UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN VISUAL-SPASIAL
ANAK USIA 4-5 TAHUN MELALUI BERMAIN
PLAYDOUGH DI PAUD SARTIKA
MEDAN T.A 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini
OLEH
RUMY SARTIKA MARPAUNG
NIM. 1113313016
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
i
ABSTRAK
Rumy Sartika Marpaung, NIM 1113313016, Upaya Meningkatkan Kecerdasan Visual-Spasial Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Bermain Playdough Di PAUD Sartika Medan Amplas T.A 2014/2015. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Medan
Permasalahan dalam penelitian adalah bermain playdough yang dilakukan
di PAUD Sartika Medan hanya sebagai sudut pengaman, ketidaksesuaian antara jumlah media yang dapat menstimulasi perkembangan kecerdasan visual-spasial anak dengan jumlah anak didik, tuntutan orangtua agar anaknya bisa segera membaca, menulis dan berhitung, guru mendidik anak sama rata dalam satu kelas, kurang optimal dalam membaca potensi anak didiknya, lebih dominan menggunakan buku sebagai lembar kerja anak, metode pembelajaran yang kurang bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kecerdasan
visual-spasial anak usia 4-5 tahun melalui kegiatan bermain playdough di PAUD
Sartika Medan Amplas.
Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Objek penelitian adalah meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak usia 4-5 tahun di PAUD Sartika Medan Amplas T.A 2014/2015. Subjek penelitian adalah anak kelas A, berjumlah 16 orang. Proses penelitian dilakukan melalui dua siklus. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi.
Hasil penelitian pada siklus I pertemuan I, 1 orang anak memperoleh kriteria baik (6,25%), kriteria cukup, 15 orang anak (93,75%). Pada siklus I pertemuan II diperoleh nilai rata-rata anak 56,77%, hanya 6 orang (37,5%) yang kecerdasan visual-spasialnya baik, 10 orang (62,5%) kecerdasan visual-spasial cukup. Pada siklus II pertemuan I perkembangan kecerdasan visual-spasial sangat baik, 3 orang (18,75%), perkembangan kecerdasan visual-spasial baik, 10 orang (62,50%), kriteria cukup 3 orang (18,75%), meningkat dari siklus I. Siklus II pertemuan II perkembangan visual-spasial anak semakin meningkat, 10 orang anak (62,50 %) perkembangan visual-spasialnya sangat baik, 6 orang anak (37,50%) berkembang dengan baik.
Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa kegiatan bermain playdough
vi
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 7
1.3 Pembatasan Masalah 7
1.4 Rumusan Masalah 8
1.5 Tujuan penelitian 8
1.6 Manfaat Penelitian 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori 10
2.1.1. Konsep Kecerdasan Visual-Spasial 10
2.1.2. Ciri Ciri Anak Dengan Potensi Kecerdasan Visual-Spasial 12
2.1.3. Cara Mengembangkan Kecerdasan Visual-Spasial 13
vii
2.1.5. Indikator Kecerdasan Visual-Spasial Anak ... 16
2.2.1. Bermain Playdough ... 17
2.2.1.1. Konsep Bermain Playdough ... 17
2.2. Kerangka Konseptual 23 2.3. Hipotesis Tindakan 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian 24
3.2. Subjek dan Objek Penelitian 24 3.3. Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian 24
3.4. Desain Penelitian 25 3.5. Prosedur Penelitian 25 3.6. Teknik Pengumpulan Data 29 3.7. Teknik Analisis Data 33 3.8. Tempat dan Waktu Penelitian 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian... 35
4.2. Hasil Penelitian ... 35
4.2.1. Siklus I ... 35
4.2.2. Siklus II ... 41
4.3. Pembahasan Penelitian ... 47
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 50
5.2. Saran... 51
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
3.1. Kisi-Kisi Perkembangan Kecerdasan Visual-Spasial Anak ... 31
3.2. Lembar Observasi Guru... 32
3.3. Kriteria Penilaian ... 33
3.4. Jadwal Penelitian ... 34
4.1. Hasil Observasi Perkembangan Siklus I Pertemuan I dan II ... 38
4.2. Rekapitulasi Perkembangan Kecerdasan Visual-Spasial Anak Siklus I ... 39
4.3. Hasil Observasi Perkembangan Siklus II Pertemuan I dan II ... 43
4.4. Rekapitulasi Perkembangan Kecerdasan Visual-Spasial Anak Siklus II ... 44
4.5. Rekapitulasi Persentase Kecerdasan Visual-Spasial Anak Siklus I dan II ... 46
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
3.1. Gambar Desain Penelitian Tindakan Kelas ... 27
4.1. Grafik Kecerdasan Visual-Spasial Anak Siklus I ... 40
4.2. Grafik Kecerdasan Visual-Spasial Anak Siklus II ... 45
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pentingnya pendidikan anak usia dini sudah dirasakan oleh
masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Hal ini berdampak pada keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya yang mulai memasuki usia prasekolah, dengan tujuan untuk mengembangkan
kepribadian dan potensi diri.
Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif.
Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya. Anak pada usia ini dapat dianalogikan dengan sepotong karet busa yang menyerap air sepenuhnya dengan tidak memperdulikan apakah air itu
kotor atau bersih.
Masa kanak-kanak merupakan masa bermain sehingga pada pendidikan di
PAUD diberikan melalui kegiatan bermain seraya belajar. Pada saat bermain semua fungsi baik jasmani maupun rohani anak ikut terlatih, semakin banyak kesempatan bermain anak makin sempurna penyesuaian anak terhadap keperluan
hidup didalam masyarakat. Dimana melalui bermain anak akan banyak belajar bagaimana cara bersosialisasi dalam masyarakat. Masa persiapan anak menjadi
dewasa tidak cukup hanya diisi dengan pelajaran-pelajaran pengetahuan saja, tetapi juga dengan bermain yang mampu mengembangkan fisik dan mental anak yang sesuai dengan perkembangan yang diperlukan. Kegiatan bermain yang
2
mencerminkan tingkat perkembangan kecerdasan mereka masing-masing yang
beragam dan unik.
Pada kenyataannya sistem pendidikan sekolah di PAUD masih belum bisa
menerapkan sistem pendidikan yang berbeda kepada setiap anak. Berdasarkan pengamatan pada PAUD yang ada di kota Medan berjumlah 349 PAUD, dari jumlah PAUD tersebut sebanyak 71 % orangtua anak didik menuntut agar
anaknya dapat segera baca, tulis, hitung, sehingga pembelajaran berfokus pada baca, tulis, hitung. Hal tersebut menyebabkan guru mendidik semua anak sama
rata dalam satu kelas, kurang optimal dalam membaca potensi anak didiknya dan lebih dominan menggunakan buku sebagai lembar kerja anak.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan seseorang dengan
memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) pemanfaatan sumber belajar sangat penting untuk digunakan agar dapat
memacu kecerdasan anak yang akan terus meningkat dari hari ke hari. Anak usia dini segala potensinya harus distimulasi, dan hal itulah yang jelas menghambat dan merugikan perkembangan mereka hal tersebut perlu diarifkan dengan melihat
aktivitas dan kebutuhan anak secara objektif.
Teori Multiple Intelligences yang ditemukan dan dikembangkan oleh
Howard Gardner menjadi solusi yang adil dan tepat, bahwa melihat anak sebagai individu yang unik. Gardner dalam Winataputra, dkk (2007: 5.3) mengatakan bahwa kecerdasan manusia tidak dapat diukur secara mutlak dengan tes-tes IQ.
Tes IQ hanya mampu mengukur kemampuan seseorang dalam mengerjakan tes IQ tersebut itu saja. Ia menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai
3
yang sukses untuk masa depan seseorang. Selanjutnya ia menemukan bahwa
setiap orang memiliki beberapa kecerdasan yang terdiri dari kecerdasan bahasa, kecerdasan logika matematika, kecerdasan fisik, kecerdasan visual-spasial,
kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan musikal dan kecerdasan naturalis.
Salah satu bagian dari kecerdasan majemuk yang dianggap krusial adalah
kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan visual-spasial memiliki manfaat yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan
kemampuan menangkap warna, arah, dan ruang secara akurat. Kecerdasan visual dan spasial melibatkan kemampuan seseorang untuk memvisualisasikan gambar di dalam kepala (dibayangkan) atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga
dimensi. Kecerdasan ini sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, misalnya: saat menghias rumah atau merancang taman, menggambar
atau melukis, menikmati karya seni. Hampir semua pekerjaan yang menghasilkan karya nyata memerlukan sentuhan kecerdasan ini. Seperti Leonardo da Vinci yang semua karya besarnya diawali dengan gambaran mental yang ia buat di dalam
pikirannya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Micheal Faraday dan Nicolai Tesla. Malah Nicolai Tesla lebih hebat lagi, ia merancang, membuat dan
menjalankan generator induksi hanya dengan menggunakan pikirannya. Ia juga dapat memeriksa komponen yang aus dan rusak dari mesin yang ia jalankan dalam pikirannya. Hebatnya lagi, semua hasil penelitian yang ia lakukan ternyata
sama persis dengan hasil penelitian yang menggunakan mesin sesungguhnya. Demikian juga dengan Albert Einstein menemukan teori relativitas bukan diawali
visual-4
spasialnya. Ia membayangkan dirinya duduk di ujung cahaya dan berjalan dengan
kecepatan cahaya. Kecerdasan visual-spasial Einstein menjadi landasan penemuan teori relativitas.
Dalam mengembangkan teori kecerdasan ini sudah dapat diasah sejak anak berada dalam Kelompok Bermain (KOBER) melalui permainan yang dapat mengembangkan kecerdasan spasial anak usia dini dengan pemanfaatan sumber
atau media belajar. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak dengan membentuk sesuatu menggunakan plastisin atau
bermain playdough. Bermain playdough dapat memberikan kesenangan pada
anak, terutama ketika anak meremas-remas, menggulung, memilin, membentuk dan menciptakan kombinasi yang baru dengan alat permainannya. Anak akan
terus menerus menggunakan daya imajinasinya untuk membuat bentuk-bentuk
yang baru dan unik. Permainan warna pada playdough juga mampu meningkatkan
visual-spasial anak, karena warna playdough yang bermacam-macam memotivasi
anak untuk terus menerus berimajinasi tentang suatu objek.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Maya Tahun 2014 disimpulkan bahwa:
Pembelajaran melalui media gambar berwarna berpengaruh secara signifikan terhadap kecerdasan visual-spasial anak. Hal tersebut sesuai dengan hasil uji hipotesis Ho ditolok dan Ha diterima, sehingga dapat dinyatakan: “Ada Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Media Gambar Berwarna Terhadap Kecerdasan Visual-spasial Anak Usia 5-6 Tahun di TK Islam Siti Hajar Medan Tahun Ajaran 2013/2014”.
Winaputra, dkk (2007:5.6) menyebutkan karakteristik individu yang
menunjukkan kemampuan dalam kecerdasan visual-spasial itu antara lain: “senang merancang sketsa, gambar, desain grafik, tabel, peka terhadap warna,
5
rumah-rumahan dari balok, mengenal relasi benda-benda dalam ruang”.
Data dari dinas pendidikan kota Medan bahwa jumlah kecamatan yang ada di kota Medan sebanyak 21 kecamatan dengan jumlah PAUD sebanyak 349.
Berdasarkan hasil observasi, 70,2 % PAUD di kota Medan menggunakan playdough hanya sebagai kegiatan selingan untuk mengisi waktu yang disebut dengan sudut pengaman atau sudut tunggu.
Kenyataan yang terjadi di PAUD Sartika tempat peneliti mengajar, kecerdasan visual spasial anak usia 4-5 tersebut cenderung masih belum
berkembang secara optimal. Dikatakan demikian karena dari 16 orang anak didik pada saat kegiatan inti, ketika menggambar terdapat 4 orang anak yang tidak tahu akan menggambar apa, 2 orang anak menggambar objek yang sama, dan 3 orang
anak belum mengenal warna dengan baik. Pada saat kegiatan inti, menyusun puzzle terlihat 4 orang anak yang tidak dapat menyusun puzzle kembali, masih
terdapat 3 orang anak yang belum mengenal warna dengan baik, dan terlihat
seorang anak hanya memandangi puzzle. Ketika peneliti menyediakan playdough
di sudut pengaman, 56% anak didik yang mengalami masalah dengan
visual-spasial terlihat adanya ketertarikan anak terhadap media tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti penyebab masalah tersebut adalah
jumlah media yang ada di PAUD tidak sebanding dengan jumlah anak, seperti
lego, balok, plastistin atau playdough dan puzzle. Bermain playdough hanya
sebagai kegiatan alternatif untuk mengisi waktu luang ataupun dilaksanakan di
sudut pengaman saja. Selayaknya playdough dilaksanakan pada kegiatan inti.
Selain itu, metode pembelajaran yang dilaksanakan di PAUD cenderung monoton
6
80% orangtua anak didik menuntut agar anaknya bisa segera baca, tulis, hitung.
Hal tersebut mempengaruhi proses pembelajaran di PAUD yang seharusnya belajar seraya bermain, justru kegiatan pembelajaran terfokus pada membaca,
menulis dan menghitung disertai tugas rumah pada anak untuk menulis secara penuh satu halaman buku.
Berdasarkan permasalahan yang ada di PAUD Sartika, peneliti bermaksud
melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk membantu guru atau pendidik di kelas A PAUD Sartika untuk mengatasi permasalahan terkait kecerdasan visual
spasial anak tersebut melalui kegiatan yang menyenangkan. Upaya yang akan dilakukan peneliti dan pendidik dalam mengatasi permasalahan terkait kecerdasan
visual spasial anak tersebut yaitu melalui bermain playdough, karena selama ini
bermain playdough hanya dilakukan di sudut pengaman bukan kegiatan inti.
Peneliti memilih playdough juga karena terlihat adanya ketertarikan anak pada
saat bermain playdough. Selain warna playdough yang menarik, permainan
warna pada playdough mampu meningkatkan visual spasial anak. Wujud
playdough yang elastis juga dapat melatih motorik halus anak dan memberi
kesenangan pada saat anak meremas menggulung, memilin, membentuk, sehingga memberi keleluasaan pada anak untuk terus menerus menciptakan bentuk-bentuk
yang baru dan unik sesuai imajinasinya.
Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang “upaya meningkatkan
7 1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas terdapat beberapa masalah
yang dapat diidentifikasi, yaitu:
1. Bermain playdough yang dilakukan di PAUD Sartika Medan hanya
sebagai sudut pengaman.
2. Tidak sesuai jumlah media yang dapat menstimulasi perkembangan
kecerdasan visual-spasial anak dengan jumlah anak didik.
3. Tuntutan orangtua agar anaknya bisa segera membaca, menulis dan
berhitung.
4. Guru mendidik semua anak sama rata dalam satu kelas, kurang optimal
dalam membaca potensi anak didiknya dan lebih dominan menggunakan buku sebagai lembar kerja anak.
5. Metode pembelajaran yang tidak bervariasi hanya menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab.
1.3Pembatasan Masalah
Dari uraian masalah di atas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini. Batasan masalahnya yaitu meningkatkan kecerdasan
visual-spasial anak usia 4-5 tahun melalui bermain playdough di PAUD Sartika Medan
8
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah
di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah bermain playdough dapat meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak usia 4-5 tahun di
PAUD Sartika Medan TA 2014/2015?"
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bermain playdough dapat
meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak usia 4-5 tahun di PAUD Sartika
Medan TA 2014/2015.
1.6 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
1. Bagi anak
Mengoptimalkan kecerdasan visual-spasial anak melalui bermain playdough.
2. Bagi guru
Dengan adanya penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai konsep visual-spasial dan kegiatan bermain di
PAUD untuk meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak.
3. Bagi sekolah
Memberikan alternatif kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan
9
4. Bagi peneliti
Memberikan wawasan mengenai proses dan hasil kegiatan bermain playdough terhadap kecerdasan visual-spasial anak di PAUD Sartika
Medan.
b. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan pengembangan pendidikan dalam dunia pendidikan
52
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Thomas. 2002, 7 Kinds of Smart Menemukan Dan Meningkatkan
Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori Multiple Intelligence. Jakarta: Gramedia
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Bumi
Aksara
Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB, dan
TK. Bandung: Yrama Widia
Dewi, Rosmala, 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Medan: PPs Unimed.
Einon, Dorothy. 2005. Permainan Cerdas Untuk Anak Usia 2-6 Tahun. Jakarta:
Erlangga
Gunawan, Adi, W. 2006. Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum
IKAPI. 2009. Undang-Undang Guru Dan Dosen. Bandung: Fokus Media
Lwin, May,dkk. 2008. Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan.
Jakarta: Indeks
Musfiroh, T. 2005. Bermain Sambil Belajar Dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta:
Universitas Terbuka
Musfiroh, T. 2012. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas
Terbuka
Nurjatmika, Yusep. 2012. Ragam Aktivitas Harian Untuk TK. Jogjakarta: Diva
Press.
Rachmawati, Y dan Kurniati E. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada
Anak Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Samsudin. 2008. Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Litera
Sari, Maya. Pengaruh Media Gambar Terhadap Kecerdasan Visual-spasial Anak
Usia 5-6 Tahun Di TK Islam Siti Hajar Medan Tahun Ajaran 2013/2014. Universitas Negeri Medan, Medan: Skripsi Tidak Dipublikasikan
Sudaryati. 2010. Penilaian PAUD. Depdiknas. Jakarta
Sujiono, Yuliani N, dkk. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak.
53
Sugiono. 2011. Metode Pendidikan Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suparno, Paul. 2004. Teori Inteligensi Ganda Dan Aplikasinya Di Sekolah.
Bandung: Kanisius
Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Paud. Yogyakarta: Pedagogia
Winataputra, Udin S, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka
Yaumi, Muhammad. 2012. Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences.
Jakarta: Dian Rakyat
Yus, Anita. 2011. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sumber Internet:
Respati, Ratna . 20 Agustus 2008. Membuat Playdough Yang higienis dan Dan
Bebas Racun (http://ratnarespati.com) Diakses pada tanggal 18 Maret 2012 pukul 21:45 Wib
Setianingsih, Y. (http://repository.upi.edu/). Diakses 10 Oktober 2014
Wildamaria.(http://wildamaria.blogspot.com/2013/05/terapi-bermain-anak-3-5-tahun-bermain.html). Diakses 27 September 2014