• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja Pengaruhnya Terhadap Komitmen Karyawan Pada PT. Edward Forrer Bandung - Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja Pengaruhnya Terhadap Komitmen Karyawan Pada PT. Edward Forrer Bandung - Jawa Barat"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

Organizational Climate and Job Satisfaction Influence on Employee Commitment at PT. Edward Forrer Bandung – West Java

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia

Oleh :

PRYAN RAMADHAN 21210033

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

ix

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

MOTTO ... iii

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 9

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 9

1.2.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Praktis ... 10

1.4.2 Kegunaan Akademis ... 11

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 11

1.5.1 Lokasi Penelitian ... 11

1.5.2 Waktu Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 13

(3)

x

2.1.1.3 Dimensi Iklim Organisasi ... 16

2.1.2 Kepuasan Kerja... 20

2.1.2.1 Pengertian Kepuasan Kerja ... 20

2.1.2.2 Faktor-Faktor Kepuasan Kerja ... 22

2.1.2.3 Dampak Ketidakpuasan Kerja ... 24

2.1.3 Komitmen Karyawan ... 25

2.1.3.1 Pengertian Komitmen Karyawan ... 25

2.1.3.2 Dimensi Komitmen Karyawan ... 27

2.1.3.3 Jenis Komitmen Karyawan ... 30

2.1.4 Penelitian Terdahulu ... 31

2.2 Kerangka Pemikiran ... 41

2.2.1 Keterkaitan Antar Variabel Penelitian ... 42

2.2.1.1 Hubungan Iklim Organisasi dan Komitmen Karyawan 42 2.2.1.2 Hubungan Kepuasan Kerja dan Komitmen Karyawan . 43 2.2.1.3 Hubungan Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja ... 43

2.2.1.4 Hubungan Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Karyawan ... 43

2.3 Hipotesis ... 45

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 46

3.1 Objek Penelitian ... 46

3.2 Metode Penelitian ... 46

3.2.1 Desain Penelitian ... 47

3.2.2 Operasonalisasi Variabel Penelitian ... 49

3.2.3 Sumber dan Metode Pengumpulan Data ... 54

3.2.3.1 Sumber Data ... 54

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 54

(4)

xi

3.2.5 Rancangan analisis dan pengujian hipotesis ... 66

3.2.5.1 Rancangan analisis ... 66

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 77

4.1 Gambaran Umum Organisasi ... 77

4.1.1 Sejarah Organisasi ... 77

4.1.2 Visi dan Misi Organisasi ... 79

4.1.3 Struktur Organisasi ... 79

4.2 Karakteristik Responden ... 81

4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 81

4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 81

4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 82

4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 83

4.3 Analisis Deskriptif ... 83

4.3.1 Analisis Deskriptif Iklim Organisasi ... 84

4.3.2 Analisis Deskriptif Kepuasan Kerja ... 93

4.3.3 Analisis Deskriptif Komitmen Karyawan ... 101

4.4 Analisis Verifikatif ... 107

4.4.1 Analisis Korelasi ... 107

4.4.2 Pengujian Hipotesis ... 109

4.4.2.1 Pengujian Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan kerja ... 109

4.4.2.2 Pengujian Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Karyawan ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 124

5.1 Kesimpulan... 124

5.2 Saran ... 125

(5)

Aktami, Bayu. 2008. Kontribusi Kepuasan Kerja Dan Iklim Organisasi Terhadap

Komitmen Karyawan. Tesis Universitas Gunadarma, Jakarta.

Armstrong, Michael. (2000). ,The art of HkD. Vol 2, Crest Publishing House:

New Delhi

Chaula Chusnia Septantinova dan Bambang Suratman, 2013. Pengaruh Kepuasan

Kerja Dan Perilaku Kepemimpinan Terhadap Komitmen Karyawan. Jurnal

Ilmu Manajemen Volume 1 Nomor 4.

Dita Rizki Widianita, dan Umi Anugerah Izzati. 2013. Hubungan Antara Iklim

Organisasi Dan Komunikasi Organisasi Dengan Komitmen Organisasi

Pada Karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Unit Wholesale

Service Witel Jawa Timur Suramadu. Character Volume 02 Nomor 02

Tahun 2013

Gatot Wijayanto.2011. Komitmen Pegawai dan Budaya Organisasi pada Kinerja

Pegawai. Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 11, Nomor 2, Juli

2011: 193 -204

Gilbert A. Churchill, Jr., Neil M. Ford, And Orville C. Walker, Jr. Organizational

Climate and Job Satisfaction in the Salesforce. Journal of Marketing

Research, Vol. 13, No. 4 (Nov., 1976), pp. 323-332

Jyoti , Jeevan. 2013. Impact of Organizational Climate on Job Satisfaction, Job

Commitment and Intention to Leave: An Empirical Model. Journal of

(6)

School of Business Administration

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia

(Edisi Satu). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moh. Irsan Frimansah dan Raeny Dwi Santy. Pengaruh Iklim Organisasi Dan

Karakteristik Pekerjaan Terha-Dap Kepuasan Kerja Pegawai Di

Lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sukabumi. Majalah Ilmiah

UNIKOM Vol.6, No. 2

Moh. Nazir. 2013. Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia

Rahimić, Zijada. 2013. Influence of Organizational Climate on Job Satisfaction in

Bosnia and Herzegovina Companies. International Business Research;

Vol. 6, No. 3; 2013 ISSN 1913-9004 E-ISSN 1913-9012

Siska Kristin Sugianto, Armanu Thoyib, Noermijati. 2012. Pengaruh

Person-Organization Fit (P-O Fit), Motivasi Kerja, dan Kepuasan Kerja terhadap

Komitmen Pegawai (Pada Pegawai UB Hotel, Malang). JURNAL

APLIKASI MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 2 | JUNI 2012

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Temaluru, J. 2001. Hubungan antara Komitmen Karyawan dan Faktor-faktor

Demografis dengan Kepuasan Kerja Karyawan, Pengembangan Kualitas

(7)

Wirawan. (2007). Budaya dan lklim Organisasi, Teori Aplikasi dan penelitian.

(8)

vi

Assalamualaikum wr. wb

Puji syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT, penulis ucapkan atas

rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan skripsi dengan judul : “IKLIM ORGANISASI DAN KEPUASAN

KERJA PENGARUHNYA TERHADAP KOMITMEN KARYAWAN PADA PT. EDWARD FORRER BANDUNG - JAWA BARAT”. Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang S1 pada

Program Studi Manajemen Universitas Komputer Indonesia ( UNIKOM ).

Penulis menyadari keterbatasan, kemampuan, dan pengetahuan yang dimiliki

dalam menyusun skripsi ini, dan banyak kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu,

segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan sepenuh hati.

Semoga skripsi ini akan bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak

umumnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak masukan dan dukungan dari berbagai

pihak terutama pembimbing yaitu, Lita Wulantika, SE., M.Si selaku dosen

pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, dan tak lupa penulis mengucapkan terima

kasih atas bimbingan serta nasihat yang diberikan selama proses bimbingan hingga

selesainya penyusunan skripsi ini.

Selain itu dengan penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan

(9)

vii

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si. selaku wakil rektor bidang

akademis dan selaku dosen wali penulis.

3. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia.

4. Dr. Raeny Dwisanty, SE., M.Si. selaku Ketua Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

5. Lita Wulantika, SE., M.Si, selaku dosen pembimbing Program Studi Manajemen

Universitas Komputer Indonesia.

6. Isniar Budiarti, SE., M.Si. dan Rizki Zulfikar, SE., M.Si. Selaku dosen penguji 1

dan penguji 2 Program Studi Manajemen Universitas Komputer Indonesia.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Komputer Indonesia, baik dosen tetap maupun dosen luar biasa yang telah

memberikan ilmu dan perhatiannya kepada penulis.

8. Sekretariat Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi yang banyak

membantu dalam urusan akademik.

9. Maria Magdalena Sihombing selaku Pembimbing/karyawan perusahaan yang

telah membantu penulis memberi data dalam penyusunan skripsi ini.

10. Kedua orang tua, yang telah memberikan kasih sayangnya dengan tulus dari

(10)

viii

11. Teman-teman MN-1 angkatan 2010 Program Studi Manajemen.

12. Sahabat sekaligus keluarga penulis di UKM mandiri yang telah mendukung.

Fanzi, Deden, Omen, Odong, Putau, Kumis, Eko, Keos, Herdi, Dayat, Vava,

Aeng, Tesar, Fatur, Pian, Dani, Reza, Cihaur Crew, Leutik Coffe Bar, Soedirman

Group, dan Gapitoz Bandidoz yang telah membantu penulis dalam segala hal.

13. Radiohead, Mew, The Agonist, Pink Floyd, Jimi Hendrix, The Beatles, Bob

Marley, Foo Fighters, Paramore, Arctic Monkey, The Temper Trap, Metallica,

Led Zeppelin, The Doors, Dream Theater, Aerosmith, Paul Gilbert, Eric Clapton,

BB King, SRV, GBS, Naif, MCR, Muse, musisi yang tidak dapat disebutkan

satu persatu atas karya-karya mereka yang selalu setia menemani penulis, dan

seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengharapkan penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak dan semoga ALLAH SWT membalas semua pihak yang telah

berjasa kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan dengan pahala yang

berlipat ganda.Jazakumullohu Khoirul Katsiro. Amin

Bandung, Juli 2014 Penulis,

(11)

13

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Iklim Organisasi

2.1.1.1 Pengertian Iklim Organisasi

Menurut Wirawan (2007) iklim organisasi adalah persepsi anggota organisasi

(secara individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap berhubungan dengan

organisasi (misalnya pemasok, konsumen, konsultan, dan kontraktor) mengenai apa

yang ada atau yang terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang

mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi.

Litwin dan R. A Stringer; 1968 (dalam Wirawan, 2007) mendefinisikan iklim

organisasi sebagai "a concept describbing the subjective nature or quality of the

organizational environment. Its prpoerties canbe perceived or experienced by

members of the organization and reported by them in an appropriate questionnaire".

Menurut kedua tokoh tersebut, iklim organisasi merupakan suatu konsep yang

melukiskan sifat subjektif atau kualitas lingkungan organisasi. Unsur-unsurnya dapat

dipersepsikan dan dialami oleh anggota organisasi dan dilaporkan melalui kuesioner

yang tepat.

Payne dan Pugh dalam Muhammad (2005: 82-83) mendefinisikan iklim

organisasi sebagai suatu konsep yang merefleksikan

(12)

2. norma,

3. sikap,

4. tingkah laku, dan

5. perasan anggota terhadap suatu sistem sosial.

Amundson (dalam Martini & Rostiana, 2003) bahwa iklim organisasi

mencerminkan kondisi internal suatu organisasi karena iklim hanya dapat dirasakan

oleh anggota organisasi tersebut, dan iklim dapat menjadi sarana untuk mencari

penyebab perilaku negatif yang muncul pada karyawan.

Berdasarkan definisi-definisi tentang iklim organisasi yang telah dipaparkan

oleh para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi adalah kondisi

internal dari sebuah perusahaan yang dimana hanya dapat dirasakan oleh seluruh

anggota organisasi dan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku anggota organisasi

dan juga perusahaan secara keseluruhan.

2.1.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Iklim Organisasi

Iklim organisasi secara objektif eksis, terjadi di setiap organisasi, dan

mempengaruhi perilaku anggota organisasi, tetapi hanya dapat di ukur secara tidak

langsung melalui persepsi anggota organisasi. Dimensi iklim organisasi adalah unsur,

fal;tor, sifat atau karakteristik variabel iklim organisasi. Studi yang dilakukan oleh

para pakar iklim organisasi menunjukkan paling tidak 460 jenis lingkungan kerja

dengan iklim organisasinya sendiri-sendiri (Rob Altman dalam Wirawan, 2007).

1. Keadaan lingkungan fisik. Lingkungan fisik adalah lingkungan yang

(13)

mengenai tempat kerjanya menciptakan persepsi karyawan mengenai iklim

organisasi.

2. Keadaan lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah interaksi antara anggota

organisasi. Hubungan tersebut dapat bersifat hubungan formal, informasi

kekeluargaan, atau profe sional.

3. Pelaksanaan sistem manajemen. Sistem manajemen adalah pola proses

pelaksanaan manajemen organisasi. Indikator faktor manajemen yang

mempengaruhi iklim organisasi jumlahnya sangat banyak, misalnya

karakteristik organisasi (lembaga pendidikan, rumah sakit, militer, dan

sebagainya) yang berbeda menimbulkan iklim organisasi yang berbeda.

4. Produk. Produk adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi.

Produk suatu organisasi sanagt menenhrkan iklim organisasi. misalnya, iklim

organisasi dinas kebersihan yang produknya berupa layanan pemebrsihan

sampah, berbeda dengan iklim organisasi perusahaan perbankan yang

produknya adalah layanan keuangan.

5. Konsumen yang dilayani. Konsumen yang dilayani dan untuk siapa produk

ditujukan, mempengaruhi iklim organisasi. Misalnya, iklim organisasi klinik

bagian anak-anak di suatu rumah sakit berbeda dengan klinik bagran rematiik

yang umwnnya melayani orang dewasa di rumatr sakit yang sama.

6. Kondisi fisik dan kejiwaan anggota organisasi. persepsi mengenai kondisi

fisik dan kejiwaan anggota organisasi sangat mempengaruhi iklim organisasi.

(14)

ketangkasan. Kondisi fisik sangat mempengaruhi iklim organisasi lembaga

militer dan kepolisian. Kondisi kejiwaan merupakan faktor yang menentukan

terjadinya iklim organisasi. kondisi kejiwaan misalnya adalah komitnen,

moral, kebersamaan, dan keseriusam anggota organisasi.

7. Budaya organisasi. Baik budaya organisasi maupun iklim organisasi

mempengaruhi perilaku organisasi anggota organisasi yang kemudian

mempengaruhi kinerja mereka. Misalnya jika kode etik dilaksanakan dengan

sistematis, maka akan mempengaruhi persepsi karyawan mengenai

lingkungan sosialnyam lalu terjadilah iklim etis dalam lingkungan organisasi.

demikian juga dalam budaya organisasi terdapat norma tertulis, tetapi banyak

dilanggar oleh anggota organisasi dan tanpa sanksi, sehingga menimbulkan

iklim organisasi negatif.

2.1.1.3 Dimensi Iklim Organisasi

Stringer (2002) berpendapat bahwa ada 6 komponen untuk mengukur iklim

organisasi, yaitu:

a. Struktur (Structure). Struktur organisasi merefleksikan perasaan diorganisasi

secara baik dan mempunyai peran dan tanggung jawab yang jelas dalam

lingkungan organisasi. Struktur tinggi jika anggota merasa pekerjaan mereka

didefinisikan secara baik.

b. Standar-standar (Standards). Mengukur perasaan tekanan untuk

meningkatkan kinerja dan derajat kebanggaan yang dimiliki oleh anggota

(15)

artinya anggota organisasi selalu berupaya mencari jalan untuk meningkatkan

kinerja. Sebaliknya standar rendah merefleksikan harapan yang lebih rendah

untuk kinerja.

c. Tanggung jawab (Responsibility). Merefleksikan perasaan karyawan bahwa mereka adalah “bos bagi diri sendiri” dan tidak memerlukan keputusannya

dilegitimasi oleh anggota organisasi lainnya. Persepsi tanggung jawab tinggi

menunjukkan anggotanya merasa didorong untuk memecahkan problemnya

sendiri. Tanggung jawab rendah menunjukkan bahwa pengambilan keputusan

dan percobaan terhadap pendekatan baru tidak diharapkan.

d. Penghargaan (Recognition) mengindikasikan bahwa anggota organisasi

merasa dihargai jika mereka dapat menyelesaikan tugas secara baik.

Penghargaan merupakan ukuran penghargaan yang dihadapkan dengan kritik

dan berkarakteristik keseimbangan antara karakter dan kritik. Penghargaan

rendah artinya penyelesaian pekerjaan dengan baik diberikan imbalan secara

tidak konsisten.

e. Dukungan (Support). Merefleksikan perasaan percaya dan saling mendukung

terus berlangsung di antara kelompok kerja. Dukungan tinggi jika anggota

organisasi merasa bahwa mereka bagian dari tim yang berfungsi dengan baik

dan merasa memperoleh bantuan dari atasannya, jika mengalami kesulitan

dalam menjalankan tugas. Jika dukungan rendah, anggota organisasi merasa

(16)

penting untuk model bisnis yang ada saat ini, dimana sumber-sumber sangat

terbatas.

f. Komitmen (Commitment). Merefleksikan perasaan bangga anggota terhadap

organisasinya dan derajat keloyalan terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Perasaan komitmen kuat berasosiasi dengan loyalitas personal. Level rendah

komitmen artinya karyawan merasa apatis terhadap organisasi dan tujuannya.

Litwin dan stringer (dalam Amstrong, 2000) mengemukakan 8 (delapan)

dimensi dalam iklim organisasi, yaitu :

1. Structure (struktur). Berkaitan perasaan mengenai tekanan dan kebebasan

dalam berperilaku serta derajat formalitas dan informalitas yang ada dalam

lingkungan kerja.

2. Responsibility (tanggung jawab). Berkaitan dengan perasaan tentang adanya

kepercayaan ketika terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan penting.

3. Risk (resiko). Berkaitan mengenai resiko dan tantangan dalam bekerja dan

dalam organisasi. Dimana karyawan diberi ruang untuk melakukan atau

mengambil resiko dalam tugas sebagai sebuah tantangan.

4. Warmth (kehangatan). Adanya kehangatan atau keramahan dalam kelompok

sosial informal.

5. Support (dukungan). Perasaan yang berkaitan dengan pemberian dukungan

baik dari atasan maupun rekan kerja.

6. Standarts (standart). Berkaitan dengan perasaan karyawan tentang kondisi

(17)

tugas dengan baik, tujuan yang telah ditentukan serta toleransi terhadap

kesalahan atau hal-hal yang kurang sesuai atau kurang baik.

7. Conflict (konflik). Berkaitan dengan perasaan mengenai keterbukaan dari

atasan maupun rekan kerja terhadap perbedaan pendapat dan dalam mengatasi

masalah. Dimana permasalahan-permasalahan yang muncul akan diselesaikan

secara terbuka daripada dibiarkan menguap begitu saja tanpa ada penyelesaian

yang jelas.

8. Identity (identitas). Berkaitan dengan perasaan karyawan mengenai

keberadaannya dalam perusahaan. Dimana karyawan merasa bahwa mereka

adalah bagian dari perusahaan dan mereka bangga dengan keberadaannya.

Sedangkan James and Jones (dalam Davidson, 2000:28) memperkenalkan

dimensi iklim yang menggam-barkan variasi faktor yang termasuk dalam pembuatan

konsep iklim organisasi yaitu:

1. Leader facilitation and support (kemudahan dukungan pimpinan),

mencerminkan tindakan pimpinan dalam menyelesaikan pekerjaan dengan

menggunakan penjadwalan aktivitas, perencanaan, memfasilitasi hubungan

interpersonal, peduli terhadap kebutuhan pekerja yang dapat membina

keterbukaan dan saling berinteraksi.

2. Workgroup cooperation, friendliness and warmth (kerjasama kelompok,

keramahan dan kehangatan), secara umum mencerminkan hubungan antar

(18)

3. Conflict and pressure (konflik dan tekanan kerja), menggambarkan suasana

dalam organisasi ketika dalam aktivitasnya muncul permasalahan serta

tekanan kerja dalam organisasi untuk melaksanakan pekerjaan.

4. Organizational planning openness (Perencanaan organisasi yang terbuka),

menggambarkan kejelasan mengenai kebijakan, perencanaan serta prosedur

pelaksanaan tugas dalam organisasi.

5. Job standards (Standar kerja), yang mencerminkan tingkat kerja yang

memiliki standar ketat mengenai kualitas dan akurasi.

2.1.2 Kepuasan Kerja

2.1.2.1 Pengertian Kepuasan Kerja

Mathis and Jackson (2000), “Job satisfaction is a positive emotional state

resulting one’s job experience”. (Kepuasan kerja merupakan pernyataan emosional

yang positif yang merupakan hasil evaluasi dari pengalaman kerja).Tanggapan

emosional bisa berupa perasaan puas (positif) atau tidak puas sebaliknya bila tidak

maka berarti karyawan tidak puas.

Menurut Robbin and Judge (2007:107), kepuasan kerja adalah sebagai suatu

perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah

evaluasi karakteristiknya

Menurut Alfia (2007:143) kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang senang

atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja

(19)

Menurut Sutrisno (2012), kepuasan kerja karyawan merupakan masalah

penting yang diperhatikan dalam hubungannya dengan produktivitas kerja karyawan

dan ketidakpuasan sering dikaitkan dengan tingkat tuntutan dan keluhan pekerjaan

yang tinggi. Pekerja dengan tingkat ketidakpuasan yang tinggi lebih mungkin untuk

melakukan sabotase.

Menurut Veithzal Rivai (2004:475) kepuasan kerja merupakan evaluasi yang

menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas

atau tidak puas dalam bekerja.

Handoko (2001) kepuasan kerja adalah sebagai bentuk respon emosional

menunjukkan perasaan yang menyenangkan berkaitan dengan pandangan karyawan

terhadap pekerjaannya.

Robbins (2003) menyebutkan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi

kepuasan kerja adalah upah, kondisi kerja, keamanan kerja, mutu pengawasan, teman

sekerja, jenis pekerjaan, dan kesempatan karyawan untuk maju. Sedangkan faktor

individual yang berpengaruh adalah sikap kebutuhan-kebutuhan yang dimilikinya,

nilainilai yang dianut, sifat kepribadian, dan pengalaman pada masa lalu.

Berdasarkan definisi-definisi tentang kepuasan kerja yang telah dipaparkan

oleh para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan

positif karyawan tentang bagaimana yang dirasakan oleh seorang karyawan mengenai

apa yang dikerjakannya, dan bagaimana timbal balik dari perusahaan pada dirinya

(20)

2.1.2.2 Faktor-Faktor Kepuasan Kerja

As’ad (2005:112) menyebutkan lima faktor yang menimbulkan kepuasan

kerja yaitu:

1. kedudukan (posisi)

2. pangkat (golongan)

3. umur jaminan finansial

4. jaminan sosial

5. mutu pengawasan.

Menurut Veithzal (2004:479) secara teoritis, faktor–faktor yang dapat

mempengaruhi kepuasan kerja sangat banyak jumlahnya, seperti gaya kepemimpinan,

produktivitas kerja, perilaku, locus of control, pemenuhan harapan penggajian dan

efektivitas kerja. Faktor–faktor yang biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan

kerja seorang karyawan adalah sebagai berikut :

a) Isi pekerjaan, penampilan tugas pekerjaan yang aktual dan sebagai kontrol

terhadap pekerjaan, Karyawan akan merasa puas bila tugas kerja dianggap

menarik dan memberikan kesempatan belajar dan menerima tanggung jawab.

b) Supervisi, Adanya perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada

bawahan, sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian

yang penting dari organisasi kerja akan meningkatkan kepuasan kerja

karyawan. Sebaliknya, supervisi yang buruk dapat meningkatkan turn over

(21)

c) Organisasi dan manajemen, yang mampu memberikan situasi dan kondisi

kerja yang stabil, untuk memberikan kepuasan kepada karyawan

d) Kesempatan untuk maju, Adanya kesempatan untuk memperoleh pengalaman

dan peningkatan kemampuan selama bekerja akan memberikan kepuasan pada

karyawan terhadap pekerjaannya

e) Gaji dan keuntungan dalam bidang finansial lainnya seperti adanya insentif,

Gaji adalah suatu jumlah yang diterima dan keadaan yang dirasakan dari upah

(gaji). Jika karyawan merasa bahwa gaji yang diperoleh mampu memenuhi

kebutuhan hidupnya dan keluarganya maka kecenderungan karyawan untuk

merasa puas terhadap kerjanya akan lebih besar. (Arep dan Tanjung,2003:71).

f) Rekan kerja, Adanya hubungan yang dirasa saling mendukung dan saling

memperhatikan antar rekan kerja akan menciptakan lingkungan kerja yang

nyaman dan hangat sehingga menimbulkan kepuasan kerja pada karyawan

g) Kondisi pekerjaan. Menurut Sondang Siagian (2004:131-132), kondisi kerja

yang mendukung akan meningkatkan kepuasan kerja pada karyawan. Kondisi

kerja yang mendukung artinya tersedianya sarana dan prasarana kerja yang

memadai sesuai dengan sifat tugas yang harus diselesaikannya

Selain itu, menurut Job Descriptive Index (JDI) faktor penyebab kepuasan

kerja adalah sebagai berikut :

a) Bekerja pada tempat yang tepat,

b) Pembayaran yang sesuai,

(22)

d) Supervisi pada pekerjaan yang tepat,

e) Orang yang berada dalam pekerjaan yang tepat.

Salah satu cara untuk menentukan apakah pekerja puas dengan pekerjaannya

ialah dengan membandingkan pekerjaan mereka dengan beberapa pekerjaan ideal

tertentu (teori kesenjangan)

Sedangkan menurut Wartawarga (2009), faktor-faktor penentu kepuasan kerja

terdiri dari:

1. Ciri-ciri intrinsik pekerjaan antara lain keragaman keterampilan, jati diri tugas

(task identity), tugas yang penting (task significance), otonomi, dan pemberian

balikan pada pekerjaan membantu meningkatkan tingkat kepuasan kerja.

2. Gaji, penghasilan, atau imbalan yang dirasakan adil (equittable reward).

2.1.2.3 Dampak Ketidakpuasan Kerja

Menurut Robbins (2007:112), dampak ketidakpuasan kerja dapat ditunjukkan

dengan respons-respons seperti berikut:

1. Keluar (exit), yaitu perilaku yang ditujukan untuk meninggalkan organisasi,

termasuk mencari posisi baru dan mengundurkan diri.

2. Aspirasi (voice), yaitu secara aktif dan konstruktif berusaha memperbaiki

kondisi, termasuk menyarankan perbaikan, mendiskusikan masalah dengan

atasan, dan beberapa bentuk aktivitas serikat kerja.

3. Kesetiaan (loyalty), secara pasif tetapi optimistis menunggu membaiknya

(23)

eksternal dan mempercayai organisasi dan manajemennya untuk ”melakukan

hal yang benar”.

4. Pengabaian (neglect), secara pasif membiarkan kondisi menjadi lebih buruk,

termasuk ketidakhadiran atau keterlambatan yang terus menerus kurangnya

usaha, dan meningkatnya angka kesalahan.

2.1.3 Komitmen Karyawan

2.1.3.1 Pengertian Komitmen Karyawan

Komitmen adalah kemampuan dan kemauan untuk menyelaraskan perilaku

pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisasi. Hal ini mencakup

cara-cara mengembangkan tujuan atau memenuhi kebutuhan organisasi yang intinya

mendahulukan misi organisasi dari pada kepentingan pribadi (Soekidjan, 2009).

Menurut Meyer dan Allen (1991, dalam Soekidjan, 2009), komitmen dapat juga

berarti penerimaan yang kuat individu terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, dan

individu berupaya serta berkarya dan memiliki hasrat yang kuat untuk tetap bertahan

di organisasi tersebut.

Menurut Porter (2001) dalam Temaluru (2001:135) komitmen karyawan

adalah kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan

keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi, hal ini dapat ditandai dengan tiga hal

yaitu: penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi, kesiapan dan kesediaan

untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi, keinginan untuk

(24)

Bashaw dan Grant (2000: 115) menyatakan bahwa komitmen pegawai

diartikan sebagai keinginan pegawai untuk tetap mempertahankan keanggotannya

dalam organisasi dan bersedia melakukan usaha yang tinggi bagi pencapaian tujuan

organisasi. Lebih lanjut pegawai yang memiliki komitmen terhadap organisasi akan

menunjukkan sikap dan perilaku yang positif yang cenderung berprestasi lebih baik

dan akan tetap bertahan di dalam organisasi sebagai wujud kebanggaan pada

organisasi, karena organisasi mampu memenuhi harapan-harapannya.

Shadur, Kienzle & Rodwell (2003) menyatakan bahwa karyawan yang

komitmen terhadap perusahaannya akan menunjukkan kuatnya pengenalan dan

keterlibatan karyawan di dalam perusahaan yang dinyatakan sebagai berikut :

Organizational commitment was defined as the strengh of an individual’s

identification with and involvement in a particular organization. Pendapat ini tidak

tidak berbeda jauh seperti yang dikemukakan oleh Schermerhorn, Hunt & Osborn

(2002) yang menunjukkan tingkat seseorang mengenal secara mendalam dan

merasakan sebagian besar anggota perusahaan.

Steers & Porter (dalam Sopiah, 2008: 156) mengatakan bahwa suatu bentuk

komitmen yang muncul dalam diri karyawan bukan saja bersifat loyalitas yang pasif,

tetapi juga melibatkan hubungan yang aktif dengan organisasi kerja yang memiliki

tujuan memberikan segala usaha demi keberhasilan organisasi yang bersangkutan.

Berdasarkan definisi-definisi tentang komitmen karyawan yang telah

dipaparkan oleh para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komitmen karyawan

(25)

lebih mementingkan kepentingan organisasinya daripada kepentingan pribadinya,

loyal terhadap perusahaan, dan adanya keinginan untuk tetap bertahan pada

organisasinya.

2.1.3.2 Dimensi Komitmen Karyawan

Mangkunegara (2000:91) menunjukkan bahwa komitmen mempunyai dimensi

sebagai berikut:

1. karakter pekerjaan. Menurut Dyne dan Graham, 2005 (dalam Soekidjan,

2009) karakter pekerjaan meliputi pekerjaan yang penuh makna, otonomi dan

umpan balik dapat merupakan motivasi kerja yang internal. Jerigan, Beggs

menyatakan kepuasan atas otonomi, status dan kebijakan merupakan predictor

penting dari komitmen. Karakteristik spesifik dari pekerjaan dapat

meningkatkan rasa tanggung jawab, serta rasa keterikatan terhadap organisasi.

2. alternatif mendapat pekerjaan baru,

3. karakteristik karyawan, menurut Dyne dan Graham, 2005 (dalam Soekidjan,

2009) karakteristik karyawan meliputi:

a. Ciri-ciri kepribadian tertentu yaitu, teliti, ektrovert, berpandangan positif

(optimis),

b. Usia dan masa kerja,

c. Tingkat pendidikan, makin tinggi semakin banyak harapan yang mungkin

tidak dapat di akomodir, sehingga komitmennya semakin rendah.

d. Jenis kelamin, wanita pada umumnya menghadapi tantangan lebih besar

(26)

e. Status perkawinan, yang menikah lebih terikat dengan organisasinya.

f. Keterlibatan kerja (job involvement), tingkat keterlibatan kerja individu

4. serta dukungan dari perusahaan, didefinisikan sebagai sejauh mana

anggota/karyawan mempersepsi bahwa organisasi (lembaga, atasan, rekan)

memberi dorongan, respek, menghargai kontribusi dan memberi apresiasi bagi

individu dalam pekerjaannya. Hal ini berarti jika organisasi peduli dengan

keberadaan dan kesejahteraan personal anggota/karyawan dan juga

menghargai kontribusinya, maka anggota/karyawan akan menjadi komit.

Dyne dan Graham, 2005 (dalam Soekidjan, 2009)

komitmen karyawan diukur melalui beberpa telaah teori, sebagaimana

dinyatakan Umiker (dalam Herscovitch dan Meyer, 2002), indikator komitmen dalam

dimensi afektif, kontinuan dan normatif, terimplikasikan sebagai berikut :

a. Bertanggung jawab (responsibility), merupakan pengidentifikasian atau

penerimaan tanggung jawab, bekerja keras memecahkan masalah, dan bekerja

keras untuk menyelesaikan pekerjaan. Responsibility dapat disebut juga

sebagai implementasi dari kesanggupan normatif (komitmen normatif) yang

berkembang sebagai hasil dari internalisasi tekanan untuk melakukan

serangkaian tindakan tertentu, dan penerimaan keuntungan yang

menimbulkan perasaan akan kewajiban yang harus dibalas.

b. Konsisten (consistency). Suatu komitmen yang kecil atau tidak dihargai sering

menjadi lebih buruk daripada tidak memiliki komitmen sama sekali.

(27)

perilaku yang konsisten sepanjang waktu, yang mempertinggi reputasi

seseorang secara besar-besaran atas komitmen yang konsisten. Komitmen

continuance ini berhubungan dengan pendekatan side-bets atau pendekatan

orientasi sisi pertaruhan yang menunjukan kuatnya tendensi kebutuhan

seseorang untuk terus bekerja bagi organisasi (Greenberg & Baron, dalam

Gibson, Ivancevich & Donnely, 1989).

c. Proaktif (pro-active). Komitmen menghendaki sebuah perspektif yang

mencakup usaha-usaha saat ini dan yang akan datang dibandingkan kemauan

memberikan reaksi dan penjelasan-penjelasan. Proaktif merupakan sikap yang

mengacu pada keterikatan emosional, identifikasi serta keterlibatan seseorang

karyawan pada suatu organisasi. Sikap proaktif seseorang akan menadi lebih

kuat bila pengalamannya dalam organisasi konsisten dengan harapan-harapan

dan memuaskan kebutuhan dasarnya dan sebaliknya. Myers (1996)

mengemukakan bahwa komitmen dipengaruhi dan atau berkembang apabila

keterlibatan dalam organisasi terbukti menjadi pengalaman yang memuaskan,

yaitu dapat memberikan kesempatan untuk melakukan pekerjaan dengan

memuaskan atau menghasilkan skill yang berharga.

Menurut Morrison dalam Sitty Yuwalliantin (2006: 245) komitmen dianggap

penting bagi organisasi karena :

(28)

2. Hubungannya dengan kinerja yang mengasumsikan bahwa individu yag

memiliki komitmen cenderung mengembangkan upaya yang lebih besar pada

pekerjaaan.

Steers dan Porter (dalam Sopiah, 2008: 164) mengemukakan ada sejumlah

faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu:

1. Faktor personal yang meliputi job expectations, psychological contract, job

choice factors, karakteristik personal. Keseluruhan faktor ini akan membentuk

komitmen awal.

2. Faktor organisasi, meliputi initial works experiences, job scope, supervision,

goal consistency organizational. Semua faktor itu akan membentuk atau

memunculkan tanggung jawab.

3. Faktor non-organizational, yang meliputi availability of alternative jobs.

Faktor non organisasi, misalnya ada tidaknya alternatif pekerjaan lain. Jika

ada dan lebih baik, tentu pegawai akan meninggalkannya.

2.1.3.3 Jenis Komitmen Karyawan

Komitmen karyawan menurut Munandar (2004:75) terbagi atas tiga

komponen,yaitu :

1. Komponen afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi, dan keterlibatan

pegawai di dalam suatu organisasi. Pegawai dengan afektif tinggi masih

bergabung dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota

(29)

2. Komponen normatif merupakan perasaan pegawai tentang kewajiban yang

harus diberikan kepada organisasi. Komponen normatif berkembang sebagai

hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan

kewajiban yang dimiliki pegawai. Komponen normatif menimbulkan perasaan

kewajiban kepada pegawai untuk memberikan balasan atas apa yang pernah

diterimanya dari organisasi.

3. Komponen continuance berarti komponen yang berdasarkan persepsi pegawai

tentang kerugian yang akan dihadapinya jika meninggalkan organisasi.

Pegawai dengan dasar organisasi tersebut disebabkan karena pegawai tersebut

membutuhkan organisasi. Pegawai yang memiliki komitmen organisasi

dengan dasar afektif memiliki tingkah laku yang berbeda dengan pegawai

dengan dasar continuance. Pegawai yang ingin menjadi anggota akan

memiliki keinginan untuk berusaha yang sesuai dengan tujuan organisasi.

2.1.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Penulis Judul Kesimpulan Perbedaan Persamaan

1. Moh.

Iklim organisasi dan karakteritik pekerjaan secara simultan berpengaruh positif terha-dap kepuasan kerja pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi. Hal ini menunjukan bahwa secara serempak ik-lim organisasi dan karakteristik pekerjaan berperan dalam membentuk dan mening-katkan kepuasan kerja pegawai pemerin-tah daerah Kabupaten Sukabumi. Iklim organisasi berpengaruh

(30)

Surabaya) positif terha-dap kepuasan kerja pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi. Hal ini ber-arti semakin baik iklim organisasi maka semakin baik kepuasan kerja karyawan. Karakteristik Pekerjaan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja pegawai Pe merintah Daerah Kabupaten Sukabumi. Hal ini berarti semakin baik karakteristik pekerjaan maka semakin baik pula kepuasan kerja karyawan.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, penelitian ini mengemukakan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan sebagai berikut:

Person-organization fit

berpengaruh secara nyata terhadap motivasi kerja, kepuasan kerja, dan komitmen pegawai UB Hotel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi person-organization fit yang dimiliki oleh pegawai, semakin tinggi pula motivasi kerja, kepuasan kerja, dan komitmen yang dihasilkan oleh pegawai UB Hotel. Demikian pula sebaliknya semakin rendah person organization fit yang dimiliki oleh pegawai akan diikuti dengan penurunan terhadap motivasi kerja, kepuasan kerja, dan komitmen yang dimiliki oleh pegawai UB Hotel.

• Motivasi kerja memiliki pengaruh secara nyata terhadap komitmen pegawai UB Hotel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi motivasi kerja yang dimiliki pegawai UB Hotel maka akan semakin tinggi pula komitmen yang dihasilkan oleh pegawai UB Hotel. Dan sebaliknya semakin rendah motivasi kerja yang dimiliki maka

(31)

semakin rendah pula komitmen yang dihasilkan

• Kepuasan kerja memiliki pengaruh secara nyata terhadap komitmen pegawai. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepuasan kerja yang dimiliki oleh pegawai maka semakin tinggi pula komitmen yang dihasilkan oleh pegawai. Artinya bila pegawai merasa bekerja pada tempat yang tepat, memiliki pembayaran yang sesuai, adanya organisasi dan manajemen yang sesuai, adanya supervisi pada pekerjaan yang tepat, serta ketepatan dalam pekerjaan akan timbul kepuasan dalam diri pegawai. study is that organizational climate is an important determinant of salesforce morale. More than 40% of the variation in total job satisfaction among salesmen is explained by the seven climate variables examined, even when the effects of time on the job are excluded. Thus, the sales manager who is concerned about the job satisfaction of his salesforce should pay as much attention to the general manner in which company policies and practices are developed, administered, and controlled as he does to his salesmen's feelings about the specific policies and practices themselves. The managerial implications of these findings, however, must be approached with caution. The salesmen's perceptions of organizational climate were measured. Such perceptions may not always be consistent with objective reality, and changes made by management in supervisory style may not always produce corresponding changes in workers' perceptions of the

1.tempat penelitian

(32)

organization's climate. Another problem in developing the mangerial implications of these findings is that climate as defined herein is only partially under the control of a firm's managers. The most controllable elements of climate include the supervisory and organizational variables. They can be referred to as the "managerial climate." The "interpersonal climate" affecting the salesman, however, is to some extent beyond management's control. impact of Organizational climate, job satisfaction and commitment on job turnover or intention to leave. As hypothesized, both job satisfaction and Organizational climate are predictive of intention to leave and have inverse relation (in line with research finding of Lu, While and Bariball, 2007). The university teachers have very low intention to leave (M 1.83). Only eight per cent teachers wanted to change their job. The reason for low intention can be that a satisfied employee tends to be more loyal to the Organization that induces him to remain in the Organization. On the other hand dissatisfied employees opt for some other job (Nicholson et al., 1977). Amongst different factors of job satisfaction job characteristics/F2JS (Scott et al., 2006) and pay related matters/F10JS are strong predictors of intention to leave because presence of autonomy, sense of achievement, creativity, appropriateness, job enrichment at the work place gives enthusiasm to work and timely release of pay,

(33)

job( Nair and Gavane 2006). As far as Organizational climate is concerned administration/F1OC and personnel treatment/F3OC are predictive of intention to leave because if an employee feels that information & communication flow, structure of the Organization and change implementation are not good in the Organization and the employees are ill treated then he/she will not like to stay in the Organization. Although commitment is negatively related to intention to leave but it has not been found predictor of intention to leave which is against earlier research (Mobley et al., 1979, Jenkins and Thomlinson, 1992). The study has several limitations which provide opportunities for future research. First no attention was given to demographic variables. Many studies have demonstrated that gender, designation, age has significant impact on job satisfaction (Sharma and Jyoti 2006). Commitment has been measured on the basis of single statement and no consideration has been given to its different kinds viz., affective, normative and continuance. Third, this study modeled recursive relationships i.e., only one way causal flows

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) secara simultan variabel-variabel yang ada dalam kepuasan kerja (pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi, pengawasan, rekan kerja, dan kondisi kerja) serta variabel-variabel dalam perilaku

(34)

kepemimpinan (dinamika kelompok, komunikasi dan pengambil keputusan) berpengaruh signifikan terhadap komitmen karyawan bagian produksi di PT. Tri Ratna Diesel Indonesia (2) komitmen karyawan bagian produksi di PT. Tri Ratna Diesel Indonesia (3) faktor dominan atau variabel dominan dalam penelitian ini adalah faktor gaji karena Secara parsial variabel-variabel faktor-faktor kepuasan kerja antara lain pekerjaan itu sendiri, gaji dan kesempatan promosi, sedangkan variabel-variabel dari perilaku kepempinanan antara lain dinamika kelompok dan komunikasi berpengaruh terhadap nilai signifikansi dari faktor tersebut dan nilai t yang lebih

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 95 karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk pada bagian unit kerja Wholsale Service Witel Jatim Suramadu, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi pada karyawan. Hal ini berarti semakin positif iklim organisasi maka semakin tinggi komitmen organisasi. Adapun hasil yang didapat bahwa antara variabel iklim organisasi memiliki koefisien korelasi sebesar 0,217 yang berarti hubungan antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi rendah. Selain itu, terdapat juga hubungan positif dan signifikan antara komunikasi organisasi dengan komitmen organisasi pada karyawan. Hal ini berarti semakin tinggi komunikasi organisasi maka semakin tinggi pula komitmen organisasi. Sedangkan untuk variabel komunikasi organisasi memiliki koefisien

(35)

korelasi sebesar 0,291 yang berarti hubungan antara komunikasi organisasi dengan komitmen organisasi rendah. Selanjutnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara iklim organisasi dan komunikasi organisasi dengan komitmen organisasi pada karyawan. Sebaliknya semakin rendah iklim organisasi dan semakin rendah komunikasi organisasi maka komitmen organisasi pada karyawan akan semakin rendah pula. Adapun hasil yang didapat bahwa variabel iklim organisasi dan variabel komunikasi organisasi memiliki kontribusi 8,7% terhadap variabel komitmen organisasi dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,295 yang berarti jika diuji bersama-sama antara variabel iklim organisasi dan komunikasi organisasi dengan komitmen organisasi memiliki hubungan yang rendah.

This paper presents a research on the relationship between organizational climate and job satisfaction where organizational climate was observed as a non-material motivational strategy. Organizational culture is considered a non-material motivational strategy in theory and practice, while organizational climate is considered as one of the three basic elements of organizational culture (or an outcome of organizational culture). Organizational climate intercedes work and interpersonal relations, and influences the processes of communication, problem solving, learning, motivation and efficiency. In this paper, organizational climate was measured according to 24 criteria (statements). A hypothesis which

1.tempat penelitian

(36)
(37)

attitudes. Employee satisfaction management attempts to avoid dismissing employees had

motivational effects on BiH’s

(38)

to survive and advance in the future, management of organizational climate, which stems from strong organizational culture where co-workers function according to the optimum of their abilities, is essential for

Penelitian ini menyimpulkan

bahwa berdasarkan analisis

perhitungan uji statistik yang

telah dibahas penulis

menunjukkan bahwa faktor

komitmen pegawai dan budaya

organisasi secara simultan

(overall test) mempunyai pengaruh yang sangat bermakna

terhadap kinerja pegawai

Sekretariat Daerah (Setda)

Provinsi Riau. Begitu pula

komitmen pegawai dan budaya organisasi, mempunyai pengaruh bermakna secara parsial dan signifikan pada kinerja pegawai

Sekretariat Daerah (Setda)

Provinsi Riau dapat dinyatakan diterima kebenarannya. Namun

demikian, meskipun kinerja

pegawai Sekretariat Daerah

(Setda) Provinsi Riau secara rata-rata dalam kategori tinggi akan tetapi manajemen dan segenap

para pimpinan kantor harus

memperhatikan kebijakan yang diarahkan pada para pegawai yang benar-benar loyal dalam

penyelesaian dan pencapaian

standar kualitas pekerjaan yang diinginkan pemda dengan cara

menggali informasi kepada

masing-masing pegawai dari

berbagai pihak maupun instansi

yang terkait tentang faktor

penyebab rendahnya kinerja

(39)

2.2 Kerangka Pemikiran

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor pendukung

keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi, sebuah perusahaan yang memiliki

sumber daya manusia yang potensial pastilah akan menghasilkan kinerja perusahaan

yang baik.

Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu bagian dari

pada fungsi manajemen, dan berujuk pada manusia atau karyawan perusahaan

tersebut. Karyawan yang merasa diperhatikan oleh perusahaannya akan bekerja

dengan maksimal dan menghasilkan komitmen karyawan yang baik dan berujung

pada kinerja yang berpengaruh positif pada perusahaan tersebut. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi komitmen seorang karyawan, seperti iklim organisasi dan

Kepuasan kerja karyawan.

iklim organisasi merupakan kondisi internal dari sebuah perusahaan yang

dimana hanya dapat dirasakan oleh seluruh anggota organisasi dan dapat

mempengaruhi sikap dan perilaku anggota organisasi dan juga perusahaan secara

keseluruhan. Iklim organisasi dapat mempengaruhi tingkat kepuasan dan komitmen

karyawan, karena apabila iklim di dalam sebuah organisasi atau perusahaan kurang

kondusif maka akan mempengaruhi tingkat kepuasan karyawan yang cenderung akan

mengalami penurunan.

Kepuasan kerja merupakan emosional yang positif yang dirasakan oleh

seorang karyawan setelah melakukan pekerjaannya, seorang karyawan yang

(40)

organisasi, yang dimana akan lebih mementingkan kepentingan organisasi atau

perusahaan disbanding kepentingan pribadinya.

Komitmen karyawan merupakan bagaimana seorang karyawan menjalankan

kewajiban, tanggung jawab, dan janji yang membatasi kebebasan seorang karyawan

dalam melakukan sesuatu. Dengan kata lain karyawan yang memiliki komitmen

haruslah mendahulukan kepentingan organisasinya dibanding kepentingan dirinya

sendiri. Komitmen karyawan juga sangatlah penting bagi perkembangan organisasi

atau perusahaan, karena dengan adanya karyawan yang memiliki tingkat komitmen

yang tinggi maka akan sangat membantu organisasi atau perusahaan dalam kegiatan

pencapaian tujuan yang maksimal. Komitmen karyawan juga ikut dipengaruhi oleh

iklim organisasi, apabila iklim organisasi pada sebuah perusahaan kurang kondusif

maka akan mempengaruhi tingkat kepuasan kerja seorang karyawan, yang pada

akhirnya akan berdampak pada menurunnya tingkat komitmen seorang karyawan.

2.2.1 Keterkaitan Antar Variabel Penelitian

2.2.1.1 Hubungan Iklim Organisasi dan Komitmen Karyawan

Menurut Bacal (1999), keberhasilan suatu organisasi dengan membentuk

iklim yang kondusif akan mampu mempengaruhi komitmen karyawan sehingga akan

meningkatkan kinerja karyawan (job performance). Sedangkan Sumardiono (2005)

berpendapat bahwa iklim organisasi berpengaruh terhadap komitmen karyawan.

Martini (2003) juga menguji hal serupa dengan bukti empiris terdapat

(41)

2.2.1.2 Hubungan Kepuasan Kerja dan Komitmen Karyawan

Wijayanti (2009) yang menunjukkan hubungan yang kuat dan signifikan

antara komitmen dengan kepuasan kerja. Selanjutnya menurut Wibowo (2007:305)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dan kuat antara komitmen dan

kepuasan.

Clugston (2000) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara

kepuasan kerja dengan komitmen karyawan. Kepuasan kerja yang tinggi akan

mempengaruhi terjadinya komitmen karyawan yang efektif. Berdasarkan pendapat di

atas maka kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap komitmen karyawan.

2.2.1.3 Hubungan Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja

Rongga et.al (2001:79) membuktikan bahwa “existence of relation which are

positive between organizational climate with job satisfaction of employees”. adanya

hubungan yang positif antara iklim organisasi dengan kepuasan kerja karyawan.

2.2.1.4 Hubungan Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Karyawan

Penelitian yang dilakukan Bayu Aktami (2008) membuktikan bahwa ada

kontribusi yang signifikan dari kepuasan kerja dan iklim organisasi secara

bersama-sama terhadap komitmen karyawan.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas¸ maka penulis mendapat paradigma

(42)

Gambar 2.1

Paradigma Penelitian Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Karyawan

Kepuasan Kerja (X2)

a) Isi pekerjaan, b) Supervisi,

c) Organisasi dan manajemen, d) Kesempatan untuk maju, e) Gaji dan keuntungan dalam

bidang finansial lainnya seperti adanya insentif,

(43)

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dibutuhkan suatu pengujian hipotesis

demi mengetahui apakah terdapat hubungan antara variable independen dan variable

dependen.

Umi Narimawati (2007 : 73) “Hipotesis dapat dikatakan sebagai pendugaan

sementara mengenai hubungan antar variabel yang akan diuji kebenarannya. Karena

sifatnya dugaan, maka hipotesis hendaknya mengandung implikasi yang lebih jelas

terhadap pengujian hubungan yang dinyatakan.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis berasumsi mengambil

keputusan sementara (hipotesis) sebagai berikut:

1. Iklim Organisasi di PT. Edward Forrer Bandung cukup kondusif.

2. Kepuasan Kerja Karyawan di PT. Edward Forrer Bandung cukup tinggi.

3. Komitmen Karyawan di PT. Edward Forrer Bandung cukup tinggi.

4. Iklim Organisasi berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di PT.

Edward Forrer Bandung.

5. Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap Komitmen

Karyawan di PT. Edward Forrer Bandung baik secara parsial maupun

(44)

46

3.1 Objek Penelitian

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek

penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan

hal-hal lain jika dianggap perlu”, Husein Umar (2005:303).

Objek didalam penelitian ini adalah iklim organisasi (X1) dan kepuasan kerja

(X2) serta komitmen karyawan (Y). penelitian ini dilakukan di PT. Edward Forrer

Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan

pendekatan verifikatif.

Sugiyono (2013:56) mengemukakan, penelitian deskriptif adalah “Penelitian

yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau

lebih”

Mashuri (2008 : 45) menyatakan bahwa, “ Metode verifikatif yaitu memeriksa

benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa

perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang

(45)

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survei yaitu,

penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai

alat pengumpulan data.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan dan perancangan

penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Moh. Nazir (2013:70) menyatakan bahwa “Desain Penelitian adalah semua

proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi

semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan

penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mencari dan menetapkan fenomena yang terjadi pada PT. Edward Forrer

Bandung dan selanjutnya menetapkan judul penelitian

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada pada PT. Edward Forrer

Bandung

3. Merumuskan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan

dan hipotesis untuk diuji. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah

Iklim Organisasi (variabel X1) dan Kepuasan Kerja (variable X2) serta

(46)

4. Menetapkan tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis pada pada PT.

Edward Forrer Bandung

5. Menetapkan hipotesis penelitian sesuai dengan fenomena yang terjadi pada

pada PT. Edward Forrer Bandung

6. Memilih serta memberi definisi terhadap setiap pengeluaran variabel.

Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran

dengan skala ordinal karena data yang diukurnya berupa tingkatan. Pada skala

ini, urutan simbol atau kode berupa angka yang mempunyai arti urutan

jenjang yang dimulai dari yang positif sampai yang paling negatif dan

sebaliknya.

7. Menetapkan data-data mengenai iklim organisasi dan kepuasan kerja terhadap

komitmen karyawan pada PT. Edward Forrer Bandung

8. Melakukan analisis mengenai informasi tentang iklim organisasi dan

Kepuasan kerja terhadap komitmen karyawan pada PT. Edward Forrer

Bandung

9. Menyimpulkan penelitian, sehingga akan diperoleh penjelasan dan jawaban

atas identifikasi masalah dalam penelitian

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat di gambarkan desain dari

(47)

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Tujuan Penelitian

Desain Penelitian

Jenis Penelitian Metode yang digunakan

Unit Analisis Time Horizon

T – 1 Descriptive Descriptive dan

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma hubungan antara

dua variabel bebas (independent) yang memiliki hubungan dengan satu variabel

tergantung (dependen). Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Iklim Organisasi (X1)

Kepuasan Kerja (X2)

(48)

3.2.2 Operasional Variabel

Sugiyono (2013:60), “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.”

Operasional variabel dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pengukuran

variabel-variabel penelitian.

1. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Adapun

yang menjadi variabel independent dalam penelitian ini adalah iklim

organisasi dan Kepuasan kerja

2. Variabel terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel dependent adalah Komitmen karyawan.

Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini secara lebih jelas dapat dilihat

pada tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2

Operasional Variabel Iklim Organisasi

Variabel Konsep

Variabel Indikator Ukuran Skala

No. kuesioner

Sumber Data

Iklim Organisasi

iklim organisasi

Structure

(struktur).

 tekanan dan kebebasan

dalam berperilaku serta derajat formalitas dan

O

(49)

(X1) sebagai "a

dalam lingkungan kerja. R

D

 adanya kepercayaan ketika

terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan penting.

Risk

(resiko).

 karyawan diberi ruamg

untuk melakukan atau

 kehangatan atau keramahan

dalam kelompok sosial informal

Support

(dukungan).

 pemberian dukungan baik

dari perusahaan, atasan maupun rekan kerja.

Standarts

(standart).

 kondisi organisasi dimana

manajemen memberikan perhatian terhadap pelaksanaan tugas dengan baik, tujuan yang telah ditentukan serta toleransi terhadap kesalahan atau hal-hal yang kurang sesuai atau kurang baik

Conflict

(konflik).

 keterbukaan dari atasan

maupun rekan kerja

menguap begitu saja tanpa ada penyelesaian yang jelas.

Identity

 perasaan karyawan

(50)

Tabel 3.3

Operasional Variabel Kepuasan Kerja

Variabel Konsep

Variabel Indikator Ukuran Skala

No.

 tugas kerja dianggap menarik dan memberikan

 Adanya perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi dan akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan

Organisasi dan manajemen

 Perusahaan dan organisasi

mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil, untuk memberikan kepuasan kepada karyawan

Kesempatan untuk maju

 Adanya kesempatan untuk memperoleh pengalaman,

 Adanya hubungan yang

(51)

Tabel 3.4

Operasional Variabel Komitmen Karyawan

menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan hangat sehingga

 tersedianya sarana dan

prasarana kerja yang memadai sesuai dengan sifat tugas yang harus diselesaikan karyawan

Variabel Konsep

Variabel Indikator Ukuran Skala

No.

 pekerjaan yang sesuai

dengan bidang ilmu dan

keahlian karyawan O

R

pekerjaan yang diberikan tidak membuat karyawan berfikir untuk pindah ke perusahaan lain

dikarenakan pekerjaan yang diberikan terlalu sulit dan tidak sesuai dengan basic karyawan

karakteristik karyawan

 perusahaan sudah sangat

paham terhadap keinginan, kapasitas dan kemauan para karyawan

 Perusahaan mendukung

(52)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian mengenai iklim organisasi

dan kepuasan kerja terhadap komitmen karyawan adalah data primer dan data

sekunder.

Sugiyono (2013:193), mengatakan bahwa “Sumber primer adalah sumber data

yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.”

Menggunakan data primer dikarenakan peneliti mengumpulkan sendiri

data-data yang dibutuhkan, yang bersumber langsung dari obyek pertama yang akan

diteliti. Setelah data terkumpul, kemudian data tersebut diolah menjadi sebuah

informasi untuk peneliti tentang keadaan objek penelitian. Data primer dalam

penelitian ini adalah hasil dari wawancara, hasil survey (obsevasi), dan pengambilan

data langsung.

Sugiyono (2013:193), sumber data sekunder adalah “Sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau

dokumen”. Menggunakan data sekunder dikarenakan peneliti mengumpulkan

informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu informasi mengenai

data-data terkait dengan iklim organisasi dan Kepuasan kerja terhadap komitmen

karyawan

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Sebelum menentukan data yang akan diambil untuk dijadikan sampel, terlebih

(53)

1. Populasi

Sugiyono (2013:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya..

Berdasarkan pengertian diatas maka populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh karyawan di PT. Edward Forrer Bandung berjumlah 121 orang, yang dapat

dilihat pada table 3.5

Tabel 3.5

Jumlah Karyawan Per Store di PT. Edward Forrer Bandung

NO Store Jumlah Karyawan

1 Edward Forrer Fashion & Akar Natural Spa 32

2 Shufflin Fashion Cihampelas Store 9

3 Djoroe Masak Restaurant Jl Veteran 67

4 Kitchen Belle Resto, Salon & Spa Kota Baru 9

5 Progo Property 4

JUMLAH 121

2. Sampel

Sugiyono (2013:118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penarikan sampel dilakukan dalam penelitian ini

dengan menggunakan teknik penarikan simple random sampling.

Sugiyono (2013:120), simple random sampling merupakan pengambilan

sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Yang terbaru yakni dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2014 tentang Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual terhadap Anak (GN-AKSA). Setidaknya

bawah, x, kanan, kiri, kanan, R1, kanan, bawah,

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang diatas penelitian ini diberi judul “ Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Perusahaan

Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas

merupakan halaman yang hanya dapat diakses oleh admin, dimana pada halaman ini admin dapat melihat daftar hasil diagnosa yang telah dilakukan oleh klien atau user

Sehingga hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu permainan edukatif efektif terhadap peningkatan minat belajar anak usia dini khususnya anak TK

Untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya realisasi dan kinerja Kecamatan Pekanbaru Kota dalam penyelenggaraan kewenangan yang dilimpahkan tahun 2012-2013 yang diatur

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat kami simpulakan bahwa: (1) Syekh Musthofa Al-Gholayain beliau adalah pengarang kitab „Idhotun Nasyiin, (2)Banyak nilai