0029 atau -0.29%, yang berarti produk politik atau kualitas produk politik di

Dari hasil penelitian yang telah disimpulkan, penulis mencoba memberikan saran yang kemudian bisa menjadi masukan bagi Sahabat Museum KAA dalam mempromosikan