• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS (KGS) PADA MATERI HUKUM OHM DAN HUKUM I KIRCHOFF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS (KGS) PADA MATERI HUKUM OHM DAN HUKUM I KIRCHOFF"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS (KGS) PADA MATERI

HUKUM OHM DAN HUKUM I KIRCHOFF

Oleh

SEPTA NITI SUSANTI

Tujuan pembejalaran fisika sebagai proses yaitu mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrument percobaan, mengumpulkan,

(2)

Septa Niti Susanti

iii Penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan yang diadaptasi dari Suyanto dengan tahapan: 1) Analisis Kebutuhan, 2) Identifikasi Sumber Daya, 3) Identifikasi Spesifikasi Produk, 4) Pengembangan Produk, 5) Uji Internal, 6) Uji Eksternal, 7) Produksi.

Berdasarkan uji lapangan yang telah dilakukan dengan disain One-Shot Case Study maka dapat diperoleh suatu kesimpulan yaitu LKS Hukum Ohm belum

efektif jika digunakan sebagai sumber belajar dengan persentase ketuntasan siswa sebesar 74,2%, LKS Hukum I Kirchoff telah efektif jika digunakan sebagai sumber belajar dengan persentase ketuntasan siswa sebesar 83,3%. Indikator KGS yang telah tercapai pada LKS Hukum Ohm adalah pengamatan langsung sebesar 98,4%, pengamatan tidak langsung sebesar 75,8%, dan kesadaran tentang skala sebesar 100%. Indikator pemodelan matematika dan inferensi logika (Logical Inference) tidak tercapai pada LKS Hukum Ohm dengan persentase sebesar

68,5% dan sebesar 64,5%. Indikator KGS yang telah tercapai pada LKS Hukum I Kirchoff adalah pengamatan tidak langsung sebesar 93,3%, kesadaran tentang skala sebesar 97,5%, dan inferensi logika sebesar 76,6%. Indikator pemodelan matematika tidak tercapai pada LKS Hukum I Kirchoff dengan persentase sebesar 71,6%. Berdasarkan pengisian angket kemenarikan dan kemudahan diperoleh nilai hasil uji kemenarikan yaitu sebesar 3,07 dengan kriteria menarik dan nilai hasil uji kemudahan yaitu sebesar 3,26 dengan kriteria sangat mudah.

(3)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS (KGS) PADA MATERI

HUKUM OHM DAN HUKUM 1 KIRCHOFF

Oleh

SEPTA NITI SUSANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Judul Skripsi : PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA

SISWA (LKS) BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS (KGS)

Nama Mahasiswa : Septa Niti Susanti Nomor Pokok Mahasiswa : 0813022048 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. H. Agus Suyatna, M.Si. Dr. H. Undang Rosidin, M.Pd. NIP 19600821 198503 1 004 NIP. 19600301 198503 1 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. H. Agus Suyatna, M.Si.

Sekretaris : Dr. H. Undang Rosidin, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Abdurrahman, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(6)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Septa Niti Susanti

NPM : 0813022048

Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl. Perwira 1 No 24 Tanjung Baru Kec. Sukabumi Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, 18 Februari 2013

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 10 September 1990. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Sarwani dan Ibu Sarwati. Adapun adik penulis yaitu Kiki Asri, Syeba Zakaria, dan Fajar Sidik.

Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Kedamaian

diselesaikan tahun 2002, SMPN 5 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2005, dan SMAN 3 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (PMIPA) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

(8)

MOTTO

“Berusaha melakukan yang terbaik dan bertawakal“

(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, dengan rasa syukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan. Aku persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada :

1. Bapak Sarwani dan mamak Sarwati tersayang, atas segala doanya, atas segala pengorbanannya, dan atas segala bimbingan-bimbingan yang telah diberikan.

2. Nenekku Sainem dan Saudara-saudaraku (Kiki Asri, Syeba Zakaria, dan Pajar Sidik)

(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini ti-dak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan beserta jajaran dekanat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Dr. H. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung serta selaku pembimbing pertama skripsi atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi;

(11)

5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku pembahas atas kesediannya

memberikan bimbingan, saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi;

6. Bapak dan Ibu serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA;

7. Bapak Drs. Hidjron. selaku Kepala SMPN 23 Bandar Lampung beserta jajaran yang telah memberikan izin penelitian;

8. Ibu Elyana, S.Pd., selaku guru mitra dan penguji kualitas LKS atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung;

9. Novitasari yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi observer dalam penelitian ini;

10.Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd yang telah bersedia menjadi penguji ahli desain dalam penelitian pengembangan ini;

11.Siswa-siswa kelas IXC SMPN 23 Bandar Lampung yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian pengembangan ini;

12.Fatimah Tryaningsih yang telah membantu dalam penyediaan alat. 13.Teman-teman seperjuangan (angkatan 2008): atas persahabatan dan

kebersamaannya selama ini;

14. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

(12)

Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, 18 Februari 2013 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xx

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sumber Belajar ... 5

B. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 10

C. Keterampilan Generik Sains (KGS) ... 16

III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian... 23

B. Prosedur Pengembangan... ... 23

C. Teknik Pengumpulan Data... ... 34

D. Teknik Analisis Data ... 36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 40

(14)

2. Hasil Identifikasi Sumber Daya... 41

1. Kesesuaian produk yang dihasilkan dengan tujuan pembelajaran ... 52

2. Kelebihan, kekurangan, dan kendala penggunaan produk hasil pengembangan... 56

(15)

13.Hasil Penilaian Kegiatan Siswa pada Pembelajaran Hukum Ohm

Berdasarkan KGS... 94

14.Hasil Penilaian Kegiatan Siswa pada Pembelajaran Hukum 1 Kirchoff Berdasarkan KGS... 96

15.Hasil Belajar Siswa... 98

16.Hasil Uji Kemenarikan dan Kemudahan... 99

17.Silabus... 104

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Indikator KGS... 20

3.1 Penilaian Uji Ahli Disain... 28

3.2 Penilaian Uji Ahli Materi... 29

3.3 Indikator KGS pada LKS... 34

3.4 Kisi-kisi Instrumen LKS... 36

3.5 Skor Penilaian Uji Coba Lapangan... 38

3.6 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas... 38

3.7 Rubrik Penilaian KGS... 39

4.1 Rangkuman Hasil Identifikasi Produk... 43

4.2 Indikator KGS yang akan Ditampilkan... 45

4.3 Hasil Perbaikan Uji Satu Lawan Satu... 47

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerucut Pengalaman E. Dale ... 6

3.1 Tahapan Model Pengembangan... 24

3.2 Desain One Shot Case Study... ... 32

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika merupakan salah satu ilmu sains yang menuntut siswa dalam memperoleh pengetahuan dan pemahaman secara nyata. Hal ini dapat

dilakukan dengan pengamatan langsung dan eksperimen. Pembelajaran fisika secara konvensional seperti ceramah belum tentu dapat meningkatkan

pemahaman konsep fisika. Oleh karena itu, siswa perlu dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran.

Peran Keterampilan Generik Sains (KGS) dalam pelaksanaan praktikum fisika sangat penting dalam rangka mendukung pembelajaran dan memberikan penekanan pada aspek proses dan produk sains. Hal ini didasarkan pada salah satu tujuan pembelajaran fisika yaitu mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengolah dan manafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Penggunaan pendekatan, metode, dan sumber belajar yang tepat serta bersifat mengarahkan dapat menuntun siswa untuk

(19)

2 Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang

digunakan untuk membantu siswa dalam menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar yang dilakukan secara sistematis. Penerapan KGS disetiap kegiatan yang terdapat dalam LKS dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan yang terdapat dalam LKS seharusnya dapat memberikan suatu keterampilan generik dan menuntun siswa dalam memperoleh pengetahuan secara langsung.

Observasi di SMP Negeri 23 Bandar Lampung dilakukan dengan cara obeservasi langsung, wawancara kepada guru Fisika kelas IX, dan observasi sarana dan prasarana sekolah. Berdasarkan hasil observasi yang telah

dilakukan melalui pengisian wawancara guru, diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran guru masih mengajar dengan menggunakan metode konvensional, yaitu ceramah meski terkadang sudah menggunakan metode diskusi dan praktikum. Pada proses pembelajaran, guru kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sumber belajar yang dimiliki oleh siswa belum dapat melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Pada penelitian ini dipilih materi listrik dinamis pada kompetensi dasar Menganalisis percobaan listrik dinamis dalam suatu rangkaian serta

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada percobaan Hukum Ohm dan Hukum I Kirchoff. Materi ini dipilih dengan alasan pada materi ini

(20)

3 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah diperlukan LKS berbasis KGS yang dapat menuntaskan hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 23 Bandar Lampung pada materi Hukum Ohm dan Hukum I Kirchoff .

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian pengembangan ini adalah untuk menghasilkan LKS berbasis KGS yang dapat menuntaskan hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 23 Bandar Lampung pada materi Hukum Ohm dan Hukum I Kirchoff .

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, LKS berbasis KGS dapat menuntun siswa dalam melakukan suatu praktikum dan dapat meningkatkan keterampilan berfikir siswa. 2. Bagi guru, LKS berbasis KGS dapat menjadi salah satu bahan ajar yang

efektif dalam suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berfikir siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

(21)

4 2. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan LKS berbasis KGS. 3. Indikator KGS yang akan ditampilakan dalam LKS adalah: pengamatan

langsung, pengamatan tidak langsung, pemahaman tentang skala, pemodelan matematika, dan inferensi logika (Logical Inference).

4. LKS yang dibuat berisi materi tentang Hukum Ohm dan Hukum I Kirchoff pada Kompetensi Dasar (KD) menganalisis percobaan listrik dinamis dalam suatu rangkaian serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

(22)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Sumber Belajar

Pengajaran merupakan suatu proses sistemik yang meliputi banyak komponen. Salah satu dari komponen sistem pengajaran adalah sumber belajar. Pengertian Sumber belajar menurut Rohani (2004: 161) adalah:

Segala apa (daya, lingkungan, pengalaman) yang (dapat) digunakan dan dapat mendukung proses/kegiatan pengajaran secara lebih efektif dan dapat memudahkan pencapaian tujuan pengajaran/belajar, tersedia (sengaja disediakan/dipersiapkan), baik yang langsung/tidak langsung, baik yang konkret/yang abstrak.

Menurut Fathurrohman (2010: 16) pengertian sumber pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran bisa didapatkan. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari sumber belajar adalah segala sesuatu yang berada di lingkungan baik berupa manusia, media, dan tempat yang dapat mambantu siswa dalam mencari suatu bahan pengajaran agar proses pembelajaran yang terjadi berjalan efektif dan tujuan pembelajaran tercapai.

Guru merupakan salah satu sumber belajar yang ada. Peran guru adalah

(23)

6 mendengarkan ceramah merupakan salah satu wujud interaksi tersebut, namun dengan hanya mendengarkan ceramah saja pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif karena siswa hanya pasif dalam proses pembelajaran. Suatu pembelajaran akan berjalan dengan efektif jika siswa terlibat dalam

pengalaman langsung saat proses pembelajaran. Menurut Adgar dale dalam Rohani (2004: 162), Ia mengklasifikasikan pengalaman yang dapat dipakai sebagai sumber belajar menurut jenjang tertentu yang berbentuk Cone of experience atau kerucut pengalaman yang disusun dari yang paling konkret ke

yang paling abstrak. Pengklasifikasian tersebut dapat dilihat dari Gambar 2.1 berikut:

Pengalaman lambang kata

Pengalaman lambang visual

Pengalaman tetap, rekaman, dan radio

Pengalaman bergambar hidup

Pengalaman televisi

Pengalaman pameran dan museum

Pengalaman darmawisata

Pengalaman percontohan

Pengalaman dramatisasi

Pengalaman tiruan

Pengalaman langsung dan tujuan

(24)

7 Kerucut pengalaman Edgar Dale menjelaskan hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman kongkret (langsung), yaitu kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang kata (abstrak). Semakin ke atas di pencak kerucut maka semakin abstrak media penyampai pesan yang digunakan. Berdasarkan kerucut tersebut dapat terlihat bahwa siswa dapat belajar dengan mengalami secara langsung, mengamati orang lain, dan membaca.

Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal apabila guru mampu mengembangkan sumber belajar, memilih dan memanfaatkan sumber belajar secara efektif dan efisien. Kriteria pemilihan sumber belajar menurut

Komalasari (2010: 126) adalah:

1) Tujuan

2) Karakteristik siswa

3) Karakteristik sumber belajar 4) Alokasi waktu

5) Ketersediaan 6) Efektifitas 7) Kompatibilitas 8) Biaya

9) Kaya nilai, moral, dan norma

(25)

8 siswa dapat menggunakan sumber belajar dengan optimal dan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

Fungsi sumber belajar dalam pembelajaran menurut Komalasari (2010: 114) adalah:

1) Sumber informasi dalam proses pembelajaran. 2) Mengatasi keterbatasan pengalaman belajar. 3) Melampaui batas ruang kelas.

4) Memungkinkan interaksi langsung.

5) Memungkinkan keseragaman pengamatan. 6) Menanamkam konsep baru.

7) Membangkitkan minat baru. 8) Membangkitkan motivasi.

9) Memberikan pengalaman menyeluruh.

Fungsi sumber belajar sangat penting dalam proses pembelajaran. Sumber belajar yang digunakan dapat mengefektifkan suatu pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pembelajaran hendaknya guru memilih sumber belajar yang tepat. Penggunaan sumber belajar yang tepat akan membuat tujuan pembelajaran tercapai.

(26)

9 Sebelum proses pembelajaran, guru hendaknya merencanakan bagaimana kegiatan pembelajaran akan berlangsung. Salah satu perencanan tersebut adalah pemilihan bahan ajar. Prinsip dalam pemilihan bahan ajar menurut Amri (2010: 162) adalah:

1) Prinsip Relevansi

Materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 2) Prinsip konsistensi

Adanya ketegasan antara bahan ajar dengan Kompetensi Dasar yang harus dikuasai oleh siswa.

3) Prinsip kecukupan

Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai Kompetensi Dasar yang diajarkan.

Bahan ajar yang digunakan harus sesuai dengan SK dan KD, materi yang akan disampaikan dalam bahan ajar tidak menyimpang dari SK dan KD, serta materi yang terdapat dalam bahan ajar hendaknya dapat membantu siswa dalam menguasai KD yang diajarkan.

Apabila guru membuat suatu bahan ajar, setelah guru malakukan pemilihan bahan ajar yang akan dipergunakan dalam pembelajaran maka guru perlu melakukan penyusunan penyajian bahan ajar. Penyusunan penyajian bahan ajar menurutHanafiah (2010: 31), antara lain:

1) Sekuens Kronologis, yaitu penyusunan bahan ajar bagi siswa berdasarkan urutan waktu.

2) Sekuens kausal, yaitu penyusunan bahan ajar dimana siswa dihadapkan untuk mempelajari sesuatu sebab (causal) sehingga menemukan sesuatu akibat.

(27)

10 Penyajian bahan ajar yang baik harus tersusun secara sistematis. Hal ini

dimaksudkan agar siswa akan memahami dan mengingat lebih lama materi pelajaran yang secara logis disusun dan diurut secara teratur. Penyajian bahan ajar yang berurut dan dengan adanya arahan dari guru menyebabkan proses pembelajaran yang dilakukan akan bersifat aktif yaitu adanya

keaktifan/keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran.

B.Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang digunakan siswa dalam suatu pembelajaran. Pengertian LKS menurut Mulyadi (2011: 1) adalah:

Materi ajar berupa lembar kerja bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler yang dikemas secara integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri serta untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang didapat.

Pengertian LKS menurut Wandhiro (2011: 1), ialah :

Lembar Kerja Siswa ( LKS) merupakan lembaran-lembaran yang digunakan peserta didik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran, serta berisi tugas yang dikerjakan oleh siswa baik berupa soal maupun kegiatan yang akan dilakukan peserta didik.

(28)

11 pembelajaran yang dikemas sebaik mungkin agar siswa dapat belajar secara mandiri demi tercapainya tujuan pembelajaran. LKS berisikan panduan kegiatan yang dapat membantu siswa dalam melakukan suatu percobaan.

Menurut Indrianto dalam Farid (2010: 1). Ada dua macam LKS yang dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah.

1) Lembar Kerja Siswa Tak Berstruktur.

Lembar kerja siswa tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana untuk materi pelajaran, sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran.

2) Lembar Kerja Siswa Berstruktur.

Lembar kerja siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sasaran pembelajaran.

LKS dibedakan menjadi dua yaitu LKS berstruktur dan LKS tak berstruktur. LKS berstruktur dirancang dan disusun tanpa adanya petunjuk dan

(29)

12 Menurut Farid (2010: 1) LKS, antara lain:

1) Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik.

2) Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan.

3) Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.

Tujuan pembuatan LKS adalah membantu guru dalam menyalurkan informasi yang sulit disampaikan secara lisan sehingga informasi disampaikan melalui LKS. Informasi tersebut berisi tentang pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran. Untuk mengetahui hasil belajar siswa maka di dalam suatu LKS terdapat soal-soal evaluasi yang bertujuan melihat tingkat pemahaman siswa terhadap informasi yang telah disampaikan. Penggunaan LKS sangat bermanfaat bagi siswa dalam proses pembelajaran karena LKS dapat memperkuat pemahaman siswa melalui kegiatan-kegiatan yang terdapat di dalam LKS dan melalui kegiatan yang telah dilakukan diharapkan siswa memperoleh keterampilan yang seharusnya dimiliki dalam ilmu Fisika.

Menurut Usman (2010: 1) LKS mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1) Untuk tujuan latihan, Siswa diberikan serangkaian tugas/ aktivitas latihan.

2) Untuk menerangkan penerapan (aplikasi), Siswa dibimbing untuk menuju suatu metode penyelesaian soal dengan kerangka

penyelesaian dari serangkaian soal-soal tertentu.

3) Untuk kegiatan penelitian, Siswa ditugaskan untuk mengumpulkan data tertentu, kemudian menganalisis data tersebut. Misalnya dalam mata pelajaran statistika.

(30)

13 situasi itu dan kemudian menggunakan bentuk umum untuk

membuat suatu perkiraan.

5) Untuk penelitian hal yang bersifat terbuka, penggunaan lembaran kerja siswa ini mengikut sertakan sejumlah siswa dalam penelitian dalam suatu bidang tertentu.

Fungsi LKS adalah bahan ajar/sumber belajar yang digunakan untuk

menyampaikan informasi dan panduan kegiatan penelitian siswa agar siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran, hasil dari kegiatan sehingga informasi yang diterima oleh siswa lebih bermakna dan melekat diingatan siswa.

LKS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang terdapat di dalam LKS, kegiatan tersebut dapat disusun secara sistematis sehingga siswa dapat bekerja secara mandiri dan berkelompok. Suatu kegiatan belajar yang menggunakan LKS memberikan kesempatan penuh kepada siswa untuk mengungkapkan kemampuan dan keterampilan.

Menurut Azka (2012: 1) terdapat empat langkah pembuatan LKS ditinjau dari pokok isinya, langkah tersebut sebagai berikut:

1) Analisis kurikulum untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar LKS.

2) Menyusun peta kebutuhan LKS. 3) Menentukan judul-judul LKS.

4) Penulisan LKS (KD, alat penilaian, dan penyusunan materi)

(31)

14 dalam LKS sebaiknya berisi pengalaman belajar yang akan dilakukan oleh siswa, pengalaman belajar tersebut berdasarkan atas tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Pembelajaran yang menggunakan LKS dapat berjalan efektif maka penggunaan tata bahasa pada LKS harus jelas agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

Menurut Kusnandiono (2009: 1) terdapat cara-cara pembuatan LKS, antara lain:

1) Desainnya menarik atau indah

2) Kata-kata yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti 3) Susunan kalimatnya singkat namun jelas artinya.

4) LKS harus dapat membantu atau memotivasi siswa untuk berfikir kritis

5) Penjelasan atau informasi yang penting hendaknya dibuat dalam lembaran catatan siswa.

6) LKS harus dapat menunjukkan secara jelas bagaimana cara merangkai atau menyusun alat yang dipakai dalam suatu kegiatan. 7) Urutan kegiatan harus logis (tujuan, alat/bahan, cara kerja, data,

pertanyaan dan kesimpulan)

8) LKS disusun berdasarkan dengan kisi-kisi soal yang sesuai dengan kurikulum.

9) LKS dibuat sesuai dengan kompetensi dasar suatu pelajaran.

Menurut Wandhiro (2011: 1) Dalam pembuatan LKS perlu diperhatikan beberapa syarat dan hal-hal yang penting, diantaranya sebagai berikut:

1) Mempunyai tujuan yang ingin dicapai berdasarkan GBPP, AMP, dan buku pegangan/paket, mengandung proses dan kemampuan yang dilatih, serta mengutamakan bahan-bahan yang penting.

2) Tata letak harus dapat menunjukkan urutan kegiatan secara logis dan sistematis, menunjukan bagian-bagian yang sudah diikuti dari awal sampai akhir, serta desainnya menarik dan indah.

(32)

15 4) Gambar ilustrasi dan skema sebaiknya membantu peserta didik,

menunjukkan cara, menyusun, dan merangkai sehingga membantu anak didik berpikir kritis.

Cara pembuatan LKS adalah penggunaan bahasa yang jelas dan sederhana sehingga siswa dapat memperoleh informasi dengan baik, peletakan gambar, ilustrasi harus sesuai dan tidak berlebihan. Gambar yang digunakan

merupakan gambar yang dapat memperkuat informasi, serta LKS dibuat berdasarkan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Persyaratan LKS yang baik menurut Darmojo dan Kaligis dalam Anggraini (2006: 9) meliputi tiga aspek, yaitu:

1) Syarat-syarat didaktik

Lembar Kerja Siswa sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses belajar mengajar harus memenuhi persyaratan didaktik artinya harus mengikuti azas-azas belajar mengajar yang efektif.

2) Syarat-syarat konstruksi

Yang dimaksud syarat konstruksi adalah syarat-syarat yang berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran,dan kejelasan yang pada hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pemakai atau siswa.

3) Syarat-syarat teknik

tulisan dengan menggunakan huruf cetak, huruf tebal yang agak besar untuk topik, tidak menggunakan lebih dari sepuluh kata dalam tiap kalimat dan mengusahakan agar perbandingan besar huruf dengan gambar serasi.

Persyaratan LKS yang baik harus memenuhi ketiga syarat di atas yaitu syarat ditaktik, konstruksi, dan teknik. Syarat ditaktik berhubungan dengan LKS dapat digunakan secara maksimal agar proses pembelajaran dapat

(33)

16 berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan yang pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh siswa. Syarat teknik berhubungan dengan kombinasi antara gambar dan tulisan yang digunakan di dalam LKS harus tepat dan sesuai karena tujuan dari peletakan gambar adalah memperkuat informasi yang terdapat di dalam LKS.

LKS sangat baik dipakai untuk menggalakkan keterlibatan siswa dalam belajar baik dipergunakan dalam strategi heuristik maupun strategi

ekspositorik. Dalam stategi heuristik LKS dipakai dalam penerapan metode terbimbing, sedangkan strategi ekspositorik LKS dipakai untuk memberikan latihan pengembangan. Penggunaan keterampilan dalam LKS sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan keterampilan yang tidak sesuai akan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal. Tujuan dari pembelajaran adalah agar siswa dapat menemukan suatu konsep berdasarkan hal tersebut maka langkah kegiatan yang terdapat dalam LKS harus disusun secara sistematis agar dapat menuntun siswa dalam kegiatan pembelajaran.

C.Keterampilan Generik Sains (KGS)

(34)

17 pengetahuan. Pendapat lain mengenai KGS menurut Beckett dalam Rustian (2011: 1) menyatakan bahwa:

Keterampilan generik digunakan secara luas mengacu pada kualitas dan kapabilitas yang meliputi keterampilan berfikir seperti penalaran logis dan analitis pemecahan masalah dan keingintahuan intelektual

keterampilan berkomunikasi yang efektif keterampilan bekerja sama dan kemampuan mengidentifikasi, mengakses, dan mengatur

pengetahuan dan informasi sifat–sifat personal seperti imajinasi, rigiditas kreativitas dan intelektual, dan nilai-nilai seperti etika, kegigihan, integritas, dan toleransi.

Menurut Fikriyati (2011: 1) keterampilan generik adalah strategi kognitif yang dapat berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dapat dipelajari dan tertinggal dalam diri siswa. Berdasarkan pengertian KGS menurut para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa KGS adalah keterampilan yang menerapkan ilmu pengetahuan yang dapat dilakukan dengan keterampilan tertentu yang bertujuan untuk memahami konsep fisika yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran KGS dapat diterapkan maka

dibutuhkan suatu sumber belajar berupa LKS yang dapat mendukung keberlangsungan penerapan KGS dalam pembelajaran. LKS sangat penting dalam pembelajaran karena LKS berisikan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan secara sistematis dan dapat memandu siswa dalam melakukan suatu kegiatan.

(35)

18 inferensi logika; (7) hukum sebab akibat; (8) pemodelan matematika; (9) membangun konsep. Kemudian Sudarmin dalam Apriani (2011: 1)

menambahkan indikator keterampilan generik diatas dengan keterampilan abstraksi sehingga terdapat 10 indikator keterampilan generik.

Penjabaran keterampilan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengamatan langsung

Pengamatan langsung merupakan pengamatan yang dapat dilakukan dengan menggunakan panca indera menusia. Sehingga, pada pengamatan langsung manusia tidak membutuhkan alat bantu.

2. Pengamatan Tak Langsung

Pengamatan yang dilakukan dengan bantuan alat. Hal ini dikarenakan keterbatasan indra manusia yang menyebabkan banyak gejala dan perilaku alam tidak dapat diamati secara langsung.

3. Kesadaran Tentang Skala

Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka seseorang yang belajar sains akan memiliki kesadaran akan skala besaran dari berbagai objek yang dipelajarinya. Dengan demikian maka seseorang yang belajar sains dapat membayangkan suatu ukuran yang paling besar seperti jagad raya sampai ukuran yang paling kecil seperti keberadaan pasangan elektron.

4. Bahasa Simbolik

(36)

19 5. Kerangka Logika Taat Asas

Keterampilan untuk membuat suatu hubungan dari hukum-hukum. Untuk membuat hubungan dari hukum-hukum, maka perlu ditemukan teori baru yang menunjukan kerangka logika taat asas. Misalnya keganjilan antara hukum mekanika Newton dan elektrodinamika Maxwell, yang akhirnya dibuat taat asas dengan lahirnya teori Relativitas Einstein.

6. Inferensi Logika (Logical Inference)

Inferensi merupakan kemampuan generik ditujukan untuk membuat suatu generalisasi atau mengambil suatu kesimpulan. Kesimpulan yang ditarik dapat berupa penjelasan atau interpretasi dari hasil suatu pengamatan dan percobaan.

7. Hukum Sebab Akibat (Causality)

Rangkaian hubungan antara berbagai faktor dari gejala yanng diamati diyakini sains selalu membentuk hubungan yang dikenal sebagai hukum sebab akibat.

8. Pemodelan matematika

(37)

20 9. Membangun Konsep

Pengembangan konsep baru berdasarkan konsep-konsep yang telah ada. Maka untuk dapat membangun konsep baru perlu pemahaman yang lebih lanjut, dan konsep-konsep inilah yang akan diuji keterapannya.

10.Abstraksi

Abstraksi merupakan kemampuan siswa untuk menggambarkan hal-hal yang abstrak kedalam bentuk nyata. Pada umumnya kemampuan abstraksi ini sulit untuk diajarkan, tetapi beberapa contoh konkret dapat dipelajari dalam kehidupan nyata atau sehari-hari yang dapat

dikemukakan untuk membantu proses abstraksi.

Penjabaran kesepuluh indikator KGS menurut Brotosiswoyo dalam Widodo (2011: 10) adalah:

Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Generik Sains (KGS)

No. Keterampilan

Generik Sains Indikator

1. Pengamatan langsung a. Menggunakan sebanyak mungkin indera dalam mengamati

percobaan/fenomena alam b. Mengumpulkan fakta-fakta hasil

percobaan atau fenomena alam c. Mencari perbedaan dan persamaan 2. Pengamatan tidak

langsung

a. Menggunakan alat ukur sebagai alat bantu indera dalam mengamati percobaan/gejala alam

b. Mengumpulkan fakta-fakta hasil percobaan fisika atau fenomena alam c. Mencari perbedaan dan persamaan 3. Kesadaran tentang

skala

(38)

21 Lanjutan Tabel 2.1.

No. Keterampilan

Generik Sains Indikator

4. Bahasa simbolik a. Memahami simbul, lambang, dan istilah

b. Memahami makna kuantitatif satuan dan besaran dari persamaan

c. Menggunakan aturan matematis untuk memecahkan

masalah/fenomena gejala alam

d. Membaca suatu grafik/diagram, tabel, serta tanda matematis

5. Kerangka logika (logical frame)

Mencari hubungan logis antara dua aturan 6. Konsistensi logis a. Memahami aturan-aturan

b. Berargumentasi berdasarkan aturan c. Menjelaskan masalah berdasarkan

aturan

d. Menarik kesimpilan dari suatu gejala berdasarkan aturan/hukum-hukum terdahulu

7. Hukum sebab akibat a. Menyatakan hubungan antar dua variabel atau lebih dalam suatu gejala alam tertentu

b. Memperkirakan penyebab gejala alam

8. Pemodelan Matematika

a. Mengungkapkan fenomena/masalah dalam bentuk sketsa gambar/grafik b. Mengungkap fenomena dalam bentuk

rumusan

c. Mengajukan alternatif penyelesaian masalah

9. Membangun konsep Menambah konsep baru 10. Abstraksi a. Menggambarkan atau

menganalogikan konsep atau peristiwa yang abstrak ke dalam bentuk kehidupan nyata sehari-hari b. Membuat visual animasi-animasi dari

peristiwa mikroskopik yang bersifat abstrak

(39)
(40)

23

III. METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 di SMPN 23 Bandar Lampung. Peneliti memilih sekolah tersebut didasarkan pada hasil observasi pada tahap analisis kebutuhan. Berdasarkan analisis kebutuhan diperoleh bahwa

diperlukan LKS berbasis KGS yang dapat menuntaskan hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 23 Bandar Lampung pada materi Hukum Ohm dan Hukum I Kirchoff. Objek penelitian ini adalah LKS Hukum Ohm dan Hukum I Kirchoff. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah para ahli yang menguji disain dan materi LKS yang terdiri dari: seorang orang dosen P. Fisika FKIP UNILA dan seorang orang guru Fisika SMP (guru Fisika SMPN 23 Bandar Lampung) dan siswa kelas IX sebagai pengguna yang menilai tingkat kemenarikan dan kemudahan alat percobaan tersebut.

B. Prosedur Pengembangan

(41)

24 Terdapat 7 tahapan pada proses pengembangan yaitu analisis kebutuhan, identifikasi sumber daya, identifikasi spesifikasi produk, pengembangan produk, uji internal (uji kualitas dan uji spesifikasi), uji eksternal (evaluasi satu lawan satu dan evaluasi kelompok kecil), dan pencetakan produk (produksi). Adapun tahapan-tahapan tersebut digambarkan pada gambar berikut:

Tahap I:

Analisis Kebutuhan Program Pengembangan

Tahap II:

Uji Kualitas (Prototipe III)

Uji Spesifikasi (Prototipe II)

Tahap VI: Uji Eksternal

Uji Kemanfaatan Produk (Prototipe IV)

Tahap VII: Pencetakan Produk

(42)

25 1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana diperlukannya LKS berbasis KGS. Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan wawancara dan observasi langsung. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan pada guru Fisika kelas IX yang bertujuan untuk

memperoleh informasi tentang bagaimanakah metode dan model pembelajaran yang guru gunakan pada materi listrik dinamis serta kelengkapan sumber belajar yang dimiliki oleh guru dan siswa sebagai penunjang pembelajaran. Observasi langsung dilakukan untuk

mengetahui ketersediaan buku fisika di perpustakaan, ketersediaan laboratorium fisika, KIT praktikum serta keadaan sebenarnya proses pembelajaran dilaksanakan.

2. Identifikasi Sumber Daya

Identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dilakukan dengan menginventarisir segala sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya sarana dan prasarana serta kelengkapan buku penunjang. Spesifikasi tersebut telah disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki sekolah, juga dengan kebutuhan yang ingin dipenuhi berdasarkan analisis kebutuhan.

(43)

26 daya ini dilakukan dengan observasi langsung ke sekolah. Observasi yang dilaksanakan dengan memeriksa kelengkapan buku penunjang dan

keberadaan peralatan praktikum. Hasil identifikasi ini selanjutnya digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang mungkin untuk diwujudkan.

3. Identifikasi Spesifikasi Produk

Identifikasi spesifikasi produk dilakukan untuk mengetahui ketersediaan sumber daya yang mendukung pengembangan produk, dengan

memperhatikan hasil analisis kebutuhan dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan identifikasi materi pelajaran dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran.

2) Menyusun peta kebutuhan LKS yang berguna untuk mengetahui jumlah kebutuhan LKS dan urutan LKS.

3) Penentuan topik atau materi pokok pembelajaran yang akan dikembangkan.

4. Pengembangan Produk

(44)

27 melakukan percobaan secara langsung dan pada LKS ini dibuat agar siswa dapat meningkatkan KGS.

5. Uji Internal

Tahap lima pada pengembangan ini yaitu tahap uji internal. Uji internal yang dikenakan pada produk terdiri dari meliputi uji spesifikasi dan uji kualitas produk, uji spesifikasi produk uji ini bertujuan untuk

mengevaluasi kesesuaian produk yang direncanakan dengan berpedoman pada instrumen uji yang telah ditetapkan. Uji kualitas LKS dilakukan oleh guru Fisika kelas IX, uji ini bertujuan untuk mengetahui kualitas LKS berdasarkan syarat diktaktik, konstruksi, dan teknis.

5.1. Uji Ahli Disain

Prosedur uji spesifikasi produk menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan indikator penilaian yang akan digunakan untuk menilai prototipe I yang telah dibuat.

2) Menyusun instrumen uji ahli disain berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.

3) Melaksanakan uji ahli disain produk ini dilakukan oleh ahli disain pembelajaran.

(45)

28 dengan pendekatan pembelajaran berbasis KGS serta metode inkuiri.

5) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasil uji ahli disain produk.

6) Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada ahli disain pembelajaran.

Analisis Data Uji Ahli Disain

Untuk mendapatkan hasil dari instrumen uji ahli disain, maka skor dimasukkan ke dalam kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria penilaian akhir uji ahli disain

Skor Kualitas Pernyataan kualitas

3,26--4,00 Sangat Baik

2,51--3,25 Baik

1,76--2,50 Kurang Baik

1,01--1,75 Tidak baik

Sumber: Suyanto (2009: 227)

(46)

29 Setelah melalui proses evaluasi maka akan mendapatkan saran perbaikan dari ahli disain sumber belajar.

5.2. Uji Ahli Materi

Prosedur uji ahli materi produk ini yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menyusun instrumen uji ahi materi produk berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.

2) Melaksanakan uji ahli materi produk yang dilakukan oleh ahli isi/ materi, dalam hal ini dilakukan oleh guru mata pelajaran Fisika. 3) Melakukan analisis terhadap hasil uji ahli materi produk untuk

memperoleh perbaikan materi produk yang dihasilkan.

4) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil uji materi produk.

5) Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada ahli isi/materi.

Analisis Data Uji Ahli Materi

Untuk mendapatkan hasil dari instrumen uji ahli materi, maka skor dimasukkan ke dalam kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kriteria penilaian akhir uji ahli materi

Skor Kualitas Pernyataan kualitas

3,26--4,00 Sangat Baik

2,51--3,25 Baik

1,76--2,50 Kurang Baik

1,01--1,75 Tidak baik

(47)

30 Jika uji ahli materi menghasilkan kriteria sangat baik, maka uji ahli materi dikatakan lulus dalam hal ini adalah kelengkapan materi. Sedangkan jika uji ahli materi dikatakan baik, maka uji ahli materi dikatakan lulus tetapi harus ada perbaikan materi dengan mempertimbangkan saran yang

diberikan oleh penguji dan sudah bisa diuji cobakan kepada siswa. Jika uji ahli materi menghasilkan kriteria kurang baik, maka materi harus

diperbaiki dengan mempertimbangkan saran dari penguji. Sedangkan jika uji ahli materi menghasilkan kriteria jelek, maka uji ahli materi tersebut dikatakan gagal dan materi harus diganti sesuai arahan dari penguji. Setelah mengalami uji materi produk, maka prototipe II akan dihasilkan dan akan dilanjutkan ke tahap berikut yaitu uji kualitas produk.

5.3 Uji Kualitas Produk

Prosedur uji kualitas produk ini yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai prototipe II.

2) Menyusun instrumen uji kualitas produk berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.

3) Melaksanakan uji kualitas dalam hal ini dilakukan oleh guru mata pelajaran Fisika.

(48)

31 5) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil uji kualitas

produk.

Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada ahli kualitas.

Analisis Data Uji Kualitas Produk

Pengisian uji ahli materi hanya memiliki 2 pilihan jawaban yaitu “ya” atau

“tidak”. Untuk pilihan “ya” memiliki nilai 1 dan untuk pilihan “tidak”

memiliki nilai 0. Jika penguji memilih jawaban “ya”, maka LKS tidak

direvisi namun Jika penguji memilih jawaban “tidak” maka LKS perlu diperbaiki. Hasil dari pengujian kualitas LKS dinamakan prototipe III, dan akan mengalami tahap selanjutnya yaitu uji eksternal.

6. Uji Eksternal

Hasil prototipe III akan dikenakan uji eksternal, yaitu: (1) kemenarikan, (2) kemudahan menggunakan produk, (3) ketercapaian tujuan

pembelajaran sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA, dan (4) psikomotorik siswa berdasarkan indikator KGS. Dari hasil uji tersebut akan diperoleh saran atau masukan terkait produk yang dihasilkan. Berdasarkan masukan-masukan tersebut oleh

(49)

32 coba ke siswa. one-shot case study dilakukan dengan memberikan

perlakuan, perlakuan yang dimaksud adalah siswa menggunakan LKS berbasis KGS pada saat pembelajaran, lalu melakukan pengukuran setelah menggunakan LKS dengan memberikan postest. Disain One-Shot Case Study mempunyai pola sebagai berikut:

Gambar 3.2. Disain One-Shot Case Study

X merupakan perlakuan dimana siswa menggunakan LKS berbasis KGS dan O adalah hasil dari siswa menggunakan LKS berbasis KGS.

Terdapat dua tahapan evaluasi pada uji eksternal ini, yaitu : 1) evaluasi satu lawan satu (one on one); 2) dan evaluasi uji lapangan

6.1. Evaluasi Satu Lawan Satu

Pada tahapan evaluasi satu lawan satu (one on one), dipilih dua orang atau lebih yang dapat mewakili populasi. Kedua orang yang terpilih tersebut satu di antaranya mempunyai kemampuan di bawah rata-rata, dan yang satunya lagi di atas rata-rata, untuk dapat melihat kemampuan siswa tersebut dapat diketahui berdasarkan nilai uji blok fisika.

(50)

33 6.2. Evaluasi Uji Lapangan

Evaluasi uji lapangan dilakukan oleh 1 kelas yang dapat mewakili populasi target. Siswa yang dipilih tersebut hendaknya dapat mewakili populasi. Usahakan siswa yang dipilih tersebut terdiri dari siswa-siswa yang kurang pandai, sedang dan yang pandai, terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan yang terdiri dari berbagai latar belakang.

Lakukan analisa terhadap data yang diperoleh melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Analisis data terutama mengenai skor postest, kegiatan berdasarkan indikator KGS, waktu yang diperlukan, dan perbaikan dari bagian-bagian yang sulit. Uji eksternal juga dilakukan untuk mengetahui kemenarikan LKS dan kemudahan menggunakan LKS. Uji kemenarikan dan kemudahan dilakukan dengan melihat dari kebermanfaatan yang dilakukan dengan pemberian angket yang diisi langsung oleh siswa setelah pembelajaran berlangsung. Angket hasil uji ini dianalisis tiap butir

(51)

34 6. Pencetakan Produk

Pada tahap 7 dilakukan pencetakan produk setelah dilakukan perbaikan dari hasil uji eksternal. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi menggunakan instrumen berupa lembar observasi, instrumen angket, dan tes. Lembar observasi

digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan sekolah, guru, dan siswa dalam proses pembelajaran, sarana, dan prasarana sekolah, serta kegiatan berdasarkan indikator KGS. Adapun indikator KGS yang akan ditampilkan pada LKS adalah pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung, pemahaman tentang skala, pemodelan matematika, dan inferensi logika (Logical Inference). Uraian kegiatan berdasarkan indikator KGS dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Indikator KGS pada LKS

No.

Keterampilan

Generik Sains Indikator Skor

maksimum

fakta hasil percobaan atau fenomena alam

3. Mencari perbedaan dan persamaan

(52)

35 Lanjutan Tabel 3.3.

No. Keterampilan

Generik Sains Indikator Skor maksimum

2. Pengamatan tidak langsung

1. Menggunakan alat ukur sebagai alat bantu indera dalam mengamati percobaan/gejala alam 2. Mengumpulkan

fakta-fakta hasil percobaan fisika atau fenomena alam 3. Mencari perbedaan dan

persamaan

4

3. Kesadaran tentang Skala

1. Menggunakan alat ukur 2. Melakukan pengukuran

1. Menguraikan data dari tabel ke dalam bentuk kata-kata

5. Inferensi Logika 1. Memahami aturan-aturan 2. Berargumentasi

berdasarkan aturan 3. Menarik kesimpulan dari

suatu gejala berdasarkan aturan/hukum-hukum terdahulu.

4

Jumlah 20

Instrumen angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang kelayakan LKS berdasarkan Uji disain, Uji materi, dan Kualitas LKS. Instrumen angket juga digunakan untuk mengumpulkan data tingkat kemenarikan dan

kemudahan penggunaan LKS berbasis KGS. Sedangkan untuk

(53)

36 berupa tes tertulis kepada siswa setelah menggunakan LKS berbasis KGS pada materi Hukum Ohm dan Hukum I Kirchoff

Adapun kisi-kisi instrumen pada uji disain dan uji materi tersebut adalah: Tabel 3.4. Kisi-Kisi instrumen LKS

Instrumen Subjek Kisi-Kisi Instrumen Uji ahli

Disain

Dosen Fisika 1.Kesesuaian font (ukuran) tulisan yang digunakan dalam LKS pembelajaran.

2.Kesesuaian variasi jenis huruf yang digunakan dalam LKS.

Uji ahli materi Guru Fisika 1.Ketepatan materi yang disajikan minimal mencerminkan jabaran substansi materi yang terkandung dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

2.Kesesuaian materi mulai dari pengenalan konsep sampai interaksi antar konsepdengan yang

diamanatkan oleh Standar Kompetensi

(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Uji Lapangan Siswa SMP kelas IX 1.Angket kemenarikan dan

kemudahan. 2. Tes Tertulis

D. Teknik Analisis Data

Hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat keterbutuhan LKS. Data pada uji ahli disain dan uji ahli materi data tersebut digunakan untuk

(54)

37 menggunakan LKS berbasis KGS. Data tingkat keefektifan produk diperoleh melalui tes (Postest) pada tahap uji coba lapangan.

Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dan uji lapangan dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya LKS yang dihasilkan sebagai sumber belajar cetak. Instrumen penilaian uji ahli disain dan uji ahli isi/materi, memiliki pilihan 4 jawaban, yaitu: “tidak sesuai”, “kurang sesuai”, “sesuai”, dan

“sangat sesuai” atau “tidak tepat”, “ kurang tepat”, “tepat”, dan “sangat tepat”.

Pilihan jawaban tersebut memiliki tingkat kelayakan LKS yang berbeda menurut ahli sehingga dapat digunakan dalam perbaikan LKS. Data hasil uji kualitas LKS memiliki dua pilihan jawaban yaitu “ya” dan “tidak”. Untuk

pilihan jawaban “ya” memiliki nilai 1 dan untuk pilihan jawaban “tidak”

memiliki nilai 0. Jika penguji memilih jawaban “ya” maka LKS tidak perlu

melakukan perbaikan, namun jika penguji memilih jawaban “tidak” maka

LKS perlu dilakukan revisi.

Data kemenarikan dan kemudahan produk diperoleh dari siswa sebagai pengguna pada tahap uji coba lapangan. Angket respon terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, misalnya “tidak

menarik”, “kurang menarik”, “menarik”, dan “sangat menarik’.

(55)

38 Tabel 3.5. Skor Penilaian Uji Coba Lapangan

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor

Sangat menarik Sangat Mudah 4

Menarik Mudah 3

Kurang menarik Sulit 2

Tidak menarik Sangat sulit 1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Hasil dari penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah subjek sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kemenarikan dan kemudahan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Hasil konversi ini diperoleh dengan

melakukan analisis secara deskriptif terhadap skor penilaian yang diperoleh. Pengonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas. Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat baik

3 2,51 - 3,25 Baik

2 1,76 - 2,50 Kurang Baik

1 1,01 - 1,75 Tidak Baik

Sumber: Suyanto (2009: 227)

(56)

39 Tabel 3.7. Rubrik Penilaian Keterampilan Generik Sains (KGS)

Skor Kriteria

4 Jika 3 indikator yang dilaksanakan

3 Jika 2 indikator yang dilaksanakan

2 Jika 1 indikator yang dilaksanakan

1 Jika tidak ada satupun indikator yang dilaksanakan

Persentase tiap indikator KGS adalam proses pembelajaran adalah, sebagai berikut:

(57)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian pengembangan ini, dapat disimpulkan bahwa telah dihasilkan LKS berbasis KGS pada materi Hukum Ohm dan Hukum I Kirchoff dengan indikator KGS pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung, kesadaran tentang skala, pemodelan matematika, dan inferensi logika. LKS Hukum Ohm dapat menuntaskan hasil belajar siswa dengan persentase

ketuntasan sebesar 74,2% dan LKS Hukum I Kirchoff dapat menuntaskan hasil belajar siswa dengan persentase ketuntasan sebesar 83,3%.

B. Saran

Saran penelitian pengembangan ini sebagai berikut:

1. Guru hendaknya memperkenalkan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum sebelum proses pembelajaran.

2. Guru hendaknya membagi kelompok dengan jumlah anggota tidak lebih dari 5 siswa pada tiap kelompok. Hal ini bertujuan agar guru dapat lebih mudah untuk membimbing dan mengarahkan siswa.

3. Guru hendaknya membimbing siswa dalam merangkai suatu rangkaian saat proses pembelajaran.

(58)

60

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya

Fathurrohman, Pupuh. 2010. Strategi Belajar dan Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama

Farid, Muhammad. 2010. Pengembangan LKS. 04 Desember 2011. http://faridmuh.wordpress.com/ 2010/12/19/pengembangan-lks/.

Fikriyati, Amiq. 2011.Keterampilan Generik Sains. 10 Maret 2011. http://amiq-fikriyati.blogspot.com/2011/03/keterampilan-generik-sains.html

Hanafiah, Nanang. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama

Kusnandiono. 2009. Lembar Kerja Siswa. 26 Desember 2011. http://kusnan-kentus.blogspot.com/2009/05/lks.html

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Rafika Aditama

Mulyadi, Agus. 2011. (LKS) Lembar Kerja Siswa. 13 Agustus 2011. Sekedar tahu. blogspot.com/2011_08_01_archive.html

Nur Apriani, Dwi. 2011. Keterampilan generik sains. 10 September 2011. http://fisika21.wordpress.com/2009/11/15/keterampilan-generik-sains/ Prihata, Levi. 2011. Upaya Meningkatkan Minat, Berfikir Kreatif, dan Hasil

Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Fisika Berorientasi pada Keterampilan Generik Sains (KGS). Skripsi belum diterbitkan. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Rohani, Ahmad. 2010. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Suyanto, Eko. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan

(59)

60 Usman, Mochamad. 2010. LKS, Hendaknya Tidak Jadi Jebakan?. 10 Februari

2010. http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/10/lks-seyogianya-tidak-jadi-jebakan/

Gambar

Tabel
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Generik Sains (KGS)
Gambar 3.1 Bagan alur Model Pengembangan Media Instruksional Termodifikasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 5 menunjukan Mean ± SD subyek penelitian berdasarkan kelompok subyek. Diketahui dari seluruh subyek didapatkan hasil rata-rata nilai rasio pada diabetes

Metode Steepest Ascent Hill Climbing pada penyusunan puzzle kurang optimal, terdapat ke le mahan dari metode ini yaitu keadaan local optimum dimana keadaan

Perlu kita ketahui bahwa bekerja dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas, tidak bisa bertindak seperti seorang juru

lain, caranya, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperoleh pendidikan agama yang sesuai dengan agamanya.” Adapun, semua sekolah Hindu

Tabel 2 memperlihatkan dengan sangat jelas sejumlah kesesuaian antara teknologi budidaya padi SRI dengan teknologi tradisional yang dilaksanakan petani di Jawa

Outer model atau measurement model dalam penelitian ini terdiri dari variabel Word Of Mouth (X1), Brand Image (Y1) dan Purchase Intention (Y2) yang dijelaskan oleh

 Kirim ke email : paper (*.doc) berisi bahasan diatas beserta data mentah (*.xls).  Presentasi di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan media pembelajaran E-Learning berbasis Edmodo pada Akidah Akhlak terhadap hasil belajar siswa Kelas