PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN GANDA TERHADAP HASIL BELAJAR
MODUL MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh: ZAIM ANSHARI NIM: 8126122046
PROGRAM
PASCA
SARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI
MEDAN
ABSTRACT
Zaim Ansari , Effect of Multiple Intelligences Learning Model and Results Module Against Islam Faculty of Medicine, University of North Sumatra . Thesis , Medan : Educational Technology Studies Program .
This study aims to : ( 1 ) To know the advantages of cooperative learning model type Seven Jump PBL and PBL cooperative learning model of Jigsaw in influencing learning outcomes Digestion Module . ( 2 ) To know the advantages of students who have interpersonal and intrapersonal intelligences of students who have learning modules in affecting digestion . ( 3 ) To determine the interaction between cooperative learning and multiple intelligences PBL in influencing the digestion module learning outcomes .
This research was conducted at the Faculty of Medicine, University of North Sumatra Islamic in the second semester of the school year 2013/2014 . Population of 352 people . Sampling was done by cluster random sampling amounted to 6 SGD [ SGD 3 ( 12 persons ) , SGD 6 ( 12 ) , 9 ( 13 ) , 10 ( 12 persons ) , 12 ( 13 people ) and 14 ( 13 ) ] 75 people consisting of 3 SGD Seven Jump and 3 SGD Jigsaw . Intelligence tests performed to classify students who have interpersonal and intrapersonal intelligence students . The method used is a quasi-experimental design with 2 x 2 factorial statistical test used was descriptive statistics to present data and proceed with inferential statistics using ANOVA two lines with significance level α = 0.05 , followed by Scheffe test . Previous analysis test in the form of normality and homogeneity test .
The results showed : ( 1 ) The results of student learning modules taught digestion using PBL Cooperative Learning Model Seven types Jump higher than students taught by PBL Cooperative Learning Model Jigsaw with test results of F = 2.164 < Ftabel = 6.578 at significance level α = 0.05 . ( 2 ) The results of student learning digestion modules have interpersonal intelligence higher than students who have intrapersonal intelligence with test results of F = 58.357 > F table = 6.578 at significance level α = 0.05 . ( 3 ) The interaction model of self- learning and intelligence in influencing student learning outcomes , the results of testing of F = 43.694 > Ftable = 6.578 . This hypothesis indicates that cooperative learning model type Seven Jump PBL is more appropriate than the model PBL Jigsaw cooperative learning to improve learning outcomes . Fromsomeexplanationabove can beafundamentalconclusionthatthelearning by usinga modelof cooperative learningandproblem-based SevenJumpJigsaw cooperativelearning-based problemsare more likelytouseinterpersonal intelligenceevidencedinthe aboveexplanation ofthesignificant differencesinlearning outcomesdigestionmodulestudents. On theother hand, inlearningwithstudentswhohavelearning modelusedintrapersonal intelligencearemore appropriateto the character ofintrapersonal intelligence, although itdoes not havea verysignificantdifferenceinstudentlearning outcomesdigestionmodule.
Withthe results ofthis studyare expected tobe input forlecturersinimplementingcooperative learning model. Ifin a class, the number of studentswhohaveinterpersonalintelligencemorethan thestudentswhohaveintrapersonal intelligence, suggestedusingcooperative learningandproblem-based SevenJumpJigsaw cooperativelearning-learningandproblem-based problems. However, whenthe number of studentswhohaveintrapersonal intelligencemorethan thestudentswhohaveinterpersonalintelligence, it is advisable to useother learning, so
It is well knownthatthere is nolearning modelis best forall kinds ofstudentcharacteristics, butat leastthe results ofthis studycouldbeaninput fora lecturer indigestionmoduletobe usedin communicatingdigestionmodulematerialto students
ABSTRAK
Zaim Anshari, Pengaruh Model Pembelajaran dan Kecerdasan Ganda Terhadap Hasil Modul Fakultas KedokteranUniversitas Islam Sumatera Utara. Tesis, Medan: Program Studi Teknologi Pendidikan.
Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui keunggulan model pembelajaran kooperatiftipe Seven Jumpberbasis masalah dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawberbasis masalah dalam mempengaruhi hasil belajar Modul Pencernaan. (2) Untuk mengetahui keunggulan mahasiswa yang memiliki kecerdasan interpersonal dan mahasiswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal dalam mempengaruhi hasil belajar modul pencernaan. (3) Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah dan kooperatif tipe Jigsaw berbasis masalah serta kecerdasan Interapersonal dan Interpersonal dalam mempengaruhi hasil belajar modul pencernaan.
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara pada sem ester dua tahun pelajaran 2013/2014. Populasi berjumlah 352 orang ( 30 SGD ). Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling berjumlah 68 mahasiswa (6 SGD ). Tes kecerdasan dilakukan untuk mengelompokkan mahasiswa yang memiliki kecerdasan interpersonal dan mahasiswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2. Uji statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif untuk menyajikan data dan dilanjutkan dengan statistik inferensial dengan menggunakan ANAVA dua jalur dengan taraf signifikan α = 0,05 yang dilanjutkan dengan uji Scheffe. Sebelumnya dilakukan uji analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Hasil belajar modul pencernaanmahasiswa yang diajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsawberbasis masalh dengan hasil pengujian Fhitung = 2,164 < Ftabel = 6,578 pada taraf signifikan α = 0,05. (2) Hasil belajar modul pencernaanmahasiswa yang memiliki kecerdasan interpersonal lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal dengan hasil pengujian Fhitung = 58,357> Ftabel = 6,578 pada taraf signifikan α = 0,05. (3) Adanya interaksi model pembelajaran dan kecerdasan diri mahasiswa dalam mempengaruhi hasil belajar, dengan hasil pengujian Fhitung = 43,694 > Ftabel = 6,578. Hipotesis ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatiftipe Seven Jumpberbasis masalah lebih tepat daripada model pembelajaran kooperatiftipe Jigsawberbasis masalah dalam meningkatkan hasil belajar.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan yang mendasar bahwa pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis masalah lebih cenderung kepada penggunaan kecerdasan interpersonal yang dibuktikan pada penjelasan diatas dengan perbedaan yang signifikan pada hasil belajar modul pencernaan mahasiswa. Pada sisi lain, pada pembelajaran dengan mahasiswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal dipakai model pembelajaran yang lain yang sesuai dengan karakter kecerdasan intrapersonal, walaupun tidak memiliki perbedaan yang sangat signifikan pada hasil belajar modul pencernaan mahasiswa.
berbasis masalah dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis masalah. Namun bila jumlah mahasiswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki kecerdasan interpersonal, disarankan menggunakan pembelajaran yang lain, sehingga peningkatan hasil belajar mahasiswa akan lebih baik.
Sangat disadari bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling baik bagi segala macam karakteristik mahasiswa, tetapi setidaknya hasil penelitian ini bisa menjadi satu bahan masukan bagi dosen mata kuliahmodul pencernaan untuk dapat digunakan dalam mengkomunikasikan materi modul pencernaan kepada mahasiswa.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Teknologi Pendidikan.
Dalam menyelesaikan tesis ini, penulis dapat memperoleh kendala akibat daripada keterbatasan penulis, namun demikian berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M. Pd selaku Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Julaga Situmorang, M. Pd selaku Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan masukan, arahan dan motivasi sejak penyusunan proposal hingga penyelesaian tesis. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ketiga narasumber yaitu Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M. Pd, Bapak Prof. Dr. Efendi Napitupulu, M. Pd, Bapak Prof. Dr. Asih Menanti, MS. SPs atas masukan dan koreksinya untuk perbaikan tesis ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M. Pd selaku rektor UNIMED, Prof. Dr. H. Abdul Muin
Sibuea, M. Pd selaku direktur Program Pascasrjana UNIMED, Prof. Dr. Arif Rahman, M. Pd selaku asisten direktur I , Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd selaku asisten direktur II dan Prof. Dr. Harun Sitompul, M. Pd selaku ketua Prodi Teknologi Pendidikan serta staf/pegawai program Pasca Sarjana UNIMED yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas belajar kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan program Pasca Sarjana UNIMED.
2. Bapak dan Ibu Dosen Program Teknologi Pendidikan yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama mengikuti perkuliahan.
3. Bapak dr Aswin Soefi Lubis, Msi, PA selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam
4. Keluarga tercinta, ayah dan ibunda ( almarhum ), Istri tercinta Marlina Elfa Lubis , Ananda tercinta Abu Bakar Siddiq Siregar dan Naya Rahil Siregar yang selama ini telah memberikan motivasi dan bantuan moril yang tak terhingga kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan tesis ini. Rekan-rekan mahasiswa khususnya Program Teknologi Pendidikan angkatan XXII yang membantu penulis dengan memberikan masukan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikn tesis ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan tesis ini dan untuk itu penulis mengharapkan sumbangan pemikiran, kritik dan saran untuk kesempurnaannya.
Akhir kata penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat dalam mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan.
Medan, 24 Maret 2015 Hormat Saya,
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAk ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
a. Latar Belakang Masalah ... 1
b. Identifikasi Masalah ... 8
c. Pembatasan Masalah ... 9
d. Rumusan Masalah ... 10
e. Tujuan Penelitian ... 10
f. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 12
A. Kajian Teoritis ... 12
1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Modul Pencernaan ... 12
2. Hakikat Model Pembelajaran ... 15
2.1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ... 17
2.1.2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw ... 32
2.2. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 39
3. Hakikat Kecerdasan Ganda...42
3.1. Kecerdasan Interpersonal ... 46
3.2. Kecerdasan Intrapersonal ... ..49
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... ..52
C. Kerangka Berpikir ... ..53
1. Perbedaan Hasil Belajar Modul Pencernaan,mahasiswa yang diajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump Ber basis masalah dengan mahasiswa yang diajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis masalah ... 53
2. Perbedaan Hasil Belajar Modul Pencernaan, mahasiswa yang memiliki kecerdasan interpersonal dengan mahasiswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal ... 54
3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Dan Kecerdasan Ganda TerhadapHasil Belajar Modul Pencernaan Mahasiswa ... 55
D. Hipotesis Penelitian ... 58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 59
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 59
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 59
1. Populasi ... 59
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 61
C. Metode dan Desain Penelitian ... 61
E. Prosedur dan Pelaksanaan Perilaku ... 65
1. Prosedur Perlakuan ... 65
2. Pelaksanaan Perlakuan ... 67
a. Pembelajaran Kooperatif tipe Seven JumpBerbasis Masalah ... 67
b. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Berbasis Masalah ... 68
F. Pengontrolan Perilaku ... 69
1. Validitas Internal ... 69
2. Validitas Eksternal ... 71
G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 71
1. Teknik Pengumpulan Data ... 71
2. Instrumen Penelitian ... 72
3. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 77
H. Teknik Analisis Data ... 79
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 81
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 81
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 94
C. Pengujian Hipotesis ... 101
D. Pembahasan dan diskusi Hasil Penelitian ... 108
E. Keterbatasan Penelitian ... 123
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 125
A. Simpulan ... 125
B. Implikasi ... 128
C. Saran ... 132
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.Sintaks Pembelajaran Kooperatif ... 23
2.Konversi Skor Perkembangan Individu ... 26
3.Tingkat Penghargaan Kelompok ... 27
4.Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Seven Jump dan Jigsaw ... 38
5.Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah dengan Model Lain ... 41
6.Pebedaan Karakteristik Orang dengan Kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal ... 51
7.Distribusi Mahasiswa Semester II FK UISU Tahun Ajaran 2013/2014 ... 60
8.Desain Penelitian Faktorial 2x2 ... 62
9.Perbedaan Perlakuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Seven Jump danJigsaw ... 66
10.Kisi – kisi Tes Modul Pencernaan ... 74
11.Kisi – kisi Instrumen Kecerdasan Ganda ... 76
12.Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif ... 81
13.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Modul Pencernaan Mahasiswa Yang dibelajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Seven Jump ... 82
14.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Modul Pencernaan Mahasiswa yang dibelajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 84
15.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Modul Pencernaan Mahasiswa yang memiliki Kecerdasan Interpersonal ... 85
16.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Modul Pencernaan Mahasiswa yang memiliki Kecerdasan Intrapersonal ... 87
x
18.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Modul Pencernaan Mahasiswa yang dibelajarkan
Dengan MenggunakanModel PembelajaranKooperatif tipe Seven Jump dan
Yang Memiliki Kecerdasan Intrapersonal ... 90
19.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Modul Pencernaan Mahasiswa yang dibelajarkan
Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatiftipe Jigsaw dan yang
Memiliki Kecerdasan Interpersonal ... 91
20.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Modul Pencernaan Mahasiswa yang dibelajarkan
Dengan MenggunakanModel Pembelajaran Kooperatif tipeJigsaw dan yang
Memiliki Kecerdasan Intrapersonal ... 93
21.Hasil Pengujian Normalitas Data Untuk Perlakuan Model Pembelajaran Kooperatif
tipe Seven Jumpdan tipe Jigsaw ... 95
22.Hasil Pengujian Normalitas Data Untuk Perlakuan Menggunakan Kecerdasan Inter
Personal dan Kecerdasan Intrapersonal ... 96
23.Hasil Pengujian Normalitas DataUntuk Interaksi Model Pembelajaran
dan Kecerdasan ... 97
24.Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians antara kelompok sampel Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Seven Jump dan Jigsaw ... 99
25.Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians antara kelompok sampel Model
Berdasarkan Kecerdasan ... 100
26.Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians antara kelompok sampelInteraksi
Antara Model Pembelajaran dan kecerdasan... 101
27.Rangkuman Hasil ANAVA Secara keseluruhan terhadap Hasil Belajar Modul
Pencernaan ... 101
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar Model Pembelajaran Seven Jump ... 29
2. Gambar Model Pembelajaran Jigsaw ... 36
3. Histogram Hasil Belajar Modul Pencernaan Mahasiswa yang menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Seven Jump ... 83
4. Histogram Hasil Belajar Modul Pencernaan Mahasiswa yang menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 84
5. Histogram Hasil Belajar Modul Pencernaan Mahasiswa yang memiliki Ke
cerdasan Interpersonal ... 86
6.Histogram Hasil Belajar Modul Pencernaan Mahasiswa yang memiliki Ke
Cerdasan Intrapersonal ... 87
7. Histogram Hasil Belajar Modul Pencernaan Mahasiswa yang dibelajarkan dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Seven Jump dan yang memiliki
Kecerdasan Interpersonal ... 89
8.Histogram Hasil Belajar Modul Pencernaan Mahasiswa yang dibelajarkan dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Seven Jump dan yang memiliki
Kecerdasan Intrapersonal ... 90
9. Histogram Hasil Belajar Modul Pencernaan Mahasiswa yang dibelajarkan dengan
Menggunakan ModelPembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan yang memiliki
Kecerdasan Interpersonal ... 92
10.Histogram Hasil Belajar Modul Pencernaan Mahasiswa yang dibelajarkan dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan yang memiliki
Kecerdasan Intrapersonal ... 94
11.Model Interaksi Model Pembelajaran dan Kecerdasan Terhadap Hasil Belajar Modul
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus ... 138
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Seven Jump ... 141
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Jigsaw... 183
4. Langkah – langkah Proses Pembelajaran Seven Jump ... 219
5. Langkah – langkah Proses Pembelajaran Jigsaw ... 220
6. Kerangka Konsep Modul Pencernaan ... 221
7. Lembar Kerja Untuk Model Pembelajaran ... 222
8. Instrumen Penelitian ...226
9. Kunci Jawaban ...238
10. Penilaian Hasil Belajar ... 240
11. Tes Kecerdasan Ganda ... 242
12. Daftar Nilai Angket SGD ... 244
13. Daftar Nilai Kecerdasan Ganda ... 246
14. Perhitungan Uji Validitas, Tingkat Kesukaran, Daya Beda, Reliabilitas ... 248
15. Data Induk Penelitian ... 258
16. Perhitungan Harga SD, Median, Modus Dan Distribusi Frekuensi ... 263
17. Uji Normalitas Dengan Menggunakan Tabel L ( lilifors ) ... 273
18. Uji Homogenitas Varians Dengan Uji Bartlet ... 274
19. Perhitungan Hipotesis Atau Uji Anava Faktorial 2x2 ... 275
20. Lampiran – lampiran Tabel ( Tabel Statistik ) ... 280
xiii
22. SK Seminar Proposal Penelitian ... 282
23. SK Penelitian Dari FK UISU ... 283
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Belajar menjadi dosen adalah sebuah perjalanan panjang dan kompleks, yang penuh
kegembiraan dan tantangan. Perjalanan itu dimulai dengan pengalaman yang dimiliki bersama
orang tua dan kakak atau adik - adik, dilanjutkan dengan observasi dari dosen ke dosen selama
enam belas sampai dua puluh tahun diperguruan tinggi dan secara formal, mencapai puncaknya
pada pelatihan profesional, tetapi setelah itu masih terus berlanjut dalam bentuk pengalaman
belajar sepanjang hayat (Arends, 2008 : v).
Di dalam Pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa tujuan membentuk negara kesatuan Republik
Indonesia ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (Tilaar, 2000:1). Pendidikan adalah usaha
sadar, terencana dan diupayakan untuk memungkinkan peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi diri, baik fisik maupun nirfisik; yakni mengembangkan potensi pikir (mental – intelektual),
sosial, emosional, nilai moral, spritual, ekonomikal (kecakapan hidup), fisikal, maupun kultural,
sehingga ia dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan dirinya,
keluarganya, masyarakat, bangsa dan negara; serta dapat menjawab tantangan peradaban yang
semakin maju. Pendidikan, hakikatnya merupakan proses membangun peradaban bangsa, dan
pendidikan harus berarah
pada konsep perubahan, penumbuhkembangan anak – anak bangsa menjadi pribadi yang baik(
Supriadie, 2012 : 1).Pengetahuan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Itu semua
kita sudah paham. Namun, memasuki milenium baru ini, kesadaran atas pentingnya pengetahuan
semakin nyata dan meningkat ( Tufiq, 2013: 2 ).
Hakikat pendidikan adalah merupakan proses membangun peradaban bangsa, dan pendidikan
harus berarah pada konsep perubahan, penumbuh kembangan anak-anak bangsa menjadi pribadi
yang baik (beriman, bertaqwa, berbudi pekerti luhur, memiliki nilai moral), mampu
berkomunikasi, bergaul dengan baik, saling menghargai, dan memiliki kematangan emosional;
terampil/memiliki kecakapan hidup dan berbudaya (Supriadie, 2012: 1).
Paradigma pelayanan kesehatan kontemporer dan hubungannya dengan pendidikan kedokteran,
dalam deklarasi Alma Ata, telah menempatkan upaya–upaya pelayanan kesehatan primer sebagai
proritas pembangunan kesehatan global. Landasan dari deklarasi tersebut adalah terjadinya
pergeseran paradigma pelayanan kesehatan yang mengedepankan upaya – upaya promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit. Selanjutnya hal ini merupakan tantangan bagi bidang
pendidikan kedokteran secara global saat initermasuk di Indonesia (Syaiful, 2012: 1).
Modul sistem pencernaan merupakan salah satu modul klinis yang mempelajari tentang Anatomi,
Histologi, Fisiologi, Patogenesis dan Penatalaksanaan ( Pengobatan dan Perawatan ) dalam
konteks Pelayanan Kesehatan Primer ( Aswin, 2012, 1 ). Modul pencernaan ini meliputi sistem
pencernaan. Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari
makanan yang ditelan ke dalam lingkungan internal tubuh (Lauralee, 2012, 641). Dalam hal ini,
makanan akan diproses dalam pencernaan. Pencernaan makanan ialah proses biokimia yang
bertujuan mengolah makanan yang dimakan menjadi zat – zat yang mudah dapat diserap oleh
selaput-selaput lendir usus, bilamana zat – zat tersebut diperlukan oleh badan ( Hadi, 2013, 1 ).
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita – cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
dan Pembukaan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Oleh karena itu,
setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipasif, perlindungan dan
berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia,
peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa serta pembangunan nasional.
Dalam rangka implementasi paradigma sehat, dibutuhkan sebuah undang – undang yang
berwawasan sakit.Undang – Undang tersebut memuat ketentuan yang menyatakan bahwa bidang
kesehatan sepenuhnya diserahkan kepada daerah masing – masing yang setiap daerah diberi
kewenangan untuk mengelola dan menyelenggarakan seluruh aspek kesehatan.
Pasal1,Ayat 6,UU RI Bidang Kesehatan yaitu tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan(UU RI Bidang Kesehatan, 2009 : 1-5 ).
Mahasiswa yang dapat mengikuti Modul Pencernaan adalah mahasiswa yang telah lulus modul
keterampilan komunikasi, Modul Biomedik I, Modul Biomedik II, Modul Jantung dan Modul
Pernafasan. Setelah menyelesaikan modul ini, apabila diberikan data primer dan sekunder,
ilustrasi, maupun pasien simulasi penyakit dan kelainan sistem pencernaan, mahasiswa mampu
mengelola pasien berdasarkan ilmu biomedik, kedokteran klinis, dan bioetika dengan cara
mengidentifikasi, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi masalah yang berhubungan
dengan sistem pencernaan manusia (Aswin, 2012: 25).
Adanya kendala yang dihadapi mahasiswa dalam memahami mata kuliah Modul Pencernaan
mengakibatkan hasil belajar yang mereka peroleh tidak memuaskan. Berdasarkan hasil
pengamatan pada tahun 2011, tahun 2012, tahun 2013 dan tahun 2014 ditemukan bahwa para
mahasiswa dirasakan kurang pengetahuannya dalam Modul Pencernaan. Hal ini tentu saja menjadi
dalam sistem pencernaan. Hasil evaluasi modul pencernaan mahasiswa semester II tahun ajaran
2011 / 2012 lebih rendah dibandingkan dengan hasil evaluasi modul pencernaan mahasiswa tahun
ajaran 2012 / 2013 ( Berkas laporan hasil evaluasi FK UISU ). Dalam hal inilah akan dilakukan
penelitian dengan melakukan model pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah
yang akan dibandingkan dengan Modul pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis masalah.
Penelitian ini akan melihat bagaimana hasil pembelajaran dengan mempergunakan model
pembelajaran kooperatif tipe seven jump berbasis masalah dengan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw berbasis masalah.Dengan melakukan penelitian ini diharapkan adanya hasil yang
signifikan kearah perubahan hasil evaluasi dari mahasiswa.
Dalam hal ini, untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi, dapat dilakukan dengan
menerapkan model. Salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan di dalam kelas adalah
dengan melibatkan mahasiswa dalam proses pembelajaran, membuat suasana kelas yang variatif
dan menyenangkan sehingga mahasiswa akan merasa ikut beraktivitas dan bertanggung jawab
terhadap proses belajar itu sendiri, karena proses belajar yang melibatkan mahasiswa sebagai
subjek didik yang ikut merencanakan dan melaksanakan pembelajaran disertai dengan bimbingan
dari dosen merupakan proses pembelajaran yang berorientasi pada keberhasilan mahasiswa.
Dalam penerapan sistem belajar kelompok yang selama ini dilaksanakan hanya sekedar kerja
kelompok. Bagi mahasiswa yang kurang memiliki kemampuan dalam modul pencernaan akan
senang dengan kegiatan kerja kelompok karena mahasiswa tersebut tidak perlu berpikir keras,
karena teman yang pintar dalam modul pencernaan yang bekerja menyelesaikan tugas. Di sisi lain,
bagi mahasiswa yang selama ini memiliki kemampuan interpersonal atau intrapersonal yang baik
merasa tidak terpenuhi bakatnya karena dia akan terbeban dengan tugas yang diberikan oleh dosen
pembelajaran yang selama ini hanya berpusat pada dosen (teacher oriented) juga tidak membantu
mahasiswa secara maksimal untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal atau
intrapersonalnya karena mahasiswa tidak diajak bekerja sama dalam memperkaya pengetahuan
yang berhubungan dengan ilmu lainnya.
Pembelajaran kooperatif membuat mahasiswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam
kelompok. Dalam model pembelajaran kooperatif ini, dosen lebih berperan sebagai fasilitator yang
berfungsi sebagai penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi (Rusman, 2011: 201).
Teori yang melandasi model pembelajaran kooperatif adalah teori belajar konstruktivisme
yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky (Rusman, 2011: 201). Pada dasarnya pendekatan teori
kontruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana mahasiswa harus secara individual
menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan
aturan yang ada dan merevisinya.Menurut pandangan Piaget dan Vigotsky tahun 1980 adanya
hakikat sosial dari sebuah proses belajar dan penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan
kemampuan anggotanya yang beragam, sehingga terjadi perubahan konseptual. Tom V. Savage (
Rusman, 2011: 203) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan yang
menekankan kerja sama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif(cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
mahasiswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggota
kelompoknya terdiri dari empat sampai enam mahasiswa dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen. Dalam sistem belajar yang seperti ini, mahasiswa belajar bekerja sama dengan anggota
kelompoknya. Oleh karena itu mahasiswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar
yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan
secara sembarangan. Dalam pembelajaran kooperatif, proses pembelajaran tidak hanya dari dosen
kepada mahasiswa. Akan tetapi bisa saja mahasiswa saling membelajarkan sesama mahasiswa atau
yang dikenal dengan tutor sebaya. Pembelajaran kooperatif yang tidak lagi teacher oriented
memungkinkan hasil belajar mahasiswa menjadi lebih baik.
Ada dua faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi, kebiasaan, minat, dan sebagainya.
Sementara itu, faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor internal tersebut di antaranya
adalah faktor intelektual yaitu kecerdasan mahasiswa dan faktor non intelektual yaitu motivasi
berprestasi dan kebiasaan belajar mahasiswa. Faktor intelektual (kecerdasan) mempunyai
pengaruh yang cukup jelas dalam hal pencapaian hasil belajar. Kecerdasan adalah suatu
kemampuan untuk memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam
latar budaya tertentu (Asri, 2005: 113). Penelitian Gardner tahun 1980 mengidentifikasi ada
delapan jenis kecerdasan manusia dalam memahami dunia nyata, kemudian ditambahkan dua jenis
kecerdasan lagi oleh para tokoh-tokoh psikologi sehingga menjadi 10 macam kecerdasan, yaitu
(1) kecerdasan verbal/bahasa (verbal linguistic intelligence), (2) kecerdasan logika/matematik
(logical mathematical intelligence), (3) kecerdasan visual/ruang (visual spatial intelligence), (4)
kecerdasan tubuh/gerak tubuh (body/kinesthetic intelligence), (5) kecerdasan musical/ritmik
(musical/rhythmic intelligence), (6) kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence), (7)
kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence), (8) kecerdasan naturalis (naturalistic
(existensialist intelligence). Pada dasarnya setiap individu memiliki semua kecerdasan tersebut. Di
dalam diri setiap individu tersedia kemampuan untuk dapat mengembangkan semua kecerdasan
tersebut sampai mencapai tingkat yang memadai.
Kecerdasan interpersonal dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai kemampuan dan
ketrampilan seseorang untuk mempersepsi dan mendeteksi perbedaan-perbedaan suasana hati,
tujuan, motivasi dan perasaan-perasaan orang lain yang meliputi tiga dimensi yaitu social
sensitivity, social insight, dan social communication yang dikembangkan berdasarkan skala
kecerdasan Anderson. Di sisi lain, kecerdasan intrapersonal berkenaan dengan kemampuan yang
berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri, dapat memahami kekuatan
dan kelemahan diri sendiri dan melakukan disiplin diri.
Bersumber pada uraian latar belakang di atas, peneliti mencoba melakukan penelitian guna
mengetahui pengaruh model pembelajaran dan kecerdasan ganda dalam meningkatkan hasil
belajar mahasiswa. Dengan penerapan tersebut peneliti berkeinginan untuk membandingkan
model pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalahdan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw berbasis masalah, serta membandingkan model tersebut dengan kecerdasan
interpersonal dan intrapersonal.
B.Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu : (1) Apa saja faktor – faktor yang
mempengaruhi hasil belajar modul pencernaan, mahasiswa ? (2) Bagaimanakah cara penyampaian
urutan materi modul pencernaan yang baik ? (3) Bagaimanakah urutan kegiatan pembelajaran yang
lebih tepat untuk membantu proses belajar mahasiswa ? (4) Apa model pembelajaran yang tepat
pembelajaran yang berbeda membutuhkan kondisi pembelajaran yang berbeda pula ? (6) Apakah
perbedaan karakteristik mahasiswa mempengaruhi hasil belajar mahasiswa (7) Apakah dalam
pembelajaran modul pencernaan, dosen sudah menerapkan model pembelajaran sesuai dengan
keadaan mahasiswa ? (8) Apakah pemberian model pembelajaran yang berbeda pada pembelajaran
modul pencernaan dapat mempengaruhi hasil belajar mahasiswa ? (9) Bagaimanakah sebaiknya
model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran modul pencernaan sehingga mahasiswa
merasa tidak bosan dan jenuh ? (10) Model pembelajaran yang bagaimanakah yang sebaiknya
dipakai untuk mahasiswa yang memiliki kecerdasan yang berbeda ? (11) Apakah penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah dapat meningkatkan hasil
belajar mahasiswa ? (12) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis
masalah dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa ? (13) Apakah terdapat perbedaan hasil
belajar yang disebabkan kecerdasan interpersonal (14) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar
yang disebabkan kecerdasan intrapersonal (15) Apakah terdapat interaksi antara penggunaan
model pembelajaran yang berbeda dan kecerdasan dalam mempengaruhi hasil belajar modul
pencernaan mahasiswa ?
C. Pembatasan Masalah.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti melakukan pembatasan masalah
sebagai berikut:
1. Model pembelajaran dibatasi pada model pembelajaran kooperatif tipe seven jump berbasis
masalah dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis masalah..
2. Kecerdasan ganda dibedakan menjadi dua taraf yaitu kecerdasan interpersonal dan kecerdasan
3. Hasil belajar modul pencernaan dibatasi pada sistem pencernaan yaitu Topik Tree ( bagan
pembelajaran ), dan perolehan hasil terhadap materi yang diberikan yang diukur dengan
menggunakan tes.
D. Perumusan Masalah.
1. Apakah pemahaman Modul Pencernaan kelompok mahasiswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah lebih tinggi daripada kelompok
mahasiswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis
masalah ?
2. Apakah hasil belajar Modul Pencernaan kelompok mahasiswa yang memiliki kecerdasan
interpersonal lebih tinggi daripada kelompok mahasiswa yang memiliki kecerdasan
intrapersonal ?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kecerdasan
Interpersonal dan Intrapersonal ?
E. Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui :
1. Apakah hasil belajar kelompok mahasiswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Seven Jump berbasis masalah lebih tinggi dari pada mahasiswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis masalah.
2. Perbedaan hasil belajar Modul Pencernaan mahasiswa yang memiliki kecerdasan interpersonal
dengan mahasiswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal.
3. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kecerdasan ganda terhadap hasil
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoretis dan praktis. Manfaat teoritis
penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan pengetahuan tentang teori yang berkaitan
dengan cara penyampaian materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Seven Jumpdan tipe
Jigsaw berbasis masalah, dan hasil belajar mahasiswa, yang meliputi pemahaman Anatomi,
Histologi, Fisiologi, Patogenesis,Farmakologi, dan Penatalaksanan sistem Pencernaan. Juga
menambah pengetahuan yang berkenaan dengan kecerdasan Interpersonal dan Intrapersonal yang
dimiliki oleh mahasiswa.
Dari sudut pandang manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
1. Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam mengambil kebijakan
memperbaiki pembelajaran dalam Modul Pencernaan.
2. Memperkenalkan pengelolaan pembelajaran dengan cara penyampaian materi dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah dan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw berbasis masalah.
3. Memperkenalkan jenis kecerdasan yang dimiliki oleh mahasiswa.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu menemukan model pembelajaran yang sesuai
dengan kecerdasan yang dimiliki oleh mahasiswa.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Pada bab terakhir ini akan dikemukakan simpulan hasil penelitian, implikasi dan saran-saran yang
berhubungan dengan penelitian lanjut maupun upaya memanfaatkan hasil penelitian.
A. Simpulan.
Dari uraian hasil penelitian dapat diambil beberapa simpulan, yaitu:
1.Hasil belajar modul pencernaan mahasiswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Seven Jumpberbasis masalah lebih tinggi dari hasil belajar modul
pencernaan mahasiswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw berbasis masalah, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan.
2.Hasil belajar modul pencernaanmahasiswa yang memiliki kecerdasan interpersonal lebih tinggi
dari hasil belajar modul pencernaanmahasiswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal.
3.Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatiftipe Seven Jumpberbasis masalah
dengan kecerdasan ganda dalam mempengaruhi hasil belajar modul pencernaan yang dibuktikan
dari tabel ANAVA, dimana Fhitung = 42,05 sementara nilai kritik Ftabel dengan dk = 1,65 dan α =
0,05 adalah sebesar 6,58. Hasil ini menunjukkan bahwaFhitung= 42,05 > Ftabel = 6,58.
Berdasarkan uji lanjutan ditemukan bahwa:
a.Hasil belajar modul pencernaan mahasiswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah dan yang memiliki kecerdasan
interpersonal lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar modul pencernaan mahasiswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah dan yang
memiliki kecerdasan intrapersonal memiliki perbedaan yang signifikan.
b.Hasil belajar modul pencernaan mahasiswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah dan yang memiliki kecerdasan
interpersonal lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar modul pencernaan mahasiswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis masalah
dan yang memiliki kecerdasan interpersonal memiliki perbedaan yang signifikan.
c.Hasil belajar modul pencernaan mahasiswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah dan yang memiliki kecerdasan
interpersonal lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar modul pencernaan mahasiswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis masalah
dan yang memiliki kecerdasan intrapersonal memiliki perbedaan yang signifikan.
d.Hasil belajar modul pencernaan mahasiswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah dan yang memiliki kecerdasan intrapersonal lebih
rendah dibandingkan dengan hasil belajar modul pencernaan mahasiswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah dan yang
memiliki kecerdasan interpersonal memiliki perbedaan yang signifikan.
e.Hasil belajar modul pencernaan mahasiswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis masalah dan yang memiliki kecerdasan interpersonal
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar modul pencernaan mahasiswa yang dibelajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah dan yang
f.Hasil belajar modul pencernaan mahasiswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah dan yang memiliki kecerdasan
interpersonal lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar modul pencernaan mahasiswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis masalah
dan yang memiliki kecerdasan intrapersonal memiliki perbedaan yang signifikan.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan yang mendasar bahwa pada
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis
masalah dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis masalah lebih cenderung kepada
penggunaan kecerdasan interpersonal yang dibuktikan pada penjelasan diatas dengan perbedaan
yang signifikan pada hasil belajar modul pencernaanmahasiswa. Pada sisi lain, pada pembelajaran
denganmahasiswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal dipakai model pembelajaran yang lain
yang sesuai dengan karakter kecerdasan intrapersonal, walaupun tidak memiliki perbedaan yang
sangat signifikan pada hasil belajar modul pencernaanmahasiswa.
B. Implikasi.
Berdasarkan simpulan pertama dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan ketika dilihat dari rata-rata hasil belajar modul pencernaanmahasiswa,
maka hal ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi dosenmodul pencernaan untuk
menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam mengajarkan materi pelajaran modul
pencernaan yang disesuaikan dengan materi pokok.
Kegiatan pembelajaran yang menerapkan pembelajaran kooperatif adalah dengan
menitikberatkan pada pengaruh pembelajaran kooperatif dengan proses belajar yang berlangsung
secara bertahap dari yang sederhana menuju kepada keterampilan yang kompleks sehingga mudah
lebih memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat langsung dalam menambah
pengalaman belajar. Dosen berperan dalam merangsang mahasiswa untuk berfikir kritis, analitis,
reflektif dan terbuka.
Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah,
mahasiswa yang termasuk dalam kelompok iniyaitu ketua, sekretaris dan anggota berusaha mampu
memahami serta menguasai materi pelajaran yang diberikan kepada mereka, sebab apabila materi
pelajaran tersebut tidak dikuasai oleh mereka, maka kelompok ini kesulitan dalam memahami dan
mencerna materi kuliah yang diberikan. Temuan penelitian ini membuktikan bahwa hasil belajar
modul pencernaan lebih tinggi bila diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Seven
Jump berbasis masalah. Oleh karena itu hasil temuan penelitian ini disosialisasikan kepada Dekan
dan ketua program studi serta dosen yang mengajar mata kuliah modul pencernaan. Sosialisasi
temuan ini dapat dilaksanakan dengan melakukan seminar, lokakarya atau pendidikan dan
pelatihan. Upaya sosialisasi hasil temuan ini dapat dijadikan bahan rujukan pada seminar atau
lokakarya yang bertemakan tentang model pembelajaran kooperatif berbasis masalah. Selain itu
hasil penelitian ini juga dapat dijadikan jurnal sebagai bahan bacaan dosen dalam memperkenalkan
model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
Alternatif yang lain untuk memperkenalkan model pembelajaran yang dapat digunakan oleh dosen
khususnya mata kuliahmodul pencernaan adalah melalui pendidikan dan pelatihan.
Berdasarkan simpulan kedua diketahui bahwa tingkat kecerdasan interpersonal dan
intrapersonal mahasiswa sebagai karakteristik mahasiswa terbukti memberi pengaruh yang berarti
dalam perolehan hasil belajar. Mahasiswa yang memiliki keceradasan interpersonal memiliki hasil
belajar yang berbeda dari mahasiswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal. Hal ini menjadi
mengupayakan proses pembelajaran yang bagaimana yang harus diciptakan dosen bagi mahasiswa
yang memiliki kecerdasan interpersonal dan intrapersonal. Mengembangkan kecerdasan ganda
sangat baik sebab akan menambah sikap sosial dan kepercayaan diri tinggi yang tidak keliru dalam
diri mahasiswa sehingga akan menumbuhkan rasa percaya diri dan sikap kepemimpinan dari
mahasiswa tersebut.
Dalam situasi kerjasama setiap mahasiswa berusaha memberikan sesuatu yang menguntungkan
bagi mahasiswa lain karena bahan kuliah yang disajikan dosen dapat diselesaikan secara
bersama-sama. Upaya yang dilakukan dosen dengan jalan menanamkaan sikap untuk dapat bekerjasama
dengan sesama mahasiswa dan mau menerima kekurangan dan kelebihan walaupun dengan
melakukan kompetisi dalam belajar.
Dosen perlu diberi pengetahuan tentang karakteristik mahasiswa yang merupakan faktor
yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa. Pembekalan terhadap dosen tentang pengetahuan
dan karakteristik mahasiswa ini sangat penting, tujuannya agar dosen dapat menyadari dan
memahami karakter dan kecerdasan yang dimiliki masing-masing mahasiswa.
Hasil kesimpulan yang ketiga menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara model
pembelajaran kooperatif dengan kecerdasan ganda terhadap hasil belajar modul
pencernaanmahasiswa. Temuan penelitian ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran
dengan pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah dan pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw berbasis masalah pada kelompok mahasiswa yang berbeda kecerdasan yang
merupakan karakteristik dalam memberikan hasil yang berbeda pula. Kedua tipe pembelajaran
kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah dan pembelajaran koopertif tipe Jigsaw berbasis
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi dosen khususnya
dosen mata kuliah modul pencernaan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. Jika
dalam suatu kelas, jumlah mahasiswa yang memiliki kecerdasan interpersonal lebih banyak
dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal, disarankan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Seven Jump berbasis masalah dan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw berbasis masalah. Namun bila jumlah mahasiswa yang memiliki kecerdasan
intrapersonal lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki kecerdasan
interpersonal, disarankan menggunakan pembelajaran yang lain, sehingga peningkatan hasil
belajar mahasiswa akan lebih baik.
Temuan penelitian ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif berbasis masalah pada dasarnya dapat meningkatkan hasil belajar
mahasiswa. Keseluruhan aspek pembelajaran kooperatif berbasis masalah yang dilakukan
mahasiswa selama pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan akhlak atau moral kepada
mahasiswa dan apabila keterampilan ini terus dilatihkan selama pembelajaran maka cermin
mahasiswa yang berakhlak mulia yang ditunjukkan dengan sikap-sikap positif dapat tercapai.
Namun demikian agar perolehan hasil belajar mahasiswa lebih efektif maka penggunaan model
pembelajaran kooperatif berbasis masalah dan kecerdasan gandamahasiswa perlu memperhatikan
hal-hal berikut, yaitu (1) untuk mencari bentuk koreksi dari nilai fungsional perilaku mahasiswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif berbasis masalah,
maka dosen harus dapat bekerjasama dengan orang tua mahasiswa agar bersama-sama mengawasi
perilaku mahasiswa baik di rumah maupun di kampus; (2) dengan mengetahui karakteristik
mahasiswa yang berkaitan dengan kecerdasan ganda, maka dosen dapat membantu mahasiswa ke
belajar untuk menerima kekurangan serta kelebihan mahasiswa lain serta menerima masukan atau
saran dari temannya sendiri atau dari mahasiswa lain; (3) perancangan pembelajaran dapat
dijadikan titik awal bagi upaya perbaikan kualitas hasil belajar. Ini berarti bahwa perbaikan
kualitas hasil belajar mahasiswa harus diawali dari perbaikan kualitas rancangan pembelajaran;
(4) dalam menerapkan pembelajaran kooperatif berbasis masalah, diperlukan penataan lingkungan
belajar yang efektif sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Sangat disadari bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling baik bagi segala macam
karakteristik mahasiswa, tetapi setidaknya hasil penelitian ini bisa menjadi satu bahan masukan
bagi dosen mata kuliahmodul pencernaan untuk dapat digunakan dalam mengkomunikasikan
materi modul pencernaan kepada mahasiswa.
C. Saran.
Berdasarkan temuan-temuan hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan simpulan maka diajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Perlu diadakan pendidikan dan pelatihan bagi dosen - dosen tentang pembelajaran kooperatif
berbasis masalah khususnya bagi dosen – dosenmodul pencernaan karena melihat hasil
penelitian ini bahwa model pembelajaran kooperatif berbasis masalah secara umum terbukti
memberikan hasil belajar yang lebih baik untuk meningkatkan hasil belajar modul pencernaan
mahasiswa.
2. Terdapatnya interaksi yang ditunjukkan dengan diterimanya hipotesis penelitian sehingga
berimplikasi kepada dosenmodul pencernaan agar mempertimbangkan dan menentukan
kecerdasan ganda apa yang mendominasi mahasiswa sebagai karakteristik mahasiswa
3. Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah sebaiknya dosen harus
mengetahui dan memahami prinsip-prinsip dalam model pembelajaran kooperatif berbasis
masalah sehingga pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah
akan efektif dalam meningkatkan hasil belajar.
4. Bagi dosenmodul pencernaan yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif berbasis
masalah disarankan untuk memperhatikan tingkat kecerdasan ganda yang ada pada
mahasiswa.
5. Perlu dilaksanakan penelitian yang lebih lanjut dalam penggunaan model pembelajaran untuk
mengetahui hasil yang lebih akurat pada mata kuliah yang lainnya khususnya mata kuliah
modul pencernaan.
6. Dengan adanya temuan penelitian ini diharapkan fakultas menyediakan fasilitas sarana dan
prasarana dalam pelaksanaan pendidkan dan pelatihan kepada dosen untuk memperkenalkan
model pembelajaran kooperatif berbasis masalah.
7. Sejalan dengan dukungan moril dan antusiasme dari kampus seharusnya pemerintah
khususnya dinas pendidikan untuk memberikan bantuan berupa dana atau fasilitas sarana dan
prasarana dalam pelaksanaan seminar, pendidikan dan pelatihan dalam memperkenalkan
model pembelajaran kooperatif berbasis masalah.
Based Learning,Ed 1, USA, Anker Publishing Company, Inc,Bolton,
Massachusetts.
Arends I Richard. (2008). Pengantar. Learning To Teach.Ed II, Yokyakarta,
Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Ary, D. J. dan Razavieh A. L. C (1998). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan.
Penerjemah: Furchan, A. Surabaya: Usaha Nasional
Aswin Soefi et all ( 2012 ) Gambaran Umum, Modul Pencernaan, Ed 1, Medan,
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara.
Ausubel, D. P. (1960). The Use of Advance Organizers in the Learning and
Retention Of Meaningful Verbal Material. Journal of Educational Psychology.
Berkas laporan ( 2014 ) Laporan hasil nilai mahasiswa semester II Tahun Ajaran
2011/2012 dan 2012/2013 Modul Pencernaan, Medan, Fakultas
Kedokteran Islam Sumatera Utara.
Budiningsih, C. Asri. (2005). Teori kecerdasan Ganda, Belajar dan
Pembelajaran, Ed1, Jakarta: Rineka Cipta.
Deni JA, Harden RM ( 2005 ), Lectures, A Practical Guide For Medical Teachers,
Ed 2,Edinburgh London New York Oxford Philadelphia St Louis Sydney
Toronto, Elsevier Churchill Livingstone.
Dick, W., dan Carey, L. (1985). The Systematic Design of Instruction. Glenview:
Dimyati dan Mudjono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Duch BJ et all ( 2001 ) Model For Problem Based Instruction In Undergraduate
Courses, The Power Of Problem – Based Learning, Ed 1, Virginia USA,
Library Of Congress.
Gagne, Robert M. Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran (versi terjemahan
oleh Munandir, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas untuk Pengembangan dan
Peningkatan Aktivitas Internasional, 1990)
Gardner, Howard. (2010). Multiple Intelligence. Tangerang Selatan: Kelompok
Kharisma
Gredler, B. E. M. (1991). Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: Rajawali
Hadi Sujono ( 2013 ) Faal Gastrointestinal, Gastroenterologi, Ed III, Bandung,
Alumni.
Hamid, A. K (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: PPs Unimed
Hergenhahn, B. R dan Olson, M. H (1993). Theories of Learning (Teori
Belajar).Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Joyce, Bruce & Marsha Weil. (1996). Models of Teaching, Fifth Edition. USA: Allyn and
Bacon A. Simon & Scuster Company
Knapp, Peter. (2005). Genre, Text, Grammar: Technologies for Teaching and
Assessing Writing. USA: NewSouth Publishing
Lauralee Sherwood ( 2012 ) Sistem Pencernaan, Fisiologi Manusia, Ed 6, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nurhadi. E. (2003). Contextual Teaching and Learning. Jakarta: Depdikbud
Dirjen Dikti
Rusman. (2011). Model Pembelajaran Kooperatif, Model-model Pembelajaran,
Ed 4, Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada.
Safaria, T. (2005). Interpersonal Intelligence: metode pengembangan kecerdasan
interpersonal anak. Yogyakarta: Amara Books
Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Saiful BB ( 2012 ), Paradigma pelayanan kesehatan kontemporer dan
hubungannya dengan pendidikan kedokteran, Pendidikan kedokteran
kontemporer, Ed 1, Medan, Perdana mulya sarana.
Sanjaya, Wina. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
Sharam, Shlomo. (2012). The Handbook of Cooperative Learning.Yogyakarta:
Familia
Slameto, (1995). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta:
Rhineka Cipta
Sudjana, N. (2000). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta
Suparman, A. (2000) Desain Instruksional. Jakarta: PAU UT
Suparno, Paul. (2006). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Supriadie, Didi ( 2012 ) Pendahuluan, Komunikasi Pembelajaran, Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Syah, M. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Taufiq Amir M ( 2013 ) Pendidikan Dan Era Pengetahuan, Inovasi Pendidikan
Melalui Problem Based Learning, Ed III, Jakarta, Kencana Prenada Media
Group.
Tilar,HAR ( 2010 ) Refleksi Masa Lalu Dan Tantangan Masa Depan, Paradigma
Baru Pendidikan Nasional, Ed III, Jakarta, Rineka Cipta.
Trianto, (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:
Prenada Media.
Undang – Undang RI ( 2012 ) Tentang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dan
Rumah Sakit Nomor 44 Tahun 2009, Ed 1, Bandung, Penerbit Citra
Umbara.
Uno, H. B. (2009). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Winkel, W. S. (1996). Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Gramedia.
Wilkers LA, Gijselaers WH ( 1996 ) Editors Notes, Bringing Problem Based
Learning to Higher Education: Theory and Practice, Ed 1, San Francisco,