PENDEKATAN OPEN-ENDED BERBASIS MODEL THINK PAIR
SHARE TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA
ARTIKEL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
RINI MUDIANI 1106976
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-14
PENDEKATAN OPEN-ENDED BERBASIS MODEL THINK
PAIR SHARE TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA
Rini Mudiani
1, Umar
2, Tita Mulyati
3Jurusan S-1 PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia
rinimudiani120293@yahoo.com ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang dilakukan tidak mengarahkan dan menuntut siswa untuk menggali kemampuan yang dimilikinya untuk mencari, mengembangkan hasil perolehannya dalam bentuk fakta dan informasi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan pendekatan open-ended berbasis think pair share dan pembelajaran konvensional. Pendekatan open-ended menjanjikan suatu kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakini sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan populasi adalah seluruh siswa kelas V SDN Cangkuang III dan sampel penelitian yaitu kelas V-A dan kelas V-B. Berdasarkan hasil analisis pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 39,13 sehingga kemampuan awal siswa secara signifikan tidak jauh berbeda. Untuk hasil postes kelas eksperimen adalah 70,47 dan 58,83 untuk kelas kontrol. Perubahan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dapat diketahui melalui uji gain. Uji gain kelas eksperimen sebesar 0,49 dan berada pada taraf sedang, sedangkan kelas kontrol sebesar 0,32 dan berada pada taraf sedang. Untuk melihat perbedaan rerata digunakan uji-t dan diperoleh nilai signifikansinya adalah 0,00 yang artinya hasil ini lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan open-ended berbasis model think pair share lebih baik daripada dengan pembelajaran konvensional. Maka pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended berbasis model think pair share dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Kata Kunci : Pendekatan Open-ended,model think pair share, berpikir kreatif.
1) Mahasiswa PGSD Kampus Cibiru, NIM 1106076 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
OPEN-ENDED APPROACH BASED THINK PAIR SHARE MODEL
TO INCREASE THE STUDENT’S ABILITY IN
CREATIVE THINGKING MATEMATICALLY
Rini Mudiani
1, Umar
2, Tita Mulyati
3Jurusan S-1 PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia
rinimudiani120293@yahoo.com ABSTRACT
This research is based on the lower of mathematic creative thinking abilities of students. It is because the learning process is not carried out students to explore their ability to find and improve the results into a facts and information. The purpose of this research is to know the improvement in mathematical creative thinking abilities of students with open-ended approach based think pair share model and conventional learning. The open-ended approach give an opportunity for students to investigate various strategies and ways that are believed to elaborate the problems. The method used is a quasi-experimental with the entire population is all of fifth grade students in Cangkuang III and the sample of this research is class VA and VB. The result of the pretest analysis on experimental class and control class is 43,16 and 39,13. It means that the ability of students different significantly. The result of the postest analysis on experimental class is 70,47 and 58,83 for the control class. The increases of mathematic creative thinking abilities of students can be seen through the gain test. The test gain of experimental class is 0,49 and in the control class is 0,32. Both of the test are at moderate. To see the diferences of average, it can use t-test and the significance value is 0,00 which means that the result is less than 0,05, so H0 is rejected. Because of that can be concluded that learning by using open-ended approach based think pair share model is better than conventional learning. The open ended approach based think pair share model can be one alternative of mathematical learning to improve the mathematical creative thinking abilities of students.
Keywords: CORE, mathematical connection.
1) Mahasiswa PGSD Kampus Cibiru, NIM 1106076 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-14 Seperti diketahui bahwa dalam
pembelajaran matematika, masalah rutin yang biasa diberikan pada siswa sebagai latihan atau tugas selalu berorientasi pada tujuan akhir, yakni jawaban yang benar. Akibatnya proses atau prosedur yang telah dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal tersebut kurang atau bahkan tidak mendapat perhatian guru. Padahal perlu disadari bahwa proses penyelesaian masalah merupakan tujuan utama dalam pembelajaran pemecahan masalah matematika untuk menjadikan siswa yang aktif, kreatif, kritis, inovatif, dan produktif dalam menyongsong tantangan kehidupan dimasa yang akan datang.
Meninjau hasil temuan di lapangan, terlihat belum adanya kesiapan guru d alam melaksanakan tuntutan kurikulum dan tujuan pembelajaran matematika itu sendiri. Semua itu jelas terlihat dengan penggunaan desain pembelajaran yang masih dominan dengan pembelajaran konvensional, sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak dituntut untuk dapat menggali pengetahuannya sendiri, menumbuhkan minat dalam aktivitas belajar dan memberikan keleluasaan siswa dalam menyalurkan ide atau pendapat-pendapatnya.
Dalam proses pembelajarannya, siswa hanya disajikan permasalahan yang secara tidak langsung dapat menghambat rasa keingintahuan siswa dalam menjawab atau memecahkan masalah. Siswa hanya menerima begitu saja dari apa yang telah disampaikan oleh guru. Selain menjadikan pembelajaran kurang bermakna, semua itu merupakan salah satu penyebab dari rendahnya kemampuan siswa dalam berpikir kreatif. Oleh karena itu, dibutuhkan penerapan pendekatan dan model pembelajaran yang dapat memunculkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam pembelajaran matematika.
Pendapat Morocco, dkk. (Abidin, 2014, hlm. 182) yang menyatakan bahwa:
Dalam abad ke-21 ini kemampuan terpenting yang harus dimiliki oleh manusia adalah kompetensi abad ke-21. Salah satunya adalah kompetensi berpikir kreatif berhubungan dengan kesanggupan seseorang untuk menghasilkan gagasan, proses, maupun produk yang bernilai lebih, unik dan memiliki sifat kebaruan. Kesanggupan seseorang menghasilkan ide kreatif ini diyakini akan membukakan kesempatan baginya untuk beroleh pekerjaan, penghidupan, dan kehidupan yang lebih layak didalam situasi dunia yang semakin padat penduduk. Kompetensi kreatif lebih jauh akan mampu meningkatkan daya saing seseorang sehingga akan memberikan sejumlah peluang baginya untuk tetap dapat memenuhi segala kebutuhannya.
Torrance dalam Filsaime (Susanto, 2014, hlm. 110) menyebutkan bahwa „Berpikir kreatif merupakan sebuah proses yang melibatkan unsur-unsur orisinalitas, kelancaran, fleksibilitas, dan elaborasi...‟ Dengan kata lain, berpikir kreatif merupakan proses untuk menjadikan seseorang lebih peka terhadap berbagai masalah yang ada disekitarnya, mencarikan alternatif-alternatif sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah, menguji dan mengkomunikasikan hasil yang telah diperoleh.
Pendekatan open-ended menjanjikan suatu kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakini sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan. Dengan berbasis model think pair share dalam tahapan dari pendekatan open-ended
bertujuan agar berpikir matematika melalui kegiatan kreatif siswa dapat berkembang secara maksimal dan berkomunikasi melalui proses belajar mengajar melalui pola diskusi kelas yang variatif, sehingga akan membangun kegiatan interaktif yang baik antara matematika dan siswa.
Model think pair share adalah model yang memiliki penekanan pada pembelajaran kooperatif dan kemandirian
siswa. Dalam langkah pembelajarannya, terlebih dahulu memberikan kesempatan pada siswa untuk menggali pengetahunnya sendiri (think), lalu siswa diminta untuk berpasangan menggabungkan ide atau jawaban yang telah mereka peroleh sebelumnya (pair), kemudian siswa berdiskusi dengan kelompok kecil untuk lebih memperkaya pengetahuan dengan berbagi satu sama lain (share).
Dari langkah kegiatan tersebut, dapat terlihat bahwasannya dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan open-ended berbasis think pair
share, menuntut siswa untuk dapat belajar
dengan pengalaman sosial yang dilakukan sehingga siswa dapat mengkonstruksi pengalaman belajar sendiri melalui pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaluinya. Dengan demikian, dalam proses pembelajarannya siswa secara tidak langsung menggali pengetahuan melalui interaksi dan pengalaman belajar yang dilakukannya dengan lingkungan belajar yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan.
Berdasarkan semua uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended berbasis model think pair share dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?”
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended berbasis model think pair share dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
METODE
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas V SD di gugus VI di Kecamatan Rancaekek, sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah SD Negeri yang memiliki kelas paralel yaitu di SD Negeri
Cangkuang III siswa kelas V-A dan kelas V-B. Kelas V-A dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas V-B dijadikan sebagai kelas kontrol. Kelas kontrol memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran biasa dan kelas eksperimen mendapat pembelajaran dengan pendekatan
open-ended berbasis model think pair share. Kelas V-A memiliki jumlah siswa 31
orang, sedangkan kelas V-B memiliki siswa 31 orang.Peniliti memilih SD Negeri Cangkuang III karena memiliki karakteristik yang hampir sama, selain masih rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, berdasarkan hasil wawancara bersama masing-masing dari wali kelas V-A dan V-B, masing-masing kelas memiliki nilai hasil rata-rata kelas pada mata pelajaran matematika yang tidak jauh berbeda.
Desain eksperimen yang diambil (Sugiyono, 2010, hlm.73-79) adalah
Pre-Experimental Design (nondesigns) yaitu, One-Group Pretes-Postes Design dan
desain Quasi Experimental Design yaitu,
Nonequivalent Control Group Design. Pre-Experimental Design (nondesigns), One-Group Pretes-Postes Design adalah desain yang tidak adanya
variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. Dalam desain ini terdapat pretes sebelum perlakuan dan postes setelah diberikan perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat. Oleh karena itu, desain ini cocok digunakan untuk menjawab rumusan masalah pada poin ke satu dan dua. Desain ini dapat digambarkan seperti berikut (Sugiyono, 2010, hlm. 75):
O X O
Keterangan:
O : pretes=postes
Quasi Experimental Design yaitu, Nonequivalent Control Group Design
adalah desain yang memiliki kelompok kontrol akan tetapi tidak berfungsi
Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-14 sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen, dan tidak dipilih secara random. Penelitian desain kuasi eksperimen melibatkan dua kelompok sampel, yang satu sebagai kelompok kontrol dan yang satu sebagai kelompok eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang benar-benar melihat hubungan sebab akibat suatu perlakuan pada salah satu kelompok. Dalam penelitian ini, kelas eksperimen mendapat perlakuan dengan menggunakan pendekatan
open-ended berbasis model think pair share dan
kelas kontrol tidak mendapat perlakuan khusus, atau dapat dikatakan mendapatkan pembelajaran konvensional. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, kedua kelas diberikan pretes dan posttest. Desain ini dapat digambarkan seperti berikut (Sugiyono, 2010, hlm. 79):
O X1 O
O X2 O
Keterangan:
O =pretes dan posttest
X1 =pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan open-ended berbasis think pair share
X2 =pembelajaran matematika dengan
konvensional
=subjek tidak dikelompokan secara acak
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan non-tes. Instrumen tes dalam penelitian ini berupa tes berbentuk uraian untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, sedangkan instrumen non-tes berupa lembar observasi yang digunakan untuk mengukur aktivitas guru pada kelompok eksperimen.
Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, terlebih dahulu peneliti membuat kisi-kisi instrumen untuk
selanjutnya dilakukan uji coba. Instrumen yang diujicobakan merupakan instrumen yang telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Uji coba soal dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap butir soal yang akan digunakan dalam penelitian. Hasil uji coba tes kemampuan komunikasi matematis ini dianalisis menggunakan program software Anates V4 dan software SPSS (Statistic Product and Servive
HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL
Hasil Pretest
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, perolehan rata-rata skor pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut.
Tabel 1 Rata-rata Skor Pretest dan Posttest Kelompok Pretest Posttest Eksperimen 43,16 70,47 Kontrol 39,13 58,83
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada deskripsi data skor pretest dalam Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Deskripsi Skor Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Descriptive Statistics
Kelompok N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
Variance
Eksperimen 31 21,40 71,40 1337,90 43,16 13,55 183,86 Kontrol 31 25,00 60,70 1213,00 39,13 9,43 89,01
Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda jauh. Hal ini dapat dilihat dari perolehan rata-rata skor pretest kelas eksperimen sebesar 43,16 dan rata-rata skor
pretest kelas kontrol 39,13. Selisih rata-rata
skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 4,03. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa rata-rata skor
pretest kelas kontrol sedikit lebih besar
dibandingkan dengan rata-rata skor pretest kelas eksperimen. Namun, secara keseluruhan kedua kelas penelitian memiliki kemampuan koneksi matematis yang sama. Untuk melihat persamaan kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat dilihat Gambar 1 berupa diagram nilai
pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Gambar 1 Diagram Pretest
Berdasarkan gambar 1 di atas, menunjukkan hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai terendah antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda, begitu pula dengan nilai tertinggi kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Uji normalitas terhadap dua kelompok tersebut dilakukan dengan uji
Shapiro Wilk untuk data 30 dengan menggunakan program SPSS 17.0 for
Windows. Hipotesis dalam uji normalitas ini
adalah sebagai berikut.
H0 : Data berasal dari populasi
berdistribusi normal
Ha : Data tidak berasal dari populasi
berdistribusi normal
Dengan mengambil taraf signifikansi sebesar =5% kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah H0 diterima jika nilai signifikansi
(sig.) 0,05 dan H0 ditolak jika nilai
signifikansi < 0,05. Berikut adalah hasil perhitungan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 for Windows.
Tabel 3 Normalitas Distribusi Skor Pretest Kelompok Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Eksperimen 0,95 31 0,21 Kontrol 0,94 31 0,13 0 20 40 60 80 s1 s4 s7 s10 s13 s16 s19 s22 s25 s28 s31 Eksperimen Kontrol
Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa hasil output uji normalitas varians dengan menggunakan uji Shapiro Wilk menunjukkan signifikansi data skor pretest untuk kelompok eksperimen adalah 0,21 dan kelompok kontrol adalah 0,13. Karena nilai signifikansi kedua kelompok lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini dapat
dikatakan bahwa distribusi kedua sampel adalah normal.
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi sama. Berikut adalah hipotesis untuk uni homogenitas. Ho : tidak terdapat perbedaan varians
antara kedua kelompok sampel
Ha : terdapat perbedaan varians antara
kedua kelompok sampel
Dengan mengambil taraf signifikasni sebesar =5% kriteria pengambilan keputusan ini adalah H0 diterima jika
signifikasni (sig.) 0,05 dan H0 ditolak
jika nilai signifikasni (sig) < 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini. Tabel 4 Homogenitas Dua Varians Skor
Pretest
Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 df2 Sig.
3,63 1 60 0,061 Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi uji
Levene Statistic berada di atas 0,05 yaitu
0,061. Berdasarkan hasil uji Levene
Statistic tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa H0 diterima, artinya tidak terdapat
perbedaan varians antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Karena uji normalitas dan uji homogenitas memenuhi kriteria untuk dilakukan uji t, maka berikut adalah hipotesis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu: H0 : ,Kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol pada pretest tidak berbeda secara signifikan. Ha : ,Kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada pretest berbeda secara signifikan.
Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima.
b) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak.
Tabel 5 Independent Sampel Test Pretest Independent Sampel Test
T df Sig (2-taile d) Mea n Diff eren ce Std. Error Differen ce Lowe r Upp er 1, 13 60 0,1 8 4,0 2 2,96 -1,90 9,96 Berdasarkan tabel 5 di atas, , terlihat bahwa t hitung untuk pretest dengan equal
variance assumed adalah 1,13 dengan
probabilitas 0,18. Karena perolehan probabilitas uji dua sisi lebih besar dari 0,05 (0,18 > 0,05), maka H0 diterima. Hal
ini dapat diasumsikan bahwa kemampuan koneksi matematis kedua kelompok pada
pretest tidak berbeda secara signifikan,
artinya kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki kemampuan koneksi yang sama sebelum kedua kelompok tersebut mendapat perlakuan yang berbeda.
Hasil Posttest
Posttest dilakukan untuk melihat
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah mendapatkan perlakuan yang berbeda. Berikut adalah analisis data skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang disajikan pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6 Deskripsi Skor Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Descriptive Statistics
Kelompok N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
Variance
Eksperimen 31 46,40 89,20 2184 70,47 12,50 156,184 Kontrol 31 42,80 82,10 1823 58,82 10,26 105,279
Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa skor postes siswa kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini terlihat bahwa rata-rata pada kelas eksperimen adalah 70,47 dan rata-rata kelas kontrol 58,82. Jadi perbedaannya adalah 11,65. Perbedaan nilai
posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat lebih jelas dari hasil analisis Gambar 2 berupa diagram nilai posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berikut adalah Gambar diagram yang diperoleh.
Gambar 2 Diagram Posttest
Berdasarkan Gambar 2 di atas, menunjukkan hasil postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai terendah antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda, begitu pula dengan nilai tertinggi kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Berdasarkan data hasil skor postes kelas eksperimen dan kelas kontrol terlihat bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kedua kelas mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan pembelajaran. Terlihat bahwa selisih atau perbedaan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended
berbasis model think pair share dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa.
Uji normalitas terhadap data skor
posttest dua kelompok penelitian dilakukan
dengan uji ShapiroWilk untuk data 30 menggunakan program SPSS 17.0 for
Windows. Hipotesis dalam uji normalitas ini
adalah sebagai berikut.
H0 : Data berasal dari populasi
berdistribusi normal
Ha : Data tidak berasal dari populasi
berdistribusi normal
Dengan mengambil taraf signifikansi sebesar =5% kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah H0 diterima jika nilai signifikansi
(sig.) 0,05 dan H0 ditolak jika nilai
signifikansi < 0,05. Berikut adalah hasil perhitungan uji normalitas Shapiro Wilk dengan menggunakan program SPSS versi
17.0 for Windows.
Tabel 7 Normalitas Distribusi Skor Posttest Kelompok Shapiro Wilk
Statistic Df Sig.
Eksperimen 0,94 31 0,14
Kontrol 0,96 31 0,34
Berdasarkan Tabel 7 di atas, dapat dilihat bahwa hasil output uji normalitas varians dengan menggunakan uji Shapiro
Wilk menunjukkan nilai signifikansi skor posttest kelas eksperimen adalah 0,14 dan
0,34 untuk kelas kontrol. Nilai signifikansi kedua kelas tersebut lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 maka keputusannya H0
masing-masing dari kedua nilai tersebut
0 20 40 60 80 100 s1 s4 s7 s10 s13 s16 s19 s22 s25 s28 s31 Eksperimen Kontrol
Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-14 diterima, artinya data berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa data postes untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi sama. Berikut adalah hipotesis untuk uni homogenitas. Ho : tidak terdapat perbedaan varians
antara kedua kelompok sampel
Ha : terdapat perbedaan varians antara
kedua kelompok sampel
Dengan mengambil taraf signifikasni sebesar =5% kriteria pengambilan keputusan ini adalah H0 diterima jika
signifikasni (sig.) 0,05 dan H0 ditolak
jika nilai signifikasni (sig) < 0,05. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini. Tabel 8 Homogenitas Dua Varians Skor
Posttest
Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 df2 Sig.
2,09 1 60 0,15 Berdasarkan Tabel 8 di atas, dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi uji
Levene Statistic berada di atas 0,05 yaitu
0,15. Berdasarkan hasil uji Levene Statistic tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0
diterima, artinya tidak terdapat perbedaan
varians antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa data skor posttest kemampuan berpikir kreatif matematis untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan varians.
Selanjutnya yaitu dilakukan uji t, berikut merupakan hipotesis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu:
H0 : , tidak terdapat perbedaan
rata-rata pada kedua kelompok
Ha : , terdapat perbedaan rata-rata
pada kedua kelompok Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansi lebih besar sama dengan dari 0,05, maka H0 diterima.
b) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak.
Pada tahap ini akan dilakukan uji t (T-Test Sample Independent) dengan asumsi data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji perbedaan rerata dari posttest kedua sampel tersaji pada tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9 Independent Sampel Test Postest
Independent Sampel Test T d f Sig (2-taile d) Mean Differ ence Std. Error Differ ence Low er Upp er 4,0 1 6 0 0,0 0 11,6 4 2,90 5,8 3 17, 45 Berdasarkan Tabel 9 di atas, , terlihat bahwa t hitung untuk posttest dengan equal variance assumed adalah 4,01 dengan probabilitas 0,00. Karena perolehan probabilitas uji dua sisi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) dan t hitung lebih besar dari t tabel (4,01 > 2,042), maka H0 ditolak.
Rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah berbeda. Selain itu, Berdasarkan Tabel 9 di atas diperoleh juga mean difference untuk skor posttest sebesar 11,64 dengan perbedaan rata-rata bawah sebesar 5,83 dan rata-rata bagian atas sebesar 17,45. Hal ini dapat diartikan bahwa perbedaan rata-rata
posttest berkisar antara 5,83 sampai 17,45
dengan perbedaan rata-rata adalah sebesar 11,64.
Kualitas Pembelajaran
Berdasarkan data sebelumnya dari hasil posttest menunjukan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran pendekatan open-ended berbasis model
think pair share lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa. Untuk mengetahui kualitas pembelajaran matematika yang sudah dilakukan dapat dilakukan uji statsistik yaitu uji gain.
Perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dapat diketahui melalui analisis data menggunakan uji gain, yaitu dengan membandingkan skor pretest dan posttest. Pada tahap ini akan dilihat perubahan atau peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis setiap siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 10 Deskripsi Skor Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan bahwa rata-rata gain kelas eksperimen adalah 0,49 dengan skor tertinggi 0,76 dan skor terendah 0,17. Pada rata-rata gain kelompok kontrol adalah 0,32 dengan skor tertinggi 0,62 dn skor terendah 0,07. Berdasarkan perolehan rata-rata gain kedua kelas simpangan baku (standar deviasi) yaitu 0,14 dan 0,13. Perolehan simpangan baku tersebut menunjukan bahwa simpangan baku di kelas eksperimen relatif besar dengan nilai rata-rata yang lebih tinggi dari kelas kontrol, sehingga nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai kelas kontrol. Untuk memperkuat semua uraian diatas, maka akan dilakukan uji t terhadap rata-rata skor indeks gain, yang sebelumnya dilakukan uji normalitas terlebih dahulu.
Sebelum dilakukan uji perbedaan rerata gain, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas pada kelompok eksperimen dan kelompok Kontrol. Hipotesis dalam uji normalitas ini adalah sebagai berikut.
H0 : Data berasal dari populasi
berdistribusi normal
Ha : Data tidak berasal dari populasi
berdistribusi normal
Dengan mengambil taraf signifikansi sebesar = 5% kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah H0 diterima jika nilai signifikansi
(sig.) 0,05 dan H0 ditolak jika nilai
signifikansi < 0,05. Pengajuan hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji
Shapiro Wilk. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.
Tabel 11 Normalitas Distribusi Gain Kelompok Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
Eksperimen 0,98 31 0,81
Kontrol 0,97 31 0,71
Berdasarkan tabel 11 di atas, dapat dilihat bahwa hasil output uji normalitas varians dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk menunjukkan nilai signifikansi data skor
gain untuk kelompok eksperimen adalah
0,81 dan kelompok kontrol adalah 0,71. Karena nilai signifikansi kedua kelompok lebih dari 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
dapat diasumsikan bahwa distribusi data kedua sampel adalah normal.
Descriptive Statistics
Kelompok N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Eksperimen 31 0,17 0,76 ,784 0,14 0,022
Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-14
Selanjutnya dilakukan uji t, karena uji normalitas memenuhi kriteria untuk dilakukan uji t. Berikut adalah hipotesis nol dan hipotesis tandingan yang digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata skor
gain kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol yaitu:
H0 : , Peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
menggunakan pendekatan
open-ended berbasis model think pair share tidak lebih
baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
Ha : , Peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
menggunakan pendekatan
open-ended berbasis model think pair share lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansi lebih besar sama dengan dari 0,05, maka H0 diterima.
b) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak.
Tabel 13 Independent Sampel Test Gain
Independent Sampel Test T D f Sig (2-taile d) Mean Differ ence Std. Error Differ ence Low er Upp er 4,5 9 6 0 0,0 0 0,16 0,03 0,0 9 0,2 4 Berdasarkan tabel 13 di atas, terlihat bahwa t hitung untuk gain dengan equal
variance assumed adalah 4,59 dengan
probabilitas 0,00. Untuk uji satu pihak,
maka probabilitas yang diperoleh harus dibagi dua yaitu 0,00. Karena perolehan probabilitas uji satu pihak lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak.
Rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol.
Dari semua uraian diatas, dapat ditarik diartikan bahwa peningktan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended berbasis model think pair share lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensioanl.
B. PEMBAHASAN
Peningkatan Kemempuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa yang Memperoleh Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended Berbasis Model
Think Pair Share
Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended berbasis model
think pair share sebagai perlakuan yang
diberikan kepada kelas V-A selaku kelas eksperimen mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa secara signifikan. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif matematis siswa setelah memperoleh sembilan kali pembelajaran.
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya, rata-rata skor pretes kelas eksperimen diperoleh sebesar 42,80. Setelah siswa mendapat perlakuan melalui pembelajaran dengan pendekatan
open-ended berbasis model think pair share, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa mengalami peningkatan secara signifikan. Hai ini dapat dilihat dari tingginya perolehan rata-rata postes siswa yaitu sebesar 70,47. Gain ternormalisasi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen diperoleh sebesar
0,49 yang berkisar pada 0,3 < x ≤ 0,7. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended berbasis model
think pair share mampu meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kategori sedang secara signifikan.
Sejalan dengan teori konstruktivis yang dikemukakan oleh Aunurrahman (2012, hlm 19) bahwa “konstruktivisme memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan merupakan kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta”.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended berbasis model
think pair share mampu melatih sekaligus
menuntun siswa untuk menemukan pengetahuan, konsep dan kesimpulan melalui tahap pembelajaran. Pada pembelajaran ini, pengetahuan awal siswa menjadi kemampuan dasar yang akan diperkuat melalui kegiatan belajar dalam aktivitas pengenalan (langkah 1 dalam model think pair share, yaitu berpikir/thinking), siswa dapat mengkosntruksi pola pikir siswa. Kegiatan pembelajaran secara berkelompok mampu menciptakan interaksi sosial yang baik antar siswa dengan aktivitas pemahaman (langkah 2 dan 3 dalam model think pair
share, yaitu berpasangan/piring dan berbagi/sharing). Dengan adanya aktivitas pemantapan dalam tahapan pembelajaran mengharuskan siswa untuk dapat mengeluarkan pendapatnya berupa tanggapan dan atau menambahkan hasil kerja kelompok yang pada akhirnya akan mengarahkan siswa pada suatu kesimpulan dari materi pembelajaran yang telah dipelajari. Dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep dan kesimpulan yang diperoleh siswa ini mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Peningkatan Kemempuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, terlihat bahwa pembelajaran konvensional terhadap kelas kontrol mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Setiap siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran matematika secara konvensional mengalami peningkatan kemampauan berpikir kreatif matematis pada kategori sedang. Peningkatan berpikir kreatif matematis siswa yang satu dengan yang lainnya adalah berbeda. Peningkatan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas kontrol ini dapat dilihat dari hasil gain ternormalisasi.
Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, diketahui rata-rata skor pretes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas kontrol sebesar 39,13. Setelah siswa mendapat perlakuan melalui pembelajaran secara konvensional, kemampuan berpikir kreatif siswa mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil postes yang menunjukkan bahwa rata-rata skor postes kemampuan berpikir kreatif siswa setelah mendapat perlakuan diperoleh sebesar 58,83. Gain ternormalisasi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas kontrol diperoleh sebesar 0,32 yang berkisar pada 0,3 < x ≤ 0,7. Hai ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran konvensional terhadap kelas kontrol mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kategori sedang.
Adapun peningktan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional merupakan bukti bahwa pembelajaran konvensional pun memiliki beberapa keuntungan, diantaranya yaitu memudahkan guru dalam menyampaikan materi dikarenakan guru yang mendominasi pembelajaran. Selain itu adanya campur tangan dari guru kepada siswa secara tidak langsung memaksa siswa untuk
Antologi UPI, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015 1-14 memusatkan perhatian kepada guru yang
sedang menyampaikan materi. Keuntungan lainnya yang didapat dari pembelajaran konvensional adalah efesiensi waktu.
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa yang Memperoleh Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended Berbasis Model
Think Pair Share Dibandingkan Siswa
yang Memperoleh Pembelajaran
Konvensional.
Berdasarakan kegiatan pretes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dan pengolahan dta yang telah dilakukan, diperoleh hasil rata-rata skor pretes kelas eksperimen dengan jumlah siswa 31 orang sebesar 43,16 dan rata-rata pretes yang diperoleh kelas kontrol dengan jumlah 31 orang siswa sebesar 39,13. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa pada kedua kelas hampir sama, dapat dilihat rata-rata pretes kelas eksperimen hanya berbeda 4,03 dengan rata-rata pretes kelas kontrol. Namun, untuk dapat membuktikan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan yang sama penulis melakukan pengujian terhadap hasil pretes.
Pengujian tersebut dimulai dengan uji normalitas dan uji homogenitas, kemudian dilanjutkan dengan uji perbedaan rerata dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Pengujian data pretes pertama, yaitu uji normalitas terhadap data pretes dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji normalitas tersebut adalah 0,21 pada kelas eksperimen dan 0,13 pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil tersebut dapat terlihat bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Setelah diketahui kedua kelas berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengn uji homogenitas, hasil dari uji homogenitas kedua kelas yaitu diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,061 yang artinya kedua data baik data kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari data yang homogen. Pengujian terakhir adalah uji-t (Independent Sampel T-test ) dengan perolehan nilai signifikansi sebesar
0,18. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari taraf signifikansi 5% (0,05), sehingga berdasarkan kriteri pengembilan keputusan yang telah ditetapkan adalah H0 diterima.
Hal tersebut berarti bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended
berbasis model think pair share dengan siswa kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Dengan kata lain, kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dikatakan stara atau sama.
Setelah dilakukan pemberian perlakuan sebanyak sembilan kali pertemuan pada kelas eksperimen dengan pendekatan open-ended berbasis model
think pair share dan kelas kontrol dengan
pembelajaran konvensional, maka siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan postes kemampuan berpikir kreatif matematis. Dari kegiatan postes tersebut diperoleh rata-rata skor postes kelas eksperimen sebesar 70,47 dan rata-rata skor postes kelas kontrol sebesar 58,83. Selain itu diperoleh pula rata-rata hasil gain kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelas eksperimen sebesar 0,49 yang berkisar pada 0,3 < x ≤ 0,7 yaitu memiliki interpretasi sedang. Untuk rata-rata hasil gain kemmpuan berpikir kreatif matematis pada kelas kontrol sebesar 0,31 yang berkisar pada 0,3 < x ≤ 0,7 yang memiliki interpretasi sedang. Berdasarkan data diatas dapat terlihat bahwa kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengalami peningkatan.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
open-ended berbasis model think pair share lebih
baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Oleh sebab itu, pendekatan open-ended berbasis model
think pair share dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dari penelitian yang berjudul “Pendekatan Open-Ended Berbasis Model
Think Pair Share terhadap Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa” ini dapat ditarik kesimpulan, berikut di bawah ini kesimpulan hasil penelitian. 1. Terdapat peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran
menggunakan pendekatan open-ended berbasis model think pair share. Hal ini berdasarkan hasil uji perbedaan rerata yang menghasilkan nilai signifikansi kurang dari taraf signifikansi 5% (0,05) yaitu 0,00. Rata-rata perolehan hasil uji gain ternormalisasi sebesar 0,49 yang berada pada kategori sedang. Indikator yang masih pada kategori sedang tersebut meliputi kemampuan menghasilkan sejumlah ide dan beragam, kemampuan menghasilkan ide yang berbeda atau unik, dan kemampuan merinci jawaban yang diberikan.
2. Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran
konvensional. Hal ini berdasarkan hasil uji perbedaan rerata yang menghasilkan nilai signifikansi kurang dari taraf signifikansi 5% (0,05) yaitu 0,00. Rata-rata perolehan hasil uji gain ternormalisasi sebesar 0,32 yang berada pada kategori sedang. Indikator yang masih pada kategori sedang tersebut meliputi kemampuan menghasilkan sejumlah ide dan beragam, kemampuan menghasilkan ide yang berbeda atau unik, dan kemampuan merinci jawaban yang diberikan.
3. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended berbasis model think pair share lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensioanal. Hal ini berdasarkan hasil uji perbedaan rerata yang menghasilkan nilai signifikansi kurang dari taraf signifikansi 5% (0,05) yaitu 0,00. Selain itu, rata-rata nilai gain ternormalisasi siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended berbasis model
think pair share lebih besar dibandingkan dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran
konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus (2014). Desain sistem
pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013. Bandung: PT. Refika Aditama.
Afgani, Jarnawi (2004). Pendekatan open ended dalam pembelajaran matematika.
Jurnal Open-Ended, hlm. 1-15.
Ruseffendi, E.T. (2010). Dasar-dasar
penelitian dan bidang non-eksakta lainnya.
Bandung: Tarsito.
Santoso, S. (2014) Panduan lengkap SPSS
versi 20. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulyono, J. (2010). 6 Hari jago SPSS. Yogyakarta: Cakrawala
Susanto, Ahmad (2014). Teori belajar dan
pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta:
Kencana.
Van de Walle, J.A., (2008). Matematika
sekolah dasar dan menengah jilid 2.