• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA ANAK PUTUS SEKOLAH TINGKAT SD DAN SMP DI KECAMATAN MUARA BATANG GADIS KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA ANAK PUTUS SEKOLAH TINGKAT SD DAN SMP DI KECAMATAN MUARA BATANG GADIS KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2013."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA

ANAK PUTUS SEKOLAH TINGKAT SD DAN SMP DI

KECAMATAN MUARA BATANG GADIS

KABUPATEN MANDAILING NATAL

TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi

Sebagian Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

SUCI HARDIANTI

NIM. 3101131222

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Suci Hardianti

Nim : 3101131222

Jurusan : Pendidikan Geografi

Fakultas : Ilmu Sosial

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah

benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya

sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil jiblakan/plagiasi,

maka saya bersedia menerima sanksi atau hukuman atas perbuatan tersebut.

Medan, Januari 2015 Saya yang membuat pernyataan,

(5)

vii

ABSTRAK

Suci Hardianti. 3101131222. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya

Anak Putus Sekolah Tingkat SD Dan SMP Di Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2013. Skripsi, Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) faktor-faktor penyebab terjadinya anak putus sekolah tingkat SD dan SMP di Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal tahun 2013.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Batang Gadis. Dalam Penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh anak usia sekolah (7-15 tahun) yang putus sekolah tingkat SD dan SMP adalah sebanyak 846 orang di Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal tahun 2013. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 94 orang yang terdiri dari 51 orang SD dan 43 orang SMP. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif.

(6)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... ...iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ...v

DAFTAR ISI ... ...vi

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kerangka Teoritis ... 8

B. Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Berfikir ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Lokasi Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel ... 34

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ... 36

E. Teknik Analisa Data ... 36

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 37

(7)

vii

B. Keadaan Non Fisik ... 42

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Hasil Penelitian ... 55

B. Pembahasan ... 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA...80

(8)

xi

DAFTAR GAMBAR

No Uraian Hal

(9)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No Uraian Hal

(10)

DAFTAR TABEL

No Uraian Hal

1. Standar Jarak Pelayanan Sosial ... 29

2. Jumlah Anak Putus Sekolah Tiap Desa ... 35

3. Luas Wilayah Desa/Kelurahan Kecamatan Muara Batang Gadis... 38

4. Penggunaan Lahan Kecamatan Muara Batang Gadis ... 42

5. Jumlah Penduduk Kecamatan Muara Batang Gadis ... 43

6. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 44

7. Komposisi Penduduk Menurut Umur ... 46

8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 47

9. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 48

10. Komposisi Penduduk Menurut Agama ... 49

11. Komposisi Penduduk Menurut Etnis ... 49

12. Prasarana Pendidikan ... 50

13. Sarana Kesehatan ... 51

14. Jarak Dari Desa ke Ibukota Kecamatan ... 52

15. Identitas Responden Berdasarkan Umur ... 55

16. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tingkat SD ... 56

17. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tingkat SMP ... 56

18. Jenis Pekerjaan Orangtua Responden Tingkat SD ... 57

19. Pendapatan Orangtua Responden Tingkat SD ... 58

20. Persepsi Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Tingkat SD ... 60

21. Keinginan Anak Untuk Sekolah Kembali Tingkat SD ... 61

22. Faktor Aksesibilitas Tingkat SD ... 62

(11)

23. Jenis Pekerjaan Orangtua Responden Tingkat SMP ... 63

24. Pendapatan Orangtua Responden Tingkat SMP ... 64

25. Persepsi Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Tingkat SMP ... 66

26. Keinginan Anak Untuk Sekolah Kembali Tingkat SMP ... 67

27. Faktor Aksesibilitas Tingkat SMP ... 68

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Setiap Negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi

cita-cita nasional bangsa yang bersangkutan. Beranjak dari sinilah nantinya dikenal

pendidikan nasional yang didasarkan kepada filsafat bangsa dan cita-cita

nasionalnya. Memulai proses pendidikan, suatu bangsa berusaha untuk mencapai

kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan, baik dalam bidang

ekonomi, sosial, politik, ilmu pengetahuan, teknologi, dan dalam bidang-bidang

kehidupan budaya lainnya. Melalui proses pendidikan pula, suatu bangsa berusaha

untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang direncanakan.

Pembangunan nasional sangat membutuhkan sumber daya manusia yang

berkualitas, yaitu yang dibekali dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Untuk

menciptakan manusia yang berkualitas harus dibekali dengan pendidikan, baik

pendidikan di sekolah maupun pendidikan di luar sekolah. Pendidikan merupakan

aspek ynag penting bagi pengembangan sumber daya manusia sebab pendidikan

merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja untuk

membebaskan manusia dari keterbelakangan, melainkan juga dari kebodohan dan

kemiskinan. Pendidikan diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua

orang untuk mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat

(13)

2

Sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia pertengahan tahun 1997,

sebenarnya telah diproyeksikan bahwa sekitar 35 juta anak 7-15 tahun sudah bisa

bersekolah di jenjang SD atau SLTP. Tetapi, akibat inflasi, gelombang PHK,

kenaikan harga barang kebutuhan pokok, dan tekanan kemiskinan pasca kenaikan

harga BBM, rentan terjadi kelurga miskin yang ada terpaksa mengorbankan

kelangsungan pendidikan anak-anaknya dan lebih memilih mengeluarkan atau

tidak meneruskan sekolah anaknya, baik untuk sementara waktu atau seterusnya

(Suyanto,2003).

Dalam rangka memperluas pengetahuan, pendidikan dan ketrampilan perlu

diperhatikan kesempatan bagi anak yang bertempat tinggal di desa terpencil,

berasal dari keluarga yang kurang mampu atau penyandang cacat. Dalam bidang

pendidikan pemerintah membuat kebijaksanaan yaitu membuat Undang- Undang

Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2011, pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2006, tujuan berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan dibutuhkan untuk mencetak manusia yang cerdas, kreatif,

mandiri sebagai sendi dalam pembangunan negara. Jika suatu bangsa ingin maju

(14)

3

sekolah harus dapat mengeyam dunia pendidikan. Namun itu tidak sesuai dengan

keadaan di Indonesia saat ini.

Masalah utama pendidikan di Indonesia, masih rendahnya persentase

siswa yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi khususnya dari

SMP ke SMA, Lulusan SD yang melanjutkan ke SMP baru 80 persen, sisanya

sekitar 20 persen atau 15 ribu orang tidak melanjutkan ke sekolah yang leih tinggi

atau putus sekolah. Anak-anak lulusan SMP yang tidak melanjutkan ke

SMA/SMK mencapai: 40 persen. Andaikan jumlahnya sama dengan lulusan SD,

berarti kurang lebih 30 ribu orang. Belum lagi angka lulusan SMA yang tidak

melanjutkan ke PT mencapai 60-70 persen (Sarjana dalam indraharti, 2005).

Putus sekolah bukan merupakan persoalan baru dalam sejarah pendidikan.

Persoalan ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan, sebab ketika

membicarakan solusi maka tidak ada pilihan lain kecuali memperbaiki kondisi

ekonomi keluarga. Ketika membicarakan ekonomi keluarga terkait bagaimana

meningkatkan sumber daya manusianya. Sementara semua solusi yang diinginkan

tidak akan lepas dari kondisi ekonomi nasional secara menyeluruh, sehingga

kebujakan pemerintah berperan penting dalam mengatasi segala permasalahan

termasuk perbaikan kondisi masyarakat.

Fenomena putus sekolah merupakan masalah pendidikan di Indonesia

yang belum terselesaikan sampai saat ini. Menurut data di sebuah situs internet

(http://www.menegpp.go.id) Angka putus sekolah seluruh jenjang pendidikan di

Indonesia empat tahun terakhir masih di atas satu juta siswa per tahun. Dari

jumlah itu, sebagian besar (80%) adalah mereka yang masih duduk di jenjang

(15)

4

Menurut Darmaningtyas (2003), fenomena putus sekolah adalah suatu

keadaan terhentinya aktivitas pendidikan pada anak-anak usia sekolah, baik itu

pendidikan formal maupun pendidikan informal sebelum mendapatkan

pengetahuan yang cukup untuk bertahan hidup dalam masyarakat.

Dari semua hasil yang telah dilakukan pemerintah dalam upaya

meningkatkan kualitas pendidikan nasional, ternyata masih banyak ditemukan

kekurangan-kekurangan. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya jumlah anak

usia sekolah yang harusnya duduk di bangku sekolah tetapi malah harus putus

sekolah dan tentu saja dampak ini menyebabkan semakin bertambahnya beban

pemerintah dalam memajukan mutu pendidikan nasional.

Provinsi Sumatera Utara sampai tahun 2011 terdapat 95.718 siswa putus

sekolah. Ini tersebar di beberapa kabupaten/kota. Besarnya angka putus sekolah di

Provinsi Sumatera Utara di duga dipengaruhi aspek fisik wilayah dan aspek

sosial-ekonomi. Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab anak putus

sekolah itulah, maka penting untuk melakukan penelitian ini yang bertujuan

mendeskripsikan karakteristik serta faktor-faktor yang mempengaruhi siswa putus

sekolah.

(www.tribunnews.com/regional/2012/06/11/95.718-siswa-putus-sekolah-di-sumut)

Salah satu Kabupaten yang masih terdapat anak putus sekolah di Provinsi

Sumatera Utara adalah Kabupaten Mandailing Natal tepatnya di Kecamatan

Muara Batang Gadis. Keadaan geografisnya yang secara garis besar adalah

wilayah daerah aliran sungai batang gadis, pesisir dan perkebunan masih jauh

(16)

5

ada di Kabupaten Mandailing Natal, hanya Kecamatan Muara Batang Gadislah

yang daerahnya atau kondisi geografisnya kurang menguntugkan.

Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal dominan

penghasilan keluarga berasal dari pertanian. Penduduk di Kecamatan Muara

Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal kebanyakan sudah memiliki ladang

sendiri kecuali masyarakat pendatang. Dengan adanya kehidupan ekonomi yang

tidak baik akan mengakibatkan tingkat pendidikan yang tidak baik. Di Kecamatan

Muara Batang justru banyak anak-anak yang mengalami putus sekolah yang

kebanyakan berasal dari keluarga yang tidak mampu karena dipengaruhi oleh

keadaan ekonomi ataupun karena jarak antara rumah menuju ke sekolah sangat

jauh. Fenomena semacam inilah yang terlihat di Kecamatan Muara Batang Gadis

Kabupaten Mandailing Natal.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan menunjukkan, bahwa di Kecamatan

Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal ditemukan ada 846 orang anak

yang putus sekolah yang berusia 7-15 tahun diantara 4.659 orang yang sekolah

SD-SMP di Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal.

(http://tribunnews.com/2013/07/07/mandailing-dalam-siswa-putus-sekolah).

Dari jumlah anak usia sekolah di Kecamatan Muara Batang Gadis

sebanyak 5.405 orang dengan anak yang sekolah 4.659 orang. Jumlah anak yang

sekolah usia 7-15 tahun di Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten

Mandailing Natal tahun 2013 berdasarkan jenjang pendidikan SMP usia sekolah

13-15 tahun sebanyak 1.286 orang, SD usia anak sekolah 7-12 tahun sebanyak

3.373 orang. Sedangkan jumlah anak putus sekolah usia 7-12 tahun berdasarkan

(17)

6

putus sekolah usia 13-15 tahun berdasarkan jenjang pendidikan SMP sebanyak

392 orang atau sekitar 35 %.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti lebih jauh mengenai fenomena anak putus sekolah di Kecamatan Muara

Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal. Dengan adanya hal tersebut maka

judul penelitian ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya anak putus

sekolah tingkat SD dan SMP di Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten

Mandailing Natal, sehingga dapat diketahui bagaiamana kondisi pendidikan di

Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat di identifikasi bahwa

faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya anak putus sekolah adalah karena

kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan anak sebagai

investasi masa depannya, kondisi ekonomi orang tua yang miskin.

C.Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya anak putus sekolah tingkat SD dan SMP di Kecamatan

Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2013 di lihat dari usia

anak sekolah yang putus sekolah.

D.Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya anak putus sekolah

tingkat SD dan SMP di Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing

(18)

7

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab anak putus sekolah tingkat SD

dan SMP di Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal tahun

2013.

F.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan

pendidikan khususnya di Kecamatan Muara Batang Gadis.

2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang bermaksud mengadakan

penelitian pada permasalahan yang sama atau hubungan dengan permasalahan

yang diteliti.

(19)

78

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi data analisis serta pembahasan pada bagian

terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya anak putus sekolah tingkat SD dan SMP di Kecamatan

Muara Batang Gadis adalah dilihat dari faktor orangtua, faktor anak, persepsi

orangtua terhadap pendidikan anak dan tingkat aksesibilitas.

1.Faktor Orangtua tingkat SD dan SMP dilihat dari Pendapatan Orangtua

merupakan salah satu penyebab terjadinya anak putus sekolah yang pada

umumnya mempunyai pekerjaan sebagai petani yang rata-rata pendapatannya Rp.

1.100.000 – Rp. 1.500.000 perbulan dengan jumlah tanggungan lebih dari 5 orang

anak. Untuk tingkat SD Sebanyak (74,50%). Untuk tingkat SMP Sebanyak

(74,42%)

2. Persepsi Orangtua terhadap pendidikan anak dilihat persepsi orangtua terhadap

peendidikan anak yaitu orangtua yang menyatakan bahwa pendidikan anak itu

tepat untuk kelangsungan anak untuk tingkat SD yaitu 56,86% karena tidak

mampu untuk menyekolahkan anak mereka karena dipengaruhi oleh ekonomi

yang sangat rendah dalam keluarga. Untuk tingkat SMP yang mengatakan bahwa

pendidikan itu tidak tepat untuk anak sebanyak 51,16% disebabkan oleh persepsi

orang tua terhadap pendidikan sangat kurang, sehingga anak-anak tersebut

dianjurkan untuk bekerja mengurus ladang sendiri dan membantu orang tua

(20)

79

3.Tingkat SD Sebanyak 47,06% yang menjawab mereka putus sekolah

diakibatkan oleh tingkat aksesibilitas yaitu jarak menuju kesekolah sangat jauh

dan Tingkat SMP sebanyak 53,49% di Kecamatan Muara Batang Gadis

disebabkan oleh tingkat aksesibilitas yang meliputi jarak rumah ke sekolah,

fasilitas jalan dan fasilitas transportasi. Akan tetapi ini dilihat dari faktor yang

paling banyak anak yang putus sekolah. Maka dari itu tingkat aksesibilitas

merupaka faktor utama yang menyebabkan terjadinya anak putus sekolah di

Kecamatan Muara Batang Gadis.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian, dapat diberikan saran-saran sebagai

berikut:

1. Pendidikan sangat penting bagi masa depan anak, terlebih lagi pada zaman

sekarang ini, maka kepada semua siswa khususnya pendidikan tingkat SD dan

SMP yang saat ini masih duduk di bangku sekolah sebaiknya harus bena-benar

melaksanakan tugasnya sebagai siswa dan mempunyai minat yang tinggi untuk

menanmatkan sekolahnya sampai kejenjang yang lebih tinggi.

2. Orang Tua harus menyadari bahwa pentingnya pendidikan terhadap masa

depan anak,anak butuh perhatian dari orang tua, semangat dan dorongan untuk

belajar khususnya Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal.

3. Kepada Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal supaya memperhatikan

tingkat aksesibilitas wilayah yang akan ditingkatkan terutama jalan dan fasilitas

transportasi. Supaya dapat mengurangi anak putus sekolah yang ada di Kecamatan

(21)

80

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta Dalyono, 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Daljoeni, N. 1997. Penduduk, Lingkungan dan Masa Depan. Pendidikan Anak di Kelurahan Gambut Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar

Diana Brahmana, Lady.2013. Faktor-Faktor Melatarbelakangi Penyebab Terjadinya Anak Putus Sekolah di Desa Jeraya Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal. 2010. Profil Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2010 (Makalah). Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal.

Dwi, N.dkk. 2013. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Usia Pendidikan Dasar di Kecamatan Gerokgak. Jurnal Penelitian Kependidikan. Gunawan, Ary H.2010. Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi Tentang

Berbagai Promblem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Grahacendikia. 2009. Anak Putus Sekolah dan Cara Pembinaannya. URL:http://www.google.co.id/putus sekolah/ Referensi Penelitian Skripsi-Tesis

Hadikusumo, K. 1996. Pengantar Pendidikan Semarang: IKIP Semarang

Hasbullah, 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Indriharti, Febry. 2005. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Lulusan SMP Melanjutkan ke SMA Bagi Penduduk Desa Kemiriombo Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung. Skripsi. Semarang : UNNES

Kartika, Dwi Candra. 2008. Penyebab Anak-Anak Putus Sekolah dan Cara Penanggulangannya. Skripsi. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Malang

Lubis, Elpi Sunita. 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelanjutan Pendidikan Anak ke Perguruan Tinggi di Desa Sampali Kecamatan Percut Sai Tuan Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Medan: Jurusan pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Mulyadi, Abiyoso. 2008. Problem Putus Sekolah. Media kabar Indonesia.

Perda Kusuma, Halim. 2011. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Angka Putus Sekolah Tingka SD/Sederajat dan SMP/Sederajat di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Suyanto, bagong.2003. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

(22)

81

Suriawati, 2012. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Anak Putus Sekolah di Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Skripsi.Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. D. 2004. Pendidikan Nonformal: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah dan Teori Pendukung, serta Azas. Bandung : Fallah Production Sukmadinata. 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung:

Remaja Rosda Karya

Suyanto, & Abbas. (2001). Wajah dan dinamika pendidikan anak bangsa. Yogyakarta: Adicita

Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.

Tirtarahardja, Umar dan La. Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta Angket

www.sekolahdasar.net, di akses tanggal 17 April 2014, pukul 15.06

Wajib Belajar 9 Tahun, <URL:http://id.wikipedia.org/wiki/Wajib_Belajar> akses 01-04-11

(http:// www.menegpp.go.id, di akses tanggal 25 Maret 2014, pukul 10.15)

(http://www.tribunnews.com/regional/2012/06/11/95.718-siswa-putus-sekolah-di-sumut, di download tanggal 25 Maret 2014, pukul 11.03)

(http://tribunnews.com/2013/07/07/mandailing-dalam-siswa-putus-sekolah di

akses tanggal 4 Maret 2014, pukul 14.05)

(http://www.psychologymania.com/2012/10/pengertian-anak-usia-sekolah.html,di

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap minyak atsiri bunga cengkeh maka disarankan agar melakukan proses polimerisasi menggunakan perbandingan mol yang

Berdasarkan hasil wawancara pada pengelola Lazismu UMS tentang faktor pendukung dari segi sistem pada aplikasi yang digunakan untuk pengelolaan dana zakat pada Lazismu UMS

Menurut pengelola lazismu UMS, aplikasi berbasis excel yang digunakan oleh pengelola lazismu sudah efisien namun masih dibutuhkan aplikasi lain untuk membantu aktivitas yang

Dari perhitungan statistik Chi-square didapatkan nilai p value sebesar 0,46 sehingga nilai p ini lebih kecil dari nilai alpa (α = 0,05) artinya ada terdapat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan tingkat hipertensi pada lansia di dusun Babadan Magelang

Karena kenikmatan akhirat tidaklah menyempitkan orang yang memburunya, ia adalah kenikmatan yang sesungguhnya, kenikmatan yang luar biasa, tidak

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih karunia, kekuatan, dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul