KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI LADA
DI DESA OGAN LIMA KECAMATAN ABUNG BARAT
KABUPATEN LAMPUNG UTARA
TAHUN 2012
Oleh ZAKARIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
II. TINJAUAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 16
c. Luas Kepemilikan Lahan Kepala Keluarga Petani Lada ... 22
d. Modal Usaha Tani ... 23
e. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Petani Lada ... 27
f. Jumlah Tangguangn Keluarga ... 29
g. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga ... 30
D. Teknik Pengumpulan Data ... 43
B. Penyajian Data Penelitian dan Pembahasan ... 64
1. Identitas Petani Lada ... 64
a. Umur Kepala Keluarga Petani Lada ... 64
b. Pendidikan Formal Kepala Keluarga Petani Lada . 68
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 72
a. Luas Lahan Kebun Lada ... 72
b. Modal usaha Tani ... 76
c. Tingakat Pendapatan Keluarga Petani Lada ... 82
d. Jumlah Tanggungan yang dimiliki ... 87
e. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pokok ... 93
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 100
B. Saran... 102 DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan
penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan sebagian
besar penduduk hidup dan bekerja dalam sektor pertanian dan pekebunan.
Pertanian merupakan aktivitas utama bagi kehidupan ekonomi penduduk dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Aktivitas penduduk di bidang pertanian dilakukan oleh sebagian besar penduduk
karena sebagian besar penduduk mengusahakan ketersediaan bahan pangan yang
menjadi sumber kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Berbagai cara
pemanfaatan lahan yang dilakukan diantaranya untuk perkebunan, peternakan,
perikanan, dan kehutanan. Tujuan utama dari usaha-usaha tersebut ialah
memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sektor perkebunan yang meliputi kopi, kakao, karet, sawit, dan lada mempunyai
prospek yang cukup baik bagi kehidupan petani. Salah satu komoditas perkebunan
yang memiliki produksi cukup tinggi dan mampu mendukung perekonomian
Produksi adalah pengubahan bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi hasil yang
diinginkan oleh konsumen. Hasil itu dapat berupa barang ataupun jasa.
Produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil
(jumlah barang dan jasa yang diproduksi) dengan sumber (jumlah tenaga kerja,
modal, tanah, energi, dan sebagainya) yang dipakai untuk menghasilkan hasil
tersebut. Produktivitas diidentifikasi dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara
keluaran dan masukan. Produktivitas bertambah bila ada penambahan secara
profesional dari nilai keluaran per masukan. Bila input dalam keadaan konstan,
sedang keluaran yang dihasilkan terus bertambah, maka hal ini akan menunjukkan
bahwa sumber-sumber efektif dan efisien.
(http://danilsetiawan.com/materi-apk-proses-produksi-dan produktivitas). Berikut adalah data luas area, produksi dan
produktivitas lada di Indonesia Tahun 2011-2012.
Tabel 1. Data Luas Area, Produksi dan Produktivitas Lada di Indonesia Tahun
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Lampung Tahun 2012.
Berdasarkan data pada Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011
produksi lada mencapai 87.089 Ton atau 490 kg/Ha dengan produktivitas 784
kg/ha dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 88.160 Ton atau 494 kg/ha dengan
produktivitas 785 kg/Ha. Lada Indonesia mempunyai kekuatan dan daya jual
tersendiri karena cita rasanya yang khas. Devisa negara dari ekspor lada sekitar
penyedia lapangan kerja dan sumber bahan baku industri dalam negeri dengan
melibatkan sekitar 312.619 kepala keluarga petani (Direktorat Jenderal Bina
Produksi Perkebunan 2012).
Lada Tumbuh dan dibudidayakan hampir diseluruh propinsi di Indonesia, Daerah
sentra produksi lada nasional meliputi Propinsi Lampung, Propinsi Bangka
Belitung, Propinsi Kalimantan Barat, dan Propinsi Kalimantan Timur dimana
masing-masing memberikan kontribusi produksi sebanyak 29,8%, 44,2%, 3,4%,
dan 8,3% terhadap produksi nasional pada tahun 2008.
Pengembangan komoditas perkebunan lada diharapkan dapat menjadi penggerak
perekonomian masyarakat, dan sebagai salah satu penghasilan pokok warga serta
menjadi devisa melalui kegiatan ekspor komoditas perkebunan. Lada merupakan
salah satu komoditas perkebunan unggulan yang tersebar hampir di seluruh
kabupaten di Provinsi Lampung.
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
mengusahakan pertanian dan perkebunan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian yaitu 62,19% atau sebesar
1.679.602 jiwa (Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung, 2012:61).
Komoditas unggulan perkebunan di setiap Kabupaten di Provinsi Lampung
berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kondisi alam yang mendukung
perkembangan dari setiap tanaman perkebunan. Sesuai dengan salah satu konsep
geografi yaitu diferensiasi areal, di mana setiap daerah memiliki perbedaan
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari keadaan iklim, tanah, perairan,
tumbuh-tumbuhan dan alam lingkungan secara keseluruhan.
Kondisi alam di setiap wilayah tidak sama sehingga akan menyebabkan perbedaan
terhadap tanaman yang dapat tumbuh dengan maksimal pada daerah tersebut.
Pada daerah dataran tinggi dan dataran rendah jenis tanaman yang dibudidayakan
akan berbeda. Ada tanaman yang dapat tumbuh dengan maksimal pada daerah
dataran rendah dan ada juga tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan maksimal
pada daerah dataran tinggi.
Ketinggian tempat secara tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman dan hasilnya. Ketinggian tempat berhubungan erat dengan kondisi
lingkungan. Perbedaan kondisi yanga mencolok adalah faktor iklim (curah hujan,
suhu, dan kelembapan udara).
Lada dapat berkembang dengan baik apabila hidup pada dataran rendah yaitu pada
ketinggian kurang dari 200 mdpl. Lahan yang cocok untuk lada berupa tanah
berpasir serta lempung yang kaya humus (bahan organik), dengan pH netral.
Lada kurang cocok dikembangkan di lahan-lahan bergambut yang masam.
Dengan demikian, produksi lada di dataran rendah berbeda nyata dengan produksi
lada di dataran tinggi. Untuk lebih jelasnya tentang perbedaan produksi lada di
setiap kabupaten yang mengusahakan pertanian lada dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Perbedaan Luas Areal dan Produksi Lada di Wilayah Sentra Lada di
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Lampung Tahun 2012.
Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dijelas bahwa terdapat perbedaan produksi di
setiap kabupaten. Dari 5 kabupetan yang menjadi sentra lada di Propinsi Lampung
memiliki produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan produktivitasnya. Hal
ini menunjukkan bahwa tanaman lada sudah tidak dapat menghasilkan atau
berproduksi sesuai dengan yang seharusnya (produktivitas). Keadaan seperti ini
secara umum disebabkan oleh banyak faktor diantaranya dipengaruhi oleh kondisi
alam, keadaan iklim, pengolahan lahan, perawatan, usia tanaman lada serta lain
sebagainya. Kabupaten Lampung Utara menghasilkan produksi lada paling
banyak dibandingkan dengan Kabupaten Way Kanan, Lampung Timur, Lampung
Barat, dan Tanggamus.
Sebagian besar penduduk Kabupaten Lampung Utara bekerja pada sektor
pertanian. Jenis pertanian yang diusahakan penduduk mencakup subsektor
tanaman perkebunan adapun jenis perkebunan yang diusahakan adalah lada, kopi,
Luas area dan produksi perkebunan rakyat di Kabupaten Lampung Utara pada
tahun 2012 sebagai berikut:
1. Lada memiliki luas area 24.288 /Ha dengan jumlah produksi 10.792
2. Kopi memiliki luas area 21.412 /Ha dengan jumlah produksi 12.298.
3. Karet memiliki luas area 25.957 /Hadengan jumlah produksi 9.2773.
4. Cengkeh memiliki luas area 296 /Ha dengan jumlah produksi 278.
5. Kelapa dalam memiliki luas area 3.306 /Ha dengan jumlah produksi 2.286.
6. Kelapa hibrida memiliki luas area 44 /Ha dengan jumlah produksi 2.
(BPS Kabupaten Lampung Utara, 2012:143-144)
Berikut adalah beberapa kecamatan di kabupaten Lampung Utara yang menjadi
sentra lada:
Tabel 3.Perbedaan Luas Areal dan Produksi Lada di Wilayah Sentra Lada di Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012
No
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Lampung Tahun 2012.
Salah satu kecamatan sentra lada di Kabupaten Lampung Utara yang memiki area
tanam lada paling luas sekaligus memiliki produktivitas paling tinggi (540kg/Ha)
tetapi produksinya kurang tinggi (444kg/Ha) adalah Kecamatan Abung Barat.
Berikut adalah beberapa desa di Kecamatan Abung Barat yang menjadi sentra
Tabel 4.Perbedaan Luas Areal dan Produksi Lada di Wilayah Sentra Lada di Kecamatan Abung Barat Tahun 2012.
No
Sumber: BPS Kabupaten lampung Utara Tahun 2012.
Kecamatan Abung Barat sendiri terdiri dari beberapa desa dan salah satunya
adalah Desa Ogan Lima. Tanaman perkebunan yang paling banyak diusahakan di
Desa Ogan Lima adalah perkebunan lada. Desa Ogan Lima merupakan daerah
yang memiliki topografi datar yaitu berada pada 180 mdpl (Monografi Desa Ogan
Lima, 2012). Secara umum lada dapat kembang dengan baik apabila hidup pada
dataran rendah yaitu pada ketinggian kurang dari 200 m dpl. Pada ketinggian ini
lada dapat menghasilkan pertumbuhan vegetatif yang terbaik, dapat menghasilkan
buah yang sangat lebat, pertumbuhan tunas juga relatif lebih cepat 1-1,5 bulan
dibanding daerah pengunungan dan dataran tinggi dan kematangan buah pun lebih
cepat serta serentak (T. Saripan, 2012:11). Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa Desa Ogan Lima dan sekitarnya merupakan daerah yang
sangat cocok untuk perkebunan lada.
Desa Ogan Lima merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Abung Barat
676 Ha. Di Desa Ogan Lima didominasi oleh perkebunan lada. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5, sebagai berikut:
Tabel 5. Luas Areal Perkebunan Menurut Jenis Perkebunan yang Diusahakan di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase (%)
1. Kelapa sawit 8 1,2
2. Kopi 303 44,8
3. Lada 365 54
Total 676 100
Sumber: Profil Desa Ogan Lima Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 5, maka Desa Ogan Lima merupakan daerah yang potensial
untuk dijadikan perkebunan lada hal ini dikarenakan dari sebagian besar luas arel
di Desa Ogan Lima adalah area perkebunan lada yang mencapai 365 ha (54%)
dari seluruh total luas perkebunan di Desa Ogan Lima. Dengan jumlah keluarga
yag memiliki tanah perkebunan 907 jiwa. Masyarakat Desa Ogan Lima yang
berprofesi sebagai petani lebih banyak dibandingkan dengan profesi yang lainnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencarian Pokok di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.
No Mata Pencarian Jumlah penduduk (jiwa) Persentase(%)
1 Petani campuran 664 62
7 PensiunanPNS/TNI/POLRI 8 0,74
8 Pengusaha kecil dan
menengah
20 1,9
9 Jasa pengobatan alternatif 1 0,1
10 Pengusaha besar 13 1,2
Total jumlah penduduk 1070 100
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, yang mendominasi mata
pencarian penduduk di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat adalah
pertanian lada dengan luas lahan garapan yang diusahakan mencapai 365 Ha
sehingga menjadi mata pencarian penduduk yang paling dominan.
Pekerjaan sebagai petani lada merupakan mata pencaharian pokok di Desa Ogan
Lima. Lada merupakan tanaman utama yang diusahakan, maka ketergantungan
terhadap pendapatan dari hasil penjualan produksi lada ini sangat mempengaruhi
tingkat kesejahteraan mereka. Dari hasil bertani lada inilah petani dapat
memperoleh pendapatan yang nantinya akan digunakan untuk keperluan
sehari-hari dalam pemenuhan kebutuhan pokok keluarganya. Kebutuhan pokok yang
dimaksud dalam hal ini yaitu kebutuhan dasar yang merupakan kebutuhan yang
sangat penting guna kelangsungan hidup, yang terdiri dari sandang, pangan,
papan, kesehatan, dan pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara pra survey
terhadap beberapa petani kebun lada, peneliti mendapatkan gambaran tentang
kondisi kebun lada di Desa Ogan Lima. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel
Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat dijelaskan bahwa luas lahan garapan yang
dimiliki oleh petani lada berbeda-beda dari lahan yang sempit 1 Ha sampai
dengan yang luas 5 Ha dan rata-rata lahan yang dimiliki 2,67 Ha. Hasil pra survey
juga menunjukkan bahwa petani lada di Desa Ogan Lima memiliki penghasilan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat terlihat
dari penghasilan rata-rata yang diperoleh petani sebesar Rp. 242.250.000 dalam
waktu 1 tahun. Penghasilan tersebut adalah penghasilan kotor petani lada. Dari
data di atas juga dapat diketahui bahwa setiap kepala keluarga memiliki
penghasilan yang berbeda. Selain itu, petani yang memiliki lahan garapan lebih
luas belum tentu akan mendapatkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan
petani yang memiliki lahan garapan yang tidak begitu luas.
Besarnya modal usaha yang dikeluarkan petani lada di Desa Ogan Lima
dipengaruhi oleh luasnya lahan garapan yang dimiliki oleh petani, semakin luas
lahan garapan maka biaya pemeliharaan semakin tinggi.
Umur merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keadaan usaha tani
petani lada, karena berhubungan langsung dengan aktivitas usaha tani yang
dikelolanya. Pada umur yang relatif muda petani mempunyai kemampuan fisik
yang lebih besar dalam melakukan kegiatan usaha taninya sehingga akan
berpengaruh pula terhadap pendapatan. Sebaliknya, petani yang lanjut usia
kemampuan fisiknya semakin berkurang dalam melakukan kegiatan usaha
taninya.
Pendidikan merupakan salah satu sarana penunjang dalam usaha meningkatkan
hal mengetahui teknologi dan keterampilan manajemen dalam mengelola usaha
perkebunannya. Selain pendidikan formal, pengetahuan mengenai pertanian juga
dapat diperoleh melalui pendidikan nonformal seperti penyuluhan baik melalui
petugas penyuluh lapangan, media elektronik, dan sumber bacaan lain.
Pendapatan kepala keluarga juga akan berpengaruh terhadap pendidikan formal
yang ditempuh anggota keluarganya. Semakin tinggi pendapatan petani maka
kemungkinan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan tinggi
akan lebih besar, walaupun belum tentu kepala keluarga yang berpendapatan
tinggi anaknya disekolahkan sampai ke jenjang pendidikan tinggi, hal itu
disebabkan budaya warisan yang masih melekat pada keluarga petani yang
beranggapan sekolah itu kurang penting selagi memiliki lahan pertanian yang
cukup luas. Sebaliknya ada beberapa keluarga petani lada yang berpenghasilan
sedang tetapi mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang pendidikan
tinggi karena petani tersebut beranggapan dengan bersekolah dapat memperbaiki
taraf hidup keluarganya.
Besar kecilnya pendapatan petani dapat berpengaruh terhadap kebutuhan pokok
rumah tangganya. Semakin rendah tingkat pendapatan menyebabkan petani akan
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang, pangan,
kesehatan dan pendidikan.
Jumlah tanggungan keluarga juga mempengaruhi kesempurnaan dan kebahagiaan
hidup dalam suatu rumah tangga. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga
maka akan menyebabkan makin besar pula jumlah pengeluaran untuk pemenuhan
akan mengalami kesulitan-kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya karena
kebutuhan pokok merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Lada di Desa Ogan Lima
Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012”.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat
diidentifikasi masalah yang kemungkinan berkaitan dengan karakteristik sosial
ekonomi petani lada di Desa Ogan Lima adalah sebagai berikut:
1. Umur kepala keluarga petani lada,
2. Tingkat pendidikan formal kepala keluarga petani lada,
3. Luas kepemilikan lahan,
4. Modal usaha tani,
5. Tingkat pendapatan,
6. Jumlah tanggungan kepala keluarga,
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Berapakah umur kepala keluarga petani lada di Desa Ogan Lima Kecamatan
Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012 ?
2. Bagaimanakah tingkat pendidikan formal kepala keluarga petani lada di Desa
Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012?
3. Berapakah rata-rata luas kepemilikan lahan kepala keluarga petani lada di
Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun
2012 ?
4. Berapakah jumlah modal usaha tani yang dikeluarkan petani lada untuk
melakukan usaha tani di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat
Kabupaten Lampung Utara tahun 2012 ?
5. Berapakah rata-rata pendapatan kepala keluarga petani lada di Desa Ogan
Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012 ?
6. Berapakah rata-rata jumlah tanggungan kepala keluarga petani lada di Desa
Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012?
7. Bagaimanakah pemenuhan kebutuhan pokok kepala keluarga petani lada di
Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui umur kepala keluarga petani lada di Desa Ogan Lima
Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.
2. Untuk mengetahui tingkat pendidikan formal kepala keluarga petani lada di
Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun
2012.
3. Untuk mengetahui rata-rata luas kepemilikan lahan kepala keluarga petani
lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara
tahun 2012.
4. Untuk mengetahui jumlah modal usaha tani yang dikeluarkan petani lada
untuk melakukan usaha tani di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat
Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.
5. Untuk mengetahui rata-rata pendapatan kepala keluarga petani lada di Desa
Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.
6. Untuk mengetahui rata-rata jumlah tanggungan kepala keluarga petani lada di
Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun
2012.
7. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pokok kepala keluarga petani lada
di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara
E. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP
Universitas Lampung tahun 2013.
2. Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di Perguruan
Tinggi.
3. Sebagai suplemen bahan ajar Geografi SMA kelas X semester II pokok
bahasan sumber daya manusia.
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang lingkup subjek penelitian adalah kepala keluarga petani lada di Desa
Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.
2. Ruang lingkup objek penelitian adalah karakteristik sosial ekonomi petani
lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.
3. Ruang lingkup tempat dan waktu penelitian adalah Desa Ogan Lima
Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.
4. Ruang lingkup ilmu adalah geografi sosial.
Geografi sosial adalah cabang dari geografi manusia yang bidang studinya
aspek keruangan yaitu karakteristik dari penduduk, organisasi sosial, unsur
kebudayaan dan kemasyarakatan (Nursid Sumaatmadja, 1988:56).
Digunakan geografi sosial sebagai ruang lingkup dalam penelitian ini, karena
penelitian ini berkaitan dengan karakteristik penduduk dalam hal ini adalah petani
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Geografi
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena
geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks
keruangan, (Ikatan Geografi Indonesia). Fenomena geosfer yang dimaksud adalah
gejala-gejala yang ada di permukaan bumi, baik lingkungan alamnya ataupun
mengenai makhluk hidupnya termasuk manusia dengan segala aktivitasnya guna
memenuhi kebutuhan hidup, sebagai contoh kegiatan pertanian.
Menurut N. Daljoeni (1996:306), Geografi dibagi menjadi dua yaitu geografi fisik
dan manusia. Geografi fisik adalah cabang geografi yang mempelajari tentang
gejala fisik dari permukaan bumi yang meliputi tanah, udara dan segala prosesnya. Geografi manusia adalah cabang geografi yang mempelajari tentang aspek-aspek keruangan gejala di permukaan bumi, meliputi geografi ekonomi, politik, pemukiman, kependudukan, dan geografi sosial.
Sehubungan dengan penelitian tentang Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Lada
di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara ilmu
geografi sangat berperan penting dalam mendeskripsikan fenomena-fenomena
fisik maupun sosial di permukaan bumi secara teliti, terarah dan harus rasional
khususnya mengenai keberadaan lokasi yang berbeda-beda di permukaan bumi
Geografi sosial adalah cabang dari geografi manusia yang bidang studinya aspek
keruangan yaitu karakteristik dari penduduk, organisasi sosial, unsur kebudayaan
dan kemasayarakatan (Nursid Sumaatmadja, 1988:56).
2. Pengertian Petani Lada
Petani adalah orang yang melakukan usaha di bidang pertanian yaitu dengan
mengusahakan tanaman untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1997:1008) yang dimaksud petani adalah orang yang
pekerjaannya bercocok tanam. Arti kata tani yaitu mata pencarian dalam hal
bercocok tanam (mengusahakan tanah dengan tanam menanam).
Petani lada adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya
dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan
dan memelihara tanaman lada, dengan harapan untuk memperoleh hasil dari
tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.
Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti merica.
3. Pengertian Tanaman Lada
Lada termasuk dalam family Piperaceae yang terdiri dari 10-12 genera atau marga
dan 1.400 spesies yang bentuknya beraneka ragam, seperti semak-semak, tanaman
menjalar, hingga pohon-pohonan. Tanaman lada yang terdapat di Indonesia terdiri
dari tiga jenis yaitu, jenis lada lampung, jenis lada bulok belitung, jenis lada
Lada merupakan tanaman dataran rendah sampai menengah (0 sampai dengan 600
mdpl). Lahan yang cocok untuk lada berupa tanah berpasir serta lempung yang
kaya humus (bahan organik), dengan pH netral. Lada kurang cocok
dikembangkan di lahan-lahan bergambut yang masam. Lahan-lahan bekas
tebangan hutan atau ladang sangat cocok untuk kebun lada. Sebagai tanaman
tropis, lada menghendaki air banyak, namun akarnya tidak tahan genangan.
Penanaman lada pada lahan bertanah lempung, sebaiknya disertai dengan sarana
drainase (pembuangan air) yang baik. Untuk mencapai pertumbuhan optimal, lada
memerlukan sinar matahari penuh selama 12 jam per hari. Karenanya, penanaman
lada dengan tiang panjatan berupa pohon hidup akan sangat berpengaruh terhadap
hasil panen.
Menurut Rutgers dalam (Rismunandar, 2000:28) menyatakan bahwa lada dapat
tumbuh dan berproduksi dengan baik di Indonesia Bagian Barat, yaitu di
Sumatera, Sumatera merupakan daerah basah. Sebagian besar iklimnya bertipe A
dan B, hanya daerah pantai utara Aceh beriklim tipe C. Curah hujan yang
diharapkannya tidak terlalu tinggi, cukup sekitar 3.000 mm per tahun.
Pada umumnya daerah lada di Lampung letaknya di dataran rendah misalnya:
Daerah Muntok dekat pantai. Daerah Kotabumi kurang lebih 32 mdpl. Daerah
Sukadana kurang lebih 28 mdpl. Daerah Teluk Betung kurang lebih 10 mdpl.
Dalam hakekatnya, tanaman lada bukan merupakan monopoli dari daerah
Lampung dan Bangka semata-mata, namun daerah lain juga merupakan daerah
Berdasarkan kondisi ekologi tanaman lada tersebut daerah Lampung mempunyai
lahan yang cocok, salah satu daerah penghasil lada di Lampung adalah Kabupaten
Lampung Utara yang mempunyai ketingian tempat 20–270 mdpl, oleh karena itu
tanaman lada dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan dapat menjadi
sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar Propinsi Lampung.
Ciri-ciri lada Lampung adalah pertumbuhan seluruh tanaman kuat, dengan
cabang-cabang yang mendatar. Batang/cabang dan rantingnya kasar namun rapuh.
Daunnya besar-besar dan tipis. Mulai berbunga umur dua tahun. Saat berbunga
mengikuti gejolak musim dan tidak ada musim bunga tambahan. Mulai buah
besar, buah cukup padat sedangkan bijinya kecil-kecil dengan warna pias, dan
bentuknya merata. Mulai menghasilkan pada umur lima tahun, dan tahun-tahun
pertama produksinya tinggi, untuk kemudian menurun hinga batas waktu umur
optimum 20 tahun. Buah mulai masak/matang sembilan bulan setelah persarian.
Priode pemetikan buah 5-6 kali sekali panen. Untuk bibit dimanfaatkan cabang
orthorop yang relatif masih muda. Bibit muda ini mudah tumbuh dan cukup
toleran terhadap tanah yang kurang subur. Sangat peka terhadap penyakit kuning
dan busuk akar (Rismunandar, 2000:14).
4. Karakteristik Sosial Ekonomi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:308), karakteristik berasal dari
kata “karakter” yang berarti mempunyai sifat khusus. Karakteristik dapat diartikan
sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh suatu benda. Sedangkan menurut I Gusti
karakteristik sosial adalah pencirian atau penggambaran jenis-jenis
pengelompokan berdasarkan aspek sosial mencakup: modal usaha tani, umur,
pendidikan, jumlah anak, jumlah tanggungan, sedangkan karakteristik ekonomi
meliputi, pekerjaan tambahan, pendapatan rumah tangga, dan pemenuhan
kebutuhan pokok minimum.
Sehubungan dengan karakteristik sosial ekonomi yang akan diteliti maka berikut
ini disajikan kajian teori yang berhubungan dengan:
a. Umur Kepala Keluarga Petani Lada
Umur kepala keluarga berpengaruh terhadap jenis mata pencaharian, hal tersebut
tentu akan mempengaruhi jumlah pendapatan dan pemenuhan kebutuhan pokok
rumah tangga. Apabila usia kepala keluarga sudah tidak produktif lagi
kemungkinan pendapatan keluarga pun rendah karena kurangnya tenaga atau
kemampuan seseorang untuk mengerjakan satu pekerjaan. Sebaliknya jika kepala
keluarga usianya masih produktif memungkinkan untuk seseorang bekerja lebih,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Menurut Lukman Ali (1997:480) kepala keluarga adalah orang yang bertanggung
jawab terhadap satu keluarga (biasanya bapak). Sedangkan umur adalah seseorang
pada saat ulang tahun terakhir. Umur merupakan salah satu identitas dari
seseorang (Kartono Wirosuharjo dkk 1985:56).
penelitian ini dilaksanakan dikelompokan dalam usia produktif dan tidak produktif. Adapun kriterianya dikategorikan sebagai berikut:
Golongan produktif : yaitu berumur 15-64 tahun
Golongan tidak produktif : yaitu berumur 65 tahun ke atas.
b. Pendidikan Formal Kepala Keluarga Petani Lada
Pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, yang dapat bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidupnya. Pendidikan dapat ditempuh melalui pendidikan formal maupun
informal.
Tingkat pendidikan kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap jenis mata
pencaharian, hal tersebut tentu akan mempengaruhi jumlah pendapatan dan
pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga. Apabila pendidikan kepala keluarga
rendah maka kemungkinan pendapatan keluarga pun rendah karena kurangnya
skill atau kemampuan seseorang mempengaruhi jenis pekerjaan yang akan
diperoleh.
Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lama pendidikan formal
yang ditempuh oleh kepala keluarga petani lada, dalam hal ini adalah kepala
keluarga petani lada. Masalah pemerataan pendidikan untuk keluarga petani
menjadi salah satu permasalahan penting yang dihadapi pemerintah. Dalam UU
RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 17, 18, dan 19 tentang sistem pendidikan bahwa
pendidikan dibagi menjadi tiga jenjang pendidikan yaitu:
1. Pendidikan dasar = Tamat SD, MI, SMP dan MTs
2. Pendidikan menengah atas = Tamat SMA, MA, dan SMK
Tinggi rendahnya pendidikan formal yang ditempuh petani sedikit berpengaruh
terhadap pola pertanian yang diterapkan petani tersebut. Petani yang
berpendidikan tinggi akan cenderung menerapkan inovasi atau penemuan baru
guna lebih meningkatkan hasil produksi pertaniannya. Petani yang berpendidikan
rendah biasanya sulit menerapkan pola pertanian moderen yang berbasis teknologi
dan hanya memilih menerapkan pola pertanian lama sesuai dengan pengetahuan
turun temurun yang dimilikinya. Hal itu tentu akan mempengaruhi tingkat
pendapatan petani yang berdampak juga terhadap pemenuhan kebutuhan
pokoknya.
c. Luas Kepemilikan Lahan Keluarga Petani Lada
Luas lahan garapan adalah jumlah seluruh lahan kebun lada yang diusahakan
petani lada. Pada umumnya luas atau sempitnya lahan sangat berpengaruh
terhadap pendapatan petani, semakin luas lahan garapan maka pendapatan
semakin besar. Luas atau sempitnya lahan sangat berpengaruh terhadap tingkat
pendapatan petani. Semakin luas lahan tingkat pendapatan mungkin akan
semakin besar. (Sayogyo, 1987:102), mengemukakan bahwa makin luas usaha
tani makin besar persentase penghasilan rumah tangga, maka jelaslah bahwa luas
lahan memegang peranan penting terhadap besarnya pendapatan petani dan bila
sebaliknya petani mempunyai tanah yang sempit atau tidak bertanah merupakan
beban usaha pada sektor pertanian.
Jadi luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah luas lahan garapan
pentingnya lahan pertanian bagi petani, kepemilikan luas lahan merupakan salah
satu permasalahan yang dapat menekan tingkat perekonomian para petani. Luas
lahan garapan dapat digolongkan menjadi 3 golongan menurut Fadholi Hernanto
(1989:46), yaitu:
1) Lahan garapan sempit yaitu lahan yang luasnya kurang dari 0,5 hektar.
2) Lahan garapan sedang yaitu lahan yang luasnya 0,5 sampai dengan 2 hektar.
3) Lahan garapan luas yaitu lahan yang luasnya lebih dari 2 hektar.
Dari pendapat di atas maka dapat dijelaskan bahwa sempitnya luas lahan pertanian
akan menyebabkan hasil usaha tani dan pendapatan dari usaha tersebut menjadi
kecil atau dengan kata lain, apabila lahan yang digarap luas maka pendapatan pun
akan cenderung lebih meningkat.
d. Modal Usaha Tani Lada
Kepemilikan modal yang cukup merupakan salah satu syarat yang penting dalam
keberhasilan kegiatan pertanian. Menurut pengertian ekonomi, modal adalah
barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja
menghasilkan barang-barang baru yaitu hasil pertanian.
Menurut Hadi Prayotno dan Lincolin Arsyad (1987:106) modal usaha tani terdiri
dari modal tetap (tanah, bangunan, mesin-mesin dan inventaris lainnya), dan
modal kerja untuk pembelian input variabel yang digunakan dalam proses
produksi. Penciptaan modal oleh petani melalui dua cara, pertama dengan
diinvestasikan kembali ke dalam usaha tani atau usaha lain yang produktif. Kedua,
melalui pinjaman kredit dari bank atau sumber lain.
Penggunaan modal akan diukur berdasarkan banyaknya uang yang dipakai dalam
pembelian pupuk, bibit, obat-obatan upah tenaga kerja serta ongkos lainnya yang
ada kaitannya dengan usaha tani yang dinyatakan dengan uang. Untuk lebih
jelasnya tentang rincian biaya dari mulai awal tanam perkebuanan lada dapat
dilihat penjelasan sebagai berikut:
Tabel 8. Biaya Operasional Tanam Lada Per Ha Per Tahun
No Uraian Biaya Jumlah Rp
1 Biaya Operasional Tahun Pertama a. Persiapan lahan
1. Pengukuran luas Areal 3 Pekerja
2. Pembukaan dan pembersihan Lahan 24
Pekerja
3. Penentuan Jarak Tanam Ideal 8 Pekerja
4. Pembuatan Lubang tanam 20 Pekerja
b. Peralatan
1. Parang (Golok 2 buah) @ Rp. 15.000,00
2. Cangkul 2 Buah @ Rp. 25.000,00
3. Benag Diameter 2 mm, 1 rol
4. Tali rapia gulungan besar, 1 gulungan
5. Sprayer gendong 1 buah
c. Pupuk Dasar dan Kapur Dolomit
1. Kotoran kyam Kering steril 900 kg @
Rp.300.000,00
2. NPK mutiara 20 Kg @Rp.4000,00
3. Kapur Dolomit 250kg @ Rp. 800,00
4. Pupuk Urea 300 kg @ Rp. 1.300,00
d. Obat-obatan
1. Insektisida 4 liter @Rp.50.000,00
2. Fungsida 3 liter @ Rp. 45.000,00
3. Bakterisida 2 liter @ Rp.50.000,00
e. Tajar Mati Sementara
1. Tajar mati sementara 1800 buah @
Rp.500,00
f. Tenaga Kerja
1. Penanaman 1.800 bibit @ Rp.200,00
2. Pemasangan peneduh Bibit 1.800 @ Rp.
150,00
3. Pengapuran dasar (dolomit) 2 Pekerja
4. Pemupukan dasar (pupuk kandang dan
NPK) 5 Pekerja
5. Pemasangan tajar mati sementara 1.800
buah @ Rp.50,00
6. Penggemburan tanah dipangkal tanaman
20 Pekerja
7. Pengikatan sulur pada tajar 15 Pekerja
8. Penyiangan mulsa hinga umur 1 tahun 50
Pekerja
9. Penyemprotan pestisida 7 Pekerja
10. Penyiraman 20 Pekerja
g. Pengadaan saung/gubuk penyimpanan alat 2 Biaya Operasioanl tahun ke 2
a. Tajar Hidup Permanen 1800 Batang @
Rp.750,00
b. Obat obatan (seperti tahun 1)
c. Pupuk dan kapur dolomit
1. Kotoran ayam 1500 kg @ Rp.300,00
2. Pupuk urea 300 kg @ Rp.1.300,00
3. KCL 200 kg @ Rp.1.500,00
4. Kapur dolomit 250 kg @ Rp.800,00
d. Tenaga Kerja
1. Pemotongan tanaman umur 11 bulan 8
Pekerja
2. Pencabutan tajar mati dan pemasangan
3 Biaya Operasioanl tahun ke 3
a. Obat obatan (seperti tahun 1)
b. Pupuk dan kapur dolomit
8. Kotoran ayam 100 kg @ Rp.300,00
9. Pupuk urea 400 kg @ Rp.1.300,00
10. TSP 500 kg @ Rp.2.200,00
11. Kapur dolomit 250 kg @ Rp.800,00
c. Tenaga Kerja
1.Pemeliharaan dan pemangkasan tajar
hidup 15 Pekerja
2.Pemberantasan gulma untuk 1 tahun 50
Pekerja
3.Pengikatan dan pemeliharaan sulur 27
Pekerja
4.Panen 50 Pekerja
5.Perendaman, pencucian, penjemuran
buah 60 Pekerja
6.Pemupukan 10 Pekerja
Total Operasional Tahun Ke 3
Rp.460.000,00 4 Biaya Operasioanl tahun ke 4
a. Obat obatan (seperti tahun 1)
b. Pupuk dan kapur dolomit (seperti tahun 3)
c. Tenaga Kerja
1. Pemberantasan gulma untuk 1 tahun 30
Pekerja
2. Pemupukan 10 Pekerja
3. Pemeliharaan dan pemagkasan tajar
hidup 15 Pekerja
4. Panen 60 Pekerja
5. Perendaman, pencucian, penjemuran
buah 40 Pekerja
Total Operasional Tahun Ke 4
Rp.460.000,00 5 Biaya Operasioanl tahun ke 5
a.Obat obatan (seperti tahun 1)
b. Pupuk dan kapur dolomit (seperti tahun 3) c.Tenaga Kerja (seperti tahun ke 4)
d. perbaikan gubuk penyimpanan alat
Total Operasional Tahun Ke 5
Rp.460.000,00 Rp.2.120.000,00 Rp.2.325.000,00 Rp.200.000,00
6 Biaya Operasioanl tahun ke 6
a.Obat obatan (seperti tahun 1)
b. Pupuk dan kapur dolomit (seperti tahun 3) c.Tenaga Kerja (seperti tahun ke 4)
Total Operasional Tahun Ke 6
Rp.460.000,00
8 Total Biaya selama 10 Tahun Rp.52.282.000,00/Ha
Sumber: T. Saripan (2004:123).
Dalam penelitian ini biaya produksi yang digunakan adalah biaya yang
dikeluarkan dari tahun 1 sampai tahun ke 5. Berdasarkan uraian di atas maka
dapat diklasifikasikan biaya produksi lada setelah tanaman menghasilkan adalah
sebagai berikut:
a. Biaya produksi tinggi ≥ Rp.27.757.000,00/Ha
b. Biaya produksi rendah < Rp.27.757.000,00/Ha
e. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Petani Lada
Pendapatan adalah gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluarga
dalam masyarakat yang merupakan jumlah keseluruhan pendapatan dan kekayaan
keluarga. Pendapatan ini bisa berupa uang atau barang, baik dari pihak lain atau
hasil sendiri (Masri Singarimbun, 1987: 24). Besar kecilnya pendapatan itu sendiri
akan membawa pengaruh pada pemenuhan kebutuhan pokok penduduk yang
pendapatan akan menyebabkan sulit terpenuhinya berbagai kebutuhan pokok
seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan.
Menurut (Mulyanto Sumardi dkk, 1982: 224) pendapatan dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu:
1. Pendapatan pokok merupakan pendapatan yang utama atau pokok yaitu hasil
yang diperoleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukan secara teratur untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
2. Pendapatan tembahan merupakan hasil pendapatan yang tidak tetap namun
hasilnya dapat membantu untuk menambah pendapatan tiap bulan.
3. Pendapatan keseluruhan merupakan pendapatan pokok ditambah pendapatan
tambahan yang diperoleh pada setiap bulan.
Sehubungan dengan pendapatan petani pada akhir panen petani akan menghitung
hasil kotor produksinya, tetapi tidak semua hasil diterima petani, hasil itu
dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan petani untuk produksi taninya
seperti pembelian pupuk, obat-obatan, biaya pengolahan, dan sebagainya. Setelah
dikurangi biaya-biaya tersebut maka petani memperoleh pendapatan bersih.
Jadi pendapatan petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan
petani lada yang berupa pendapatan bersih. Pendapatan bersih adalah pendapatan
kotor yang diperoleh petani lada setelah dikurangi biaya-biaya produksi dinilai
dalam rupiah dan dihitung dalam waktu satu tahun.
Tingkat pendapatan kepala keluarga juga dapat dikelompokkan menjadi 2 kriteria,
berdasarkan rata-rata pendapatan seluruh kepala keluarga, yaitu:
1. Pendapatan kepala keluarga di bawah atau sama dengan rata-rata apabila
pendapatan rumah tangga kurang dari pendapatan tara-rata responden di
2. Pendapatan kepala keluarga di atas rata-rata, apabila pendapatan rumah
tangga lebih dari atau sama dengan pendapatan rata-rata responden di lokasi
penelitian.
f. Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga adalah orang atau orang-orang yang masih berhubungan
keluarga atau masih dianggap berhubungan keluarga serta hidupnya pun
ditangung (Ridwan Halim, 1990:12). Adapun yang dimaksud dengan jumlah
tanggungan keluarga adalah jumlah orang dalam keluarga yang hidupnya
ditanggung kepala keluarga.
Ada kecenderungan keluarga berpendapatan rendah memiliki jumlah anak lebih
banyak dibandingkan dengan keluarga yang berpendapatan tinggi. Hal ini tentu
saja akan menjadi beban tersendiri bagi kepala keluarga yang berpendapatan
rendah. Dengan pendapatan yang minim pada keluarga miskin, kepala keluarga
harus menanggung kebutuhan hidup keluarganya. Keadaan demikian dapat
menimbulkan beberapa permasalahan pada keluarga miskin. Permasalahan
tersebut diantaranya adalah anak putus sekolah dan bekerja di bawah umur yang
disebabkan kepala keluarga tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan pokok
keluarganya. Jumlah tanggungan menurut Abu Ahmadi (2007:231), dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Satu keluarga dinyatakan besar apabila dalam keluarga terdiri dari suami, istri
dan ≥3 orang anak.
b. Suatu keluarga dinyatakan kecil apabila dalam keluarga terdiri dari suami,
Basar kecilnya jumlah jiwa dalam rumah tangga akan berpengaruh terhadap besar
kecilnya beban atau tanggungan kepala rumah tangga. Semakin besar jumlah jiwa
dalam rumah tangga akan mengakibatkan semakin besar pula beban yang
ditanggung kepala rumah tangga. Jumlah tanggungan petani lada tidak hanya pada
istri dan anak-anaknya saja tetapi juga ada orang tua atau saudara lainnya yang
masih menjadi tanggungan, sehingga tanggungan yang dipikul oleh kepala
keluarga petani sangat mempengaruhi kebutuhan hidup yang harus dipenuhi.
g. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga
Kebutuhan pokok dapat diartikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia
yang hidup secara wajar yang meliputi sembilan kebutuhan pokok minimum yang
dapat diukur dalam satuan rupiah per tahun yang meliputi sandang dan pangan.
Dasar menghitung kebutuhan pokok keluarga dapat dipakai pedoman perhitungan
kebutuhan pokok minimal per-kapita/orang/tahun yang dikemukakan Totok
Mardikanto (1990:23) berikut ini:
Kebutuhan pokok adalah kebutuhan manusia yang mencakup sembilan bahan pokok minimum yang meliputi kebutuhan beras 140 kg, di samping itu untuk kebutuhan ikan asin 15 kg, gula pasir 3,5 kg, tekstil kasar 4 m, minyak tanah 60 liter, minyak goreng 6 kg, sabun 20 kg, dan kain batik 2 potong.
Untuk mempermudah memberikan gambaran yang jelas mengenai kebutuhan
minimum per-kapita/tahun tersebut akan diperhitungkan berdasarkan nilai atau
harga pasar yang berlaku pada saat penelitian. Berdasarkan acuan tersebut,
dapat dipergunakan untuk menentukan nilai uang yang harus diadakan setiap
Tabel 9. Rincian Kebutuhan Pokok Minimum Perkapita Per Tahun di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012
No Jenis kebutuhan
pokok
Jumlah kebutuhan Harga satuan (Rupiah)
Sumber: Hasil Survey Harga di Pasar Ogan Lima Juli 2012
Berdasarkan hasil penelitian jumlah pengeluaran yang diperoleh selama setahun
berdasarkan harga jual 9 bahan pokok sebesar Rp.2.357.000 per kapita per tahun.
Jika dihitung per bulan maka kebutuhan pokok minimum per orangnya adalah
Rp.196.000 dengan ketentuan apabila jumlah pengeluaran per orang per bulan
lebih atau sama dengan Rp.196.000 maka kebutuhan pokok dikategorikan
terpenuhi, sedangkan apabila jumlah pengeluaran per orang per bulan kurang dari
Rp .196.000 maka kebutuhan pokok dikategorikan tidak terpenuhi. Berdasarkan
patokan tersebut dalam Totok Mardikanto (1990:24) memperhitungkan garis
kemiskinan dengan menggunakan klasifikasi sebagai berikut: pemenuhan kurang
dari 75% (miskin sekali), pemenuhan 76-125% (miskin), 125-200% (hampir
miskin), dan pemenuhan lebih dari 200% (tidak miskin).
Dalam penelitian ini pemenuhan kebutuhan pokok minimum dalam setiap
keluarga per bulan dengan mengalikan kebutuhan pokok minimum per orang
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Merujuk hasil penelitian sejenis, dalam:
1. Devi Setyawati 2012 peneliti meneliti tentang Karakteristik Sosial Ekonomi
Kepala Keluarga Petani Padi di Desa Labuhan Ratu 1 Kecamatan Way Jepara
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2012.
2. Dwi Luki Cahyadi 2012 peneliti meneliti tentang Karakteristik Sosial
Ekonomi Petani Gurem di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2012.
3. Sarinah 2012, peneliti meneliti tentang Deskripsi Petani Kebun Karet di Desa
Tri Darma Wirajaya Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2012.
C. Kerangka Pikir
Setiap manusia mempunyai ciri khas tersendiri untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sesuai keterampilan yang dimiliki. Pekerjaan yang banyak jenisnya akan
mempengaruhi Karakteristik Sosial Ekonomi setiap manusia. Untuk menjelaskan
Karaktristik Sosial Ekonomi Petani Lada dibagi menjadi 2 faktor yaitu: faktor
sosial yang terdiri dari umur kepala keluarga, pendidikan formal kepala keluarga,
jumlah tanggungan keluarga. Selanjutnya yaitu faktor ekonomi meliputi modal
usaha tani, luas kepemilikan lahan, tingkat pendapatan kepala keluarga,
pemenuhuan kebutuhan pokok.
Umur kepala keluarga berpengaruh terhadap jenis mata pencaharian, hal tersebut
rumah tangga. Apabila usia kepala keluarga sudah tidak produktif lagi
kemungkinan pendapatan keluarga pun rendah karena kurangnya tenaga atau
kemampuan seseorang untuk mengerjakan satu pekerjaan. Sebaliknya jika kepala
keluarga usianya masih produktif memungkinkan untuk seseorang bekerja lebih
dengan fisik yang kuat pasti akan mampu merawat tanaman lada dengan baik agar
dapat menghasilkan buah lada yang maksimal, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya.
Tingkat pendidikan kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap jenis mata
pencaharian, hal tersebut tentu akan mempengaruhi jumlah pendapatan dan
pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga. Apabila pendidikan kepala keluarga
rendah maka kemungkinan pendapatan keluarga pun rendah karena kurangnya
skill atau kemampuan seseorang mempengaruhi jenis pekerjaan yang akan
diperoleh.
Pada umumnya luas atau sempitnya lahan sangat berpengaruh terhadap
pendapatan petani, semakin luas lahan garapan maka pendapatan semakin besar.
Sebaliknya semakin kecil lahan garapannya maka akan semakin kecil pula
pendapatan yang akan diperolehnya.
Dalam penelitian ini biaya produksi yang digunakan adalah biaya yang
dikeluarkan setelah tanaman lada menghasilkan produksi dalam waktu satu tahun.
Hal ini berarti biaya yang dihitung hanya sebagian saja. Biaya pembelian bibit,
pengolahan lahan adalah modal awal pertama penanaman.
Pendapatan petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan petani
yang diperoleh petani lada setelah dikurangi biaya-biaya produksi dinilai dalam
rupiah dan dihitung dalam waktu satu tahun.
Besar kecilnya jumlah jiwa dalam rumah tangga akan berpengaruh terhadap besar
kecilnya beban atau tanggungan kepala rumah tangga. Semakin besar jumlah jiwa
dalam rumah tangga akan mengakibatkan semakin besar pula beban yang
ditanggung kepala rumah tangga. Jumlah tanggungan petani lada tidak hanya pada
istri dan anak-anaknya saja tetapi juga ada orang tua atau saudara lainnya yang
masih menjadi tanggungan yang berada dalam satu rumah, sehingga tanggungan
yang dipikul oleh kepala keluarga petani sangat mempengaruhi kebutuhan hidup
yang harus dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan pokok minimal keluarga yang
dimaksud di sini yaitu, terpenuhi atau tidaknya kebutuhan primer, sekunder, tertier
dalam suatu rumah tangga yang dihitung dengan nilai rupiah perbulan.
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Kondisi Sosial Kondisi Ekonomi
1. Umur Kepala Keluarga
2. Pendidikan Formal Kepala
Keluarga Petani Lada
3. Jumlah Jiwa Tanggungan
Kepala Keluarga
1. Moal Usaha Tani
2. Luas Kepemilikan
Lahan
3. Tingkat Pendapatan
Kepala Keluarga
4. Pemenuhan Kebutuhan
Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metodologi penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode
ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan (Hadari Nawawi dalam Pabundu
Tika, 2005:2). Sedangkan metodologi penelitian geografi adalah pelajaran yang
menjelaskan tentang metode-metode ilmiah untuk mengkaji kebenaran dan
mengembangkan pengetahuan yang menyangkut permukaan bumi dan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial (Pabundu Tika, 2005:2).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang
bertujuan menggambarkan keadaan atau fenomena serta mengetahui hal-hal yang
berhubungan dengan keadan tertentu sesuai dengan fakta-fakta yang tampak atau
adanya di lapangan, seperti halnya yang dinyatakan Suharsimi Arikunto (2006:7)
bahwa penelitian yang bertujuan menggali secara luas tentang hal-hal atau
sebab-sebab yang mempengaruhi terjadinya satu hal ini disebut eksplorasi. Sedangkan
penelitian deskriptif mempunyai tujuan untuk membuat deskriptif, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
Berdasarkan pendapat di atas, maka metode penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan keadaan usaha kebun lada di Desa Ogan Lima Kecamatan
Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak
terbatas. Himpunan individu atau objek yang terbatas adalah himpunan individu
atau objek yang dapat diketahui atau diukur dengan jelas jumlah maupun
batasnya. Himpunan individu atau objek yang tidak terbatas adalah himpunan
individu atau objek yang sulit diketahui jumlahnya walaupun batas wilayahnya
kita ketahui (Pabundu Tika, 2005:24.).
Berdasarkan pendapat tersebut, dalam penelitian ini yang menjadi populasi
adalah kepala keluarga yang bermata pencaharian sebagai petani lada di Desa
Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara yang
mengusahakan kebun lada yang berjumlah 243 KK (Profil Desa Ogan Lima
tahun 2012).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili populasi
(Pabundu Tika, 2005:24). Untuk menentukan banyaknya sampel dalam penelitian
sampelnya dapat menjadi makin kecil begitu juga sebaliknya, pokok utama
sampel harus mewakili sifat-sifat populasinya (Nursid Sumaatmadja, 1988:113).
Karena besarnya populasi, keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti, maka
sampelnya diambil sebanyak 48 KK (20%) dari populasi yang berjumlah 243
KK. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proporsional random
sampling. Pengambilan jumlah sampel secara proporsional maksudnya adalah
pengambilan sampel dengan memperhatikan penyebaran populasi tiap-tiap
wilayah. Digunakan teknik ini karena jumlah sampel pada setiap wilayah
(lingkungan) berbeda-beda, sehingga dapat diperoleh sampel represintatif dengan
banyaknya subjek dalam tiap-tiap wilayah. Sedangkan teknik random sampling
maksudnya sampel diberi kesempatan sama untuk dipilih bagi setiap individu atau
unit dalam keseluruhan populasi. Untuk lebih jelasnya mengenai populasi dan
sampel pada setiap dusun dapat dilihat pada Tabel 10.
Table 10. Jumlah Populasi dan Sampel Kepala Keluarga yang Melakukan Usaha Kebun Lada di Desa Ogan Lima Tahun 2009-2012.
No Dusun Jumlah
39
Adapun cara penarikan individu sebagai sampel pada tiap-tiap lingkungan
dilakukan dengan cara diundi. Teknik pengundian yaitu dengan menulis nama
responden pada kertas kecil yang digulung sesuai dengan jumlah populasi yang
ada pada tiap lingkungan, kemudian nama responden dimasukan ke dalam kotak
undian, lalu dikocok dan dikeluarkan, nama yang keluar diambil sebagai sampel
pada tiap-tiap lingkungan, bila diperlukan maka dikocok lagi untuk menentukan
sampel cadangan, yaitu 10% dari jumlah populasi. Hal itu berlaku untuk tiap-tiap
lingkungan.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian, atau apa yang
menjadi titik penelitian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Suharsimi
Arikunto, 2006:118). Variabel dalam penelitian ini adalah Karakteristik Sosial
Ekonomi Petani Lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten
Lampung Utara, yang meliputi: umur kepala keluarga, pendidikan formal kepala
keluarga, jumlah tanggungan kepala keluarga, luas kepemilikan lahan, pendapatan
2. Devinisi Oprasional Variabel
1) Umur Kepala Keluarga Petani Lada
Umur kepala keluarga pada saat penelitian ini dilaksanakan dikelompokkan dalam
usia produktif dan tidak produktif. Adapun kriterianya dikategorikan sebagai
berikut:
1. Golongan produktif : yaitu berumur 19-64 tahun
2. Golongan tidak produktif : yaitu berumur 65 tahun ke atas.
2) Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga Petani Lada
Tingkat pendidikan kepala keluarga dalam penelitian ini adalah pendidikan formal
yang ditempuh oleh kepala keluarga dihitung berdasarkan tingkat pendidikan
sekolah. Adapun kriterianya sebagai berikut:
1. Pendidikan dasar = Tamat SD, MI, SMP dan MTs
2. Pendidikan menengah atas = Tamat SMA, MA, dan SMK
3. Pendidikan tinggi = Tamat Perguruan Tinggi/PT
3) Luas Kepemilikan Lahan Kepala Keluarga
Luas kepemilikan lahan adalah lahan garapan yang dimiliki petani dan
dipergunakan untuk usaha tani yang diukur dengan satuan hektar
a. Luas lahan lebih dari 2 hektar disebut petani luas,
b. Luas lahan setara 0,5- 2 hektar disebut petani sedang,
c. Luas lahan kurang dari 0,5 hektar disebut petani sempit.
4) Modal Usaha Tani
Modal usaha tani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi,
biaya untuk tenaga kerja dalam satu kali musim tanam per rumah tangga yang
dinyatakan dengan rupiah. Adapun kriteria penggolongannya adalah berdasarkan
rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk penanaman.
a. Biaya produksi tinggi ≥ Rp.27.757.000,00/Ha
b. Biaya produksi rendah < Rp. 27.757.000,00/Ha
5) Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga Petani Lada
Tingkat pendapatan kepala keluarga juga dapat dikelompokan menjadi 2 kriteria,
berdasarkan rata-rata pendapatan seluruh kepala keluarga, yaitu:
1. Pendapatan kepala keluarga di bawah atau sama dengan rata-rata apabila
pendapatan rumah tangga kurang dari pendapatan tara-rata responden di
lokasi penelitian.
2. Pendapatan kepala keluarga di atas rata-rata, apabila pendapatan rumah
tangga lebih dari atau sama dengan pendapatan rata-rata responden di lokasi
penelitian.
Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh
kepala keluarga dalam jangka waktu 1 bulan dan dihitung dengan satuan rupiah.
6) Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga dapat diartikan banyaknya individu yang terdapat
dalam satu keluarga dan menjadi beban dalam mencukupi berbagai kebutuhan
pokok untuk hidup yang harus dapat dipenuhi demi kelangsungan hidupnya.
Dikatakan tanggungan kecil bila jumlah anaknya ≤ 3 orang, sedangkan
7) Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga Petani
Pemenuhan kebutuhan pokok keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pemenuhan kebutuhan pokok yang meliputi sembilan bahan pokok yang harus
dipenuhi dan dihitung dengan cara jumlah pendapatan keseluruhan responden
dibagi dengan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga dikali dengan 100%
sehingga dapat diketahui persentase pemenuhan kebutuhan pokok kepala keluarga
petani lada.
1. Terpenuhi apabila pendapatan per bulan lebih besar daripada pengeluaran
perbulan.
2. Tidak terpenuhi apabila pendapatan per bulan lebih kecil daripada
pengeluaran per bulan.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala dan fenomena yang
ada pada obyek penelitian (Pabundu Tika, 2005:44 ). Teknik ini digunakan untuk
mengetahui kondisi dan kegiatan serta berbagai sarana dan prasarana yang
menunjang dalam kegiatan usaha kebun lada di Desa Ogan Lima Kecamatan
Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun 2012.
2. Teknik Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:231), teknik dokumentasi adalah suatu cara
transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya. Dalam teknik ini
data diperoleh dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.
Biasanya dokumen-dokumen tersebut dipegang oleh pengurus desa setempat.
Dimana data yang peneliti butuhkan dalam dokumen tersebut diantaranya
meliputi, data jumlah penduduk, luas wilayah dan komposisi penduduk.
3. Teknik Kuesioner
Teknik kuesioner adalah satu cara untuk memperoleh data primer dengan
mengunakan daftar pernyataan yang telah dipersiapkan. Menurut Kartini Kartono
(1980:85), kuesioner adalah suatu penyelidikan mengenai suatu masalah yang
umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dilakukan
dengan jalan mengedarkan daftar pertanyaan berupa formulir, yang diajukan
secara tertulis kepada subjek untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan (respon
seluruhnya). Teknik kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh
data primer seperti modal usaha tani, umur kepala keluarga, pendidikan formal
kepala keluarga, jumlah tanggungan keluarga, luas kepemilikan lahan petani,
pendapatan petani, dan pemenuhan kebutuhan pokok.
E. Teknik Analisis Data
Analisis adalah proses penyederhanaan dan kedalam bentuk yang lebih mudah
untuk dibaca dan diinterpretasikan (Masri Singaribun, 1987:263). Analisis data
yang akan digunakan yaitu analisis data kuanitatif persentase dalam tabel tunggal.
diinterpretasikan secara kualitatif untuk memberikan pengertian mengenai arti
data tersebut, selanjutnya disusun sebagai laporan hasil penelitian.
Untuk menentukan jumlah persentase dari data kualitatif dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
% =
Keterangan:
% = Persentase yang diperoleh
n = Jumlah nilai yang di peroleh
N = Jumlah responden
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai
deskripsi petani lada di Desa Ogan Lima Kecamatan Abung Barat Kabupaten
Lampung Utara Tahun 2012 dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak Produktif.
membuktikan bahwa sebagian besar penduduk masih mampu bekerja dengan
cepat dan cekatan meskipun pekerjaannya berat. Hal tersebut dikarenakan
pada umur produktif secara fisik petani lada di Desa Ogan Lima ter sebut
masih memiliki tenaga dan kemampuan untuk aktif bekerja sehingga cukup
berpotensi dalam mengembangkan usaha perkebunannya, meningkatkan
hasil produksi dan pendapatannya.
2. Sebagian besar dari petani lada di Desa Ogan Lima berpendidikan pada
tingkat SD, SMP dan MTs. Keadaan ini menggambarkan bahwa tingkat
pendidikan bagi petani lada tidak mempengaruhi aktivitas mereka sebagai
petani lada, karena pekerjaan mereka sebagai petani lada hanya menggunakan
tenaga dan kekuatan fisik saja.
3. Luas lahan yang dimiliki oleh petani lada di Desa Ogan Lima didominasi oleh
lahan yang sedang dan luas. Petani yang memiliki lahan yang luas belum
tentu memiliki pendapatan yang besar sebaliknya petani yang memiliki lahan
dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah kesuburan
tanah yang semakin menurun, perubahan cuaca yang kian tidak menentu serta
faktor yang paling utama adalah pohon lada yang sudah tua/sudah kurang
produktif sehingga buah yang dihasilkan kurang maksimal.
4. Seluruh petani lada yang ada di Desa Ogan Lima menggunakan biaya
produksi yang rendah yaitu kurang dari biaya operasinalnya. Hal ini tentu
akan sangat berpengaruh terhadap rendahnya produksi tanaman lada.
5. Sebagian besar petani lada di Desa Ogan Lima memiliki pendapatan yang
kurang dari rata-rata. Hal itu disebabkan beberapa faktor antara lain
kesuburan tanah yang semakin menurun, perubahan cuaca yang kian tidak
menentu serta faktor yang paling utama adalah pohan lada yang sudah tua
atau sudah tidak produktif lagi sehingga buah yang dihasilkan kurang
maksimal.
6. Sebagian besar jumlah tanggungan keluarga petani lada berkategori
besar. Semakin besar jumlah tanggungan maka akan semakin besar
pula kebutuhan yang akan di keluarkan.
7. Sebagian besar dari petani lada di Desa Ogan Lima tidak terpenuhi kebutuhan
pokoknya. Meskipun lahan yang dimiliki sebagian besar petani lada adalah
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai
berikut:
1) Mengingat jumlah anak yang dimiliki kepala keluarga petani lada di Desa
ogan Lima adalah termasuk dalam kategori besar/banyak hendaknya untuk
generasi selanjutnya dapat ikut serta dalam program keluarga berencna (KB).
2) Kepada para petani yang memiliki lahan sempit dan memiliki pendapatan
yang kurang dari rata-rata hendaknya untuk mencari pekerjaan tambahan.
3) Melihat produksi lada di Desa Ogan Lima yang masih rendah hendaknya
petani lada dapat meningkatkan produksi ladanya dengan cara perawatan dan
pemeliharaan tanaman lada sesuai dengan petunjuk perawatan lada yang baik.
4) Sebagian besar petani lada di Desa Ogan lima menggunakan biaya produksi
yang rendah atau modal yang kecil. Oleh karena itu kepada para petani lada
DI DESA OGAN LIMA KECAMATAN ABUNG BARAT KABUPATEN LAMPUNG UTARA
TAHUN 2012
A.Identitas Responden:
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
B.Tingkat Pendidikan Formal Keluarga Tani
4. Apakan pendidikan terakhir yang bapak/ibu tamatkan?
5. Apakah bapak/ibu pernah mendapatkan pendidikan tambahan selain pendidikan
formal ?
6. Bagaimanakan pendidikan istri bapak ?
7. Bagaimanakan pendidikan anak bapak ?
No Nama Anak Jenis
Kelamin
Umur Pendidikan Keterangan
1 2 3 4 5
C.Luas Kepamilikan Lahan
8. Berapakah luas lahan yang bapak/ibu miliki?
D.Modal Usaha Tani
9. Darimanakah asal modal yang bapak/ibu miliki untuk menanam lada ?
2 Pengolahan lahan
11. Berapakah pendapatan bapak/ibu dari hasil bertaman lada pada tahun yang
lalu ? Rp…
12. Berapakah pendapatan dari hasil kerja anggota keluarga yang lainnya
(istri/anak) pada tahun yang lalu ? Rp…
F. Jumlah Tangguangan Keluarga
13. Berapakah jumlah tangguangan yang bapak ibu tanggun…… Orang
No Nama Anggota
*) kolom 3: Hubungan dengan kepala keluarga : istri, anak, anak angkat, dll
**) kolom 4 : L: Laki-laki, P: Perempuan
***) kolom 5 : jenis kegiatan: bekerja mencari nafkah, mencaripekerjaan,
14. Pengeluaran yang bersifat konsumtif
1. Biaya makan dan kesehatan Sebulan (Rp)
a. Beras …………
b. Ikan Asin …………
c. Gula Pasir …………
d. Minyak Goreng …………
e. Garam …………
f. Minyak Tanah …………
g. Sabun …………
Total …………
2. Pakaian Setahun (Rp)
a. Tekstil kasar …………
b. Batik …………
Total …………
15. Pengeluaran yang bersifat produktif Sebulan
1. Biaya Perawatan rumah dan lainnya …………
2. Pengeluaran sosial …………
3. Biaya pendidikan anak-anak …………
4. Biaya transportasi sehari-hari …………
5. Tabungan …………