• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2012/2013)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

KAHEPPI ADE CHANDRA

Penelitian ini adalah eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan tipe NHT dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2012/2013 yang terdistribusi ke dalam delapan kelas. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan mengambil dua kelas yang diajar oleh guru yang sama dan mempunyai nilai rata-rata tes yang sama. Penentuan kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan secara acak dengan melihat rata-rata nilai ujian semester ganjil dan diperoleh kelas VIIID sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIIC sebagai kelas kontrol.

Kesimpulan penelitian ini adalah pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan tipe NHT sama dengan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran ... 9

B. Pembelajaran Kooperatif ... 10

C. Pembelajaran Tipe NHT... 13

D. Pemahaman Konsep Matematis ... 16

E. Kerangka Pikir ... 18

F. Hipotesis ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 22

(7)

E. Prosedur Penelitian ... 24 F. Instrumen Penelitian dan Pengembangan ... 25 G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 29 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 33 1. Analisis Data post-test Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 33 2. Uji Hipotesis ... 34 B. Pembahasan ... 36 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 41 B. Saran ... 41 DAFTAR PUSTAKA

(8)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana sehingga peserta didik melakukan akivitas untuk mengembangkan segala potensi dirinya. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(9)

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam dunia pendidikan, pembelajaran merupakan unsur yang utama. Pembela-jaran merupakan interaksi antara siswa sebagai peserta didik dengan guru sebagai pendidik dan juga interaksi antar siswa dalam proses belajar serta interaksi siswa dengan materi pelajaran. Proses interaksi belajar sendiri akan ada jika terjadi sinergi antara guru, siswa, dan materi pelajaran di dalamnya, sehingga diperlukan suatu strategi pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif belajar. Jika proses pembelajaran berlangsung dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran maka akan membawa hasil yang baik pula, termasuk dalam hal ini pembelajaran dalam matematika.

(10)

siswa dapat berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat memahami konsep matematis.

Memahami konsep matematis merupakan salah satu syarat untuk dapat menguasai matematika, karena konsep matematis merupakan objek pertama yang dipelajari dalam matematika selain berhitung. Setiap pembahasan materi baru, selalu diawali dengan pengenalan konsep, baik pengenalan konsep secara induktif maupun secara deduktif. Pengenalan konsep secara induktif yaitu berupa konsep-konsep yang menyangkut kehidupan sehari-hari, sedangkan pengenalan konsep-konsep secara deduktif yaitu berupa pemaparan konsep, definisi, dan istilah-istilah. Dengan demikian salah satu kesalahan yang mungkin dilakukan siswa adalah kesalahan-kesalahan dalam memahami konsep. Dalam matematika, kesalahan mempelajari suatu konsep terdahulu akan berpengaruh terhadap pemahaman konsep berikutnya, pemahaman konsep awal yang salah, akan menyebabkan kesalahan pada pemahaman konsep selanjutnya, karena matematika merupakan pelajaran yang terstruktur. Sehingga untuk meningkatkan keberhasilan belajar matematika penguasaan konsep harus diperhatikan.

Kenyataannya, pemahaman konsep matematis siswa di Indonesia masih rendah. Hal ini dapat diketahui dari data hasil survei Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 . Hanya 5% siswa

(11)

Hal ini serupa dengan pemahaman konsep matematis siswa di Provinsi Lampung yang masih tergolong rendah. Berdasarkan observasi terdahulu terhadap beberapa guru SMP di Provinsi Lampung, dapat terlihat beberapa permasalahan dalam pembelajaran matematika pada siswa SMP di Provinsi Lampung yang masih mendapat pembelajaran konvensional, antara lain keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum tampak, siswa jarang mengajukan pertanyaan walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas atau kurang paham, kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas, dan sebagian besar siswa kurang bisa menjelaskan suatu konsep dengan kata-katanya sendiri

Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi persoalan yang telah disebutkan di atas ialah memilih suatu pendekatan, strategi, metode, atau model pembelajaran yang efektif dalam mengajarkan matematika kepada siswa, sehingga diharapkan konsep-konsep matematika yang telah disampaikan dapat dipahami oleh siswa dengan baik. Selain itu, terkait dengan harapan masyarakat terhadap output pendidikan, maka siswa tidak diharapkan memiliki kemampuan intelektual saja, melainkan siswa diharapkan pula memiliki kemampuan untuk saling menghargai, bersosialisasi, dan bekerjasama dengan orang lain.

Lie (2002: 17) mengungkapkan bahwa :

(12)

Kemampuan siswa untuk saling berkomunikasi, bersosialisasi, menghargai, dan bekerja sama dengan orang lain dapat dicapai salah satunya dengan pembelajaran berkelompok karena di dalam pembelajaran berkelompok siswa memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan teman-temannya.

Salah satu pembelajaran berkelompok adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2005: 25):

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan kecil, yaitu antara empat sampai lima orang yang mempunyai latar belakang akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda.

Sedangkan menurut Lie (2002: 18):

Pembelajaran kooperatif sebagai sistem kerja kelompok yang terstruktur. Terstruktur berarti pembelajaran kooperatif tersusun dari lima unsur pokok yang membedakan dengan pembelajaran berkelompok biasa, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individu, interaksi interpersonal, keahlian bekerjasama, dan proses kelompok.

(13)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT juga dinilai lebih memudahkan siswa berinteraksi dengan teman-teman dalam kelas dibandingkan dengan model pembelajaran langsung yang selama ini diterapkan oleh guru. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru dan terus memperhatikan gurunya. Materi yang digunakan untuk menerapkan model pembelajaran tipe NHT adalah bangun ruang khususnya pada materi kubus dan balok.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat di-rumuskan sebagai berikut :“Apakah pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif di-tinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMPN 1 Gadingrejo?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pem-belajaran kooperatif tipe NHT ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMPN 1 Gadingrejo.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah 1. Manfaat Teoritis

(14)

2. Manfaat Praktis

Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat bagi praktisi terkait dengan efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa yaitu memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari ketidak salahpahaman dalam penelitian maka ditentukan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Efektivitas adalah ukuran keberhasilan siswa yang diwujudkan dalam hasil belajar. Dalam penelitian ini pembelajaran NHT dikatakan efektif apabila pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran NHT lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil empat sampai lima orang untuk bekerjasama dalam mempelajari materi pelajaran untuk mencapai tujuan belajar.

3. Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembelajaran kooperatif yang me-miliki empat struktur langkah kegiatan utama yaitu penomoran, pengajuan per- tanyaan, berpikir bersama dan pemberian jawaban. Setiap siswa dalam tiap kelompok memiliki nomor yang berbeda, kemampuan akademik yang heterogen dan tanggung jawab yang sama.

(15)

diawali dengan penyampaian garis besar materi oleh guru, diskusi kelompok, latihan soal, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan dan kesimpulan.

5. Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep suatu materi pembelajaran atau pengertian suatu konsep berdasarkan kemampuan awal yang dimiliki atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Mengaplikasikan konsep.

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti berhasil guna yang bisa diartikan sebagai kegiatan yang dapat memberikan hasil yang memuaskan. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan, atau manfaat dari hasil yang diperoleh.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan guru dalam mengajarkan materi kepada siswa yang di dalamnya terdapat upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan ditinjau dari kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa. Dalam kegiatan tersebut diharapkan terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Hal ini berdasarkan pendapat Suyitno (2004: 2), yaitu

Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dalam pelayanan ditinjau dari kemampuan potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.

(17)

dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai tujuan dan hasil yang di-harapkan.

Pembelajaran dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut memberikan keleluasaan kepada siswa untuk belajar lebih mandiri dengan melakukan kegiatan-kegiatan didalam pembelajaran. Pengadaan keleluasaan tersebut diharapkan dapat memfasilitasi siswa untuk menafsirkan arti dari pembelajaran. Pembelajaran yang efektif pula mewajibkan guru untuk menyusun bahan belajar yang dapat membawa dan menstimulasi siswa untuk belajar. Guru juga harus inovatif dalam menerapkan berbagai rencana pembelajaran, menata kelas supaya lebih disiplin dan terorganisasi. Hal ini bermaksud supaya siswa mempunyai wawasan dan pemahaman konsep yang lebih efisien.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut memberikan siswa kesempatan untuk lebih belajar mandiri, mengemukakan ide-ide serta memotivasi siswa untuk belajar sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

B. Pembelajaran Kooperatif

(18)

kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan, dalam hal ini sebagaian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi pelajaran dan berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar mengajar.

Model pembelajaran koopertif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Roger dan Johnson dalam Lie (2002: 30) menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Kelima unsur tersebut yaitu : 1) saling ketergantungan positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, dan 5) evaluasi proses kelompok.

Menurut Stahl dalam Ismail (2002: 12) bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah belajar dengan teman, tatap muka antar teman, mendengarkan diantara anggota, belajar dari teman sendiri dalam kelompok, belajar dalam kelompok kecil, produktif berbicara atau mengemukakan pendapat, siswa membuat keputusan, serta siswa aktif.

(19)

keterampilan dan kebersamaan dan mempunyai keterampilan dalam berhubungan sosial, guru mengamati serta efektivitas tergantung kepada kelompok.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat dan membuat keputusan secara bersama.

2. Kelompok siswa yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin, dan kemampuan belajar.

3. Panghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok.

(20)

Fase-fase dalam pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000: 10) adalah sebagai berikut:

Fase Tingkah Laku Guru

Fase – 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase – 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase – 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase – 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Fase – 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasekan hasil kerjanya.

Fase – 6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya hasil belajar individu maupun kelompok

Menurut Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18) manfaat-manfaat model pembelajaran kooperatif adalah :

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi. 2. Memperbaiki kehadiran.

3. Penerimaan ditinjau dari individu menjadi lebih besar. 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil.

5. Konflik antar pribadi berkurang. 6. Pemahaman yang lebih mendalam.

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. 8. Hasil belajar lebih tinggi.

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

(21)

siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Tipe ini dikembangkan dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman siswa.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagan dalam Ibrahim (2000 : 28) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut.

Tahapan-tahapan pelaksanaan NHT diungkapkan oleh Nurhadi (2004:121) dalam 4 langkah sebagai berikut:

a. Penomoran (Numbering)

Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda. b. Pengajuan Pertanyaan (Questioning)

Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat berva- riasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.

a. Berpikir Bersama (Head Together)

Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.

b. Pemberian Jawaban (Answering)

Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

Menurut Lundgren dalam Nurhadi (2004: 124) NHT memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu :

a) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.

(22)

h) Hasil belajar lebih tinggi.

i) Nilai–nilai kerja sama antar murid lebih tinggi.

j) Kreatifitas murid termotivasi dan wawasan murid berkembang, karena mereka harus mencari informasi dari berbagai sumber.

Selain itu secara lebih umum lagi bahwa Kelebihan dari model Cooperative Learning tipe NHT setiap siswa menjadi siap semua, dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok

Setiap model dan metode yang kita pilih, tentu memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri-sendiri. Salah satu kekurangan pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah kelas cenderung jadi ramai jika guru tidak dapat mengkondisikan dengan baik, keramaian itu dapat menjadi tidak terkendalikan. Sehingga mengganggu proses belajar mengajar, tidak hanya di kelas sendiri tetapi bisa juga mengganggu ke kelas lain. Terutama untuk kelas-kelas dengan jumlah murid yang lebih dari 35 orang. Kelemahan yang lainnya yaitu dalam model pembelajaran tipe NHT tidak semua siswa yang memiliki nomor akan dipanggil oleh guru serta nomor yang telah dipanggil kemungkinan dapat dipanggil lagi oleh guru. Hal ini tidak memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat mengutarakan hasil maupun pendapat yang mereka miliki.

(23)

D. Pemahaman Konsep Matematis

Pemahaman konsep matematis didefinisikan sebagai kemampuan mengaitkan no-tasi dan simbol matematika yang relevan dengan ide-ide matematika dan me-ngombinasikannya ke dalam rangkaian penalaran yang logis. Hal ini sesuai dengan pendapat Skemp (1987: 166) “The ability to connect mathematical sym-bolism and notation with relevant mathematical ideas and to combine these ideas into chains of logical reasoning” yang berarti bahwa kemampuan untuk menghubungkan simbol dan notasi matematika dengan ide matematika yang relevan dan untuk menggabungkan beberapa ide ke dalam rangkaian dari permasalahan logika.

Soedjadi (2000: 14) mengungkapkan bahwa:

Konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Konsep berhubungan dengan definisi dan definisi merupakan ungkapan yang membatasi suatu konsep. Dengan defisini, seseorang dapat membuat ilustrasi atau lambang dari suatu konsep yang didefinisikan.

(24)

Selain itu, Gagne dalam Wanhar (2008:25) menggolongkan konsep matematis ditinjau dari segi bentuknya menjadi dua golongan, yaitu konsep berdasarkan pengamatan dan berdasarkan definisi. Hal ini dapat diartikan bahwa suatu konsep matematis sangat berguna bagi ketercapaian suatu tujuan pembelajaran.

Hal ini sejalan dengan Hamalik (2002: 164) yang menjelaskan bahwa :

Konsep dapat berguna dalam suatu pembelajaran, yaitu untuk mengurangi kerumitan, membantu siswa mengidentifikasi obyek-obyek yang ada, membantu mempelajari sesuatu yang lebih luas dan lebih maju, dan mengarahkan siswa kepada kegiatan instrumental.

Ada beberapa indikator khusus yang membedakan antara soal pemahaman konsep dengan soal untuk aspek penilaian lain. Menurut Budi (2007: 21), indikator dari pemahaman konsep tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan ulang suatu konsep

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu c. memberi contoh dan non contoh dari konsep

d. mengaplikasikan konsep dan algoritma pemecahan masalah

(25)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep suatu materi pembelajaran atau pengertian suatu konsep berdasarkan kemampuan awal yang dimiliki atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa.

E. Kerangka Pikir

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk belajar secara mandiri dalam kelompok. Kegiatan pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa kelebihan diantaranya tercipta kerjasama yang baik antar anggota tim, ada ketergantungan saling memerlukan yang positif, tanggung jawab masing-masing anggota, keterampilan hubungan antar personal, serta meningkatkan interaksi antar siswa.

(26)

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki beberapa langkah dalam proses pembelajarannya yaitu membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa dan setiap kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang beragam, ada yang pintar, sedang, dan ada pula yang tingkat kemampuannya kurang. Kemudian guru memberikan nomor kepada siswa yang berguna untuk memudahkan dalam memanggil siswa dengan penomoran kepala. Penomoran tiap anggota kelompok akan membuat siswa lebih siap untuk mempresentasikan hasil diskusinya dikarenakan dalam pembelajaran ini, guru bisa memanggil siapapun anggota dari tiap kelompok. Setelah itu, guru akan mengajukan pertanyaan kepada siswa agar mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka peroleh. Siswa berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dalam pembelajaran tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Pada akhir diskusi, siswa akan mempresentasikan hasil yang telah mereka peroleh dengan guru memanggil nomor secara acak dari masing-masing kelompok. Siswa yang tidak mempresentasikan hasil diskusinya dapat mendengarkan hasil diskusi dari teman-temannya bahkan menambahkan idenya atas jawaban yang mungkin berbeda dengan hasil kelompok lain. Kemudian guru bersama dengan siswa akan menyimpulkan hasil dari diskusi yang telah dilakukan.

(27)

menggu-nakan model pembelajaran tipe NHT. Karena model pembelajaran ini memberikan kesempatan siswa sa-ling mentransfer ilmu dan menyampaikan ide-ide mereka dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Hal ini memberikan kesempatan untuk mengkon-truksikan sendiri pengetahuannya. Sehingga siswa memiliki kemampuan yang baik dalam menyelesaikan masalah matematika.

(28)

malas dan tidak serius dalam mengerjakannya. Sehingga pemahaman siswa terhadap suatu konsep kurang optimal bagi siswa.

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran kooperatif tipe NHT menuntut siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika yang dipelajari sehingga pemahaman konsep matematis siswa lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

G. Hipotesis

Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Hipotesis Umum

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.

2. Hipotesis Kerja

(29)

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2012/2013 yang terdistribusi ke dalam 8 kelas. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan mengambil 2 kelas yang diajar oleh guru yang sama dan mempunyai nilai rata-rata tes yang sama. Penentuan kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan secara acak dengan melihat rata-rata nilai ujian semester ganjil, dan diperoleh kelas VIIID sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIIC sebagai kelas kontrol.

Tabel 3.1 Data Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 1 Gadingrejo

Nama Guru Kelas Rata-rata Nilai Jumlah Siswa

Eliya Safitriningsih, S.Pd.

VIII A 6,51 31

VIII B 6,75 32

VIII C 6,64 32

VIII D 6,63 32

VIII E 6,42 30

Restu Manurung, S.Pd.

VIII F 6,36 32

VIII G 6,22 32

VIII H 6,11 31

B.Desain Penelitian

(30)

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Post-test

E X O2

P C O2

Keterangan:

E : kelas eksperimen P : kelas kontrol

X : perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran NHT

C : perlakuan pada kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran langsung

O2 : Nilai Posttest

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yaitu data pemahamann konsep matematis siswa.

D.Teknik Pengumpulan Data

(31)

E.Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan, yaitu

1. Observasi awal, melihat kondisi lapang atau sekolah seperti jumlah kelas, jumlah siswa, karakteristik siswa, dan cara guru mengajar.

2. Merencanakan penelitian

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode penemuan terbimbing untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol.

b. Menyusun Lembar Kerja Siswa/LKS yang akan diberikan kepada siswa pada saat diskusi kelompok.

c. Menyiapkan instrumen penelitian dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi soal instrumen pemahaman konsep matematis, kemudian membuat soal beserta aturan penskorannya.

3. Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran tipe NHT dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

4. Melakukan validasi instrumen. 5. Melakukan uji coba instrumen. 6. Menghitung reliabilitas.

7. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 8. Menganalisis data.

(32)

F. Instrumen Penelitian dan Pengembangan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes yang memuat soal-soal esai untuk mengukur pemahaman konsep matematis. Setiap soal memiliki satu atau lebih indikator pemahaman konsep matematis. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik, yaitu ditinjau dari validitas dan reliabilitasnya.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas isi dari instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis ini dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam tes kemampuan pemecahan masalah matematis dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan. Untuk mendapatkan perangkat tes yang mempunyai validitas isi yang baik dilakukan langkah-langkah berikut:

a. Membuat kisi-kisi dengan indikator yang telah ditentukan.

b. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi dan pemberian skor butir soal. Penyusu-nan dan pemberian skor butir soal tes sesuai dengan pedoman penyekoran pada tabel di bawah ini (lihat pada Tabel 3.3).

c. Meminta pertimbangan kepada guru mitra yang dipandang ahli mengenai kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal.

(33)

digunakan telah dinyatakan valid (lihat pada Lampiran B.5). Langkah selanjutnya diadakan uji coba soal yang dilakukan di luar sampel penelitian tetapi masih dalam populasi yang sama yaitu kelas VIIID.

Adapun indikator pemahaman konsep menurut Tjahjono (2007:32) disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

No. Kriteria Pemahaman Konsep Deskripsi skor

1

Menyatakan ulang suatu konsep

Tidak ada jawaban atau Tidak ada ide matematika yang muncul sesuai dengan soal.

0 Ide matematik telah muncul namun

belum dapat menyatakan ulang konsep dengan tepat dan masih banyak melakukan kesalahan.

1 Telah dapat menyatakan ulang sebuah konsep namun belum dapat

dikembangkan dan masih melakukan banyak kesalahan.

2 Dapat menyatakan ulang sebuah

konsep sesuai dengan definisi dan konsep esensial yang dimiliki oleh sebuah objek namun masih

melakukan beberapa kesalahan.

3

Dapat menyatakan ulang sebuah konsep sesuai dengan definisi dan konsep esensial yang dimiliki oleh sebuah objek dan hanya melakukan sedikit kesalahan operasi matematis.

4

2 Mengklasifikasikan objek-objek

Tidak ada jawaban atau Tidak ada ide matematika yang muncul sesuai dengan soal.

0 Ide matematik telah muncul namun

belum dapat menganalisis suatu objek dan mengklasifikasikannya menurut sifat-sifat/ciri-ciri tertentu yang dimiliki sesuai dengan konsepnya.

1

Telah dapat menganalisis suatu objek namun belum dapat

mengklasifikasikannya menurut sifat-sifat/ciri-ciri dan konsepnya yang

(34)

dimiliki.

Dapat menganalisis suatu objek dan mengklasifikasikannya menurut

sifat-Dapat menganalisis suatu objek dan mengklasifikasikannya menurut sifat-sifat/ciri-ciri dan konsepnya tertentu yang dimiliki dengan tepat.

4

No. Kriteria Pemahaman Konsep Deskripsi skor

3 Memberikan contoh dan non contoh

Tidak ada jawaban atau Tidak ada ide matematika yang muncul sesuai dengan soal.

0 Ide matematik telah muncul namun

belum dapat menyebutkan konsep yang dimiliki oleh setiap contoh yang diberikan.

1 Telah dapat memberikan contoh dan

non-contoh sesuai dengan konsep yang dimiliki objek namun belum tepat dan belum dapat dikembangkan.

2 Telah dapat memberikan contoh dan

non-contoh sesuai dengan konsep yang dimiliki objek namun pengembangannya belum tepat.

3 Telah dapat memberikan contoh dan

non-contoh sesuai dengan konsep yang dimiliki objek dan tlah dapat dikembangkan.

4

4 Mengaplikasikan konsep

Tidak ada jawaban atau Tidak ada ide matematika yang muncul sesuai dengan soal.

0 Ide matematik telah muncul namun

(35)

Dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis sebagai suatu logaritma pemecahan masalah dengan tepat.

4

Kemudian membuat soal berdasarkan kisi-kisi dan meminta pertimbangan kepada guru mitra dan dosen pembimbing yang dipandang ahli mengenai kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal.

Dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan kepada guru mitra yaitu guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMPN 1 Gadingrejo. Dengan asumsi bahwa guru tersebut mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Tes yang dikategorikan valid adalah yang butir-butir tesnya telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra.

Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar cek list oleh guru. Hasil penilaian ter-hadap tes menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data telah memenuhi validitas isi.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

(36)

Keterangan : 11

r : koefisien reliabilitas tes k : banyaknya item

2

b

 : jumlah varians dari tiap-tiap item tes 2

t

: varians total Arikunto(2006: 195)

Nilai r11 yang diperoleh diimplementasikan dengan indeks reliabilitas. Sudijono (2008: 207) berpendapat bahwa suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi (reliabel) apabila memiliki nilai reliabilitas 0,70. Kriteria yang akan digunakan adalah memiliki nilai reliabilitas 0,70.

Setelah menghitung reliabilitas instrumen tes, diperoleh nilai r11= 0,71 (Lampiran C.1). Berdasarkan pendapat Sudijono tersebut, instrumen tes pemahaman konsep matematis yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas tinggi.

G.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari hasil posttest. Sebeluimnya dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu, yaitu uji normalitas dan homogenitas data. Apabila data normal maka pengujian hipotesis dilakukan dengan statistika parametrik, tetapi apabila data tidak normal, pengujian hipotesis dilakukan dengan statistika nonparametrik.

Uji Normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat berdasarkan Sudjana (2005: 273). Berikut langkah-langkah uji normalitas.

(37)

H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

b. Taraf signifikan : α = 0,05

c. Statistik uji

�2 � =

( − )2

=1

Keterangan:

= frekuensi harapan

= frekuensi yang diharapkan

d. Keputusan uji

Terima H0 jika �2 �2 , dengan χ2 1−∝ ( 3)

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa x2hitung kelas eksperimen yakni 9,28, x2hitung kelas kontrol yakni 19,26, taraf nyata α = 0,05 dan dk = k - 3, dari tabel chi-kuadrat diperoleh x2tabel kedua kelas yaitu sebesar 7,81. Berdasarkan kriteria pengujian, maka tolak Ho karena x2hitung > x2tabel yang berarti kedua sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran C.4 dan C.5.

Tabel 3.4 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep

Kelas �� �� �� Keputusan Uji Keterangan Eksperimen 9,28 7,81 H1 diterima Tidak normal

(38)

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis uji normalitas, diketahui bahwa data skor posttest berdistribusi tidak normal, sehingga untuk mengetahui adakah perbedaan pemahaman konsep matematis siswa antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran tipe NHT dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, digunakan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney U. Menurut Widodo (2010: 84) hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Hipotesis Uji

H0 :12 (Pemahaman konsep matematis dengan menggunakan model pembelajaran tipe NHT tidak lebih efektif atau sama dengan pemahaman konsep matematis dengan menggunakan pembelajaran konvensional)

H1 :12 (Pemahaman konsep matematis dengan menggunakan model pembelajaran tipe NHT lebih efektif daripada pemahaman konsep matematis dengan menggunakan pembelajaran konvensional)

b. Taraf signifikan : α = 0,05

c. Statistik uji :

1. U= �1�2+ �1 �1+ 1

2 − �1

2. U= �1�2+ �2 �2+ 1

2 − �2

d. Bila n1 atau n2 keduanya sama atau lebih dari 20, digunakan pendekatan kurva

normal, dengan mean : E(U) = �1�2

(39)

Standar deviasi : �� = �1�2 �121+ �2+ 1

Nilai standar dihitung dengan Z = �−� �

��

e. Kriteria pengambilan keputusan : Terima H0 apabila − �

2

� 2

S Tolak H0 apabila < − �

2

atau > � 2

(40)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu

1. Pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT sama dengan pemahaman konsep matematis

siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Pencapaian indikator pemahaman konsep skor post-test siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT tidak jauh berbeda

dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Sehingga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dikatakan tidak lebih efektif terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian agar mendapatkan hasil yang lebih optimal disarankan hal-hal berikut ini.

1. Penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebaiknya

dilaksanakan dengan perencanaan yang matang, pengelolaan kelas yang baik, dan

pengelolaan waktu yang tepat agar suasana belajar kondusif dan dapat membantu

(41)

2. Peneliti lain yang ingin meneliti kembali mengenai pengaruh model pem-belajaran

kooperatif tipe NHT terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

hendaknya dalam pelaksanaan pembelajaran memperhatikan pembagian waktu sebaik

mungkin agar proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu

diharapkan untuk mencari dan menyempurnakan referensi mengenai model

pembelajaran kooperatif tipe NHT.

3. Agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam melakukan pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT, maka setiap langkah pembela-jarannya harus

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, M. Toha. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Penelitian dan Pengembangan. 2011. Survei Internasional TIMSS. (online) balitbang.kemdikbud.go.id/detail.php?id=214 (diakses 9 November 2012). Djarwanto. 1985. Statistika Nonparametrik. Yogyakarta: BPFE

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta: Balai Pustaka.

Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Matematika Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahim, M, Fida R, dan Ismono. 2000. Pembelajaran Koperatif. Surabaya: Unessa Press.

Ismail. 2002. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Lie, A. 2008. Cooperatif Learning: Mempraktekkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiaswara.

Nurhadi.2004.Kurikulum 2004.(Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Slavin, Robert E. 2005.Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Terjamahan oleh Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.

Skemp, R. Richard. 1987. Psychology of Learning Mathematics.[on

line].Tersedia:http://books.google.co.id/books/about/The_psychology_of_lear ning_mathematics.html?hl=id&id=nuuDAFwjqqYC&redir_esc=y.(10 Januari 2012)

(43)

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika Bandung: Tarsito.

Sugiman. 2006. Soal Cerita Bagi Penggemar Matematika. Yogyakarta: PPPPTK Matematika

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif.Mataram: NTP Pres.

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Jurusan Matematika Unnes.

Tjahjono, Budi. 2007. Keefektifan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Menggunakan Alat Peraga dan Lembar Kerja Siswa (LKS) Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Kelas VIII Semester II Dalam Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar di SMP Negeri 38 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Wanhar. 2008. Hubungan antara Pemahaman Konsep Matematis dengan Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Fisika. [on line]. Tersedia: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/13093035.pdf. (9 Desember 2011)

Gambar

Tabel 3.2 Desain Penelitian
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Tabel 3.4  Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Skripsi ini berjudul “ Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Reciprocal Teaching Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika SMP Al- Islam 1

Dari hasil analisis selama periode penelitian hasil uji t yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen menunjukan

Hasil penelitian pada permasalahan hukum terhadap perkawinan poligami yang tidak dicatatkan yang dilakukan oleh pejabat Negara dihubungkan dengan Undang-Undang No.1

menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan

Dengan transaksi keuangan yang lebih banyak, diperlukan waktu dalam penyusunan laporan keuangan ssehingga nantinya akan menyebabkan audit delay .Apabila dilihat dari

B) Waran yang dikeluarkan oleh seorang Pegawai Pengawal dari sebuah Jabatan kepada seorang Pegawai Pengawal dari Jabatan lain untuk membelanjakan sejumlah wang

Dalam penelitian ini, data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah hasil data tentang pelaksanaan kegiatan fatihahan, moral santri putri dan pengaruh kegiatan