• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Buku Makanan Tradisional Sunda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Buku Makanan Tradisional Sunda"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

LaporanPPengantarTTugasAkhirr

PERANCCANGAN BBUKU MAKKANAN TTRADISIONNAL SUNDDA

DK 383155/TugasAkhhir Semester II 2014-2015

Oleh:

Ihsan Faddhila Abduul Wahab 51909264

Program StudiDesaiinKomunikkasi Visuall

FAKUL

LTAS DES

SAIN

UNIVER

RSITAS K

KOMPUT

TER IND

DONSESIA

A

BANDU

UNG

▸ Baca selengkapnya: kliping makanan tradisional indonesia

(2)

▸ Baca selengkapnya: kemasan bahan tradisional-modern bahan rotan-kertas coklat cocok untuk penyajian ...?

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, karunia dan bimbinganya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Perancangan Buku Makanan Tradisional Bandung”. Tugas Akhir ini penulis ajukan untuk memenuhi persyaratan akademis dalam menempuh program studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, perhatian, pertolongan, sumbangan ide, doa, dan lain sebagainya dengan bentuk dan caranya masing-masing dari orang-orang yang dekat dengan penulis baik secara lahir maupun batin.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis menerima segala kritikan dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak yang memerlukannya.

Wasalaammualaaikum Wr.Wb

Bandung, Agustus 2015

Penulis Ihsan Fadhila Abdul Wahab

(5)

ABSTRAK

PERANCANGAN BUKU MAKANAN TRADISIONAL SUNDA (Studi Kasus : Makanan Kudapan Tradisional Sunda)

Oleh :

Ihsan Fadhila Abdul Wahab 51909264

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Makanan tradisional adalah salah satu bagian dari kebudayaan, makanan tidak hanya sebatas pemenuh kebutuh biologis semata ada nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dari mulai bahan yang dipilih, proses pengolahan, pengemasan, penyajian, fungsi, serta arti dari bentuk makanan itu sendiri.

Bandung sebagai pusat dari tatar Sunda, sekaligus pusat kebudayaan Sunda, masyarakat kota Bandung seharusnya mengetahui unsur kebudayaan yang terdapat dalam makanan tradisional Sunda, tetapi banyak dari masyarakat kota Bandung kurang mengetahuinya. Maka dibuatlah perancangan media informasi mengenai makanan tradisional Sunda dalam kategori makanan kudapan, media informasi ini berupa buku, agar masyarakat yang kurang atau tidak mengetahuinya mendapatkan informasi dari buku ini.

Kata Kunci: Media informasi, Buku, Makanan kudapan tradisional Sunda.

(6)

ABSTRACT

DESIGNING TRADITIONAL SUNDANESE FOOD BOOK (Case Study : Sundanese Traditional Snack Food)

By :

Ihsan Fadhila Abdul Wahab 51909264

Study Programme Visual Communication Design

Traditional food is a part of society culture, food itself is not only a means to fulfil human body need but also there are a lot of values within. These values comes from choosed ingredients, food processing, packaging, presentation, function, and the meaning from the food design.

Bandung as the central of sunda and sundanese culture, the people of Bandung should know the culture elements that form traditional sundanese food, but still there are a lot that doesn’t know about it. Thus, designing information media in a book about sundanese traditional food in particular about snack food is a solution for the people to know more about traditional sundanese food.

Keywords: Information Media, Book, Sundanese Traditional Snack Food.

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Makanan tradisional adalah makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat dari suatu wilayah dan menjadi salah satu tradisi di wilayah tersebut, yang ada dari zaman nenek moyang dan kemudian diwariskan kepada anak cucunya. Fungsi makanan tradisional tidak hanya sebatas memenuhi kebutuhan pokok saja, melainkan salah satu perwujudan dari suatu kebudayaan, Menurut James Danandjaya makanan adalah konsep dari kebudayaan dimana makanan yang dikonsumsi berdasarkan sudut pandang kebudayaan. Makanan juga memiliki fungsi selain memberi asupan gizi dan tenaga, yaitu dapat mempererat kesatuan hingga untuk upacara-upacara religi dalam masyarakat (Dananjaya, 2002).

Sunda merupakan kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia. Etnis Sunda kaya akan kebudayaan, salah satunya dibidang makanan. Makanan tradisional Sunda sangat beraneka ragam, dan dibagi menjadi beberapa kategori diantaranya, makanan pokok (nasi/sangu berupa nasi atau beras), lauk pauk/pelengkap (rencang sangu), pencuci mulut (bibilas) dan makanan ringan cangkarang bongkang (Adiati dalam Ekadjati, 2001, h.33), ada juga yang menyebut cangkarang bongkang sebagai opieun (kudapan). Ada pula makanan lain yang disebut sebagai makanan jajanan/jajaneun (Kasmana, 2014, h.6). Dalam perkembangannya makanan masyarakat Sunda terbagi menjadi dua bagian yaitu, makanan tradisional yang memiliki arti simbolis karena sering disediakan saat upacara adat atau hari-hari tertentu, dan yang kedua merupakan makana tradisional tetapi tidak memiliki arti simbolis yang jelas karena tidak digunakan dalam acara-acara adat, namun makanan ini tetap mencerminkan masyarakat Sunda dari bahan yang digunakan, cara pengolahan, pengemasan, penyajian dan citra rasa makanan tersebut.

Bandung sebagai ibu kota Jawa Barat menjadi salah satu pusat dari kebudayaan Sunda, salah satunya dibidang kuliner. Bandung meruakan kota yang kaya akan kuliner banyak wisatawan datang untuk mencicipi kuliner yang berada di kota Bandung, tidak hanya makanan tradisional makanan modern juga banyak hadir di

(8)

kota ini. Seiring berjalannya waktu banyak dari makanan tradisional yang sudah jarang ditemukan di kota Bandung dan mulai terlupakan oleh masyarakat kota Bandung, pengaruh dari modernisasi, kurangnya dokumentasi, dan informasi. akibatnya makanan tradisional Sunda mulai tergeser keberadaannya. Sebagian besar warga Bandung beretnis Sunda dengan begitu sudah seharusnya sebagai warga Bandung memiliki pengetahuan mengenai makanan tradisional Sunda, sebagai salah satu bagian kebudayaan Sunda. maka dari itu pentingnya memberikan informasi kepada masyarakat, untuk mengingatkan kembali dan memberi informasi kepada yang tidak mengetahuinya mengenai makanan tradisional Sunda dan unsur kebudayaan didalamnya.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka teridentifikasi beberapa permasalahan, sebagai berikut :

• Kurangnya dokumentasi dan media informasi mengenai makanan tradisional

Sunda.

• Beberapa jenis makanan Sunda ada yang sudah hampir langka di perkotaan,

sehingga terdengar aneh atau asing apalagi bagi generasi muda, beberapa diantaranya pencok, reunceh, tangtangangin, leumeung, japilus, kerecek dan lain-lain.

• Masyarakat di kota Bandung kurang memahami nilai-nilai yang terdapat

didalam makanan tradisional Sunda, seperti arti bentuk, fungsi dan penyajiannya hingga asal usul bahan makanan orang Sunda.

I.3 Rumusan Masalah

Dari apa yang telah diuraikan pada identifikasi masalah, maka permasalahan dirumuskan pada “bagaimana membuat dokumentasi makanan kudapan tradisional Sunda?”.

(9)

3  

I.4 Batasan Masalah

Makanan tradisional Sunda sangat beragam dan tidak terhitung jumlahnya. Oleh sebab itu, maka permasalah dibatasi pada salah satu kategori makanan tradisional Sunda, yaitu cangkarang bongkang (makanan kudapan).

I.5 Tujuan Perancangan

Berdasarkan permasalahan di atas tujuan perancang ini adalah :

• Untuk menambah serta memperluas pengetahuan masyarakat mengenai makanan tradisional Sunda.

• Menjembatani keterbatasan informasi yang dimiliki, tentang makanan

(10)

BAB II

PERANCANGAN BUKU MAKANAN TRADISIONAL SUNDA

II.1 Landasan Teori

II.1.1 Pengertian Perancangan

Perancangan adalah suatu metode untuk mencapai tujuan, berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia versi http://kbbi.web.id/rancang-2 diakses 1 Mei 2015 Perancangan berawal dari kata rancang, salah satunya rancangan penulisan adalah rancangan yang disusun menurut tahapan tertentu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dipelaksanaan penulisan. Jadi perancangan bisa dibilang sebuah tahapan untuk mencapai tujuan sama seperti dibidang desain, menurut John Burch dan Gary Grudnitski yang telah terjemahkan oleh Jogiyanto, menyebutkan bahwa desain sistem dapat didefinisikan sebagai penggambaran, perencanaan, dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah dari satu kesatuan utuh dan berfungsi (John Burch dan Gary Grudnitski dalam Jogiyanto 2005, h.196).

II.1.2 Pengertian Informasi

Secara umum informasi adalah data atau fakta-fakta yang telah dikumpulkan dengan metode apapun kemudian diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Informasi menjadi penting, karena informasi dapat menambah pengetahuan (mengurangi ketidakpastian) bagi penerimanya. Pengertian informasi menurut Jogiyanto (2005), “informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya, yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata untuk pengambilan keputusan” (h.692).

II.1.3 Jenis-Jenis Media Informasi

Berikut adalah table jenis-jenis media informasi menurut Anderson (1976) :

Tabel II.1 Tabel kelompok media intruksional.

NO KELEMPOK MEDIA MEDIA INSTRUKSIONAL

(11)

1. Audio

Pita audio Piringan radio Radio

2. Cetak

Buku teks terprogram Buku pegangan/manual Buku tugas

Koran Majalah

3. Audio - cetak Buku latihan dilengkapi kaset Gambar/poster dilengkapi audio

4. Proyek visual diam Film bingkai (slide)

Film rangkai (berisi pesan verbal)

5. Proyek visual diam dengan audio Film bingkai (slide) suara Film rangkai suara 6. Visual gerak Film bisu dengan judul

7. Visual gerak dengan audio Film suara Video/vcd/dvd

8. Benda Benda nyata

Mode tiruan (mock up) 9. Manusia dan sumber lingkungan

10. Komputer Media berbasi komputer; CAI dan CMI

Sumber : Anderson (1976).

II.1.4 Media Informasi Buku

Menurut Iyan W.B (2007), buku merupakan kumpulan kertas yang dijilid menjadi satu. Dan setiap sisi dari sebuah lembaran kertas disebut halaman. Buku dengan menggunakan konten, gaya, format, desain dan urutan dari berbagai komponen dapat menjadi sumber informasi yang mudah dan praktis. Berisi tentang penjelasan singkat berupa teks dan didukung gambar visual. Ada beberapa kategori jenis buku yang berisi informasi menurut Iyan W.B, antara lain:

(12)

• Ensiklopedi

Ensiklopedi adalah serangkaian buku yang menghimpun uraian tentang berbagai cabang ilmu tertentu dalam artikel terpisah dan biasanya tersusun sesuai abjad atau menurut kategori secara singkat dan padat.

• Biografi

Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati, dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian kejadian.

• Panduan

Disebut juga sebagai buku petunjuk. Buku ini berisi tentang tahapan cara/proses misalnya membuat kue, kiat sukses beternak ayam dan lain.

• Tafsir

Tafsir adalah keterangan atau penjelasan tentang ayat ayat Al-Qur’an agar maksudnya lebih mudah dipahami.

II.1.5 Anatomi Buku

Buku adalah salah satu media imformasi yang sistematis, oleh sebab itu buku mempunyai anatomi. Antara lain anatomi buku menurut Iyan Wb (2007) terdiri dari :

• Sampul Buku

Sampul buku merupakan salah satu sarana untuk memikat perhatian pembaca. Sampul buku bisa berupa ilustrasi maupun tipografi yang dilengkapi dengan judul buku, penulis dan penerbit.

• Nomor Halaman

Nomor halaman berfungsi untuk mempermudah pembaca mencari halaman yang dibutuhkan dalam sebuah buku.

(13)

• Halaman Judul Utama

Halaman judul utama adalah sebuah halaman buku yang memuat nama penulis, judul buku subjudul buku dan logo penerbit.

• Halaman Hak Cipta

Halaman hak cipta adalah halaman buku yang berisi keterangan atau data singkat buku yang diterbitkan, baik data buku, tim penerbit maupun hak cipta penerbit (copyright).

• Prakarta

Prakarta adalah sebuah pengantar dari penulis yang berisi ulasan tentang maksud dan metode yang digunakan penulis dalam penulisan bukunya.

• Daftar Isi

Daftar isi adalah tampilan semua judul bagian yang terdapat didalam buku yang memberikan gambaran umum pada pembaca mengenai struktur dan materi yang terdapat didalam buku sehingga mudah untuk dapat menemukan pembahasan yang diperlukan.

• Ilustrasi

Ilustrasi adalan tambahan penjelasan teks yang diwujudkan dalam bentuk visual. Fungsi ilustrasi bagi suatu buku adalah menjelaskan dan mendukung teks yang tidak dapat digantikan dengan kata-kata.

• Teks

Teks merupakan kumpulan tulisan yang berisi tentang penjelasan dari isi buku.

• Daftar Pustaka

Daftar pustaka digunakan untuk mencari referensi atau bahan bacaan lanjutan yang disarankan penulis untuk mendukung pembahasan yang terdapat didalam bukunya.

(14)

• Biografi Penulis

Biografi penulis menjelaskan tentang penulis, riwayat pendidikan, pekerjaan dan daftar karya tulis yang telah dihasilkan.

• Sinopsis

Sinopsis berisi tentang ringkasan dari isi sebuah buku agar memberikan gambaran pada pembaca tentang isi yang terkandung pada buku yang akan dibaca.

II.2 Makanan Tradisional

Makanan tradisional adalah makanan yang telah ada sejak zaman dahulu, diolah secara tradisional menggunakan bahan-bahan alami yang diperoleh dari lingkungan sekitar. Hadisantosa mendefinisikan pangan tradisional sebagai makanan yang dikonsumsi oleh golongan etnik dan wilayah spesifik, diolah berdasarkan resep yang secara turun temurun. Bahan yang digunakan berasal dari daerah setempat dan makanan yang dihasilkan juga sesuai dengan selera masyarakat (Hadisantosa dalam Sabana 2007, h.11). Permasalahan utama yang timbul pada makanan tradisional di Indonesia adalah kurangnya dokumentasi, seperti yang dikatakan J.J Rizal salah satu budayawan Betawi dalam “Diskusi Panel Eksklusif : Peluang dan Tantangan Kuliner Nusantara untuk Masuki Peta Kuliner Dunia” Jakarta kamis 5 Maret, Menurut J.J Rizal hingga saat ini buku yang secara lengkap mendokumentasikan makanan tradisional Indonesia masih sedikit. Raden Ajeng Kartini adalah orang pertama yang membukukan makanan tradisional Indonesia, setelah itu muncul Indische Kookboek yang disusun oleh orang Belanda dengan cara mewawancarai para tenaga kerja Indonesia di Belanda.

(15)

Gambar II.1 Sampul buku Indische Kookboek. Sumber :  

http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2013/04/1364774489544424876_300x447.761194 02985.jpg (1, Juni, 2015).

Kemudian dokumentasi kuliner Indonesia kembali muncul sebagai bentuk eksperimen politik presiden Soekarno, saat itu presiden Soekarno meminta Dewan Perancangan Nasional (saat ini Badan Perancangan Pembangunan Nasional/BAPENAS) untuk melakukan riset dan mendokumentasikan kuliner Indonesia, akhirnya selama tujuh tahun penyusunan terbitlah buku Mustika Rasa yang merupakan dokumentasi dan resep kuliner Indonesia sebanyak 1700 resep.

Gambar II.2 Sampul buku Mustika Rasa. Sumber :  

http://3.bp.blogspot.com/-CCvPUe23m3I/U-M1WNiQbBI/AAAAAAAAGMQ/SOYuBxl_9I8/s1600/61.jpg (1, Juni, 2015).

Lalu buku dokumentasi kuliner Indonesia yang lengkap kembali terbit oleh Suryatini N. Ganie (pendiri majalah Selera) sebagai penyusunnya, dalam bukunya

(16)

Mahakarya Kuliner 5000 Resep Masakan dan Minuman di Indonesia, memuat 5000 resep kuliner Indonesia dengan waktu penyusunan 20 tahun dan terbit pada tahun 2010.

Gambar II.3 Sampul buku Mahakarya Kuliner 5000 Resep Masakan dan Minuman di Indonesia.

Sumber :  http://bukugaul.com/wp-content/uploads/2014/12/g.5000-resep-mahakarya.jpg (1, Juni, 2015).

Setelah buku Mahakarya Kuliner 5000 Resep Masakan dan Minuman di Indonesia, belum ada lagi dokumentasi kuliner Indonesia yang otentik dan lengkap menurut J.J Rizal, (dalam artikel “Permasalahan Kuliner Indonesia, Miskin Dokumentasi dan Budaya” yang ditulis oleh Kharina Triananda, diakses di www.beritasatu.com 1 Juni 2015).

II.2.1 Fungsi Makanan Tradisional

Makanan tradisional tidak hanya berfungsi sebagai pemenuh kebutuh pokok manusia saja, karena terkandung simbol-simbol yang menggambarkan kebudayaan didalamnya dan menjadi salah satu identitas dari suatu wilayah, sebab keberadaannya menjadi bagian penting dari kebudayaan. “Dari sudut pandang antropologi budaya, kegiatan makan merupakan suatu bagian dari tujuh unsur kebudayaan, setiap kebudayaan memiliki kekhasan tersendiri dalam kegiatan makan, mulai dari penyiapan bahan makanan, proses memasak, mengemas, hingga proses memakannya” (Sabana, 2007, h.11).

(17)

II.2.2 Makanan Tradisional Sunda

Tanah Sunda sangat kaya akan alamnya, beraneka jenis tumbuhan tumbuh subur dan juga di tanah Sunda banyak dialiri aliran sungai, itu semua mempengaruhi jenis makanan tradisional Sunda. Masyarakat Sunda sangat menggemari beraneka jenis tumbuhan sebagai makanan pelengkap (rencang sangu) seperti lalap, sangat banyak tumbuhan yang dijadikan lalapan oleh orang sunda, lalapan biasanya disajikan dengan berbagai macam sambel (sambal) seperti sambal terasi, sambal muncang, sambal oncom, sambal goreng, dan lain-lain, lalap juga biasanya dipakai sebagai bahan beberapa makanan seperti lotek, pencong, reuceuh dan lain-lainya. Sama halnya sepeti tumbuhan karena banyaknya aliran sungai di daerah Sunda membuat budidaya ikan berkembang baik, berbagai jenis makanan berbahan utama ikan sangat banyak dengan cara pembuatan yang beragam dari dibakar, digoreng dipepes, dibubuy (dibungkus oleh daun pisan kemudian dimasukan kedalam abu panas) dan lain-lain. (sepeti dikutip Kasmana, 2014, h.6) makanan Sunda umumnya terbuat dari biji-bijian, buah-buahan, umbi-umbian, daun/pucuk tanaman, kulit batang, tepung, tanaman secara keseluruhan, ikan, daging dan telur. Menurut pemaparan di atas jelas menggambarkan kedekatan masyarakat Sunda dengan lingkungan di sekitarnya.

Makanan tradisional Sunda dikategorikan menjadi beberapa jenis kelompok, makanan pokok (nasi/sangu berupa nasi atau beras), lauk-pauk/pelengkap (rencang sangu), pencuci mulut (bibilas), makanan ringan cangkarang bongkang dan jajanan/jajaneun. Seperti yang telah dijelaskan dalam latar belakang masalah, berikut uraiannya :

1. Makanan pokok orang Sunda adalah nasi (sangu) yang berasal dari beras, di Sunda beras ada dua jenis yaitu beras putih dan beras merah (beas bereum). Pada dasarnya makanan pokok orang Sunda adalah pengolahan dari nasi putih, seperti kupat yang disajikan saat Idul Fitri dan Idul Adha, ada juga nasi kuning/sangu koneng (nasi putih yang diberi bumbu kunyit) yang biasanya disajikan saat perayaan dan peringatan hari-hari tertentu, nasi timbel, nasi uduk, nasi liwet, nasi tutug oncom dan lain-lain.

(18)

• Nasi Timbel

Gambar II.4 Nasi Timbel.

Sumber :  

http://2.bp.blogspot.com/-FHF-L3Dg4DU/VCPtRGqC4LI/AAAAAAAABhc/v3EYxerKTIU/s1600/nasi_timbel_kuliner nusantara.jpg (1, Juni, 2015).

Nasi timbel merupakan salah satu makanan pokok orang Sunda, nasi timbel adalah nasi yang dibungkus menggunakan daun pisang dan memakai nasi yang pulen (empuk). Awal mulanya nasi timbel berasal dari para petani yang akan bekerja di sawah atau ladang, para petani biasa membawa bekal untuk makan siang berupa nasi yang dibungkus daun pisang lengkap dengan lauk pauknya, dari situ kemudian dikenal nasi timbel.

2. Lauk pauk/rencang sangu biasanya diolah dari hewan dan tumbuhan, seperti menurut Kasmana (2014). Lauk pauk/rencang sangu orang Sunda meliputi daging dari jenis hewan seperti ikan, ayam, bebek, merpati, domba, sapi, kerbau dan beberapa hewan yang tidak umun dikonsumsi sepeti tutut, kelinci, rusa dan lain-lain. Adapun olahan dari jenis tumbuhan dan sayuran seperti lotek, karedok, reuceuh (salad sayuran yang bisa mentah dan juga matang) dan lalapan (sayuran yang dimakan mentah atau diseupan berserta sambal). Sambal berfungsi sebagai penambah rasa, dan sebagai pelengkap biasanya disajikan bersama kerupuk dan kasreng.

(19)

Kadedemes

Gambar II.5 Kadedemes.

Sumber : https://pbs.twimg.com/media/BFsikzKCYAAiGGy.jpg (1, Mei, 2015).

Kededemes adalah salah satu makanan tradisional Sunda yang masuk dalam katagorian lauk pauk/rencang sangu, dibuat dari kulit singkong yang ditumis dan biasa disajikan bersama nasi putih.

3. Bibilas atau pencuci mulut pada umumnya menyajikan makanan yang mersifat menyegarakan dan diolah dari buah-buahan menjadi rujak diantaranya rujak serut, rujak cuka, rujak hiris, rujak bebek, rujak tujuh bulanan dan lain-lain.

• Rujak Cuka

Gambar II.6 Rujak cuka.

Sumber :   http://golden-flower.co.id/bandung/wp-content/uploads/sites/2/2014/03/rujak-cuka.jpg (1, Juni, 2015).

(20)

Rujak cuka adalah salah satu makanan pencuci mulut/bibilas orang Sunda, rujak cuka memiliki cita rasa yang khas, yaitu pedas, asam, manis. Bahan utama rujak cuka berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran, rujak cuka biasa disajikan saat berbuka puasa dan hari raya Idul Fitri.

4. Cangkarang bongkang adalah makanan penggajal, biasanya dimakan hanya untuk menggajal rasa lapar sebelum waktunya makan, diolah dari bahan yang memilik kandungan karbohidrat. Banyak sekali ragamnya diantaranya putri noong, ulen, bugis, papais, katimus, nagasari, peuyeum, sampeu, peuyeum ketan, ranggesing, lemper, putu, putu mayang, dan lain-lain (Kasmana, 2014, h.8).

Peuyeum Bol

Gambar II.7 Peuyeum bol.

Sumber : http://farm6.staticflickr.com/5529/12760434005_32beac895c_m.jpg (1, Mei, 2015).

Peuyeum bol/bola tape singkong jelas bahan utamanya adalah singkong, peuyeum bol memiliki rasa yang manis di bagian dalam dan biasanya ditaburi gula halus. peuyeum bol termasuk salah satu makanan dalam kategori cangkarang bongkang dan jajaneun.

5. Jajanan (jajaneun) banyak dijumpai di pasar-pasar tradisional dan para pedagang yang berkeliling, fungsi jajanan adalah sebagai peganjal lapar.

(21)

Jajanan tradisional Sunda sangat beragam, diantaranya : gemblong, gehu (toge tahu), misro (amis di jero), comro (oncom di jero), cireng (aci

digoreng), cilok (aci dicolok), seblak, cendol, cingcau, goyobod, candil, bubur lemu, bubur kacang, bubur hanjeli, kolak pisang, kolak ubi, sukro (suuk dijero), borongdong, galendo, gurandil, kiripik sampeu, kiripik cau, kiripik hui, colenak (dicocol enak) dan lain-lainnya.

Gurandil

Gambar II.8 Gurandil.

Sumber : http://sebandung.com/wp-content/uploads/2014/11/Warna-Cantik-Alami-dari-Gurandil.png (1, Mei, 2015).

Gurandil memiliki warna yang menarik sebagai makanan, biasanya gurandil dikemas dengan daun pisang, ukarannya seukuran dadu dengan beraneka ragam warna. Gurandil salah satu makanan dalam kategori jajanan/jajaneun.

II.2.3 Kota Bandung

Kata ‘Bandung’ berasal dari kata ‘bendung’ atau bendungan karena terbendungnya sungai citarum oleh lava gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga. kota Bandung adalah kota terbesar ketiga di Indonesia setalah Jakarta dan Surabaya, kota kembang merupakan sebutan lain dari kota Bandung dan juga dahulu sering disebut Paris van Java. Kota Bandung merupakan ibu kota dari provinsi Jawa Barat dan menjadi salah pusat dari kebudayaan Sunda, seperti yang telah dikutip Imania (2014, h.17)

“Bandung umumnya dipergunakan sebagai ukuran budaya Sunda, karena sebagai tempat yang sering didatangi orang dari berbagai

(22)

pelosok pasundan, baik hanya sekadar berkunjung sesaat, maupun untuk bertempat tinggal mencari mata pencaharian atau karena terdorong oleh kegiatan dinas bekerja. Kedua, karena Bandung itu sendiri secara geografis, relatif berada di tengah-tengah Tatar Sunda yang pola budaya masyarakatnya merupakan resultante dari masyarakat Sunda yang di Timur dan di Barat, di Selatan dan Utara. Jadi Bandung dapat dikatakan barometer kebudayaan Sunda di berbagai madhab, di samping juga sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat.”

Dilihat dari kutipan tersebut bahwa kota Bandung menggambarkan dari keseluruhan daerah di Jawa Barat, kota Bandung menjadi pusat dari banyak hal di Jawa Barat. Ekonimi, kebudayaan Sunda, pemerintahan, pembangunan dan sebagainya.

II.3 Pengetahuan Masyarakat Kota Bandung Tentang Makanan Tradisional Sunda

Jika ada sebuah makanan yang dipaksa untuk matang, berarti sudah ada turut campur kebudayaan di dalamnya. Sama halnya dengan makanan tradisional Sunda, ada turut campur kebudayaan di dalamnya dan ada nilai nilai yang terdapat di dalam makanan tersebut, sedangkan masyarakat kota Bandung kebanyakan hanya mengetahui dari luarnya saja, tidak mengetahui nilai-nilai di dalamnya dan hanya menganggap makanan hanya sekedar pemenuh kebutuhan biologis saja, padahal ada nilai kebudayaan didalamnya.

II.3.1 Analisa Kuesioner Pengetahuan Masyarakat

Kuesioner dimaksud untuk menghimpun data tentang pengetahuan masyarakat kota Bandung terhadap makanan tradisional Sunda, maka dilakukan pembagian kuesioner dengan tujuan seberapa besar pengetahuan masyarakat tentang makanan tradisional Sunda dengan jumlah 20 orang yang berdomisili di kota Bandung, 10 orang pelajar dan 10 orang yang sudah berpenghasilan sendiri dengan pendapatan di atas enam juta perbulan, terdapat 6 pertanyaan yaitu :

(23)

1. Apakah anda mengetahui banyak tentang makanan tradisional Sunda? 7 dari pelajar dan 5 orang yang sudah berpenghasilan menjawab tidak mengetahui banyak, sedangkan 8 responden lain menjawab mengetahui banyak mengenai makanan tradisional Sunda.

2. Menurut anda, apa sulit untuk menemukan makanan tradisional Sunda di kota Bandung?

4 pelajar menjawab sulit dan seluruh sisa responden menjawab mudah menemukan makanan tradisional Sunda di kota Bandung.

3. Apakah anda pernah mendengar istilah cangkarang bongkang dalam makanan tradisional Sunda?

Sebanyak 20 orang atau keseluruhan responden tidak pernah mendengar istilah cangkarang bongkang.

4. Apakah anda mengetahui nilai-nilai yang berada dalam makanan tradisional Sunda, seperti simbol, fungsi serta penyajiannya?

Keseluruhan pelajar tidak mengetahui dan hanya 3 dari orang-orang yang sudah berpenghasilan yang mengetahui nilai-nilai yang berada dalam makanan tradisional Sunda, jadi total 17 responden tidak mengetahuinya. 5. Menurut anda apakah sudah banyak dokumentasi mengenai makanan tradisional Sunda?

6 dari responden menjawab sudah dan sisanya menjawab kurang sebanyak

14 orang.

6. Apakah anda mengetahui asal usul bahan makanan yang digunakan untuk membuat makanan tradisional Sunda (mitos Nyi Pohaci)?

Dari 20 orang yang diminta menjadi responde tidak ada mengetahui mitos Nyi Pohaci ini.

Berdasarkan hasil yang didapat ternyata makanan tradisional Sunda masih mudah ditemukan di kota Bandung, sedang pengetahuan masyarakat mengenai makanan tradisional Sunda hanya sebatas mengetahui saja mereka kurang memahami nilai-nilai berupa simbol, fungsi dan cara penyajiannya yang ada dalam makanan tradisional Sunda, ini dikarenakan kurangnya dokumentasi dan informasi.

(24)

II.4 Target Audience

Yang menjadi target utama dari perancangan ini diataranya : 1. Demografi :

• Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan. • Usia : Di atas umur 15 tahun. • Ekonomi social : Kalangan menengah atas. • Pendidikan : Semua kalangan.

• Pekerjaan : Segala macam pekerjaan.

2. Psikografis

Psikografis diartikan secara umum sebagai segmentasi berdasarkan gaya hidup. Kebanyakan dari mereka adalah segmen masyarakat yang tertarik dengan kebudayaan, bisa orang tua maupun anak muda (pelajar) yang sedang mencari informasi mengenai kebudayaan sebagai pembelajaran.

3. Geografi

Secara geografis target audience dikhususkan pada masyarakat yang berdomisili di wilayah perkotaan, khususnya kota Bandung Jawa Barat. Hal ini dikarenakan Bandung adalah sebagai pusat dari tatar Sunda sekaligus ibu kota dari Jawa Barat dan pusat dari kebudayaan Sunda.

II.5 Kesimpulan

Dari data dikumpulkan ada beberapa media informasi yang mengangkat tema makanan tradisional, tapi sayangnya dari beberapa media yang ditemukan hanya membahas resep dan makanan-makanan yang sedang populer saja, sedangkan pendokumentasian yang jelas mengenai mengenai makanan tradisional Sunda dan artinya masih jarang, seperti menurut J.J Rizal, menyimpulkan bahwa terdapat dua masalah dalam mengembangkan kuliner tradisional, yakni miskinnya dokumentasi dan juga hingga saat ini kuliner masih dianggap sebagai persoalan rasa saja bukan budaya.

(25)
(26)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Strategi adalah suatu proses penentuan rencana yang berfokus pada tujuan jangka panjang, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Media informasi yang membahas mengenai makanan tradisional Sunda masih sangat kurang, ini yang menjadi faktor utama kurangnya pemahaman tentang unsur kebudayaan dalam makanan tradisional Sunda. Sangat menarik bila memahami unsur kebudayaan di balik makanan tradisional Sunda, mengetahui sejarah, fungsi, serta penyajiannya. Untuk mencapai pemahaman tersebut dibutuhkan suatu solusi perancangan yang mengacu pata target audience, pada strategi perancangan terdapat beberapa bagian, antara lain seperti yang akan dijelaskan dibawah ini.

III.1.1 Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi yang ingin disampaikan adalah :

• Memberikan informasi mengenai makanan tradisional Sunda dalam

kategori makanan kudapan.

• Memberikan informasi mengenai bahan, pengolahan, kemassan, fungsi, serta penyajiannya makanan kudapan tradisional Sunda.

• Menginformasikan sejarah kedekatan masyarakat Sunda dengan

alamnnya.

• Menginformasikan arti bentuk, unsure simbolik yang terdapat didalam

makanan kudapan tradisional Sunda menurut kepercayaan masyarakat Sunda.

Jadi tujuan keseluruhannya adalah menginformasikan unsur kebudayaan dari makanan kudapan tradisional Sunda. Sehingga diharapkan target audience mengetahui dan memahami mengenai unsur kebudayaan dibalik makanan kudapan tradisiona Sunda.

(27)

III.1.2 Pendekatan Komunikasi

Dalam penyampaian informasi dibutuhkan suatu komunikasi yang mampu menyapaikan informasi dengan tepat kepada target audience. Penyampaian komunikasi tersebut dapat secara bahasa visual maupun bahasa verbal, yang dapat membuat audience tertarik dan membuka rasa ingin tahu para target audience. Pendekatan komunikasi yang digunakan adalah media buku informasi yang berisikan informasi mengenai makanan kudapan tradisional Sunda, yang dikemas dalam buku informasi bergambar.

1. Pendekatan Komunikasi Visual

Pendekatan visual yang akan dibuat adala dengan menampilkan foto, agar memunculkan karakteristik dari makanan itu sendiri. Serta gambar ilustrasi agar mempermudah pemahaman terhadap audience, dari segi pewarnaan mengambil dari salah satu makanan yang dimunculkan dalam buku dengan layout yang simpel dan menimbulkan kesan eksklusif agar tepat kepada target audience.

2. Pendekatan Komunikasi Verbal

Pendekatan komunikasi verbal yang digunakan dalam buku informasi ini adalah menggunakan bahasa Indonesia dalam keseluruhannya, tetapi tetap memakai bahasa Sunda untuk istilah-istilah makanan.

III.1.3 Materi Pesan

Materi pesan yang disampaikan adalah memberikan informasi mengenai makanan kudapan tradisional Sunda dalam hal bahan, pengolahan, kemasan, fungsi, penyajian, arti bentuk, dan menceritakan tentang Nyi Sari Pohaci karena berhubungan dengan makanan dan kepercayaan orang Sunda, serta menjelaskan kepercayaan orang Sunda mengenai pola tiga, mandala, dan trasenden mandala yang ada hubungan dengan bentuk-bentuk pada makanan kudapan tradisional Sunda.

(28)

III.1.4 Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan dalam media buku informasi adalah gaya bahasa sederhana, yang mudah dipahami, tidak menyulitkan dan membuat bingung pada target audience dalam memahami isi buku.

III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan 1. Target audience :

a. Demografi :

• Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan. • Usia : Di atas umur 15 tahun. • Ekonomi sosial : Kalangan menengah atas. • Pendidikan : Semua kalangan.

• Pekerjaan : Segala macam pekerjaan.

b. Psikografis

Psikografis diartikan secara umum sebagai segmentasi berdasarkan gaya hidup. Kebanyakan dari mereka adalah segmen masyarakat yang tertarik dengan kebudayaan, bisa orang tua maupun anak muda (pelajar) yang sedang mencari informasi mengenai kebudayaan sebagai pembelajaran.

c. Geografi

Secara geografis target audience dikhususkan pada masyarakat yang berdomisili di wilayah perkotaan, khususnya kota Bandung Jawa Barat. Hal ini dikarenakan Bandung adalah sebagai pusat dari tatar Sunda sekaligus ibu kota dari Jawa Barat dan pusat dari kebudayaan Sunda.

d. Target Sekunder

Target sekunder buku informasi makanan kudapan tradisional Sunda adalah kalangan menengah, karena bisa saja kalangan menengah tertarik juga untuk mendapatkan buku ini.

(29)

2. Consumer Insight

Untuk kasus buku informasi tentang makanan kudapan tradisional Sunda, target yang dicari adalah kalangan menengah atas yang berdomisili di kota besar. Berdasarkan hasil yang ditemui di lapangan, masyarakat berpendapat bahwa informasi tentang makanan tradisional Sunda kurang diketahui, walaupun mereka berlatar belakang dan berdomisili di tatar Sunda. Masyarakat banyak beranggapan bahwa makanan sekedar pemenuh kebutuhan biologis saja, sedangkan sebenarnya jika suatu makanan sudah dipaksa untuk matang berarti sudah ada turut campur kebudayaan didalamnya.

3. Consumer Journey

Tabel III.1 Tabel consumer journey.

No Kegiatan Point Of Contact

1. Bangun tidur kemudian sarapan Mug (cangkir), baju

2. Perjalanan tempat kerja/sekolah Tote bag (tas kecil), poster, x-banner, flyer, stiker

3. Tempat kerja/sekolah Mug (cangkir), pembatas buku, buku catatan, buku 4. Istirahat Mug (cangkir), stiker, baju

5. Perjalanan pulang Paper bag (tas belanja), pin, gantungan kunci, e-book

III.1.6 Strategi Kreatif

Strategi yang diterapkan dalam buku makanan kudapan tradisional Sunda adalah penyampaian informasi kebudayaan Sunda tentang makanan melalui foto dan gambar ilustrasi, yang bertujuan agar mudah dimengerti dan dipahami target audience. Dalam buku terdapat foto yang menggambarkan karakteristik dari makanan dan penambahan gambar ilustrasi penyajian agar lebih mudah dipahami, dengan menampilkan karakter orang Sunda. Dengan format buku berukuran sedang 20,5 x21,5 menggunakan hardcover, akan mudah dibawa, tidak

(30)

memakanan banyak tempat, dan lebih terlihat eksklusif. Berikut dibawah ini proses perancangan buku informasi mengenai makanan kudapan tradisional Sunda.

1. Copywriting

Headline : Cangkarang bongkang. Subheadline : Kudapan tradisional Sunda.

2. Storyline

Gambar III.1 Gambar storyline. Sumber : Dokumen pribadi.

3. Storyboard

Gambar III.2 Gambar storyboard. Sumber : Dokumen pribadi.

(31)

4. Visualisasi

Gambar III.3 Visualisasi 1. Sumber : Dokumen pribadi.

Gambar III.4 Visualisasi 2. Sumber : Dokumen pribadi.

Gambar III.5 Visualisasi 3. Sumber : Dokumen pribadi.

(32)

Gambar III.6 Visualisasi dari storyboard. Sumber : Dokumen pribadi.

III.1.7 Strategi Media

Berdasarkan pada permasalahan yang dihadapi, maka dalam pemilihan suatu media diharapkan menjadi solusi dan menjawab permasalahan. Media yang digunakan terbagi dua jenis yaitu :

(33)

1. Media Utama

Media yang akan digunakan adalah buku informasi, berupa buku pengetahuan yang didalamnya berisi foto, gambar ilustrasi, dengan teks dan dikemas dengan baik, agar menarik minat audience.

2. Media Pendukung a. Tahap Informasi • E-Book

E-book adalah singkatan dari electronic book atau buku elektronik. E-book tidak lain adalah sebuah bentuk buku digital. Isi dari e-book sama dengan isi buku secara keseluruhan.

Flyer

Media yang bisa memberikan detai informasi dan bersifat personal, terlebih lagi flyer bersifat luas dalam penyebarannya. Flyer berisikan undangan atau ajakan untuk mendatangi peluncuran buku, dicetak ukuran A5 (14,8 x 21 cm).

• Poster

Poster adalah gambar pada selembar kertas berukuran besar yang ditempel di dinding atau media lain sejenisnya. Poster merupakan alat untuk mengiklankan sesuatu, sebagai alat propaganda atau maksud-maksud lain untuk menyampaikan berbagai pesan. poster berisikan undangan atau ajakan untuk mendatangi peluncuran buku, dengan ukuran A3 (29,7 x 42 cm).

X-Banner

Dipasang pada lokasi letak buku-buku sebagai media utama yang sedang dipajang, agar pembeli mudah melihat dari kejauhan, dicetak dengan ukuran 60 x 160 cm.

(34)

b. Tahap Pengingat

Media pendukung tahap pengingat adalah media yang dekat dengan target audience dalam kesehariannya.

Paper Bag (Tas Kertas)

Paper bag adalah tas kertas yang biasa diberikan untuk membungkus suatu produk belanjaan. Diberikan dipembelanjaan awal karena membutuhkan tas belanjaan yang cukup besar.

Tote Bag (Tas Kecil)

Tote bag adalah sejenis paper bag, tetapi lebih fungsional, kegunaan tote bag di sini adalah untuk membawa buku kemana-mana.

• Gantungan Kunci

Gantungan kunci sebagai pengingat yang mudah dibawa kemana-mana. Diberikan sebagai bonus dari pembelian, yang hanya diberikan pada pembelian dua minggu awal dari buku diterbitkan.

Mug (Cangkir)

Fungsi mug sebagai alat untuk minum, digunakan disela-sela aktifitas sehari-hari. Mug sebagai bonus dari pembelian, yang hanya diberikan pada

pembelian dua minggu awal dari buku diterbitkan.

• Bookmark (Pembatas Buku)

Sebagai seseorang yang sering membaca buku sangatlah berguna, yang selalu menjadi pengingat ketika hendak berhenti membaca. Pembaca didapat satu paket dengan media utama.

• Stiker

Stiker adalah salah satu media pengingat yang sangat berguna karena bisa diaplikasikan dimana saja.

(35)

• Pin

Serupa dengan stiker, pin salah satu media pengingat yang sangat berguna karena bisa diaplikasikan dimana saja.

• Buku Catatan

Buku catatan, bagus sebagai media pengingat karena fungsional, sering dibawa kemana-mana. Sebagai bonus dari pembelian, yang hanya diberikan pada pembelian dua minggu awal dari buku diterbitkan.

• Baju

Baju sebagai bonus dari pembelian, yang hanya diberikan pada pembelian dua minggu awal dari buku diterbitkan.

III.1.8 Strategi Distribusi

Strategi distribusi adalah bagaimanan suatu barang atau jasa dapat menjangkau sasarannya. Pendistribusian awal akan dilakukan ketika peluncuran buku yang akan menghadirkan salah satu tokoh dan memberikan bonus dan diskon pada pembelian dua minggu setelah terbit, agar bisa lebih banyak mengundang audience. Kemudian pendistribusian berikutnya melalui tokok-toko buku, hal ini bertujuan agar para masyarakat dimanapun dapat dengan mudah mendapatkan buku ini.

Tabel III.2 Tabel distribusi.

No Media Distribusi

1. Buku Pendistribusian awal ketika peluncuran lalu setelah itu didistribusikan di toko-toko buku

2. X-banner Pemasangan x-banner akan dipasang saat peluncuran buku dan di toko-toko buku

3. Poster Akan dipasang di jalan-jalan, toko buku, papan informasi dan lain-lain

4. Flyer Akan disebarkan di toko buku, jalanan, universitas, perkantoran dan lain-lain

5. E-book Dikemas dalam bentuk cd dan disatukan dengan buku

(36)

6. Paper bag Sebagai tas belanja ketika pembelian dua minggu awal dari buku diterbitkan

7. Tote bag Sebagai bonus berupa tas kecil untuk membawa buku

8. Gantungan kunci Sebagai bonus dari pembelian, yang hanya diberikan pada pembelian dua minggu awal dari buku diterbitkan

9. Mug Sebagai bonus dari pembelian, yang hanya diberikan pada pembelian dua minggu awal dari buku diterbitkan

10. Pembatas buku Diberikan sebagai bonus ketika pembelian buku, diselipkan didalm buku

11. Stiker Diberikan sebagai bonus ketika pembelian buku 12. Pin Diberikan sebagai bonus ketika pembelian buku

13. Baju Sebagai bonus dari pembelian, yang hanya diberikan pada pembelian dua minggu awal dari buku diterbitkan

14. Buku catatan Sebagai bonus dari pembelian, yang hanya diberikan pada pembelian dua minggu awal dari buku diterbitkan

Tabel III.3 Tabel jadwal distribusi media.

(37)

III.2 Konsep Visual

Visualisasi yang akan ditampilkan yaitu foto dan gambar ilustrasi, foto berupa karakteristik makanan dan bahan-bahan yang digunakan, lalu untuk ilustrasi gambar berupa fungsi dan penyajian makanan, dengan gambar tangan dengan pensil dan proses pewarnaan mengunakan cat air dengan karakter gambar masyarakat Sunda. Media informasi disajikan dalam bentuk buku, dengan tampilan teks, foto dan gambar ilustrasi agar lebih menarik dan tidak membosankan.

III.2.1 Format Desain

Gambar III.7 Sketsa format desain. Sumber : Dokumen pribadi.

Awal konsep buku square berukuran 20 x 20 cm tetapi setelah melakukan produksi dengan hardcover ukuran buku berubah menjadi 20,5 x 21,5 cm. Dibuat square dengan ukuran yang pas untuk dibawa-bawa, membuat lebih fleksibel dan menambah kesan eksklusif dan isinya masih bisa terlihat dengan detail.

(38)

III.2.2 Tata Letak (Layout)

Layout dibuat memadukan semua unsur grafis, ada 5 prinsip dasar utama desain yaitu proposi, keseimbangan, kontras, irama, dan kesatuan. Dari 5 prinsip itulah yang akan menjadi pertimbangan dalam pembuatan buku makanan kudapan tradisional Sunda. Penempatan desain cover di tengah dengan logo berupa foto dan ditambah judul dan subjudul, Isi buku kebanyakan menggunakan font tidak terlalu besar, menambah kesan eksklusif, banyak memberikan gambar dan ruang kosong agar audience bisa lebih fokus pada isi buku. Untuk penempatan nomer halaman diberikan di ujung luar dari buku, lalu headline disimpan bagian atas dari body text jika ada subheadline disimpan ditengah tengah antara headline dan body text, kemudian memberikan elemen pembantu pada ujung kanan halaman, agar memudahkan para pembaca.

Gambar III.8 Gambar tata letak isi buku. Sumber : Dokumen pribadi.

III.2.3 Tipografi

Fong yang digunakan pada buku makanan kudapan tradisional Sunda adalanh font dari keluarga futura antara lain jenis-jeni font futura yang dipakai “Futura Book” digunakan untuk body text dan subheadline serta keterangan gambar, “Futura2-Normal” untuk headline dan subjudul, dan font “Futura “Futura2-Normal” untuk elemen pendukung dan nomer halaman. Digunakan juga font buatan sendiri untuk mengisi awal bab dalam buku, termasuk digunakan untuk cover.

(39)

Gambar III.9 Font cover dan pembuka bab. Sumber : Pribadi.

Gambar III.10 Font isi buku, subheadline, dan keterangan gambar. Sumber : Dokumen pribadi.

Gambar III.11 Font Headline dan subjudul. Sumber : Dokumen pribadi.

Gambar III.12 Font elemen pendukung dan nomer halaman. Sumber : Dokumen pribadi.

(40)

III.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi yang digunakan dalam perancangan buku ini adalah teknik fotografi dan juga gambar tangan menggunakan pensil dengan proses pewarnaan menggunakan cat air. Teknik fotografi dipilih untuk menyampaikan karakteristik dari objek, dibuku ini tekni fotografi digunakan untuk isi buku berupa foto makanan, bahan-bahannya, dan cover, foto sebagai logo yang memakai konsep kepercayaan orang Sunda. Sedangkang untuk gambar ilustrasi dipakai hanya dalam isi buku yang menjelaskan fungsi dan penyajian makanan dengan karakter masyarakat Sunda, agar memudahkan pembaca memahami isi buku.

Gambar III.13 Logo berupa foto. Sumber : Dokumen pribadi.

Gambar III.14 Foto makanan (nagasari). Sumber : Dokumen pribadi.

Gambar III.15 Foto bahan makanan (nanas). Sumber : Dokumen pribadi.

(41)

Gambar III.16 Gambar ilustrasi seseorang yang sedang memakan nagasari. Sumber : Dokumen pribadi.

III.2.5 Warna

Warna adalah suatu hal yang sederhana, yang hanya mendapatkan respon akibat tangkapan mata, sehingga terkadang sebagian pihak tidak mempedulikannya, namun banyak orang juga yang mempedulikannya, untuk menabah kesan menarik, seirama dan memperkuat kesan yang ditimbulkan. Maka warna-warna yang dipakai dalam buku ini antara lain :

Gambar III.17 Skema Warna. Sumber : Dokumen pribadi.

Penggunaan warna krem diambil dari kemasan pangan wajit ketan, skema warna kream diambil beberapa warna agar telihat selaras, tidak memakai warna tambahan lain selain hitam sebagai text dan elemen pendukung, penambahan warna hitam juga untuk menambah kesan eksklusif.

(42)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA

IV.1 Media Utama

Proses perancangan media utama ini adalah sebuah buku yang menjelasakan tentang makanan kudapan tradisional Sunda. Tahap awal mengumpulkan isi dari buku dengan memvisualisasikan hasil dari sketsa. Pertama pengambilan foto, menggunakan kamera Canon EOS 1000D, lalu masuk proses editing menggunakan software Adobe Photoshop CS3.

Gambar IV.1 Hasil foto dengan kamera Canon EOS 1000D. Sumber : Dokumen pribadi. 

Gambar IV.2 Hasil editing foto menggunakan software Adobe Photoshop CS3. Sumber : Dokumen pribadi.

 

Kedua adalah proses penggambara ilustrasi secara manual dengan pewarnaan menggunakan cat air, kemudian discan dan masuk proses editing menggunakan software Adobe Photoshop CS3.

(43)

Gambar IV.3 Hasil scan gambar. Sumber : Dokumen pribadi. 

Gambar IV.4 Hasil editing menggunakan software Adobe Photoshop CS3. Sumber : Dokumen pribadi. 

Setelah semua elemen pendukung terkumpul, tahap selanjutnya masuk pada proses layouting dengan menggunakan software Adobe Illustrator CS3.

Gambar IV.5 Proses layouting isi menggunakan software Adobe Illustrator CS3. Sumber : Dokumen pribadi.

(44)

 

Gambar IV.6 Proses layouting cover menggunakan software Adobe Illustrator CS3. Sumber : Dokumen pribadi.

Kemuadian setelah tercapai apa yang sudah dirancang diawal perancangan, masuk pada tahap produksi, menggunakan kertas Art Paper 210 gr dengan hardcover dan untuk cover diberi laminasi doff, agar buku lebih kuat dan tahan lama, dengan ukuran akhir 20,5 x 21,5 cm teknis cetak menggunakan cetak offset.

Gambar IV.7 Hasil akhir buku. Sumber : Dokumen pribadi.

IV.2 Media Pendukung

Media pendukung diperlukan sebagai pelengkap dan membantu dalam penyampaian informasi maupun promosi media utama, yaitu buku “Cangkarang Bongkang”.

(45)

IV.2.1 X-Banner

X-Banner berfungsi sebagai penanda keberadan buku sebagai media utama dalam suatu lokasi dan memberikan sedikit informasi mengenai isi buku, dengan adanya x-banner akan memudahkan konsumen mencari buku ini dan juga menampilkan potongan harga untuk menarik minat membeli.

Gambar IV.8 X-banner. Sumber : Dokumen pribadi.

• Ukuran : 60 x 160 cm.

• Material : Flexi Korea.

• Teknis Produksi : Digital printing.

IV.2.2 Poster

Dalam poster berisikan informasi ajakan untuk mendatangi peluncuran dari buku sebagai media utama.

Gambar IV.9 Poster. Sumber : Dokumen pribadi.

(46)

• Ukuran : A3 (29,7 x 42 cm). • Material : Art Paper 210 gr. • Teknis Produksi : Cetak offset.

IV.2.3 Flyer

Didalam flyer berisikan informasi yang sama dengan poster.

Gambar IV.10 Flyer. Sumber : Dokumen pribadi.

• Ukuran : A5 (14,8 x 21 cm).

• Material : Art Paper 210 gr. • Teknis Produksi : Cetak offset.

IV.2.4 E-Book

E-book adalah singkatan dari electronic book atau buku elektronik. E-book tidak lain adalah sebuah bentuk buku digital. Isi dari e-book sama dengan isi buku secara keseluruhan, e-book dikemas dalam cd.

Gambar IV.11 E-book. Sumber : Dokumen pribadi.

(47)

• Material : CD.

• Ukuran CD : Diameter 12 cm.

• Teknis Produksi CD : Burning.

• Bentuk File : PDF

• Material Cover : Art Paper 260 gr. • Teknis Produksi Cover : Cetak offset.

IV.2.5 Paper Bag (Tas Kertas)

Paper bag adalah tas kertas yang biasa diberikan untuk membungkus suatu produk. Diberikan di pembelanjaan awal karena membutuhkan tas belanjaan yang cukup besar.

Gambar IV.12 Paper bag. Sumber : Dokumen pribadi.

• Material : Kraft Paper.

• Ukuran : 30 x 35 cm.

• Teknis Produksi : Sablon.

(48)

IV.2.6 Tote Bag

Tote bag adalah sejenis paper bag, tetapi lebih fungsional, kegunaan tote bag disini adalah untuk membawa buku kemana-mana.

Gambar IV.13 Tote bag. Sumber : Dokumen pribadi.

• Material : Kanvas.

• Ukuran : 27 x 29,5 cm. • Teknis Produksi : Sablon.

IV.2.7 Gantungan Kunci

Gantungan kunci sebagai pengingat yang mudah dibawa kemana-mana. Diberikan sebagai bonus dari pembelian, yang hanya diberikan pada pembelian dua minggu awal dari buku diterbitkan.

Gambar IV.14 Gantungan kunci. Sumber : Dokumen pribadi.

• Material : Leather.

• Ukuran : 14,5 x 2 cm.

• Teknis Produksi : Grafir.

(49)

IV.2.8 Mug (Cangkir)

Fungsi mug sebagai alat untuk minum, digunakan disela-sela aktifitas sehari-hari. Mug sebagai bonus dari pembelian, yang hanya diberikan pada pembelian dua minggu awal dari buku diterbitkan.

Gambar IV.15 Mug (cangkir). Sumber : Dokumen pribadi.

• Material : Keramik.

• Ukuran : Tinggi 10 cm, Diameter Lingkaran 8 cm. • Teknis Produksi : Digital printing.

IV.2.9 Bookmark (Pembatas Buku)

Sebagai seseorang yang sering membaca buku sangatlah berguna, yang selalu menjadi pengingat ketika hendak berhenti membaca. Pembaca didapat satu paket dengan media utama.

Gambar IV.16 Bookmark (pembatas buku). Sumber : Dokumen pribadi.

• Material : Art Paper 260 gr.

• Ukuran : 4 x 14 cm.

• Teknis Produksi : Cetak offset.

(50)

IV.2.10 Stiker

Stiker adalah salah satu media pengingat yang sangat berguna karena bisa diaplikasikan dimana saja.

Gambar IV.17 Stiker. Sumber : Dokumen pribadi.

• Material : Stiker Cromo.

• Ukuran 1 : 13 x 5 cm.

• Ukuran 2 : Diameter 5 cm.

• Teknis Produksi : Cetak Separasi.

IV.2.11 Pin

Serupa dengan stiker, pin salah satu media pengingat yang sangat berguna karena bisa diaplikasikan dimana saja.

Gambar IV.18 Pin. Sumber : Dokumen pribadi.

• Material : Plastik.

• Ukuran : Diameter 5,5 cm. • Teknis Produksi : Digital Printing.

(51)

IV.2.12 Buku Catatan

Buku catatan, bagus sebagai media pengingat karena fungsional, sering dibawa kemana-mana. Sebagai bonus dari pembelian, yang hanya diberikan pada pembelian dua minggu awal dari buku diterbitkan.

Gambar IV.19 Buku catatan. Sumber : Dokumen pribadi.

• Material : Cover Art Paper 260 gr.

• Ukuran : A5 (14,8 x 21 cm).

• Teknis Produksi : Cetak Separasi.

IV.2.13 Baju

Baju sebagai bonus dari pembelian, yang hanya diberikan pada pembelian dua minggu awal dari buku diterbitkan.

Gambar IV.20 Baju. Sumber : Dokumen pribadi.

• Material : Katun.

• Ukuran : All Size.

• Teknis Produksi : Sablon.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Anderson, R. H 1976. Selecting And Developing Media For Instruction: American society for training and development. Madison, WI, New York: Van Nostrand Reinhold.

Danandjaja, J. 2007. Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: PT Temprint.

Ekadjati, E. S. Dkk. 2001. Kemasan Tradisional Makanan Sunda: Ungkapan simbolik & estetika seni rupa tradisional sunda. Bandung: ITB.

Herayati, Y., Masnia, N., Haryanti., T. 1986. Makanan: Wujud variasi dan fungsi serta cara penyajian pada orang sunda daerah jawa barat. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan: Bandung.

Imania, K. L., Sihombing. R. M., Mutiaz. I. R. 2014. Pemanfaatan Produk Buday Modern Dalam Bentuk Game Untuk Mobile Sebagai Media Pelestarian Budaya Tradisional: Dengan studi kasus kue tradisional jawa barat. ITB: Bandung.

Jogiyanto, HM. 2005. Analisi dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan terstruktur teori dan praktek aplikasi bisnis. Yogyakarta: Andi.

Kasmana, K., & Maulina, R. 2014. Aplikasi Konsep Kemasan Makanan Tradisional Sunda Pada Kemasan Oleh-Ole Bandung. UNIKOM: Bandung.

Sabana, S. 2007. Nilai Estetis Pada Kemasan Makanan Tradisional Yogyakarta. ITB: Bandung.

Sumarjo J. 2011. Sunda: Pola rasionalitas budaya. Bandung: Kelir Wibowo, I. 2007. Anatomi Buku. Bandung: Kolbu.

(53)

47  

Internet

Triananda, K. 2015. Permasalahan Kuliner Indonesia, Miskin Dokumentasi Dan Budaya. Tersedia di: http://www.beritasatu.com/kuliner/254702-permasalahan-kuliner-indonesia-miskin-dokumentasi-dan-budaya.html [1 Juni 2015].

(54)
(55)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ihsan Fadhila Abdul Wahab Tempat Tangga Lahir : Bandung, 18 Oktober 1990 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : - SD Negeri Babakan Surabaya 4, Bandung - SMP Al Ghifari, Bandung

- SMA Kartika Siliwangi 1, Bandung

Alamat : Jl Kamus V No 55 RT009/RW08, Kiaracondong Email : Blackbear.access@gmail.com

No. Telepon : 085720288656

Gambar

Gambar III.1 Gambar  storyline.
Gambar III.4 Visualisasi 2. Sumber : Dokumen pribadi.
Gambar III.6 Visualisasi dari storyboard. Sumber : Dokumen pribadi.
Tabel III.2 Tabel distribusi.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Yogyakarta.Dalam penelitian penulis menggunakan metode action research karena sesuai dengan kondisi organisasi dan cepat dalam mencapai tujuan, dengan memasukkan

PAURMIN BAGSUMDA POLRES MATARAM.. S1 SEBA PK DAS BA LANTAS LAT PP

Penyelenggaraan Diklat Teknis Rekayasa Lalu Lintas adalah Badan DIKI-AT Provinsi Jawa Tengah4. Waktu dan Tempat

Catatan : Agar membawa dokumen penawaran asli sesuai yang di-upload lewat aplikasi SPSE.. Demikian undangan dari kami dan atas perhatiannya disampaikan

Frekuensi penggunaan koleksi literatur anak yang paling banyak dipinjam adalah nomor kelas 800, berdasarkan tahun peminjaman, koleksi yang paling banyak digunakan yaitu pada

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PERDAGANGAN ORANG PADA WANITA DIBAWAH UMUR DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN HAM.. (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan

Berangkat dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ³Kepastian Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Delik Biasa Yang

Setelah pelaksanaan dan observasi tindakan, tahap selanjutnya adalah melakukan refleksi, berikut adalah beberapa hasil refleksi yang dilakukan bersama observer: (1)