• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI LADA DI DESA OGAN LIMA KECAMATAN ABUNG BARAT KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI LADA DI DESA OGAN LIMA KECAMATAN ABUNG BARAT KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI LADA

DI DESA OGAN LIMA KECAMATAN ABUNG BARAT

KABUPATEN LAMPUNG UTARA

TAHUN 2012

Oleh ZAKARIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 16

c. Luas Kepemilikan Lahan Kepala Keluarga Petani Lada ... 22

d. Modal Usaha Tani ... 23

e. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Petani Lada ... 27

f. Jumlah Tangguangn Keluarga ... 29

g. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga ... 30

(7)

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

B. Penyajian Data Penelitian dan Pembahasan ... 64

1. Identitas Petani Lada ... 64

a. Umur Kepala Keluarga Petani Lada ... 64

b. Pendidikan Formal Kepala Keluarga Petani Lada . 68

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 72

a. Luas Lahan Kebun Lada ... 72

b. Modal usaha Tani ... 76

c. Tingakat Pendapatan Keluarga Petani Lada ... 82

d. Jumlah Tanggungan yang dimiliki ... 87

e. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pokok ... 93

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 100

B. Saran... 102 DAFTAR PUSTAKA

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan sebagian

besar penduduk hidup dan bekerja dalam sektor pertanian dan pekebunan.

Pertanian merupakan aktivitas utama bagi kehidupan ekonomi penduduk dalam

upaya memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Aktivitas penduduk di bidang pertanian dilakukan oleh sebagian besar penduduk

karena sebagian besar penduduk mengusahakan ketersediaan bahan pangan yang

menjadi sumber kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Berbagai cara

pemanfaatan lahan yang dilakukan diantaranya untuk perkebunan, peternakan,

perikanan, dan kehutanan. Tujuan utama dari usaha-usaha tersebut ialah

memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sektor perkebunan yang meliputi kopi, kakao, karet, sawit, dan lada mempunyai

prospek yang cukup baik bagi kehidupan petani. Salah satu komoditas perkebunan

yang memiliki produksi cukup tinggi dan mampu mendukung perekonomian

(9)

Produksi adalah pengubahan bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi hasil yang

diinginkan oleh konsumen. Hasil itu dapat berupa barang ataupun jasa.

Produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil

(jumlah barang dan jasa yang diproduksi) dengan sumber (jumlah tenaga kerja,

modal, tanah, energi, dan sebagainya) yang dipakai untuk menghasilkan hasil

tersebut. Produktivitas diidentifikasi dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara

keluaran dan masukan. Produktivitas bertambah bila ada penambahan secara

profesional dari nilai keluaran per masukan. Bila input dalam keadaan konstan,

sedang keluaran yang dihasilkan terus bertambah, maka hal ini akan menunjukkan

bahwa sumber-sumber efektif dan efisien.

(http://danilsetiawan.com/materi-apk-proses-produksi-dan produktivitas). Berikut adalah data luas area, produksi dan

produktivitas lada di Indonesia Tahun 2011-2012.

Tabel 1. Data Luas Area, Produksi dan Produktivitas Lada di Indonesia Tahun

Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Lampung Tahun 2012.

Berdasarkan data pada Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011

produksi lada mencapai 87.089 Ton atau 490 kg/Ha dengan produktivitas 784

kg/ha dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 88.160 Ton atau 494 kg/ha dengan

produktivitas 785 kg/Ha. Lada Indonesia mempunyai kekuatan dan daya jual

tersendiri karena cita rasanya yang khas. Devisa negara dari ekspor lada sekitar

(10)

penyedia lapangan kerja dan sumber bahan baku industri dalam negeri dengan

melibatkan sekitar 312.619 kepala keluarga petani (Direktorat Jenderal Bina

Produksi Perkebunan 2012).

Lada Tumbuh dan dibudidayakan hampir diseluruh propinsi di Indonesia, Daerah

sentra produksi lada nasional meliputi Propinsi Lampung, Propinsi Bangka

Belitung, Propinsi Kalimantan Barat, dan Propinsi Kalimantan Timur dimana

masing-masing memberikan kontribusi produksi sebanyak 29,8%, 44,2%, 3,4%,

dan 8,3% terhadap produksi nasional pada tahun 2008.

Pengembangan komoditas perkebunan lada diharapkan dapat menjadi penggerak

perekonomian masyarakat, dan sebagai salah satu penghasilan pokok warga serta

menjadi devisa melalui kegiatan ekspor komoditas perkebunan. Lada merupakan

salah satu komoditas perkebunan unggulan yang tersebar hampir di seluruh

kabupaten di Provinsi Lampung.

Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang

mengusahakan pertanian dan perkebunan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan

jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian yaitu 62,19% atau sebesar

1.679.602 jiwa (Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung, 2012:61).

Komoditas unggulan perkebunan di setiap Kabupaten di Provinsi Lampung

berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kondisi alam yang mendukung

perkembangan dari setiap tanaman perkebunan. Sesuai dengan salah satu konsep

geografi yaitu diferensiasi areal, di mana setiap daerah memiliki perbedaan

(11)

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari keadaan iklim, tanah, perairan,

tumbuh-tumbuhan dan alam lingkungan secara keseluruhan.

Kondisi alam di setiap wilayah tidak sama sehingga akan menyebabkan perbedaan

terhadap tanaman yang dapat tumbuh dengan maksimal pada daerah tersebut.

Pada daerah dataran tinggi dan dataran rendah jenis tanaman yang dibudidayakan

akan berbeda. Ada tanaman yang dapat tumbuh dengan maksimal pada daerah

dataran rendah dan ada juga tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan maksimal

pada daerah dataran tinggi.

Ketinggian tempat secara tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan

tanaman dan hasilnya. Ketinggian tempat berhubungan erat dengan kondisi

lingkungan. Perbedaan kondisi yanga mencolok adalah faktor iklim (curah hujan,

suhu, dan kelembapan udara).

Lada dapat berkembang dengan baik apabila hidup pada dataran rendah yaitu pada

ketinggian kurang dari 200 mdpl. Lahan yang cocok untuk lada berupa tanah

berpasir serta lempung yang kaya humus (bahan organik), dengan pH netral.

Lada kurang cocok dikembangkan di lahan-lahan bergambut yang masam.

Dengan demikian, produksi lada di dataran rendah berbeda nyata dengan produksi

lada di dataran tinggi. Untuk lebih jelasnya tentang perbedaan produksi lada di

setiap kabupaten yang mengusahakan pertanian lada dapat dilihat pada Tabel 2

(12)

Tabel 2. Perbedaan Luas Areal dan Produksi Lada di Wilayah Sentra Lada di

Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Lampung Tahun 2012.

Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dijelas bahwa terdapat perbedaan produksi di

setiap kabupaten. Dari 5 kabupetan yang menjadi sentra lada di Propinsi Lampung

memiliki produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan produktivitasnya. Hal

ini menunjukkan bahwa tanaman lada sudah tidak dapat menghasilkan atau

berproduksi sesuai dengan yang seharusnya (produktivitas). Keadaan seperti ini

secara umum disebabkan oleh banyak faktor diantaranya dipengaruhi oleh kondisi

alam, keadaan iklim, pengolahan lahan, perawatan, usia tanaman lada serta lain

sebagainya. Kabupaten Lampung Utara menghasilkan produksi lada paling

banyak dibandingkan dengan Kabupaten Way Kanan, Lampung Timur, Lampung

Barat, dan Tanggamus.

Sebagian besar penduduk Kabupaten Lampung Utara bekerja pada sektor

pertanian. Jenis pertanian yang diusahakan penduduk mencakup subsektor

tanaman perkebunan adapun jenis perkebunan yang diusahakan adalah lada, kopi,

(13)

Luas area dan produksi perkebunan rakyat di Kabupaten Lampung Utara pada

tahun 2012 sebagai berikut:

1. Lada memiliki luas area 24.288 /Ha dengan jumlah produksi 10.792

2. Kopi memiliki luas area 21.412 /Ha dengan jumlah produksi 12.298.

3. Karet memiliki luas area 25.957 /Hadengan jumlah produksi 9.2773.

4. Cengkeh memiliki luas area 296 /Ha dengan jumlah produksi 278.

5. Kelapa dalam memiliki luas area 3.306 /Ha dengan jumlah produksi 2.286.

6. Kelapa hibrida memiliki luas area 44 /Ha dengan jumlah produksi 2.

(BPS Kabupaten Lampung Utara, 2012:143-144)

Berikut adalah beberapa kecamatan di kabupaten Lampung Utara yang menjadi

sentra lada:

Tabel 3.Perbedaan Luas Areal dan Produksi Lada di Wilayah Sentra Lada di Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012

No

Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Lampung Tahun 2012.

Salah satu kecamatan sentra lada di Kabupaten Lampung Utara yang memiki area

tanam lada paling luas sekaligus memiliki produktivitas paling tinggi (540kg/Ha)

tetapi produksinya kurang tinggi (444kg/Ha) adalah Kecamatan Abung Barat.

Berikut adalah beberapa desa di Kecamatan Abung Barat yang menjadi sentra

(14)

Tabel 4.Perbedaan Luas Areal dan Produksi Lada di Wilayah Sentra Lada di Kecamatan Abung Barat Tahun 2012.

No

Sumber: BPS Kabupaten lampung Utara Tahun 2012.

Kecamatan Abung Barat sendiri terdiri dari beberapa desa dan salah satunya

adalah Desa Ogan Lima. Tanaman perkebunan yang paling banyak diusahakan di

Desa Ogan Lima adalah perkebunan lada. Desa Ogan Lima merupakan daerah

yang memiliki topografi datar yaitu berada pada 180 mdpl (Monografi Desa Ogan

Lima, 2012). Secara umum lada dapat kembang dengan baik apabila hidup pada

dataran rendah yaitu pada ketinggian kurang dari 200 m dpl. Pada ketinggian ini

lada dapat menghasilkan pertumbuhan vegetatif yang terbaik, dapat menghasilkan

buah yang sangat lebat, pertumbuhan tunas juga relatif lebih cepat 1-1,5 bulan

dibanding daerah pengunungan dan dataran tinggi dan kematangan buah pun lebih

cepat serta serentak (T. Saripan, 2012:11). Berdasarkan pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa Desa Ogan Lima dan sekitarnya merupakan daerah yang

sangat cocok untuk perkebunan lada.

Desa Ogan Lima merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Abung Barat

(15)

676 Ha. Di Desa Ogan Lima didominasi oleh perkebunan lada. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5, sebagai berikut:

Tabel 5. Luas Areal Perkebunan Menurut Jenis Perkebunan yang Diusahakan di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase (%)

1. Kelapa sawit 8 1,2

2. Kopi 303 44,8

3. Lada 365 54

Total 676 100

Sumber: Profil Desa Ogan Lima Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 5, maka Desa Ogan Lima merupakan daerah yang potensial

untuk dijadikan perkebunan lada hal ini dikarenakan dari sebagian besar luas arel

di Desa Ogan Lima adalah area perkebunan lada yang mencapai 365 ha (54%)

dari seluruh total luas perkebunan di Desa Ogan Lima. Dengan jumlah keluarga

yag memiliki tanah perkebunan 907 jiwa. Masyarakat Desa Ogan Lima yang

berprofesi sebagai petani lebih banyak dibandingkan dengan profesi yang lainnya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencarian Pokok di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.

No Mata Pencarian Jumlah penduduk (jiwa) Persentase(%)

1 Petani campuran 664 62

7 PensiunanPNS/TNI/POLRI 8 0,74

8 Pengusaha kecil dan

menengah

20 1,9

9 Jasa pengobatan alternatif 1 0,1

10 Pengusaha besar 13 1,2

Total jumlah penduduk 1070 100

(16)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, yang mendominasi mata

pencarian penduduk di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat adalah

pertanian lada dengan luas lahan garapan yang diusahakan mencapai 365 Ha

sehingga menjadi mata pencarian penduduk yang paling dominan.

Pekerjaan sebagai petani lada merupakan mata pencaharian pokok di Desa Ogan

Lima. Lada merupakan tanaman utama yang diusahakan, maka ketergantungan

terhadap pendapatan dari hasil penjualan produksi lada ini sangat mempengaruhi

tingkat kesejahteraan mereka. Dari hasil bertani lada inilah petani dapat

memperoleh pendapatan yang nantinya akan digunakan untuk keperluan

sehari-hari dalam pemenuhan kebutuhan pokok keluarganya. Kebutuhan pokok yang

dimaksud dalam hal ini yaitu kebutuhan dasar yang merupakan kebutuhan yang

sangat penting guna kelangsungan hidup, yang terdiri dari sandang, pangan,

papan, kesehatan, dan pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara pra survey

terhadap beberapa petani kebun lada, peneliti mendapatkan gambaran tentang

kondisi kebun lada di Desa Ogan Lima. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel

(17)

Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat dijelaskan bahwa luas lahan garapan yang

dimiliki oleh petani lada berbeda-beda dari lahan yang sempit 1 Ha sampai

dengan yang luas 5 Ha dan rata-rata lahan yang dimiliki 2,67 Ha. Hasil pra survey

juga menunjukkan bahwa petani lada di Desa Ogan Lima memiliki penghasilan

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat terlihat

dari penghasilan rata-rata yang diperoleh petani sebesar Rp. 242.250.000 dalam

waktu 1 tahun. Penghasilan tersebut adalah penghasilan kotor petani lada. Dari

data di atas juga dapat diketahui bahwa setiap kepala keluarga memiliki

penghasilan yang berbeda. Selain itu, petani yang memiliki lahan garapan lebih

luas belum tentu akan mendapatkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan

petani yang memiliki lahan garapan yang tidak begitu luas.

Besarnya modal usaha yang dikeluarkan petani lada di Desa Ogan Lima

dipengaruhi oleh luasnya lahan garapan yang dimiliki oleh petani, semakin luas

lahan garapan maka biaya pemeliharaan semakin tinggi.

Umur merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keadaan usaha tani

petani lada, karena berhubungan langsung dengan aktivitas usaha tani yang

dikelolanya. Pada umur yang relatif muda petani mempunyai kemampuan fisik

yang lebih besar dalam melakukan kegiatan usaha taninya sehingga akan

berpengaruh pula terhadap pendapatan. Sebaliknya, petani yang lanjut usia

kemampuan fisiknya semakin berkurang dalam melakukan kegiatan usaha

taninya.

Pendidikan merupakan salah satu sarana penunjang dalam usaha meningkatkan

(18)

hal mengetahui teknologi dan keterampilan manajemen dalam mengelola usaha

perkebunannya. Selain pendidikan formal, pengetahuan mengenai pertanian juga

dapat diperoleh melalui pendidikan nonformal seperti penyuluhan baik melalui

petugas penyuluh lapangan, media elektronik, dan sumber bacaan lain.

Pendapatan kepala keluarga juga akan berpengaruh terhadap pendidikan formal

yang ditempuh anggota keluarganya. Semakin tinggi pendapatan petani maka

kemungkinan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan tinggi

akan lebih besar, walaupun belum tentu kepala keluarga yang berpendapatan

tinggi anaknya disekolahkan sampai ke jenjang pendidikan tinggi, hal itu

disebabkan budaya warisan yang masih melekat pada keluarga petani yang

beranggapan sekolah itu kurang penting selagi memiliki lahan pertanian yang

cukup luas. Sebaliknya ada beberapa keluarga petani lada yang berpenghasilan

sedang tetapi mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang pendidikan

tinggi karena petani tersebut beranggapan dengan bersekolah dapat memperbaiki

taraf hidup keluarganya.

Besar kecilnya pendapatan petani dapat berpengaruh terhadap kebutuhan pokok

rumah tangganya. Semakin rendah tingkat pendapatan menyebabkan petani akan

mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang, pangan,

kesehatan dan pendidikan.

Jumlah tanggungan keluarga juga mempengaruhi kesempurnaan dan kebahagiaan

hidup dalam suatu rumah tangga. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga

maka akan menyebabkan makin besar pula jumlah pengeluaran untuk pemenuhan

(19)

akan mengalami kesulitan-kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya karena

kebutuhan pokok merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Lada di Desa Ogan Lima

Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012”.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat

diidentifikasi masalah yang kemungkinan berkaitan dengan karakteristik sosial

ekonomi petani lada di Desa Ogan Lima adalah sebagai berikut:

1. Umur kepala keluarga petani lada,

2. Tingkat pendidikan formal kepala keluarga petani lada,

3. Luas kepemilikan lahan,

4. Modal usaha tani,

5. Tingkat pendapatan,

6. Jumlah tanggungan kepala keluarga,

(20)

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Berapakah umur kepala keluarga petani lada di Desa Ogan Lima Kecamatan

Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012 ?

2. Bagaimanakah tingkat pendidikan formal kepala keluarga petani lada di Desa

Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012?

3. Berapakah rata-rata luas kepemilikan lahan kepala keluarga petani lada di

Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun

2012 ?

4. Berapakah jumlah modal usaha tani yang dikeluarkan petani lada untuk

melakukan usaha tani di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat

Kabupaten Lampung Utara tahun 2012 ?

5. Berapakah rata-rata pendapatan kepala keluarga petani lada di Desa Ogan

Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012 ?

6. Berapakah rata-rata jumlah tanggungan kepala keluarga petani lada di Desa

Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012?

7. Bagaimanakah pemenuhan kebutuhan pokok kepala keluarga petani lada di

Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun

(21)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui umur kepala keluarga petani lada di Desa Ogan Lima

Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.

2. Untuk mengetahui tingkat pendidikan formal kepala keluarga petani lada di

Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun

2012.

3. Untuk mengetahui rata-rata luas kepemilikan lahan kepala keluarga petani

lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara

tahun 2012.

4. Untuk mengetahui jumlah modal usaha tani yang dikeluarkan petani lada

untuk melakukan usaha tani di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat

Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.

5. Untuk mengetahui rata-rata pendapatan kepala keluarga petani lada di Desa

Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.

6. Untuk mengetahui rata-rata jumlah tanggungan kepala keluarga petani lada di

Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun

2012.

7. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pokok kepala keluarga petani lada

di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara

(22)

E. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP

Universitas Lampung tahun 2013.

2. Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di Perguruan

Tinggi.

3. Sebagai suplemen bahan ajar Geografi SMA kelas X semester II pokok

bahasan sumber daya manusia.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup subjek penelitian adalah kepala keluarga petani lada di Desa

Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.

2. Ruang lingkup objek penelitian adalah karakteristik sosial ekonomi petani

lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.

3. Ruang lingkup tempat dan waktu penelitian adalah Desa Ogan Lima

Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.

4. Ruang lingkup ilmu adalah geografi sosial.

Geografi sosial adalah cabang dari geografi manusia yang bidang studinya

aspek keruangan yaitu karakteristik dari penduduk, organisasi sosial, unsur

kebudayaan dan kemasyarakatan (Nursid Sumaatmadja, 1988:56).

Digunakan geografi sosial sebagai ruang lingkup dalam penelitian ini, karena

penelitian ini berkaitan dengan karakteristik penduduk dalam hal ini adalah petani

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Geografi

Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena

geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks

keruangan, (Ikatan Geografi Indonesia). Fenomena geosfer yang dimaksud adalah

gejala-gejala yang ada di permukaan bumi, baik lingkungan alamnya ataupun

mengenai makhluk hidupnya termasuk manusia dengan segala aktivitasnya guna

memenuhi kebutuhan hidup, sebagai contoh kegiatan pertanian.

Menurut N. Daljoeni (1996:306), Geografi dibagi menjadi dua yaitu geografi fisik

dan manusia. Geografi fisik adalah cabang geografi yang mempelajari tentang

gejala fisik dari permukaan bumi yang meliputi tanah, udara dan segala prosesnya. Geografi manusia adalah cabang geografi yang mempelajari tentang aspek-aspek keruangan gejala di permukaan bumi, meliputi geografi ekonomi, politik, pemukiman, kependudukan, dan geografi sosial.

Sehubungan dengan penelitian tentang Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Lada

di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara ilmu

geografi sangat berperan penting dalam mendeskripsikan fenomena-fenomena

fisik maupun sosial di permukaan bumi secara teliti, terarah dan harus rasional

khususnya mengenai keberadaan lokasi yang berbeda-beda di permukaan bumi

(24)

Geografi sosial adalah cabang dari geografi manusia yang bidang studinya aspek

keruangan yaitu karakteristik dari penduduk, organisasi sosial, unsur kebudayaan

dan kemasayarakatan (Nursid Sumaatmadja, 1988:56).

2. Pengertian Petani Lada

Petani adalah orang yang melakukan usaha di bidang pertanian yaitu dengan

mengusahakan tanaman untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (1997:1008) yang dimaksud petani adalah orang yang

pekerjaannya bercocok tanam. Arti kata tani yaitu mata pencarian dalam hal

bercocok tanam (mengusahakan tanah dengan tanam menanam).

Petani lada adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya

dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan

dan memelihara tanaman lada, dengan harapan untuk memperoleh hasil dari

tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.

Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti merica.

3. Pengertian Tanaman Lada

Lada termasuk dalam family Piperaceae yang terdiri dari 10-12 genera atau marga

dan 1.400 spesies yang bentuknya beraneka ragam, seperti semak-semak, tanaman

menjalar, hingga pohon-pohonan. Tanaman lada yang terdapat di Indonesia terdiri

dari tiga jenis yaitu, jenis lada lampung, jenis lada bulok belitung, jenis lada

(25)

Lada merupakan tanaman dataran rendah sampai menengah (0 sampai dengan 600

mdpl). Lahan yang cocok untuk lada berupa tanah berpasir serta lempung yang

kaya humus (bahan organik), dengan pH netral. Lada kurang cocok

dikembangkan di lahan-lahan bergambut yang masam. Lahan-lahan bekas

tebangan hutan atau ladang sangat cocok untuk kebun lada. Sebagai tanaman

tropis, lada menghendaki air banyak, namun akarnya tidak tahan genangan.

Penanaman lada pada lahan bertanah lempung, sebaiknya disertai dengan sarana

drainase (pembuangan air) yang baik. Untuk mencapai pertumbuhan optimal, lada

memerlukan sinar matahari penuh selama 12 jam per hari. Karenanya, penanaman

lada dengan tiang panjatan berupa pohon hidup akan sangat berpengaruh terhadap

hasil panen.

Menurut Rutgers dalam (Rismunandar, 2000:28) menyatakan bahwa lada dapat

tumbuh dan berproduksi dengan baik di Indonesia Bagian Barat, yaitu di

Sumatera, Sumatera merupakan daerah basah. Sebagian besar iklimnya bertipe A

dan B, hanya daerah pantai utara Aceh beriklim tipe C. Curah hujan yang

diharapkannya tidak terlalu tinggi, cukup sekitar 3.000 mm per tahun.

Pada umumnya daerah lada di Lampung letaknya di dataran rendah misalnya:

Daerah Muntok dekat pantai. Daerah Kotabumi kurang lebih 32 mdpl. Daerah

Sukadana kurang lebih 28 mdpl. Daerah Teluk Betung kurang lebih 10 mdpl.

Dalam hakekatnya, tanaman lada bukan merupakan monopoli dari daerah

Lampung dan Bangka semata-mata, namun daerah lain juga merupakan daerah

(26)

Berdasarkan kondisi ekologi tanaman lada tersebut daerah Lampung mempunyai

lahan yang cocok, salah satu daerah penghasil lada di Lampung adalah Kabupaten

Lampung Utara yang mempunyai ketingian tempat 20–270 mdpl, oleh karena itu

tanaman lada dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan dapat menjadi

sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar Propinsi Lampung.

Ciri-ciri lada Lampung adalah pertumbuhan seluruh tanaman kuat, dengan

cabang-cabang yang mendatar. Batang/cabang dan rantingnya kasar namun rapuh.

Daunnya besar-besar dan tipis. Mulai berbunga umur dua tahun. Saat berbunga

mengikuti gejolak musim dan tidak ada musim bunga tambahan. Mulai buah

besar, buah cukup padat sedangkan bijinya kecil-kecil dengan warna pias, dan

bentuknya merata. Mulai menghasilkan pada umur lima tahun, dan tahun-tahun

pertama produksinya tinggi, untuk kemudian menurun hinga batas waktu umur

optimum 20 tahun. Buah mulai masak/matang sembilan bulan setelah persarian.

Priode pemetikan buah 5-6 kali sekali panen. Untuk bibit dimanfaatkan cabang

orthorop yang relatif masih muda. Bibit muda ini mudah tumbuh dan cukup

toleran terhadap tanah yang kurang subur. Sangat peka terhadap penyakit kuning

dan busuk akar (Rismunandar, 2000:14).

4. Karakteristik Sosial Ekonomi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:308), karakteristik berasal dari

kata “karakter” yang berarti mempunyai sifat khusus. Karakteristik dapat diartikan

sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh suatu benda. Sedangkan menurut I Gusti

(27)

karakteristik sosial adalah pencirian atau penggambaran jenis-jenis

pengelompokan berdasarkan aspek sosial mencakup: modal usaha tani, umur,

pendidikan, jumlah anak, jumlah tanggungan, sedangkan karakteristik ekonomi

meliputi, pekerjaan tambahan, pendapatan rumah tangga, dan pemenuhan

kebutuhan pokok minimum.

Sehubungan dengan karakteristik sosial ekonomi yang akan diteliti maka berikut

ini disajikan kajian teori yang berhubungan dengan:

a. Umur Kepala Keluarga Petani Lada

Umur kepala keluarga berpengaruh terhadap jenis mata pencaharian, hal tersebut

tentu akan mempengaruhi jumlah pendapatan dan pemenuhan kebutuhan pokok

rumah tangga. Apabila usia kepala keluarga sudah tidak produktif lagi

kemungkinan pendapatan keluarga pun rendah karena kurangnya tenaga atau

kemampuan seseorang untuk mengerjakan satu pekerjaan. Sebaliknya jika kepala

keluarga usianya masih produktif memungkinkan untuk seseorang bekerja lebih,

sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Menurut Lukman Ali (1997:480) kepala keluarga adalah orang yang bertanggung

jawab terhadap satu keluarga (biasanya bapak). Sedangkan umur adalah seseorang

pada saat ulang tahun terakhir. Umur merupakan salah satu identitas dari

seseorang (Kartono Wirosuharjo dkk 1985:56).

(28)

penelitian ini dilaksanakan dikelompokan dalam usia produktif dan tidak produktif. Adapun kriterianya dikategorikan sebagai berikut:

Golongan produktif : yaitu berumur 15-64 tahun

Golongan tidak produktif : yaitu berumur 65 tahun ke atas.

b. Pendidikan Formal Kepala Keluarga Petani Lada

Pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan kualitas

sumber daya manusia, yang dapat bertujuan untuk meningkatkan kualitas

hidupnya. Pendidikan dapat ditempuh melalui pendidikan formal maupun

informal.

Tingkat pendidikan kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap jenis mata

pencaharian, hal tersebut tentu akan mempengaruhi jumlah pendapatan dan

pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga. Apabila pendidikan kepala keluarga

rendah maka kemungkinan pendapatan keluarga pun rendah karena kurangnya

skill atau kemampuan seseorang mempengaruhi jenis pekerjaan yang akan

diperoleh.

Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lama pendidikan formal

yang ditempuh oleh kepala keluarga petani lada, dalam hal ini adalah kepala

keluarga petani lada. Masalah pemerataan pendidikan untuk keluarga petani

menjadi salah satu permasalahan penting yang dihadapi pemerintah. Dalam UU

RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 17, 18, dan 19 tentang sistem pendidikan bahwa

pendidikan dibagi menjadi tiga jenjang pendidikan yaitu:

1. Pendidikan dasar = Tamat SD, MI, SMP dan MTs

2. Pendidikan menengah atas = Tamat SMA, MA, dan SMK

(29)

Tinggi rendahnya pendidikan formal yang ditempuh petani sedikit berpengaruh

terhadap pola pertanian yang diterapkan petani tersebut. Petani yang

berpendidikan tinggi akan cenderung menerapkan inovasi atau penemuan baru

guna lebih meningkatkan hasil produksi pertaniannya. Petani yang berpendidikan

rendah biasanya sulit menerapkan pola pertanian moderen yang berbasis teknologi

dan hanya memilih menerapkan pola pertanian lama sesuai dengan pengetahuan

turun temurun yang dimilikinya. Hal itu tentu akan mempengaruhi tingkat

pendapatan petani yang berdampak juga terhadap pemenuhan kebutuhan

pokoknya.

c. Luas Kepemilikan Lahan Keluarga Petani Lada

Luas lahan garapan adalah jumlah seluruh lahan kebun lada yang diusahakan

petani lada. Pada umumnya luas atau sempitnya lahan sangat berpengaruh

terhadap pendapatan petani, semakin luas lahan garapan maka pendapatan

semakin besar. Luas atau sempitnya lahan sangat berpengaruh terhadap tingkat

pendapatan petani. Semakin luas lahan tingkat pendapatan mungkin akan

semakin besar. (Sayogyo, 1987:102), mengemukakan bahwa makin luas usaha

tani makin besar persentase penghasilan rumah tangga, maka jelaslah bahwa luas

lahan memegang peranan penting terhadap besarnya pendapatan petani dan bila

sebaliknya petani mempunyai tanah yang sempit atau tidak bertanah merupakan

beban usaha pada sektor pertanian.

Jadi luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas lahan garapan

(30)

pentingnya lahan pertanian bagi petani, kepemilikan luas lahan merupakan salah

satu permasalahan yang dapat menekan tingkat perekonomian para petani. Luas

lahan garapan dapat digolongkan menjadi 3 golongan menurut Fadholi Hernanto

(1989:46), yaitu:

1) Lahan garapan sempit yaitu lahan yang luasnya kurang dari 0,5 hektar.

2) Lahan garapan sedang yaitu lahan yang luasnya 0,5 sampai dengan 2 hektar.

3) Lahan garapan luas yaitu lahan yang luasnya lebih dari 2 hektar.

Dari pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa sempitnya luas lahan pertanian

akan menyebabkan hasil usaha tani dan pendapatan dari usaha tersebut menjadi

kecil atau dengan kata lain, apabila lahan yang digarap luas maka pendapatan pun

akan cenderung lebih meningkat.

d. Modal Usaha Tani Lada

Kepemilikan modal yang cukup merupakan salah satu syarat yang penting dalam

keberhasilan kegiatan pertanian. Menurut pengertian ekonomi, modal adalah

barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja

menghasilkan barang-barang baru yaitu hasil pertanian.

Menurut Hadi Prayotno dan Lincolin Arsyad (1987:106) modal usaha tani terdiri

dari modal tetap (tanah, bangunan, mesin-mesin dan inventaris lainnya), dan

modal kerja untuk pembelian input variabel yang digunakan dalam proses

produksi. Penciptaan modal oleh petani melalui dua cara, pertama dengan

(31)

diinvestasikan kembali ke dalam usaha tani atau usaha lain yang produktif. Kedua,

melalui pinjaman kredit dari bank atau sumber lain.

Penggunaan modal akan diukur berdasarkan banyaknya uang yang dipakai dalam

pembelian pupuk, bibit, obat-obatan upah tenaga kerja serta ongkos lainnya yang

ada kaitannya dengan usaha tani yang dinyatakan dengan uang. Untuk lebih

jelasnya tentang rincian biaya dari mulai awal tanam perkebuanan lada dapat

dilihat penjelasan sebagai berikut:

Tabel 8. Biaya Operasional Tanam Lada Per Ha Per Tahun

No Uraian Biaya Jumlah Rp

1 Biaya Operasional Tahun Pertama a. Persiapan lahan

1. Pengukuran luas Areal 3 Pekerja

2. Pembukaan dan pembersihan Lahan 24

Pekerja

3. Penentuan Jarak Tanam Ideal 8 Pekerja

4. Pembuatan Lubang tanam 20 Pekerja

b. Peralatan

1. Parang (Golok 2 buah) @ Rp. 15.000,00

2. Cangkul 2 Buah @ Rp. 25.000,00

3. Benag Diameter 2 mm, 1 rol

4. Tali rapia gulungan besar, 1 gulungan

5. Sprayer gendong 1 buah

c. Pupuk Dasar dan Kapur Dolomit

1. Kotoran kyam Kering steril 900 kg @

Rp.300.000,00

2. NPK mutiara 20 Kg @Rp.4000,00

3. Kapur Dolomit 250kg @ Rp. 800,00

4. Pupuk Urea 300 kg @ Rp. 1.300,00

d. Obat-obatan

1. Insektisida 4 liter @Rp.50.000,00

2. Fungsida 3 liter @ Rp. 45.000,00

3. Bakterisida 2 liter @ Rp.50.000,00

(32)

e. Tajar Mati Sementara

1. Tajar mati sementara 1800 buah @

Rp.500,00

f. Tenaga Kerja

1. Penanaman 1.800 bibit @ Rp.200,00

2. Pemasangan peneduh Bibit 1.800 @ Rp.

150,00

3. Pengapuran dasar (dolomit) 2 Pekerja

4. Pemupukan dasar (pupuk kandang dan

NPK) 5 Pekerja

5. Pemasangan tajar mati sementara 1.800

buah @ Rp.50,00

6. Penggemburan tanah dipangkal tanaman

20 Pekerja

7. Pengikatan sulur pada tajar 15 Pekerja

8. Penyiangan mulsa hinga umur 1 tahun 50

Pekerja

9. Penyemprotan pestisida 7 Pekerja

10. Penyiraman 20 Pekerja

g. Pengadaan saung/gubuk penyimpanan alat 2 Biaya Operasioanl tahun ke 2

a. Tajar Hidup Permanen 1800 Batang @

Rp.750,00

b. Obat obatan (seperti tahun 1)

c. Pupuk dan kapur dolomit

1. Kotoran ayam 1500 kg @ Rp.300,00

2. Pupuk urea 300 kg @ Rp.1.300,00

3. KCL 200 kg @ Rp.1.500,00

4. Kapur dolomit 250 kg @ Rp.800,00

d. Tenaga Kerja

1. Pemotongan tanaman umur 11 bulan 8

Pekerja

2. Pencabutan tajar mati dan pemasangan

(33)

3 Biaya Operasioanl tahun ke 3

a. Obat obatan (seperti tahun 1)

b. Pupuk dan kapur dolomit

8. Kotoran ayam 100 kg @ Rp.300,00

9. Pupuk urea 400 kg @ Rp.1.300,00

10. TSP 500 kg @ Rp.2.200,00

11. Kapur dolomit 250 kg @ Rp.800,00

c. Tenaga Kerja

1.Pemeliharaan dan pemangkasan tajar

hidup 15 Pekerja

2.Pemberantasan gulma untuk 1 tahun 50

Pekerja

3.Pengikatan dan pemeliharaan sulur 27

Pekerja

4.Panen 50 Pekerja

5.Perendaman, pencucian, penjemuran

buah 60 Pekerja

6.Pemupukan 10 Pekerja

Total Operasional Tahun Ke 3

Rp.460.000,00 4 Biaya Operasioanl tahun ke 4

a. Obat obatan (seperti tahun 1)

b. Pupuk dan kapur dolomit (seperti tahun 3)

c. Tenaga Kerja

1. Pemberantasan gulma untuk 1 tahun 30

Pekerja

2. Pemupukan 10 Pekerja

3. Pemeliharaan dan pemagkasan tajar

hidup 15 Pekerja

4. Panen 60 Pekerja

5. Perendaman, pencucian, penjemuran

buah 40 Pekerja

Total Operasional Tahun Ke 4

Rp.460.000,00 5 Biaya Operasioanl tahun ke 5

a.Obat obatan (seperti tahun 1)

b. Pupuk dan kapur dolomit (seperti tahun 3) c.Tenaga Kerja (seperti tahun ke 4)

d. perbaikan gubuk penyimpanan alat

Total Operasional Tahun Ke 5

Rp.460.000,00 Rp.2.120.000,00 Rp.2.325.000,00 Rp.200.000,00

(34)

6 Biaya Operasioanl tahun ke 6

a.Obat obatan (seperti tahun 1)

b. Pupuk dan kapur dolomit (seperti tahun 3) c.Tenaga Kerja (seperti tahun ke 4)

Total Operasional Tahun Ke 6

Rp.460.000,00

8 Total Biaya selama 10 Tahun Rp.52.282.000,00/Ha

Sumber: T. Saripan (2004:123).

Dalam penelitian ini biaya produksi yang digunakan adalah biaya yang

dikeluarkan dari tahun 1 sampai tahun ke 5. Berdasarkan uraian di atas maka

dapat diklasifikasikan biaya produksi lada setelah tanaman menghasilkan adalah

sebagai berikut:

a. Biaya produksi tinggi ≥ Rp.27.757.000,00/Ha

b. Biaya produksi rendah < Rp.27.757.000,00/Ha

e. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Petani Lada

Pendapatan adalah gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluarga

dalam masyarakat yang merupakan jumlah keseluruhan pendapatan dan kekayaan

keluarga. Pendapatan ini bisa berupa uang atau barang, baik dari pihak lain atau

hasil sendiri (Masri Singarimbun, 1987: 24). Besar kecilnya pendapatan itu sendiri

akan membawa pengaruh pada pemenuhan kebutuhan pokok penduduk yang

(35)

pendapatan akan menyebabkan sulit terpenuhinya berbagai kebutuhan pokok

seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan.

Menurut (Mulyanto Sumardi dkk, 1982: 224) pendapatan dapat dibedakan

menjadi 3 yaitu:

1. Pendapatan pokok merupakan pendapatan yang utama atau pokok yaitu hasil

yang diperoleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukan secara teratur untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga

2. Pendapatan tembahan merupakan hasil pendapatan yang tidak tetap namun

hasilnya dapat membantu untuk menambah pendapatan tiap bulan.

3. Pendapatan keseluruhan merupakan pendapatan pokok ditambah pendapatan

tambahan yang diperoleh pada setiap bulan.

Sehubungan dengan pendapatan petani pada akhir panen petani akan menghitung

hasil kotor produksinya, tetapi tidak semua hasil diterima petani, hasil itu

dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan petani untuk produksi taninya

seperti pembelian pupuk, obat-obatan, biaya pengolahan, dan sebagainya. Setelah

dikurangi biaya-biaya tersebut maka petani memperoleh pendapatan bersih.

Jadi pendapatan petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan

petani lada yang berupa pendapatan bersih. Pendapatan bersih adalah pendapatan

kotor yang diperoleh petani lada setelah dikurangi biaya-biaya produksi dinilai

dalam rupiah dan dihitung dalam waktu satu tahun.

Tingkat pendapatan kepala keluarga juga dapat dikelompokkan menjadi 2 kriteria,

berdasarkan rata-rata pendapatan seluruh kepala keluarga, yaitu:

1. Pendapatan kepala keluarga di bawah atau sama dengan rata-rata apabila

pendapatan rumah tangga kurang dari pendapatan tara-rata responden di

(36)

2. Pendapatan kepala keluarga di atas rata-rata, apabila pendapatan rumah

tangga lebih dari atau sama dengan pendapatan rata-rata responden di lokasi

penelitian.

f. Jumlah Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga adalah orang atau orang-orang yang masih berhubungan

keluarga atau masih dianggap berhubungan keluarga serta hidupnya pun

ditangung (Ridwan Halim, 1990:12). Adapun yang dimaksud dengan jumlah

tanggungan keluarga adalah jumlah orang dalam keluarga yang hidupnya

ditanggung kepala keluarga.

Ada kecenderungan keluarga berpendapatan rendah memiliki jumlah anak lebih

banyak dibandingkan dengan keluarga yang berpendapatan tinggi. Hal ini tentu

saja akan menjadi beban tersendiri bagi kepala keluarga yang berpendapatan

rendah. Dengan pendapatan yang minim pada keluarga miskin, kepala keluarga

harus menanggung kebutuhan hidup keluarganya. Keadaan demikian dapat

menimbulkan beberapa permasalahan pada keluarga miskin. Permasalahan

tersebut diantaranya adalah anak putus sekolah dan bekerja di bawah umur yang

disebabkan kepala keluarga tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan pokok

keluarganya. Jumlah tanggungan menurut Abu Ahmadi (2007:231), dapat

digolongkan sebagai berikut:

a. Satu keluarga dinyatakan besar apabila dalam keluarga terdiri dari suami, istri

dan ≥3 orang anak.

b. Suatu keluarga dinyatakan kecil apabila dalam keluarga terdiri dari suami,

(37)

Basar kecilnya jumlah jiwa dalam rumah tangga akan berpengaruh terhadap besar

kecilnya beban atau tanggungan kepala rumah tangga. Semakin besar jumlah jiwa

dalam rumah tangga akan mengakibatkan semakin besar pula beban yang

ditanggung kepala rumah tangga. Jumlah tanggungan petani lada tidak hanya pada

istri dan anak-anaknya saja tetapi juga ada orang tua atau saudara lainnya yang

masih menjadi tanggungan, sehingga tanggungan yang dipikul oleh kepala

keluarga petani sangat mempengaruhi kebutuhan hidup yang harus dipenuhi.

g. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga

Kebutuhan pokok dapat diartikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia

yang hidup secara wajar yang meliputi sembilan kebutuhan pokok minimum yang

dapat diukur dalam satuan rupiah per tahun yang meliputi sandang dan pangan.

Dasar menghitung kebutuhan pokok keluarga dapat dipakai pedoman perhitungan

kebutuhan pokok minimal per-kapita/orang/tahun yang dikemukakan Totok

Mardikanto (1990:23) berikut ini:

Kebutuhan pokok adalah kebutuhan manusia yang mencakup sembilan bahan pokok minimum yang meliputi kebutuhan beras 140 kg, di samping itu untuk kebutuhan ikan asin 15 kg, gula pasir 3,5 kg, tekstil kasar 4 m, minyak tanah 60 liter, minyak goreng 6 kg, sabun 20 kg, dan kain batik 2 potong.

Untuk mempermudah memberikan gambaran yang jelas mengenai kebutuhan

minimum per-kapita/tahun tersebut akan diperhitungkan berdasarkan nilai atau

harga pasar yang berlaku pada saat penelitian. Berdasarkan acuan tersebut,

dapat dipergunakan untuk menentukan nilai uang yang harus diadakan setiap

(38)

Tabel 9. Rincian Kebutuhan Pokok Minimum Perkapita Per Tahun di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012

No Jenis kebutuhan

pokok

Jumlah kebutuhan Harga satuan (Rupiah)

Sumber: Hasil Survey Harga di Pasar Ogan Lima Juli 2012

Berdasarkan hasil penelitian jumlah pengeluaran yang diperoleh selama setahun

berdasarkan harga jual 9 bahan pokok sebesar Rp.2.357.000 per kapita per tahun.

Jika dihitung per bulan maka kebutuhan pokok minimum per orangnya adalah

Rp.196.000 dengan ketentuan apabila jumlah pengeluaran per orang per bulan

lebih atau sama dengan Rp.196.000 maka kebutuhan pokok dikategorikan

terpenuhi, sedangkan apabila jumlah pengeluaran per orang per bulan kurang dari

Rp .196.000 maka kebutuhan pokok dikategorikan tidak terpenuhi. Berdasarkan

patokan tersebut dalam Totok Mardikanto (1990:24) memperhitungkan garis

kemiskinan dengan menggunakan klasifikasi sebagai berikut: pemenuhan kurang

dari 75% (miskin sekali), pemenuhan 76-125% (miskin), 125-200% (hampir

miskin), dan pemenuhan lebih dari 200% (tidak miskin).

Dalam penelitian ini pemenuhan kebutuhan pokok minimum dalam setiap

keluarga per bulan dengan mengalikan kebutuhan pokok minimum per orang

(39)

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Merujuk hasil penelitian sejenis, dalam:

1. Devi Setyawati 2012 peneliti meneliti tentang Karakteristik Sosial Ekonomi

Kepala Keluarga Petani Padi di Desa Labuhan Ratu 1 Kecamatan Way Jepara

Kabupaten Lampung Timur Tahun 2012.

2. Dwi Luki Cahyadi 2012 peneliti meneliti tentang Karakteristik Sosial

Ekonomi Petani Gurem di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara

Kabupaten Lampung Timur Tahun 2012.

3. Sarinah 2012, peneliti meneliti tentang Deskripsi Petani Kebun Karet di Desa

Tri Darma Wirajaya Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang

Tahun 2012.

C. Kerangka Pikir

Setiap manusia mempunyai ciri khas tersendiri untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sesuai keterampilan yang dimiliki. Pekerjaan yang banyak jenisnya akan

mempengaruhi Karakteristik Sosial Ekonomi setiap manusia. Untuk menjelaskan

Karaktristik Sosial Ekonomi Petani Lada dibagi menjadi 2 faktor yaitu: faktor

sosial yang terdiri dari umur kepala keluarga, pendidikan formal kepala keluarga,

jumlah tanggungan keluarga. Selanjutnya yaitu faktor ekonomi meliputi modal

usaha tani, luas kepemilikan lahan, tingkat pendapatan kepala keluarga,

pemenuhuan kebutuhan pokok.

Umur kepala keluarga berpengaruh terhadap jenis mata pencaharian, hal tersebut

(40)

rumah tangga. Apabila usia kepala keluarga sudah tidak produktif lagi

kemungkinan pendapatan keluarga pun rendah karena kurangnya tenaga atau

kemampuan seseorang untuk mengerjakan satu pekerjaan. Sebaliknya jika kepala

keluarga usianya masih produktif memungkinkan untuk seseorang bekerja lebih

dengan fisik yang kuat pasti akan mampu merawat tanaman lada dengan baik agar

dapat menghasilkan buah lada yang maksimal, sehingga dapat memenuhi

kebutuhan hidup keluarganya.

Tingkat pendidikan kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap jenis mata

pencaharian, hal tersebut tentu akan mempengaruhi jumlah pendapatan dan

pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga. Apabila pendidikan kepala keluarga

rendah maka kemungkinan pendapatan keluarga pun rendah karena kurangnya

skill atau kemampuan seseorang mempengaruhi jenis pekerjaan yang akan

diperoleh.

Pada umumnya luas atau sempitnya lahan sangat berpengaruh terhadap

pendapatan petani, semakin luas lahan garapan maka pendapatan semakin besar.

Sebaliknya semakin kecil lahan garapannya maka akan semakin kecil pula

pendapatan yang akan diperolehnya.

Dalam penelitian ini biaya produksi yang digunakan adalah biaya yang

dikeluarkan setelah tanaman lada menghasilkan produksi dalam waktu satu tahun.

Hal ini berarti biaya yang dihitung hanya sebagian saja. Biaya pembelian bibit,

pengolahan lahan adalah modal awal pertama penanaman.

Pendapatan petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan petani

(41)

yang diperoleh petani lada setelah dikurangi biaya-biaya produksi dinilai dalam

rupiah dan dihitung dalam waktu satu tahun.

Besar kecilnya jumlah jiwa dalam rumah tangga akan berpengaruh terhadap besar

kecilnya beban atau tanggungan kepala rumah tangga. Semakin besar jumlah jiwa

dalam rumah tangga akan mengakibatkan semakin besar pula beban yang

ditanggung kepala rumah tangga. Jumlah tanggungan petani lada tidak hanya pada

istri dan anak-anaknya saja tetapi juga ada orang tua atau saudara lainnya yang

masih menjadi tanggungan yang berada dalam satu rumah, sehingga tanggungan

yang dipikul oleh kepala keluarga petani sangat mempengaruhi kebutuhan hidup

yang harus dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan pokok minimal keluarga yang

dimaksud di sini yaitu, terpenuhi atau tidaknya kebutuhan primer, sekunder, tertier

dalam suatu rumah tangga yang dihitung dengan nilai rupiah perbulan.

(42)

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Kondisi Sosial Kondisi Ekonomi

1. Umur Kepala Keluarga

2. Pendidikan Formal Kepala

Keluarga Petani Lada

3. Jumlah Jiwa Tanggungan

Kepala Keluarga

1. Moal Usaha Tani

2. Luas Kepemilikan

Lahan

3. Tingkat Pendapatan

Kepala Keluarga

4. Pemenuhan Kebutuhan

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung

(43)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode

ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan (Hadari Nawawi dalam Pabundu

Tika, 2005:2). Sedangkan metodologi penelitian geografi adalah pelajaran yang

menjelaskan tentang metode-metode ilmiah untuk mengkaji kebenaran dan

mengembangkan pengetahuan yang menyangkut permukaan bumi dan

lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial (Pabundu Tika, 2005:2).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang

bertujuan menggambarkan keadaan atau fenomena serta mengetahui hal-hal yang

berhubungan dengan keadan tertentu sesuai dengan fakta-fakta yang tampak atau

adanya di lapangan, seperti halnya yang dinyatakan Suharsimi Arikunto (2006:7)

bahwa penelitian yang bertujuan menggali secara luas tentang hal-hal atau

sebab-sebab yang mempengaruhi terjadinya satu hal ini disebut eksplorasi. Sedangkan

penelitian deskriptif mempunyai tujuan untuk membuat deskriptif, gambaran atau

lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

(44)

Berdasarkan pendapat di atas, maka metode penelitian ini bertujuan untuk

menggambarkan keadaan usaha kebun lada di Desa Ogan Lima Kecamatan

Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak

terbatas. Himpunan individu atau objek yang terbatas adalah himpunan individu

atau objek yang dapat diketahui atau diukur dengan jelas jumlah maupun

batasnya. Himpunan individu atau objek yang tidak terbatas adalah himpunan

individu atau objek yang sulit diketahui jumlahnya walaupun batas wilayahnya

kita ketahui (Pabundu Tika, 2005:24.).

Berdasarkan pendapat tersebut, dalam penelitian ini yang menjadi populasi

adalah kepala keluarga yang bermata pencaharian sebagai petani lada di Desa

Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara yang

mengusahakan kebun lada yang berjumlah 243 KK (Profil Desa Ogan Lima

tahun 2012).

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili populasi

(Pabundu Tika, 2005:24). Untuk menentukan banyaknya sampel dalam penelitian

(45)

sampelnya dapat menjadi makin kecil begitu juga sebaliknya, pokok utama

sampel harus mewakili sifat-sifat populasinya (Nursid Sumaatmadja, 1988:113).

Karena besarnya populasi, keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti, maka

sampelnya diambil sebanyak 48 KK (20%) dari populasi yang berjumlah 243

KK. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proporsional random

sampling. Pengambilan jumlah sampel secara proporsional maksudnya adalah

pengambilan sampel dengan memperhatikan penyebaran populasi tiap-tiap

wilayah. Digunakan teknik ini karena jumlah sampel pada setiap wilayah

(lingkungan) berbeda-beda, sehingga dapat diperoleh sampel represintatif dengan

banyaknya subjek dalam tiap-tiap wilayah. Sedangkan teknik random sampling

maksudnya sampel diberi kesempatan sama untuk dipilih bagi setiap individu atau

unit dalam keseluruhan populasi. Untuk lebih jelasnya mengenai populasi dan

sampel pada setiap dusun dapat dilihat pada Tabel 10.

Table 10. Jumlah Populasi dan Sampel Kepala Keluarga yang Melakukan Usaha Kebun Lada di Desa Ogan Lima Tahun 2009-2012.

No Dusun Jumlah

(46)

39

(47)

Adapun cara penarikan individu sebagai sampel pada tiap-tiap lingkungan

dilakukan dengan cara diundi. Teknik pengundian yaitu dengan menulis nama

responden pada kertas kecil yang digulung sesuai dengan jumlah populasi yang

ada pada tiap lingkungan, kemudian nama responden dimasukan ke dalam kotak

undian, lalu dikocok dan dikeluarkan, nama yang keluar diambil sebagai sampel

pada tiap-tiap lingkungan, bila diperlukan maka dikocok lagi untuk menentukan

sampel cadangan, yaitu 10% dari jumlah populasi. Hal itu berlaku untuk tiap-tiap

lingkungan.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian, atau apa yang

menjadi titik penelitian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Suharsimi

Arikunto, 2006:118). Variabel dalam penelitian ini adalah Karakteristik Sosial

Ekonomi Petani Lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten

Lampung Utara, yang meliputi: umur kepala keluarga, pendidikan formal kepala

keluarga, jumlah tanggungan kepala keluarga, luas kepemilikan lahan, pendapatan

(48)

2. Devinisi Oprasional Variabel

1) Umur Kepala Keluarga Petani Lada

Umur kepala keluarga pada saat penelitian ini dilaksanakan dikelompokkan dalam

usia produktif dan tidak produktif. Adapun kriterianya dikategorikan sebagai

berikut:

1. Golongan produktif : yaitu berumur 19-64 tahun

2. Golongan tidak produktif : yaitu berumur 65 tahun ke atas.

2) Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga Petani Lada

Tingkat pendidikan kepala keluarga dalam penelitian ini adalah pendidikan formal

yang ditempuh oleh kepala keluarga dihitung berdasarkan tingkat pendidikan

sekolah. Adapun kriterianya sebagai berikut:

1. Pendidikan dasar = Tamat SD, MI, SMP dan MTs

2. Pendidikan menengah atas = Tamat SMA, MA, dan SMK

3. Pendidikan tinggi = Tamat Perguruan Tinggi/PT

3) Luas Kepemilikan Lahan Kepala Keluarga

Luas kepemilikan lahan adalah lahan garapan yang dimiliki petani dan

dipergunakan untuk usaha tani yang diukur dengan satuan hektar

a. Luas lahan lebih dari 2 hektar disebut petani luas,

b. Luas lahan setara 0,5- 2 hektar disebut petani sedang,

c. Luas lahan kurang dari 0,5 hektar disebut petani sempit.

4) Modal Usaha Tani

Modal usaha tani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi,

(49)

biaya untuk tenaga kerja dalam satu kali musim tanam per rumah tangga yang

dinyatakan dengan rupiah. Adapun kriteria penggolongannya adalah berdasarkan

rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk penanaman.

a. Biaya produksi tinggi ≥ Rp.27.757.000,00/Ha

b. Biaya produksi rendah < Rp. 27.757.000,00/Ha

5) Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Petani Lada

Tingkat pendapatan kepala keluarga juga dapat dikelompokan menjadi 2 kriteria,

berdasarkan rata-rata pendapatan seluruh kepala keluarga, yaitu:

1. Pendapatan kepala keluarga di bawah atau sama dengan rata-rata apabila

pendapatan rumah tangga kurang dari pendapatan tara-rata responden di

lokasi penelitian.

2. Pendapatan kepala keluarga di atas rata-rata, apabila pendapatan rumah

tangga lebih dari atau sama dengan pendapatan rata-rata responden di lokasi

penelitian.

Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh

kepala keluarga dalam jangka waktu 1 bulan dan dihitung dengan satuan rupiah.

6) Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga dapat diartikan banyaknya individu yang terdapat

dalam satu keluarga dan menjadi beban dalam mencukupi berbagai kebutuhan

pokok untuk hidup yang harus dapat dipenuhi demi kelangsungan hidupnya.

Dikatakan tanggungan kecil bila jumlah anaknya ≤ 3 orang, sedangkan

(50)

7) Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga Petani

Pemenuhan kebutuhan pokok keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pemenuhan kebutuhan pokok yang meliputi sembilan bahan pokok yang harus

dipenuhi dan dihitung dengan cara jumlah pendapatan keseluruhan responden

dibagi dengan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga dikali dengan 100%

sehingga dapat diketahui persentase pemenuhan kebutuhan pokok kepala keluarga

petani lada.

1. Terpenuhi apabila pendapatan per bulan lebih besar daripada pengeluaran

perbulan.

2. Tidak terpenuhi apabila pendapatan per bulan lebih kecil daripada

pengeluaran per bulan.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala dan fenomena yang

ada pada obyek penelitian (Pabundu Tika, 2005:44 ). Teknik ini digunakan untuk

mengetahui kondisi dan kegiatan serta berbagai sarana dan prasarana yang

menunjang dalam kegiatan usaha kebun lada di Desa Ogan Lima Kecamatan

Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.

2. Teknik Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:231), teknik dokumentasi adalah suatu cara

(51)

transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya. Dalam teknik ini

data diperoleh dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

Biasanya dokumen-dokumen tersebut dipegang oleh pengurus desa setempat.

Dimana data yang peneliti butuhkan dalam dokumen tersebut diantaranya

meliputi, data jumlah penduduk, luas wilayah dan komposisi penduduk.

3. Teknik Kuesioner

Teknik kuesioner adalah satu cara untuk memperoleh data primer dengan

mengunakan daftar pernyataan yang telah dipersiapkan. Menurut Kartini Kartono

(1980:85), kuesioner adalah suatu penyelidikan mengenai suatu masalah yang

umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dilakukan

dengan jalan mengedarkan daftar pertanyaan berupa formulir, yang diajukan

secara tertulis kepada subjek untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan (respon

seluruhnya). Teknik kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh

data primer seperti modal usaha tani, umur kepala keluarga, pendidikan formal

kepala keluarga, jumlah tanggungan keluarga, luas kepemilikan lahan petani,

pendapatan petani, dan pemenuhan kebutuhan pokok.

E. Teknik Analisis Data

Analisis adalah proses penyederhanaan dan kedalam bentuk yang lebih mudah

untuk dibaca dan diinterpretasikan (Masri Singaribun, 1987:263). Analisis data

yang akan digunakan yaitu analisis data kuanitatif persentase dalam tabel tunggal.

(52)

diinterpretasikan secara kualitatif untuk memberikan pengertian mengenai arti

data tersebut, selanjutnya disusun sebagai laporan hasil penelitian.

Untuk menentukan jumlah persentase dari data kualitatif dapat digunakan rumus

sebagai berikut:

% =

Keterangan:

% = Persentase yang diperoleh

n = Jumlah nilai yang di peroleh

N = Jumlah responden

(53)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai

deskripsi petani lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten

Lampung Utara Tahun 2012 dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak Produktif.

membuktikan bahwa sebagian besar penduduk masih mampu bekerja dengan

cepat dan cekatan meskipun pekerjaannya berat. Hal tersebut dikarenakan

pada umur produktif secara fisik petani lada di Desa Ogan Lima ter sebut

masih memiliki tenaga dan kemampuan untuk aktif bekerja sehingga cukup

berpotensi dalam mengembangkan usaha perkebunannya, meningkatkan

hasil produksi dan pendapatannya.

2. Sebagian besar dari petani lada di Desa Ogan Lima berpendidikan pada

tingkat SD, SMP dan MTs. Keadaan ini menggambarkan bahwa tingkat

pendidikan bagi petani lada tidak mempengaruhi aktivitas mereka sebagai

petani lada, karena pekerjaan mereka sebagai petani lada hanya menggunakan

tenaga dan kekuatan fisik saja.

3. Luas lahan yang dimiliki oleh petani lada di Desa Ogan Lima didominasi oleh

lahan yang sedang dan luas. Petani yang memiliki lahan yang luas belum

tentu memiliki pendapatan yang besar sebaliknya petani yang memiliki lahan

(54)

dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah kesuburan

tanah yang semakin menurun, perubahan cuaca yang kian tidak menentu serta

faktor yang paling utama adalah pohon lada yang sudah tua/sudah kurang

produktif sehingga buah yang dihasilkan kurang maksimal.

4. Seluruh petani lada yang ada di Desa Ogan Lima menggunakan biaya

produksi yang rendah yaitu kurang dari biaya operasinalnya. Hal ini tentu

akan sangat berpengaruh terhadap rendahnya produksi tanaman lada.

5. Sebagian besar petani lada di Desa Ogan Lima memiliki pendapatan yang

kurang dari rata-rata. Hal itu disebabkan beberapa faktor antara lain

kesuburan tanah yang semakin menurun, perubahan cuaca yang kian tidak

menentu serta faktor yang paling utama adalah pohan lada yang sudah tua

atau sudah tidak produktif lagi sehingga buah yang dihasilkan kurang

maksimal.

6. Sebagian besar jumlah tanggungan keluarga petani lada berkategori

besar. Semakin besar jumlah tanggungan maka akan semakin besar

pula kebutuhan yang akan di keluarkan.

7. Sebagian besar dari petani lada di Desa Ogan Lima tidak terpenuhi kebutuhan

pokoknya. Meskipun lahan yang dimiliki sebagian besar petani lada adalah

(55)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai

berikut:

1) Mengingat jumlah anak yang dimiliki kepala keluarga petani lada di Desa

ogan Lima adalah termasuk dalam kategori besar/banyak hendaknya untuk

generasi selanjutnya dapat ikut serta dalam program keluarga berencna (KB).

2) Kepada para petani yang memiliki lahan sempit dan memiliki pendapatan

yang kurang dari rata-rata hendaknya untuk mencari pekerjaan tambahan.

3) Melihat produksi lada di Desa Ogan Lima yang masih rendah hendaknya

petani lada dapat meningkatkan produksi ladanya dengan cara perawatan dan

pemeliharaan tanaman lada sesuai dengan petunjuk perawatan lada yang baik.

4) Sebagian besar petani lada di Desa Ogan lima menggunakan biaya produksi

yang rendah atau modal yang kecil. Oleh karena itu kepada para petani lada

(56)
(57)
(58)
(59)

DI DESA OGAN LIMA KECAMATAN ABUNG BARAT KABUPATEN LAMPUNG UTARA

TAHUN 2012

A.Identitas Responden:

1. Nama :

2. Umur :

3. Alamat :

B.Tingkat Pendidikan Formal Keluarga Tani

4. Apakan pendidikan terakhir yang bapak/ibu tamatkan?

5. Apakah bapak/ibu pernah mendapatkan pendidikan tambahan selain pendidikan

formal ?

6. Bagaimanakan pendidikan istri bapak ?

7. Bagaimanakan pendidikan anak bapak ?

No Nama Anak Jenis

Kelamin

Umur Pendidikan Keterangan

1 2 3 4 5

C.Luas Kepamilikan Lahan

8. Berapakah luas lahan yang bapak/ibu miliki?

D.Modal Usaha Tani

9. Darimanakah asal modal yang bapak/ibu miliki untuk menanam lada ?

(60)

2 Pengolahan lahan

11. Berapakah pendapatan bapak/ibu dari hasil bertaman lada pada tahun yang

lalu ? Rp…

12. Berapakah pendapatan dari hasil kerja anggota keluarga yang lainnya

(istri/anak) pada tahun yang lalu ? Rp…

F. Jumlah Tangguangan Keluarga

13. Berapakah jumlah tangguangan yang bapak ibu tanggun…… Orang

No Nama Anggota

*) kolom 3: Hubungan dengan kepala keluarga : istri, anak, anak angkat, dll

**) kolom 4 : L: Laki-laki, P: Perempuan

***) kolom 5 : jenis kegiatan: bekerja mencari nafkah, mencaripekerjaan,

(61)

14. Pengeluaran yang bersifat konsumtif

1. Biaya makan dan kesehatan Sebulan (Rp)

a. Beras …………

b. Ikan Asin …………

c. Gula Pasir …………

d. Minyak Goreng …………

e. Garam …………

f. Minyak Tanah …………

g. Sabun …………

Total …………

2. Pakaian Setahun (Rp)

a. Tekstil kasar …………

b. Batik …………

Total …………

15. Pengeluaran yang bersifat produktif Sebulan

1. Biaya Perawatan rumah dan lainnya …………

2. Pengeluaran sosial …………

3. Biaya pendidikan anak-anak …………

4. Biaya transportasi sehari-hari …………

5. Tabungan …………

Gambar

Tabel 2. Perbedaan Luas Areal dan Produksi Lada di Wilayah Sentra Lada di Provinsi Lampung Tahun 2012
Tabel 3.Perbedaan Luas Areal dan Produksi Lada di Wilayah Sentra Lada di       Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012
Tabel 4.Perbedaan Luas Areal dan Produksi Lada di Wilayah Sentra Lada di  Kecamatan Abung Barat Tahun 2012
Tabel 5. Luas Areal Perkebunan Menurut Jenis Perkebunan yang Diusahakan di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil wawancara dari beberapa informan diperoleh inforasi bahwa pelecehan seksual melalui media sosial terjadi karena adanya interaksi yang dilakukan secara virtual oleh

Dengan demikian, laki-laki yang berprofesi sebagai nelayan memiliki waktu luang yang lebih luas daripada perempuan sehingga tidak mengherankan waktu istirahat lebih

1.3 Menggunakan integral untuk menghitung luas daerah di bawah kurva dan volum benda putar..  Menghitung luas suatu daerah ang dibatasi oelh kurva dan sumbu-sumbu pada

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengetahuan siswa tentang PHBS di SDN Gerendong 1 dan SDN Gerendong 2, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan

Ketapang Tahun Anggaran 2017 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada Paket tersebut di atas sebagai berikut :. : #Tujuh Puluh Sembilan Juta Dua Ratus Ribu Rupiah# PEMERINTAH

Abstrak: Penelitian dilatarbelakangi oleh adanya tantangan bagi alumni politeknik untuk matang dalam merencanakan karier, sehingga diperlukan analisis

ERROR: Cannot insert a duplicate key into unique index uniquetest_col1_key test=&gt; INSERT INTO uniquetest VALUES (NULL);. INSERT

Peraturan Daerah Kota Semarang nomor 4 tahun 2011 tentang pajak restoran,. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 tahun 2011 tentang