• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN OPEN-ENDED BERBASIS MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDEKATAN OPEN-ENDED BERBASIS MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN OPEN-ENDED BERBASIS MODEL THINK PAIR

SHARE TERHADAP PENINGKATAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

ARTIKEL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

RINI MUDIANI 1106976

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)
(3)

Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-14

PENDEKATAN OPEN-ENDED BERBASIS MODEL THINK

PAIR SHARE TERHADAP PENINGKATAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

Rini Mudiani

1

, Umar

2

, Tita Mulyati

3

Jurusan S-1 PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia

rinimudiani120293@yahoo.com ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang dilakukan tidak mengarahkan dan menuntut siswa untuk menggali kemampuan yang dimilikinya untuk mencari, mengembangkan hasil perolehannya dalam bentuk fakta dan informasi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan pendekatan open-ended berbasis think pair share dan pembelajaran konvensional. Pendekatan open-ended menjanjikan suatu kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakini sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan populasi adalah seluruh siswa kelas V SDN Cangkuang III dan sampel penelitian yaitu kelas V-A dan kelas V-B. Berdasarkan hasil analisis pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 39,13 sehingga kemampuan awal siswa secara signifikan tidak jauh berbeda. Untuk hasil postes kelas eksperimen adalah 70,47 dan 58,83 untuk kelas kontrol. Perubahan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dapat diketahui melalui uji gain. Uji gain kelas eksperimen sebesar 0,49 dan berada pada taraf sedang, sedangkan kelas kontrol sebesar 0,32 dan berada pada taraf sedang. Untuk melihat perbedaan rerata digunakan uji-t dan diperoleh nilai signifikansinya adalah 0,00 yang artinya hasil ini lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan open-ended berbasis model think pair share lebih baik daripada dengan pembelajaran konvensional. Maka pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended berbasis model think pair share dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Kata Kunci : Pendekatan Open-ended,model think pair share, berpikir kreatif.

1) Mahasiswa PGSD Kampus Cibiru, NIM 1106076 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab

(4)

OPEN-ENDED APPROACH BASED THINK PAIR SHARE MODEL

TO INCREASE THE STUDENT’S ABILITY IN

CREATIVE THINGKING MATEMATICALLY

Rini Mudiani

1

, Umar

2

, Tita Mulyati

3

Jurusan S-1 PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia

rinimudiani120293@yahoo.com ABSTRACT

This research is based on the lower of mathematic creative thinking abilities of students. It is because the learning process is not carried out students to explore their ability to find and improve the results into a facts and information. The purpose of this research is to know the improvement in mathematical creative thinking abilities of students with open-ended approach based think pair share model and conventional learning. The open-ended approach give an opportunity for students to investigate various strategies and ways that are believed to elaborate the problems. The method used is a quasi-experimental with the entire population is all of fifth grade students in Cangkuang III and the sample of this research is class VA and VB. The result of the pretest analysis on experimental class and control class is 43,16 and 39,13. It means that the ability of students different significantly. The result of the postest analysis on experimental class is 70,47 and 58,83 for the control class. The increases of mathematic creative thinking abilities of students can be seen through the gain test. The test gain of experimental class is 0,49 and in the control class is 0,32. Both of the test are at moderate. To see the diferences of average, it can use t-test and the significance value is 0,00 which means that the result is less than 0,05, so H0 is rejected. Because of that can be concluded that learning by using open-ended approach based think pair share model is better than conventional learning. The open ended approach based think pair share model can be one alternative of mathematical learning to improve the mathematical creative thinking abilities of students.

Keywords: CORE, mathematical connection.

1) Mahasiswa PGSD Kampus Cibiru, NIM 1106076 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab

(5)

Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-14 Seperti diketahui bahwa dalam

pembelajaran matematika, masalah rutin yang biasa diberikan pada siswa sebagai latihan atau tugas selalu berorientasi pada tujuan akhir, yakni jawaban yang benar. Akibatnya proses atau prosedur yang telah dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal tersebut kurang atau bahkan tidak mendapat perhatian guru. Padahal perlu disadari bahwa proses penyelesaian masalah merupakan tujuan utama dalam pembelajaran pemecahan masalah matematika untuk menjadikan siswa yang aktif, kreatif, kritis, inovatif, dan produktif dalam menyongsong tantangan kehidupan dimasa yang akan datang.

Meninjau hasil temuan di lapangan, terlihat belum adanya kesiapan guru d alam melaksanakan tuntutan kurikulum dan tujuan pembelajaran matematika itu sendiri. Semua itu jelas terlihat dengan penggunaan desain pembelajaran yang masih dominan dengan pembelajaran konvensional, sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak dituntut untuk dapat menggali pengetahuannya sendiri, menumbuhkan minat dalam aktivitas belajar dan memberikan keleluasaan siswa dalam menyalurkan ide atau pendapat-pendapatnya.

Dalam proses pembelajarannya, siswa hanya disajikan permasalahan yang secara tidak langsung dapat menghambat rasa keingintahuan siswa dalam menjawab atau memecahkan masalah. Siswa hanya menerima begitu saja dari apa yang telah disampaikan oleh guru. Selain menjadikan pembelajaran kurang bermakna, semua itu merupakan salah satu penyebab dari rendahnya kemampuan siswa dalam berpikir kreatif. Oleh karena itu, dibutuhkan penerapan pendekatan dan model pembelajaran yang dapat memunculkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam pembelajaran matematika.

Pendapat Morocco, dkk. (Abidin, 2014, hlm. 182) yang menyatakan bahwa:

Dalam abad ke-21 ini kemampuan terpenting yang harus dimiliki oleh manusia adalah kompetensi abad ke-21. Salah satunya adalah kompetensi berpikir kreatif berhubungan dengan kesanggupan seseorang untuk menghasilkan gagasan, proses, maupun produk yang bernilai lebih, unik dan memiliki sifat kebaruan. Kesanggupan seseorang menghasilkan ide kreatif ini diyakini akan membukakan kesempatan baginya untuk beroleh pekerjaan, penghidupan, dan kehidupan yang lebih layak didalam situasi dunia yang semakin padat penduduk. Kompetensi kreatif lebih jauh akan mampu meningkatkan daya saing seseorang sehingga akan memberikan sejumlah peluang baginya untuk tetap dapat memenuhi segala kebutuhannya.

Torrance dalam Filsaime (Susanto, 2014, hlm. 110) menyebutkan bahwa „Berpikir kreatif merupakan sebuah proses yang melibatkan unsur-unsur orisinalitas, kelancaran, fleksibilitas, dan elaborasi...‟ Dengan kata lain, berpikir kreatif merupakan proses untuk menjadikan seseorang lebih peka terhadap berbagai masalah yang ada disekitarnya, mencarikan alternatif-alternatif sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah, menguji dan mengkomunikasikan hasil yang telah diperoleh.

Pendekatan open-ended menjanjikan suatu kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakini sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan. Dengan berbasis model think pair share dalam tahapan dari pendekatan open-ended

bertujuan agar berpikir matematika melalui kegiatan kreatif siswa dapat berkembang secara maksimal dan berkomunikasi melalui proses belajar mengajar melalui pola diskusi kelas yang variatif, sehingga akan membangun kegiatan interaktif yang baik antara matematika dan siswa.

Model think pair share adalah model yang memiliki penekanan pada pembelajaran kooperatif dan kemandirian

(6)

siswa. Dalam langkah pembelajarannya, terlebih dahulu memberikan kesempatan pada siswa untuk menggali pengetahunnya sendiri (think), lalu siswa diminta untuk berpasangan menggabungkan ide atau jawaban yang telah mereka peroleh sebelumnya (pair), kemudian siswa berdiskusi dengan kelompok kecil untuk lebih memperkaya pengetahuan dengan berbagi satu sama lain (share).

Dari langkah kegiatan tersebut, dapat terlihat bahwasannya dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan open-ended berbasis think pair

share, menuntut siswa untuk dapat belajar

dengan pengalaman sosial yang dilakukan sehingga siswa dapat mengkonstruksi pengalaman belajar sendiri melalui pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaluinya. Dengan demikian, dalam proses pembelajarannya siswa secara tidak langsung menggali pengetahuan melalui interaksi dan pengalaman belajar yang dilakukannya dengan lingkungan belajar yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan.

Berdasarkan semua uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended berbasis model think pair share dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?”

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended berbasis model think pair share dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

METODE

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas V SD di gugus VI di Kecamatan Rancaekek, sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah SD Negeri yang memiliki kelas paralel yaitu di SD Negeri

Cangkuang III siswa kelas V-A dan kelas V-B. Kelas V-A dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas V-B dijadikan sebagai kelas kontrol. Kelas kontrol memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran biasa dan kelas eksperimen mendapat pembelajaran dengan pendekatan

open-ended berbasis model think pair share. Kelas V-A memiliki jumlah siswa 31

orang, sedangkan kelas V-B memiliki siswa 31 orang.Peniliti memilih SD Negeri Cangkuang III karena memiliki karakteristik yang hampir sama, selain masih rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, berdasarkan hasil wawancara bersama masing-masing dari wali kelas V-A dan V-B, masing-masing kelas memiliki nilai hasil rata-rata kelas pada mata pelajaran matematika yang tidak jauh berbeda.

Desain eksperimen yang diambil (Sugiyono, 2010, hlm.73-79) adalah

Pre-Experimental Design (nondesigns) yaitu, One-Group Pretes-Postes Design dan

desain Quasi Experimental Design yaitu,

Nonequivalent Control Group Design. Pre-Experimental Design (nondesigns), One-Group Pretes-Postes Design adalah desain yang tidak adanya

variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. Dalam desain ini terdapat pretes sebelum perlakuan dan postes setelah diberikan perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat. Oleh karena itu, desain ini cocok digunakan untuk menjawab rumusan masalah pada poin ke satu dan dua. Desain ini dapat digambarkan seperti berikut (Sugiyono, 2010, hlm. 75):

O X O

Keterangan:

O : pretes=postes

Quasi Experimental Design yaitu, Nonequivalent Control Group Design

adalah desain yang memiliki kelompok kontrol akan tetapi tidak berfungsi

(7)

Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-14 sepenuhnya untuk mengontrol

variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen, dan tidak dipilih secara random. Penelitian desain kuasi eksperimen melibatkan dua kelompok sampel, yang satu sebagai kelompok kontrol dan yang satu sebagai kelompok eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang benar-benar melihat hubungan sebab akibat suatu perlakuan pada salah satu kelompok. Dalam penelitian ini, kelas eksperimen mendapat perlakuan dengan menggunakan pendekatan

open-ended berbasis model think pair share dan

kelas kontrol tidak mendapat perlakuan khusus, atau dapat dikatakan mendapatkan pembelajaran konvensional. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, kedua kelas diberikan pretes dan posttest. Desain ini dapat digambarkan seperti berikut (Sugiyono, 2010, hlm. 79):

O X1 O

O X2 O

Keterangan:

O =pretes dan posttest

X1 =pembelajaran matematika dengan

menggunakan pendekatan open-ended berbasis think pair share

X2 =pembelajaran matematika dengan

konvensional

=subjek tidak dikelompokan secara acak

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan non-tes. Instrumen tes dalam penelitian ini berupa tes berbentuk uraian untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, sedangkan instrumen non-tes berupa lembar observasi yang digunakan untuk mengukur aktivitas guru pada kelompok eksperimen.

Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, terlebih dahulu peneliti membuat kisi-kisi instrumen untuk

selanjutnya dilakukan uji coba. Instrumen yang diujicobakan merupakan instrumen yang telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Uji coba soal dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap butir soal yang akan digunakan dalam penelitian. Hasil uji coba tes kemampuan komunikasi matematis ini dianalisis menggunakan program software Anates V4 dan software SPSS (Statistic Product and Servive

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL

Hasil Pretest

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, perolehan rata-rata skor pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut.

Tabel 1 Rata-rata Skor Pretest dan Posttest Kelompok Pretest Posttest Eksperimen 43,16 70,47 Kontrol 39,13 58,83

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada deskripsi data skor pretest dalam Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2 Deskripsi Skor Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Descriptive Statistics

Kelompok N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

Variance

Eksperimen 31 21,40 71,40 1337,90 43,16 13,55 183,86 Kontrol 31 25,00 60,70 1213,00 39,13 9,43 89,01

Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda jauh. Hal ini dapat dilihat dari perolehan rata-rata skor pretest kelas eksperimen sebesar 43,16 dan rata-rata skor

pretest kelas kontrol 39,13. Selisih rata-rata

skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 4,03. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa rata-rata skor

pretest kelas kontrol sedikit lebih besar

dibandingkan dengan rata-rata skor pretest kelas eksperimen. Namun, secara keseluruhan kedua kelas penelitian memiliki kemampuan koneksi matematis yang sama. Untuk melihat persamaan kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat dilihat Gambar 1 berupa diagram nilai

pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Gambar 1 Diagram Pretest

Berdasarkan gambar 1 di atas, menunjukkan hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai terendah antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda, begitu pula dengan nilai tertinggi kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Uji normalitas terhadap dua kelompok tersebut dilakukan dengan uji

Shapiro Wilk untuk data 30 dengan menggunakan program SPSS 17.0 for

Windows. Hipotesis dalam uji normalitas ini

adalah sebagai berikut.

H0 : Data berasal dari populasi

berdistribusi normal

Ha : Data tidak berasal dari populasi

berdistribusi normal

Dengan mengambil taraf signifikansi sebesar =5% kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah H0 diterima jika nilai signifikansi

(sig.) 0,05 dan H0 ditolak jika nilai

signifikansi < 0,05. Berikut adalah hasil perhitungan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 for Windows.

Tabel 3 Normalitas Distribusi Skor Pretest Kelompok Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Eksperimen 0,95 31 0,21 Kontrol 0,94 31 0,13 0 20 40 60 80 s1 s4 s7 s10 s13 s16 s19 s22 s25 s28 s31 Eksperimen Kontrol

(9)

Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa hasil output uji normalitas varians dengan menggunakan uji Shapiro Wilk menunjukkan signifikansi data skor pretest untuk kelompok eksperimen adalah 0,21 dan kelompok kontrol adalah 0,13. Karena nilai signifikansi kedua kelompok lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini dapat

dikatakan bahwa distribusi kedua sampel adalah normal.

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi sama. Berikut adalah hipotesis untuk uni homogenitas. Ho : tidak terdapat perbedaan varians

antara kedua kelompok sampel

Ha : terdapat perbedaan varians antara

kedua kelompok sampel

Dengan mengambil taraf signifikasni sebesar =5% kriteria pengambilan keputusan ini adalah H0 diterima jika

signifikasni (sig.) 0,05 dan H0 ditolak

jika nilai signifikasni (sig) < 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini. Tabel 4 Homogenitas Dua Varians Skor

Pretest

Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 df2 Sig.

3,63 1 60 0,061 Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi uji

Levene Statistic berada di atas 0,05 yaitu

0,061. Berdasarkan hasil uji Levene

Statistic tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa H0 diterima, artinya tidak terdapat

perbedaan varians antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Karena uji normalitas dan uji homogenitas memenuhi kriteria untuk dilakukan uji t, maka berikut adalah hipotesis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu: H0 : ,Kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol pada pretest tidak berbeda secara signifikan. Ha : ,Kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada pretest berbeda secara signifikan.

Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima.

b) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak.

Tabel 5 Independent Sampel Test Pretest Independent Sampel Test

T df Sig (2-taile d) Mea n Diff eren ce Std. Error Differen ce Lowe r Upp er 1, 13 60 0,1 8 4,0 2 2,96 -1,90 9,96 Berdasarkan tabel 5 di atas, , terlihat bahwa t hitung untuk pretest dengan equal

variance assumed adalah 1,13 dengan

probabilitas 0,18. Karena perolehan probabilitas uji dua sisi lebih besar dari 0,05 (0,18 > 0,05), maka H0 diterima. Hal

ini dapat diasumsikan bahwa kemampuan koneksi matematis kedua kelompok pada

pretest tidak berbeda secara signifikan,

artinya kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki kemampuan koneksi yang sama sebelum kedua kelompok tersebut mendapat perlakuan yang berbeda.

Hasil Posttest

Posttest dilakukan untuk melihat

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah mendapatkan perlakuan yang berbeda. Berikut adalah analisis data skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang disajikan pada Tabel 6 di bawah ini.

(10)

Tabel 6 Deskripsi Skor Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Descriptive Statistics

Kelompok N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

Variance

Eksperimen 31 46,40 89,20 2184 70,47 12,50 156,184 Kontrol 31 42,80 82,10 1823 58,82 10,26 105,279

Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa skor postes siswa kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini terlihat bahwa rata-rata pada kelas eksperimen adalah 70,47 dan rata-rata kelas kontrol 58,82. Jadi perbedaannya adalah 11,65. Perbedaan nilai

posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat lebih jelas dari hasil analisis Gambar 2 berupa diagram nilai posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berikut adalah Gambar diagram yang diperoleh.

Gambar 2 Diagram Posttest

Berdasarkan Gambar 2 di atas, menunjukkan hasil postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai terendah antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda, begitu pula dengan nilai tertinggi kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Berdasarkan data hasil skor postes kelas eksperimen dan kelas kontrol terlihat bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kedua kelas mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan pembelajaran. Terlihat bahwa selisih atau perbedaan

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended

berbasis model think pair share dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa.

Uji normalitas terhadap data skor

posttest dua kelompok penelitian dilakukan

dengan uji ShapiroWilk untuk data 30 menggunakan program SPSS 17.0 for

Windows. Hipotesis dalam uji normalitas ini

adalah sebagai berikut.

H0 : Data berasal dari populasi

berdistribusi normal

Ha : Data tidak berasal dari populasi

berdistribusi normal

Dengan mengambil taraf signifikansi sebesar =5% kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah H0 diterima jika nilai signifikansi

(sig.) 0,05 dan H0 ditolak jika nilai

signifikansi < 0,05. Berikut adalah hasil perhitungan uji normalitas Shapiro Wilk dengan menggunakan program SPSS versi

17.0 for Windows.

Tabel 7 Normalitas Distribusi Skor Posttest Kelompok Shapiro Wilk

Statistic Df Sig.

Eksperimen 0,94 31 0,14

Kontrol 0,96 31 0,34

Berdasarkan Tabel 7 di atas, dapat dilihat bahwa hasil output uji normalitas varians dengan menggunakan uji Shapiro

Wilk menunjukkan nilai signifikansi skor posttest kelas eksperimen adalah 0,14 dan

0,34 untuk kelas kontrol. Nilai signifikansi kedua kelas tersebut lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 maka keputusannya H0

masing-masing dari kedua nilai tersebut

0 20 40 60 80 100 s1 s4 s7 s10 s13 s16 s19 s22 s25 s28 s31 Eksperimen Kontrol

(11)

Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-14 diterima, artinya data berasal dari populasi

yang berdistribusi normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa data postes untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi sama. Berikut adalah hipotesis untuk uni homogenitas. Ho : tidak terdapat perbedaan varians

antara kedua kelompok sampel

Ha : terdapat perbedaan varians antara

kedua kelompok sampel

Dengan mengambil taraf signifikasni sebesar =5% kriteria pengambilan keputusan ini adalah H0 diterima jika

signifikasni (sig.) 0,05 dan H0 ditolak

jika nilai signifikasni (sig) < 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini. Tabel 8 Homogenitas Dua Varians Skor

Posttest

Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 df2 Sig.

2,09 1 60 0,15 Berdasarkan Tabel 8 di atas, dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi uji

Levene Statistic berada di atas 0,05 yaitu

0,15. Berdasarkan hasil uji Levene Statistic tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0

diterima, artinya tidak terdapat perbedaan

varians antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa data skor posttest kemampuan berpikir kreatif matematis untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan varians.

Selanjutnya yaitu dilakukan uji t, berikut merupakan hipotesis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu:

H0 : , tidak terdapat perbedaan

rata-rata pada kedua kelompok

Ha : , terdapat perbedaan rata-rata

pada kedua kelompok Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) Jika nilai signifikansi lebih besar sama dengan dari 0,05, maka H0 diterima.

b) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak.

Pada tahap ini akan dilakukan uji t (T-Test Sample Independent) dengan asumsi data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji perbedaan rerata dari posttest kedua sampel tersaji pada tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9 Independent Sampel Test Postest

Independent Sampel Test T d f Sig (2-taile d) Mean Differ ence Std. Error Differ ence Low er Upp er 4,0 1 6 0 0,0 0 11,6 4 2,90 5,8 3 17, 45 Berdasarkan Tabel 9 di atas, , terlihat bahwa t hitung untuk posttest dengan equal variance assumed adalah 4,01 dengan probabilitas 0,00. Karena perolehan probabilitas uji dua sisi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) dan t hitung lebih besar dari t tabel (4,01 > 2,042), maka H0 ditolak.

Rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah berbeda. Selain itu, Berdasarkan Tabel 9 di atas diperoleh juga mean difference untuk skor posttest sebesar 11,64 dengan perbedaan rata-rata bawah sebesar 5,83 dan rata-rata bagian atas sebesar 17,45. Hal ini dapat diartikan bahwa perbedaan rata-rata

posttest berkisar antara 5,83 sampai 17,45

dengan perbedaan rata-rata adalah sebesar 11,64.

(12)

Kualitas Pembelajaran

Berdasarkan data sebelumnya dari hasil posttest menunjukan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran pendekatan open-ended berbasis model

think pair share lebih baik daripada siswa

yang memperoleh pembelajaran biasa. Untuk mengetahui kualitas pembelajaran matematika yang sudah dilakukan dapat dilakukan uji statsistik yaitu uji gain.

Perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dapat diketahui melalui analisis data menggunakan uji gain, yaitu dengan membandingkan skor pretest dan posttest. Pada tahap ini akan dilihat perubahan atau peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis setiap siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tabel 10 Deskripsi Skor Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan bahwa rata-rata gain kelas eksperimen adalah 0,49 dengan skor tertinggi 0,76 dan skor terendah 0,17. Pada rata-rata gain kelompok kontrol adalah 0,32 dengan skor tertinggi 0,62 dn skor terendah 0,07. Berdasarkan perolehan rata-rata gain kedua kelas simpangan baku (standar deviasi) yaitu 0,14 dan 0,13. Perolehan simpangan baku tersebut menunjukan bahwa simpangan baku di kelas eksperimen relatif besar dengan nilai rata-rata yang lebih tinggi dari kelas kontrol, sehingga nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai kelas kontrol. Untuk memperkuat semua uraian diatas, maka akan dilakukan uji t terhadap rata-rata skor indeks gain, yang sebelumnya dilakukan uji normalitas terlebih dahulu.

Sebelum dilakukan uji perbedaan rerata gain, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas pada kelompok eksperimen dan kelompok Kontrol. Hipotesis dalam uji normalitas ini adalah sebagai berikut.

H0 : Data berasal dari populasi

berdistribusi normal

Ha : Data tidak berasal dari populasi

berdistribusi normal

Dengan mengambil taraf signifikansi sebesar = 5% kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah H0 diterima jika nilai signifikansi

(sig.) 0,05 dan H0 ditolak jika nilai

signifikansi < 0,05. Pengajuan hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji

Shapiro Wilk. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.

Tabel 11 Normalitas Distribusi Gain Kelompok Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig.

Eksperimen 0,98 31 0,81

Kontrol 0,97 31 0,71

Berdasarkan tabel 11 di atas, dapat dilihat bahwa hasil output uji normalitas varians dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk menunjukkan nilai signifikansi data skor

gain untuk kelompok eksperimen adalah

0,81 dan kelompok kontrol adalah 0,71. Karena nilai signifikansi kedua kelompok lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini

dapat diasumsikan bahwa distribusi data kedua sampel adalah normal.

Descriptive Statistics

Kelompok N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Eksperimen 31 0,17 0,76 ,784 0,14 0,022

(13)

Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-14

Selanjutnya dilakukan uji t, karena uji normalitas memenuhi kriteria untuk dilakukan uji t. Berikut adalah hipotesis nol dan hipotesis tandingan yang digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata skor

gain kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol yaitu:

H0 : , Peningkatan kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran

menggunakan pendekatan

open-ended berbasis model think pair share tidak lebih

baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Ha : , Peningkatan kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran

menggunakan pendekatan

open-ended berbasis model think pair share lebih baik

daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) Jika nilai signifikansi lebih besar sama dengan dari 0,05, maka H0 diterima.

b) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak.

Tabel 13 Independent Sampel Test Gain

Independent Sampel Test T D f Sig (2-taile d) Mean Differ ence Std. Error Differ ence Low er Upp er 4,5 9 6 0 0,0 0 0,16 0,03 0,0 9 0,2 4 Berdasarkan tabel 13 di atas, terlihat bahwa t hitung untuk gain dengan equal

variance assumed adalah 4,59 dengan

probabilitas 0,00. Untuk uji satu pihak,

maka probabilitas yang diperoleh harus dibagi dua yaitu 0,00. Karena perolehan probabilitas uji satu pihak lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak.

Rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol.

Dari semua uraian diatas, dapat ditarik diartikan bahwa peningktan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended berbasis model think pair share lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensioanl.

B. PEMBAHASAN

Peningkatan Kemempuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa yang Memperoleh Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended Berbasis Model

Think Pair Share

Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended berbasis model

think pair share sebagai perlakuan yang

diberikan kepada kelas V-A selaku kelas eksperimen mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa secara signifikan. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif matematis siswa setelah memperoleh sembilan kali pembelajaran.

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya, rata-rata skor pretes kelas eksperimen diperoleh sebesar 42,80. Setelah siswa mendapat perlakuan melalui pembelajaran dengan pendekatan

open-ended berbasis model think pair share, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa mengalami peningkatan secara signifikan. Hai ini dapat dilihat dari tingginya perolehan rata-rata postes siswa yaitu sebesar 70,47. Gain ternormalisasi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen diperoleh sebesar

(14)

0,49 yang berkisar pada 0,3 < x ≤ 0,7. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended berbasis model

think pair share mampu meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kategori sedang secara signifikan.

Sejalan dengan teori konstruktivis yang dikemukakan oleh Aunurrahman (2012, hlm 19) bahwa “konstruktivisme memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan merupakan kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta”.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended berbasis model

think pair share mampu melatih sekaligus

menuntun siswa untuk menemukan pengetahuan, konsep dan kesimpulan melalui tahap pembelajaran. Pada pembelajaran ini, pengetahuan awal siswa menjadi kemampuan dasar yang akan diperkuat melalui kegiatan belajar dalam aktivitas pengenalan (langkah 1 dalam model think pair share, yaitu berpikir/thinking), siswa dapat mengkosntruksi pola pikir siswa. Kegiatan pembelajaran secara berkelompok mampu menciptakan interaksi sosial yang baik antar siswa dengan aktivitas pemahaman (langkah 2 dan 3 dalam model think pair

share, yaitu berpasangan/piring dan berbagi/sharing). Dengan adanya aktivitas pemantapan dalam tahapan pembelajaran mengharuskan siswa untuk dapat mengeluarkan pendapatnya berupa tanggapan dan atau menambahkan hasil kerja kelompok yang pada akhirnya akan mengarahkan siswa pada suatu kesimpulan dari materi pembelajaran yang telah dipelajari. Dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep dan kesimpulan yang diperoleh siswa ini mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Peningkatan Kemempuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Kontrol

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan, terlihat bahwa pembelajaran konvensional terhadap kelas kontrol mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Setiap siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran matematika secara konvensional mengalami peningkatan kemampauan berpikir kreatif matematis pada kategori sedang. Peningkatan berpikir kreatif matematis siswa yang satu dengan yang lainnya adalah berbeda. Peningkatan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas kontrol ini dapat dilihat dari hasil gain ternormalisasi.

Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, diketahui rata-rata skor pretes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas kontrol sebesar 39,13. Setelah siswa mendapat perlakuan melalui pembelajaran secara konvensional, kemampuan berpikir kreatif siswa mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil postes yang menunjukkan bahwa rata-rata skor postes kemampuan berpikir kreatif siswa setelah mendapat perlakuan diperoleh sebesar 58,83. Gain ternormalisasi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas kontrol diperoleh sebesar 0,32 yang berkisar pada 0,3 < x ≤ 0,7. Hai ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran konvensional terhadap kelas kontrol mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kategori sedang.

Adapun peningktan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional merupakan bukti bahwa pembelajaran konvensional pun memiliki beberapa keuntungan, diantaranya yaitu memudahkan guru dalam menyampaikan materi dikarenakan guru yang mendominasi pembelajaran. Selain itu adanya campur tangan dari guru kepada siswa secara tidak langsung memaksa siswa untuk

(15)

Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-14 memusatkan perhatian kepada guru yang

sedang menyampaikan materi. Keuntungan lainnya yang didapat dari pembelajaran konvensional adalah efesiensi waktu.

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa yang Memperoleh Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended Berbasis Model

Think Pair Share Dibandingkan Siswa

yang Memperoleh Pembelajaran

Konvensional.

Berdasarakan kegiatan pretes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dan pengolahan dta yang telah dilakukan, diperoleh hasil rata-rata skor pretes kelas eksperimen dengan jumlah siswa 31 orang sebesar 43,16 dan rata-rata pretes yang diperoleh kelas kontrol dengan jumlah 31 orang siswa sebesar 39,13. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa pada kedua kelas hampir sama, dapat dilihat rata-rata pretes kelas eksperimen hanya berbeda 4,03 dengan rata-rata pretes kelas kontrol. Namun, untuk dapat membuktikan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan yang sama penulis melakukan pengujian terhadap hasil pretes.

Pengujian tersebut dimulai dengan uji normalitas dan uji homogenitas, kemudian dilanjutkan dengan uji perbedaan rerata dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Pengujian data pretes pertama, yaitu uji normalitas terhadap data pretes dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji normalitas tersebut adalah 0,21 pada kelas eksperimen dan 0,13 pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil tersebut dapat terlihat bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Setelah diketahui kedua kelas berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengn uji homogenitas, hasil dari uji homogenitas kedua kelas yaitu diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,061 yang artinya kedua data baik data kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari data yang homogen. Pengujian terakhir adalah uji-t (Independent Sampel T-test ) dengan perolehan nilai signifikansi sebesar

0,18. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari taraf signifikansi 5% (0,05), sehingga berdasarkan kriteri pengembilan keputusan yang telah ditetapkan adalah H0 diterima.

Hal tersebut berarti bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended

berbasis model think pair share dengan siswa kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Dengan kata lain, kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dikatakan stara atau sama.

Setelah dilakukan pemberian perlakuan sebanyak sembilan kali pertemuan pada kelas eksperimen dengan pendekatan open-ended berbasis model

think pair share dan kelas kontrol dengan

pembelajaran konvensional, maka siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan postes kemampuan berpikir kreatif matematis. Dari kegiatan postes tersebut diperoleh rata-rata skor postes kelas eksperimen sebesar 70,47 dan rata-rata skor postes kelas kontrol sebesar 58,83. Selain itu diperoleh pula rata-rata hasil gain kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelas eksperimen sebesar 0,49 yang berkisar pada 0,3 < x ≤ 0,7 yaitu memiliki interpretasi sedang. Untuk rata-rata hasil gain kemmpuan berpikir kreatif matematis pada kelas kontrol sebesar 0,31 yang berkisar pada 0,3 < x ≤ 0,7 yang memiliki interpretasi sedang. Berdasarkan data diatas dapat terlihat bahwa kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengalami peningkatan.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan

open-ended berbasis model think pair share lebih

baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Oleh sebab itu, pendekatan open-ended berbasis model

(16)

think pair share dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dari penelitian yang berjudul “Pendekatan Open-Ended Berbasis Model

Think Pair Share terhadap Peningkatan

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa” ini dapat ditarik kesimpulan, berikut di bawah ini kesimpulan hasil penelitian. 1. Terdapat peningkatan kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran

menggunakan pendekatan open-ended berbasis model think pair share. Hal ini berdasarkan hasil uji perbedaan rerata yang menghasilkan nilai signifikansi kurang dari taraf signifikansi 5% (0,05) yaitu 0,00. Rata-rata perolehan hasil uji gain ternormalisasi sebesar 0,49 yang berada pada kategori sedang. Indikator yang masih pada kategori sedang tersebut meliputi kemampuan menghasilkan sejumlah ide dan beragam, kemampuan menghasilkan ide yang berbeda atau unik, dan kemampuan merinci jawaban yang diberikan.

2. Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran

konvensional. Hal ini berdasarkan hasil uji perbedaan rerata yang menghasilkan nilai signifikansi kurang dari taraf signifikansi 5% (0,05) yaitu 0,00. Rata-rata perolehan hasil uji gain ternormalisasi sebesar 0,32 yang berada pada kategori sedang. Indikator yang masih pada kategori sedang tersebut meliputi kemampuan menghasilkan sejumlah ide dan beragam, kemampuan menghasilkan ide yang berbeda atau unik, dan kemampuan merinci jawaban yang diberikan.

3. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended berbasis model think pair share lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensioanal. Hal ini berdasarkan hasil uji perbedaan rerata yang menghasilkan nilai signifikansi kurang dari taraf signifikansi 5% (0,05) yaitu 0,00. Selain itu, rata-rata nilai gain ternormalisasi siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended berbasis model

think pair share lebih besar dibandingkan dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran

konvensional.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus (2014). Desain sistem

pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013. Bandung: PT. Refika Aditama.

Afgani, Jarnawi (2004). Pendekatan open ended dalam pembelajaran matematika.

Jurnal Open-Ended, hlm. 1-15.

Ruseffendi, E.T. (2010). Dasar-dasar

penelitian dan bidang non-eksakta lainnya.

Bandung: Tarsito.

Santoso, S. (2014) Panduan lengkap SPSS

versi 20. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulyono, J. (2010). 6 Hari jago SPSS. Yogyakarta: Cakrawala

Susanto, Ahmad (2014). Teori belajar dan

pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta:

Kencana.

Van de Walle, J.A., (2008). Matematika

sekolah dasar dan menengah jilid 2.

Gambar

Tabel 1 Rata-rata Skor Pretest dan Posttest  Kelompok  Pretest  Posttest  Eksperimen  43,16  70,47  Kontrol  39,13  58,83
Tabel  4  Homogenitas  Dua  Varians  Skor  Pretest
Tabel 6 Deskripsi Skor Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol  Descriptive Statistics
Tabel  8  Homogenitas  Dua  Varians  Skor  Posttest
+2

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data dibutuhkan untuk menentukan instrumen yang digunakan untuk menjaring informasi dari subjek penelitian (guru mata pelajaran.. program produktif, ketua

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment diperoleh hasil (r) sebesar -0,494 dengan p=0,01&lt;0,05 yang berarti ada hubungan

Lampiran 3.Uji Korelasi pada Komponen Produksi Tandan Buah Segar bulanan Kebun Sei Baruhur pada Tanaman Berumur 5, 7,dan 9 Tahun selama 3

(1) Dengan tidak mengurangi kewadjiban untuk memperoleh izin menurut peraturan- peraturan lain jang berlaku, maka kepada pemegang Kuasa Pertambangan jang telah

Hak cipta merupakan istilah yang populer di dalam masyarakat, walaupun demikian pemahaman tentang ruang lingkup pengertiannya tidaklah sama pada setiap orang karena berbedanya

Karena nantinya akan dilakukan pengeboran menggunakan system RCD (Reserve Circullate Drill) maka pada saat pemancangan casing perlu dinaikkan 2 meter lebih tinggi dari HWL air

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses

Tidak/belum pernah sekolah adalah mereka yang tidak pernah/ belum pernah terdaftar dan tidak pernah/belum pernah aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan